Keyboard dan Mouse Nirkabel Terbaru Logitech Diciptakan untuk Penggemar Emoji

Seberapa penting emoji dalam keseharian Anda? Cukup penting sampai-sampai Anda masih menggunakannya selagi bertukar pesan via komputer atau laptop? Kalau demikian, maka keyboard anyar dari Logitech ini cocok buat Anda.

Dinamai Logitech Pop Keys, ia datang bersama total delapan keycap emoji — empat di antaranya sudah terpasang. Pengguna bebas memprogram tombol-tombol tersebut dengan emoji favoritnya melalui software Logitech Options di Windows atau macOS, atau menggantinya dengan fungsi yang lain kalau memang tidak sebegitu bergantungnya dengan emoji.

Secara estetika, Pop Keys mengadopsi gaya retro khas mesin tik seperti yang ditawarkan Logitech K380. Bedanya, Pop Keys merupakan sebuah mechanical keyboard, dengan tactile switch yang diklaim tahan sampai 50 juta kali klik. Jadi kalau Anda suka dengan gaya desain milik K380 tapi tidak nyaman dengan switch membran, Pop Keys bisa jadi alternatif yang menarik.

Menemani Pop Keys adalah Pop Mouse yang tak kalah jenaka desainnya. Emoji lagi-lagi menjadi tema utama di sini, dengan tombol di bawah scroll wheel yang dapat diklik untuk membuka menu emoji. Namun tentu saja, Anda bisa menggantinya dengan fungsi yang lain jika membutuhkan, semisal untuk mute mikrofon atau untuk mengambil screenshot.

Scroll wheel-nya sendiri cukup pintar dan mampu beradaptasi dengan cara pengguna menggulirkan. Kalau pelan, maka putarannya bertahap dan presisi. Kalau digulirkan secara cepat, maka putarannya pun jadi cepat dan los. Cara kerjanya mirip seperti scroll wheel milik MX Master 3 dan MX Anywhere 3.

Baik Pop Keys maupun Pop Mouse sama-sama memakai Bluetooth 5.1 sebagai koneksinya, akan tetapi Logitech turut menyertakan dongle USB Logi Bolt pada paket penjualannya bagi yang membutuhkan koneksi yang lebih stabil sekaligus lebih aman.

Terkait daya tahan baterainya, Pop Keys diyakini mampu bertahan hingga 3 tahun pemakaian menggunakan tiga baterai AAA. Pop Mouse pun tidak kalah fenomenal; sanggup beroperasi sampai 2 tahun hanya dengan mengandalkan satu baterai AA saja.

Di Amerika Serikat, Logitech Pop Keys saat ini telah dipasarkan seharga $100, sementara Pop Mouse dibanderol $40. Keduanya hadir dalam tiga kombinasi warna: Blast, Daydream, dan Heartbreaker. Untuk melengkapi, Logitech turut menawarkan Desk Mat seharga $20.

Sumber: Logitech.

Razer Pro Click Mini dan Pro Type Ultra Sasar Pekerja Profesional Ketimbang Gamer

Setahun lalu, Razer meluncurkan mouse dan keyboard non-gaming bernama Pro Click dan Pro Type. Melanjutkan upayanya menembus pasar pekerja profesional tersebut, Razer kembali memperkenalkan mouse dan keyboard nirkabel yang lebih ditujukan untuk menunjang produktivitas ketimbang untuk mengincar headshot di Valorant, yakni Pro Click Mini dan Pro Type Ultra.

Sesuai namanya, Pro Click Mini punya dimensi yang ringkas: 100 x 63 x 34 mm. Desainnya simetris dan low-profile, membuat saya langsung teringat pada Logitech MX Anywhere 3. Supaya terasa mantap dalam genggaman, Razer tak lupa menyematkan lapisan karet bertekstur pada sisi kiri dan kanannya.

Pro Click Mini punya setidaknya dua fitur unggulan. Yang pertama adalah switch yang taktil tapi senyap, dengan estimasi ketahanan hingga 15 juta kali klik. Yang kedua adalah scroll wheel yang bisa berganti mode antara Tactile atau Free-Spin, persis seperti milik Razer Basilisk V3 yang dirilis belum lama ini. Untuk berganti antara kedua mode tersebut, cukup tekan tombol di bawah scroll wheel-nya.

Mouse ini dapat terhubung ke total empat perangkat sekaligus; tiga via Bluetooth, satu via dongle USB 2,4 GHz, dengan tombol untuk berpindah koneksi di bagian dasar mouse. Menggunakan dua baterai AA, baterainya diyakini mampu bertahan hingga 725 jam dalam mode Bluetooth, atau 465 jam dalam mode wireless 2,4 GHz. Kalau mouse dirasa terlalu berat, pengguna juga bisa menyelipkan satu baterai saja, akan tetapi daya tahannya tentu tidak akan selama itu.

Terkait performanya, Pro Click Mini mengandalkan sensor optik dengan sensitivitas maksimum 12.000 DPI, sangat tinggi untuk ukuran mouse non-gaming. Ia juga dibekali mouse feet berbahan PTFE agar pergerakannya bisa terasa mulus di atas meja. Kebetulan, Razer juga punya varian mouse pad baru, yaitu Pro Glide XXL yang berukuran 94 x 41 cm.

Beralih ke Pro Type Ultra, keyboard ini juga mengunggulkan mechanical switch yang tidak berisik saat ditekan, menjadikannya sebagai pendamping yang ideal buat Pro Click Mini tadi. Masing-masing keycap-nya terbuat dari bahan ABS, tapi Razer telah melapisinya dengan soft-touch coating supaya terasa empuk pada jari-jari.

Agar semakin nyaman, ia juga datang bersama wrist rest dengan bantalan empuk berlapis kulit sintetis. Seperti mouse-nya tadi, keyboard ini juga dapat terhubung ke empat perangkat yang berbeda via Bluetooth dan dongle USB. Berbekal teknologi HyperSpeed, satu dongle saja sebenarnya sudah bisa menghubungkan Pro Click Mini dan Pro Type Ultra sekaligus ke PC atau laptop.

Dalam sekali pengisian, Pro Type Ultra diklaim mampu beroperasi selama lebih dari 200 jam, baik dalam mode Bluetooth ataupun wireless 2,4 GHz, tapi dengan catatan LED backlight-nya dimatikan. Kalau dinyalakan dalam posisi paling terang, maka daya tahan baterainya anjlok menjadi 13 jam saja. Beruntung ia masih tetap bisa digunakan selagi di-charge.

Di Amerika Serikat, Razer Pro Click Mini saat ini sudah bisa dibeli dengan harga $80, sedangkan Pro Type Ultra dijadwalkan bakal segera menyusul di kuartal keempat tahun ini juga seharga $160. Untuk mouse pad Pro Glide XXL, Razer mematok harga $30.

Sumber: Razer.

8 Mouse Pilihan yang Cocok untuk Dipakai Bekerja

Apapun pekerjaan Anda sehari-harinya, hampir bisa dipastikan Anda bakal banyak terbantu oleh kehadiran sebuah mouse. Buat sebagian orang, mouse malah punya peran yang lebih penting ketimbang keyboard. Tidak sedikit dari mereka yang beralasan bahwa mouse bisa membantu menjadikannya lebih produktif ketimbang menggunakan trackpad bawaan laptop.

Idealnya, mouse yang digunakan adalah yang bertipe wireless, sebab mouse berkabel jelas terdengar tidak praktis sama sekali. Jenis koneksinya bisa Bluetooth, bisa juga wireless 2,4 GHz (via dongle USB). Namun untungnya dewasa ini sudah banyak mouse nirkabel yang mengemas keduanya sekaligus.

Agar bisa membantu meningkatkan produktivitas, sebuah mouse wireless harus mempunyai daya tahan baterai yang awet. Kalau tidak, kesannya malah akan jadi merepotkan. Berkaca pada kriteria-kriteria tersebut, saya telah merangkum deretan mouse pilihan yang cocok dipakai untuk bekerja. Berikut 8 pilihannya.

1. Logitech M720 Triathlon

Kelebihan utama mouse ini terletak pada daya tahan baterainya: sampai 2 tahun hanya dengan menggunakan satu baterai AA. Kebetulan saya punya barangnya, dan sejak Januari 2020, baterainya memang belum pernah saya ganti sama sekali.

M720 Triathlon menawarkan konektivitas Bluetooth dan 2,4 GHz sekaligus. Buat saya, ini berarti ia bisa disambungkan ke laptop via Bluetooth, dan ke PC desktop via dongle USB. Lalu untuk switch di antara kedua perangkat, saya hanya perlu mengklik tombol ketiga di sisi kirinya (ada indikator angka 1-3 untuk membantu kita mengetahui di perangkat yang mana koneksi mouse sedang aktif).

Bentuk mouse ini juga sangat nyaman di tangan, dan tempat sandaran jempolnya rupanya juga merangkap sebagai satu tombol ekstra yang bisa diprogram. Tipikal Logitech, scroll wheel-nya bisa berganti mode antara los dan bertahap, cukup dengan mengklik tombol di bawahnya.

Harganya? Rp615.000 saja.

Link pembelian: Logitech M720 Triathlon

2. Logitech MX Anywhere 3

Bagi yang lebih menyukai mouse berdesain simetris, MX Anywhere 3 bisa jadi pilihan. Wujudnya tergolong low-profile, dan lapisan silikon bertekstur di sisi kiri dan kanannya bakal membantu memantapkan cengkeraman. Seperti M720 tadi, ia juga bisa disambungkan via Bluetooth dan dongle sekaligus.

Kelebihan utama mouse seharga Rp999.000 ini ada dua. Yang pertama, scroll wheel-nya bisa beradaptasi sesuai kebutuhan. Saat menggulirkan secara perlahan, pengguna bakal merasakan sensasi taktilnya satu per satu. Namun saat menggulirkan secara cepat, rodanya otomatis akan berputar secara los. Ya, mode gulirnya ada dua seperti M720, tapi di sini mekanismenya otomatis. Ditambah lagi, scroll wheel-nya terbuat dari baja ketimbang plastik.

Kedua, MX Anywhere 3 mengemas sensor yang bisa bekerja di jenis permukaan apapun, termasuk halnya di atas kaca. Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa tahan sampai 70 jam pemakaian. Proses charging-nya juga sangat cepat menggunakan kabel USB-C; 1 menit charging sudah cukup untuk menenagainya selama 3 jam penggunaan.

Link pembelian: Logitech MX Anywhere 3

3. Logitech MX Master 3

Ambil semua fitur yang MX Anywhere 3 tawarkan tadi, lalu tambahkan sebuah scroll wheel ekstra dalam kemasan yang ergonomis, maka Anda bakal mendapat MX Master 3. Dengan sebuah scroll wheel horizontal yang mudah sekali diakses menggunakan ibu jari, tidak heran kalau mouse ini kerap menjadi favorit para video editor.

Dimensi mouse ini cukup bongsor, jadi ia mungkin lebih cocok untuk pemakaian di rumah ketimbang selagi bepergian. Seperti dua mouse sebelumnya, MX Master 3 juga mendukung kustomisasi via software Logitech Options. Artinya, scroll wheel horizontalnya itu bisa pengguna atur fungsinya berdasarkan aplikasi, semisal untuk scroll timeline di Adobe Premiere dan untuk mengatur ukuran brush di Photoshop.

Di Indonesia, mouse ini bisa dibeli seharga Rp1.319.000.

Link pembelian: Logitech MX Master 3

4. Razer Orochi V2

Ya, ini merupakan sebuah mouse gaming, tapi bentuknya cukup ringkas untuk menjadi teman setia laptop selama bekerja. Supaya semakin praktis, Razer tak lupa menambahkan koneksi Bluetooth di samping wireless 2,4 GHz via bantuan dongle.

Orochi V2 tidak punya colokan USB sama sekali, sebab ia memang mengandalkan baterai AA ketimbang baterai rechargeable. Untungnya, daya tahan baterainya cukup mengesankan; hingga 950 jam jika menggunakan koneksi Bluetooth. Anggap Anda memakainya selama 8 jam per hari, berarti Anda cuma perlu mengganti baterainya setiap sekitar empat bulan.

Sebagai mouse gaming, akurasi sensornya jelas tidak perlu diragukan, dengan sensitivitas maksimum di angka 18.000 DPI. Ia dibekali onboard memory untuk menyimpan semua pengaturan yang sebelumnya sudah disetel via software Razer Synapse 3.

Tertarik? Siapkan dana Rp1.049.000 untuk meminangnya.

Link pembelian: Razer Orochi V2

5. Razer Basilisk Ultimate

Gaming lagi? Ya, tapi saya punya alasan kuat untuk mencantumkannya di sini. Selain dua tombol samping seperti pada umumnya, mouse ini juga punya satu tombol tambahan yang berfungsi layaknya sebuah pedal kopling. Dibantu oleh kustomisasi via software, tombol tersebut pada dasarnya bisa berperan sebagai modifier dan menggandakan jumlah tombol pada mouse ini.

Jadi dengan menekan dan menahan tombol tersebut, tombol-tombol lainnya bisa memiliki fungsi yang berbeda. Contohnya, klik kiri untuk copy, dan klik kanan untuk paste selagi tombol pedalnya kita tahan, jauh lebih praktis ketimbang harus menekan tombol Ctrl+C dan Ctrl+V di keyboard. Bahkan fungsi scroll wheel-nya pun juga bisa diubah dengan bantuan tombol pedal tersebut.

Dalam sekali charge, Basilisk Ultimate diyakini bisa beroperasi hingga 100 jam penggunaan. Charging-nya pun sesimpel meletakkan mouse di atas docking unit yang termasuk dalam paket penjualan. Di harga Rp2.850.000, mouse ini memang tidak murah, tapi bisa jadi pilihan bagi yang memerlukan banyak tombol dan kerap menggunakan fungsi makro.

Link pembelian: Razer Basilisk Ultimate

6. Microsoft Bluetooth Mobile Mouse 3600

Mouse mungil besutan Microsoft ini bisa jadi alternatif menarik bagi pengguna yang mendambakan mouse nirkabel dengan desain simpel dan harga terjangkau. Sesuai namanya, mouse seharga Rp400.000 ini cuma bisa tersambung via Bluetooth saja, tapi itu juga berarti baterainya sangatlah awet; sampai 1 tahun menggunakan satu baterai AA.

Mouse ini mengemas sensor yang bisa bekerja di berbagai macam permukaan kecuali kaca. Namun yang membuatnya cukup berbeda dari mouse lain di kelas harga ini adalah, scroll wheel-nya dapat dimiringkan ke kiri atau kanan untuk scrolling secara horizontal.

Link pembelian: Microsoft Bluetooth Mobile Mouse 3600

7. Microsoft Modern Mobile Mouse

Alternatif menarik bagi yang menyukai mouse berdesain low-profile, mouse seharga Rp406.000 ini juga dibekali sensor yang bisa bekerja di berbagai jenis permukaan seperti sofa, karpet atau lantai. Bentuknya elegan dan terkesan premium, terutama berkat scroll wheel yang terbuat dari bahan logam.

Mouse ini juga cuma mengandalkan Bluetooth sebagai konektivitasnya. Ia membutuhkan sepasang baterai AAA untuk bisa bekerja, dan Microsoft mengklaim pengguna hanya perlu menggantinya sekali setiap tahun.

Link pembelian: Microsoft Modern Mobile Mouse

8. Apple Magic Mouse 2

Terakhir, buat para pengguna Mac, salah satu opsi terbaiknya tentu datang dari Apple sendiri. Buat yang kurang familier, mouse ini mungkin terkesan aneh karena tidak memiliki scroll wheel. Sebagai gantinya, permukaan atas mouse ini merupakan panel sentuh multi-touch yang mendukung beragam gestur. Dibanding Windows, macOS memang lebih banyak bergantung pada navigasi gestur, jadi mouse ini memang sangat ideal untuk itu.

Kekurangan utama mouse seharga Rp1.249.000 ini adalah colokan charging-nya yang terletak di bawah, yang berarti perangkat harus berada dalam posisi yang aneh (dibalik) setiap kali diisi ulang. Beruntung itu hanya perlu dilakukan sekali setiap bulan kalau berdasarkan klaim Apple mengenai daya tahan baterainya.

Link pembelian: Apple Magic Mouse 2

5 Mouse Gaming Wireless Terbaik yang Dapat Dibeli di Indonesia

Tidak seperti dulu, mouse gaming nirkabel zaman sekarang sudah canggih-canggih. Akurasi dan latensi tidak lagi menjadi masalah berkat kemajuan pesat di bidang pengembangan sensor dan konektivitas wireless, sementara daya tahan baterai juga terus ditingkatkan berkat sederet optimasi yang diterapkan oleh masing-masing pabrikan.

Singkat cerita, mouse gaming nirkabel sekarang sudah pantas menggantikan mouse gaming berkabel sepenuhnya, bahkan dalam konteks kompetitif sekalipun. Pilihannya pun banyak dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan sekaligus bujet masing-masing.

Di artikel ini, saya telah merangkum 5 mouse gaming wireless terbaik yang dapat dibeli di Indonesia. Berikut daftarnya.

1. Razer Naga Pro

Saya sengaja menempatkan Razer Naga Pro sebagai pilihan pertama karena satu hal: kustomisasi. Seperti yang kita tahu, genre game yang berbeda membutuhkan kombinasi tombol yang berbeda pula. Saat bermain game FPS, kita mungkin cuma butuh dua tombol ekstra untuk ibu jari. Namun ketika memainkan MMORPG dengan karakter yang memiliki begitu banyak skill, dua tombol saja jelas tidak cukup.

Ketimbang harus membeli dua mouse yang berbeda, satu Naga Pro saja sebenarnya sudah cukup, sebab panel kirinya dapat dilepas-pasang secara magnetis. Ketika hendak bermain Valorant, pasang panel yang dilengkapi 2 tombol. Ketika hendak bermain Dota 2, pasang panel yang mengemas 6 tombol. Lalu saat tiba waktunya untuk raid di Final Fantasy XIV, pasang panel yang mempunyai 12 tombol.

Sulit mencari mouse gaming wireless yang lebih fleksibel dari Naga Pro. Buat yang tertarik, siapkan dana sebesar Rp2.399.000. Review lengkapnya juga bisa dibaca di sini.

Link pembelian: Razer Naga Pro

2. Razer Viper Ultimate

Buat yang menyukai mouse dengan desain ambidextrous, alias simetris sisi kiri dan kanannya, Anda bisa melirik Razer Viper Ultimate. Dari segi performa, Viper Ultimate sama persis seperti Naga Pro tadi, dengan sensor Focus+ yang memiliki sensitivitas maksimum 20.000 DPI dan kecepatan tracking 650 IPS. Kedua mouse turut mengemas optical switch pada tombol klik kiri dan kanannya.

Di angka 74 gram, Viper Ultimate tergolong ringan untuk sebuah mouse wireless, apalagi mengingat ia tidak mengadopsi desain honeycomb. Mouse ini datang bersama aksesori charging dock yang amat praktis; cukup letakkan mouse di atasnya, maka baterainya akan langsung diisi ulang. Dalam sekali charge, baterainya bisa tahan sampai 70 jam (tanpa RGB).

Viper Ultimate saat ini sudah bisa dibeli juga dengan harga Rp2.399.000. Bedanya, paket penjualan Viper Ultimate sudah mencakup aksesori charging dock, sementara Naga Pro tadi tidak.

Link pembelian: Razer Viper Ultimate

3. Logitech G Pro X Superlight

Butuh yang lebih ringan lagi daripada Viper Ultimate, tapi tetap tidak suka dengan desain bolong-bolong? Silakan lirik persembahan Logitech yang satu ini. Dengan bobot hanya 63 gram, label “Superlight” pada namanya betul-betul akurat. Bobotnya bahkan bisa ditekan lagi sampai menjadi 60 gram dengan melepas cover magnetis yang menutupi rumah dongle USB-nya.

Bobot yang sangat ringan itu turut ditunjang oleh performa yang mumpuni, dengan sensor yang memiliki sensitivitas maksimum 25.600 DPI dan kecepatan tracking 400 IPS. Baterainya pun tetap termasuk awet, bisa bertahan hingga 70 jam dalam sekali pengisian.

Di Indonesia, G Pro X Superlight sekarang sudah bisa dibeli dengan harga Rp1.889.000 dan dalam dua varian warna: hitam atau putih.

Link pembelian: Logitech G Pro X Superlight

4. SteelSeries Aerox 3 Wireless

Sebaliknya, bagi yang menyukai desain honeycomb supaya tangannya jadi tidak mudah berkeringat, maka SteelSeries Aerox 3 Wireless bisa jadi pilihan. Yang istimewa, mouse ini tercatat memiliki sertifikasi ketahanan air dan debu IP54 terlepas dari begitu banyaknya lubang di bodinya. Dengan demikian, Anda tak perlu khawatir seandainya ia tidak sengaja ketumpahan minuman.

Bobotnya sudah pasti ringan, persisnya di angka 66 gram. Perangkat mengemas sensor TrueMove Air dengan sensitivitas 18.000 DPI dan kecepatan tracking 400 IPS. Baterainya cukup untuk 80 jam pemakaian, dan ia turut mendukung fitur fast charging berkat pemakaian port USB-C.

Aerox 3 Wireless juga ideal untuk mendampingi sesi bekerja di luar menggunakan laptop. Pasalnya, ia juga mengusung konektivitas Bluetooth 5.0, dan dalam mode ini, baterainya malah bisa tahan sampai 200 jam. Harganya? Rp1.325.000.

Link pembelian: SteelSeries Aerox 3 Wireless

5. Logitech G304 Lightspeed

Terakhir, buat yang memiliki modal terbatas tapi tetap menginginkan mouse gaming wireless dengan konektivitas sekaligus kinerja yang konsisten, pilihannya jatuh pada Logitech G304 Lightspeed. Mouse ini harganya cuma Rp509.000, akan tetapi ia sudah dibekali sensor dengan sensitivitas maksimum 12.000 DPI, dan pengguna juga dapat menyimpan hingga lima level DPI pada onboard memory-nya.

Seperti halnya mouse gaming nirkabel high-end Logitech, G304 juga dibekali konektivitas wireless Lightspeed dengan latensi yang sangat minim. G304 tidak punya baterai rechargeable. Sebagai gantinya, ia membutuhkan satu baterai AA. Namun jangan khawatir, sebab Logitech mengklaim daya tahannya bisa mencapai angka 250 jam, atau sekitar satu bulan seandainya digunakan selama 8 jam per hari.

Link pembelian: Logitech G304 Lightspeed

Razer Orochi V2 Adalah Mouse Nirkabel Dambaan Para Pengguna Laptop Gaming

Razer punya mouse gaming baru. Namanya Orochi V2, dan ia ditujukan bagi para pengguna laptop gaming yang mengutamakan konektivitas nirkabel sekaligus daya tahan baterai yang luar biasa awet.

Orochi V2 tidak mempunyai colokan kabel sama sekali. Pengguna bebas menyambungkannya ke laptop via koneksi Bluetooth atau HyperSpeed 2.4 GHz (USB). Masing-masing tentu punya kelebihan dan kekurangannya sendiri; Bluetooth lebih hemat daya tapi latensinya tinggi, sedangkan HyperSpeed diklaim bebas lag tapi mengonsumsi daya sekitar dua kali lebih banyak.

Berhubung ia tidak punya colokan kabel, otomatis ia harus mengandalkan baterai yang dapat dilepas-pasang. Yang cukup unik adalah, slot baterainya ada dua macam, satu untuk baterai AA, satu untuk baterai AAA. Kendati demikian, yang bisa dipakai cuma salah satu saja. Ini berarti Anda bebas memilih antara daya baterai yang lebih awet (AA), atau bobot keseluruhan yang lebih enteng (AAA).

Menggunakan satu baterai AA, Orochi V2 dapat beroperasi hingga 950 jam pemakaian dalam mode Bluetooth. Kalau menggunakan koneksi HyperSpeed, daya tahan baterainya diperkirakan berada di kisaran 425 jam. Lalu kalau yang digunakan adalah baterai AAA, daya tahannya diestimasikan berkurang menjadi sekitar sepertiganya. Semua ini tidak akan bisa terwujud seandainya Orochi V2 punya pencahayaan RGB.

Tanpa baterai, bobot Orochi V2 diklaim tidak sampai 60 gram. Bentuknya yang nyaris ambidextrous cocok untuk semua jenis grip; entah itu claw grip, palm grip, maupun fingertip grip. Orochi V2 menggunakan mechanical switch generasi kedua yang diklaim lebih tahan lama (sampai 60 juta klik). Total ada enam tombol yang semuanya bisa diprogram lewat software Razer Synapse.

Terkait performanya, Orochi V2 mengandalkan sensor dengan sensitivitas maksimum 18.000 DPI dan kecepatan tracking 450 IPS. Razer pun tak lupa menyematkan mouse feet berbahan PTFE murni agar pergerakannya bisa semakin mulus lagi.

Di Indonesia, Razer Orochi V2 kabarnya akan segera dipasarkan dengan harga resmi Rp1.099.000. Selain warna hitam, ia juga hadir dalam varian warna putih.

Sumber: Razer.

Razer Rilis Trio Periferal Wireless Baru: DeathAdder V2 Pro, BlackShark V2 Pro, dan BlackWidow V3 Pro

Seorang gamer kompetitif pada umumnya akan menghindari periferal wireless dengan alasan performanya kurang bisa diandalkan, terutama perihal latency. Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, kita sudah melihat satu demi satu produsen periferal sibuk mengembangkan teknologi wireless-nya sendiri, semua dengan tujuan mengurangi latency sebanyak mungkin sehingga perangkat dapat diandalkan di ranah kompetitif.

Di saat suatu produsen sudah siap dengan teknologi wireless besutannya sendiri, kita tidak perlu heran apabila mereka langsung menerapkan teknologi tersebut pada produk-produk andalannya. Razer adalah salah satunya. Sejauh ini, sejumlah periferal bikinan mereka yang populer sudah dibuatkan versi wireless-nya yang mengemas teknologi Razer HyperSpeed, dan hari ini mereka menambah lagi anggota keluarga gaming gear nirkabelnya.

Tidak tanggung-tanggung, Razer memperkenalkan tiga periferal wireless baru sekaligus: Razer DeathAdder V2 Pro, Razer BlackShark V2 Pro, dan Razer BlackWidow V3 Pro. Namun ketimbang sebatas menyematkan konektivitas wireless begitu saja ke perangkat yang sudah ada, Razer turut merevisi sejumlah aspek dari masing-masing produk.

Razer DeathAdder V2 Pro

Untuk DeathAdder V2 Pro, bisa kita lihat bahwa desainnya nyaris identik dengan DeathAdder V2. Namun kalau kita amati lebih lanjut, samping kiri dan kanannya kini dilapisi karet bertekstur yang jauh lebih luas daripada milik versi berkabelnya. Bobotnya memang bertambah sedikit dari 82 gram menjadi 88 gram, tapi ini tetap sangat ringan untuk ukuran mouse wireless yang mengemas baterai rechargeable, dan yang tidak mengadopsi desain bolong-bolong.

Bicara soal baterai, DeathAdder V2 Pro sanggup beroperasi hingga 70 jam sebelum perlu diisi ulang. Untuk pemakaian kasual dengan koneksi Bluetooth, daya tahan baterainya malah bisa mencapai angka 120 jam. Selagi tersambung kabel, perangkat tetap bisa digunakan seperti biasa.

Sensor yang digunakan DeathAdder V2 Pro sama persis seperti versi standarnya, yakni sensor Focus+ dengan sensitivitas maksimum 20.000 DPI. Yang berubah adalah optical switch-nya, yang Razer bilang merupakan generasi kedua, walaupun ketahanannya tetap tercatat di angka 70 juta klik.

Razer DeathAdder V2 Pro saat ini sudah dipasarkan seharga $130, nyaris dua kali lipat versi standarnya. Satu hal yang membuat saya penasaran adalah, kenapa namanya bukan “DeathAdder V2 Ultimate”? Well, bisa jadi karena ia hadir setelah Razer Naga Pro.

Razer BlackShark V2 Pro

 

Sesuai namanya, perangkat ini merupakan versi nirkabel dari headset gaming bernama sama yang Razer luncurkan Agustus lalu. Saya tidak melihat ada perubahan dari segi desain, tapi lagi-lagi Razer sudah merevisi jeroannya. Driver yang digunakan tetap driver TriForce Titanium berdiameter 50 mm, akan tetapi BlackShark V2 Pro turut mengemas satu speaker chamber ekstra.

Bukan cuma itu, mikrofon milik BlackShark V2 Pro juga lebih besar (9,9 mm) daripada milik versi berkabelnya, dan Razer mengklaim ini dapat meningkatkan kemampuannya mengabaikan suara-suara di sekitar yang mengganggu. Sama seperti di versi standarnya, mikrofonnya dapat dilepas saat sedang tidak dibutuhkan.

Hal lain yang mungkin juga bakal terasa berbeda adalah terkait kenyamanannya. BlackShark V2 Pro lebih berat 58 gram daripada BlackShark V2. Tidak mengejutkan mengingat ia harus mengusung modul baterai, dan kabar baiknya, baterai ini bisa tahan sampai 24 jam pemakaian.

Razer BlackShark V2 Pro sekarang telah dijual dengan banderol $180, selisih $70 dibanding versi standarnya. Harga yang cukup masuk akal untuk headset gaming pertama yang dibekali konektivitas Razer HyperSpeed, yang secara teknis mendukung transmisi audio dengan kualitas lossless.

Razer BlackWidow V3 Pro

Namanya mungkin agak menipu, akan tetapi BlackWidow V3 Pro merupakan versi wireless dari BlackWidow Elite yang dirilis dua tahun silam. Satu fakta yang agak mengejutkan adalah, ini merupakan keyboard gaming wireless pertama dari Razer – kecuali Anda menghitung Razer Turret, yang secara spesifik ditujukan bagi pengguna Xbox One.

Layout yang digunakan oleh BlackWidow V3 Pro sama persis seperti BlackWidow Elite, dengan tiga tombol multimedia dan kenop untuk mengatur volume. Kendati demikian, pencahayaan RGB di BlackWidow V3 Pro bisa menyala lebih terang berkat kemasan switch yang transparan. Masing-masing keycap-nya juga diklaim lebih tangguh berkat penggunaan material Doubleshot ABS.

Switch-nya sendiri merupakan switch mekanis dengan dua varian yang berbeda – Green yang clicky, atau Yellow yang linear – bukan optical switch seperti milik seri Razer Huntsman. Seperti halnya DeathAdder V2 Pro tadi, keyboard ini juga dapat disambungkan via dongle Razer HyperSpeed atau Bluetooth. Dalam sekali pengisian, baterainya tahan sampai 200 jam, tapi ini tentu tergantung seberapa terang lampu RGB-nya menyala.

Buat yang tertarik meminang Razer BlackWidow V3 Pro, silakan siapkan modal sebesar $230. Agak mahal memang, tapi setidaknya Anda masih dapat wrist rest yang empuk demi kenyamanan ekstra.

Sumber: Razer.

Logitech MX Anywhere 3 Warisi Scroll Wheel Inovatif Milik MX Master 3

Logitech punya mouse wireless baru: MX Anywhere 3. Sesuai namanya, ia merupakan penerus langsung dari MX Anywhere 2S yang dirilis tiga tahun lalu, dan bersamanya datang sejumlah pembaruan yang cukup signifikan.

Pembaruan yang paling utama bisa kita dapati pada scroll wheel-nya, yang kini sepenuhnya terbuat dari bahan stainless steel, sama persis seperti milik MX Master 3. Kebetulan sistem elektromagnetis yang menyokongnya pun sama, yang berarti scroll wheel milik MX Anywhere 3 juga dapat berganti mode secara otomatis antara bergerigi atau bergulir tanpa henti, menyesuaikan dengan seberapa cepat jari pengguna mengoperasikannya.

Logitech tidak lupa menekankan bahwa scroll wheel ini juga sangat senyap. Satu hal yang mungkin bisa dilihat sebagai downgrade adalah, scroll wheel-nya tak lagi bisa diklik ke kiri atau kanan (tilt); kemungkinan besar karena harus menyediakan ruang yang lebih luas untuk sistem elektromagnetisnya.

Dari segi kinerja, MX Anywhere 3 tidak menawarkan perubahan mengingat sensor yang digunakan masih sama, yang memiliki sensitivitas maksimum 4.000 DPI dan dapat beroperasi di hampir segala permukaan, termasuk halnya kaca. Daya tahan baterainya juga masih sama, sampai 70 jam pemakaian dalam sekali charge.

Yang berbeda adalah konektornya, yang sekarang sudah berganti menjadi USB-C. Bukan cuma lebih praktis, USB-C turut menghadirkan peningkatan kecepatan pengisian daya yang amat drastis. Menurut Logitech, MX Anywhere 3 sudah bisa beroperasi sampai 3 jam meski baru dicolok selama 1 menit, dan perangkat tetap bisa digunakan selagi tersambung kabel.

Bicara soal sambungan, MX Anywhere 3 bisa dihubungkan ke tiga perangkat yang berbeda sekaligus; dua via Bluetooth, satu via dongle USB. Secara fisik, MX Anywhere 3 tetap mempertahankan desain ambidextrous milik pendahulunya, namun kini dengan lapisan karet bertekstur di samping kiri dan kanan sehingga bisa terasa lebih mantap saat digenggam. Dimensinya pun tidak banyak berubah, dan bobotnya tetap sangat ringan di angka 99 gram.

Logitech MX Anywhere 3 saat ini telah dipasarkan seharga $80. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: hitam, putih, dan pink. Logitech juga menawarkan varian khusus yang lebih dioptimalkan untuk platform macOS dan iPadOS.

Sumber: Logitech.

Mouse Gaming HP Omen Vector Wireless Unggulkan Baterai yang Awet Sekaligus Charging yang Sangat Cepat

Dalam konteks mouse wireless dengan baterai yang rechargeable, tipe konektor kabel yang digunakan mungkin bukanlah sebuah faktor yang diprioritaskan oleh konsumen. Kalau memang sudah USB-C, ya syukurlah. Kalau belum dan masih micro USB, ya sudah tidak masalah, toh perangkatnya juga tidak perlu di-charge setiap hari.

Singkat cerita, sebagian besar konsumen mouse wireless mungkin menganggap USB-C hanya sebagai bonus. Namun nyatanya ada juga mouse wireless yang menjadikan USB-C sebagai nilai jual utamanya. Salah satunya adalah mouse gaming wireless terbaru dari HP berikut ini, Omen Vector Wireless.

Pada mouse ini, USB-C punya andil besar dalam mewujudkan kecepatan pengisian daya yang melebihi rata-rata. Secepat apa memangnya? Well, charging selama 30 detik saja disebut sudah cukup untuk memberi daya yang setara dengan 1 jam pemakaian. Ya, setengah menit untuk satu jam, bukan salah ketik.

Kalau dibiarkan sampai 15 menit, maka daya yang terisi cukup untuk penggunaan selama 30 jam. Untuk mengisi sampai penuh, Vector Wireless hanya butuh total 90 menit, dan dalam kondisi terisi penuh, baterainya mampu bertahan sampai 180 jam nonstop.

Jadi tanpa menyoroti kecepatan pengisiannya pun, daya tahan baterai mouse ini sudah tergolong mengesankan. Sebagai perbandingan, Logitech G703 yang dihargai sama persis cuma bisa tahan sampai 60 jam per charge.

Selagi di-charge dalam waktu yang sangat singkat itu, Vector Wireless masih bisa digunakan seperti biasa. Malahan, kalau menggunakan kabel USB-C bawaannya, HP mengklaim polling rate-nya bisa ditekan sampai serendah 1 milidetik.

Sensor yang dipakai sendiri adalah sensor PixArt PAW3335 dengan sensitivitas maksimum 16.000 DPI dan tracking speed 400 IPS. Di balik tombol kiri dan kanannya yang cekung, ada switch Omron dengan ketahanan hingga 50 juta klik. Di atas kertas, performanya boleh dibilang sudah cukup mumpuni untuk kelas mouse gaming.

Saat ini, HP Omen Vector Wireless sudah dipasarkan seharga $100 di Amerika Serikat. Semoga saja HP bisa membawanya ke Indonesia dengan cepat.

Sumber: The Verge.

Glorious Model O Wireless Diklaim Punya Click Latency Paling Rendah di Antara Mouse Gaming Lain

Saat mencari referensi di internet mengenai mouse gaming berbobot ringan terbaik yang ada di pasaran saat ini, nama Glorious Model O mungkin adalah salah satu yang paling sering disebut. Selain memang performanya terbukti bagus, mouse ambidextrous dengan desain honeycomb alias bolong-bolong ini juga luar biasa ringan di angka 67 gram.

Kalau ternyata masih kurang ringan, ada Glorious Model O- dengan bobot 59 gram dan dimensi yang lebih kecil. Sayang keduanya masih mengandalkan kabel, tidak seperti penawaran serupa dari Razer yang punya versi standar, versi mini, sekaligus versi wireless.

Well, Glorious tahu ada demand yang lumayan terhadap mouse gaming wireless yang enteng, dan itulah mengapa mereka sudah menyiapkan Model O Wireless. Sesuai namanya, ini merupakan versi nirkabel dari Model O standar. Di angka 69 gram, bobotnya memang tidak identik dengan versi standarnya, akan tetapi masih lebih ringan ketimbang Razer Viper Ultimate yang sama-sama wireless.

Glorious Model O Wireless

Wujudnya boleh sama, akan tetapi jeroan Model O Wireless rupanya cukup berbeda. Sensor yang digunakan bukan lagi sensor Pixart 3360 dengan sensitivitas maksimum 12.000 DPI, melainkan sensor baru yang sensitivitasnya bisa mencapai angka 19.000 DPI, serta menawarkan kecepatan tracking 400 IPS.

Sebagai perbandingan, Razer Viper Ultimate mengusung sensor Focus+ dengan sensitivitas 20.000 DPI dan tracking speed 650 IPS. Namun Model O Wireless rupanya masih punya satu senjata tambahan: click latency-nya diklaim cuma 2,08 milidetik, alias paling rendah dibandingkan mouse gaming lain kalau berdasarkan hasil pengujian Glorious sendiri – dan yang bisa kita buktikan sendiri nantinya menggunakan Nvidia Reflex.

Tanpa harus terkejut, pencahayaan RGB di bagian samping mouse dan scroll wheel tetap dipertahankan oleh Model O Wireless. Namun kalau lampu warna-warni ini dimatikan, perangkat diklaim bisa beroperasi sampai 71 jam nonstop sebelum baterainya perlu diisi ulang.

Rencananya, Glorious Model O Wireless akan dipasarkan mulai 23 September seharga $80. Selisihnya cukup jauh jika dibandingkan dengan Razer Viper Ultimate yang dibanderol $130.

Sumber: PC Gamer.

Razer Naga Pro Adalah Mouse Wireless dengan Panel Modular untuk Semua Jenis Gamer

Setelah lama menjadi salah satu mouse kepercayaan para pemain MMORPG, sekitar tiga tahun lalu Razer Naga berevolusi menjadi mouse multi-fungsi untuk semua jenis gamer. Sekarang, mouse tersebut telah disempurnakan lebih lanjut menjadi sebuah mouse wireless yang sangat adaptif.

Dijuluki Razer Naga Pro, ia kembali hadir dengan panel samping yang modular. Seperti halnya Naga Trinity, ada tiga buah panel yang dapat dilepas-pasang secara magnetis. Panel yang pertama dilengkapi 12 tombol dengan layout ala kalkulator, didesain spesifik untuk mengakomodasi kebutuhan para penggemar game MMO maupun RTS.

Panel yang kedua adalah yang paling berbeda dari sebelumnya. Ketimbang mengemas 7 tombol dengan formasi melingkar, panel keduanya memiliki enam tombol yang dibagi menjadi dua baris, cocok untuk permainan MOBA maupun battle royale. Di bawah keenam tombol tersebut, ada lapisan karet untuk membantu memantapkan genggaman.

Terakhir, ada panel berisikan dua tombol besar layaknya milik Razer DeathAdder. Kalau ditotal, jumlah tombol yang programmable pada Naga Pro bisa mencapai 20 buah jika memakai panel pertamanya. Bahkan scroll wheel-nya pun bisa merangkap peran sebagai tiga tombol yang berbeda layaknya Razer Basilisk V2.

Selain penyempurnaan dari segi desain, jeroannya juga sudah dirombak total kalau dibandingkan sebelumnya. Teknologi HyperSpeed Wireless tentu sudah Razer sematkan pada Naga Pro, mewujudkan koneksi nirkabel yang minim latency sekaligus lebih irit daya daripada biasanya.

Dalam sekali pengisian, baterai Naga Pro diprediksi bisa tahan sampai 100 jam pemakaian kalau tersambung via dongle 2,4 GHz, atau sampai 150 jam kalau terhubung via Bluetooth. Selagi di-charge, Naga Pro tetap bisa digunakan seperti biasa, dan Razer cukup berbaik hati untuk menyertakan kabel SpeedFlex yang sangat lentur pada paket penjualannya.

Perihal akurasi, Naga Pro telah dibekali sensor Focus+, sensor terunggul Razer sejauh ini yang punya sensitivitas maksimum 20.000 DPI. Razer pun tidak lupa menanamkan optical switch pada Naga Pro, yang tak cuma menawarkan peningkatan responsivitas, tapi juga ketahanan sampai 70 juta kali klik. Kehadiran dua komponen ini sejatinya membuat Naga Pro selevel dengan Razer Viper Ultimate maupun Basilisk Ultimate yang sama-sama wireless.

Razer Naga Pro saat ini sudah dipasarkan seharga $150, persis di tengah-tengah banderol Viper Ultimate dan Basilisk Ultimate.

Sumber: Razer.