[Music Monday] The Darker Side Of Digital Music And Why iTunes Store Dropped Indonesia

Many people are not aware the complex structure that sits in what is vaguely known as “the music industry”. For many people, what is seen through the media is the musician, artist or songwriter (albeit not as often), and sometimes a mild mention of the music label here, a record producer there, and sometimes the supporting musicians of  a certain album. But actually, a clockwork between songwriters, publishers, record producers, music labels, distribution channels, artists, and countless other people and bodies are involved in an intricate (and often confusing) dance. So, what happens if that clockwork breaks down?

Continue reading [Music Monday] The Darker Side Of Digital Music And Why iTunes Store Dropped Indonesia

[Music Monday] Sisi Gelap Musik Digital dan Mengapa iTunes Store Tidak Masuk ke Indonesia

Banyak orang yang tidak menyadari struktur kompleks di balik istilah “industri musik”. Bagi banyak orang, apa yang terlihat lewat media adalah para musisi, artis atau  mungkin sesekali penulis lagu, kadang-kadang penyebutan label musik di sini, produser rekaman di sana, dan kadang-kadangadditional musician album tertentu.. Tetapi sebenarnya, paduan antara para penulis lagu, penerbit, produser rekaman, label musik, saluran distribusi, para artis, dan banyak sekali orang lain, ikut andil dalam sebuah tarian rumit (yang kadang membingungkan). Jadi, apa yang akan terjadi jika sistem tersebut hancur?

Lagi-lagi semuanya lebih sederhana pada era musik pra-digital. Sebenarnya, keseimbangan tersebut dicapai setelah bertahun-tahun penuh tawar-menawar, negosiasi, dan manuver korporat. Para penerbit musikyang mewakili para pencipta lagu untuk segala hal yang berhubungan dengan duplikasi (proses duplikasi lagu ke berbagai medium akan mendapatkan hak royalti “mekanik”), dan sinkronisasi (penggunaan lagu untuk disingkronkan dengan media lain seperti iklan TV) dan memastikan penulis lagu mendapatkan kesepakatan bisnis yang bagus.

Continue reading [Music Monday] Sisi Gelap Musik Digital dan Mengapa iTunes Store Tidak Masuk ke Indonesia

[Music Monday] Menilik Kembali Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia

Indonesia adalah negara demokratis, paling tidak pada prinsipnya. Setidaknya ‘demokratis’ tidak datang dalam tanda kutip lagi, seperti pada masa Orde Baru. Kini, demokrasi membuat kita bisa memilih atau berdiskusi tentang apapun, atau menunjuk perwakilan untuk melakukan voting dan proses diskusi, dan dengan demikian memutuskan apa yang akan disahkan, yang akan diikuti dan dikawal oleh cabang eksekutif (hanya mengingatkan, ini berarti Presiden dan pemerintahnya). Sekarang apa hubungannya dengan bisnis musik digital? Hukum/undang-undang, itulah hubungannya.

Secara dasar industri musik adalah bisnis berbasis konten, dan sangat terpengaruh oleh undang-undang hak cipta – bagaimana pemerintah melihat isu ini yang berkenaan dengan hak cipta, dan bagaimana pandangan pemerintah tentang implementasi terbaiknya. Dan, dari sekian juta hal yang membutuhkan regulasi di negara ini, Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia yang paling baru disahkan sebagai pada tahun 2002, dibawah kepemimpinan presiden Megawati Soekarnoputri. Meskipun menurut beberapa orang undang-undang ini masih kurang di beberapa area, pembaruan yang dibuat telah menambahkan proteksi hukum yang sangat dibutuhkan untuk karya sinematografi sampai dengan program komputer, memperbaiki versi undang-undang hak cipta yang sebelumnya disahkan pada tahun 1979.

Continue reading [Music Monday] Menilik Kembali Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia

[Music Monday] Revisiting Indonesia’s Copyright Law

Indonesia is a democratic country, at least by principle. Well, at least, the word “democratic” doesn’t come with quote marks anymore, as it did during the time of the New Order. Now, a democracy will either vote or discuss on everything, or appoint representatives to do all the voting and discussing, and thus deciding on whatever is going to be enacted into law, to be followed and safeguarded by the executive branch (just to remind you, this means the President and his government). Now what does this have to do with the digital music business? The law, that’s what.

Being basically a content-based business, the music industry is highly influenced by copyright laws – how the government sees the issue regarding copyright and how it thinks it is best implemented. And of the million things that need regulation in the country, Indonesia’s most recent copyright law was signed into law in 2002, under President Megawati Soekarnoputri. Albeit according to some still lacking in some areas, the upgraded legislation added some much-needed law protection for works of cinematography to computer programs, as the earlier version of the copyright law was signed into law in 1979.

Continue reading [Music Monday] Revisiting Indonesia’s Copyright Law

[Music Monday] Membangun Ekosistem Musik Digital Baru

Kebutuhan untuk membuat sesuatu yang baru bisanya datang dari pikiran bahwa apa yang sebelumnya hadir, sesuatu yang dibilang tua, tidak berjalan, tidak bekerja lagi, atau sudah terlalu tua untuk digunakan. Banyak perusahaan di seluruh dunia, yang baru didirikan atau sudah ada di bisnis selama beberapa tahun, startup atau perusahaan mapan, dalam titik tertentu telah mengubah taktik mereka, – atau melakukan pivot, dalam konteks startup – untuk mengejar bisnis yang lebih menguntungkan, terutama biasanya karena arahan sebelumnya sudah tidak lagi menghasilkan.

Industri rekaman musik sejak dulu merupakan industri yang bergantung pada konten untuk mendapatkan uang, dan dengan demikian mengendalikan jumlah salinan rekaman musik yang dijual di pasaran. Satu hal tentang industri hiburan adalah orang cepat jenuh, dan industri ini harus selalu bergeser agar tetap dapat menemukan hal kreatif baru yang dapat dijual di pasar

Continue reading [Music Monday] Membangun Ekosistem Musik Digital Baru

[Music Monday] Constructing The New Digital Music Ecosystem

The need to create something ‘new’ usually comes with the thought that the thing that came before it, something ‘old’, did not work, isn’t working anymore, or is simply too old to use. Many companies the world over, recently founded or has been in years of business, startup or established, have at some point changed their tack – or pivoted, in startup-speak – in pursuit of more lucrative businesses, mostly because their previous direction was losing business sustainability.

The recorded music industry was always an industry that relied on content to make its money, and thus tightly controlling the amount of recorded music copies that went out as a sale. The thing about the entertainment industry is that people get bored, so these industries always have to “pivot” to find something creatively new to sell to the market.

Continue reading [Music Monday] Constructing The New Digital Music Ecosystem

[Music Monday] Apakah Konsumen Pada Umumnya Peduli Tentang Legalitas Musik Digital?

Sebelum saya masuk ke pembahasan di artikel ini, supaya menjadi jelas – sebagian besar referensi bersifat anekdot; saya tidak memiliki hasil survei atau penelitian untuk jadi bahan referensi, tetapi saya pikir hal yang akan saya bahas diamini oleh kebanyakan konsumen hiburan digital – tidak banyak dari kita, termasuk saya, berpikir tentang aspek legal dari sesuatu yang kita ingin dengar/liat/putar. Karena pernah bekerja di perusahaan yang berhubungan dengan hak kekayaan intelektual untuk beberapa waktu, saya menghindari konten bajakan dan selalu berusaha untuk menemukan cara legal untuk mendapatkan musik, film dan perangkat lunak. Full disclosure – saya mencoba ‘adil’ dalam mengunduh dan mendapatkan konten dari torrent, saya sering mengunduh acara TV yang belum disiarkan di Indonesia, dan kadang-kadang film yang terlewat untuk ditonton di bioskop. Saya bukan orang suci.

Saya akui bahwa saya menghindari musik dan perangkat lunak bajakan karena saya tau apa yang ada dibalik prosesnya dan bagaimana mereka mendapatkan uang. Saya juga merasa lebih sedikit bersalah (meski tetap merasa bersalah) ketika mengunduh acara TV dan film karena saya juga tahu bagaimana mereka mendapatkan pemasukan (di luar dari pendapatan bioskop, mereka mendapatkan pemasukan dari royalti di muka, bagian pendapatan dari iklan, bagian dari layanan TV kabel, dan masih banyak lagi). Saya mungkin akan menuliskan tentang hal ini di lain waktu…tetapi intinya adalah: Saya pernah berada dalam industri ini. Bagaimana dengan para konsumen pada umumnya?

Continue reading [Music Monday] Apakah Konsumen Pada Umumnya Peduli Tentang Legalitas Musik Digital?

[Music Monday] Does The Average Consumer Care About Legal, Digital Music?

Before I go on with this article, let me be clear – most references are anecdotal; I don’t have a survey or research results to refer to, but I think this will ring true to most consumers of digital entertainment – not many of us, including me, think of the legal aspects of something we want to hear/view/play. Having worked in intellectual property based-industries for some time, I avoid pirated content and always try to find legal ways to get music, movies and software. Full disclosure – I’ve done my fair share of downloading and torrenting, and I often download TV shows that have not aired in Indonesia, and sometimes movies I missed watching in the cinema. I’m no saint.

I’ll admit that I avoid illegal music and software, because I know what goes on behind the scenes and how they make their money. I also feel less guilty (but guilty nonetheless) about downloading TV and movies because I also know how they actually make their money (and outside of the cinema, it’s based on upfront royalties, advertising revenue share, cable subscription share, and so on). I’ll probably write more on that later… but here’s the point: I happen to have insight into these industries. What of the average consumer who does not?

Continue reading [Music Monday] Does The Average Consumer Care About Legal, Digital Music?

[Music Monday] Musiklegal dan Pertarungan Melawan Pembajakan

Pembajakan tetap menjadi isu yang sensitif bagi label musik. Upaya untuk mengekang pembajakan pada tingkat nasional di Indonesia dilaksanakan secara penuh dengan penutupan 20 situs unduhan ilegal mp3 oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika akhir bulan Mei 2012. Saya mencoba untuk mengakses situs yang ada dipengumuman tersebut dan tentu saja, situs tersebut tidak bisa diakses. Aksi penutupan ini adalah hasil dari proses lobi jangka panjang oleh ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia) kepada pemerintah, sambil juga secara aktif berdiskusi dengan Panja Pencurian Pulsa yang ditunjuk oleh DPR untuk melunakkan dampak yang dibuat oleh keputusan pemerintah untuk melakukan reset layanan mobile yang bergantung pada biaya langganan dengan SMS.

Upaya untuk mencegah penyebaran musik ilegal lewat internet tidak akan berarti apa-apa jika industri musik tidak menawarkan penggantinya – tentu saja, toko unduhan musik telah ada sejak 2009 tetapi mereka belum mencapai jumlah pengguna ataupun jumlah pemasukan, yang sangat penting, yang signifikan. Unduhan ilegal dikatakan menjadi sebab kurangnya pengguna, bahkan sebelumnya, ASIRI melakukan lobi ke pemerintah untuk menutup situs unduhan ilegal. Sejak pemerintah yang baru tampaknya berniat untuk memblokir situs prono, teknologi yang sama bisa digunakan untuk memblok situs musik ilegal ini. Jadi ini hanya tinggal masalah kemauan politik. Sekarang, pemerintah sepertinya ingin mendengarkan penderitaan para label musik, meskipun hanya mengambil langkah online dan tidak mengambil langkah yang sama untuk kerusakan yang diakibatkan toko musik CD bajakan.

Continue reading [Music Monday] Musiklegal dan Pertarungan Melawan Pembajakan

[Music Monday] Musiklegal And The Fight Against Piracy

Piracy remains a sensitive issue for music labels. Efforts to curb piracy on the national level in Indonesia remains in full steam, with the Ministry of Communication and Informatics blocking 20 illegal mp3 download sites end of May 2012. I tried some of the addresses announced in the article and sure enough, the sites could not be accessed. This action was the result of a lengthy lobbying process by ASIRI (the Recording Industry Association of Indonesia) to the government, while at the same time they also had active discussions with the Phone Credit Theft Task Force appointed by DPR to alleviate and soften the impact made by the government’s decision to reset all mobile services dependent on subscription charged by SMS.

The effort to curb the spread of illegal music copies being spread through the internet would not mean a thing if the music industry did not offer something in its place – sure enough, music download stores have been around since 2009 but they have yet to achieve significant user traction and all-important revenue. Illegal downloads are said to be the cause of low user traction, and even before that ASIRI has been lobbying the government to start blocking illegal download sites. Since the latest administration seems intent on blocking pornography sites, the same technology could be used to block these illegal music sites. So it was just the matter of political will. Now, the government seems to want to listen to the plight of the music labels, despite only taking action online and not taking care of the equally damaging pirate CD stores.

Continue reading [Music Monday] Musiklegal And The Fight Against Piracy