Garena World 2021 Telah Digelar, PS5 Jadi Konsol Resmi NBA 2K League

Minggu lalu, PlayStation mengumumkan bahwa PlayStation 5 akan menjadi konsol resmi dari NBA 2K League. Selain itu, Garena World 2021 juga baru selesai digelar. Sementara ESIC bekerja sama dengan FBI untuk menyelesaikan masalah match fixing di skena esports CS:GO di Amerika Utara.

Garena World 2021 Gunakan AR untuk Pengalaman yang Lebih Realistis

Garena World 2021 diselenggarakan pada 3-4 April 2021 di Thailand. Tahun ini, acara game dan esports terbesar di Asia Tenggara itu akan diadakan secara online. Menggunakan augmented reality dan berbagai teknologi fans engagement lain, Garena akan berusaha untuk membuat “Dunia Virtual Interaktif”. Para pengunjung dari Thailand bisa mengikuti berbagai mini game untuk memenangkan token yang bisa ditukar dengan hadiah dalam game Arena of Valor (AOV), Free Fire, FIFA Online 4, Call of Duty: Mobile, dan Fairy Tail: Forces Unite! Selain itu, mereka juga bisa menukar token tersebut dengan hadiah nyata. Hadiah itu akan dikirimkan ke rumah mereka secara gratis, lapor IGN.

Persiapan Garena World 2021. | Sumber: IGN
Persiapan Garena World 2021. | Sumber: IGN

Seperti biasa, Garena World 2021 juga akan menampilkan berbagai turnamen esports. Kali ini, ada empat game yang Garena yang diadu, yaitu AOV, Free Fire, FIFA Online 4, dan Call of Duty: Mobile – Garena. Secara keseluruhan, ada 39 tim dari 9 kawasan yang berbeda yang berlaga di kompetisi-kompetisi tersebut. Sementara total hadiah yang ditawarkan mencapai US$660 ribu atau sekitar Rp9,6 miliar.

PlayStation 5 Jadi Konsol Resmi untuk NBA 2K League

PlayStation 5 menjadi konsol resmi untuk NBA 2K League. Hal ini diumumkan ole VP, Global Competitive Gaming, PlayStation, Steven Roberts dalam situs resmi PlayStation. Kerja sama ini akan dimulai pada bulan Mei 2021. Ke depan, tim dan pemain dari NBA 2K League akan menggunakan PlayStation 5 saat bertanding di berbagai kompetisi. Selain itu, PlayStation juga akan mengadakan turnamen esports untuk para fans.

“Dengan bangga kami mengumumkan, turnamen online untuk fans akan diadakan pada minggu depan untuk pertama kalinya,” ujar Roberts, pada 2 April 2021. “Mulai sekarang, semua pemilik PS5 di Amerika Serikat bisa mendaftarkan diri di turnamen Three for All Showdown Qualifier, yang akan diadakan pada 5-6 April 2021.” Pemenang dari turnamen itu akan ikut serta dalam pertandingan 3-on-3 bersama influencers Troydan dan PoorBoySin di kompetisi NBA 2KL Three for All Showdown, yang bakal diadakan pada 9-10 April 2021.

Team Nigma Pindah Markas ke Abu Dhabi

Team Nigma baru saja mengumumkan bahwa mereka punya markas baru di Abu Dhabi, ibukota dari Uni Emirat Arab. Mereka melakukan hal ini sebagai bagian dari kerja sama baru dengan twofour54, organisasi yang disokong oleh pemerintah Abu Dhabi. Selama lima tahun ke depan, Team Nigma akan berlatih di tempat pelatihan khusus. Tujuan Team Nigma pindah ke Abu Dhabi adalah untuk mendorong pertumbuhan industri game dan esports di Timur Tengah.

Team Nigma merupakan salah satu tim populer di Dota 2. | Sumber: ONE Esports
Team Nigma merupakan salah satu tim populer di Dota 2. | Sumber: ONE Esports

“Kami tidak sabar untuk mendukung tim yang berisi para superstars lokal ini,” kata James Hart, Director of Strategic Partnership, twofour54, menurut laporan Clutch Points. “Team Nigma akan membuka berbagai lowongan pekerjaan baru di sektor esports di Abu Dhabi. Dan mereka juga akan menjadi inspirasi bagi para talenta lokal dengan menunjukkan apa yang bisa seseorang capai jika mereka mendedikasikan diri dan bekerja keras di industri esports.”

ESIC Kerja Sama dengan FBI untuk Atasi Match Fixing di Skena CS:GO Amerika Utara

Tahun lalu, polisi Australia bekerja sama dengan Esports Integrity Commission (ESIC) untuk menangkap pelaku match fixing di skena Counter-Strike: Global Offensive. Namun, ternyata, masalah match fixing dan judi ilegal di CS:GO lebih serius dari yang diduga. Untuk menyelesaikan masalah match fixing di skena CS:GO Amerika Utara, FBI pun dilibatkan. Hal ini diungkapkan oleh Ian Smith, Commissioner dari Esports Integrity Commission (ESIC) dalam wawancara dengan YouTuber slash32. Dia menjelaskan, ESIC dan FBI tengah mengadakan investigasi yang melibatkan sejumlah pemain CS:GO soal match fixing di MDL Amerika Utara.

“Kasus ini merupakan contoh dari match fixing klasik — para pemain tidak berinisiatif untuk sengaja kalah, tapi mereka disogok oleh sindikat judi demi menentukan hasil pertandingan,” kata Smith, seperti dikutip dari Kotaku. “Dan masalah ini telah muncul sejak lama, serta jauh lebih terorganisasi. Jadi, untuk menyelesaikan masalah tersebut, kami bekerja sama dengan penegak hukum dan FBI, yang belum lama ini membuka unit investigasi baru terkait perjudian olahraga.”

Anda Bisa Tonton NBA 2K League di eGG Network

NBA 2K League mengumumkan kerja sama dengan channel televisi gaming dan esports asal Malaysia, eGG Network. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai kerja sama antara keduanya. Satu hal yang pasti, mulai 16 Juni 2020, warga Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Myanmar, dan Australia akan dapat menonton NBA 2K League di eGG Network. Selain pertandingan rutin dari NBA 2K League, eGG Network juga akan menyiarkan tiga turnamen lainnya. Namun, belum diketahui kapan ketiga turnamen tersebut akan diadakan.

Pandemi virus corona membuat banyak pertandingan olahraga dibatalkan, termasuk basket. Selain NBA 2K League yang mengadu pemain profesional, 2K, NBA, dan National Basketball Players Association (NBPA) memutuskan untuk mengadakan NBA 2K Players Tournament. Seperti namanya, turnamen tersebut akan mengadu 16 pemain basket profesional dalam game NBA 2K20. Turnamen itu akan disiarkan di ESPN dan ESPN2.

tonton NBA 2K League
NBA 2K League kini disiarkan di eGG Network.

Melalui kerja sama dengan eGG Network, NBA 2K League akan dapat menjangkau penonton baru, menurut Esports Insider. Saat ini, eGG Network mengaku bahwa mereka telah menyiarkan lebih dari 2.000 jam konten esports secara live di channel mereka. Sebelum berkolaborasi dengan eGG Network, NBA 2K League juga telah menjalin kerja sama dengan perusahaan lain, seperti toko retail game GameStop, pembuat memorabilia Jostens, perusahaan software SAP, dan pembuat jam asal Swiss, Tissot.

Sementara itu, eGG Network juga menyiarkan beberapa turnamen esports lain, termasuk kompetisi Counter-Strike: Global Offensive yang diadakan oleh BLAST dan The Race All-Star Esports Battle dari Torque Esports, yang juga disiarkan di Eurosport.

Seperti yang disebutkan oleh The Esports Observer, NBA 2K League bukanlah turnamen esports paling populer di kalangan fans competitive gaming. Salah satu buktinya adalah viewership untuk NBA 2K League di Twitch tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan konten game esports lainnya, seperti League of Legends atau Counter-Strike: Global Offensive.

Namun, karena banyak pertandingan olahraga yang dibatalkan, channel televisi olahraga kesulitan untuk mencari konten olahraga. Jadi, mereka mulai tertarik untuk menampilkan konten esports di channel mereka. Sebelum ini, FOX Sports juga memutuskan untuk menyiarkan eNASCAR iRacing Pro Invitational Series.

Pertandingan Olahraga Terhenti Karena Corona, Esports Bisa Jadi Pengganti

Pertandingan NBA dihentikan, setidaknya untuk saat ini. Di tengah himbauan untuk tidak keluar dari rumah, para atlet basket profesional kini memiliki banyak waktu luang. Justin Jackson, atlet berumur 24 tahun yang bermain untuk Dallas Mavericks, memutuskan untuk mengisi waktu luangnya dengan bermain game dan menyiarkan permainannya.

Justin bukan satu-satunya pemain Mavericks yang hobi bermain game. Dari kicauan yang dia buat di Twitter, Luka Doncic mengimplikasikan bahwa sejak pertandingan NBA dibatalkan, dia hanya menghabiskan waktunya dengan bermain game. Memang, beberapa tahun belakangan, semakin banyak atlet profesional yang menjadikan bermain game sebagai hobi. Sekarang, juga semakin banyak klub olahraga yang masuk ke industri esports.

Tim NBA Dallas Mavericks juga memiliki tim esports. Tim yang dinamai Mavs Gaming ini berlaga di NBA 2K League. Artreyo “Dimez” Boyd mewakili Mavs Gaming sejak 2018. Meskipun begitu, dia masih sering menemukan orang-orang yang percaya bahwa esports bukanlah olahraga atau semua orang bisa menjadi pemain esports.

“Jawaban saya selalu saya, ‘Kalau begitu, coba gantikan saya,'” kata Boyd, dikutip dari Dallas News. “Tidak peduli apakah saya melawan mantan kekasih saya atau teman baik saya, ketika mereka melawan saya, mereka tidak bisa melakukan jump shot, dan itu hanya satu manuver. Bermain esports kelihatan mudah, sama seperti bermain olahraga tradisional. Saya tidak bisa pergi ke lapangan dan melakukan apa yang Luke Doncic lakukan. Namun, saya jamin, pemain kasual tidak bisa melakukan apa yang bisa saya lakukan.”

Artreyo "Dimez" Boyd membela Mavs Gaming. | Sumber: The Esports Observer
Artreyo “Dimez” Boyd membela Mavs Gaming. | Sumber: The Esports Observer

Menjadi pemain esports profesional memang tidak semudah kelihatannya. Ada banyak pengorbanan yang harus seseorang lakukan untuk menjadi atlet esports profesional. Selain itu, tidak semua orang bisa melakukan apa yang para atlet esports profesional lakukan. Inilah alasan mengapa ada ratusan ribu atau bahkan jutaan orang tertarik untuk menonton pertandingan antara pemain profesional.

“Dalam esports, ada kompetisi, peraturan, dan pemenang,” kata James “Clayster” Eubanks, pemain Dallas Empire yang berlaga di Call of Duty League. Di umurnya yang ke-27, dia telah mendapatkan dua gelar juara dunia. Dia mengaku, dia tidak terlalu peduli apakah orang-orang menganggap esports sebagai olahraga atau bukan. “Anda bisa berdebat, tapi pada akhirnya, esports juga merupakan hiburan.”

Esports juga memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan olahraga tradisional. Misalnya, di tengah pandemik virus Corona, banyak liga olahraga tradisional yang dibatalkan. Namun, turnamen esports masih bisa berjalan, walau penyelenggaraan beberapa turnamen sempat tertunda.

Belakangan, semakin banyak pertandingan esports yang diadakan secara offline. | Sumber: The Esports Observer
Belakangan, semakin banyak pertandingan esports yang diadakan secara offline. | Sumber: The Esports Observer

“Kelebihan esports adalah banyak kompetisi yang pada awalnya diadakan secara online dan banyak pertandingan resmi yang memang diadakan online,” kata pemilik dan CEO Envy Gaming, Mike Rufail. “Walau belakangan, para pelaku industri esports dapat mengumpulkan dana yang cukup banyak untuk menyelenggarakan turnamen secara offline. Jadi, apa yang terjadi sekarang tidak membuat kami terlalu khawatir karena kami punya infrastruktur yang memadai untuk melakukan pertandingan secara online.”

Meskipun begitu, itu bukan berarti industri game dan esports tak terdampak sama sekali. Pandemik virus Corona juga menyebabkan berbagai masalah untuk pelaku industri game dan esports, mulai dari turnamen yang harus dibatalkan atau ditunda, penyelenggaraan turnamen tanpa penonton, sampai penundaan peluncuran game baru. Ada juga tim esports yang tak bisa kembali ke negara asalnya setelah pertandingan karena larangan berpergian akibat virus Corona. Hal ini dialami Complexity Gaming. Tim mereka terdampar di Eropa dan tidak bisa pulang setelah ikut dalam turnamen.

“Kami harus mengambil keputusan sulit, apakah kami akan tetap memulangkan tim kami walau ada larangan berpergian atau apa kami akan membiarkan mereka tinggal di satu tempat dan memastikan mereka aman dan tetap bisa melakukan pekerjaan mereka,” kata Chief Operating Officer Complexity Gaming, Kyle Bautista.

Terlepas dari lokasi seorang pemain esports, selama dia memiliki perangkat dan koneksi internet yang memadai, dia masih akan bisa bertanding. Belakangan, banyak turnamen esports yang mengubah format pertandingan menjadi online karena kekhawatiran akan virus Corona.

Sumber header: Dot Esports

NBA 2K League Bakal Adakan Asia Pacific Invitational di Seoul

NBA 2K League mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan turnamen kualifikasi internasional untuk kawasan Asia Pasifik. Turnamen yang dinamai Asia Pacific Invitational ini akan diadakan di Seoul, Korea Selatan pada 20 dan 21 Januari 2020. Ini adalah kali kedua NBA 2K League mengadakan turnamen kualifikasi untuk kawasan Asia Pasifik. Turnamen Asia Pacific Invitational ini akan diikuti oleh 20 pemain NBA 2K terbaik dari lima negara, yaitu Australia, Filipina, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Tiongkok. Tujuan diadakannya turnamen ini adalah untuk mencari “pemain NBA 2K elit” di Asia Pasifik.

Dalam acara ini, Gen.G juga akan menampilkan nama tim, logo, dan channel media sosial dari tim NBA 2K mereka. Pada September 2019, organisasi esports itu memang telah membeli franchise untuk  tim NBA 2K. Mereka akan mewakili Shanghai, Tiongkok, menjadikan mereka sebagai tim NBA 2K pertama yang berasal dari luar Amerika Utara, menurut laporan Reuters. Tim tersebut akan menggunakan markas Gen.G di Los Angeles, Amerika Serikat untuk berlatih. Gen.G juga akan mendukung penyelenggaraan Asia Pacific Invitational. Belum lama ini, mereka menyelenggarakan turnamen Pro-Am pertama di Tiongkok, yang mempertemukan 20 pemain NBA 2K terbaik di negara tersebut.

Gen.G membeli franchise untuk NBA 2K pada September 2019. | Sumber: The Esports Observer
Gen.G membeli franchise untuk NBA 2K pada September 2019. | Sumber: The Esports Observer

“Kami tak sabar untuk menyelenggarakan turnamen kualifikasi Asia Pasifik kedua kami di Seoul dan kami senang karena Gen.G akan menjadi rekan strategis kami dalam mengembangkan talenta NBA 2K di kawasan Asia Pasifik,” ujar NBA 2K League Managing Director, Brendan Donohue, seperti dikutip dari Sporting News. “Dalam APAC Invitational musim lalu, kami menemukan beberapa pemain yang pantas untuk bermain di NBA 2K League Draft. Melihat talenta di kawasan ini, kami berharap bahwa turnamen kali ini akan ada di level yang lebih tinggi,” kata Donohue. Dalam turnamen kualifikasi untuk Asia Pasifik pertama, Jack “Jaacko” Stevenson dari Selandia Baru terpilih untuk menjadi pemain Piston GT, yang merupakan tim esports yang terafiliasi tim NBA Detroit Pistons.

Diselenggarakannya Asia Pacific Invitational merupakan bagian dari usaha 2K League untuk mengembangkan pasar mereka di luar Amerika Serikat. Pada Desember 2019, mereka juga mengadakan turnamen esports di London, Inggris dengan format yang sama dengan turnamen Invitational untuk Asia Pasifik, lapor ESPN. Ketika itu, mereka mengundang 20 pemain NBA 2K dari beberapa negara Eropa, yaitu Austria, Belgia, Inggris Raya, Jerman, Prancis, Spanyol, dan Turki.

Sumber header: European Gaming

Benarkah Bisnis Esports di Asia Lebih Menguntungkan daripada Amerika Serikat?

Industri esports saat ini dipercaya sedang tumbuh di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat. Akan tetapi menurut Mark Cuban, sebetulnya esports masih belum bisa dibilang bisnis yang sehat. Lebih tepatnya, menjadi pemilik organisasi esports, kata pemilik klub NBA Dallas Mavericks itu, adalah sebuah kesalahan besar. Ia juga berkata bahwa uang industri esports adanya di Eropa dan Asia, terutama di Korea Selatan.

Sebagai seorang miliarder dan pemilik tim besar di dunia olahraga, Mark Cuban jelas merupakan orang yang pendapatnya patut didengar. Ini masih ditambah lagi dengan beberapa kasus yang menggambarkan beratnya ekosistem esports Amerika Serikat, seperti organisasi NRG Esports yang beberapa waktu lalu menjual tim Counter-Strike: Global Offensive mereka ke Evil Geniuses.

Akan tetapi tak semua orang setuju dengan pandangan tersebut. Christina Settimi, penulis topik bisnis olahraga di Forbes, menunjukkan beberapa bukti yang menampik pendapat Cuban. Ia mencatat 13 organisasi esports di Amerika yang memiliki nilai valuasi di atas US$100.000.000, beserta perkiraan revenue yang dimiliki masing-masing di tahun 2019 ini. Angka perkiraan revenue itu didapat dari hasil wawancara dengan para investor dan eksekutif organisasi, juga informasi dari para analis industri dan sponsor. Termasuk di dalamnya adalah uang sponsorship, revenue sharing dari liga, penjualan merchandise, dan lain-lain.

Berikut daftar organisasinya:

1. Team SoloMid

Valuasi: US$400.000.000

Perkiraan revenue: US$35.000.000

2. Cloud9

Valuasi: US$400.000.000

Perkiraan revenue: US$29.000.000

3. Team Liquid

Valuasi: US$320.000.000

Perkiraan revenue: US$24.000.000

4. FaZe Clan

Valuasi: US$240.000.000

Perkiraan revenue: US$35.000.000

5. Immortals Gaming Club

Valuasi: US$210.000.000

Perkiraan revenue: US$11.000.000

6. Gen.G

Valuasi: US$185.000.000

Perkiraan revenue: U$9.000.000

7. Fnatic

Valuasi: US$175.000.000

Perkiraan revenue: US$16.000.000

Team SoloMid
Team SoloMid, juara LCS 6 kali | Sumber: Rift Herald

8. Envy Gaming

Valuasi: US$170.000.000

Perkiraan revenue: US$8.000.000

9. G2 Esports

Valuasi: US$165.000.000

Perkiraan revenue: US$22.000.000

10. 100 Thieves

Valuasi: US$160.000.000

Perkiraan revenue: US$10.000.000

11. NRG Esports

Valuasi: US$150.000.000

Perkiraan revenue: US$20.000.000

12. Misfits Gaming

Valuasi: US$120.000.000

Perkiraan revenue: US$8.000.000

13. OverActive Media

Valuasi: US$120.000.000

Perkiraan revenue: US$5.000.000

Menariknya, Mark Cuban pernah menyatakan dalam sebuah wawancara bahwa ia percaya tentang besarnya pertumbuhan industri esports. Cuban juga merupakan investor di perusahaan startup Unikrn, yang bergerak di bidang siaran dan judi esports. Dallas Mavericks pun memiliki tim esports yang bermain di NBA 2K League, bernama Mavs Gaming.

Salah satu organisasi esports Amerika yang saat ini tampaknya sedang sangat sehat adalah Gen.G. CEO Gen.G, Chris Park, bahkan berkata bahwa organisasi mereka sedang “over-subscribed”. Artinya terlalu banyak partner yang ingin mengajak Gen.G bekerja sama, sampai-sampai akhirnya mereka harus memilih-milih partner. Tentu saja itu bukan sebuah masalah, atau andai disebut masalah pun maka itu merupakan masalah yang baik.

Selain Forbes, pihak lain yang memberikan sanggahan terhadap pernyataan Cuban adalah Michael Cohen, seorang business strategist di bidang esports dari Belanda. Dalam artikel yang ditulisnya, Cohen mengatakan bahwa sebagian ucapan Cuban memang benar—menjadi pemilik tim adalah usaha yang penuh risiko. Terutama untuk organisasi baru yang tidak menjadi pemenang turnamen, pasti sulit menumbuhkan brand atau mendatangkan revenue.

Contoh kasusnya adalah 100 Thieves yang mengalihkan fokus dari dunia kompetitif ke arah penjualan merchandise dan kreator konten (streamer). Ini untuk menutup kelemahan sebab tim mereka kurang berprestasi di League of Legends Championship Series (LCS). Cohen juga mengiyakan pendapat Cuban bahwa perubahan meta dalam sebuah game memberi risiko yang sangat besar, apabila anggota tim tidak bisa beradaptasi dengan meta terbaru itu.

Namun di sisi lain, Cohen menunjukkan bahwa pasar Asia sebenarnya juga mengalami masalah, sama seperti Amerika Serikat. Bila “pemain” industri esports di Amerika ingin melakukan ekspansi ke Asia, para pelaku esports di Asia justru ingin memperluas brand ke level internasional. Ia mengibaratkan fenomena ini seperti peribahasa, “Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau.”

Mengapa demikian? Alasannya adalah karena bisnis esports di Asia (terutama Korea Selatan dan Tiongkok) sudah “mentok”. Asia punya kultur game kompetitif yang lebih kuat dari Amerika, dan brand esports sudah lebih dahulu berkembang bahkan sejak sebelum era StarCraft II. Perkembangan ini termasuk dalam hal kualitas pemain, peran sponsor non-endemic, pembangunan markas tim, dan sebagainya.

Karena sudah berkembang hingga mentok di negara sendiri, mereka pun mencari cara untuk ekspansi ke negara barat. Contohnya yang dilakukan oleh OGN, T1 Entertainment & Sports, serta Gen.G. Harapannya, dengan menjangkau pasar internasional, nilai sponsorship yang bisa diraih pun akan lebih besar. Dan dengan menjadi organisasi pertama yang punya jangkauan global, mereka ingin bisa membangun posisi brand lebih kuat dibanding kompetitornya.

LGD International
LGD International, usaha LGD mengembangkan sayap yang akhirnya gagal | Sumber: Liquipedia

Sementara itu Tiongkok, kata Cohen, punya masalah di mana modal yang diperlukan untuk menggaji pemain serta mendirikan organisasi telah sampai di titik yang lebih tinggi daripada potensi revenue yang dihasilkan. Ini ditambah lagi dengan kendala-kendala lain, misalnya birokrasi. Karena itu para pelaku esports di Tiongkok pun ingin melebarkan sayap ke luar negeri, tapi mereka ingin melakukannya dengan risiko sesedikit mungkin. Kerja sama klub bola Paris Saint-Germain (PSG) dan LGD adalah contoh kasus yang sukses hingga sekarang, namun sebetulnya baik PSG maupun LGD sudah sempat gagal beberapa kali dalam usaha mereka melakukan penetrasi ke barat dan timur sebelum akhirnya berjodoh.

Pada akhirnya, Cohen menyimpulkan bahwa esports adalah bisnis yang berharga, namun memang berisiko dan setiap wilayah punya risiko sendiri-sendiri. Tidak ada wilayah/negara yang bisa dibilang paling bagus, tapi memang setiap wilayah itu punya karakteristik berbeda-beda. Kita juga tidak bisa memandang seluruh industri esports sebagai satu industri yang sama rata, karena situasi pasarnya bisa berbeda-beda tergantung dari game, tren, atau platform yang sedang ramai di suatu wilayah.

Mark Cuban kemudian mengekspresikan rasa setujunya terhadap tulisan Cohen, dan membagikan tulisan tersebut di akun Twitter miliknya. Ia juga mengakui bahwa Cohen punya analisis yang lebih baik terhadap pasar Asia. Bila Anda tertarik untuk membaca analisis tersebut lebih dalam, Anda bisa mengunjungi tulisan Michael Cohen di situs tortedelini.com.

Sumber: Michael Cohen, Forbes, Psyonix

Gen.G Jadi Tim Luar Amerika Pertama yang Berkompetisi di NBA 2K League

NBA 2K League beberapa waktu lalu baru saja mengumumkan bahwa mereka telah menerima satu tim dari Tiongkok untuk ikut berkompetisi, yaitu Gen.G. Tim ini merupakan tim pertama dari luar daerah Amerika Utara yang masuk sebagai bagian dari franchise NBA 2K League. Mulai dari musim 2020, Gen.G akan bergabung dengan 22 tim lainnya yang sudah ada, seperti Lakers Gaming, Celtics Crossover Gaming, dan Knicks Gaming.

Dalam keterangan di situs resminya, NBA 2K League mengatakan bahwa mereka menjalin kerja sama strategis jangka panjang dengan Gen.G untuk memperluas jumlah penggemar maupun pemain, dengan fokus di wilayah Asia. Brand Gen.G yang multikultural dan kiprah mereka di berbagai judul esports diharapkan dapat semakin memperluas jejak NBA 2K League secara global.

“Ini adalah momen bersejarah dalam perjalanan NBA 2K League untuk menjadi liga global sejati bersama fans, franchise, dan pemain dari seluruh dunia,” kata Brendan Donohue, Managing Director 2K League, “Gen.G adalah organisasi yang ideal untuk meluncurkan tim pertama kami di luar Amerika Utara, dan kami berharap dapat bekerja bersama Gen.G untuk menjangkau penggemar baru di Shanghai serta menemukan talenta elit di penjuru Asia.”

Tim Gen.G nantinya akan berlatih di markas Gen.G yang berada di Los Angeles. Selain merupakan tim luar Amerika pertama, Gen.G juga merupakan tim pertama di NBA 2K League yang tidak berafiliasi dengan tim NBA, meskipun salah satu investor Gen.G yaitu Dennis Wong juga merupakan shareholder di tim NBA LA Clippers. Bagi Gen.G, NBA 2K League adalah franchise kedua yang mereka ikuti. Sebelumnya mereka mengikuti franchise Overwatch League sebagai pemilik tim Seoul Dynasty.

Menariknya, peran Gen.G di NBA 2K League bukan hanya sebagai partisipan kompetisi, tapi juga sebagai partner untuk mengembangkan liga tersebut secara global. Mereka akan berkolaborasi dalam pencarian dan pengembangan atlet di Asia, pengembangan brand di Asia, serta pelaksanaan program-program esports dan gaming di seluruh dunia.

Team Bumble
Team Bumble, divisi Fortnite Gen.G khusus perempuan

Salah satu hal yang memperkuat kolaborasi Gen.G dan NBA 2K League adalah karena keduanya sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai inklusivitas dan profesionalisme. Di bulan Agustus lalu misalnya, NBA 2K League baru saja mengadakan development camp pertama untuk pemain-pemain esports NBA 2K perempuan di New York City. Sementara Gen.G juga baru meluncurkan tim Fortnite khusus perempuan yang disebut Team Bumble, hasil kerja sama dengan aplikasi Bumble. Bersama Gen.G, NBA 2K League ingin lebih memperkuat program-program seperti ini.

“Kami merasa terhormat bisa membantu memimpin ekspansi NBA 2K League ke Asia dan bangga bisa mewakili Shanghai beserta ratusan juta penggemar Tiongkok yang menyukai bola basket dan video game,” kata CEO Gen.G, Chris Park, “Misi utama Gen.G yang unik—untuk menghubungkan para penggemar dan atlet esports di seluruh Amerika Serikat dan Asia—ada untuk usaha ambisius seperti ini. Kami memiliki rencana-rencana besar untuk membantu menumbuhkan NBA 2K League di komunitas seluruh dunia yang memiliki gairah terhadap bola basket dan video game.”

Sumber: NBA 2K League

Twitch dan Bud Light Dukung Tekken World Tour, Raynor Gaming Jadi Sponsor Bucks Gaming

Twitch dan Anheuser-Busch InBev mengumumkan kerja sama untuk mengembangkan ekosistem esports, khususnya Tekken 7. Anheuser-Busch InBev adalah perushaaan minuman asal Belgia dengan Bud Light sebagai salah satu mereknya.

Melalui kerja sama ini, kedua perusahaan itu akan mengadakan turnamen Tekken 7 amatir yang dinamakan Bud Light Beer League: Tuesday Throwdown. Seperti namanya, turnamen tersebut merupakan turnamen mingguan dengan total hadiah dari kompetisi tersebut adalah US$15 ribu. Turnamen itu memiliki batasan umur. Hanya peserta berumur 21 tahun ke atas yang bisa ikut serta. Pemenang dari kompetisi tersebut juga berhak untuk ikut dalam Last Chance Qualifier untuk Tekken World Tour yang diadakan di Bangkok, Thailand.

Tidak berhenti sampai di situ, dengan kerja sama ini, dua perusahaan tersebut juga menjadi sponsor Gold dari Tekken World Tour yang akan dimulai pada akhir pekan ini dalam acara Summer Jam yang diadakan di Essington, Pennsylvania, Amerika Serikat. Baik Twitch dan Bud Light akan menjadi sponsor dari turnamen itu hingga babak akhir, yang diadakan pada 7 dan 8 Desember di Bangkok, Thailand. Selain turnamen Tekken, kerja sama antara perusahaan Belgia itu dengan Twitch menyertakan media placement di siaran Overwatch League.

Sumber: Twitch via Esports Observer
Sumber: Twitch via Esports Observer

“Bekerja sama kembali dengan Bud Light di gaming dan esports adalah kesempatan fantastis,” kata Senior Director of Global Sponsorships, Twitch, Nathan Lindberg, menurut laporan The Esports Observer. “Sebagai salah satu investor awal di bidang ini, merek tersebut telah memiliki presence yang kuat dan dengan kerja sama baru ini, mereka tentu akan kembali menjadi merek yang populer di channel di Twitch.”

Bud Light adalah salah satu dari banyak merek non-endemik yang tertarik untuk jadi sponsor esports. Memang, sekarang semakin banyak merek non-endemik yang mau jadi sponsor tim esports. Biasanya, merek non-endemik menjadi sponsor untuk menjangkau fans esports yang biasanya merupakan milenial dan generasi Z yang sulit dijangkau dengan media tradisional. Tapi, itu bukan berarti merek-merek endemik berhenti menjadi sponsor. Dari segi eksposur, merek endemik masih di depan dari merek non-endemik.

Raynor Gaming Jadi Sponsor Tim Esports

Raynor Gaming yang merupakan salah satu contoh merek endemik baru saja menjadi sponsor tim esports. Mereka baru mengumumkan kerja sama dengan Bucks Gaming, salah satu tim yang bertanding dalam NBA 2K League. Sebagai penyedia kursi gaming, tidak heran jika kerja sama antara Raynor Gaming dan Bucks Gaming melibatkan pembuatan kursi gaming khusus. Dengan kerja sama ini, Raynor Gaming akan menyuplai kursi gaming dengan logo Bucks Gaming ke Bucks Gaming Performance Center.

Kursi khusus Bucks Gaming buatan Raynor Gaming | Sumber: Esports Observer
Kursi khusus Bucks Gaming buatan Raynor Gaming | Sumber: Esports Observer

Bucks Gaming bukanlah satu-satunya tim yang didukung oleh Raynor Gaming. Perusahaan asal New York itu resmi menjadi sponsor untuk kursi gaming NBA 2K League pada Maret lalu. Itu berarti, mereka juga menyediakan kursi untuk beberapa tim lain dalam liga tersebut, seperti Celtics Crossover Gaming, T-Wolves Gaming, Cavs Legion GC, Nets GC, 76ers GC, dan Hawks Talon GC.

Saat ini, dari total pendapatan esports US$1,1 miliar di industri esports, 41,5 persen berasal dari sponsorship. Kontributor terbesar kedua adalah hak siar media, dengan kontribusi 22,8 persen. Namun, hak siar media merupakan sumber pendapatan yang tumbuh paling besar. Di masa depan, penjualan hak siar media adalah salah satu sumber pemasukan potensial untuk esports, terutama karena kini, esports semakin menyerupai olahraga konvensional. Hal ini terlihat dari Overwatch League yang akan menetapkan sistem kandang-tandang layaknya sepakbola. Potensi pemasukan lainnya adalah dari franchise yang digunakan oleh Activision Blizzard dalam Overwatch League dan liga Call of Duty yang dimulai tahun depan.

Sumber header: situs resmi Tekken World Tour

AT&T Jalin Kerjasama Tahunan Dengan NBA, Termasuk 2K League

Belakangan esports genre sports memang sedang jadi sorotan para sponsor, terutama di industri esports barat sana. Alasannya mungkin cukup sederhana, genre ini bisa ditonton berbagai demografi usia, juga mudah dimengerti oleh orang awam. Kalau kemarin ada FIFA yang kerjasama dengan ELEAGUE, kali ini ada kerjasama lain yang terjalin dari game olahraga bola basket.

Kerjasama ini sebenarnya terjadi antara liga bola basket profesional Amerika Serikat, NBA, dengan penyedia layanan telekomunikasi, AT&T. Namun kerjasama ini ternyata tidak berhenti kepada liga bola basket NBA saja, namun juga pada liga esports bola basket, NBA 2K League atau yang juga disebut 2K League.

Sumber
Sumber: Flurry Sports

Tahun lalu, NBA 2K League sudah berjalan selama satu musim mulai dari bulan Mei 2018. Kompetisi tersebut mempertandingkan 17 tim yang pada akhirnya memunculkan tim New York City sebagai pemenang. Tahun ini NBA 2K League akan kembali berlangsung dengan penambahan jumlah tim menjadi 21. Seperti tahun lalu, musim kompetisi NBA 2K League 2019 dimulai pada bulan Mei nanti.

Liga esports dari game NBA 2K ini sebenarnya cukup menarik. Karena diselenggarakan atas kerjasama NBA dengan sang pengembang game, Take-Two Interactive, jadinya tim peserta liga ini juga adalah tim yang masuk dalam franchise liga bola basket NBA. Jadi kalau menonton 2K League, Anda bisa melihat nama-nama besar seperti LA Lakers, Miami Heat, atau Golden State Warriors, namun dengan branding yang berbeda.

Walau baru berjalan selama satu musim, kompetisi ini terbilang berjalan dengan cukup sukses. Secara bisnis, mereka berhasil mengamankan berbagai sponsor dari brand endemik seperti HyperX, Scuf Gaming, Intel, Alienware, dan juga kerjasama dengan Twitch untuk menjadi official live streaming partner. Jumlah penonton liga ini juga cukup lumayan, walau meski jumlahnya memang belum sebesar seperti kompetisi MOBA.

Sumber:
Sumber: Yahoo! Sports

Mengutip dari Esports Watch jumlah penonton terbanyak dari NBA 2K League ini baru mencapai 28.850 penonton secara bersamaan. Jumlah ini memang tak besar namun cukup wajar, mengingat NBA 2K League baru berjalan selama satu musim. Jika harus dibandingkan, jumlah ini terpaut cukup jauh jika dibandingkan dengan Dota 2 Chongqing Major yang memiliki jumlah penonton terbanyak mencapai 503.727 penonton secara bersamaan.

NBA 2K League juga menawarkan konsep permainan yang unik. Kalau game olahraga FIFA biasanya mengandalkan satu orang pemain untuk memainkan satu tim sepakbola. NBA 2K League malah membuat game olahraga jadi seperti MOBA. Format pertandingan 2K League adalah 5v5, yang mana setiap pemain mengendalikan pebasket virtual mereka sendiri. Alhasil jika ingin menang, sang atlet esports NBA 2K League ini juga harus mengerti dasar-dasar formasi, strategi, dan pergerakan pemain di dalam bola basket.

Nielsen: 49 Persen Sponsor Esports di Tahun 2018 adalah Brand Non-Endemic

Tahun 2018 lalu adalah tahun yang sangat menarik bagi esports. Menurut laporan dari Newzoo, revenue di seluruh dunia dari esports diperkirakan mencapai lebih dari US$900 juta (sekitar Rp12,59 triliun). Organisasi-organisasi esports raksasa seperti Cloud9 dan Team Liquid telah memiliki nilai valuasi di atas US$200 juta, dan ekosistem ini memiliki lebih dari 300 juta audiens sebagai penikmat konten. Serunya lagi, pertumbuhan ini diprediksi masih akan terus melesat, setidaknya hingga tahun 2021.

Revenue sebesar itu berasal dari banyak sekali jalur, seperti periklanan, penjualan tiket atau merchandise, hak siar, dan lain-lain. Namun sponsorship masih menjadi kontributor terbesar. Sponsorship di dunia esports telah lama didominasi oleh perusahaan-perusahaan teknologi dan perangkat gaming, seperti Intel atau SteelSeries. Tapi data dari Nielsen yang baru-baru ini dipublikasikan menunjukkan bahwa tren tersebut bisa saja bergeser.

Dilansir dari Esports Observer, Nielsen mencatat bahwa rasio sponsor dari brand non-endemic (bukan gaming atau teknologi) di dunia esports global telah mencapai 49% dari keseluruhan. Angka tersebut naik sebesar 8% dibanding tahun 2017. Data ini mencakup seluruh sponsorship yang ada, baik itu sponsorship untuk event, liga, ataupun sponsorship tim. Sementara bila berbicara tentang event/liga saja, rasio sponsor non-endemic tahun 2018 adalah 39%.

Overwatch League - New York Excelsior
Mano (Dong-gyu Kim) dari New York Excelsior | Sumber: Blizzard/OWL

Ada pencapaian tersendiri dalam liga-liga esports yang dirancang memiliki struktur regional. Regional di sini maksudnya adalah liga yang timnya merupakan perwakilan kota dalam suatu negara. Contohnya Overwatch League (OWL), yang diikuti oleh tim-tim seperti Los Angeles Valiant, Shanghai Dragons, dan Seoul Dynasty.

“Liga berbasis lokasi seperti NBA 2K League dan Overwatch League menunjukkan keberhasilan dalam menarik dukungan brand dari organisasi-organisasi lokal atau regional, dan sponsor non-endemic yang sebelumnya tidak berminat pada esports karena melihat audens globalnya,” kata Nicole Pike dari Nielsen dalam laporannya di Esports Observer. Overwatch League sendiri pada tahun 2018 telah disponsori oleh 43% brand non-endemic. Mereka terutama berasal dari kategori brand makanan/camilan, audio, dan entertainment.

NBA 2K League lebih dahsyat lagi. Meski merupakan liga baru dengan season pertama yang dimulai pada bulan Mei 2018, NBA League berhasil menarik sponsor sebesar 72% brand non-endemic. Partisipasi sebesar ini salah satunya didorong oleh hubungan yang sudah ada antara tim-tim NBA dengan brand sebelum NBA 2K League diluncurkan. Selain itu, tim-tim dalam NBA 2K League juga mendekati beragam sponsor non-endemic yang memiliki kaitan dengan lokasi geografis masing-masing tim.

NBA 2K League - Knicks Gaming
Knicks Gaming, tim esports milik New York Knicks | Sumber: NBA 2K League

Nielsen percaya bahwa esports adalah ranah yang masih terus berubah (evolving space), di mana tren dapat datang dan pergi dengan cepat. Akan tetapi data telah menunjukkan secara konsisten bahwa kini para pemilik brand tak lagi memandang investasi esports sebelah mata. Apalagi dengan audiens serta proyeksi revenue yang masih terus meningkat.

Untuk tim atau organizer yang masih kesulitan dalam meyakinkan para pemegang brand itu, strategi regional seperti Overwatch League dan NBA 2K League adalah alternatif yang patut dicoba. Di Indonesia sendiri sudah mulai banyak “pemain besar” dari ranah non-endemic yang terjun mendukung ekosistem esports, seperti Indofood, BCA, atau Kratingdaeng. Sangat mungkin dalam waktu dekat kita akan melihat lebih banyak lagi perusahaan mengikuti jejak mereka.

Sumber: Nielsen/Esports Observer, Dexerto