3 Setup Kamera Mirrorless Pilihan dan Lensanya Untuk Pecinta Fotografi

Saat ini bagi yang memiliki ketertarikan dengan fotografi, tentunya Anda bisa memulai menekuni hobi memotret menggunakan kamera smartphone. Setelah mantap jatuh hati pada dunia fotografi dan mendambakan pengalaman memotret yang lebih dalam, selanjutnya Anda bisa beralih ke kamera mirrorless.

Kenapa kamera mirrorless, bukan DSLR ataupun analog? Ketiganya menurut saya ‘luar biasa’, tetapi bila mempertimbangkan faktor teknologi, keandalan, desain, dan biaya yang harus dikeluarkan, maka mirrorless ialah pilihan paling ideal saat ini.

Bicara kamera mirrorless, saya memiliki tiga rekomendasi setup kamera mirrorless pilihan dan lensa-lensanya. Ketiganya berada direntang harga Rp10 jutaan, mereka sangat cocok sebagai ‘everyday carry‘. Langsung saja, kita mulai dari Nikon Z fc.

1. Nikon Z fc

Dia terlihat seperti kamera SLR legendaris Nikon FM2, tetapi di dalamnya tertanam sistem kamera baru Nikon Z. Ia mengusung sensor APS-C 21MP, prosesor gambar Expeed 6 yang mampu memotret beruntun hingga 11 fps dengan autofocus atau 9 fps untuk Raw 14-bit.

Tak berhenti pada tampilan, kita bisa merasakan sensasi pengalaman memotret seperti kamera analog berkat kontrol mekaniknya. Di pelat atas tersemat dial untuk mengatur ISO dan tuas untuk beralih mode autofocus.

Kemudian ada dial shutter speed dengan tuas untuk beralih ke mode foto dan video. Juga terdapat dial exposure compensation, serta dua roda putar di depan dan belakang untuk mengatur exposure.

Ya, hampir semua kontrol dapat dilakukan lewat bodi kamera. Bila perlu, Anda bisa membalikkan layar sentuh 3 inci 1,04 juta dot ke dalam yang memungkikan berkat mekanisme vari-angle. Lalu, memotret hanya dengan jendela bidik elektronik yang menggunakan panel OLED 2,36 juta dot.

Harga Nikon Z fc body only di Indonesia dibanderol Rp13.999.000 dan Rp15.999.000 dengan lensa kit Nikkor Z DX 16-50mm F3.5-6.3 VR. Pasangan serasi untuk lensa native ialah Nikkor Z 28mm F2.8 (SE) atau Nikkor Z 40mm F2 untuk mendapatkan setup kamera yang ringkas.

2. Fujifilm X-E4

Kalau Nikon Z fc menawarkan look dan feel layaknya kamera SLR Nikon zaman dulu, Fujifilm X-E4 mengusung desain klasik bergaya rangefinder yang tak kalah menarik. Dibanding Nikon Z fc, dimensi bodi Fujifilm X-E4 jauh lebih ramping apalagi bila dipasangkan dengan lensa XF 27mm F2.8 R WR.

Bila Nikon Z fc sangat ramai, Fujifilm X-E4 justru tampil minimalis dan sistem kontrolnya lebih simpel. Di pelat atas, hanya terdapat dial untuk mengatur shutter speed dan exposure compensation, serta satu roda putar di bagian belakang.

Ke bagian dalam, Fujifilm X-E4 mengemas sensor BSI-CMOS X-Trans 4 26MP dengan prosesor gambar quad-core X-Processor 4. Ia dapat memotret beruntun 20 fps dengan electronic shutter dan 8 fps dengan mechanical shutter.

Tentu saja, daya tarik kamera Fuji adalah film simulation. Total ada 18 film simulation pada Fujifilm X-E4, termasuk ETERNA Bleach Bypass dan Classic Negative.

Selain itu, layar sentuh 3 incinya memiliki resolusi 1,63 juta dot dan bisa ditarik dan ditekuk hingga 180 derajat ke depan. Lalu, jendela bidik elektroniknya menggunakan panel OLED beresolusi 2,36 juta dot.

Harga Fujifilm X-E4 body only di Indonesia dibanderol Rp13.499.000 dan Rp16.499.000 dengan lensa XF 27mm F2.8 R WR.

3. Sony Alpha ZV-E10

Pilihan yang satu ini menawarkan pengalaman memotret yang berbeda dengan opsi pertama dan kedua. Bodinya lebih kecil dari Fujifilm X-E4 dengan grip mungil yang memberikan cengkraman yang kuat dan kontrol kameranya paling sederhana tetapi sangat cepat.

Dari segi desain, Sony Alpha ZV-E10 tampak seperti hasil fusion dari kamera compact ZV-1 dan A5100, ia juga dirancang untuk pengambilan video vlog. Tanpa dibekali jendela bidik, namun memiliki layar vari-angle yang memberikan fleksibilitas lebih baik dalam menyusun komposisi foto.

Di dalamnya tertanam sensor CMOS Exmor APS-C 24,2MP dan mampu memotret berturut-turut hingga 11 fps dengan continuous autofocus. Untuk lensa native, Sony ZV-E10 sangat cocok bila dipasangkan dengan Sony E 35mm F1.8 OSS, Sony E 20mm F2.8, dan Sony E 16mm F2.8 Pancake.

Terakhir tetapi tak kalah penting adalah dukungan lensa pihak ketiga, terutama 7Artisans dan TTArtisan yang menawarkan lensa prime terjangkau dengan aperture besar. Lensa manual juga cocok sebagai teman berlatih untuk menambah jam terbang dan mengasah kreativitas.

Dari 7Artisans, lensa terbaru yang murah meliputi 7Artisans Photoelectric 50mm f/0.95 Rp2.990.000, 7Artisans 55mm F/1.4 Mark II Rp1.690.000, 7Artisans 35mm F1.2 Mark II Rp1.650.000, dan 7Artisans 35mm F0.95 Rp2.990.000. Sementara dari TTArtisan, meliputi TTArtisan 17mm F1.4 Rp1.799.000, TTArtisan 50mm F1.2 Rp1.499.000, TTArtisan 35mm F1.4 Rp1.099.000.

Nikon Z9 Resmi Diungkap, Sanggup Hasilkan Footage 8K dan Memotret Beruntun 30fps

Nikon akhirnya merilis kamera mirrorless flagship untuk segmen profesional atas, mari berkenalan dengan Nikon Z9. Ia akan tersedia pada akhir tahun 2021 dengan harga US$5.499 atau mencapai Rp77,8 jutaan.

Dari segi desain, Nikon Z9 mengusung bodi tipe ala large SLR seperti Nikon D6 – seolah punya battery grip tetapi menyatu dalam bodi. Dimensinya memang bongsor, 149x150x91 mm dan bobotnya 1.340 gram. Itu termasuk baterai tipe EN-EL18d yang dalam sekali pengisian, Nikon Z9 dapat memotret sekitar 740 jepretan.

Dibanding Nikon D6, Nikon Z9 8% lebih ringan dan volumenya sekitar 20% lebih kecil. Bagian belakang menampilkan LCD monitor sentuh 3,2 inci beresolusi 2,1 juta dot dengan mekanisme tilting yang bisa ditarik secara vertikal maupun horizontal. Kemudian di atasnya terdapat jendela bidik elektronik beresolusi 3,68 juta dot dengan perbesaran 0,8x.

Lebih jauh, keunggulan utama Nikon Z9 ialah keberadaan sensor full frame tipe stacked CMOS dengan resolusi 46MP. Ia mampu memotret beruntun 30fps dalam format JPEG atau 20fps dalam format Raw. Nikon juga menyediakan dua opsi format Raw baru efisiensi tinggi, HE* dan HE yang masing-masing berukuran sekitar 1/2 dan 1/3 lebih kecil dari ukuran data yang tidak terkompresi.

Nikon Z9 menjadi kamera mirrorless Nikon pertama yang mengadopsi sistem AF 3D Tracking yang dapat dikombinasikan dengan sistem pengenalan subjek terlatih dari machine-learning kamera. Sistem autofocus-nya telah dilatih untuk mengenali tiga set subjek yang meliputi orang, hewan, dan kendaraan. Dalam mode otomatis, Nikon Z9 dapat menganalisis scene untuk mendeteksi subjek secara otomatis.

Nilai jual utama lain dari Nikon Z9 ialah kemampuan perekam videonya. Ia mampu merekam video 8K 30fps dalam pilihan 8-bit H.264, 8-bit atau 10-bit H.265, dan low-compression 10-bit ProRes HQ. Nikon juga menjanjikan pengambilan footage 8K 60fps 12-bit Raw lewat pembaruan firmware di masa mendatang.

Selain itu, Nikon Z9 dapat merekam video 4K hingga 120fps menggunakan lebar penuh sensornya. Kamera juga mendukung Log secara internal, baik dalam format N-Log atau HDR TV-ready Hybrid Log Gamma.

Bersama Nikon Z9, Nikon juga mengumumkan dua lensa baru untuk sistem Nikon Z. Mulai dari Nikkor Z 24-120mm F4 S yang dibanderol US$1099.95, lensa ini menggantikan Nikkor Z 24-105mm F4 pada roadmap lensa Nikon. Secara optik, ia terdiri dari 16 elemen dalam 13 grup, termasuk tiga elemen ED glass (extra-low dispersion), tiga elemen aspherical dan satu elemen ED aspherical.

Kemudian Nikkor Z 100-400mm F4.5-5.6 VR S, lensa zoom telephoto ini dibanderol US$2699.95. Secara optik, ia punya 25 elemen dalam 20 grup, termasuk enam elemen ED dan dua elemen Super ED. Nikon menggunakan elemen Nano Crystal Coat dan ARNEO Coat untuk mengurangi ghost dan flare dalam kondisi backlit.

Sumber: DPreview

Harga Nikon Z fc di Indonesia dan Rekomendasi Lensa yang Cocok

Bagi sebagian orang, kamera mirrorless merupakan bagian dari gaya hidup. Mereka sangat menikmati proses saat memotret dan selalu membawa kamera kemanapun pergi. Bagi Anda yang mendambakan pengalaman memotret seperti menggunakan kamera analog, kamera baru dari Nikon ini mengajak para penggemar fotografi bernostalgia.

Ya, Nikon Z fc akhirnya telah tiba di Indonesia. Sudah bisa dipesan secara pre-order, sejak tanggal 20 sampai 31 Agustus 2021. Khusus pembelian secara pre-order, konsumen akan mendapatkan satu baterai ekstra Nikon EN-EL25 senilai Rp1.149.000 dan promo cashback di toko kamera termasuk yang di official store e-commerce.

Harga Nikon Z fc di Indonesia dibanderol Rp13.999.000 untuk body only dan Rp15.999.000 dengan lensa kit Nikkor Z DX 16-50mm F3.5-6.3 VR. Tentunya banyak yang masih penasaran, siapa sebenarnya Nikon Z fc?

Ia adalah kamera mirroless dengan lensa yang dapat dipertukarkan dan menggunakan sistem kamera terbaru Nikon Z-mount. Namun ukuran sensor yang dipakai bukanlah full frame, melainkan APS-C beresolusi 21MP dengan prosesor gambar Expeed 6 seperti Nikon Z50.

Bagian istimewa dari Nikon Z fc ialah desainnya, bergaya retro mengambil inspirasi dari kamera SLR mereka jaman dulu yakni Nikon F series. Tak cuma mengandalkan penampilan, pengalaman memotret Nikon Z fc juga bakal berbeda berkat kontrol mekanik untuk ISO, shutter speed, dan exposure compensation.

Meski mengusung desain klasik, Nikon tetap memadukan dengan elemen modern seperti layar dengan mekanisme vari-angle dan port USB-C yang memungkinkan pengisian daya langsung ke kamera. Layarnya touchscreen 3 inci dengan resolusi 1,04 juta dot dan di atasnya jendela bidik elektronik dengan panel OLED 2,36 juta dot.

Nikon Z fc dapat memotret beruntun hingga 11 fps dengan full autofocus atau 9 fps untuk Raw 14-bit. Sementara untuk video, kamera ini dapat merekam video hingga resolusi 4K oversampled dari lebar penuh sensornya.

Rekomendasi Lensa

Ekosistem lensa sistem kamera Nikon Z sudah berkembang banyak, di mana beberapa pilihan lensa native dengan harga yang cukup terjangkau sudah tersedia. Sebut saja, Nikkor Z MC 50mm F2.8, Nikkor Z 85mm F1.8 S, Nikkor Z 35mm F1.8 S, dan Nikkor Z 20mm F1.8 S yang harganya masih berkisar di angka belasan juta.

Bila sederet lensa tersebut masih belum masuk budget, pengguna Nikon Z fc juga bisa melirik lensa manual pihak ketiga yang harganya sangat murah. Sebagai contoh, lensa terbaru 7Artisans 35mm F0.95 hanya Rp2.990.000, 7Artisans 55mm F1.4 mark II Rp1.690.000, 7Artisans 35mm F1.2 mark II Rp1.650.000, bahkan TTArtisan 35mm F1.4 hanya Rp1.039.000, lensa tersebut juga tersedia dalam varian Nikon Z mount.

Dengan memasang lensa manual ke bodi Nikon Z fc, selain membuat bentuknya tetap ringkas dan penampilannya selaras. Namun yang lebih penting justru meningkatkan pengalaman memotret, di mana segala pengaturan bisa diatur secara manual sesuai preferensi masing-masing pengguna, dari ISO, shutter speed, aperture, dan juga fokusnya.

Nikon Z fc Resmi, Mirrorless dengan Tampilan Jadul Ala SLR

Nikon merupakan pemain kawakan di industri pencitraan, gemilang sejak era kamera SLR maupun DSLR. Meski saat ini Nikon sedang berupaya keras menggaet kembali penggemar setianya dengan sistem kamera mirrorless modern mereka, Nikon Z.

Saya tidak meragukan kemampuan tiga kamera mirrorless Nikon yang diluncurkan pada tahun 2020 seperti Nikon Z6 II, Z7 II, dan Z5. Mereka sangat powerful untuk menangani kebutuhan fotografer/videografer profesional saat ini, teknologi penting tetapi menurut saya Nikon juga butuh yang namanya ‘diferensiasi’.

Mari tengok ke tahun 1959, Nikon memperkenalkan kamera dengan sistem SLR 35mm pertama mereka yang disebut Nikon F dan merupakan salah satu kamera paling canggih pada zamannya. Apa pendapat Anda bila Nikon membawa seri kamera legendaris tersebut ke masa sekarang? Perkenalkan Nikon Z fc, kamera mirroless dengan retro bergaya kamera analog tetapi menggunakan Z-mount.

Untuk body only, Nikon Z fc dibanderol dengan harga US$960 atau sekitar Rp13,9 jutaan. Sementara, Nikon Z fc dengan lensa kit DX 16-50mm F3.5-6.3 VR dijual US$1.100 atau Rp15,9 jutaan. Juga tersedia dengan lensa Nikkor Z 28mm F2.8 (SE) seharga US$1200 atau Rp17,4 jutaan.

Kenapa bisa murah karena Nikon Z fc berbagi spesifikasi yang mirip seperti Nikon Z50. Di mana ukuran sensor yang dipakai bukanlah full frame, melainkan APS-C beresolusi 21MP dan digerakkan oleh prosesor gambar Expeed 6.

Bisa dilihat di bagian atas, terdapat dial ikonik untuk mengatur ISO, shutter speed, dan exposure compensation. Desain punuk dan terutama yang warna silver sangat mengundang untuk bernostalgia, juga ada enam warna tambahan selain silver yang bisa dipilih sesuai style pengguna.

Meski mengusung desain klasik, Nikon tetap memadukan dengan elemen modern seperti layar dengan mekanisme vari-angle dan port USB-C yang memungkinkan pengisian daya langsung ke kamera. Layarnya touchscreen 3 inci dengan resolusi 1,04 juta dot dan di atasnya jendela bidik elektronik dengan panel OLED 2,36 juta dot.

Lebih lanjut, Nikon Z fc dapat memotret beruntun hingga 11 fps dengan full autofocus atau 9 fps untuk Raw 14-bit. Sementara untuk video, kamera ini dapat merekam video hingga resolusi 4K oversampled dari lebar penuh sensornya.

Bersama Nikon Z fc, Nikon juga memperkenalkan lensa Nikkor Z 28mm F2.8 (SE) dengan tampilan vintage. Namun ini adalah lensa full frame dan bila dipasang pada Nikon Z fc menawarkan focal length 42mm.

Secara optik, Nikkor Z 28mm F2.8 (SE) terdiri dari 8 elemen dalam 7 kelompok, dengan elemen depan yang kecil dan elemen belakang yang relatif besar. Fokus digerakkan oleh motor stepping kembar dan jarak fokus minimumnya 19cm dengan filter depan 52mm.

Lensa ini tersedia sebagai bagian dari kit dengan Nikon Z fc atau bisa dibeli secara terpisah seharga US$299 (Rp4,3 jutaan). Bila melihat harganya, Nikon Z fc akan bersaing langsung dengan Fujifilm X-E4 yang juga mengandalkan desain retro ala rangefinder. Semoga saja, Nikon Z fc bisa menyambangi pasar Indonesia secepatnya.

Sumber: DPreview

Lewat NX Studio, Nikon Ingin Ubah Stigma Software Editing Bawaan Produsen Kamera Itu Jelek

Kabar gembira bagi para konsumen setia Nikon. Nikon belum lama ini meluncurkan NX Studio, sebuah software edit foto gratis untuk Windows sekaligus macOS. Meski gratis, fungsinya benar-benar lengkap. Ia bahkan juga bisa dipakai untuk menyunting video.

Secara umum, NX Studio mengintegrasikan fitur-fitur yang sebelumnya ada di software ViewNX-i dan Capture NX-D. Itu berarti pengguna tidak lagi memerlukan dua software yang terpisah untuk melihat dan mengedit hasil jepretannya. Semuanya sekarang cukup dengan menggunakan NX Studio, dan Nikon memastikan bahwa semua kamera bikinannya kompatibel, mulai dari seri Z sampai action cam KeyMission sekaligus.

Sebagai software besutan Nikon sendiri, tentu saja NX Studio menjamin hasil konversi file RAW kamera-kamera Nikon (.NEF atau .NRW) yang paling akurat. Satu fitur menarik yang diwarisi dari Capture NX-D adalah Color Control Points, yang memungkinkan penyesuaian exposure pada area tertentu saja dalam sebuah gambar, sehingga penyuntingan bisa dilakukan secara lebih presisi lagi.

Namun yang selama ini menjadi kekurangan terbesar dari banyak software bawaan yang disiapkan oleh produsen kamera adalah terkait kemudahan pengoperasiannya. Sering kali tampilan antarmukanya terkesan membingungkan, sehingga pada akhirnya pengguna lebih memilih menggunakan software pihak ketiga macam Adobe Lightroom atau Capture One.

Lewat NX Studio, Nikon pada dasarnya ingin mengubah stigma tersebut. Supaya mudah dikuasai, fitur-fitur dalam NX Studio dikelompokkan berdasarkan workflow: data import, viewing, dan editing. Kalau Anda pernah menggunakan Lightroom, Anda pasti bakal mudah beradaptasi dengan NX Studio.

Nikon juga memastikan supaya NX Studio bisa digunakan bersama software lain macam Nikon Transfer 2 atau Camera Control Pro 2 demi memudahkan workflow. Integrasi dengan Nikon Image Space juga tersedia sehingga pengguna dapat mengunggah hasil suntingannya langsung ke layanan cloud storage tersebut. Untuk video, pengguna juga bisa langsung mengunggah hasil editan ke YouTube lewat NX Studio.

Kalau Anda punya kamera Nikon, tidak ada ruginya mencoba NX Studio mengingat Anda sama sekali tidak akan dikenakan biaya apapun. Tentu saja, pastikan terlebih dulu bahwa spesifikasi PC atau laptop yang Anda gunakan memenuhi syarat yang tercantum di situsnya.

Sumber: PetaPixel.

Nikon Kembangkan Sensor 1 Inci yang Mampu Merekam Video 4K HDR di 1.000 fps

Berbeda dari Canon, Nikon tidak memproduksi sensor kameranya sendiri. Sudah menjadi rahasia umum kalau sensor yang tertanam di banyak kamera Nikon adalah buatan Sony. Kendati demikian, beberapa di antaranya tetap didesain oleh tim engineering Nikon sendiri.

Salah satunya adalah sensor CMOS unik yang sedang mereka garap berikut ini, yang diklaim sanggup merekam video 4K di kecepatan 1.000 fps, dan di saat yang sama memiliki dynamic range yang begitu luas. Jadi ketika dipakai untuk merekam di kecepatan 1.000 fps, dynamic range-nya tercatat berada di kisaran 110 dB. Lalu kalau diturunkan ke 60 fps, dynamce range-nya malah naik lebih jauh lagi menjadi 134 dB.

Gambar di bawah ini bisa mengilustrasikan betapa luasnya dynamic range yang dimiliki sensor ini. Pada gambar pertama (yang diambil menggunakan sensor ini), tampak bahwa semua detail yang terdapat di sisi gelap dan sisi terang bisa terlihat dengan jelas. Bandingkan dengan gambar kedua dan ketiga (diambil menggunakan sensor tradisional), yang masing-masing hanya bisa menampilkan detail dari sisi gelap atau sisi terang saja.

Nikon stacked CMOS sensor

Seperti halnya sensor berperforma tinggi bikinan Sony, sensor ini mengadopsi desain stacked alias bertumpuk. Di lapisan atas, ada penampang seluas 1 inci yang berisikan 17,8 juta pixel, dengan ukuran masing-masing pixel sebesar 2,7 μm, lalu di bawahnya ada papan sirkuit yang bertindak sebagai controller.

Nikon sejauh ini belum punya rencana pasti terkait sensor ini dan kamera apa yang bakal menggunakannya. Potensi pengaplikasiannya sendiri sangatlah luas, mulai dari kamera compact, kamera saku, sampai kebutuhan komersial seperti di bidang otomotif.

Terlepas dari itu, kabar ini semestinya bisa mematahkan miskonsepsi umum bahwa Nikon tidak mengembangkan sensornya sendiri dan sepenuhnya bergantung kepada Sony. Nikon justru melihat ada demand yang cukup tinggi akan sensor berperforma tinggi yang memiliki wujud ringkas, dan mereka berkomitmen untuk terus melanjutkan riset dan pengembangannya demi memenuhi permintaan pasar.

Sumber: PetaPixel dan DPReview.

Tokina Umumkan Tiga Lensa Baru untuk Fujifilm, Canon EF, dan Nikon F

Bagi pengguna kamera mirrorless Fujifilm, mereka tidak kekurangan pilihan lensa fix native. Namun opsi mereka bertambah banyak, Tokina telah mengumumkan dua lensa fix terbaru untuk sistem Fujifilm X-mount yaitu atx-m 23mm F1.4 dan atx-m 33mm F1.4.

Tokina atx-m 23mm F1.4 ini berarti menawarkan focal lenght ekuivalen 35mm di full frame, yang ideal untuk foto street dan lanscape. Sementara Tokina atx-m 33mm F1.4 ekuivalen 50mm di full frame, lensa sudut standar ini serbaguna dan cocok digunakan oleh amatir yang baru belajar memotret ataupun para profesional.

Kedua lensa ini memiliki fitur color balance tuning untuk menyesuaikan dengan berbagai mode film simulation khas Fuji. Serta, menawarkan autofocus yang cepat dan tetap senyap berkat penggunaan motor ST-M.

Tokina_II

Lebih lanjut, Tokina atx-m 23mm F1.4 dan atx-m 33mm F1.4 memiliki cincin aperture tanpa klik, nine-blade diaphragms, rentang aperture F1.4 hingga F16, ukuran filter 52mm, panjang 72mm, dan diameter 65mm. Sementara, bobotnya masing-masing 276 gram dan 285 gram.

Tokina juga mengumumkan lensa zoom terbaru untuk kamera DSLR Canon EF dan Nikon F yaitu atx-i 17–35mm F4. Lensa ini terdiri dari 13 elemen dalam 12 grup, dengan rentang aperture F4 hingga F22, jarak fokus minimum 28mm, memiliki rasio makro 1:4.82, dan filter depan berukuran 82mm.

tn1735cam2

Lensa ini memiliki fitur mekanisme One-Touch Focus Clutch dari Tokina, yang memungkinkan beralih antara autofocus dan manual dengan mendorong dan menarik laras lensa. Autofocus-nya sendiri menggunakan sensor Tokina GMR dan motor Silent Drive-Module (SD-M).

Mengenai harga, Tokina atx-m 23mm F1.4 dan atx-m 33mm F1.4 dibanderol masing-masing US$479 (Rp6,7 jutaan) dan US$429 (Rp6 jutaan). Sedangkan, Tokina atx-i 17–35mm F4 dijual US$600 atau sekitar Rp8,5 jutaan.

Sumber: DPreview 1, DPreview 2

Nikon Z 7II dan Z 6II Diluncurkan, Bawa Prosesor Sekaligus Slot Memory Card Ganda

Menyusul kesuksesan Nikon Z 7 dan Z 6 dua tahun silam, Nikon pun memperkenalkan penerusnya, yakni Nikon Z 7II dan Z 6II. Label “II” pada namanya mengindikasikan pembaruan yang iteratif, dan ini juga pertama kalinya Nikon memakai model penamaan seperti itu pada lini kamera digitalnya.

Sebagian besar fitur maupun spesifikasi yang ditawarkan tidak berubah sedikit pun. Nikon bahkan tidak mengutak-atik desainnya, yang berarti kalau Anda senang dengan ergonomi Z 7 dan Z 6 sebelumnya, sudah pasti Z 7II dan Z 6II bakal terasa nyaman di tangan Anda. Sensor full-frame yang digunakan pun juga masih sama; Z 7II dengan resolusi 45,7 megapixel, Z 6II dengan 24,5 megapixel.

Yang berubah cukup drastis adalah performanya. Itu dikarenakan Nikon sudah menyematkan satu prosesor Expeed 6 ekstra. Ya, baik Z 7II maupun Z 6II sama-sama mengemas dua buah prosesor, dan itu pada akhirnya mampu mendongkrak kemampuan burst shooting Z 7II menjadi 10 fps dan Z 6II menjadi 14 fps.

Bukan cuma itu, kinerja autofocus kedua kamera pun juga diklaim lebih baik daripada masing-masing pendahulunya, baik untuk urusan tracking maupun untuk mengunci fokus di kondisi minim cahaya. Pada Z 7II dan Z 6II, fitur eye/face detection dapat digunakan selagi dalam mode AF wide-area maupun ketika merekam video.

Keberadaan prosesor kedua juga memungkinkan Z 7II dan Z 6II untuk merekam video dalam resolusi maksimum 4K 60 fps setelah sebelumnya cuma terbatas di 30 fps. Satu hal yang mungkin perlu dicatat adalah, opsi 4K 60 fps ini akan tersedia di Z 7II secara langsung, sedangkan di Z 6II baru menyusul di bulan Februari 2021 melalui sebuah firmware update.

Lalu mungkin pembaruan yang paling dinanti-nanti oleh konsumen Z 7 dan Z 6 adalah slot SD card ekstra. Jadi selain slot untuk kartu XQD/CFexpress Type B, Z 7II dan Z 6II turut mengemas slot SD card yang kompatibel dengan kartu tipe UHS-II. Penambahan ini pastinya bakal membuat kedua kamera jadi lebih fleksibel dalam mengakomodasi workflow masing-masing penggunanya.

Perubahan lain yang tidak kalah bermanfaat adalah, Z 7II dan Z 6II dapat beroperasi dengan mengandalkan suplai tenaga eksternal, dengan catatan ia terhubung via kabel USB-C ke USB-C. Kedengarannya sepele memang, tapi fitur ini jelas sangat berguna terutama buat yang sering mengambil video time-lapse.

Rencananya, Nikon Z 7II akan dipasarkan mulai bulan Desember dengan harga $3.000 (body only), atau $3.600 bersama lensa 24-70mm f/4, jauh lebih terjangkau daripada harga pendahulunya saat diluncurkan pertama kali. Nikon Z 6II di sisi lain akan hadir lebih awal pada bulan November dengan banderol $2.000 (body only), atau $2.600 bersama lensa 24-70mm f/4.


Sumber: DPReview.

Nikon Menambah Dua Lensa untuk Sistem Z-mount, 14-24 F2.8 S dan 50mm F1.2 S

Bulan Agustus tahun 2018, Nikon secara resmi mengumumkan kamera mirrorless full frame pertamanya dengan mount Nikon Z atau Z-mount. Adalah Nikon Z6 dan Z7 bersama tiga lensa Nikkor Z 35mm F1.8 S, 50mm F1.8 S, dan 24-70 F4 S.

Kemudian pada tahun 2019, Nikon merilis satu kamera dengan Z-mount tetapi menggunakan sensor APS-C yaitu Nikon Z50. Beberapa lensa yang hadir di tahun 2019 antara lain Nikkor Z 14-30 F4 S, 24-70mm F2.8 S, 85mm F1.8 S, 24 F.8 S, DX 16-50mm F3.5-6.3 VR, 58mm F0.95 S Noct, dan DX 50-250mm F4.5-6.3 VR.

Lanjut ke tahun 2020, Nikon sudah melepas Nikon Z5 pada bulan Juli lalu. Kamera mirrorless full frame dengan harga yang lebih terjangkau dari Nikon Z6. Untuk lensanya, ada Nikkor Z 70-200 F2.8 VR S, 24-200mm F4-6.3 VR, 20mm F1.8 S, dan 24-50mm F4-6.3.

Sekarang Nikon menambah dua lensa lagi untuk sistem Nikon Z yaitu Nikkor Z 50mm F1.2 S dan 14-24mm F2.8 S. Dengan ini berarti jumlah kamera dengan Nikon Z ada empat dan lensa native-nya ada sekitar 16 model dengan focal length beragam.

Nikkor Z 14-24mm F2.8 S

Nikon_Z_14-24_2.8_angle1

Lensa zoom wide-angle ini menggunakan desain optik baru yang membuatnya 35% lebih ringan dibanding versi Nikon FX (DSLR) yaitu Nikon AF-S Nikkor 14-24mm f/2.8G ED. Berkat elemen depan yang hampir rata, lensa ini tetap memiliki ulir filter konvensional di bagian depannya. Meski ukurannya cukup besar 112mm dan juga mendukung filter gel di belakang.

Lensa ini berukuran 88.5mm x 124.5mm, dengan bobot 650 gram berkat penggunaan material magnesium alloy pada bodinya. Secara optik, Nikkor Z 14-24mm F2.8 S terdiri dari 16 elemen dalam 11 grup, mencakup aperture sembilan bilah, empat elemen ED, lapisan anti-reflektif Nano Crystal dan ARNEO untuk mengurangi ghosting, flare, dan coma.

Selain itu, Nikkor Z 14-24mm F2.8 S juga sudah weather sealing dan memiliki panel OLED kecil yang dapat menampilkan berbagai informasi seperti aperture serta tombol dan ring kontrol yang dapat disesuaikan. Rencananya lensa ini akan dijual pada bulan November dengan harga US$2400 atau sekitar Rp35,6 jutaan.

Nikkor Z 50mm F1.2 S

Nikon_Z_50_1.2_angle1

Sebelumnya Nikon juga sudah memiliki lensa prime atau fix 50mm, tetapi kali ini Nikon membawa versi yang lebih premium lagi dengan aperture F1.2. Lensa Nikkor Z 50mm F1.2 S ini memiliki desain optik ‘symmetrical‘ yang menurut Nikon meningkatkan kemampuannya untuk memberikan ketajaman dari ujung ke ujung.

Secara optik, lensa ini terdiri dari 17 elemen dalam 15 grup. Meliputi 2 elemen ED, tiga elemen aspherical, serta lapisan anti-reflektif Nano Crystal dan ARNEO untuk mengurangi ghosting dan flare. Rencananya Nikkor Z 50mm F1.2 akan mulai dijual pada bulan Desember dengan harga US$2.100 atau sekitar Rp31 jutaan.

Sumber: DPreview

Nikon Juga Umumkan Lensa Nikkor Z 24-50 F4-6.3 Terjangkau dan 2 Teleconverter

Bersama dengan kamera mirrorless full frame entry-level Nikon Z5, Nikon mengumumkan Nikkor Z 24-50mm F4-6.3. Lensa zoom yang dirancang untuk sensor full frame ini dibanderol dengan harga yang cukup terjangkau yakni US$400 atau sekitar Rp5,8 juta.

Nikon juga memasangkan lensa anyar ini ke body Z5 sebagai lensa kit, paket ini dijual US$1699 atau Rp24,8 juta. Sebagai informasi, harga Nikon Z5 untuk body only adalah US$1399 atau sekitar Rp20 jutaan.

Nikkor Z 24-50mm F4-6.3 ini pun menjadi lensa Z-mount dengan dimensi paling compact dengan ukuran terpanjang 51mm dan termurah dari Nikon. Panjang fokus 24mm ini sudah terbilang cukup lebar yang serba guna untuk keperluan foto harian dan 50mm ideal untuk foto portrait.

Meskipun aperture yang digunakan tidak konstan, F4 pada panjang fokus 24mm dan nilainya akan otomatis berubah saat melakukan zoom hingga F6.3 pada 50mm. Agar exposure tidak berubah saat merekam video, tipsnya jangan gunakan fungsi zoom atau bila ingin zoom anggap saja lensa ini punya aperture F6.3.

Selain itu, Nikon juga mengumumkan dua teleconverter untuk lini kamera mirrorless Z-series yaitu S Teleconverter TC-1.4x dan TC-2.0x. Keduanya sudah weather-sealed dengan lapisan flour pada elemen depan dan belakang untuk menahan noda, serta sanggup mempertahankan kemampuan autofocus dengan semua titik AF hingga F11.

Teleconverter akan kompatibel dengan lensa Nikkor Z, termasuk Nikkor Z 70-200 F2.8 VR S. Kemungkinan juga akan kompatibel dengan lensa zoom telephoto Nikkor Z 100-400mm f/4.5-5.6 S VR dan Nikkor 200-600mm VR yang rencananya dirilis sebelum akhir tahun 2021.

Teleconverter 1.4x dan 2.0x masing-masing akan dijual seharga US$550 atau sekitar Rp8 juta dan US$600 atau Rp8,8 juta, serta akan mulai dijual pada akhir Agustus bersamaan dengan Nikkor Z 70-200 F2.8 VR S yang diumumkan pada bulan Januari 2020 lalu.

Sumber: DPreview