Nissan RE-LEAF Adalah Mobil Tanggap Darurat Sekaligus Sumber Listrik Dadakan

Tahukah Anda bahwa sejak tahun 2011, mobil elektrik Nissan LEAF telah dimanfaatkan sebagai sumber listrik darurat ketika ada bencana alam yang melanda di Jepang? Kita tahu bahwa Jepang memang bisa dibilang langganan bencana alam, dan sering kali jaringan listrik di lokasi akan terputus selama 24 – 48 jam sebelum akhirnya normal kembali.

Dalam rentang waktu tersebut, adanya sumber listrik darurat jelas akan sangat membantu proses penanganan di area yang terkena musibah, dan di sinilah sebuah mobil elektrik bisa ikut mmpunyai andil yang besar. Nissan pun memutuskan untuk mengeksekusi ide ini di level yang lebih tinggi lagi.

Dari situ lahirlah Nissan RE-LEAF, sebuah prototipe mobil yang secara spesifik dirancang untuk kebutuhan tanggap darurat. Tidak seperti LEAF standar, RE-LEAF telah didesain agar sanggup bermanuver di jalanan yang dipenuhi oleh puing-puing atau reruntuhan bangunan. Berbekal suspensi yang lebih tinggi dan ban tipe offroad, RE-LEAF pada dasarnya siap melahap segala medan.

Modifikasi lainnya mencakup perangkat-perangkat yang diperlukan untuk menjadi semacam command center dadakan. Namun senjata utama RE-LEAF terletak pada colokan charger-nya yang bersifat bidirectional, yang bisa menerima asupan listrik sekaligus menyalurkan energi listrik.

Jadi selagi jaringan listrik di lokasi terputus, RE-LEAF dengan baterai 62 kWh-nya dapat menyuplai daya untuk beberapa perangkat sekaligus seperti ventilator, lampu sorot, bor jackhammer, dan lain sebagainya yang umum dipakai oleh regu penyelamat.

Ketika jaringan listrik sudah kembali normal, tentu saja RE-LEAF dapat di-charge dan kembali ke fungsi asalnya sebagai medium transportasi tanpa emisi. Menariknya, colokan bidirectional ini sebenarnya sudah menjadi fitur standar Nissan LEAF sejak generasi pertamanya diperkenalkan di tahun 2010.

RE-LEAF sejatinya dibuat untuk mendemonstrasikan potensi mobil elektrik, spesifiknya Nissan LEAF dalam konteks ini, sebagai produk yang sangat fleksibel. Jadi kalau memang terpaksa harus menjadi sumber listrik dadakan untuk suatu rumah berukuran standar di dataran Eropa, LEAF bisa menjalankan tugas tersebut selama 6 hari berturut-turut sebelum akhirnya kehabisan daya.

Di saat produsen mobil elektrik lain saling berlomba dalam hal efisiensi, menurut saya sangat menarik melihat Nissan mengalihkan fokusnya ke aspek yang tidak kalah penting seperti ini. Sebuah mobil elektrik yang dapat menempuh jarak di atas 500 km dalam sekali charge jelas terdengar mengesankan, tapi bisakah mobil itu menyumbangkan sebagian energinya di saat sekitarnya membutuhkan?

Sumber: Nissan via SlashGear.

Nissan Sulap Baterai Milik Mobil Elektrik Generasi Awal Menjadi Portable Battery Pack

Kita semua tahu baterai ada umurnya, entah itu baterai sekali pakai ataupun baterai rechargeable. Itulah mengapa kita perlu mengganti baterai ponsel setidaknya setiap berapa tahun sekali, dan prinsip yang sama sebenarnya juga berlaku untuk mobil elektrik, meski tentu saja ada perbedaan dari segi waktu maupun aspek lain sejenisnya.

Yang mungkin menjadi pertanyaan, apa yang terjadi ketika baterai mobil elektrik sudah mencapai ‘masa pensiunnya’? Diganti dengan yang baru tentu saja, tapi lalu baterai yang lama dibagaimanakan? Bagi Nissan, baterai-baterai lawas itu harus diberi kesempatan kedua.

Nissan Energy ROAM

Dari pemikiran itu terlahir proyek bernama Nissan Energy ROAM. ROAM pada dasarnya merupakan sebuah portable battery pack yang mengemas sel-sel lithium-ion hasil daur ulang baterai-baterai milik Nissan Leaf generasi pertama yang sudah berumur itu tadi. Inilah yang dimaksud dengan kesempatan kedua.

ROAM sendiri bisa diaplikasikan ke banyak hal. Contoh terbaru yang sedang didemonstrasikan Nissan adalah sebuah prototipe truk es krim bermesin listrik, dan yang mengandalkan ROAM sebagai pemasok energi untuk lemari pendingin maupun beragam perangkat lain di dalam truk tersebut.

Nissan EV ice cream truck

Konsep ini sekaligus bisa menjadi solusi atas kendala regulasi terkait truk es krim. Di beberapa negara, truk es krim dilarang beroperasi lagi karena dicap sebagai sumber polusi. Ini dikarenakan semua perangkat di dalam truk es krim menerima suplai energi dari mesin bensin atau diesel.

Ketika semua itu disulap menjadi energi listrik, maka masalah polusi pun langsung terselesaikan, dan di saat yang sama Nissan tetap bisa memaksimalkan peran baterai-baterai bekas via pengaplikasian Energy ROAM itu tadi.

Nissan Energy ROAM

Secara teknis, truk es krim Nissan e-NV200 ini mengemas baterai 40 kWh untuk menenagai motor elektriknya, di samping sepasang unit ROAM yang mengemas total kapasitas 1,4 kWh. Dalam sekali charge, truk es krim ini bisa menempuh jarak sekitar 200 km. Sebagai bonus, ada panel surya di bagian atap untuk membantu mempercepat proses pengisian ulang baterainya.

Apakah semua upaya ini hanya sebatas untuk membuktikan dan menjawab pertanyaan seputar baterai lawas itu tadi? Ya, tapi di saat yang sama Nissan juga bakal menjadikannya sebagai lahan bisnis baru; mereka berencana memasarkan Energy ROAM secara luas, meski banderol harganya masih belum juga dirincikan.

Sumber: Nissan via SlashGear.

Tak Mau Kalah dari Tesla, Nissan Juga Luncurkan Solusi Sumber Energi Listrik Rumahan

Dulunya ditertawakan, Tesla kini telah menjadi panutan industri otomotif terkait mobil elektrik. Obsesi Tesla terhadap listrik sebagai sumber energi yang bersih dan efisien juga terus dikembangkan ke bidang rumahan lewat produk seperti Tesla Powerwall dan Tesla Solar Roof, dan ini rupanya turut menginspirasi pabrikan lain untuk menempuh jalur yang sama.

Adalah Nissan yang secara serius mengikuti jejak Tesla tersebut. Mereka belum lama ini memperkenalkan produk bernama Nissan Energy Solar, semacam solusi sumber energi alternatif untuk rumah, disajikan melalui kombinasi panel surya dan baterai berukuran masif bernama xStorage.

Nissan Leaf berpose bersama baterai xStorage / Nissan
Nissan Leaf berpose bersama baterai xStorage / Nissan

Premis dan cara kerjanya sangat mirip dengan yang Tesla tawarkan, di mana energi listrik yang berasal dari panel surya bakal ditampung di baterai untuk kemudian digunakan ketika dibutuhkan. Di negara seperti Amerika Serikat, solusi semacam ini dapat membantu konsumen menghemat biaya listrik, sebab sistemnya telah dirancang agar dapat menyalurkan energi listrik ketika tarif listrik sedang tinggi-tingginya akibat permintaan yang naik.

Sistem ini tidak dimaksudkan untuk menjadi pengganti jaringan listrik rumah secara sepenuhnya. Kapasitas maksimum baterainya cuma 4 kWh, dan ini tidak cukup untuk pemakaian normal sehari-hari. Seperti yang saya bilang, tujuannya adalah untuk membantu konsumen menghemat biaya tagihan hingga 66% dalam jangka panjang.

Secara fisik, panel surya buatan Nissan ini memang tidak sekeren bikinan Tesla yang menyamar sebagai atap rumah. Desainnya lebih konvensional, tapi toh yang lebih penting adalah fungsinya. Tanpa harus terkejut, tentu saja sistem ini juga bisa dipakai untuk mengisi ulang baterai mobil elektrik Nissan Leaf.

Nissan Energy Solar

Saat ini Nissan Energy Solar baru dipasarkan di dataran Inggris saja. Alasannya, terlepas dari cuacanya yang sering dicap buruk, di Inggris sudah ada hampir satu juta orang yang memakai panel surya di kediamannya. Harganya dipatok $5.200 untuk enam panel surya, atau $10.300 termasuk baterai 4 kWh tadi berikut instalasinya.

Bisa dipastikan Nissan mengincar Amerika Serikat sebagai target selanjutnya, terutama di kawasan yang menyerempet iklim tropis seperti California. Semoga saja Indonesia juga menjadi salah satu incaran Nissan maupun Tesla ke depannya, mengingat kita bisa dibilang lebih kaya soal matahari (lebih panas), dan lagi jaringan listriknya masih sering gangguan.

Sumber: Wired dan Nissan.

Nissan Berencana Memproduksi Konsep SUV Elektriknya, Nissan IMx

Di samping Tesla, Nissan juga sudah memproduksi mobil elektrik sejak lama, tepatnya sejak mereka memperkenalkan Nissan Leaf di akhir tahun 2010. Leaf memang terkesan ‘jinak’ kalau dibandingkan karya-karya Tesla, untuk itu Nissan sudah berencana menggarap mobil elektrik lain yang duduk di kelas lebih tinggi.

Mobil yang dimaksud adalah realisasi dari mobil konsep bernama Nissan IMx yang diperkenalkan pada bulan Oktober tahun lalu. Tampangnya sangar dan futuristis, dan di dalamnya bernaung spesifikasi yang jauh lebih mumpuni ketimbang Leaf.

Spesifikasi itu mencakup dua motor elektrik, masing-masing ditempatkan di depan dan belakang, mewujudkan sistem penggerak empat roda. Perpaduannya diklaim dapat menghasilkan output daya sebesar 320 kW dan torsi sebesar 700 Nm. Suplai dayanya berasal dari baterai memiliki estimasi daya tahan hingga 600 kilometer dalam satu kali charge.

Nissan IMx

Yang agak mengejutkan, belum lama ini salah satu petinggi Nissan, Mamoru Aoki, mengonfirmasi kepada Autocar bahwa IMx bukan sebatas konsep. Nissan rupanya juga berencana memproduksiknya dalam beberapa tahun mendatang.

Pastinya kapan tidak diketahui, tapi sepertinya mustahil bisa secepat tahun depan kalau melihat begitu futuristisnya penampilan dan fitur-fitur yang dibawa IMx. Salah satunya adalah penyempurnaan sistem ProPilot, yang kabarnya bakal diadaptasikan untuk kemudi otomatis sepenuhnya, di mana setir serta pedal gas dan remnya bakal ditarik masuk saat sistemnya aktif.

Nissan IMx

Versi produksi IMx ini pada dasarnya bakal menjadi Leaf versi SUV, dengan kabin yang begitu lapang jika dibandingkan mobil konvensional, menurut penjelasan Aoki. Dari gambar render-nya, memang tampak interior yang terkesan luas sekaligus minimalis.

Terlepas dari itu, Nissan pastinya bakal menemui persaingan yang sengit di kategori SUV elektrik. Selain Tesla Model X yang sudah dipasarkan sekarang, nantinya juga akan ada SUV elektrik lain dari nama-nama besar seperti Volkswagen, Jaguar dan Porsche, tidak ketinggalan juga yang super-ambisius seperti Faraday Future.

Sumber: Elektrek dan Autocar.

Nissan Juga Punya Mobil Elektrik Tanpa Sopir, Siap Meluncur Tahun 2020

Bertenaga listrik dan bisa menyetir sendiri, mungkin seperti inilah bayangan kita terhadap mobil di masa depan – paling tidak sebelum mobil terbang terealisasi. Sejauh ini sebenarnya sudah ada mobil produksi massal yang memenuhi kedua kriteria di atas. Apa lagi kalau bukan Tesla Model S? Continue reading Nissan Juga Punya Mobil Elektrik Tanpa Sopir, Siap Meluncur Tahun 2020

[Video] Mobil Glow-in-the-Dark Bertemu dengan Smart Highway yang Juga Bisa Menyala dalam Gelap

Apa yang terjadi ketika mobil dan jalanan berlapis fosfor bertemu? Jawabannya adalah sebuah pemandangan yang sebelumnya hanya bisa didapat saat menonton film TRON: Legacy. Namun inilah yang tengah dipamerkan oleh Nissan di dunia nyata. Continue reading [Video] Mobil Glow-in-the-Dark Bertemu dengan Smart Highway yang Juga Bisa Menyala dalam Gelap