Oculus Quest 2 Disingkap, Bawa Display 90 Hz dan Performa yang Lebih Kencang

Setelah beberapa kali dirumorkan, virtual reality headset Oculus Quest 2 akhirnya resmi menyapa dunia. Melanjutkan jejak pendahulunya sebagai VR headset bertipe standalone, Quest 2 hadir dengan sederet pembaruan yang cukup signifikan.

Kita mulai dari display-nya, yang kini menawarkan resolusi 1832 x 1920 pixel per mata, atau sekitar 50% lebih tinggi daripada milik Quest generasi pertama. Tidak kalah penting dari resolusi adalah refresh rate, dan di sini lagi-lagi Quest 2 juga membawa peningkatan, dari 72 Hz menjadi 90 Hz.

Guna mengakomodasi hardware yang semakin canggih, tentunya dibutuhkan otak yang lebih cerdas lagi. Quest 2 mengandalkan Snapdragon XR2, chipset anyar yang baru Qualcomm perkenalkan menjelang akhir tahun lalu, yang memang dirancang secara khusus untuk VR headset maupun AR headset. Melengkapi spesifikasinya adalah RAM 6 GB dan pilihan storage internal antara 64 GB atau 256 GB.

Komponen-komponen tersebut dikemas dalam rangka baru yang sedikit lebih kecil sekaligus lebih ringan (503 gram). Seperti yang sudah kita pelajari dari bocoran gambarnya, desainnya sepintas kelihatan kalah premium dari pendahulunya karena tidak ada lagi bahan kain yang melapisi panel plastiknya. Namun itu semestinya tidak perlu menjadi masalah seandainya perangkat bisa terasa lebih nyaman di kepala.

Sebelum ini, sempat muncul kekhawatiran bahwa Quest 2 tidak dilengkapi kenop untuk mengatur jarak fisik antara lensa kiri dan kanan alias IPD (interpupillary distance). Memang benar kenopnya sirna, tapi untungnya Quest 2 masih menawarkan mekanisme untuk menyesuaikan IPD, yakni dengan menggeser kedua lensanya secara manual. Jeleknya, ini berarti pengguna harus melepas perangkat dulu agar bisa melakukan pengaturan.

Oculus tidak lupa menawarkan sejumlah aksesori opsional untuk Quest 2. Jadi seandainya pengguna tidak suka dengan strap yang luwes seperti yang terdapat dalam paket penjualan aslinya, mereka bisa membeli strap model lain yang kaku, atau yang di belakangnya dilengkapi modul baterai tambahan, yang juga berguna untuk semakin menyeimbangkan distribusi berat.

Juga ikut direvisi desainnya adalah controller Oculus Touch, yang diyakini lebih nyaman dalam genggaman ketimbang versi sebelumnya. Kinerja tracking-nya pun telah dioptimalkan agar lebih irit daya – sampai 4x lebih irit kalau kata Oculus sendiri. Bicara soal baterai, Quest 2 sendiri diklaim punya daya tahan yang sama seperti pendahulunya, yakni sekitar 2 – 3 jam dalam sekali charge.

Satu hal yang cukup menarik adalah bagaimana kehadiran Quest 2 memicu Oculus untuk menyetop pengembangan seri Rift. Mereka berdalih Quest 2 lebih superior ketimbang Rift S di segala aspek, dan seandainya pengguna ingin memakai Quest 2 untuk bermain game VR di PC macam Half-Life: Alyx, mereka bisa menyambungkan Quest 2 ke PC menggunakan kabel Oculus Link – yang sayangnya harus ditebus secara terpisah.

Kabar baiknya, Oculus Quest 2 dibanderol cukup terjangkau: mulai $299, alias lebih murah $100 daripada harga pendahulunya saat diluncurkan. Pemasarannya dijadwalkan akan berlangsung mulai 13 Oktober mendatang.

Sumber: Oculus.

Berkat Facebook Spaces, Pengguna Oculus Rift Dapat Berinteraksi dalam VR Seperti Sesungguhnya

Sebagai sang empunya Oculus, Facebook punya misi besar akan masa depan virtual reality. VR sendiri juga memiliki porsi materi yang cukup besar dalam konferensi developer F8 tahun ini, utamanya dengan diperkenalkannya Facebook Spaces untuk Oculus Rift.

Sama-sama ditujukan untuk merealisasikan konsep social VR, Spaces boleh dibilang merupakan penyempurnaan dari Oculus Rooms. Premis yang ditawarkan cukup mirip, dimana Anda bersama tiga orang lainnya bisa bergabung di dalam satu lokasi virtual untuk saling berinteraksi.

Anda memiliki karakter virtual dalam Facebook Spaces yang dirancang semirip mungkin dengan identitas Anda sebenarnya / Facebook
Anda memiliki karakter virtual dalam Facebook Spaces yang dirancang semirip mungkin dengan identitas Anda sebenarnya / Facebook

Perbedaan utamanya, Anda akan diwakili oleh seorang avatar atau karakter virtual dalam Spaces. Karakter ini dirancang semirip mungkin dengan rupa Anda berdasarkan foto yang pernah Anda unggah ke Facebook, yang selanjutnya bisa Anda kustomisasi secara lebih spesifik lagi.

Kehadiran avatar ini membuat interaksi dalam Spaces bisa terasa lebih alami ketimbang Rooms. Avatar tersebut memang tidak punya kaki dan yang ditampilkan hanyalah dari pinggang ke atas, akan tetapi paling tidak gerakan tangannya bisa meniru gerakan tangan Anda sebenarnya berkat bantuan controller Oculus Touch.

Ekspresi wajah avatar juga belum bisa meniru ekspresi kita sebenarnya. Akan tetapi lagi-lagi Oculus Touch bisa sedikit membantu, dimana pengguna dapat mengangkat dan mengarahkan tangannya yang menggenggam controller tersebut ke pipi untuk menunjukkan mimik wajah terkejut, atau ekspresi ketakutan dengan menempatkannya di depan mata.

Facebook Spaces menawarkan beragam aktivitas grup, termasuk halnya video call dengan pengguna Messenger jika suasana dirasa kurang ramai / Facebook
Facebook Spaces menawarkan beragam aktivitas grup, termasuk halnya video call dengan pengguna Messenger jika suasana dirasa kurang ramai / Facebook

Spaces menawarkan sejumlah aktivitas grup yang cukup menarik. Salah satu yang paling unik adalah kemampuan untuk menggambar di udara, lalu menyulap gambar itu menjadi objek interaktif yang bisa Anda mainkan – insting bocah saya langsung berpikiran kalau fitur ini bisa dimanfaatkan untuk bermain pedang-pedangan dalam VR.

Berada dalam dunia virtual sudah semestinya tidak membendung jiwa narsis Anda / Facebook
Berada dalam dunia virtual sudah semestinya tidak membendung jiwa narsis Anda / Facebook

Menikmati foto kenang-kenangan atau video juga bisa dilakukan bersama-sama, dan Anda bahkan juga bisa menjadikan foto 360 derajat Anda sebagai background. Video calling dengan pengguna Messenger juga memungkinkan seandainya Anda merasa suasana kurang ramai, dan tentu saja Anda juga dapat mengambil selfie menggunakan tongsis virtual.

Meski masih dalam tahap beta, siapapun yang memiliki Oculus Rift dan controller Touch saat ini sudah bisa mengunduh Facebook Spaces langsung dari Oculus Store.

Sumber: The Verge dan Facebook.

Ini Dia Game-Game Virtual Reality Baru yang Diumumkan di Oculus Connect 3

Tersedianya tiga headset high-end di tahun ini menandai dimulainya era virtual reality bagi konsumen awam, dan di waktu dekat, nasib medium hiburan new-gen tersebut ditentukan oleh konten. Meskipun ada beragam game VR yang telah disiapkan, jumlahnya masih dirasa kurang banyak. Sony belum lama mengumumkan deretan permainan buat PSVR, dan kali ini giliran Oculus.

Tidak mau kalah dari pesaingnya, Oculus VR mengumumkan tiga game blockbuster yang diramu untuk head-mounted display Rift. Mereka digarap oleh studio ternama, yaitu pencipta Gears of War, developer Metro: Last Light, dan tim di belakang permainan eksklusif PlayStation 4, The Order: 1886; masing-masing adalah Robo Recall (Epic Games), Arktika.1 (4A Games) dan Lone Echo (Ready at Dawn).

Robo Recall

Game ini menggunakan demo Unreal Engine 4 Bullet Train sebagai basisnya, dipadu elemen komedi dengan penyajian ala Time Crisis. Robo Recall memberikan Anda kesempatan untuk menembak, memukul, serta membanting robot-robot yang lepas kendali. Kabar gembiranya, game akan disajikan gratis untuk semua pemilik Oculus Rift, rencananya dirilis di triwulan pertama tahun 2017.

Arktika.1

4A Games kembali mengangkat tema favorit dan andalan mereka di Arktika.1: post-apocalypse. Dalam mengembangkannya, studio fokus pada atmosfer, memanfaatkan pengalaman menciptakan permainan-permainan shooter. Via Eurogamer, creative director Andriy Prokhorov menyampaikan bahwa device virtual reality Oculus Rift memungkinkan mereka menghadirkan level immersion yang lebih tinggi, dan akan sangat disayangkan bila kita melewatkannya.

Lone Echo

Ada sejumlah perbedaan antara Lone Echo dan mayoritas game VR lain: pertama, ia merupakan permainan multiplayersport‘ kompetitif, lalu Lone Echo mengusung latar belakang luar angkasa nol gravitasi, menempatkan Anda sebagai seorang robot. Menariknya, trailer Lone Echo malah memberinya kesan mirip seperti Adrift, dan buat sekarang, info mengenai permainan memang masih sangat minim.

Ketiga game ini membutuhkan dukungan periferal motion controller Oculus Touch, meluncur pada tanggal 6 Desember nanti dan dijajakan seharga US$ 200.

Selain itu, Turtle Rock Studios juga dikabarkan sedang mengambangkan dua game untuk headset Samsung Gear VR, yaitu Face Your Fears dan Other Worlds.

Face Your Fear menantang pemain untuk menghadapi rasa takut dengan memposisikan kita di skenario-skenario mengerikan, contohnya memanjat gedung sambil dikejar robot atau mengunci Anda di ruang berhantu. Other Worlds sendiri menyajikan pengalaman yang bertolak belakang: menghidangkan kesempatan bermeditasi sembari mendengarkan musik atau audiobook di ‘pojok jagat raya’.

Sayangnya, developer pencipta game Evolve itu belum memberi tahu kapan Face Your Fears dan Other Worlds akan meluncur.

Via Eurogamer.

Oculus Rift Terlalu Mahal? Facebook Sedang Siapkan VR Headset Standalone yang Lebih Praktis dan Terjangkau

Ada pengumuman yang menarik di konferensi developer Oculus Connect 3 yang tengah dihelat di kota San Jose, California. Disampaikan langsung oleh Mark Zuckerberg sendiri, Facebook dan Oculus sedang menggarap sebuah VR headset anyar bertipe standalone, yang artinya perangkat tersebut bisa beroperasi tanpa tersambung PC atau smartphone.

Perangkat ini nantinya akan diposisikan di tengah-tengah VR headset berbasis smartphone dan PC. Selain praktis karena tidak membutuhkan perangkat tambahan, harganya juga bisa dipastikan lebih terjangkau ketimbang Oculus Rift yang mewajibkan pengguna untuk memiliki PC berspesifikasi tinggi.

Perangkat ini memiliki prosesor dan layarnya sendiri untuk bisa beroperasi secara mandiri. Kemungkinan besar perangkat juga akan dibekali oleh unit baterainya sendiri sehingga bisa digunakan di mana saja.

Sejauh ini baik Facebook dan Oculus belum siap untuk memamerkan prototipenya. Namun Zuckerberg menjelaskan bahwa perangkat ini nantinya juga dapat melakukan tracking posisi tanpa melibatkan setup kamera yang kompleks seperti Rift.

Sebagai gantinya, unit kamera berada di bodi headset itu sendiri. Alhasil, perangkat dapat mendeteksi posisi pengguna di dalam ruangan secara langsung, mirip seperti fitur yang diusung Microsoft HoloLens. Sayangnya belum ada informasi terkait harga maupun jadwal rilisnya.

Oculus Touch / Oculus
Oculus Touch / Oculus

Dalam kesempatan yang sama, Facebook juga mengumumkan ketersediaan controller Oculus Touch untuk headset Rift yang sudah ditunggu-tunggu sejak lama. Pre-order akan dimulai pada tanggal 10 Oktober mendatang dengan banderol harga $199. Konsumen yang melakukan pre-order akan diberi bonus dua game secara cuma-cuma, yaitu VR Sports dan The Unspoken.

Absennya Oculus Touch selama ini menjadi alasan mengapa HTC Vive dinilai lebih superior. Namun untuk bisa menikmati fitur tracking posisi seperti yang ditawarkan Vive, pengguna Rift masih harus mengeluarkan dana ekstra senilai $79 untuk membeli tracking unit bernama Constellation.

Sumber: TheNextWeb 1, 2.

Ditunda, Oculus Touch Tak Jadi Diluncurkan Bersama Oculus Rift

Berdasarkan kabar di bulan Juni lalu, versi retail Oculus Rift akan jadi sangat spesial. Sang produsen berencana menyajikan penawaran menarik, membundel head-mounted display VR itu dengan controller Xbox One gratis dan didampingi periferal Oculus Touch. Sayang sekali ada sedikit kabar buruk bagi mereka yang penasaran ingin menjajal periferal racikan tim Oculus VR tersebut.

Lewat blog resmi, Oculus VR menyampaikan bahwa mereka membutuhkan waktu lebih banyak buat menyempurnakan Oculus Touch. Hal ini menyebabkan waktu peluncurannya harus tertunda, tak bisa berbarengan dengan unit headset. Namun Anda tidak perlu cemas, karena jadwal perilisan Oculus Rift sendiri tidak berubah. Developer tetap memasang target di triwulan pertama 2016.

Oculus VR juga memberikan update pengembangan hardware Touch. Mereka telah menyempurnakan aspek ergonomis, membuatnya lebih nyaman, fleksibel, serta terasa natural dalam genggaman. Tim menerapkan sejumlah perubahan pada pose tangan. Penundaan ini turut dimanfaatkan produsen untuk menambah kapasitas pra-produksi, sehingga ada lebih banyak developer yang bisa mengujinya sebelum Touch sampai di tangan konsumen.

Sejauh ini, respons tester terhadap Oculus Touch sangat positif. Oculus VR yakin agenda baru tersebut memastikan periferal hadir lebih baik lagi serta ‘memasang standard baru dalam input virtual reality‘. Mereka tak lupa menjanjikan dukungan konten-konten menarik, akan diungkap lengkap di ajang Oculus Connect 2 di bulan September besok. Tapi tentu saja, Oculus Touch hanyalah pelengkap. Pengalaman VR sesungguhnya benar-benar bersandar pada kinerja Rift.

Sayangnya ada sedikit kekhawatiran terkait pengunduran Oculus Touch. Jika Touch tidak dibundel bersama Rift, itu artinya ia merupakan periferal opsional dan dari pengalaman, hal ini malah berpotensi menyakiti pengembangan konten.

Ambil contohnya Kinect buat Xbox One. Ketika Microsoft memutuskan untuk memisah paket console dengan device motion sensing itu demi memotong harga, developer malah tidak bisa lagi mengandalkan hardware supaya kreasi mereka dapat dinikmati gamer. Hasilnya bisa kita lihat sekarang. Meskipun Kinect versi baru sangat canggih, tidak banyak konten yang betul-betul memanfaatkan seluruh kemampuannya.

Untung saja ada sedikit ‘kompensasi’ dari penundaan periferal Oculus Touch. Menemani EVE Valkyrie, Oculus VR mengumumkan akan menyertakan permainan platformer 3D Lucky’s Tale dalam paket penjualan headset virtual reality mereka.

Via Tech Radar & Stuff.tv. Sumber: Oculus.

Lewat Bullet Train, Epic Games Ungkap Potensi Game di Ranah Virtual Reality

Bagi gamer, Epic Games sama esensialnya dengan nama-nama seperti Valve atau Nintendo. Selain dikenal sebagai developer legendaris, mereka juga berjasa menciptakan Unreal Engine yang menjadi modal dasar ratusan judul permainan. Dan buat perusahaan spesialis teknologi grafis tersebut, Epic Games tahu virtual reality akan menjadi sebuah platfrom next-gen. Continue reading Lewat Bullet Train, Epic Games Ungkap Potensi Game di Ranah Virtual Reality

Daftar Pemenang E3 2015 Versi Game Critics Awards

Sudah lewat beberapa minggu selepas event E3 2015, euforia telah berakhir, dan gamer saat ini sedang menikmati masa-masa tenang sebelum Gamescom Cologne dimulai di akhir minggu pertama bulan Agustus besok. Sebagai konklusi dari perdebatan panas para fans, diungkaplah data statistik publisher ‘pemenang’ E3. Namun apa kata kritik dan media game sendiri? Continue reading Daftar Pemenang E3 2015 Versi Game Critics Awards

Oculus Rift dan Touch Tampakkan Diri ke Publik, Controller Xbox One Dibundel Gratis

Premis Oculus Rift serta upaya mereka memimpin kompetisi virtual reality yang memanas membuat kita lupa bahwa dahulu, tim Oculus VR pernah mengungkap peracikan controller berbasis motion. Periferal tersebut akhirnya menampakkan diri dalam acara pengumuman perdana Oculus Rift versi publik menyusul informasi developer bulan Mei lalu. Continue reading Oculus Rift dan Touch Tampakkan Diri ke Publik, Controller Xbox One Dibundel Gratis