Bukit Vista to Help with Management of Accommodation and Property Players

Exploring the potential of the accommodation business around tourist attractions in Indonesia, Bukit Vista is to help lodging business owners to promote and improve their business. Founded by Jing Cho Yang, Bukit Vista first launched in Bali in 2012, which is a favorite tourist spot for domestic and foreign tourists.

In particular, Bukit Vista platform provides technology-based management tools to accommodation business owners. Starting from homes, villas, and resorts which are then managed professionally on behalf of the property owner by the Bukit Vista team. With the objective of strengthening their exposure on major travel booking sites, especially Airbnb.

The founder with experience working at Airbnb sees considerable potential in Indonesia to later take advantage of the platform and technology presented by Bukit Vista.

“Bukit Vista was founded on the opportunities we saw in the market. Very few hosts received a number of bookings. Most of the properties have good locations, good hardware but management is not available,” Bukit Vista’s CEO Jing Cho Yang said.

Bukit Vista applies a subscription-based business model. The company does not take any income unless the property is booked. The business-driven is profit sharing that has been stated in a certain percentage and agreed by both parties.

With many other platforms offering hospitality-related services, Bukit Vista claims to be the only platform in Indonesia that improves management to be technology-based and always innovates in its processes and systems. In accordance with the company’s dream of becoming the most innovative hospitality company.

The pandemic effect

Currently, partners who have joined Bukit Vista can access web-based services directly. Bukit Vista provides guest arrival lists, automatic income reports, staff management, and more. Bukit vista has more than 180 properties that are managed exclusively in the regions of Bali, Yogyakarta, and Nusa Penida. The company also plans to expand markets outside Indonesia and throughout the world.

Regarding Bukit Vista business growth during the Covid-19 pandemic, as it presents services for accommodation, Bukit Vista experiencing the direct impact of the pandemic. However, the business manages to keep running, with some strategies launched by the company.

“Bukit Vista was directly affected by this pandemic due to the closure of access in and out of Bali and the drastic reduction in the number of tourists during this pandemic. However, there are still opportunities for us to overcome this problem, namely by utilizing trapped tourists and offering discounts for long stays,” Jing said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bukit Vista Bantu Kelola Manajemen Pemilik Usaha Akomodasi dan Properti

Memanfaatkan potensi bisnis akomodasi yang tersebar di tempat wisata di Indonesia, Bukit Vista hadir untuk membantu pemilik usaha penginapan untuk mempromosikan dan meningkatkan bisnis mereka. Didirikan oleh Jing Cho Yang, Bukit Vista meluncur pertama kali di Bali tahun 2012 lalu, yang merupakan lokasi wisata favorit bagi wisatawan domestik hingga mancanegara.

Secara khusus platform Bukit Vista menyediakan alat manajemen berbasis teknologi kepada pemilik usaha akomodasi. Mulai dari rumah, villa, dan resor yang kemudian dikelola secara profesional atas nama pemilik properti oleh tim Bukit Vista. Dengan tujuan memperkuat eksposur mereka di situs pemesanan perjalanan utama, terutama Airbnb.

Sang pendiri yang pernah memiliki pengalaman bekerja di Airbnb, melihat potensi yang cukup besar di Indonesia untuk kemudian memanfaatkan platform dan teknologi yang dihadirkan oleh Bukit Vista.

“Bukit Vista didirikan berdasarkan peluang yang kami lihat di pasar. Sangat sedikit tuan rumah (host) yang mendapatkan jumlah pemesanan. Sebagian besar properti memiliki lokasi yang baik, hardware yang baik tetapi manajemennya tidak ada,” kata CEO Bukit Vista Jing Cho Yang.

Model bisnis Bukit Vista adalah berbasis berlangganan (subscription). Perusahaan tidak mengambil pendapatan apa pun kecuali properti dipesan. Motor bisnis perusahaan adalah bagi hasil yang telah dinyatakan dalam jumlah persentase tertentu dan disetujui oleh kedua belah pihak.

Meskipun saat ini sudah banyak platform lain yang menawarkan layanan terkait hospitality, namun Bukit Vista mengklaim sebagai satu-satunya platform di Indonesia yang meningkatkan manajemen untuk menjadi berbasis teknologi dan selalu berinovasi dalam proses dan sistem yang dimiliki. Sesuai dengan impian perusahaan yaitu menjadi perusahaan perhotelan paling inovatif.

Dampak pandemi

Saat ini mitra yang telah bergabung dengan Bukit Vista bisa mengakses langsung layanan yang berbasis web. Bukit Vista menyediakan daftar kedatangan tamu, laporan pendapatan otomatis, manajemen staf, dan lainnya. Bukit vista telah memiliki 180 lebih properti yang dikelola secara eksklusif di kawasan Bali, Yogyakarta, dan Nusa Penida. Perusahaan juga memiliki rencana untuk memperluas pasar tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.

Disinggung seperti apa pertumbuhan bisnis Bukit Vista saat pandemi virus Covid-19 berlangsung saat ini, disebutkan karena menghadirkan layanan untuk akomodasi, secara langsung Bukit Vista mengalami impact dari pandemi. Namun demikian agar bisnis bisa terus berjalan, terdapat strategi yang kemudian dilancarkan oleh perusahaan.

“Bukit Vista terkena dampak langsung dari pandemi ini dikarenakan tutupnya akses keluar masuk Bali dan berkurangnya jumlah wisatawan secara drastis selama pandemi ini. Namun, masih ada peluang untuk kami mengatasi masalah ini, yaitu dengan memanfaatkan wisatawan yang terjebak dan menawarkan potongan harga untuk long stay,” kata Jing.

Fokus Ekspansi Bisnis di Indonesia, RedDoorz Tunjuk Direksi Baru

Untuk memperkuat bisnisnya di Indonesia, hari ini platform pemesanan online hotel budget, RedDoorz, mengumumkan penunjukan anggota dewan direksi dan dewan penasihat, yakni Bhanu Chopra sebagai Direktur Independen dan Philip Wolf sebagai Penasihat Dewan.

Dalam rilisnya disebutkan langkah strategis ini dilakukan demi melancarkan rencana RedDoorz mengembangkan bisnis di Indonesia selama 2 tahun terakhir yang saat ini telah memiliki operasional di 10 kota di Indonesia, dan akan berekspansi ke sembilan kota lainnya selama dua belas bulan ke depan.

“Duduk di Dewan RedDoorz, pengalaman dari keduanya akan terbukti penting dalam membantu kami membentuk strategi ekspansi dari kota ke kota, sejalan dengan perluasan operasional RedDoorz di Indonesia dan untuk ke depannya mengaplikasikan model ini ke negara-negara lain di Asia Tenggara,” kata Founder & CEO, RedDoorz Amit Saberwal.

Ditambahkan oleh Amit, Indonesia telah menjadi titik awal yang penting bagi RedDoorz. Dengan menekankan pada program pelatihan keahlian bagi mitra (hotel budget kelas menengah, properti independen, dan penginapan) serta menciptakan pengalaman unik untuk menarik tamu, RedDoorz secara aktif telah menggapai ke lebih dari 130 juta konsumen yang sadar teknologi dari total 250 juta penduduk Indonesia.

“Melalui Upaya ini telah menghasilkan sebuah model yang berkelanjutan bagi hotel untuk memastikan okupansi,” kata Amit.

Berdiri sejak tahun 2015, RedDoorz telah membantu para pelaku bisnis perhotelan dan pemilik penginapan untuk mengiklankan properti mereka melalui platform yang responsif, yang memungkinkan mereka untuk menjangkau pasar yang lebih luas, meningkatkan distribusi, membangun brand serta memiliki standar operasional yang efisien.

Sesuai dengan Rencana, RedDoorz selanjutnya akan memperluas layanan ke tujuh kota di Indonesia, di antaranya adalah Aceh, Balikpapan, Batam, Lombok, Makassar, Manado, Medan, Palembang dan Solo. Hingga kini, RedDoorz telah melayani lebih dari setengah juta tamu di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here