Panasonic Toughpad FZ-G1 ATEX Dirancang untuk Medan yang Rentan Ledakan

Alih-alih bertarung di segmen konsumen personal yang relatif lebih berat, Panasonic lebih memilih menggarap pasar korporat dengan secara gencar merilis perangkat Windows 10 yang tangguh di berbagai medan. Di tahun 2018 ini, perusahaan multinasional asal Jepang itu siap membawanya ke level yang lebih tinggi.

Dilansir oleh MSPowerUser, tablet Windows 10 Toughpad FZ-G1 ATEX terbaru dari Panasonic dirancang untuk digunakan di industri yang rentan ledakan. Dibalut dengan desain yang familiar dengan perangkat tangguh, Panasonic Toughpad FZ-G1 ATEX menawarkan penampang layar seluas 10,1 inci dengan daya tahan baterai selama 14 jam dalam sekali isi ulang.

Tablet dengan sistem operasi Windos 10 Pro dan dukungan GPS ini ditenagai prosesor Intel Core I5-6300u vPro generasi keenam yang mendukung konektivitas serta kompatibilitas yang fleksibel. Dilengkapi pula dengan pembaca baris barcode dua dimensi, microUSB dan USB 2.0, tablet makin mudah dioperasikan dengan tambahan smart card reader untuk kebutuhan transfer data antar memori.

Seperti kebanyakan tablet tangguh keluaran Panasonic, Toughpad FZ-G1 ATEX juga diproses dengan prosedur yang super ketat. Materialnya sendiri memenuhi standar militer MIL-STD 810G dan mengantongi sertifikat IP65 sehingga bisa beroperasi di dalam air. Rancangan ini memungkinkan perangkat untuk tetap bekerja secara optimal di medan ekstrim dan bahkan mampu meredam resiko ledakan, seperti pengolahan bahan kimia, kilang minyak dan gas bumi.

Ditawarkan perdana di Inggris, tablet Panasonic Toughpad FZ-G1 ATEX dibanderol €3.028 dan bisa dipesan mulai bulan Februari 2018.

Panasonic Lumix GH5S Lebih Totalitas Lagi Soal Video Ketimbang Versi Standarnya

Panggung CES 2018 Panasonic manfaatkan untuk mengungkap sebuah kejutan dalam bentuk kamera mirrorless baru bernama Lumix GH5S. Bukan, ia bukanlah suksesor Lumix GH5 yang diperkenalkan tahun lalu. Ia lebih pantas dianggap sebagai versi alternatif Lumix GH5 yang bahkan lebih totalitas lagi dalam hal videografi.

Fisik keduanya hampir identik, terkecuali adanya sedikit aksen merah pada GH5S. Yang sangat berbeda adalah sensor yang digunakan: GH5S mengemas sensor yang berukuran lebih besar (Four Thirds), akan tetapi resolusinya cuma 10,2 megapixel. Hal ini membuat GH5S jauh lebih sensitif di kondisi minim cahaya – konsepnya sama persis seperti Sony a7 dan a7S.

Ditemani prosesor Venus Engine 10, sensor ini mengandalkan teknologi Dual Native ISO yang menawarkan dua mode: satu untuk memaksimalkan dynamic range di ISO rendah, satu lagi memprioritaskan noise reduction dengan mengkompromikan dynamic range.

Panasonic Lumix GH5S

Singkat cerita, Lumix GH5S bakal lebih ideal dijadikan kamera video ketimbang GH5 standar, apalagi mengingat ia juga bisa merekam dalam format DCI 4K 60 fps, yang sedikit lebih lebar ketimbang 4K UHD. Lebih lanjut, hasil rekamannya di kondisi minim cahaya juga dipastikan jauh lebih baik. Tentu saja kamera masih bisa digunakan untuk menjepret foto, bahkan dalam format RAW 14-bit.

Perbedaan lainnya meliputi mode slow-motion 1080p 240 fps, kinerja autofocus yang sedikit lebih baik di kondisi low-light, dan viewfinder elektronik dengan refresh rate 120 fps. Fitur VLog-L yang harus ditebus dengan biaya oleh pengguna GH5, hadir sebagai fitur standar di GH5S.

Panasonic Lumix GH5S

Yang mungkin terdengar agak mengejutkan, GH5S sama sekali tak memiliki sistem image stabilization. Panasonic bilang bahwa tujuannya adalah supaya kinerja gimbal profesional yang dipakai konsumen bisa lebih maksimal dan tidak terganggu oleh sistem internal kamera seperti pada GH5 standar.

Panasonic Lumix GH5S rencananya bakal dipasarkan mulai awal Februari mendatang. Harganya dipatok $2.499 (body only).

Sumber: DPReview.

12 Kamera Terbaik di Tahun 2017

2017 adalah tahun yang cukup menarik buat industri kamera. Tidak tanggung-tanggung, Sony meluncurkan dua kamera mirrorless kelas high-end sekaligus tahun ini, demikian pula Panasonic. Lalu ada Fujifilm yang terus mengimplementasikan fitur-fitur modern ke kameranya, demi menuruti permintaan pasar.

Di sisi lain, Nikon mengungkap DSLR paling komplet dan paling cekatan sepanjang sejarah, sedangkan Canon, well, Canon tetaplah Canon. Tahun ini juga menjadi saksi atas action cam baru GoPro yang mengemas prosesor buatan mereka sendiri. Tidak ketinggalan pula DJI yang terus menciutkan ukuran drone-nya sampai ke titik di mana kita bisa menganggapnya sebagai sebuah kamera.

Tanpa perlu berpanjang-panjang lagi, berikut adalah 12 kamera terbaik yang dirilis di tahun 2017.

Sony a7R III

Sony a7R III

Mungkin inilah salah satu kamera yang paling dinanti kehadirannya tahun ini. Sony a7R III melanjutkan jejak a7R II yang dirilis dua tahun sebelumnya, membawa sederet peningkatan yang tidak kelihatan secara kasat mata. Utamanya peningkatan performa continuous shooting dan autofocus dalam kondisi low-light, serta opsi perekaman video 4K dalam format RAW.

Namun kalau menyimak ulasan-ulasan yang beredar di internet, fitur baru a7R III yang paling disukai adalah baterainya yang kini berkapasitas dua kali lebih besar. Pengoperasiannya juga lebih mudah berkat kehadiran joystick kecil di sebelah layar, serta layar sentuh yang bisa difungsikan sebagai touchpad untuk mengatur titik fokus.

Sony memang hampir tidak menyentuh sensor full-frame yang tersematkan padanya, tapi hasil foto maupun dynamic range-nya masih tetap merupakan yang terbaik saat ini, bahkan melampaui sejumlah DSLR kelas premium sekalipun.

Sony a9

Sony a9

Kalau a7R III sudah lama dinantikan, Sony a9 malah muncul di luar dugaan. Hasil fotonya memang tidak sefenomenal a7R, tapi toh sensor yang digunakan masih full-frame. Yang justru diunggulkan a9 adalah performanya, yang di titik tertentu bahkan bisa mengungguli DSLR.

Bagaimana tidak, a9 sanggup mengambil 362 gambar JPEG atau 241 gambar RAW tanpa henti dalam kecepatan 20 fps. Begitu cepatnya kinerja a9, foto-foto hasil ‘berondongannya’ dapat disatukan dan disimak sebagai video yang mulus. Tidak percaya? Tonton sendiri video di bawah ini.

Performa selama ini kerap dinilai sebagai kekurangan utama kamera mirrorless jika dibandingkan dengan DSLR, namun Sony a9 berhasil mematahkan anggapan tersebut.

Panasonic Lumix GH5

Panasonic Lumix GH5

Diperkenalkan secara resmi di awal tahun, Lumix GH5 meneruskan peran Lumix GH4 sebagai kamera mirrorless favorit para videografer. Kelebihannya? Ia mampu merekam video 4K dalam kecepatan 60 atau 50 fps secara internal dan tanpa batas waktu, alias sampai sepasang SD card yang terpasang terisi penuh.

Kedengarannya memang sepele, tapi hampir semua videografer pasti tahu kalau sampai sekarang pun belum banyak kamera lain yang sanggup melakukannya. Lumix GH5 juga masih mempertahankan gelar sebagai salah satu kamera dengan kemampuan mengunci fokus tercepat di hampir segala kondisi.

Panasonic Lumix G9

Panasonic Lumix G9

Seperti Sony a9, Lumix G9 juga diumumkan di luar ekspektasi. Tidak seperti GH5, kamera ini didedikasikan buat para fotografer, utamanya fotografer olahraga maupun satwa liar, yang mendambakan kamera mirrorless dengan kinerja yang amat ngebut.

Sebanyak 50 foto berformat RAW sanggup ia jepret tanpa henti dalam kecepatan 20 fps. Itu dengan continuous autofocus. Dengan single autofocus, kecepatannya malah naik tiga kali lipat menjadi 60 fps.

Sebagai bagian dari keluarga Lumix, G9 tentu saja masih mewarisi sistem autofocus super-cepat serta kemampuan merekam video 4K 60 fps, meski itu tak lagi menjadi prioritas utamanya. Seperti yang saya katakan, fotografer satwa liar adalah salah satu target utama G9, terlebih karena sasisnya sudah memenuhi standar weather resistant.

Fujifilm X-E3

Fujifilm X-E3

Sebagai pengguna Fujifilm X-E2, X-E3 jelas mendapat tempat spesial di hati saya. Desainnya masih mempertahankan gaya rangefinder yang dicintai banyak orang, tapi di saat yang sama ukurannya sedikit menciut sampai-sampai kita bisa tertipu dan menganggapnya sebagai kamera pocket saat tidak ada lensa yang terpasang.

Namun yang lebih penting untuk disorot dari X-E3 adalah bagaimana Fujifilm mendengarkan dan mewujudkan banyak masukan dari konsumen. Kalau sebelumnya hampir semua pengguna X-E2 tidak ada yang mau memakainya untuk merekam video (termasuk saya), X-E3 menghadirkan opsi perekaman video 4K 30 fps, lengkap dengan efek Film Simulation.

Navigasinya juga turut disempurnakan berkat kehadiran layar sentuh, plus joystick kecil yang sepenuhnya menggantikan tombol empat arah. Komitmen Fujifilm untuk mengadopsi teknologi-teknologi modern terus berlanjut sampai ke konektivitas Bluetooth LE yang memungkinkan X-E3 untuk terus terhubung ke perangkat mobile demi memudahkan proses transfer gambar.

Nikon D850

Nikon D850

Diumumkan tidak lama setelah Nikon merayakan ulang tahun yang ke-100, satu-satunya DSLR yang masuk dalam daftar ini bisa dibilang merupakan DSLR terkomplet sepanjang sejarah. Hilang sudah kebiasaan Nikon untuk menyisihkan fitur-fitur tertentu pada kamera termahalnya; D850 menawarkan hampir segala yang terbaik yang bisa diberikan oleh Nikon.

Resolusinya sangat tinggi (45,7 megapixel), performa autofocus-nya menyamai Nikon D5 yang dihargai nyaris dua kali lipatnya, serta konstruksinya tahan banting dan tahan terhadap cuaca buruk. Nikon bahkan mengambil langkah yang lebih jauh lagi dengan tidak melupakan aspek perekaman video, di mana D850 menawarkan opsi perekaman 4K 30 fps.

Juga jarang ditemukan pada DSLR kelas atas adalah layar sentuh, plus konektivitas Bluetooth LE yang menjadi rahasia di balik teknologi SnapBridge yang inovatif. Singkat cerita, D850 bukanlah kamera termahal Nikon, tapi Nikon terkesan tidak mau melewatkan satu fitur pun untuknya. Ini jelas berbeda dari apa yang Canon lakukan dengan 6D Mark II, yang bahkan tidak bisa merekam video 4K.

Canon G1 X Mark III

Canon G1 X Mark III

Tanpa ada maksud menjelek-jelekkan Canon, mereka sebenarnya merilis satu kamera yang cukup mengesankan tahun ini, yaitu G1 X Mark III, yang masuk ke kategori kamera pocket premium. Label premium sejatinya belum bisa menggambarkan kapabilitas kamera ini sebenarnya, sebab pada kenyataannya G1 X Mark III mengemas jeroan DSLR.

Bukan sebatas “ala DSLR”, tapi benar-benar spesifikasi milik DSLR, mulai dari sensor APS-C 24 megapixel, teknologi Dual Pixel AF, continuous shooting dalam kecepatan 9 fps, sampai viewfinder OLED beresolusi 2,36 juta dot. Semua ini dikemas dalam wujud yang tidak lebih besar dari mayoritas kamera mirrorless.

Olympus OM-D E-M10 Mark III

Olympus OM-D E-M10 Mark III

Jujur sebenarnya OM-D E-M10 Mark III kurang begitu bersinar jika dibandingkan kamera mirrorless lain yang ada dalam daftar ini, akan tetapi hanya sedikit yang bisa menyainginya dalam hal keseimbangan harga dan performa. Yup, dengan modal $650 saja (atau $800 bersama lensa), Anda sudah bisa mendapatkan kamera yang bisa dibilang amat komplet.

Dibandingkan generasi sebelumnya, pembaruannya memang tergolong inkremental, namun setidaknya ia masih menyimpan opsi perekaman video 4K seperti kakaknya, OM-D E-M1 Mark II, yang berlipat-lipat lebih mahal. Lebih lanjut, sistem image stabilization 5-axis Olympus saya kira masih belum tertandingi sampai saat ini, dan itu pun juga hadir di sini.

GoPro Hero6 Black

GoPro Hero6 Black

Tampangnya sama seperti pendahulunya, akan tetapi Hero6 Black pada dasarnya bisa menjadi bukti atas kebesaran nama GoPro di ranah action cam. Ini dikarenakan Hero6 merupakan kamera pertama yang mengemas prosesor buatan GoPro sendiri, bukan lagi buatan Ambarella seperti sebelum-sebelumnya.

Perubahan ini penting dikarenakan belakangan mulai banyak action cam lain yang memakai chip buatan Ambarella, yang pada akhirnya menghadirkan peningkatan kualitas gambar dan performa yang cukup signifikan. Dengan menggunakan prosesor buatannya sendiri, GoPro setidaknya punya nilai jual unik yang tak bisa ditawarkan kompetitornya.

Keseriusan GoPro tampaknya terwujudkan cukup baik. Hero6 Black menjanjikan performa yang belum tersentuh rival-rivalnya, yang mencakup opsi perekaman video 4K 60 fps, serta 1080p 240 fps untuk slow-mo. Sampai detik ini masih belum banyak kamera atau smartphone yang mampu merekam 4K 60 fps ataupun 1080p 240 fps.

Rylo

Rylo

Satu-satunya kamera dalam daftar ini yang berasal dari pabrikan tak dikenal, Rylo sebenarnya dikembangkan oleh sosok yang tidak asing dalam perkembangan teknologi kamera. Mereka adalah pencipta Hyperlapse, teknologi image stabilization berbasis software yang efektivitasnya tidak kalah dibandingkan tripod.

Mereka memutuskan untuk memanfaatkan teknologi Hyperlapse pada kamera buatannya sendiri, dan dari situ lahirlah Rylo. Sepintas ia kelihatan seperti kamera 360 derajat pada umumnya, akan tetapi hasil rekaman beresolusi 4K-nya jauh lebih stabil dan mulus dibandingkan kamera lain di pasaran.

Tidak kalah menarik adalah kemampuan Rylo untuk mengesktrak video 1080p standar dari hasil rekamannya, sehingga pada dasarnya pengguna dapat menentukan ke mana ia harus membidikkan kamera setelah video selesai direkam. Fitur ini sama seperti yang diunggulkan GoPro Fusion, kamera 360 derajat perdana GoPro yang diumumkan bersamaan dengan Hero6 Black.

DJI Spark

DJI Spark

Oke, ini sebenarnya merupakan sebuah drone, tapi dengan dimensi yang tidak lebih besar dari iPhone 8 Plus (saat baling-balingnya terlipat), saya kira wajar apabila Spark dikategorikan sebagai kamera – kamera yang kebetulan saja bisa terbang, sekaligus bergerak dengan sendirinya, menghindari rintangan-rintangan yang ada tanpa input dari pengguna sama sekali.

Di sisi lain, saya pribadi melihat Spark sebagai drone pertama yang bisa digolongkan sebagai gadget mainstream. Pertama karena dimensinya yang mungil, kedua karena kemudahan pengoperasiannya yang berbasis gesture, dan ketiga karena harganya yang cukup terjangkau di angka $499.

Dengan modal yang sama, Anda memang sudah bisa mendapatkan kamera mirrorless yang cukup andal. Namun apakah kamera itu bisa terbang dan mengambil potret keluarga Anda bersama background pemandangan yang menawan dari ketinggian? Pastinya tidak, dan saya kira itulah yang menjadi nilai jual utama Spark sebagai sebuah kamera.

Google Pixel 2

Google Pixel 2 XL

Anggap saja ini sebagai honorable mention, tapi menurut saya Google Pixel 2 membawa pengaruh yang cukup besar pada peran smartphone sebagai kamera secara menyeluruh. Coba Anda telusuri berbagai ulasan atau video perbandingan kualitas kamera smartphone di internet, saya yakin hampir semuanya mengatakan bahwa Pixel 2 adalah yang terbaik saat ini.

Hasil fotonya sangat bagus, oke. Namun yang lebih penting lagi menurut saya adalah bagaimana Pixel 2 bisa membuktikan bahwa itu semua bisa diwujudkan melalui software, termasuk efek foto bokeh yang diandalkan oleh deretan smartphone berkamera ganda tahun ini.

Ya, Pixel 2 hanya dibekali masing-masing satu kamera saja di belakang dan di depan, tapi keduanya sama-sama bisa menghasilkan foto dengan efek blur yang tidak kalah dibanding smartphone lain yang berkamera ganda. Hardware memang penting, dan ini juga tidak mungkin terwujud tanpa teknologi Dual Pixel pada kamera Pixel 2, namun software dan AI memegang peranan penting dalam kinerjanya secara keseluruhan.

Ketergantungannya pada software juga berarti semuanya bisa ditingkatkan dengan mudah seiring berjalannya waktu. Poin lain yang menurut saya tidak kalah penting, Pixel 2 termasuk spesies yang cukup langka karena dua modelnya yang berbeda ukuran menawarkan kinerja kamera yang sama persis. Ini jelas berbeda dari tren yang diadopsi pabrikan lain, yang mengistimewakan kualitas kamera pada satu model tertentu.

Panasonic Eluga I9 Resmi Diperkenalkan, Smartphone Murah dengan Kamera 13MP dan RAM 3GB

Rekam jejak Panasonic di ranah mobile memang sementeren LG dan Sony yang notabene sama-sama beranjak dari industri yang sama, elektronik. Tapi, dalam beberapa tahun belakangan, pabrikan asal Jepang ini mulai secara agresif membombardir pasar dengan sejumlah jagoan mulai dari kelas bawah hingga menengah.

Jelang penutupan tahun, Panasonic pun kembali meluncurkan satu lagi smartphone di kelas bawah bernama Eluga I9 yang secara eksklusif dipasarkan di India melalui Flipkart, e-commerce ternama di sana. Harga jualnya adalah $116, dan mulai ditawarkan ke pasar pada tanggal 15 Desember, jika tidak ada halangan merintang.

panasonic-eluga-i9-eb-90s50ey9n-original-imafy9aq5bx8tvpz

Spesifikasinya bagaimana? Berdasarkan rilisan GSMArena, Panasonic Eluga I9 menawarkan penampang layar selebar 5 inci berbasis IPS dengan resolusi di 720p. Ketebalan bodinya disebut 7,8mm dengan balutan desain unibody yang khas di kelasnya. Jeroannya dihuni prosesor empat inti 1.25GHz dengan model MediaTek MT6737 yang duduk bersama RAM berkapasitas 3GB dan memori seluas 32GB.

panasonic-eluga-i9-eb-90s50ey9n-original-imafy9aq6fv2rkjb

Perihal juru potretnya, Panasonic Eluga I9 menawarkan sensor 13MP di belakang dan 5MP di depan. Keduanya sama-sama dilengkapi dengan LED flash untuk keperluan cahaya saat mengabadikan gambar atau video. Sedangkan di balik cover tersemat baterai sebesar 2.500mAh yang akan menopang operasional perangkat berbasia Android 7.0 Nougat ini.

Belum jelas ke mana lagi Panasonic akan menjajakan Eluga I9, namun smartphone berkelir space gray, Champagne Gold dan Blue ini untuk sementara baru tersedia di India.

Sumber berita GSMArena.

Panasonic Rilis Eluga C, Smartphone Minim Bezel 3 Sisi

Di Indonesia, nama Panasonic tentunya sudah sangat familier di telinga kita dan telah lama dikenal luas sebagai salah satu manufaktur kelas dunia di bidang produk elektronik. Perusahaan yang berpusat di Osaka, Jepang ini menyediakan beraneka ragam perangkat elektronik berkualitas, salah satunya smartphone dan yang terbaru disebut Panasonic Eluga C.

Smartphone ini hadir dengan desain minim bezel di tiga sisi, yakni bagian kanan, kiri, dan atas. Mirip dengan Xiaomi Mi Mix, Essential PH-1, dan Sharp Aquos S2.
panasonic-eluga-c-1
Layarnya membentang 5,5 inci dengan resolusi sebatas 720p, tetapi punya tingkat kecerahan yang bagus hingga 450 nits. Bagian muka, hampir sekitar 84,6 persen didominasi oleh layar. Sayangnya rasio layar yang digunakan masih 16:9, bukan standar baru 18:9. Di bawah layar terdapat pembaca sidik jari.

Urusan pemotretan, Panasonic membenamkan teknologi kamera ganda. Satu dengan sensor 13MP bukaan f/2.2 dan satunya lagi sensor 5MP. Kemudian untuk aktivitas selfie ataupun video call mengandalkan kamera depan 5MP.
panasonic-eluga-c-2
Lebih detail, Panasonic Eluga C diotaki chipset 28nm Mediatek MT6750T yang berisikan CPU octa-core 1.5 GHz Cortex-A53 dan GPU Mali-T860MP2. Ditunjang RAM besaran 4GB dan penyimpanan internal 64GB. Selain itu, smartphone yang berjalan di atas Android 7.0 Nougat ini ditenagai kapasitas baterai 3.000 mAh dan mendukung penggunaan dual SIM.

Mengenai harga dan ketersediaan, saat ini Panasonic Eluga diluncurkan di Taiwan dengan harga TWD 6.000 atau sekitar Rp2,8 jutaan, dan tersedia dalam pilihan warna pink dan biru. Panasonic Eluga C tampaknya siap bersaing di perbatasan segmen pasar mid-range ke entry-level.

Sumber: GSMArena.

Rilis Eluga I5, Panasonic Berpotensi Ganggu Laju Mulus Xiaomi di India

Panasonic tampaknya sedang gencar menargetkan India untuk menjajakan perangkat-perangkat terbarunya. Belum lama ini, perusahaan yang berbasis di Jepang itu sudah melepas model Eluga A4 dan sekarang mereka hadir lagi dengan membawa smartphone murah lainnya, Eluga I5 yang ditawarkan seharga $138.

Berebut pasar dengan Xiaomi yang juga agresif menggarap pasar India, Panasonic sadar betul harga jadi senjata yang paling ampuh menyarik perhatian konsumen di sana. Faktor inilah yang tampaknya mendorong mereka lebih rajin menggulirkan perangkat murah meskipun dari segi spesifikasi, Panasonic cukup berani melakukan gebrakan.

panasonic-eluga-i5-eb-90s50ey5n-original-imaezg7ssgfvxe9g

Label murah boleh saja disematkan di Eluga I5, tapi di bagian terluar perangkat berbasis Android 7.0 Nougat ini sudah menggunakan material logam yang kokoh. Dari sini saja, Panasonic sudah lebih superior dibandingkan brand lain yang masih berkutat dengan plastik. Bagian layar juga cukup baik dengan resolusi HD yang terpancar dari penampang selebar 5 inci. Perangkat juga tampak elegan dan modern berkat hadirnya kaca lengkung 2.5D yang disempurnakan oleh Asahi Dragontrail yang bertugas melindungi layar dari goresan.

panasonic-eluga-i5-eb-90s50ey5n-original-imaezg7sjx68abyj

Jeroan Eluga I5 juga terbilang apik, di mana Panasonic membenamkan chipset MediaTek MT6737 yang diduetkan dengan RAM sebesar 2GB dan memori internal 16GB. Bagi yang merasa butuh tambahan ruang, mereka bisa menyematkan kartu eksternal microSD hingga 128GB. Daya tarik Eluga I5 juga terpancar dari bagian kamera, di mana smartphone dual SIM ini menawarkan kamera utama 13MP dengan apertufe f/2.2 dan LED flash. Sedangkan di depan, menawarkan kamera 5MP dengan tiga buah lensa untuk menjepret foto selfie.

Mendukung 4G LTE, Panasonic Eluga I5 bakal menyapa pasar India dengan bekal sensor sidik jari di cover belakang. Di bagian ini, Panasonic punya modal yang cukup untuk menumbangkan Redmi Note 5A varian RAM 2GB milik Xiaomi yang minus sensor sidik jari. Jika masuk Indonesia, Anda pilih mana?

Sumber berita Gizmochina dan Flipkart.

Fokus pada Fotografi, Panasonic Lumix G9 Janjikan Performa di Atas Rata-Rata

Tidak bisa dipungkiri, Panasonic Lumix GH5 merupakan salah satu kamera mirrorless terbaik yang bisa dibeli saat ini. Di atas kertas mungkin masih banyak kamera lain yang menawarkan spesifikasi lebih tinggi, akan tetapi hanya segelintir yang sanggup menandingi kemampuannya dalam merekam video.

Untuk kamera terbarunya, Panasonic memutuskan untuk berfokus pada fotografer profesional sebagai target pasarnya. Entah kebetulan atau tidak, kamera bernama Lumix G9 ini sangat mengedepankan kecepatan dibanding segalanya, sama seperti yang kita jumpai pada Sony A9.

Di dalamnya bernaung sensor Micro Four Thirds 20,3 megapixel yang sama seperti milik GH5, tapi yang telah dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas gambar JPEG yang dihasilkan. Panasonic tidak lupa menyematkan mode High Resolution di mana kamera dapat menggerakkan sensornya sebanyak delapan kali guna menciptakan satu gambar beresolusi 80 megapixel dalam format RAW.

Panasonic Lumix G9

Namun seperti yang saya bilang, kecepatan adalah kata kunci untuk menggambarkan kapabilitas G9. Ia dapat menjepret 50 gambar RAW tanpa henti dalam kecepatan 20 fps dengan continuous autofocus dan electronic shutter (9 fps dengan mechanical shutter). Dengan single autofocus, angkanya malah meningkat drastis menjadi 60 fps (electronic) atau 12 fps (mechanical).

Sistem autofocus 225 titik bertajuk Depth from Defocus yang sudah menjadi andalan Panasonic selama beberapa tahun kian disempurnakan pada G9, dengan peningkatan kecepatan (dapat mengunci fokus dalam 0,04 detik saja) dan kinerja tracking subjek. Sistem image stabilization bawaannya diyakini dapat mengompensasi guncangan hingga 6,5 stop exposure.

Sebagai keluarga Lumix, video tetap menjadi salah satu nilai jualnya, meski bukan lagi prioritas utama di sini. Terlepas dari itu, G9 masih mampu merekam video 4K dalam kecepatan 60 fps, dengan bitrate maksimum 150 Mbps dan tanpa cropping sama sekali. Butuh adegan slow-motion? G9 siap merekam video full-HD dalam kecepatan 180 fps.

Panasonic Lumix G9

Secara fisik, G9 mempertahankan gaya desain yang diusung GH5, tapi dengan grip yang lebih besar lagi. Bodinya tidak cuma tahan cipratan air dan debu, tapi juga tahan dingin hingga -10° Celsius. Electronic viewfinder-nya tidak kalah dari Sony A9, sama-sama mengemas panel OLED beresolusi 3,68 juta dot, tapi dengan tingkat perbesaran yang lebih lagi, yakni 0,83x.

Di bawahnya, terdapat layar sentuh 3 inci beresolusi 1,04 juta dot yang bisa dimanipulasi posisinya sesuai kebutuhan, yang ditemani oleh joystick kecil untuk memudahkan pengaturan titik fokus. G9 mengusung dua slot SD card, dan keduanya sama-sama sudah mendukung tipe UHS-II yang berkecepatan tinggi.

Port lainnya mencakup HDMI, jack mikrofon dan headphone, serta micro USB. Konektivitas wireless-nya mengandalkan Wi-Fi AC dan Bluetooth 4.2 untuk terus terhubung ke perangkat secara konstan, sedangkan baterainya diklaim dapat bertahan hingga 400 jepretan.

Panasonic Lumix G9 rencananya bakal dipasarkan mulai Januari 2018 seharga $1.699 untuk bodinya saja. Panasonic juga bakal menawarkan battery grip seharga $349 yang dapat mendongkrak kapasitasnya hingga menjadi 800 jepretan.

Sumber: DPReview.

Panasonic Pamerkan Prototipe Mesin Penghitung Kalori Bernama CaloRieco

Kalori adalah salah satu parameter yang kerap diasosiasikan dengan kebugaran tubuh. Hampir semua activity tracker maupun smartwatch dibekali kemampuan memonitor kalori yang terbakar. Namun bagi yang benar-benar serius menjaga kesehatannya, mereka juga merasa perlu untuk memonitor asupan kalori setiap harinya.

Sekarang ini sudah ada banyak sekali aplikasi smartphone yang dirancang untuk menghitung kalori yang terkandung dari berbagai macam makanan. Namun cara penggunaannya masih jauh dari kata praktis. Lain halnya dengan prototipe mesin bernama CaloRieco dari Panasonic ini.

Dipamerkan di ajang CEATEC 2017 – yang sering disebut-sebut sebagai CES-nya Jepang – CaloRieco menawarkan cara yang sangat praktis untuk menghitung kalori dari suatu hidangan. Wujudnya sepintas mirip seperti perpaduan microwave dan wadah untuk menyimpan roti.

Panasonic CaloRieco

Untuk menggunakannya, pengguna hanya perlu meletakkan makanan di atas piring, lalu memasukkannya ke dalam CaloRieco. Dalam waktu hanya sekitar 10 detik, hasil penghitungan kalorinya – plus persentase protein, lemak dan karbohidrat – bakal disajikan di layar sentuh di bagian depannya.

Semua data itu akan disimpan dan diteruskan ke aplikasi pendampingnya di smartphone. Aplikasi tersebut bakal menunjukkan berapa sisa kalori yang bisa dikonsumsi berdasarkan jumlah ideal untuk masing-masing pengguna, lalu menyuguhkan resep sejumlah masakan dengan nilai kalori yang ideal.

Sayangnya Panasonic masih tutup mulut terkait teknologi apa saja yang digunakan pada CaloRieco, dan pastinya belum ada yang berani menjamin akurasinya. Sejauh ini juga belum ada kejelasan apakah prototipe CaloRieco bakal terus dikembangkan hingga menjadi produk final.

Sumber: SlashGear dan Panasonic.

Panasonic P9 Ramaikan Pasar Smartphone Terjangkau

Panasonic pada hari Rabu waktu India resmi meluncurkan smartphone bernama P9 dengan Android 7.0 Nougat dan sederet fitur yang cukup menjanjkan meskipun tak bisa disebut flagship seperti halnya keluaran Samsung dan LG di tahun ini. Namun konsumen di India sudah bisa dengan segera menemukan smartphone ini di seluruh negeri melalui gerai ritel maupun toko resmi Panaosnic.

Tersedia dalam balutan warna Champagne Gold dan Black, Panasonic P9 dibekali fitur ‘Quick Switching’ yang memungkinkan pengguna menemukan aplikasi yang baru saja dipakai dengan lebih cepat. Selanjutnya, ini dilengkapi dengan fitur ‘Balasan Cepat’ yang memungkinkan pengguna membalas pesan langsung dari pemberitahuan tanpa harus membuka aplikasi dari awal.

Panasonic_P9_o9yoxv

Tampilan depan Panasonic P9 menyajikan layar IPS berukuran 5 inci FWVGA (480×854 piksel) dan handset ini didukung oleh prosesor Quad Core MediaTek MT6737M yang disandingkan dengan RAM sebesar 1GB. Dalam hal optik, smartphone ini dilengkapi dengan kamera belakang utama 8MP dengan aperture f/2.0 dan kamera 5MP di depan dengan aperture f/2.4.

Guna memberikan fleksibilitas optimal di sisi penyimpanan, Panasonic membenamkan memori seluas 16GB yang dapat diupgrade hingga 32GB. Dari sisi konektivitas, Panasonic P9 menawarkan pilihan termasuk 4G VoLTE, Bluetooth 4.0, Wi-Fi, GPS, dan radio2 FM. Smartphone ini juga memiliki dukungan baterai sebesar 2210mAh sehingga menghasilkan bobot perangkat seberat 144 gram. Di India, Panasonic P9 dijual seharga $101 dan akan membuat pasar smartphone murah kian sesak.

Sumber berita PhoneRadar.

Anker, Mobvoi dan Panasonic Umumkan Smart Speaker dengan Integrasi Google Assistant

Sejak awal Google Assistant diperkenalkan, Google sudah mengimpikan skenario dimana asisten virtual-nya itu bisa menghampiri semua perangkat dari berbagai macam kategori. Sejauh ini, Google Assistant sudah tersedia di banyak smartphone Android – bahkan iPhone – dan tentu saja smart speaker Google Home menjadi huniannya yang paling alami.

Saya bilang paling alami karena hampir dalam segala kesempatan, smart speaker dikendalikan menggunakan perintah suara. Kabar baiknya, Google Home bukan satu-satunya speaker yang mengusung integrasi Assistant, sebab di IFA 2017 sudah ada tiga pabrikan yang bersiap meluncurkan persembahannya masing-masing dalam waktu dekat, yaitu Anker, Mobvoi dan Panasonic.

Anker tampil dengan Zolo Mojo yang sepintas kelihatan seperti versi mini dari Google Home. Ini bukan smart speaker pertama Anker, tapi tentu saja yang pertama dilengkapi Google Assistant, plus mendukung fitur multi-room. Kehadirannya sekaligus melengkapi sub-brand Zolo yang memulai debutnya lewat earphone wireless ala Apple AirPods.

TicHome Mini / Mobvoi
TicHome Mini / Mobvoi

TicHome Mini dari Mobvoi adalah yang paling kecil di antara ketiganya. Desainnya sepintas mirip Amazon Echo Dot, dan ia telah mengantongi sertifikasi ketahanan air IPX6 (sekadar cipratan, bukan untuk diceburkan). Sama seperti Zolo Mojo, ia juga dapat difungsikan sebagai speaker Bluetooth biasa jika perlu, dengan daya tahan baterai sekitar 6 jam.

Di sisi lain, Panasonic SC-GA10 merupakan yang paling bongsor, dengan wujud balok minimalis yang berdiri tegak dan pantas dijadikan dekorasi ruangan. Melihat ukurannya, sepertinya kualitas suaranya adalah yang terbaik di antara ketiga smart speaker baru ini.

Panasonic SC-GA10 / Panasonic
Panasonic SC-GA10 / Panasonic

Ketiganya punya jadwal rilis yang berbeda. Zolo Mojo bakal meluncur lebih dulu ke pasaran mulai akhir Oktober, dengan banderol $70. TicHome Mini masih misterius, namun konsumen bisa mendapatkan potongan harga 30% jika mendaftarkan email newsletter di situsnya. Untuk Panasonic, SC-GA10 bakal menyusul di awal 2018, tapi harganya masih belum dirincikan.

Pengumuman lain yang tak kalah menarik adalah kolaborasi Google dan LG, dimana ke depannya berbagai perabot rumah LG dapat dikendalikan dengan Google Assistant yang terpasang di smart speaker maupun smartphone. Mulai dari mesin cuci sampai robot vacuum cleaner, konsumen dapat menugaskan mereka hanya dengan mengucapkan mantra “Ok Google,” diikuti oleh instruksi yang relevan.

Sumber: The Verge dan Google.