Pokémon Go Akan Tiba di Asia Sebentar Lagi?

Sejak Pokémon Go meluncur minggu lalu, demam Pokémon kembali merebak seperti di tahun 90-an. Besarnya penantian khalayak mendorong banyak orang melakukan cara-cara ‘kurang legal’ buat menikmati permainan saat mereka tahu Pokémon Go belum tersedia di negaranya – dan boleh jadi banyak di antara mereka ialah kawan-kawan Anda sendiri.

Sebetulnya Pokémon Go baru tersedia resmi di sejumlah wilayah saja: Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru dan Jerman. Bungkamnya Nintendo (dalam hal ini The Pokémon Company) mengenai kapan ia meluncur di Asia membuat banyak orang gemas, apalagi kemarin kita mendengar kabar soal penundaan peluncuran global Pokémon Go karena Niantic bermaksud membenahi masalah server. Tapi dari update terkini, ada kemungkinan Pokémon Go segera tiba di Asia sebentar lagi.

Berdasarkan laporan The Verge yang mengacu pada tulisan Wall Street Journal, terdapat peluang Nintendo akan melepas Pokémon Go di Asia dan negara-negera Eropa lain minggu ini. Minggu lalu via Twitter miliknya, Takashi Mochizuki dari Wall Street Journal juga sempat menyampaikan bahwa publisher meminta konsumen di Amerika dan Jepang untuk ‘bersabar’ menanti kedatangan permainan mobile fenomenal tersebut. Apakah Jepang akan jadi negara Asia pertama tempat pendaratan Pokémon Go?

Informasi lain yang menguatkan prediksi ini bisa Anda lihat di blog Pokémon Go Asia ciptaan ‘perkumpulan pecinta Pokémon’. Hipotesis pertama adalah waktu refresh global Apple app store yang jatuh di hari Kamis, mengindikasikan probabilitas peluncuran lebih luas di iOS dan Google Play. Kemudian kita juga tahu selama beberapa hari ke belakang, Niantic telah bersusah-payah menambah kapasitas server.

Asumsi tersebut didukung oleh keadaan saat ini: setelah seminggu pelepasan Pokémon Go, semakin jarang kita dengar berita mengenai glitch dan bug. Lalu di tanggal 11 Juli kemarin, ‘narasumber terpercaya’ menjelaskan peluncuran game akan dilangsungkan tidak lama lagi.

Baru kemarin warga Jerman merayakan kehadiran Pokémon Go di negaranya, dan di sana, game sudah menimbulkan kontroversi. Meski fans sangat gembira, perwakilan pengurus monumen peringatan korban rezim Nazi menyayangkan kelakuan para pemain yang membanjiri lokasi itu untuk berburu ‘monster saku’. Menurutnya, hal tersebut sangat tidak pantas.

Telegraph sendiri mengingatkan agar kita tidak bersemangat secara berlebih-lebihan, karena sejauh ini Nintendo belum mengungkap tanggal rilis resmi di wilayah lain, terlepas dari prediksi sejumlah situs.

Virtual Reality Diprediksi Hasilkan Pemasukan Hampir $ 900 Juta di 2016

Oculus Rift dan HTC Vive, dua headset VR high-end itu telah mulai dikirimkan ke tangan konsumen, sebuah langkah besar bagi virtual reality dalam menyerbu ruang keluarga Anda. Banyak ahli memperkirakan, produk-produk ini dapat menyaingi smartphone, ditakar dari besarnya perubahan yang mereka berikan bagi cara manusia bekerja serta menghibur diri.

Kini semua pemain di bidang teknologi, besar maupun kecil, tampak berbondong-bondong terjun ke ranah itu. Aksi mereka bisa dipahami. Meski VR kental dengan tema gaming, pada prakteknya ia dapat diimplementasikan ke bermacam-macam skenario penggunaan: industri medis dan kesehatan, edukasi, turisme, serta desain. Analis Strategy Analytics memprediksi, pemasukan dari penjualan produk VR berpeluang mencapai hampir US$ 900 juta di tahun ini.

Tepatnya adalah US$ 895 juta. 77 persen dari nilai itu diperkirakan merupakan hasil dari transaksi Rift, Vive, dan PlayStation VR. Namun bahkan ketika mereka semua dikombinasikan, volume penjualan ketiga device ini terlihat sangat kecil dibanding produk-produk berbasis smartphone yang umumnya lebih terjangkau – hanya 13 persen dari 12,8 juta unit headset virtual reality di 2016.

Hal ini memang wajar karena Rift dan Vive memang bukanlah barang murah. Headset VR milik Facebook tersebut dijajakan di harga US$ 600, sedangkan Vive menuntut harga yang lebih tinggi lagi, yaitu US$ 800. Sementara itu, Google Cardboard terdistribusi secara luas (dibagi-bagikan gratis dan dapat dibeli murah secara online). Pemilik handset flagship Samsung juga sudah bisa menikmati pengalaman VR ‘premium’ berbekal Gear VR.

Harga tinggi memang membatasi penjualan – Strategy Analytics mengestimasi hanya mencapai kurang lebih 1,7 juta perangkat high-end (Rift, Vive, PSVR). Walaupun demikian, di tahun ini khalayak awam akan mulai memahami potensi dan kecanggihan headset mutakhir tersebut. Di saat yang sama, pasar smartphone dibombardir oleh bundel VR. Analis percaya, dengan strategi jitu, headset VR berbasis handset dapat berperan sebagai ‘hidangan pembuka’ untuk mengiring konsumen ke produk yang lebih mumpuni.

Cliff Raskind selaku direktur Wearable Device Ecosystems di Strategy Analytics menyampaikan, 2016 ialah tahun krusial bagi virtual reality akibat perpaduan sejumlah faktor, memberikan tantangan sangat besar bagi produsen dalam memenuhi ekspektasi konsumen terhadap VR, terutama dari sisi ketersediaan konten dan keterbatasan teknis headset virtual reality kelas entry-level.

Direktur Strategy Analytics Cliff Raskind tak lupa menuturkan bahwa virtual reality akan kembali memicu persaingan panas antar produsen hardware, terutama di bidang resolusi layar, kartu grafis, penyimpanan, serta kamera-kamera 3D.

Sumber: Venture Beat.

[Rumor] PlayStation ‘5’ dan Xbox ‘Two’ Hadir Lebih Cepat Dari Dugaan Kita?

Masalah terbesar yang ada pada penyajian hardware home console adalah ketiadaan fitur upgrade. Dengan begitu cepatnya laju perkembangan teknologi grafis seperti sekarang, kekurangan ini akan selalu menghantui platform current-gen. Jika generasi terdahulu saja hanya mampu bertahan 6-8 tahun, siklus hidup PlayStation 4 dan Xbox One diprediksi lebih singkat lagi.

Berkenaan dengannya, Christopher Morris dari Value Walk percaya bahwa penerus PS4 dan Xbox One diperkirakan meluncur lebih cepat dari dugaan kita. Selain perhitungan kasar di atas, teknologi console diprediksi akan ketinggalan zaman di tahun 2020, ‘memaksa’ baik Sony dan Microsoft buat melakukan pengumuman hardware baru lebih dini sebelum waktu itu tiba. Dan petunjuk kuat berikutnya datang dari sang penyedia chip sendiri.

Setelah sukses menopang platform game current-gen dengan system-on-chip ber-mikroarsitektur Jaguar, AMD belum lama mengungkap agenda untuk merilis APU (accelerated processing unit) anyar yang sanggup menyuguhkan performa lima kali lebih tinggi dibanding varian saat ini. Rencananya, proses penyediaan akan dilaksanakan pada tahun 2018 ke para produsen console – menjadi aspek esensial dari PlayStation ‘5’ dan Xbox ‘Two’.

Tentu saja tidak ada jaminan bagi Sony dan Micrsoft untuk kembali menggandeng AMD, namun kenaikan kinerja lima kali sangatlah menggoda. WCCF Tech juga menjelaskan bagaimana virtual reality merupakan fokus AMD selanjutnya, apalagi dengan pengembangan LiquidVR yang diintegrasikan bersama API Mantle. Seandainya proses pengerjaan berjalan lancar, arsitektur Graphics Core Next bisa mentenagai headset VR di 2018, memastikan APU AMD jadi pilihan terbaik bagi pencipta console.

Dari perhitungan kasar, kita butuh sekitar tiga kali kekuatan hardware PlayStation 4 (dan lebih buat Xbox One) untuk menopang Oculus Rift secara optimal di resolusi 2160×1200 90fps. Selain VR yang kian mantap, tidak salah jika kita berharap resolusi 4K akhirnya menjadi standard platform next-gen. Dahulu sempat ada teori yang menyatakan bahwa Xbox One dan PlayStation 4 sanggup membawa pengguna ke sana, namun prakteknya ternyata bertolak belakang.

Lewat chip baru AMD, backward compatibility akan lebih mudah disajikan. Karena console game modern telah pindah ke arsitektur x86, dan kemungkinan besar tetap mengusungnya, hal tersebut memastikan permainan-permainan PS4 dan Xbox One tetap dapat dinikmati di platform anyar.

Satu lagi: Sony dikabarkan sempat membuka lowongan pekerjaan di Sony Computer Entertainment of America, dan banyak orang berasumsi ini ada kaitannya dengan pengembangan PlayStation 5.