Bagaimana Seharusnya Mendengarkan Kritik

Setiap orang pada dasarnya selalu membutuhkan masukkan atau umpan balik dari orang lain. Tujuannya untuk mengoreksi yang kurang dan menambah sesuatu yang lebih baik. Tak hanya soal bisnis, orang-orang di dalamnya juga harus belajar menerima masukan. Terlebih startup yang notabene perusahaan baru yang membutuhkan banyak pemikiran, masukan, dan inovasi.

Berikut ini adalah tips bagaimana seharusnya mendengarkan kritik atau masukkan.

Diam sejenak

Inti dari masukan adalah mendengarkan. Kadang ketika kita membaca atau mendengar langsung masukkan dari orang lain otak kita akan langsung beraksi untuk menolak. Gambaran-gambaran pemikiran seperti “Itu benar, tapi . . .” atau “kamu salah, yang dimaksud adalah . . .” akan langsung terbayang. Ini lazim dilalui oleh banyak orang.

Untuk bisa mendapatkan maksud penuh dan berpikir jernih tentang argumen seseorang, kita perlu diam sejenak untuk setidaknya membiarkan opini terbaca atau terdengar sampai habis untuk bisa mendapatkan maksud yang lebih jelas. Termasuk memberikan waktu untuk berpikir reaksi seperti apa yang akan kita pilih.

Ucapkan terima kasih

Ucapan terima kasih ini penting untuk menjaga hubungan baik dengan orang yang memberi masukkan. Hal mendasar dalam komunikasi. Terlebih bagi startup yang sedang berkembang, menjaga hubungan baik dengan sesama tim maupun dengan pelanggan penting adanya. “Terima kasih” bisa membantu mencairkan suasana jika kritik atau masukkan yang diberikan terlalu keras dan “pedas”.

Mendengarkan dengan penasaran

Untuk bisa sepenuhnya menerima kritik dan masukkan kita harus bisa masuk dalam pembicaraan, baik lewat tulisan atau pembicaraan langsung. Untuk masuk dan terhubung dengan suatu pembicaraan kritik dan masukkan usahakan untuk selalu penasaran. Cari tahu apa yang sebenarnya menjadi obyek yang dibicarakan, cari tahu sebabnya, dan cari tahu apa yang mereka harapkan.

Semakin dalam kita terlibat dalam pembicaraan, semaki jelas seperti apa yang mereka maksud dan mereka inginkan. Hal ini bukan hal mudah. Karena pada dasarnya mendengarkan bukan hal mudah untuk dilakukan dengan baik.

Cari pola

Kritik dan masukan harusnya tidak dibiarkan begitu saja. Harus ada usaha untuk kita lebih baik dan menghindari kesalahan yang sama. Untuk itu diperlukan pencarian pola kritik. Hal ini sedikit banyak membantu kita mengkategorikan hal apa yang sering menjadi obyek kritik atau masukan.

Jika terlalu banyak yang memberikan masukan untuk obyek yang sama mungkin bisa berarti obyek tersebut memang seharusnya diperbaiki. Misalnya sebuah startup meluncurkan sebuah fitur baru. Alih-alih mendapat sambutan yang positif fitur malah banyak menuai kritik dan saran. Di situlah harusnya startup berbenah.

Lima Cara Networking Startup yang Tepat

Istilah networking atau membuka jaringan merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh pelaku startup dan entrepreneur baru. Dengan mengikuti acara yang tepat dan mempromosikan produk yang dimiliki, bisa jadi kegiatan branding dan promosi Anda bisa berjalan dengan baik. Artikel tips berikut ini akan mengupas 5 cara tepat yang bisa diterapkan oleh Anda pelaku startup dan entrepreneur terkait dengan kegiatan networking.

Buat rencana

Saat ini sudah banyak kegiatan yang mempertemukan penggiat startup, investor asing hingga lokal di tanah air. Diantara semua kegiatan tersebut pilihlah acara yang sesuai dengan minat dan latar belakang produk yang dimiliki. Kurasi acara tersebut penting dilakukan, agar anda bisa bertemu dengan orang yang tepat, investor yang sesuai hingga calon klien yang berminat dengan produk yang Anda buat. Cara tepat yang bisa dilakukan adalah membuat daftar sepanjang tahun yang Anda ingin datangi.

Buka diri Anda untuk semua

Jika Anda cenderung orang yang tertutup dan enggan untuk berbincang dengan orang banyak, baiknya rubah kebiasaan tersebut dan mulai biasakan untuk menyapa dan membuka percakapan lebih dulu. Dengan demikian Anda bisa menceritakan lebih baik dan jelas kepada semua orang tentang produk dan rencana yang ingin Anda lancarkan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memulai percakapan adalah, melihat apa saja perusahaan teknologi, startup hingga speaker yang akan meramaikan acara, pelajari latar belakang mereka sehingga anda bisa relate lebih mendalam dengan orang-orang tersebut.

Jadi pendengar yang baik

Menghadiri kegiatan tersebut bukan berarti Anda hanya membicarakan produk yang dimiliki, namun Anda juga harus bisa menjadi pendengar yang baik, terutama dengan investor, penggiat startup yang lain hingga calon klien dan calon pengguna. Tamping semua kritikan dan masukan yang ada, untuk kemudian menjadi koreksi dan acuan untuk mengembangkan produk yang dimiliki.

Evaluasi dan bangun hubungan dengan tepat

Saat ini Anda mungkin sudah menemukan orang-orang yang terpat untuk berkenalan dan dijajaki lebih lanjut, langkah selanjutnya yang harus diterapkan adalah evaluasi pendekatan yang baiknya dilakukan. Apakah dengan investor terkait bisa langsung dilancarkan niat Anda untuk melakukan penggalangan dana, atau hubungan baik harus dibina lebih lanjut terlebih dahulu, hingga akhirnya Anda menemukan waktu yang tepat untuk mengajukan pendanaan. Demikian juga dengan calon talent, user dan client.

Perlakukan kegiatan networking layaknya bekerja

Kesuksesan sebuah kegiatan networking atau perluasan jaringan adalah dengan menerapkan kegiatan tersebut layaknya bekerja. Dengan demikian Anda bisa lebih fokus dengan rencana dan daftar yang Anda untuk melancarkan kegiatan networking. Jaga keseimbangan waktu antara mengembangkan produk sekaligus dengan melakukan kegiatan networking yaitu menghadiri acara-acara teknologi dan pertemuan startup yang sudah Anda tentukan sebelumnya.

Smartphone Sebagai Alat Peningkatan Produktivitas dan Pengembangan Diri

Mungkin tidak berlebihan jika saat ini menggeser ponsel pintar atau smartphone dari kebutuhan tersier menjadi kebutuhan sekunder. Ketergantungan masyarakat akan layanan digital, baik untuk kebutuhan pribadi ataupun bisnis membuat benda yang kini didominasi layar sentuh tersebut wajib masuk ke dalam kantong. Fungsionalitasnya sudah sangat beragam, apapun kini bisa dilakukan dalam satu sentuhan jari.

Lebih dari sekedar alat berkomunikasi dua arah, kemampuan yang dimiliki smartphone yang ada saat ini mampu menjangkau ke beragam jenis aktivitas. Lalu bagaimana memastikan smartphone tersebut menjadi alat pendukung produktivitas kita, sembari menjadikannya sebagai penyumbang kebutuhan hiburan digital harian. Memang ada juga hasil penelitian yang menyebutkan bahwa penggunaan smartphone justru mengurangi produktivitas seseorang.

Hasil penelitian tim Prof. Russell Johnson dari Michigan State University menyebutkan bahwa menjadi “mesin insomnia” penggunanya, khususnya di kalangan pekerja bisnis. Implikasinya pada stamina tubuh yang menjadi kurang fit untuk melakukan aktivitas fisik dalam bekerja. Bahkan sebuah survei dari CareerBuilder mengatakan bahwa smartphone mengurangi jam produktif karyawan di kantor.

Smartphone in Office

Namun ujung-ujungnya semua terletak pada bagaimana kita sebagai pengguna smartphone dalam menyiasati penggunaan alat bantu tersebut. Berikut ini beberapa tips yang dapat diikuti untuk memaksimalkan dan membiasakan pemanfaatan smartphone sebagai alat produktivitas yang mendukung kegiatan sehari-hari.

Sebagai alat yang paling dekat, smartphone adalah medium pengembangan diri

Dengan pemanfaatan yang benar, smartphone dapat menjadi medium informasi dan wawasan yang sangat luas. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan pemanfaatan internet yang ada saat ini, informasi dari mana saja menjadi sangat mudah untuk diakses. Untuk memaksimalkan keuntungan tersebut, faktor pengguna akan menjadi yang paling dominan, karena harus dibiasakan dan mau untuk memulai.

Pengguna dapat memulai dengan memasang aplikasi yang dapat memudahkannya untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan tersebut, bisa disesuaikan dengan ketertarikan. Misalnya untuk pelaku startup bisa memasang aplikasi seperti Medium, Quora atau sejenisnya untuk mendapatkan insight dari sesama pengusaha atau tokoh senior lain yang membagikan ilmunya. Beberapa aplikasi juga menyediakan konten yang lebih menarik, seperti podcast atau webinar.

Menariknya pengguna dapat memanfaatkan aplikasi yang saat ini ada untuk melakukan analisis real-time atas arus informasi yang kencang. Misalnya memanfaatkan aplikasi PowerBI atau sejenisnya untuk melihat tren terkini di media sosial. Sembari mencari tahu hal baru, sambil mendapatkan informasi tambahan untuk strategi bisnis. Menemani waktu luang, smartphone bisa dimaksimalkan sebagai medium pengembangan diri.

Smartphone mengelola tugas harian secara lebih efektif

Layaknya sebuah buku harian dan pencatatan, smartphone dapat dimanfaatkan juga sebagai pengingat produktivitas harian penggunanya. Mulai dari membuat daftar aktivitas, melakukan penjadwalan meeting hingga melakukan analisis pekerjaan. Aplikasi seperti Wunderlist, Reminder, dan sejenisnya dapat menjadi “sarapan pagi” pengguna. Memeriksa apa saja yang harus dilakukan hari ini, mencatat apa saja yang harus dilakukan waktu mendatang, sehingga dapat membuat prioritas secara lebih jeli.

Terlebih jika bekerja dalam sebuah tim, kolaborasi menjadi bagian terpenting untuk memajukan pola produktivitas. Kemampuan digital untuk mudah berkomunikasi secara online membuat kegiatan kolaborasi menjadi lebih efisien. Gunakan kalender bersama untuk penjadwalan tim, atau bahkan aplikasi penugasan yang digunakan secara kolekitf.

Asisten terbaik saat bepergian

Kegiatan produktif bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, smartphone dapat mendukung kegiatan ini sehingga menjadi lebih menyenangkan. Dengan memasang aplikasi produktivitas, semisal Microsoft Office di ponsel, kegiatan perjalanan bisa tetap diisi dengan berbagai kegiatan produktif. Memeriksa dokumen, membuat slide presentasi hingga melakukan meeting jarak jauh bisa dilakukan.

Dengan integrasi yang kuat antara aplikasi smartphone dengan kegiatan produktif penggunanya, maka peranan telepon genggam akan menjadi lebih signifikan, menjadi asisten produktivitas yang mengikuti penggunanya di mana saja dan kapan saja. Memastikan pencapaian target pekerjaan yang sesuai. Namun semua itu akan kembali pada kedisiplinan penggunanya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah diatur di dalamnya.

Empat Sikap yang Wajib Dimiliki Founder Saat Bersiap Melakukan “Scale Up”

Startup yang sukses adalah startup yang mampu mengadopsi perubahan yang ada. Apakah itu dari inovasi, teknologi, layanan pelanggan hingga feedback dari  anggota tim. Sudah banyak startup yang menuai kesuksesan setelah melakukan perubahan, namun banyak pula perusahaan raksasa yang akhirnya terpaksa gulung tikar karena enggan untuk melakukan perubahan dan merasa nyaman dengan bisnis yang dijalankan. Sebut saja seperti, Encyclopedia Britannica, Sears, Blockbuster, Kodak.

Artikel berikut ini akan mengupas empat poin penting yang wajib diperhatikan Founder saat startup tengah bersiap melakukan scalling up.

Menjadi Founder yang ‘mumpuni’

Saat startup masih dalam skala yang kecil tentunya akan lebih mudah bagi Founder untuk melakukan koordinasi kepada anggota tim lainnya. Kesannya lebih mengarah kepada ‘perintah’ namun untuk perusahaan yang masih kecil nampaknya sah-sah saja hal tersebut dilakukan oleh seorang Founder. Namun demikian ketika startup sudah mulai tumbuh dan mengalami peningkatan baik dari sisi pegawai, profit hingga pelanggan, Anda sebagai Founder sudah harus merubah gaya kepemimpinan menjadi Founder yang memberikan pengarahan dan pelatihan kepada anggota tim. Tumbuhkan sikap yang ‘mumpuni’ agar kolaborasi dengan anggota tim yang jumlahnya lebih banyak, akan tercipta dengan baik.

Berikan kepercayaan

Saat mulai membangun perusahaan pastinya sebagai Founder Anda cenderung untuk melakukan semua pekerjaan dan tidak mempercayai orang lain untuk melakukan tugas tersebut. Namun demikian untuk startup bisa tumbuh dengan baik, Anda sebagai Founder harus memberikan kepercayaan kepada anggota tim tertentu untuk selanjutnya melakukan tugas yang biasanya Anda sebagai Founder lakukan. Dengan demikian Anda sebagai Founder selanjutnya bisa lebih memfokuskan kepada hal-hal yang lebih penting untuk selanjutnya melancarkan proses scale up.

Ciptakan komunikasi yang baik

Ketika perusahaan semakin berkembang biasanya masing-masing divisi seperti Finance, Marketing, Sales dan divisi lainnya enggan untuk bekerjasama dan cenderung membentuk kelompok sesuai dengan divisi masing-masing. Upayakan untuk selalu menciptakan kolaborasi dan komunikasikan semua tugas terkait kepada masing-masing divisi, agar transparansi tercipta dan masing-masing divisi bisa bekerja dengan baik tanpa adanya batasan. Sebagai Founder Anda juga wajib untuk membagikan visi dan misi, target serta rencana jangka panjang kepada semua anggota tim.

Tampung semua kritikan dari anggota tim

Ketika startup semakin besar semakin sulit untuk melakukan pertemuan yang melibatkan semua anggota tim. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi hubungan baik antar anggota tim, manajemen dan tentunya Anda sebagai Founder. Upayakan untuk membuat jadwal yang rutin pertemuan dengan anggota tim, dan terima semua kritikan, usulan hingga keinginan dari anggota tim. Jika masuk akal untuk diwujudkan, informasikan dan lakukan segera keinginan dari anggota tim, namun jika sedikit berlebihan dan tidak masuk akal, berikan alasan yang tepat kepada anggota tim terkait permintaan dari mereka.

Pada akhirnya membawa startup ke tahap selanjutnya membutuhkan pemikiran yang fokus terkait dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa mencapai target tersebut. Untuk itu buatlah daftar atau rencana yang ingin diwujudkan agar startup bisa berkembang dengan baik.

Tetap Produktif Meskipun Tidak Bekerja di Dalam Kantor

Tren bekerja jarak jauh (atau remote working) muncul bersama digitalisasi yang masif di lingkungan pekerjaan. Mulai dari cara berkomunikasi, berkolaborasi dan mengerjakan pekerjaan dirangkum menggunakan teknologi komputer. Di beberapa kantor bahkan tidak mewajibkan karyawan untuk melakukan presensi, karena lebih mengedepankan pencapaian yang terangkum dalam KPI (Key Performance Indicator). Terlepas dari sisi kenyamanan dan kebebasan, bekerja jarak jauh juga ditekan untuk dapat selalu produktif dan mampu berbaur apik dengan proses bisnis di kantor.

Ada beberapa strategi yang dapat dibiasakan oleh pekerja remote untuk memastikan kesehariannya mampu memberikan kontribusi aktif untuk pekerjaan. Berikut ini beberapa hal yang dapat diperhatikan.

Membangun rutinitas—dengan mindset tetap bekerja, bukan bersantai ria

Kendati bekerja dari rumah, disiplin waktu juga wajib diterapkan. Beberapa perkantoran memiliki jam-jam tertentu dalam menjalankan roda bisnisnya. Sebagai pekerja remote perlu untuk membiasakan selalu tersedia di jam bekerja tersebut. Jika perlu sesuaikan kegiatan dengan apa yang terjadi di kantor, semisal jam masuk kerja adalah jam 08.00, maka pekerja remote juga telah bersiap di jam tersebut, begitu juga jam makan siang. Hal ini untuk menjamin ketersediaan ketika dibutuhkan untuk penyelesaian isu urgent.

Biasakan untuk disiplin waktu, dan membangun mindset bahwa saat ini tengah bekerja. Ada tanggung jawab yang sedang dipikul.

Mencari tempat kerja yang minim gangguan

Ada yang nyaman ketika bekerja di tempat yang sepi, ada juga yang menikmati suasana santai seperti di sebuah coffee shop. Memahami habit pribadi yang seperti ini penting untuk pekerja remote. Dengan memahami situasi diri, ia akan mampu memilih tempat yang cocok untuk memastikan hari-harinya menjadi lebih produktif. Memisahkan kegiatan pribadi dengan lingkungan bekerja menjadi salah satu cara untuk meminimalkan gangguan. Lingkungan bekerja juga harus mampu mengakomodasi kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan. Pekerja remote juga diwajibkan mampu menghindari gangguan yang mungkin menghampiri, misalnya ajakan bermain atau sesuatu hal lain yang mengganggu jam kerja di rumah.

Penting untuk memberikan pemahaman kepada orang rumah, teman atau kerabat, bahwa kita sedang bekerja, kendati terlihat seperti sedang santai di rumah.

Kelancaran komunikasi adalah kunci

Alat-alat seperti messaging app (Slack, Skype, Google Hangout, dan lain-lain), task management (Trello, Wunderlist, dan lain-lain), online workspace (Google Drive, SharePoint, dan lain-lain) wajib masuk di perangkat yang digunakan sehari-hari, baik di komputer, laptop ataupun ponsel. Berkomitmen bekerja jarak jauh artinya juga memberikan jaminan terkait kebutuhan konektivitas internet. Karena biasanya kantor yang memperbolehkan karyawannya bekerja secara jarak jauh, lantaran kegiatan produktifnya dapat diwakili melalui aplikasi dengan ketersediaan online-nya.

Komunikasi menjadi salah satu hal terpenting dalam roda bisnis, khususnya untuk kolaborasi tim. Pastikan kebutuhan ini terjamin oleh pekerja remote.

Siap sedia, bekerja remote juga memiliki konsekuensi

Umumnya kantor-kantor yang mengizinkan karyawannya bekerja secara remote adalah kantor dengan sistem produksi yang fleksibel. Seperti pengembang perangkat lunak, media, perusahaan desain dan industri kreatif lainnya. Pekerjaan yang dibawa tidak harus diselesaikan di tempat tertentu menggunakan alat yang hanya ada di kantor. Namun jangan salah, justru fleksibilitas ini biasanya memiliki konsekuensi sang pekerja harus siap setiap saat. Contoh kecil saat bekerja remote menjadi mobile developer, ketika tiba-tiba ditemukan bugs dari kode yang ditulis, mau tak mau harus memperbaiki secepatnya saat itu juga, terlebih jika melibatkan sistem produksi di perusahaan yang menjadi klien.

Bekerja remote terkesan santai, namun sejatinya harus siap setiap saat. Jadi tidak ada salahnya saat bepergian di hari kerja selalu membawa perangkat komputasi ke mana-mana.

Memberikan hasil konsisten

Pada akhirnya kualitas pekerja akan ditentukan oleh hasil yang ditorehnya. Memiliki waktu yang lebih fleksibel harus bisa dimanfaatkan untuk selalu berpikir secara kreatif dan cerdas. Dengan memberikan hasil yang memuaskan (baik bagi atasan ataupun klien) akan memberikan kepercayaan kepada perusahaan untuk mengizinkan bekerja secara remote. Perusahaan akan merasa sudah tidak perlu lagi mengawasi secara khusus. Memberikan hasil terbaik secara konsisten memantapkan keyakinan terhadap kualitas pekerja, bahwa dengan bekerja di rumah pun keahliannya tidak diragukan lagi.

Membangun Sumber Daya Manusia dari Kultur Internal Bisnis

Terdapat beberapa komponen primer dalam sebuah bisnis yang berjalan, salah satunya adalah sumber daya manusia. Nyatanya dengan dinamika bisnis yang ada saat ini, terlebih bagi bisnis yang sangat bergantung pada teknologi seperti startup digital, dalam pemenuhan komponen sumber daya bukanlah hal yang mudah. Kualifikasi dan kompetensi menjadi pendorong utama.

Kendati ada ketimpangan antara demand dan supply pada pemenuhan sumber daya manusia profesional, nyatanya kasus yang bersumber dari internal kantor pun turut mempengaruhi perputarannya. Sebelumnya mari kita simak bersama hasil survei yang dilakukan oleh JakPat bertajuk “Indonesian’s Resign Habit”. yang melibatkan lebih dari 1.800 responden di kalangan profesional berumur 25-45 tahun.

Hasil survei menunjukkan bahwa adanya tren pindah pekerjaan yang cukup intend. Sebanyak 50,06 persen responden menyatakan bahwa sejak ia bekerja sudah pindah 1-3 kali ke tempat yang berbeda. Alasannya paling menarik, kendati yang teratas (65,13%) adalah gaji, namun yang tak kalah signifikan adalah terkait dengan kesempatan meningkatnya karier (57,06%) dan lingkungan kerja (47,46%).

Indonesian’s Resign Habit / JakPat
Indonesian’s Resign Habit / JakPat

Persentase tersebut turut didukung dengan hasil temuan, bahwa tiga alasan teratas mengapa para pekerja akhirnya memilih pindah adalah (1) merasa tidak nyaman dengan lingkungan kerja, (2) mendapatkan tawaran kerja dengan gaji yang lebih besar, (3) memilih untuk berupaya menemukan posisi jabatan yang lebih baik dan (4) kecewa dengan reward yang diberikan perusahaan atas kontribusi dan juga tidak nyaman dengan kepemimpinan.

Pertimbangan dan investasi untuk sumber daya manusia

Salah satu yang bersinggungan langsung pada kualitas produk atau layanan dalam bisnis tak lain adalah penggeraknya. Untuk itu bisnis perlu untuk mencermati tentang strategi pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu kualitas pekerja di dalam tubuh bisnis ternyata juga dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan internal bersanding dengannya. Jika menurut salah satu petinggi Google di bidang sumber daya manusia, ada dua hal yang akan menjadikan seseorang betah dan bertumbuh dalam lingkungan perkerjaan.

Pertama adalah bagaimana kualitas orang-orang di dalam kantor yang bersinggungan langsung dengan pekerjaannya. Semakin seseorang berpartner dengan rekan yang memiliki kualitas kerja baik, maka kecenderungan ia akan bertahan lama. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi para pendiri, karena bagi para pekerja di dalam bisnisnya, salah satu tolok ukur utama untuk poin ini tak lain adalah pendiri dan tokoh-tokoh senior.

Lalu yang kedua adalah bagaimana menciptakan sebuah rasa yang menjadikan para pekerja tersebut merasa bermakna atau dapat berkontribusi aktif dalam bisnis. Kecenderungan orang akan berusaha untuk menjadi “penting”, apa yang ia kerjakan berdampak baik dan signifikan bagi bisnis. Hal ini berkaitan dengan bagaimana perusahaan memberikan kesempatan sekaligus tantangan bagi para pekerja. Kepercayaan adalah benang merah dalam poin ini.

Jadi jika berpikir bahwa “uang” adalah segalanya, tidak sepenuhnya benar. Bisa saja melakukan people-push dengan uang, hanya saja akan memberikan dampak pada kultur bisnis yang tidak baik. Terlebih jika diadopsi oleh startup.

Antara people development dan talent aquisition

Memiliki sumber daya manusia yang berkualitas adalah cita-cita semua bisnis. Alasannya sederhana, bahwa bisnis membutuhkan bahan bakar yang tepat untuk mengimbangi persaingan yang makin ketat. Terlebih teknologi, berbagai pembaruan harus selalu diusung untuk memenuhi kebutuhan penggunanya. Untuk itu banyak hal yang bisa dilakukan, salah satu pilihannya ialah people development, yakni melatih pekerja untuk senantiasa menjadi lebih tangkas. Namun dewasa ini strategi talent aquisition juga menjadi tren di kalangan startup digital.

Membicarakan untung rugi antara people development dan talent aquisition maka harus mengembalikan kepada keadaan bisnis tersebut. Keduanya membutuhkan investasi dan memiliki risiko. Soal people development, perusahaan butuh mengalokasikan waktu dan biaya lebih banyak untuk mengadakan training terpadu, risikonya jika pekerja “kabur”. Sedangkan talent aquisition mengharuskan perusahaan menawarkan benefit yang lebih besar dari yang didapat dari perusahaan sebelumnya, risikonya pekerja sulit bersatu dengan visi bisnis.

Pertimbangan lainnya adalah kecepatan. Jika mengandalkan strategi people development memang tidak bisa seinstan talent aquisition, hanya saja prosesnya akan menjadi lebih mudah dipantau. Kembali kepada beberapa alasan seseorang mau mempertahankan jabatannya di sebuah perusahaan, yakni lingkungan yang membangun dan nyaman bagi mereka. Untuk itu perlu menjadi pertimbangan bahwa perusahaan menyajikan career path yang menjanjikan bagi para pekerjanya.

Proses people development turut memudahkan ketika perusahaan membutuhkan regenerasi di jajaran senior. Umumnya tidak bisa dilakukan dengan asal memilih orang yang berkompetensi, tapi dipilih yang berkompetensi plus mengenal betul bagaimana ritme bisnis berjalan. Investasi pada people development tampaknya mampu mengarahkan perusahaan ke arah sana, menjadikan pekerja mampu menyatu dengan visi bisnis secara keseluruhan.

Namun kembali lagi, itu hanyalah opsi. Apapun yang dipilih pastinya selalu akan dihubungkan dengan kebutuhan dan strategi bisnis yang telah dituliskan. Yang perlu digarisbawahi bahwa tak akan terlahir sebuah produk yang menjanjikan ketika diproduksi oleh tangan yang tidak berkompetensi. Sumber daya manusia sudah selayaknya dijadikan poin krusial dalam pembahasan utama bisnis, pun di level startup.

Seperti Apa Rasanya Jadi CEO Startup?

Menjadi orang nomor satu di perusahaan adalah suatu prestise dan prestasi yang mungkin bisa dibanggakan. Namun, semakin besar perusahaan, maka semakin banyak kepala yang harus dihadapi. Hal yang sama berlaku juga di startup. Meski baru seumur jagung, startup dapat menjadi ajang untuk diri sendiri dalam memimpin perusahaan.

Bagaimana mengelola organisasi, emosi, menjaga ritme kerja yang baik, bagaimana menjadi pemimpin yang baik, dan lain sebagainya. Untuk menjelaskan lebih detil, para CEO startup di bawah ini akan membantu Anda menerangkan bagaimana suka dan duka menjadi orang nomor satu di perusahaan. Berikut rangkumannya seperti dikutip dari Quora.

Harus mau meleburkan diri ke pekerjaan selama 24/7

Deena Varshavskaya, Founder dan CEO Wanelo, menerangkan menjadi orang pertama di perusahaan artinya sama saja dengan merelakan diri untuk kerja 24/7, tidak libur meski tanggal merah. Seluruh waktu, pikiran, dan tenaga Anda akan tercurahkan sepenuhnya untuk membangun perusahaan.

Kendati demikian, hal ini justru membuatnya jadi tertantang untuk memecahkan permasalahan, lebih kritis, dan kreatif untuk melakukan suatu pendekatan. Menjadi CEO, menurutnya, memberi dia kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat yang dapat membantunya mewujudkan perusahaan.

Bila diibaratkan, sambungnya, startup adalah wilayah pertumbuhan diri Anda yang tidak kunjung habis, sebab Anda terus menjauhi diri dari zona aman. Anda ditantang terus untuk mengatasi tantangan, hal apa saja yang Anda pelajari tentang diri sendiri, dan bagaimana Anda bisa memberikan kebebasan kepada pekerja.

Kegagalan itu, menurutnya adalah hal yang biasa terjadi dalam menjalani usaha. Namun, hal ini jangan menjadikan posisi founder startup sebagai korban, sebab hidup itu pada dasarnya adalah pilihan hidup masing-masing manusia. Bila Anda tetap ingin tidur dengan pola teratur, berarti ada harga yang harus di bayar sebab waktu Anda untuk kerja jadi berkurang.

Jadi ajang untuk belajar dan memperbaiki diri

Paul DeJoe, CEO Ecquire, menambahkan menjadi CEO startup itu sama halnya dengan menempatkan diri ada di neraka di bawah air. Sebab Anda harus tetap halus dan tenang di hadapan orang lain, meski banyak permasalahan yang selalu Anda hadapi.

Pekerjaan Anda adalah menciptakan visi, budaya yang dapat menjadi aspirasi oleh rekan kerja. Ketika mereka percaya dengan Anda, berarti Anda sudah dapat tim kerja yang ideal. Sebab, mencari orang-orang yang tepat untuk bekerja dengan Anda adalah pekerjaan yang paling sulit sekaligus penting untuk dilakukan.

Kendati, pembelajaran ini akan mempengaruhi hidup Anda secara signifikan, mengubah sifat untuk mempercayakan orang lain untuk mengerjakan tugas yang sebelumnya Anda lakukan mengingat Anda saat ini adalah seorang pemimpin.

Hal apapun yang Anda pikirkan, meski negatif dan belum terjadi sekalipun, sesungguhnya bakal terjadi di kemudian hari. Maka dari itu Anda harus selalu berpikir positif dan optimis.

Menjadi CEO akan membuat Anda jadi lebih menghargai segala proses bisnis, legowo dalam menerima masukan, dan tidak selalu puas dengan pencapaian-pencapaian. Bahkan, Anda akan kecanduan dalam mencari tantangan yang tersulit, karena ada hubungan langsung antara kesulitan dengan euforia ketika Anda berhasil menyelesaikan hal tersulit.

Kemudian, Anda akan bersikap seperti orang tua kepada konsumen tanpa mereka sadari. Sebab Anda sangat mencintai mereka dan mereka adalah dunia bagi Anda. Setiap hari begitu berbeda dan menarik untuk dilakui, meski gagal sekalipun tetap menyenangkan bagi Anda.

100% beban perusahaan akan ditanggung sendiri

Jason M Lemkin, Co-Founder dan CEO EchoSign, menjelaskan CEO startup tidak se-glamour seperti dibayangkan. Menurutnya, jika pendapatan perusahaan belum mencapai lebih dari 10 juta dolar dan belum sampai titik IPO, maka tidak bisa dikatakan bakal hidup dengan tenang.

Uang yang tidak bisa dipakai untuk merekrut orang baru, padahal Anda merasa selalu merasa kekurangan tenaga. Maka dari itu, Anda selalu mengakalinya dengan berbagai macam hal sesuai dengan kemampuan.

Menjadi CEO itu artinya Anda tidak bisa curhat segala hal ke tim karena mereka benar-benar tidak mengerti bagaimana rasanya ketika 100% beban perusahaan Anda tanggung sendiri. Bahkan kepada pasangan sekalipun.

CEO itu, sambungnya, adalah satu-satunya pekerjaan yang harus Anda lakukan, tidak memandang bulu darimana latar belakang pendidikan Anda. Meski Anda belum pernah melakukan skaling, tidak pernah merekrut orang, pada akhirnya itu semua harus Anda lakukan.

Orang lain akan benar-benar peduli pada apa yang Anda pikirkan dengan cara yang belum pernah terpikirkan. Meski Anda adalah CEO dari 10 pekerja saja, konsumen akan peduli dengan Anda meski jumlah mereka berpuluh-puluh kali lipat. Sebab bagi mereka, produk yang diciptakan di bawah kepemimpinan Anda memberi dampak bagi hidup hajat orang banyak.

Tips Manajemen Stres dari Para CEO

Stres merupakan hal yang wajar yang sering dialami manusia ketika sedang bekerja. Tinggi rendahnya tingkatan stres bisa dipengaruhi beberapa hal, seperti jumlah pekerjaan, lingkungan kerja dan hal-hal lain. Tingkat stres yang tinggi dapat berpengaruh terhadap kinerja kita sebagai pekerja di kantor. Stres yang tinggi akan cendrung membuat kita tidak tidak bersemangat, bingung apa yang harus dilakukan dan mengakibatkan hal-hal negatif lainnya.

Berikut ini adalah beberapa hal yang menjadi faktor-faktor umum penyebab stres:

1. Pekerjaan yang Banyak

99,99% pekerja pasti setuju bahwa beban kerja yang terlalu banyak dan berat akan membuat mereka mengalami stress di tempat kerja. Banyaknya beban pekerjaan yang dipikul akan membuat kita menggunakan seluruh kapasitas tenaga fisik dan juga pikiran yang dimiliki sehingga akan menyebabkan efek lelah

2. Lingkungan dan Rekan Kerja yang Tidak Produktif

Beberapa hal yang membuat seseorang betah di tempat kerja adalah lingkungan kantor dan juga rekan kerja termasuk para atasannya. Jika kita bekerja di lingkungan yang tidak kita sukai, dikelilingi dengan rekan kerja yang pemalas dan para atasan yang tidak supportive. Hal-hal ini akan meningkatkan tingkat stress kita di kantor.

3. Faktor Pribadi

Selain penyebab-penyebab eksternal atau yang berasal dari luar, terkadang stress juga disebabkan dari diri sendiri atau bisa disebut juga faktor internal. Permasalahan pribadi dengan pasangan, permasalahan keluarga, masalah finansial dan masalah-masalah pribadi lain yang tak jarang ikut mempengaruhi performa di tempat kerja.

Menjadi seorang CEO atau pemimpin di suatu perusahaan merupakan tantangan yang besar bagi seseorang, karena seorang CEO merupakan nahkoda yang menentukan kearah mana perusahaan akan berlayar. Ia bertanggung jawab terhadap kinerja tim secara keseluruhan. CEO-lah yang menjadi sorotan publik ketika terjadi permasalahan di perusahaan tersebut. Tingkat stres CEO dapat dipastikan tinggi. Yang membuat para CEO hebat adalah kemampuan mereka untuk mengatasi stres mereka.

Berikut ini adalah beberapa tips manajemen stres dari para CEO yang bisa kita pelajari bersama.

1. Keep it Simple ala Co-Founder Apple Steve Jobs

Co-Founder Apple Steve Jobs
Co-Founder Apple Steve Jobs

Siapa yang tidak tahu Steve Jobs? Orang yang paling berjasa di dunia Apple. Kerja keras dan kreativitasnya membuat Apple kini menjadi perusahaan raksasa di dunia. Menjadi Co-Founder dan CEO sekaligus pasti membuat seseorang merasa stress akibat banyaknya pekerjaan dan masalah yang harus diselesaikan. Untuk mengatasinya, Steve Jobs menggunakan prinsip “Keep it Simple”. Maksudnya, ketika ia merasa stres karena pekerjaan, ia akan berusaha untuk tenang dan tidak gegabah.

Steve Jobs juga tidak suka membesar-besarkan suatu masalah, sehingga setiap masalah yang datang dan menyebabkan dirinya semakin stres akan ia atasi dengan cara menganggap masalah tersebut kecil dan mudah diatasi. Pola pikir seperti ini yang akhirnya membuat masalah tersebut benar-benar terasa ringan dan bisa ia hadapi. Untuk mendapat ketenangan, meditasi dan yoga adalah cara yang terbaik.

2. Hilangkan Rasa Takut ala Founder dan CEO Tesla Elon Musk

Pendiri Tesla Elon Musk
Pendiri Tesla Elon Musk

Stres dan rasa takut merupakan satu paket yang tidak terpisahkan. Disadari atau tidak, rasa takut yang ada di diri kita akan semakin liar dan menjadi-jadi jika kita terus memikirkan sesuatu yang menakutkan tersebut. Beberapa di antara kita kerap kali menakutkan hal-hal buruk yang belum terjadi. Nah, itu dia yang akhirnya membuat kita semakin stres dan tidak bisa mengontrol rasa stres kita. Elon Musk menyarankan kita untuk menghilangkan rasa takut tersebut agar Anda bisa mengambil keputusan dengan jernih juga mengerjakan pekerjaan dengan lebih fokus.

3. Jangan Berhenti Apapun yang Terjadi ala CEO Krux Digital Inc Tom Chaves

CEO Krux Digital Tom Chavez
CEO Krux Digital Tom Chavez

Saran selanjutnya datang dari Tom Chaves, CEO Krux Digital Inc. Saat kamu berada di tengah-tengah pekerjaan yang menggunung dan beban kerja lainnya sampai kamu merasa stres, pastinya kamu ingin bersembunyi dan menghilangkan diri dari kantor. Daripada menghindar, lebih baik kita bisa mengikuti saran Tom Chaves, seorang CEO yang sangat gentleman karena dia memiliki prinsip apapun yang terjadi harus dihadapi dan jangan lari. Meskipun terdengar gila tapi itulah kenyataan yang kamu hadapi dan kamu harus terus selesaikan pekerjaan atau masalah tersebut satu persatu.

4. Berolahraga ala CEO iPrice Group David Chmelar

CEO iPrice David Chmelar
CEO iPrice David Chmelar

Kalau kamu sudah cukup tidur, cukup makan, cukup keras bekerja tetapi masih belum bisa mengatasi rasa stres tersebut sekarang saatnya kamu untuk berolahraga. CEO iPrice Group, sebuah layanan e-commerce yang tersebar di 7 negara, David Chmelar, selalu berolahraga saat ia merasa stres. Pergi ke gym atau jogging di taman kota adalah alternatif paling sederhana yang ia lakukan untuk berolahraga. Saat berolahraga itulah ia akan merasa kembali bersemangat, lebih segar, dan siap menghadapi segudang pekerjaan yang menantinya di kantor.


Disclosure: Tulisan tamu ini dibuat oleh Santika Juliawati. Ia bisa dikontak melalui LinkedIn.

Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan iPrice Group

Beberapa Cara untuk Berdamai dan Bangkit dari Kegagalan

Kegagalan pasti pernah dihadapi oleh semua orang. Yang membuat berbeda adalah bagaimana masing-masing menyikapi kegagalan. Ada yang mengutuk keadaan sambil mencari-cari alasan, ada pula yang bangkit dengan menggunakan pengalaman gagal sebagai pijakkan untuk tidak jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya. Bagi pebisnis, cara mereka untuk bangkit dari kegagalan dan kembali menatap masa depan adalah salah satu hal kunci. Sikap seperti itu bisa dipelajari, bisa dibiasakan. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk berdamai dengan kegagalan dan menjadikannya tumpuan untuk bangkit.

Jangan sembunyikan kegagalan

Tidak mudah memang untuk menerima kenyataan bahwa kita telah mengalami kegagalan. Tidak mudah pula untuk menerima bahwa banyak yang tahu kita mengalami kegagalan, padahal hal itu justru lebih baik daripada menyembunyikan kegagalan. Orang malah akan bertanya-tanya jika mereka mendapat kabar kegagalan kita dari orang lain, dengan demikian tekanan justru akan lebih banyak. Sebisa mungkin ceritakan kabar kegagalan melaluo diri sendiri.

Buat penjelasan, bukan alasan atau bahkan mencari kambing hitam

Setiap kabar mengenai kegagalan pasti diikuti dengan pertanyaan “kenapa?”, “mengapa bisa seperti itu?”, dan lain-lain. Untuk bisa berdamai dengan keadaan, kegagalan, buat penjelasan sejujur mungkin, hindari membuat alasan-alasan atau kambing hitam atas kegagalan yang terjadi. Hal tersebut bisa menjadi pembiasaan buruk dan menutup kesempatan untuk kita bisa menerima kegagalan.

Buat rencana untuk memperbaiki kegagalan

Jika mendapati kegagalan diibaratkan dengan masuk ke dalam kubangan lumpur, untuk bisa melanjutkan perjalanan kita harus mencari cara untuk mandi dan terlihat membereskan noda-noda lumpur. Tak perlu menunggu dan mengharapkan seseorang untuk datang membawa air dan handuk yang bersih. Setiap mendapati kegagalan selalu rencanakan untuk menyelesaikannya, kemudian lakuakan dengan baik.

Miliki rencana pencegahan

Pastikan kegagalan selalu ada dalam hitungan matematis perencanaan sehingga kita tidak terlalu abai. Kita bisa menyiapkan dulu rencana untuk terhidar dari kegagalan. Risiko kegagalan bisa diminimalisir.

Ambil waktu sejenak untuk berfikir, kemudian lari menjauh dari kegagalan

Jika sudah mendapati kegagalan, pastikan ambil waktu untuk bisa berdamai dengan keadaan, dengan kegagalan. Ambil semua pelajaran yang bisa diambil, kemudian tinggalkan kegagalan dengan berlari, kembali ke jalur yang benar dengan membawa sejumlah kegagalan dan pengalaman.

Cara pandang dan optimisme

Ini adalah bagian paling penting untuk bisa berdamai dan menerima kegagalan. Berkaitan dengan penjelasan dan alasan, cara pandang adalah kemampuan personal. Orang yang punya kemampuan untuk menerima kegagalan biasanya memandang kegagalan disebabkan oleh sesuatu langkah yang salah dan itu bisa dibenahi, bukan menyalahkan sesuatu di luar kendali mereka seperti rasa malas, pengetahuan dan lain-lain. Selanjutnya, orang-orang yang sudah terbiasa berdamai dengan kegagalan mempunyai optimisme yang besar untuk bangkit kembali.

Gigih dalam perjuangannya untuk bangkit

Jika cara pandang dan optimisme berada di ranah mental, gigih berada di ranah tindakan. Bagaiman melakukan sesuatu dengan yakin dan pasti, dengan optimis. Orang-orang yang gigih terlihat dari cara mereka bangkit ketika berkali-kali jatuh dalam lubang kegagalan.

Selanjutnya, bawa hal-hal di atas secara bersamaan, satu paket utuh. Pemikiran yang optimis dan tindakan yang positif bisa menggusur awan gelap kegagalan menjadi cahaya terang menuju keberhasilan.

Tak Ada Jalan Pintas untuk Proses Pengembangan Diri

Bayangkan Anda baru saja kehilangan orang terdekat, pasti ada rasa sedih dalam hati. Mungkin Anda akan menitikan air mata sesaat, kemudian orang-orang datang menghibur. Atau Anda melakukan semua hal yang menyenangkan diri, mendengarkan musik, pergi keluar bersama kawan, mengasup makanan enak. Pronto! Dalam sekejap Anda pun kembali tersenyum. Ini yang disebut dengan quick fixes. Tetapi kesedihan  itu tak pernah benar-benar pergi, kecuali Anda menemukan cara untuk berdamai dengannya.

Quick fixes, tentu berguna dalam banyak hal. Namun itu hanya bisa menjadi solusi yang bersifat sementara, agar situasi atau Anda tidak hancur berantakan sebelum menemukan solusi jangka panjang yang efektif.

Pengembangan diri juga seperti itu. Butuh proses, komitmen, dan disiplin diri. Tidak ada jalan pintas dalam upaya pengembangan diri (atau banyak hal baik lainnya dalam hidup). Jalan menuju perbaikan diri merupakan usaha yang harus dilakukan terus-menerus.

Tentu saja, sifat manusia untuk selalu mencari cara tercepat dan termudah dalam upaya mendapatkan yang diinginkan. Kita bisa berusaha membaca buku, menonton DVD, atau bahkan mengikuti program pengembangan diri, lalu berharap semua itu dapat mengubah kita dalam sekejap. Pokoknya kalau memungkinkan dengan usaha sedikit, tak perlu proses lama, dan sulit-sulit, lah! Meski kita menyadari pemikiran tersebut sangat tidak realistis.

Di bawah ini alasan kenapa memilih jalan pintas adalah sebuah kesalahan fatal.

Jalan pintas akan menjadi bumerang bagi Anda

Ambil contoh dari keseharian kita saja. Misal, meski telah banyak kajian kesehatan yang  dipublikasikan tentang bahaya menurunkan berat badan secara cepat, tetap saja banyak orang yang melakukannnya.

Padahal kita tahu bahwa diet superketat atau pil diet akan menyebabkan Anda kehilangan massa otot, dan dapat membahayakan jantung dan organ vital lainnya. Alih-alih mengharapkan keajaiban semalam (perbaikan cepat), memilih untuk mengatur pola makan bergizi dan latihan olah tubuh yang rutin, adalah cara yang realistis guna mendapatkan bobot tubuh ideal Anda.

Berapa kali kita berjanji untuk berubah dengan antusiasme sesaat hanya untuk melihat janji tersebut teringkari oleh diri sendiri? Terlalu sering. Ini bukti tidak mudah untuk tetap fokus dan berkomitmen. Jika kita mengakui bahwa hal ini akan memakan waktu, kerja keras, dan dedikasi tinggi untuk mengembangkan diri kita sendiri, kita akan menghemat banyak waktu dan rasa kecewa terhadap kegagalan.

Bertentangan dengan hukum biologi dan psikologi

Kebiasaan mengacu pada hal-hal yang kita lakukan sehari-hari tanpa harus berpikir dalam melakukannya. Terjadi secara otomatis. Sedangkan homeostasis adalah istilah yang digunakan dalam konteks biologi dalam menjelaskan fungsi regulasi yang membuat suatu organisme stabil. Contoh, meski suhu di luar ruangan menurun atau meningkat secara signifikan, suhu tubuh kita tetap stabil.

Homeostasis psikologis prinsipnya juga sama dalam hal itu. Itulah alasan mengapa begitu sulit untuk mengubah kebiasaan. Kebiasaan dan homeostasis, adalah mekanisme yang diperlukan Anda untuk mengubah pola hidup sehingga perubahan tersebut dapat berdampak permanen.

Biar waktu yang menjawab

Hal ini bukan berarti Anda tidak melakukan apa-apa, dan menyerahkan semuanya pada pergantian musim. Maksudnya, proses memakan waktu. Anda tetap bisa punya kontrol dengan menentukan tenggat waktu.

Nah untuk mengubah  kebiasaan, atau menerapkan sebuah kebiasan baru dibutuhkan setidaknya 21 hari dari upaya yang konsisten. Maka, Anda perlu paling tidak menerapkan kebiasaan baru menjadi kebiasaan rutin dengan latihan melakukan hal tersebut secara terus-menerus selama  21 hingga 35 hari. Rumusnya tidak ada perbaikan cepat yang bisa mengubah kebiasaan.

Intinya adalah sama dengan perubahan lainnya. Pengembangan pribadi atau perbaikan diri adalah kerja keras! Dibutuhkan waktu, usaha yang konsisten, fokus, disiplin, dan kesabaran. Tak ada cara instan. Seperti Anda ketahui saat membangun bisnis, kesuksesan tidak diraih dalam semalam.