PUBG Mobile vs Free Fire: Data & Fakta, Ekosistem Esports, Serta Masa Depan

PUBG Mobile dan Free Fire adalah dua game yang kerap diperdebatkan soal siapa yang lebih baik atau keren. Namun konotasi “baik” atau “keren” sebenarnya relatif dan subjektif. Maka dari itu mari kita mencoba lebih objektif dalam membandingkan dua game tersebut. Dalam artikel ini kita akan bicara data dan fakta, serta membahas bagaimana perkembangan ekosistem esports-nya, sampai memprediksi nasib masa depan yang mungkin terjadi bagi kedua game tersebut.

Tanpa berlama-lama lagi, mari kita mulai membahas dua game Battle Royale terpanas di mobile tersebut, dimulai dari kulit terluarnya.

 

Mengupas Kulit Luar PUBG Mobile dan Free Fire

Sebelum membahas ke aspek yang lebih “dewasa”, mari kita bahas kulit terluar dari dua game tersebut terlebih dahulu yaitu gameplay. Dua game tersebut sama-sama Battle Royale. Apa itu Battle Royale? Bagaimana cara bermainnya?

Battle Royale adalah genre yang cukup unik, bahkan bagi para gamers sekalipun. Ketika konsep permainan tersebut pertama kali diperkenalkan 2017 lalu, konsep ini segera menjadi tren baru yang diadaptasi ke dalam berbagai bentuk oleh berbagai developer. Dalam ranah mobile, dua yang paling besar dan gencar persaingannya adalah PUBG Mobile dan Free Fire.

Apa bedanya Battle Royale dengan genre game lain? Game kompetitif pada umumnya menggunakan konsep permainan tim vs tim beranggotakan 5 orang. Pertandingan bisa dilakukan dalam permainan MOBA (Mobile Legends contohnya) atau First-Person Shooter (Point Blank atau Counter-Strike). Battle Royale sedikit berbeda.

Mode kompetitif Battle Royale mempertandingkan 14 tim sekaligus. Masing-masing tim berisikan 4 pemain. Tujuan yang harus dicapai masing-masing tim adalah menjadi tim yang bertahan hidup paling terakhir. Cara bertahan hidup bisa bervariasi, bisa dengan bersembunyi, ataupun secara agresif mengalahkan tim lain. Dalam PUBG Mobile dan Free Fire, cara mengalahkan tim lain adalah menembaki musuh-musuhnya dengan menggunakan senjata.

Lalu apa yang jadi perbedaan utama antara PUBG Mobile dengan Free Fire? Perbedaan tersebut datang dari sisi cara memainkan game-nya (disebut juga mekanik permainan). Sebagai game tembak-tembakkan, kemampuan pemain untuk mengarahkan lalu menembakkan senapan ke arah musuh sangatlah diutamakan.

Dalam Free Fire, proses mengarahkan dan menembak musuh banyak dibantu oleh sistem game-nya sendiri. Beberapa contoh bantuannya sendiri adalah: bidikan (crosshair) senjata yang akan berubah warna saat mengarah tepat ke musuh dan bantuan untuk mengarahkan kembali bidikan ke arah musuh apabila melenceng terlalu jauh (disebut juga aim-assist). Hentakan senjata (disebut juga weapon recoil) juga sengaja dibuat lebih bisa diprediksi agar pemain bisa menembaki musuhnya dengan lebih mudah.

Lalu bagaimana dengan PUBG Mobile? Mekanisme menembak di PUBG Mobile cenderung lebih sulit. Mekanismenya jadi lebih sulit karena minimnya bantuan dari sistem game. Bantuan yang seperti apa? Warna bidikan di PUBG Mobile akan tetap sama ke manapun arahnya, walau tetap memberi timbal balik visual apabila tembakan Anda mengenai orang lain atau objek-objek yang bisa dihancurkan (kendaraan misalnya). PUBG Mobile sebenarnya juga punya aim-assist, tetapi bantuan dari sistem game untuk mengarahkan kembali bidikan yang melenceng tergolong minim. Selain itu, fitur aim-assist di dalam PUBG Mobile juga bisa dimatikan, tidak seperti di Free Fire yang bersifat permanen. Hentakan senjata di PUBG Mobile juga dibuat layaknya senjata di dunia nyata sehingga pemain cenderung lebih sulit untuk menembaki musuh.

Karena perbedaan mekanisme perrmainan tersebut, PUBG Mobile dan Free Fire cenderung menciptakan segmentasi yang berbeda. PUBG Mobile cenderung lebih digandrungi oleh pemain yang kompetitif, suka tantangan, dan cenderung lebih dewasa. Pada sisi lain, Free Fire lebih digandrungi oleh pemain tipe casual yang cenderung lebih muda, walau tetap bisa dinikmati secara kompetitif juga.

Di luar dari gameplay, PUBG Mobile dan Free Fire juga punya beberapa perbedaan aspek visual. Tema visual dan perlengkapan persenjataan di dalam PUBG Mobile cenderung lebih realistis dan militaristik. PUBG Mobile tetap menyajikan skin warna-warni, tapi persenjataan di PUBG Mobile tetaplah persenjataan yang lazim digunakan di dunia milier (seperti granat, flashbang, dan berbagai jenis senjata api yang memang ada di dunia nyata).

Free Fire punya tema visual yang lebih berwarna-warni dan dilengkapi dengan beberapa perlengkapan yang bersifat futuristik dan fantasi. Free Fire sebenarnya tetap memiliki senjata yang berasal di dunia nyata, tetapi beberapa persenjataan lain adalah sesuatu yang bersifat fantasi. Beberapa contohnya seperti: Gloo Wall yang memungkinkan pemain memunculkan tembok es untuk bertahan, karakter yang punya berbagai macam kemampuan, ataupun kendaraan-kendaraan yang terlihat futuristik.

Setelah membahas kulit luarnya, mari kita menyelam ke dalam pembahasan “dewasa” yang tadi saya janjikan, yaitu aspek ekosistem esports, perkembangan jumlah pemain, dan pemasukan dari kedua game tersebut.

 

Ekosistem Esports PUBG Mobile vs Free Fire

Skema ekosisstem esports PUBG Mobile sudah sempat kita bahas pada kesempatan sebelumnya. Lalu bagaimana dengan ekosistem esports Free Fire? Ada turnamen apa saja? Bagaimana skema dari sisi kompetitifnya? Free Fire punya empat kompetisi di Indonesia. Ada Free Fire Masters League dan Free Fire Indonesia Masters sebagai dua kompetisi kasta utama yang dibuat oleh pihak pertama yaitu Garena Indonesia selaku publisher game. Free Fire Masters League bisa dikatakan sebagai babak Regular Season dari satu musim kompetisi, sementara Free Fire Indonesia Masters adalah babak Playoff-nya.

Selain dua kompetisi utama tersebut, Garena Indonesia juga punya dua jenis kompetisi lain. Ada Free Fire The One yang menjadi wadah kompetisi bagi solo player dan Free Fire Royale Combat sebagai wadah kompetisi tim-tim amatir. Sistem kompetisi esports yang diadopsi oleh skena Free Fire sendiri sebenarnya bisa dibilang sebagai sistem campuran.

Garena Indonesia menerapkan sistem tertutup untuk Free Fire Masters League. Liga FFML tergolong sebagai sistem tertutup karena seleksi dilakukan secara terbatas. Selain itu, tim yang ingin ikut serta juga tidak bisa cuma modal jago saja. Christian Wihananto selaku Produser Free Fire dari Garena Indonesia sempat menjelaskan proses masuk ke dalam FFML pada konfrensi pers peluncuran FFML Season 1 yang dilakukan pada awal Januari 2020 lalu. Chris menjelaskan adanya seleksi administratif dan keharusan buy-in slot seharga Rp50 juta bagi tim yang ingin masuk ke dalam liga FFML.

Skema Esports Free Fire Masters League.
Skema Esports Free Fire Masters League.

Tetapi ada sedikit perbedaan antara sistem tertutup yang diterapkan di Free Fire Masters League dengan Franchise League yang diterapkan Mobile Legends: Bang-Bang pada liga MPL. Model franchise dalam liga MPL menetapkan 8 tim yang bertanding di dalamnya sebagai peserta tetap, tanpa adanya sistem promosi ataupun relegasi.

Sementara investasi ke dalam Free Fire Masters League hanya berlaku untuk satu musim saja. Seiring perkembangannya, Free Fire Masters League di musim ke-3 bahkan memperkenalkan FFML Divisi 2 dan menyertakan sistem promosi-relegasi. Karenanya peserta FFML Divisi 2 yang memiliki performa baik akan punya kesempatan untuk naik ke divisi 1 dan sebaliknya (Tim divisi 1 yang berperforma buruk akan turun ke divisi 2 pada musim berikutnya). Maka dari itu liga FFML sendiri memang tidak bisa dibilang sebagai franchise league murni.

Dalam wawancara yang saya lakukan, Christian Wihananto mengatakan bahwa dirinya lebih suka menyebut liga FFML sebagai buy-in model. Selain itu, skena esports Free Fire juga menyertakan sistem terbuka lewat kompetisi Free Fire Indonesia Masters (FFIM). Kompetisi FFIM mempertandingkan 12 tim terbaik se-Indonesia. 12 tim yang bertanding terdiri dari 6 tim yang datang dari Free Fire Masters League dan 6 tim sisanya dari babak Play-Ins.

 

Skema Esports Free Fire Indonesia Masters bagi peserta umum.
Skema Esports Free Fire Indonesia Masters bagi peserta umum.

Bagaimana dengan ekosistem bisnis esports Free Fire? Model bisnis ekosistem esports Free Fire sebenarnya bisa dikatakan masih mirip dengan PUBG Mobile ataupun Mobile Legends: Bang-Bang. Kemiripannya terlihat dari besarnya peran publisher (yaitu Garena Indonesia) di dalam bisnis esports Free Fire. FFML, FFIM, sampai turnamen-turnamen tingkat grassroot seperti FFRC dan FF The One, semuanya diselenggarakan oleh Garena Indonesia sendiri.

Namun demikian, salah satu perbedaan cukup terlihat ketika kita membicarakan turnamen tingkat pelajar/mahasiswa di dalam skena PUBG Mobile dan Free Fire. Dalam ekosistem PUBG Mobile, kompetisi tingkat pelajar/mahasiswa juga diselenggarakan oleh Tencent Games selaku publisher game tersebut di Indonesia. Turnamen tersebut adalah PUBG Mobile Campus Championship atau PMCC.

Sementara pada sisi lain, kebanyakan turnamen pelajar di ekosistem Free Fire diselenggarakan oleh pihak ketiga, bahkan beberapa di antaranya melibatkan badan pemerintah. Beberapa contohnya adalah seperti Dunia Games Campus League (2019) dan IEL University Series (2020).

Selain itu, segmentasi dua game tersebut sebenarnya juga cukup terlihat dari penyelenggaraan kompetisi tingkat pelajar/mahasiswa. Seperti yang sebelumnya saya sebut, PUBG Mobile cenderung menyasar anak kuliahan lewat penyelenggaraan turnamen seperti PMCC.

Sementara itu kompetisi Free Fire cenderung menyasar anak sekolah. Selain dua contoh yang saya sebut di atas, Free Fire juga punya turnamen-turnamen yang diikuti oleh anak sekolah. Beberapa contohnya seperti Piala Pelajar (khusus pelajar setingkat SMA) atau Piala Menpora Esports (terbuka untuk pelajar setingkat SMA dan mahasiswa). Sama seperti sebelumnya, dua turnamen tersebut juga diselenggarakan oleh pihak ketiga.

Sumber Gambar - Piala Menpora Esports Official Website.
Sumber Gambar – Piala Menpora Esports Official Website.

Kelanjutan soal segmentasi akan saya bahas pada sub-pembahasan berikutnya. Sekarang mari kita melihat presensi global kedua game tersebut dari segi esports.

Tahun 2020 lalu dua game tersebut sama-sama menyelenggarakan turnamen internasional secara online. PUBG Mobile menyelenggarakan PUBG Mobile World League pada bulan Juli hingga Agustus 2020 lalu, sementara Free Fire mengadakan FF Continental Series di bulan November.

Dua turnamen tersebut sama-sama membagi pesertanya berdasarkan regional agar memudahkan teknis penyelenggaraan turnamen internasional secara online. PMWL membagi turnamennya menjadi dua bagian: East Region (negara-negara Asia dan sekitarnya) dan West Region (negara-negara barat dan sekitarnya). FFCS membagi turnamennya menjadi tiga bagian: EMEA (Timur tengah dan sekitarnya), Americas (Amerika Latin dan sekitarnya), dan Asia (SEA dan sekitarnya).

Walaupun Free Fire punya lebih banyak region pertandingan, tetapi PUBG Mobile ternyata punya lebih banyak perwakilan negara. Mengutip dari data Liquidpedia, tercatat ada 31 negara yang terwakilkan melalui pemain-pemain yang tergabung dalam PWML: West Region dan 13 negara untuk PMWL East Region. Maka dari itu, total ada 44 negara negara terwakili di dalam gelaran PMWL.

Masih mengutip dari Liquidpedia jumlah negara yang terwakilkan di FFCS lebih sedikit. Tercatat ada 12 negara terwakilkan melalui pemain-pemain yang jadi peserta di FFCS: Americas, 13 negara di FFCS: EMEA, dan 7 negara di FFCS Asia. Maka dari itu total ada 32 negara terwakilkan di dalam gelaran FFCS.

Presensi global esports kedua game tersebut juga bisa kita lihat salah satunya melalui jumlah tayangan bahasa lokal yang disajikan kedua turnamen tersebut. Mengambil data menggunakan fitur pro dari Esports Charts, PMWL memiliki total 16 tayangan bahasa lokal (tidak termasuk bahasa Inggris) dengan 9 bahasa untuk PMWL East dan 7 bahasa untuk PMWL West.

Beralih ke Free Fire, FFCS memiliki total 10 tayangan bahasa lokal (tidak menyertakan bahasa Inggris) dari 3 region yang dipertandingkan tersebut. Dari total 10 tayangan bahasa lokal tersebut, pembagiannya adalah 2 bahasa untuk FFCS: EMEA, 6 bahasa untuk FFCS: Asia, dan 2 bahasa untuk FFCS: Americas.

Sumber: Esports Charts
Data viewership FFCS: Asia. Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts
Data viewership PMWL: East Region. Sumber: Esports Charts

Lalu bagaimana jika bicara dari viewership secara internasional? Untuk bagian ini saya kembali menggunakan data dari Esports Charts. Secara angka, Free Fire memang punya jumlah viewers yang lebih banyak ketimbang PUBG Mobile. Namun keduanya memiliki kesamaan yaitu sama-sama memiliki basis penggemar terbesar di Asia. Menurut catatan Esports Charts, PMWL: East berhasil mebukukan 1,1 juta lebih peak viewers sementara FFCS: Asia membukukan 2,5 juta lebih peak viewers. Data lebih lengkapnya bisa Anda lihat pada gambar yang saya sajikan di atas.

 

Data Jumlah Pemain dan Pemasukan PUBG Mobile vs Free Fire

Dua game tersebut sedari awal memang sudah membedakan segmentasinya. Hal itu dapat kita lihat buktinya melalui laman Google Play. Dari laman Google Play, kita bisa melihat PUBG Mobile memiliki rating 16+ sementara Free Fire memiliki rating 12+. Karenanya jadi tidak heran juga kenapa Free Fire menyajikan gameplay yang lebih sederhana yang dilengkapi dengan aspek visual yang warna-warni, futuristik, juga bersifat fantasi.

Walaupun punya dua segmentasi yang berbeda, kedua game tersebut menjalani persaingan yang ketat dari segi angka. Mari kita lihat dulu dari segi jumlah pemain. Mengutip dari Invenglobal yang merujuk ke Business of Apps, jumlah pengguna harian PUBG Mobile sempat mencapai angka 65 juta pemain (peak Daily Active Users) pada tahun 2020 lalu.

Sumber: Google Play
Free Fire dipatok dengan rating 12+. Sumber: Google Play
Sumber: Google Play
PUBG Mobile dipatok dengan rating 16+. Sumber: Google Play

Untuk Free Fire, SEA (perusahaan induk Garena) sempat mempublikasikan laporan keuangan perusahaan mereka pada bulan Agustus 2020 lalu. Dalam laporan tersebut dituliskan bahwa Free Fire sempat mencapai 100 juta pengguna harian (peak Daily Active Users). Masih mengutip dari laporan keuangan tersebut, dikatakan juga bahwa Free Fire berhasil masuk daftar Top Grossing di Amerika Latin dan Asia Tenggara. Free Fire juga masuk peringkat 3 most downloaded dalam kategori mobile games secara global.

Setelah membahas jumlah pemainnya, sekarang mari melanjutkan pembahasan dari segi pendapatan dari kedua game. Walaupun PUBG Mobile kalah jumlah pemain, tapi game yang dikembangkan oleh Lightspeed & Quantum tersebut ternyata lebih menguntungkan ketimbang Free Fire, mengutip dari data pemasukan terakhir kedua game tersebut.

Sumber Data - Sensor Tower.
Sumber Data – Sensor Tower.

Sensor Tower melaporkan pada bulan Desember 2020 lalu bahwa PUBG Mobile berhasil mencetak US$2,6 miliar. Catatan pendapatan tersebut merupakan gabungan dari game PUBG Mobile yang dirilis secara global dan pendapatan dari Peacekeeper Elite yang merupakan versi lokal Tiongkok atas game tersebut. Dengan total pendapatan tersebut, PUBG Mobile pun menjadi game dengan pendapatan tertinggi di atas Honor of Kings (AOV versi Tiongkok), Pokemon GO, dan 3 game casual lainnya (Coin Master, Roblox, dan Monster Strike).

Sementara itu, Free Fire sempat berhasil membukukan pendapatan sebesar US$2,13 miliar berdasarkan dari data yang dikeluarkan oleh SuperData. Karenanya Free Fire digolongkan sebagai game free-to-play paling menguntungkan di tahun 2020 bersama dengan Pokemon GO, Roblox, League of Legends, dan lain sebagainya.

Dari kedua data tersebut, kita bisa melihat bahwa Free Fire dan PUBG Mobile tergolong punya kesuksesannya masing-masing di ranah genre Battle Royale untuk mobile. Free Fire berhasil menggaet banyak pemain berkat gameplay yang lebih casual dan beragam skin serta kolaborasi yang dilakukan. Pada sisi lain, walaupun punya jumlah pemain yang lebih sedikit, pemain PUBG Mobile cenderung lebih mudah untuk dikonversi menjadi paid-user yang mungkin terjadi berkat segmentasi pemainnya yang lebih dewasa.

Dengan berbagai kesuksesan yang mereka dapatkan di tahun 2020 lalu, bagaimana iklim perkembangannya di masa depan? Mari kita berlanjut ke sub-topik berikutnya untuk mendiskusikan masa depan kedua game tersebut dari sisi esports ataupun daya tarik masyarakat.

 

Menatap Masa Depan Battle Royale dan Iklim Perkembangan PUBG Mobile vs Free Fire.

Dari sisi iklim perkembangannya, game PUBG Mobile sebenarnya bisa dikatakan kurang beruntung. Game PUBG Mobile sempat mengalami banyak kontroversi secara internasional ataupun lokal.

Secara internasional, PUBG Mobile kerap kali dianggap sebagai game yang memberikan “dampak negatif.” PUBG Mobile sempat diblokir di Pakistan gara-gara hal tersebut. Selain itu, PUBG Mobile juga diblokir di India walau karena perkara yang berbeda. Lalu dari tingkat lokal, PUBG Mobile juga dicap haram oleh Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh sejak bulan Juni 2019 lalu.

Dalam kasus lokal, mengutip dari Kompas.com, PUBG Mobile diblokir karena dianggap menyebabkan kecanduan. Dalam kasus internasional, masalahnya juga sama. Mengutip India.com, dikatakan bahwa salah satu alasan Pakistan memblokir PUBG Mobile adalah karena masyarakat menganggap game tersebut bersifat adikfif dan berpotensi memberi dampak buruk terhadap kesehatan fisik dan psikis anak.

Pandangan negatif tersebut memang sering tercetus di masyarakat, terutama apabila membahas soal game online. Walaupun sering dicetuskan, namun pandangan negatif itu sebenarnya lemah argumentasinya. Pembahasan lebih panjangnya bisa Anda lihat pada artikel Hybrid.co.id yang satu ini.

Di luar dari itu, menurut opini saya pribadi, konten game yang cenderung realistis dan bersifat militaristik mungkin jadi alasan munculnya rasa paranoid atas PUBG Mobile. Apabila Anda memainkan PUBG Mobile tanpa skin, kosmetik, atau konten tambahan yang disajikan Lightspeed & Quantum, Anda bisa lihat sendiri bagaimana PUBG Mobile menyajikan dunia yang kelam, berisi peperangan, dan penuh kekerasan.

Gara-gara konten perang dan kekerasan tersebut, PUBG Mobile sendiri sebenarnya sempat diblokir di negara asal pengembangnya yaitu Tiongkok. Karena hal tersebut, PUBG Mobile pun kini berganti nama menjadi Peacekeeper Elite di Tiongkok dan meminimalisir konten kekerasan di dalamnya.

Tencent selaku publisher dan Lightspeed & Quantum selaku developer mungkin sadar bahwa salah satu alasan banyaknya kontroversi terhadap PUBG Mobile adalah karena konten peperangan yang disajikan. Maka dari itu, seiring perkembangannya, PUBG Mobile pun berusaha untuk memberi lebih banyak warna ke dalam game PUBG Mobile. Salah satu usaha untuk memberli lebih banyak warna ke dalam game adalah dengan menghiasi PUBG Mobile menggunakan berbagai skin bertema futuristik. Salah satu contohnya mungkin bisa Anda lihat dari konten Royale Pass Season 18 yang baru saja dirilis.

pubgm royale pass 18

Bagaimana dengan Free Fire? Walaupun sama-sama Battle Royale, Free Fire cenderung lebih minim kontroversi. Dari sisi konten, game Free Fire memang terlihat realistis pada awalnya. Namun seiring waktu, Free Fire juga terus berusaha mengembangkan kontennya ke arah game fantasi yang bersifat futuristik. Selain itu, Garena selaku publisher juga giat melakukan kolaborasi konten untuk semakin mengedepankan unsur fantasi ke dalam game tersebut.

Free Fire sempat berkolaborasi dengan serial Money Heist dari Netflix, pesepak bola Christiano Ronaldo untuk menghadirkan karakter Chronos, sampai anime Attack on Titan untuk menampilkan karakter Eren Jaeger ke dalam game. Free Fire sebenarnya juga sempat diblokir pemerintah India, namun pemblokiran tersebut lebih ke arah bentuk pemboikotan India terhadap produk-produk besutan Tiongkok yang terjadi karena masalah konflik perbatasan India-Tiongkok.

Sebagai pembahasan terakhir, hal yang menjadi pertanyaan mungkin adalah bagiamana nasib genre Battle Royale dan esports atas game tersebut ke depannya? Dari sisi esports, walaupun genre Battle Royale memang sempat mendapat kritik ketika saat dikompetisikan, namun perkembangan pesat Free Fire dan PUBG Mobile sebagai esports sebenarnya sudah jadi bentuk bukti minat pasar ke esports Battle Royale.

Namun demikian, seiring perkembangannya, baik PUBG Mobile ataupun Free Fire kerap kali melakukan perubahan format. Tetapi perubahan dan evolusi tersebut sebenarnya bisa dianggap positif mengingat posisi genre Battle Royale sebagai esports yang masih belia sehingga terus butuh perubahan untuk menemukan format terbaiknya.

Dalam kasus PUBG Mobile misalnya, saya sempat membuka diskusi membahas kemungkinan penggunaan mode First-Person Perspective untuk pertandingan esports-nya. Dari pembahasan tersebut, kita bisa melihat bahwa memang masih ada ruang untuk membuat esports genre Battle Royale jadi lebih baik lagi. Pembahasan tersebut masih baru satu aspek saja. Masih ada aspek lain yang sebenarnya juga bisa dipertanyakan seperti format turnamen yang tepat ataupun format pemberian poin yang adil baik untuk Free Fire ataupun PUBG Mobile.

Lalu bagaimana dengan genre Battle Royale sendiri? Apakah game dengan genre tersebut akan pudar popularitasnya di masa depan? Sebenarnya agak sulit untuk memprediksi hal tersebut.

Untuk menjawab perkara ini, sepertinya saya akan kembali mengutip pembahasan saya soal kausalitas antara game gratis dengan esportsDari pembahasan tersebut kita bisa menyadari bahwa memang kehadiran ekosistem esports bisa membuat sebuah game (atau genre game) jadi lebih panjang hajat hidupnya. Selama esports game Battle Royale masih ada, maka pemain baru untuk genre tersebut mungkin akan terus muncul, entah karena ingin menjadi pemain esports atau sekadar ingin menjajal gara-gara menonton pertandingannya.

Mengingat gameplay genre Battle Royale yang penuh aksi dan punya durasi yang pas, sepertinya dua game tersebut punya potensi untuk terus bertahan di dalam ekosistem esports sampai bertahun-tahun ke depan.

PUBG Mobile Umumkan Struktur Kompetisi Paruh Kedua 2020

Selain momen kemenangan dramatis dari East Region untuk tim Bigetron RA, hari terakhir PMWL 2020 Season Zero juga menjadi momentum bagi PUBG Mobile untuk mengumumkan struktur esports di paruh kedua 2020. Sebelumnya, pada paruh pertama kita sudah melihat beberapa rangkaian turnamen. Pada tingkat lokal ada PMPL Indonesia Season 1 dan PINC, berlanjut ke tingkat regional ada PMPL SEA, sampai ke tingkat Asia lewat gelaran PMWL 2020 Season Zero – East Region.

Rampungnya PMWL 2020 Season Zero menjadi penanda berakhirnya kompetisi PUBG Mobile paruh pertama 2020. Kini kompetisi akan berlanjut ke paruh kedua dengan format yang kurang lebih sama. Dalam turnamen tersebut, setidaknya ada 4 hal yang diumumkan oleh pihak PUBG Mobile.

Pertama adalah soal PMCO, PUBG Mobile mengumumkan ada 16 kawasan yang mendapatkan turnamen PMCO. Jika melihat dari tempat diadakannya, turnamen ini menjadi semacam tapakan awal untuk menuju jenjang kompetisi yang lebih tinggi. PMCO diadakan di beberapa negara yang mungkin jarang kita dengar ada di kancah esports sebelumnya seperti Iraq, Mesir, dan Arab Saudi. Pertandingan PMCO di berbagai kawasan negara akan dimulai secara bertahap mulai dari 11 Agustus hingga 11 Oktober 2020 mendatang.

Sumber: esports.pubgmobile.com
Sumber: esports.pubgmobile.com

Berikutnya ada PMPL. Seperti namanya, PMPL menjadi ajang berkompetisi bagi tim-tim profesional. Pada paruh pertama, atau PMPL ID Season 1, Bigetron RA berhasil keluar menjadi juara dengan performa yang sangat perkasa. Kini, PMPL berlanjut ke musim ke-2. Jika mengacu ke dalam pengumuman, PMPL ID Season 2 akan dimulai dari 14 Agustus hingga September 2020 mendatang.

PMPL diadakan di negara atau kawasan yang punya skena kompetisi lebih mapan. Selain Indonesia, ada enam negara lain yang juga punya turnamen PMPL, yaitu Vietnam, Thailand, Malaysia, Taipei, South Asia, dan America.

Tak hanya itu, paruh kedua musim kompetisi PUBG Mobile juga akan menerapkan sistem poin yang baru. Perubahannya memang tidak terlalu banyak, hanya mengurangi poin Chicken Dinner dari 20 menjadi 15. Sisanya masih sama, dengan 1 poin untuk setiap Kill. Tetapi perubahan ini sepertinya sedikit banyak akan mengubah cara main para pemain PUBG Mobile profesional untuk lebih mengejar Kill. Apalagi, selisih poin yang didapatkan dari peringkat top 5 kini jadi semakin tipis, yang akan membuat pertarungan jadi semakin panas.

Sumber: esports.pubgmobile.com
Sumber: esports.pubgmobile.com

Terakhir, ada sneak peek atas satu gelaran lagi yang disebut sebagai “Biggest Event of 2020”. Jika melihat apa yang sudah diumumkan, tinggal gelaran turnamen tingkat internasional yang belum ada. Namun demikian, kemungkinan untuk sebuah turnamen offline terbilang cukup rendah, mengingat situasi pandemi yang belum reda. Lebih lanjut, dikatakan bahwa PUBG Mobile akan mengumumkannya 24 Agustus 2020 mendatang.

Qualcomm Jadi Sponsor dari PUBG Mobile World League

Qualcomm Technologies menjadi sponsor dari PUBG Mobile World League. Turnamen pertama yang Qualcomm sponsori adalah PMWL Season Zero, turnamen PUBG Mobile dalam skala global yang diadakan secara online.

PMWL telah dimulai sejak 11 Juli 2020 lalu dan akan berakhir pada 9 Agustus 2020. Pada minggu pertama dari PMWL Season Zero untuk region Timur, tim Indonesia duduk di peringkat pertama dari klasemen sementara. PMWL Season Zero menawarkan total hadiah sebesar US$850 ribu atau sekitar Rp12,5 miliar. Dalam Season Zero, akan ada 40 tim PUBG Mobile yang berlaga. Semuanya akan menggunakan perangkat yang dilengkapi dengan Qualcomm Snapdragon Mobile Platform.

“Kami senang bisa menjadi sponsor dari PUBG Mobile World League. Dengan tim yang beragam, turnamen tersebut dapat menunjukkan potensi dari mobile esports pada tingkat global,” kata Dave Durnil, Senior Director, Engineering, dan Head of Gaming Software & of Elite Gaming, Qualcomm Technologies, menurut laporan Esports Insider.

Lebih lanjut, Durnil berkata, “PUBG Mobile World League menarik audiens mobile gamer hardcore yang ingin memainkan mobile game dengan kualitas konsol. Dengan Snapdragon Elite Gaming, mereka akan bisa memainkan mobile game dengan respons yang super cepat, grafik yang sangat realistis, dan juga performa yang baik. Kami tidak sabar untuk melihat tim-tim di Season Zero saling bertanding dengan satu sama lain.”

PMWL Season Zero kini sudah memasuki minggu ke-2. Pada minggu ke-2, tim Bigetron Red Aliens berhasil menggeser RRQ Athena dan menduduki peringkat pertama dengan total poin sebesar 367 poin. Dengan poin 329, RRQ Athena harus puas dengan posisi runner-up.

James Yang, Director of PUBG Mobile Global Esports memuji Qualcomm Technologies sebagai perusahaan “inovatif”, khususnya terkait fitur-fitur yang tersedia melalui Snapdragon Elite Gaming. “Kami bangga karena Qualcomm memutuskan untuk menjadi title sponsor dari PUBG Mobile World League,” ujar Yang.

“Season Zero adalah turnamen yang sangat ambisius. Jaringan internet memiliki peran penting untuk dapat memainkan mobile game dengan nyaman. dan Qualcomm, yang fokus untuk mendorong peluncuran 5G, akan sangat membantu kami, khususnya dalam penyelenggaraan Season Zero, yang diadakan dalam skala global.”

PMWL East Season Zero Super Weekend 1: RRQ Athena Kembali Merajai

Pekan lalu, pada Opening Weekend kita melihat dua perwakilan Indonesia, Bigetron Red Aliens dan MORPH Team, berhasil memberikan performa terbaiknya di dalam gelaran PMWL East Season Zero. Pekan ini menjadi pekan pertama dari pertandingan PMWL East Season Zero yang sesungguhnya.

Format pertandingan PMWL East Season Zero memang cukup unik. Setiap pekannya 20 tim peserta diadu pada saat Weekday. Dari pertandingan yang berjalan dari tanggal 14-15 Juli 2020 kemarin, hanya Bigetron RA saja, wakil Indonesia yang berhasil lolos ke babak Super Weekend. MORPH Team terhempas di peringkat 20 setelah berkali-kali mendapatkan perolehan yang buruk.

https://twitter.com/EsportsPUBGM/status/1284872841402421248

Babak Super Weekend adalah pertarungan yang sesungguhnya. Poin yang didapatkan dari babak Super Weekend akan diakumulasi, untuk selanjutnya menyeleksi 16 tim yang akan lolos ke babak League Finals. Pertandingan Super Weekend berisi 15 ronde yang berjalan selama tiga hari (17-19 Juli 2020).

Penampilan Bigetron RA pada Super Weekend pertama terbilang tidak sebegitu bagus. Apalagi setelah terkena Too Soon di ronde pertama, yang menghantam mental mereka. Setelahnya mereka berhasil bangkit, namun baru bisa mendapatkan Chicken Dinner di ronde 7. Sementara itu di sisi lain, RRQ Athena justru terlihat sedang tampil panas. Walau sempat Too Soon, tapi mereka bisa mengamankan kill yang banyak.

Momen rivalitas paling keras antar dua tim ini adalah pada ronde terakhir. Bermain di map Erangel, Circle sedang cukup jahat dan mengarahkan pemain ke Sosnovka Military Base. Zuxxy Luxxy dan kawan-kawan sebenarnya sudah cukup beruntung karena lebih dulu mengamankan daratan, sehingga mereka mencoba mencuri-curi kesempatan kill dengan menjaga area bibir pantai.

Sayangnya ketika Bigetron RA sedang melihat ke arah tim KOG, RRQ Athena yang juga sedang berenang sudah berhasil mencapai tepi pantai dan melihat posisi Bigetron RA. Karena ada kesempatan, tentu saja RRQ Athena menghajar Bigetron RA yang sedang lengah. Zuxxy menjadi korban pertama dari tangan dingin pemain-pemain RRQ.Athena.

Bigetron RA mencoba sebisanya untuk bisa kabur dari tim RRQ.Athena. Tetapi apa mau dikata, Bigetron RA ditumpas satu persatu, Ryzen dipulangkan ke lobby, dilanjut dengan Luxxy, sampai akhirnya timah panas mendarat di Microboy yang mengakhiri perjalanan Bigetron RA di peringkat 16 dengan 2 kill saja di ronde 15 tersebut.

Kini RRQ.Athena duduk nyaman peringkat 1 dengan perolehan sebanyak 205 poin. Sementara itu Bigetron RA kini memiliki 189 poin, berada di peringkat 2, sambil bersiap menyergap siapapun yang lengah di Super Weekend Week 2 nanti.

Pekan ini pertandingan akan berjalan seperti pada pekan pertama. 20 tim bertanding saat Weekday memperebutkan peringkat 16 besar, agar dapat bertanding di babak Super Weekend. Pada Super Weekend, pertandingan jadi semakin keras karena perolehan poin akan diakumulasi untuk menentukan tim bertanding di babak League Finals.

Semoga pekan ini MORPH Team dapat bangkit kembali sehingga bisa lolos ke babak Super Weekend. Juga semoga Bigetron RA bisa mendapatkan permainan terbaiknya dan menyalip RRQ Athena di pekan ini.

Tencent Luncurkan Event PUBG Mobile Esports Award 2020

Sekalipun league stage PUBG Mobile World League Season Zero tengah bergulir secara online, baru-baru ini PUBG Mobile mengumumkan akan melangsungkan event PUBG Mobile Esports Award 2020. Seperti yang dilansir melalui laman media sosialnya, setiap player PUBG Mobile berhak untuk memberikan vote pada sejumlah pemain favoritnya yang sedang berlaga di gelaran PUBG Mobile World League Season Zero.

Di kesempatan yang lalu Tencent melalui game PUBG Mobile juga pernah menggelar aktivitas yang serupa. Pada gelaran PUBG Mobile Club Open Spring Split 2019, player PUBG Mobile bisa melakukan voting untuk menentukan pro player favoritnya. Sedangkan pada PUBG Mobile Star Challenge 2019 sejumlah content creator yang dipilih juga dari sistem voting akan berkesempatan bertanding dan berkompetisi bersama pro player.

Sebagai update terbaru, saat ini voting PUBG Mobile Esports Award 2020 dapat dilakukan dari dalam aplikasi PUBG Mobile. Event ini akan berlangsung sekitar sepekan dan jangan khawatir ketika baru masuk ke dalam game tidak muncul pop-up yang mengarahkan pada bagian voting. Pertama-tama Anda perlu klik dan masuk ke bagian event, kemudian pilih tab World League Fan Favorite Voting.

Anda akan diberi pilihan 6 region berbeda yang sedang berpartisipasi dalam gelaran turnamen PMWL. Setelah memilih region, akan muncul bagian pemilihan tim dan player. Klik tombol vote dan Anda berhasil menambahkan 1 vote bagi player favorit yang dipilih.

Pada bagian yang lain Anda bisa melihat live ranking dan jumlah total vote yang sudah diterima oleh masing-masing player dari 6 region berbeda. Setiap harinya Anda hanya memiliki 10 poin untuk melakukan voting yang bisa digunakan berulang untuk player yang sama maupun berbeda.

https://twitter.com/EsportsPUBGM/status/1283312892083933187?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1283312892083933187%7Ctwgr%5E&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.talkesport.com%2Fnews%2Fpubg-mobile-esports-awards-2020-announced%2F

Di akhir periode 15 Juli 2020 sampai 22 Juli 2020 akan dipilih The Most Popular Player berdasarkan jumlah vote terbanyak. The Most Popular Player dari gelaran Turnamen PMWL Season Zero akan mendapatkan hadiah uang sebesar 2000 Dolar Amerika. Tidak sampai di situ saja, player PUBG Mobile yang memberikan vote-nya berkesempatan untuk terpilih dan bermain dalam performance match bersama tim profesional dan influencer.

Tahun 2020 ini memang menjadi tahun yang serius bagi Tencent dan PUBG Mobile. Sekalipun gelaran turnamennya dalam skala global menghadapi tantangan pandemi yang luar biasa, tetapi PMWL dan PMPL tetap bisa dijalankan sekalipun harus tertunda dan akhirnya berlangsung secara online.