Seri Pengembangan Produk #3: tentang Minimum Viable Product

Arikel seri sebelumnya telah membahas tentang Product Management dan Product-Market Fit untuk menemukan sekaligus memvalidasi tipikal produk yang tepat. Sedikit mengulas kembali, bahwa simpulan definisi produk adalah solusi yang ditawarkan untuk memecahkan masalah. Pada seri ini, akan dibahas tentang bagaimana startup menguji solusi yang ditawarkan, sehingga mengetahui sejauh apa penerimaan masyarakat.

Teknik tersebut disebut dengan Minimum Viable Product (MVP). Sesuai namanya, MVP merupakan hasil pekerjaan paling minimalis yang dapat disajikan ke calon pengguna dengan tujuan mendapatkan banyak pelajaran ketertarikan dan masukan calon pengguna. Sederhananya seperti ini, sebut saja startup memiliki visi untuk mengembangkan produk ABC dengan fitur X, Y, Z. Startup hanya perlu meluncurkan X (dianggap sebagai fitur paling penting) untuk segera dikenalkan ke pasar.

Beberapa pertimbangan mendasar mengapa MVP diperlukan sebelum produk tersebut benar-benar dijadikan adalah untuk mengurangi risiko, meningkatkan kemungkinan untuk sukses, mendapatkan timbal balik lebih cepat, mengurangi kompleksitas hingga mengukur proses pengembangan.

Mulai mengembangkan MVP

MVP dibuat setelah startup benar-benar mengetahui visi produk yang akan dikembangkan, biasanya masih bersifat ide dan konseptual. Project Manager, membuat daftar fitur atau prioritas pengembangan sesuai dengan urgensinya. Hal pertama yang harus setelah ada daftar prioritas tersebut, lakukan penjajakan setiap fitur yang akan dikembangkan dengan mempertemukan antara asumsi dan risiko yang mungkin terjadi.

Sebagai contoh sebuah startup akan mengembangkan sebuah platform mobile untuk pembelajaran jarak jauh. Salah satu fitur di dalamnya ialah adanya konten interaktif untuk pembelajaran siswa secara mandiri. Asumsinya dengan adanya konten tersebut siswa tidak bergantung dengan guru dan memiliki semangat belajar yang tinggi. Dan risikonya adalah jika para siswa menanggap konten konvensional seperti buku lebih nyaman digunakan untuk belajar harian.

Namun itu masih sebatas estimasi, sehingga perlu dilakukan pengujian. Sebelum melakukan pengujian, pastikan startup telah mengidentifikasi variabel untuk memvalidasi keabsahan ide yang digagas. Paling mudah dengan menentukan faktor keberhasilan dengan angka numerik. Misalnya jika meneruskan contoh produk sebelumnya, validasinya bisa berupa: jika konten mendapatkan rating minimal 4 dari 80% pengguna maka dikatakan disukai.

Sehingga didapatkan formula sebagai berikut: Kami melihat <pengguna> memiliki <masalah yang <dihadapi>. Kami dapat membantu mereka dengan <solusi yang ditawarkan>. Kami tahu kami sedang mengerjakan hal yang benar jika <ukuran keberhasilan>.

Contoh penerapan formula yang sama dengan studi kasus Uber, oleh Frankie Le Nguyen
Contoh penerapan formula yang sama dengan studi kasus Uber, oleh Frankie Le Nguyen

Strategi implementasi MVP

Pada dasarnya MVP tidak harus berupa barang siap pakai atau aplikasi prototipe yang dapat dioperasikan –walaupun jika memungkinkan cenderung akan lebih baik dalam memberikan gambaran kepada konsumen. Dalam konsep pengembangan produk sejauh ini dikenal beberapa tipe implementasi populer penyampaian MVP, di antaranya:

  • Concierge
  • Wizard of Oz
  • Landing Pages
  • Videos
  • Crowdfunding
  • Single Feature MVP
  • Paper Prototypes
  • Customer Interviews

Dari beberapa bentuk implementasi MVP di atas, penggunaannya sangat bergantung dengan karakteristik produk yang ingin diperkenalkan dan disampaikan ke calon pengguna. Untuk format video misalnya, dapat digunakan untuk menjelaskan sebuah konsep yang cenderung sulit dipahami oleh pengguna, bisa jadi karena itu adalah hal yang baru. Video yang dibuat harus menggambarkan antarmuka yang mirip dengan konsep produk yang dikembangkan. Contoh startup populer yang menggunakan model ini dalam MVP adalah Dropbox.

Kemudian Landing Page atau sebuah halaman website tunggal untuk memberikan penjelasan dan gambaran dari proof-of-concept dari produk. Selain informasi produk secara umum, di sini pengembang juga dapat memberikan kanal respons untuk mengetahui ketertarikan calon pengguna. Contoh startup yang mengimplementasikan model ini adalah Buffer. Mereka melihat ketertarikan pengguna dengan menambahkan sebuah kolom email untuk pemberitahuan ke calon pengguna ketika produk benar-benar siap untuk dicoba.

Tren yang ada saat ini adalah dengan meluncurkan fitur terbatas pada aplikasi. Seperti yang dilakukan Foursquare pada awal pengembangan. Ia hanya mengaktifkan sebuah fitur utama untuk mengeliminasi kebingungan pengguna sekaligus memfokuskan pengguna pada layanan utama yang mereka miliki, yakni check-in di suatu tempat.

Hasil akhir yang diharapkan dari proses ini ialah memberikan perspektif yang benar-benar baru bagi tim produk dari sisi konsumen yang akan menjadi pangsa pasar. Dari sini tim pengembang dapat bergerak lebih cepat, mengetahui secara eksplisit mengenai apa yang harus disesuaikan dan apa yang harus ditambah sesuai dengan masukan pengguna. Product Manager akan berperan sentral dalam proses MVP, untuk menentukan iterasi dan mengatur komunikasi dengan pengguna untuk memastikan masukan yang diberikan terjaring dengan baik.

Seri Pengembangan Produk #2: tentang Product-Market Fit

Pada seri sebelumnya telah dibahas mengenai Product Management dan Product Manager dalam sebuah proses pengembangan.

Selanjutnya akan dibahas mengenai kondisi Product-Market Fit. Secara sederhana, Product-Market Fit dapat tercapai bila solusi yang tepat diciptakan untuk pasar yang tepat. Sifat Product-Market Fit adalah memvalidasi gagasan ide produk yang dirancang. Sehingga jika melihat dari definisi tersebut, untuk mencapai Product-Market Fit kuncinya startup harus mampu memecahkan masalah konsumen dengan proses bisnis yang dimilikinya.

Dalam proses ini pengukuran menjadi kunci untuk menilai apakah produk yang dikembangkan sudah mencapai Product-Market Fit atau belum. Terkait dengan pengukurannya, setiap produk akan memiliki cara yang berbeda-beda, sangat bergantung pada bagaimana produk tersebut didistribusikan dan digunakan oleh masyarakat.

Umumnya pada sebuah produk digital startup, standar pengukurannya seperti pada jumlah orang yang menggunakan produk/layanan, tingkat pertumbuhan pengguna produk/layanan dari waktu ke waktu, hingga kepuasan pelanggan terkait dengan produk/layanan yang diberikan.

Bagi startup, untuk melakukan penyusunan diperlukan validasi untuk setiap hipotesis yang dimiliki. Misalnya beberapa contoh capaian Product-Market Fit untuk startup yang sudah besar saat ini. Pertama Dropbox, hipotesisnya bisnis akan memberikan versi gratis layanan dengan kapasitas tertentu untuk mendapatkan jumlah konsumen yang banyak. Maka dari hipotesis tersebut Dropbox akan mencapai Product-Market Fit jika sekian persen pengguna yang mau membayar untuk kapasitas penyimpanan yang lebih besar.

Kemudian contoh lagi hipotesis Groupon. Dengan layanannya bisnis memberikan diskon besar dalam jangka waktu singkat untuk mendapatkan sejumlah pelanggan baru. Maka Groupon akan mencapai Product-Market Fit bila secara konsisten dapat meyakinkan bisnis untuk membuat kesepakatan diskon dengan layanannya untuk menarik pelanggan baru, dan mampu mengulangnya untuk ragam bisnis dan area.

Bersiap untuk mencapai Product-Market Fit

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membawa startup mencapai Product-Market Fit. Sebelum membahas teknis dan skemanya terkait dengan produk (akan dimasukkan dalam pembahasan Minimum Viable Product di seri berikutnya), ada beberapa analisis pragmatis yang perlu dilakukan. Pertama ialah memahami pasar –di dalamnya terdapat ragam variabel terkait calon pengguna. Pengamatan juga perlu dilakukan secara detail, tidak hanya terpaku pada prakiraan nilai semata, namun harus benar-benar mengerti sampai pada level segmentasi pasar.

Prinsipnya untuk pasar, semakin spesifik semakin fokus bisnis dan produk startup dikembangkan. Selain melakukan pengamatan langsung, hal yang bisa dilakukan untuk identifikasi pasar adalah berdiskusi dengan para pakar. Umumnya investor ataupun mentor memiliki pandangan yang jelas terkait dengan pasar. Mengapa pandangan seputar pangsa pasar penting? Ini akan dikorelasikan dengan proses yang dikerjakan dalam Product Management, saat Product Manager berkumpul dengan orang Business Development untuk memastikan produk tersebut mencapai Product-Market Fit.

Value Proposition untuk mencapai Product-Market Fit

Ada satu komponen bisnis yang sangat berhubungan dengan Product-Market Fit adalah Value Proposition. Yakni tentang nilai apa yang akan diberikan oleh startup kepada segmen pasar. Untuk mendapatkannya cara yang paling valid ialah berkomunikasi langsung dengan calon konsumen, melalui metode wawancara ataupun survei. Terkadang membutuhkan proses dalam iterasi tertentu, sehingga mampu terdefinisikan dengan baik unsur penting yang akan menjadi DNA produk.

Seri Pengembangan Produk #1: tentang Product Management dan Product Manager

Salah satu hal krusial dalam startup adalah terkait dengan pengembangan produk. Sebagai sebuah bisnis yang memiliki inovasi berkelanjutan, startup dituntut untuk bisa selalu melakukan pembaruan fitur. Untuk memastikan proses itu terjadi, penting untuk memahami tentang dua hal, yakni Product Management dan peran Product Manager di dalam sebuah startup.

Ketika berbicara pada skala startup –di dalamnya terdapat proses bisnis yang berjalan untuk berjuang pada revenue—produk dapat didefinisikan sebagai sebuah solusi pada permasalahan yang dialami konsumen. Sifat produk berbeda dengan tools internal atau software custom, karena produk umumnya dinikmati oleh konsumen yang heterogen dan banyak. Lalu unsur apa saja yang membuat sebuah produk itu bagus?

Pada teknis pengembangan, produk berada pada irisan antara teknologi, bisnis dan pengalaman pengguna. Dan inti dari produk yang berkualitas ialah harus bermanfaat, diinginkan konsumen, memiliki daya guna dan layak untuk digunakan. Product Management adalah sebuah proses untuk mengakomodasi pengembangan produk sehingga mendapatkan tujuan tersebut. Sehingga Product Management dapat dikatakan proses memaksimalkan nilai bisnis dari suatu produk.

Peran Product Manager

Secara mendasar Product Manager (dalam hal ini untuk produk digital) pastinya orang yang memahami tentang struktur pemrograman –setidaknya tahu tentang algoritma dan coding. Meskipun demikian, peran utamanya lebih ke soal berbagai keputusan saat pengembangan produk, sehingga Product Manager harus memahami secara umum stack teknologi yang dikelola.

Kriteria product manager yang baik oleh Frankie Le Nguyen
Kriteria product manager yang baik oleh Frankie Le Nguyen

Tanggung jawab seorang Product Manager termasuk menuliskan requirement (seperti user story) yang mendeskripsikan fitur dari produk. Wireframe dan perincian fungsionalitas juga dibuat olehnya, untuk memastikan tim produk memahami setiap detil untuk proses pengembangan. Untuk membuat kebutuhan tersebut, kadang seorang Product Manager juga perlu untuk turun langsung ke pangsa pasar, melakukan analisis pasar hingga wawancara untuk memvalidasi masalah yang ingin diselesaikan.

Seperti yang telah digambarkan pada definisi Project Management, prosesnya merupakan irisan dari beberapa komponen. Hal tersebut berimplikasi pada tugas seorang Product Manager untuk mengondisikan tim internal dalam sebuah perusahaan, tidak hanya tim pengembang, namun termasuk tim penjualan, pemasaran hingga tim dukungan. Sselain untuk menyatukan visi, seorang Product Manager juga harus memahami ragam perspektif yang dimiliki oleh orang-orang tersebut.

Setelah produk mulai dikembangkan tim developer, desainer dan lainnya, tugas Product Manager selanjutnya ialah melakukan pengukuran, baik pengukuran atas kemajuan proses, kesesuaian terhadap spesifikasi hingga status pengujian. Proses tersebut juga harus dibarengi dengan analisis kinerja produk secara berkelanjutan. Proses pengawasan juga tetap perlu dilakukan untuk memastikan roadmap produk tetap terjaga dan prioritas pekerjaan dapat teratur.

Di fase akhir ketika produk sudah siap dipasarkan, Product Manager biasanya akan disibukkan bersama tim Business Development untuk menentukan harga hingga peramalan pangsa pasar. Ketika produk sudah sampai di pasar, tugas Product Manager belum usai. Ia tetap harus melakukan analisis pembelian, penggunaan hingga menetapkan strategi implementasi di sisi klien.

Seorang Product Manager yang baik

Seorang Product Manager yang baik bukan orang yang terlalu memfokuskan sebagian besar waktunya pada masalah internal saja. Ia tetap harus memahami karakteristik pasar dan konsumen, hingga memvalidasi calon pelanggan. Prioritas yang diperlukan adalah pada hasil keluaran produk yang dihasilkan.

Kecakapan komunikasi menjadi hal yang penting dimiliki. Selain untuk mampu menjangkau pihak luar, juga penting untuk dapat mengkomunikasikan pemahaman tentang produk kepada seluruh tim. Seorang Product Manager mau tidak mau harus memiliki ketangkasan berpikir dan memperhatikan detil.

Sampai sini dapat disimpulkan bahwa sebuah produk adalah sebuah solusi yang mampu memecahkan masalah secara kolektif. Product Management digunakan untuk dapat menciptakan produk yang berfokus pada misi tersebut. Seorang Product Manager bertugas mengelola proses tersebut secara mendetil.

Tiga Cara Tepat Mendapatkan Traksi Startup

Dalam dunia startup traksi menjadi acuan keberhasilan sebuah startup menjalankan bisnisnya. Traksi yang baik menunjukkan potensi serta masa depan dari startup, yang tentunya mampu memberikan kesan yang baik kepada pihak terkait, dalam hal ini adalah investor. Traksi juga menjadi validasi bahwa layanan atau produk disukai oleh konsumen.

Namun demikian definisi traksi yang sebenarnya bukan hanya kepada pendapatan, profit atau meningkatnya jumlah konsumen atau pengguna, terdapat hal-hal lain yang bisa menunjukkan startup Anda memiliki traksi yang positif. Intinya adalah jika startup Anda bisa memberikan layanan atau produk yang memiliki nilai maka konsumen pasti akan menyukainya, namun jika startup Anda tidak bisa menyediakan nilai tersebut, produk atau layanan Anda akan kurang diminati oleh konsumen.

Artikel berikut ini akan membahas 3 faktor penunjang meningkatkan traksi startup agar bisa bertahan dan menjalankan bisnis dengan baik.

Formasi

Ketika ide dan model bisnis telah Anda temukan idealnya adalah melakukan langkah awal agar nantinya saat proses penggalangan dana dan kegiatan pemasaran dilakukan, Anda telah siap dan memiliki materi yang bisa dipresentasikan.

Salah satu langkah awal yang wajib dilakukan adalah, membuat situs dan jadikan situs tersebut sebagai platform untuk promosi, informasi terhadap produk atau layanan yang akan Anda hadirkan. Jangan lupa lakukan validasi dan pastikan bahwa Anda telah memiliki target pasar yang tepat. Jika sebelumnya Anda tidak melakukan langkah awal ini, akan berpengaruh kepada bagaimana Anda menjalankan bisnis. Persiapan di awal merupakan pertanda bahwa Anda siap dan menguasai bisnis Anda.

Pelanggan

Jika saat ini Anda telah memiliki pengguna aktif jangan terlalu cepat puas, karena yang perlu Anda perhatikan adalah berapa banyak pengguna aktif Anda yang bersedia membayar secara rutin terhadap layanan atau produk yang Anda tawarkan. Jika saat ini Anda belum banyak memiliki pelanggan berbayar, artinya produk atau layanan Anda belum cukup maksimal. Pelanggan yang berbayar dalam jumlah yang cukup besar dan terus meningkat, bisa membantu Anda mendapatkan traksi, artinya Anda pun tidak harus melakukan penggalangan dana kepada investor.

Banyak cara yang bisa dilakukan startup untuk membuktikan bahwa produk atau layanan telah memiliki cukup banyak pelanggan melalui testimoni. Namun demikian testimoni yang cukup banyak dimuat di situs, bukan berarti produk atau layanan Anda cukup popular dan diminati. Idealnya testimoni hanya berupa platform untuk penghargaan atau komentar dari pelanggan Anda yang telah mencoba dan puas terhadap layanan atau produk startup Anda. Jangan terlalu banyak bergantung kepada testimoni untuk meningkatkan traksi.

Produk dan tim pengembang

Salah satu alasan utama investor bersedia untuk memberikan pendanaan kepada startup adalah produk serta latar belakang tim yang dimiliki. Intinya adalah tim yang baik dan memiliki kemampuan serta pengetahuan yang luas, cenderung menarik perhatian investor dan pihak terkait lainnya. Untuk itu pastikan Anda memiliki produk dan tim pengembang yang solid dan tentunya mengetahui dengan pasti rencana serta target dari startup untuk masa depan.

Esensi MVP dalam Pengembangan Produk

Ada banyak penafsiran saat membicarakan tentang definisi Minimum Viable Product (MVP). Salah satunya, MVP adalah sebuah produk yang memiliki set fitur paling minimalis, tujuannya untuk membuktikan hipotesis paling esensial dalam bisnis yang dikembangkan. Bentuknya pun beragam, meskipun jika dalam startup digital akan lebih memberikan experiences saat bentuknya aplikasi, namun tidak menutup kemungkinan dengan hal yang lebih sederhana.

Contoh yang paling sering dipaparkan ialah MVP dari pengembangan Dropbox, kala itu hanya berbentuk sebuah video. Video singkat yang memaparkan inti dari cara kerja layanan yang akan mereka kembangkan dan keuntungannya untuk pengguna. Ribuan, bahkan ratusan ribu calon pengguna mendaftar hanya dengan menonton video itu.

Jadi inti dari MVP bukan pada alpha/beta product dari aplikasi, namun lebih kepada cara  memberikan kesempatan konsumen untuk memvalidasi secara langsung versi awal produk yang dikembangkan. Karena ketika ide telah direalisasikan dalam sesuatu yang lebih riil dan terpublikasi, orang akan lebih mudah membayangkannya dan menentukan apakah produk tersebut yang ia butuhkan atau tidak.

Bahkan MVP bisa berbentuk sesimpel satu single-web page dengan penjelasan menarik, lalu dibubuhi sebuah kolom isian email jika ada pengunjung yang tertarik.

Menjadi tahapan paling penting, menentukan lanjut atau memikirkan ide lain

Dalam berbagai pembahasan tentang “Lean Startup”, MVP selalu ditempatkan pada teknik yang paling penting untuk dilakukan. Menurut Eric Ries, salah satu yang mempopulerkan konsep MVP, bahwa dengan adanya produk inisiasi seseorang dapat mengumpulkan sebanyak mungkin pembelajaran atau umpan balik dari konsumen.

Meluncurkan aplikasi MVP juga dikatakan sebagai sebuah bentuk seni. Karena di sini memerlukan presisi yang tepat antara apa yang ingin disuguhkan dan apa yang benar-benar konsumen butuhkan. Untuk itu sebelum meluncurkan MVP, perlu diketahui komponen apa saja yang perlu diperhatikan, sebagai karakteristik MVP.

Setidaknya ada tiga hal yang menjadi kunci dalam pengembangan MVP: (1) menitikberatkan pada kegunaan produk secara esensial, sehingga ketika produk benar-benar diluncurkan maka konsumen bersedia menggunakan; (2) memberikan gambaran umum kepada konsumen tentang fungsionalitas lengkap yang akan dihadirkan mendatang; dan (3) menyediakan kanal umpan balik untuk membantu pengembangan secara berkelanjutan.

Mengantarkan pada penilaian yang terukur dan realistis, bukan pada asumsi

Setelah MVP sampai kepada konsumen ada banyak hal yang dilakukan. Yang paling sederhana adalah berbicara dengan konsumen, untuk mengetahui apa yang mereka rasakan. Menariknya saat ini sudah ada banyak sekali tools pengukuran yang bisa diintegrasikan, contohnya Google Analytics. Dari situ akan ditemukan apa yang disebut Problem-Solution Fit.

Problem-Solution Fit ini sederhananya adalah ketika banyak pengguna merasa apa yang dilahirkan melalui layanan tersebut menjawab kebutuhannya. Namun ketika sudah mencapai ini pun bukan berarti cukup. Karena pada akhirnya semua akan dipertaruhkan untuk tujuan bisnis. Maka selanjutnya perlu memikirkan Product-Market Fit, yakni tentang bagaimana meraih revenue dari proses bisnis yang telah dikembangkan.

Dari sini apa yang didapat adalah pengukuran. Tentang apa yang paling diminati dari inisiasi produk, apa yang paling ditunggu, masukan apa yang diberikan dan sebagainya. Semua harus terdokumentasikan secara jelas sebagai bekal untuk mematangkan produk. Bahkan untuk menentukan penghentian pengembangan jika solusi yang ditawarkan ternyata tidak tepat guna.

Hal lain yang perlu diperhatikan, MVP juga harus disodorkan kepada pangsa pasar yang tepat. Dipasarkan kepada orang-orang yang ditargetkan sebagai pengguna. Sehingga marketing effort tetap berperan kunci dalam tahap ini.

Membutuhkan pengujian ketat dan fokus dalam pengembangannya

Selain melakukan pemantauan umpan balik dari pengguna secara aktif, pengujian juga diperlukan. Terdapat banyak metodologi yang bisa digunakan untuk pengujian produk di masa MVP (ini lebih cocok dilakukan ketika MVP berupa aplikasi atau produk yang bisa dicoba). Salah satu metodologi yang dapat digunakan adalah A/B Split Testing.

Salah satu yang dilakukan oleh metodologi pengujian tersebut adalah dengan membandingkan apa yang dihasilkan aplikasi ketika diuji dengan mengubah-ubah variabel yang ada pada aplikasi. Misalnya pada penempatan tombol atau fungsionalitas menu, lakukan perubahan dengan beberapa desain pada periode waktu tertentu. Lalu lakukan analisis, dari tindakan yang paling cepat dan umum dilakukan oleh penguji. Bahkan oleh calon konsumen sekalipun.

Kendati demikian fokus terhadap tujuan utama juga perlu menjadi perhatian. Sering kali dalam proses pengembangan produk, terlebih saat telah meluncurkan MVP, akan ada ide-ide baru yang bermunculan. Bisa saja dengan mudah seseorang langsung mencomot ide tersebut dan mengimplementasikannya ke dalam produk. Padahal belum tentu reliable dan bisa jadi menambah kompleksitas produk.

Padahal kesederhanaan proses sangat diutamakan dalam MVP untuk memusatkan perhatian pada esensi produk. Dampak dari ideas-overflow jika tidak terkelola dengan baik adalah gagalnya proses MVP dalam kaitannya dengan validasi konsumen dan pangsa pasar.

Ada cara untuk tetap memfokuskan pada tujuan dari pengembangan produk inisial

Pertama yang perlu dilakukan setelah memiliki ide spesifik tentang sebuah produk, kunci target pengembangannya. Turunkan ruang lingkup MVP (kaitannya dengan fungsionalitas dan fitur) lalu segera lakukan proses pra-produksi. Di sini proses perancangan dimulai, tapi bukan berarti tanpa adanya batu sandungan. Biasanya justru datang dari lingkup internal, yakni pengembangan ide yang tiada henti. Ingin menambahkan ini, menambahkan itu dan sebagainya. Yang diperlukan di sini adalah jangan mudah terlena. Fokus pada tujuan awal.

Dalam proses pengembangan lakukan secepat mungkin. MVP tidak membutuhkan fitur yang sangat lengkap, namun yang pasti harus mencakup tujuan utama dari ide. Jadi lakukan pengembangan seramping mungkin. Karena perlu untuk sesegera mungkin menghadirkan produk tersebut kepada konsumen. Karena pengembangan lanjutan atau penambahan fitur yang paling pas adalah ketika masukan tersebut berasal dari konsumen secara umum.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa MVP itu pada dasarnya validasi tahap awal dalam pangsa pasar sebenarnya. Jika tervalidasi baik, pengembangan selanjutnya dapat bertumpu pada masukan yang diberikan, karena berasal langsung dari calon pengguna produk ke depan.

Startup Weekend Bali akan Fokus Melahirkan Inovasi di Bidang Pariwisata

Startup Weekend akan kembali dilaksanakan di Pulau Dewata. Diinisiasi Hubud Co-Working & Community Space, acara ini akan berlangsung pada tanggal 9-11 Juni 2017. Senada dengan tema yang diangkat “Tourism Edition”, pagelaran Startup Weekend kali ini akan berfokus melahirkan startup digital yang fokus pada inovasi produk di bidang pariwisata.

Menurut tim Hubud, tidak ada alasan untuk melewatkan tema tersebut. Data menunjukkan pada tahun 2016 sebanyak lebih dari 5 juta turis internasional mengunjungi Bali. Oleh Tripadvisor tahun ini Bali juga dimasukkan ke dalam “World’s Best Destination”. Harapannya kebutuhan akan gagasan inovatif tentang bagaimana cara mendorong pariwisata yang berkelanjutan dan terarah dapat terfasilitasi.

Konsep acara Startup Weekend adalah memberikan kesempatan bagi para entrepreneur memvalidasi ide dan  mematangkan konsep untuk memulainya. Acara akan dimulai dengan “open mic”, setiap peserta berhak menyampaikan ide yang telah dimiliki di depan para hadirin. Presentasi harus meyakinkan, karena di sana juga berkesempatan untuk menemukan anggota tim guna merealisasikan ide tersebut.

Pada hari berikutnya, setelah tim terbentuk, para peserta akan difokuskan pada beberapa tahapan, mulai dari memvalidasi ulang ide mereka, diajarkan praktik metodologi Lean Startup dan pengembangan Minimal Viable Product. Setelah itu tim akan melakukan presentasi di hadapan para ahli yang dihadirkan. Beberapa di antaranya adalah Rui Wang (Pre-Sales and Consulting Manager Amadeus Asia), Augustine Merriska (Community and Impact Director Plus), dan Ria Templer (Founder Utama Spice).

Selama 54 jam para tim yang beranggotakan spesialis teknis dan non-teknis akan berpikir tentang produk mereka. didampingi oleh 12 mentor terpilih.

“Startup Weekends sangat menarik bagi Bali, karena pulau yang menakjubkan ini adalah titik fokus bagi pengusaha dan inovator muda dari seluruh dunia,” ujar Paul Spence salah satu veteran Startup Weekend.

Untuk informasi lebih lanjut seputar Startup Weekend Bali, kunjungi situs resminya di tautan: https://www.hubud.org/specialevents/startup-weekend-bali.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Startup Weekend Bali.

Pendekatan dalam Membangun dan Mengembangkan Produk Startup

Membangun dan mengembangkan sebuah produk memiliki cara dan pendekatan masing-masing. Sebuah produk bisa saja lahir dari pengelaman pribadi pendirinya atau dari pengalaman orang lain yang kemudian ditransformasikan menjadi sebuah ide  dan dieksekusi. Siklus pengembangannya bermacam-macam. Demikian juga dengan pengembangan ide menjadi sebuah produk.

Berikut beberapa pendekatan yang bisa dipakai untuk menemukan ide terbaik dan dieksekusi untuk bisa menghasilkan produk yang sesuai.

Membaca situasi

Kebanyakan orang tidak langsung mengungkapkan masalah yang mereka hadapi. Jika ingin mendapatkan masalah dan menghadirkan solusinya berusaha untuk lebih peka dalam membaca situasi dan masalah. Membaurlah dengan teman, keluarga, atau target pasar yang ingin disasar. Pahami apa yang mereka butuhkan dan inginkan. Jalin komunikasi dan hadirlah di posisi mereka agar bisa merasakan pengalaman langsung.

Ringkas dan validasi

Jika sudah menemukan gambara besar mengenai solusi yang ingin ditawarkan usahakan segera buat validasi. Untuk proses validasi ini, usahakan sediakan versi minimum dari gambaran besar yang didapat. Ini semacam meringkas ide besar menjadi sebuah ide yang lebih sederhana untuk bisa dipastikan bisa diterima pasar atau tidak.

Lemparkan versi beta ke pasaran

Selanjutnya untuk bisa mencari tahu minat terhadap solusi atau produk yang ditawarkan cek ombak bisa dilakukan dengan menghadirkan versi beta ke pasaran. Jika tidak ada yang tertarik pastikan segera mengubah haluan untuk mencari produk yang lebih diterima. Jika mendapat sambutan positif, pastikan untuk meminta umpan balik untuk mendapatkan sudut pandang pasar yang bisa jadi pertimbangan pengembangan selanjutnya.

Evaluasi

Evaluasi adalah bahan pokok untuk menjadikan sebuah produk lebih baik. Terlepas dari itu evaluasi juga dilakukan untuk menentukan apakah produk bisa menghasilkan dari segi pengalaman atau pun finansial bagi bisnis. Produk pada umumnya diputuskan untuk dilanjutkan pengerjaannya jika mendapatkan penerimaan yang bagus dari pasar. Selain mengembangkan produk yang harus dilanjutkan adalah bagaimana menghasilkan pundi-pundi rupiah dari produk tersebut.

Memilih Metode Riset Pengembangan Produk yang Tepat untuk Startup

Dalam proses inovasi, perlu diingat bahwa ide itu bersayap. Artinya, sebuah ide bisa datang dan terbang kapan pun, dan perlu ada yang ‘mengikatnya’. Agaknya beberapa startup secara tidak langsung menyadari bahwa ungkapan tersebut nyata. Maka banyak di antara mereka yang memilih ‘menyangkarkan’ ide tersebut dengan coretan-coretan di whiteboard atau sticky notes, atau langsung berbincang santai brainstorming bersama rekan-rekan kerja.

Namun, proses awal mengembangkan produk startup bukan hanya berdasar pada hasil focus group discussion di internal tempat kerja saja. Perlu adanya riset terukur yang melibatkan orang-orang atau calon user di luar perusahaan. Meski dengan gaya bekerja kasual, startup juga harus tetap disiplin berpaku pada data, bukan?

Riset pengembangan produk ini bisa berlangsung dengan beragam bentuk metode. Inilah tiga di antaranya yang bisa Anda coba!

A/B Testing

Sederhananya, A/B Testing ialah metode yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi sebuah masalah dari produk yang Anda kembangkan (misalnya, impression dari konten tulisan yang Anda bikin terhitung rendah), lalu berbasis hasil riset dan analisis, Anda menghadirkan hipotesis akar masalahnya.

Lalu setelahnya, Anda menjalankan variasi dari elemen masalah yang dimaksud, dan membandingkan hasil analisisnya kemudian (misalnya, mencoba memasukkan unsur video di dalam konten yang Anda kembangkan).

Clickstream Analysis

Metode ini memungkinkan Anda menjadi ‘pelacak jejak’ dari audiens produk Anda. Clickstream memperlihatkan langkah-langkah yang dipilih seorang visitor saat menjelajahi sebuah situs. Dalam laporan clickstream, Anda dapat dengan mudah melihat bagaimana seseorang dapat memasuki situs Anda, laman mana yang dia kunjungi, berapa lama ia berada di sana, sampai akhirnya dia pergi.

Dengan clickstream, Anda tidak perlu tebak-tebak buah manggis lagi terhadap apa yang dilakukan audiens kepada aplikasi atau situs Anda.

Polling dan Survey

Untuk riset kuantitatif, polling dan survei adalah metode yang paling umum dilakukan. Pertumbuhan penggunaan jejaring sosial dan Internet sekarang memudahkan Anda dalam mendapatkan sampel yang tak terbatas, seperti menggunakan Google Forms maupun Twitter Polls.

Jika Anda menyajikan pertanyaan yang terkonstruksi dengan baik kepada user yang tepat, survei boleh jadi merupakan metode riset paling terukur yang pernah ada.

Metode-metode riset di atas bukanlah satu-satunya cara untuk mengawali business and product development dari startup. Setelah mengetahui analisa SWOT dari startup yang Anda kelola, ada baiknya Anda memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan, untuk mengembangkan seluruh aspek yang ada dalam bisnis Anda.

Agar strategi pengembangan produk Anda lancar, DailySocial bekerja sama dengan Alibaba Cloud menghadirkan talkshow DS Class bertajuk Startup Starter Pack, pada hari Selasa 16 Mei 2017, pukul 18.00 WIB, di kantor DailySocial.

DS Class "Startup Starter Pack", presented by DailySocial and Aliyun
DS Class “Startup Starter Pack”, presented by DailySocial and Aliyun

Talkshow DS Class kali ini menghadirkan CSO Softinn Solutions Faustine Tan dan Business Development Manager Alibaba Cloud Leon Chen, dan akan dimoderatori oleh CEO DailySocial Rama Mamuaya.

Untuk para startup Founder, CEO, CMO, Head of Business Development, Product Manager, karyawan startup dan tech enthusiast, jangan sampai Anda melewatkan acara DS Class kali ini! Anda dapat mendaftarkan diri secara gratis melalui tautan berikut ini.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Alibaba Cloud.

Konferensi Agile Indonesia Akan Diselenggarakan untuk Pertama Kalinya

Penelitian yang dilakukan Standish Group mengungkapkan bahwa sekitar 60% proyek pengembangan perangkat lunak mengalami kegagalan dan diragukan kualitasnya. Salah satu penyebabnya adalah adanya proses yang sesuai dalam rangkaian proses pengembangan tersebut. Banyak penelitian yang mencoba memecahkan masalah tersebut, sehingga terlahir sebuah metode yang disebut Agile Software Development. Saat ini metode tersebut cukup umum digunakan, karena mampu menyajikan efektivitas dan hasil yang lebih terukur dalam proses pengembangan.

Untuk meningkatkan pemahaman tentang metodologi tersebut, Konferensi Agile pertama di Indonesia akan diselenggarakan. Tepatnya pada tanggal 12-13 Juli di Menara BTPN Jakarta. Puluhan pemateri ahli akan dihadirkan untuk berbagi tentang praktik terbaik dan strategi penerapan Agile Software Development dalam lingkungan bisnis. Konferensi ini juga memiliki visi untuk menyebarkan kesadaran, pengetahuan dan pengalaman tentang agile melalui perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia.

Di hari pertama konferensi, pembahasan akan difokuskan pada tema “Enterprise Agility”. Tema ini akan mengupas tentang leadership dan management dalam proses pengembangan perangkat lunak. Sedangkan hari kedua akan memfokuskan pada “Practitioner Day”, menghadirkan para praktisi untuk menceritakan praktik terbaiknya. Termasuk membahas tentang manajerial produk, scrum master, testing dan sebagainya.

“Tujuan kami adalah untuk berbagi dan menyebarkan ilmu tentang agile dan scrum di Indonesia. Kami mengadakan meetup setiap bulan di berbagai daerah di Indonesia dan memiliki komunitas aktif di Facebook. Kami juga memiliki lingkaran agile (pertemuan yang lingkupnya lebih kecil) dan grup Slack,” sambut perwakilan komunitas Agile Indonesia selaku penyelenggara konferensi ini.

Konferensi dini diharapkan dapat menjadi ajang bagi para profesional industri teknologi informasi untuk mendiskusikan ragam proses pengembangan perangkat lunak yang berkualitas. Bagi para profesional IT, manajer proyek perangkat lunak, manajer produk, programmer, tester dan komponen lainnya yang tertarik untuk mengikuti konferensi ini dapat segera mendaftarkan diri melalui laman resmi Konferensi Agile Indonesia http://2017.agileindonesia.org.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Konferensi Agile Indonesia.

Enam Cara Tepat Menjual Produk IoT

Teknologi Internet of Things (IoT) saat ini telah menunjukkan peningkatan dalam jumlah layanan, produk dan inovasi. Sudah banyak startup yang sejak awal konsisten menghadirkan layan IoT, seperti eFishery, DycodeX, Cubeacon, eMagic, Fox Logger dan masih banyak lagi. Meskipun terkesan mudah untuk diterapkan, namun hingga kini jumlah startup layanan IoT masih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan layanan e-commerce, on-demand hingga financial technology (fintech) di Indonesia.

Salah satu penyebab masih rendahnya jumlah pengembang IoT adalah sulitnya menawarkan hingga menjual produk tersebut ke pasar. Teknologi IoT kebanyakan memiliki fungsi untuk berbagai produk yang berbeda. Contohnya untuk industrial, pertanian hingga home appliance yang memanfaatkan sensor serta solusi untuk monitor. Beragamnya pilihan tersebut menjadi kendala tersendiri bagi layanan IoT untuk memasarkan produknya.

Agar layanan IoT bisa bekerja dengan baik, diperlukan kolaborasi dan koordinasi yang solid, terutama untuk tiga organisasi berikut, yaitu unit bisnis, IT, oprasional/engineering. Jika tiga hal tersebut diterapkan dengan baik, pembeli yang potensial akan tertarik untuk mencoba layanan IoT Anda.

Sebelum Anda meluncurkan produk IoT ke pasar, ada baiknya untuk mencermati 6 hal berikut agar produk Anda nantinya mudah dijual kepada target konsumen.

Memberikan solusi terbaik untuk korporasi

Apakah Anda menjual on-premise atau solusi IOT berbasis SaaS, tentukan dengan jelas posisi IT dan IoT cocok dalam konteks solusi IoT spesifik Anda. Ini akan membantu Anda memahami siapa pembeli utama, pembeli sekunder, peran IT dan berbagai fungsi bisnis lainnya.

Libatkan perusahaan digital, transformasi, dan perusahaan Inovasi

Dalam lingkungan pengadaan desentralisasi untuk solusi IoT, perusahaan dan kantor tersebut memiliki visibilitas dan pengaruh ke banyak inisiatif inovasi lintas fungsional (sering melibatkan kelompok fungsional yang sama dipengaruhi oleh solusi IoT Anda). Dukungan perusahaan tersebut mampu menghemat banyak waktu dan mengarahkan Anda ke arah yang benar.

Promosikan solusi layanan dalam berbagai kegiatan

Teknologi IoT telah memungkinkan semua kegiatan serta rutinitas yang ada menjadi lebih mudah. Agar produk IoT Anda bisa diterapkan dengan baik dan tepat, promosikan berbagai kegiatan terkait yang mampu menunjukkan bahwa IoT merupakan solusi terbaik untuk semua.

Berikan penawaran terbaik kepada pembeli

Solusi layanan IoT saat ini berada di antara IT, unit bisnis dan berbagai fungsi operasi. Pembeli tidak akan memiliki dukungan dan sumber daya untuk mencoba layanan secara langsung. Permudah proses tersebut dengan melakukan pertemuan dan kolaborasi internal. Mengidentifikasi sumber daya, dukungan, dan anggaran yang diperlukan dari tim lain. Menyediakan interface, sampel perjanjian hingga peranan yang sesuai.

Buat rencana penjualan untuk pengadaan (procurement)

Ini adalah keterlibatan penjualan yang lebih kompleks, dan membutuhkan interaksi dengan beberapa organisasi. Ciptakan dan rencanakan sumber daya yang ada dan dukungan sekitar agar siklus penjualan bertahan lama.

Bantu pembeli Anda memahami cara membelinya

Menggunakan proses pengadaan perusahaan dengan cara tradisional saat membeli solusi IOT dari startup tidak efektif, dan hanya akan meningkatkan risiko pembeli. Bantu pembeli potensial Anda dan kembangkan satu set baru praktik pengadaan (procurement) baru saat membeli solusi dari startups.