GoTo Catat Penyusutan Rugi Bersih dan EBITDA Disesuaikan di Q3 2023

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) merilis kinerja keuangan di kuartal III 2023 dengan mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan perbaikan pada EBITDA yang disesuaikan.

Dalam laporan ringkasannya, GoTo mengantongi total pendapatan bersih sebesar Rp10,5 triliun atau naik 7% (YoY) di sepanjang sembilan bulan 2023. Pendapatan ini terdiri dari lini Imbalan Jasa Rp6,2 triliun atau naik 42% (YoY), Imbalan Iklan Rp1,7 triliun atau turun 6% (YoY), dan Jasa Pengiriman Rp1,5 triliun atau naik 52% (YoY).

GoTo mengalami rugi bersih Rp9,5 triliun, tetapi menyusut 54% dari rugi Rp20 triliun di periode sama tahun lalu. Sementara, EBITDA yang disesuaikan juga ikut membaik 71% menjadi minus Rp3,7 triliun dari minus Rp12,8 triliun di periode sama tahun lalu.

Pada unit bisnis On-Demand, EBITDA yang disesuaikan menyusut 89% menjadi minus Rp458 miliar dari minus Rp4 triliun. Kemudian, EBITDA yang disesuaikan pada E-commerce menyusut 81% menjadi minus Rp974 miliar. Pada Financial Technology, EBITDA yang disesuaikan juga membaik 44% menjadi minus Rp1,4 triliun.

Direktur Utama GoTo Patrick Walujo mengatakan pencapaian GTV Grup sebesar Rp151,3 triliun atau tumbuh 5% dibandingkan kuartal sebelumnya. Realisasi GTV Grup yang sempat turun dua kuartal berturut-turut ini didorong oleh pertumbuhan unit bisnis E-Commerce dan On-Demand.

Faktor lainnya juga didorong oleh strategi GoTo memperluas pasar potensial (total addressable market/TAM) lewat pengembangan produk dan layanan untuk segmen yang sensitif terhadap harga. GoTo juga tengah menggenjot kelompok konsumen inti untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang, sekaligus menurunkan biaya pengiriman dengan memanfaatkan logistik in-house.

“Sinergi ekosistem yang semakin kuat ini menjadi keunggulan kami di tengah kompetisi yang semakin ketat. Grup GoTo akan terus beradaptasi secara taktis untuk mempertahankan kepemimpinan pasar kami, serta di saat yang sama terus berinvestasi untuk mendukung strategi bisnis jangka panjang Perseroan,” tuturnya.

Lebih lanjut, GoTo juga mencatat penurunan beban operasional tetap sebesar 19% dan biaya infrastruktur TI lebih dari 25%, yang menjadi bagian terbesar beban pokok pendapatan. Dengan penurunan biaya ini, total penghematan GoTo mencapai Rp2,5 triliun dalam bentuk penghematan beban operasional tetap dan beban cloud dan TI yang disetahunkan.

Langkah strategis dan efisiensi

Di sepanjang tahun ini, GoTo telah mengambil sejumlah langkah strategis untuk mendorong efisiensi bisnis dan mengejar profitabilitas, termasuk di antaranya melepas bisnis hiburan GoTix dan GoPlay pada Agustus lalu.

Selain itu, GoTo juga melepas GoPay menjadi aplikasi terpisah. Klaimnya, GoPay telah diunduh lebih dari 5 juta kali, di mana 50% dari pengguna yang bertransaksi di aplikasi GoPay adalah pengguna baru atau aktif kembali. Kemudian, seperempat di antaranya juga bertransaksi di Gojek atau Tokopedia.

Baru-baru ini, GoTo juga memperluas kolaborasinya dengan Bank Jago lewat peluncuran produk tabungan bersama. GoPay Tabungan by Jago disebut telah menarik 200 ribu pengguna dan mencatatkan lebih dari satu juta pengguna pasca-meluncur ke publik.

Selain itu, hampir 60% dari total loan book GoTo didanai oleh Bank Jago. Pihaknya menyebut akan terus meningkatkan skala penyaluran pinjaman dengan Bank Jago pada tahun ini.

Per 30 September 2023, GoTo memiliki kas, setara kas, dan deposito jangka pendek senilai Rp25,2 triliun. Perseroan menyebut tingkat penggunaan bersih kas (net cash burn) menurun 76% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, GoTo memiliki cukup modal untuk menjalankan bisnis dan mengeksekusi rencana selanjutnya.

Meski Telah Capai BEP di Q3 2023, Dekoruma Pilih Tunda IPO Menjelang Pemilu

Dekoruma sempat menargetkan IPO pada akhir 2023. Namun, rencana tersebut kemungkinan mundur karena perusahaan mempertimbangkan situasi pasar menjelang Pemilu pada awal 2024.

Co-Founder & CEO Dekoruma Dimas Harry Priawan mengungkap tengah gencar menambah offline presence di luar Pulau Jawa. Menurutnya, IPO menjadi opsi penggalangan dana yang nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan skala bisnis Dekoruma, termasuk ekspansi gerai.

“Dana pasti butuh karena kami mulai ekspansi ke luar kota juga. Namun, awal tahun depan tampaknya tidak kondusif untuk IPO. Bukan karena pasarnya tidak bagus ya, karena tahun politik. Jadi, kami wait and see dulu. Kami tidak buru-buru, investor juga sudah solid,” ungkap Dimas ditemui di Power Lunch GDP Venture, Selasa (24/10).

Dimas mengungkap bahwa Dekoruma sudah memiliki fundamental bisnis yang sehat sejak beberapa tahun lalu. Klaimnya, Dekoruma sudah mencapai break even di kuartal III 2023. Ia menargetkan break even satu tahun penuh dapat terealisasi di 2024.

Ditanya soal rencana penggalangan dana baru sebelum IPO, ia juga mengaku belum memikirkannya. “Bagi kami, fundraising saat ini untuk ekspansi, berbeda dengan 2-3 tahun lalu di mana modal digunakan untuk R&D dan survival. Kami sudah tahu arah [profitabilitas] ke mana, tetapi saat ini belum memikirkan soal fundraising.”

Dimas juga memberi sinyal untuk memperluas lini bisnisnya ke produk/jasa baru pada tahun depan. Fokusnya saat ini adalah memperkuat posisinya di segmen B2C alih-alih masuk ke pasar ke B2B atau wholesale.

Terakhir kali, Dekoruma mengumumkan pendanaan pada Agustus 2021 dengan perolehan $15 juta (sekitar Rp216,8 miliar). Investor yang terlibat antara lain Nexter Ventures by SCG Cement-Building Materials, KTB Network, termasuk investor terdahulu Global Digital Niaga (Blibli), OCBC NISP Ventura, dan Foundamental.

Tren omnichannel

Lebih lanjut, Dimas memaparkan bagaimana pendekatan omnichannel sangat diperlukan bagi bisnisnya. Dekoruma sejak awal beroperasi sebagai online marketplace untuk produk home & living. Pada 2019, Dekoruma bereksperimen untuk memasarkan produk lewat gerai offline.

“Mengapa offline? Pengalaman pembeli. Furnitur butuh dijajal atau dicoba, sedangkan [penjualan] online tidak akan bisa kasih itu. Saat pandemi, sales naik signifikan sehingga kami memutuskan investasi untuk buka gerai offline,” ujarnya.

Ini juga menjelaskan alasan gencarnya ekspansi Dekoruma ke luar Pulau Jawa selama beberapa tahun terakhir. Tingginya minar pasar baik dari segmen middle low maupun middle high di kawasan ini.

Pada 2022, Dekoruma membuka 16 toko di Jabodetabek. Kemudian, Dekoruma kembali menambah delapan gerai di sejumlah kota non-Jawa, termasuk Medan, Palembang, dan Makassar pada tahun ini. Menurut Dimas, ekspansi gerai offline berdampak terhadap menurunnya biaya marketing dibandingkan dulu saat masih full online.

“Ekspansi offline di luar kota sangat challenging dari sisi rantai suplai dan operasional. Jadi, kami tidak asal buka. Kalau makroekonomi tidak bagus, berimbas ke bisnis kami.” Tutupnya

Application Information Will Show Up Here

Fore Coffee Pertajam Strategi Bisnis untuk Capai Profitabilitas

Startup coffee chain Fore Coffee belum lama ini membongkar pencapaian EBITDA positif pada kuartal III 2021. Salah satu faktor kunci kinerja positif ini adalah pemangkasan anggaran promosi hingga 50%. Fore menyebut tren pemangkasan ini berlanjut di 2022 sebesar 30%, dan ditargetkan mencapai 20%-30% di 2023.

Selain itu, pihaknya mengungkap sekitar 50% gerai non-fungsi terhantam badai pandemi pada 2020-2021. Hal ini disebabkan oleh perubahan supply & demand, supply chain, serta proses produksi dan distribusi kopi. Situasi tersebut mendorong para pemain coffee chain untuk mengembangkan berbagai inovasi agar tetap bertahan.

Di bawah kepemimpinan Co-Founder & CEO Fore Coffee Vico Lomar, perusahaan banyak melakukan peninjauan strategi. Ia kembali mengarahkan fokus pada bisnis inti yang menyediakan produk makanan dan minuman berkualitas sesuai selera konsumen.

Memasuki tahun ke-5 beroperasi, Vico memaparkan tiga langkah strategis yang jadi kunci keberhasilan Fore Coffee dalam memperluas jangkauan dan layanan guna capai profitabilitas usaha, yaitu mendorong kualitas produk unggulan dengan inovasi Litbang, mengoptimalkan kinerja sumber daya manusia bermutu, serta menargetkan pembukaan gerai terbaru.

Hingga saat ini, Fore Coffee telah memiliki 134 gerai di Jabodetabek, wilayah pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Fore akan menambah sekitar 75 gerai dan merambah kota-kota mid-size sehingga bisa mengoperasikan total sekitar 200 gerai hingga akhir 2023.

“Cita-cita kami adalah Fore Coffee bisa menjadi satu brand yang dicintai dan dipercayai oleh konsumen Indonesia. Goal ini tampak sederhana tapi memerlukan komitmen yang luar biasa dari semua elemen perusahaan. Dengan asas keterbukaan dan transparansi serta giat berinovasi demi kepuasan pelanggan, niscaya cita-cita tersebut dapat tercapai,” kata Vico.

Fore juga melakukan reposisi citra brand menjadi minuman trendi yang ramah kantong. Perusahaan menghadirkan produk minuman musiman sembari mendorong produk unggulan mereka.

Matthew Ardian, CMO Fore Coffee, mengungkapkan dalam keterangan resmi, Fore Coffee tampil dengan pendekatan brand yang berbeda dari pemain kopi lainnya. Hal ini mendorong persepsi kebanyakan masyarakat bahwa Fore Coffee adalah brand kopi premium lokal. Persepsi inilah yang ingin diluruskan oleh perusahaan.

“Di awal 2022, kami mempertajam posisi kami bukan untuk dikenal sebagai pemain premium, tetapi sebagai power house brand kopi terkemuka yang menyajikan produk essential, berbeda, berkualitas terbaik, serta disukai masyarakat, karena kami paham konsumen berhak disajikan produk yang lebih baik,” Jelas Matthew.

Beberapa produk unggulan Fore Coffee di sepanjang 2022 termasuk Aren Latte, Pandan Latte, dan Butterscotch Sea-Salt Latte. Produk-produk ini diklaim membawa brand Fore masuk ke jajaran TOP 5 Brand dengan top of mind tertinggi di Indonesia.

“Sepanjang 2022, Fore Coffee banyak melakukan firsts, mulai dari lini minuman untuk anak-anak bernama Fore Junior, lini Fore Deli, hingga kolaborasi dengan brand gaya hidup premium seperti Grab, Laneige, Green Rebel hingga Oma Elly. Semua peluncuran ini dikemas dengan pemasaran digital-centric yang kekinian,” tambah Matthew.

Pemasaran organik

Lebih lanjut, pihaknya memaparkan peran pokok pemasaran dalam mendukung Litbang dan operasional. Selain mengerti aspirasi dan inspirasi konsumen Indonesia, pemasaran berperan dalam menjembatani aspirasi dengan ragam inovasi produk yang diinginkan masyarakat.

Targetnya adalah menjalankan pemasaran secara organik dan berkelanjutan di 2023. Tingginya akuisisi pelanggan baru secara offline atau online adalah bentuk kontribusi penajaman citra brand. Selain itu, perusahaan juga aktif melakukan kampanye tiap bulannya. Hal ini berbuah konsumen yang juga aktif menyebarkan konten melalui jaringan media sosial.

Berdasarkan riset yang dilakukan bersama pihak ketiga, Fore Coffee mengalami lonjakan tingkat kepuasan dan NPS (Net Promoter Score) sebanyak 23% serta menempatkan Fore Coffee sebagai peraih NPS tertinggi diantara brand lainnya di Indonesia.

“Produk minuman unggulan kami adalah instrumen promosi paling efektif. Produk tersebut telah berhasil jadi pembawa pesan kualitas produk yang Fore Coffee sajikan kepada masyarakat Indonesia. Itu sebabnya fokus kami terletak pada Litbang Produk yang intensif dan berkelanjutan sehingga dapat menciptakan tren baru, dan dapat memperkenalkan produk-produk baru yang akan jadi kegemaran masyarakat.”  Tutup Vico.