Riot Games dan Tencent Siapkan Skena Esports Wild Rift di Tiongkok, Gucci dan Lexus Kerja Sama dengan 100 Thieves

Minggu lalu, Gen.G mengumumkan bahwa mereka akan memperluas kerja sama dengan PUMA. Sekarang, kolaborasi mereka akan melibatkan tim VALORANT di Amerika Utara. Selain itu, 100 Thieves juga mengumumkan kolaborasi mereka dengan Lexus serta Gucci. Sementara EA dan Respawn mengungkap, jika keadaan memungkinkan, mereka akan menggelar turnamen esports Apex Legends secara offline pada tahun depan.

Tencent dan Riot Games Bakal Kembangkan Skena Esports Wild Rift di Tiongkok

League of Legends: Wild Rift belum dirilis secara resmi di Tiongkok. Meskipun begitu, Riot Games dan Tencent sudah menyiapkan skena esports dari mobile MOBA tersebut. Dot Esports menyebutkan, peluncuran Wild Rift telah disetujui oleh National Press and Publication Administration (NPPA) pada Februari lalu. Namun, belum diketahui kapan mobile game itu akan dirilis. Satu hal yang pasti, game tersebut akan dirilis oleh Tencent.

Di Tiongkok, Tencent dan Riot Games membuat perusahaan joint venture yang bernama TJ Sports. Perusahaan itu bertanggung jawab untuk mengadakan League of Legends Pro League (LPL). Bulan lalu, TJ Sports mengungkap bahwa mereka sudah menyiapkan rencana untuk mengembangkan ekosistem esports Wild Rift — yang dikenal dengan nama League of Legends Mobile — di Tiongkok. Ekosistem esports Wild Rift di Tiongkok akan terdiri dari tiga bagian: yaitu jalur influencer, jalur LPL, dan kompetisi nasional. Untuk jalur LPL, 16 tim yang ikut serta dalam LPL akan bisa saling bertanding dengan satu sama lain untuk mendapatkan 5 slot yang tersedia di kompetisi nasional.

100 Thieves Kerja Sama dengan Lexus

Organisasi esports asal Amerika Utara, 100 Thieves, baru saja menandatangani kerja sama dengan perusahaan otomotif, Lexus. Dengan ini, nama Content House milik 100 Thieves akan diubah menjadi Lexus Content House. Selain itu, Lexus dan 100 Thieves juga akan bekerja sama dalam membuat konten digital. Proses pembuatan konten digital itu akan ditangani oleh Rachell “Valkyrae Hofstetter dan Leslie “Fuslie” Fu. Keduanya juga akan menjadi brand ambassador dari Lexus.

Lexus resmi jadi rekan 100 Thieves.

“Lexus melihat ada hubungan yang otentik antara perusahaan otomotif dengan gaya hidup premium. Kami senang karena bisa menemukan rekan dengan visi yang sama seperti 100 Thieves,” kata Vinay Shahani, Vice President of Marketing, Lexus, seperti dikutip dari Esports Insider. “Melalui kolaborasi ini, kami bertujuan untuk mengejutkan dan memuaskan komunitas 100 Thieves dengan konten inovatif.”

100 Thieves Kolaborasi dengan Gucci

Selain dengan Lexus, 100 Thieves juga mengumumkan kolaborasi mereka dengan merek fashion mewah, Gucci, pada minggu lalu. Sebagai bagian dari kerja sama ini, Gucci dan 100 Thieves akan merilis beberapa produk fashion, termasuk kaos Rugby, jersey, dan hoodie. Produk utama dari kolaborasi antara Gucci dan 100 Thieves adalah tas berwarna merah yang terbuat dari bahan yang ramah lingkungan dan bisa didaur ulang.

Produk utama dari kerja sama 100 Thieves dengan Gucci.

Bersamaan dengan peluncuran sejumlah produk kolaborasi ini, Gucci meluncurkan program marketing yang melibatkan tujuh kreator konten terbaik dari 100 Thieves, seperti Valkyrae, Neekolul, BrookeAB, Nadeshot, CouRageJD, Yassuo, dan Kris London. Program itu juga melibatkan dua pemain profesional dari 100 Thieves, yaitu Kenny dan Ssumday, lapor Man of Many.

Kolaborasi Gen.G dengan PUMA Kini Cakup Tim Amerika Utara

Gen.G mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan kerja sama mereka dengan sportswear PUMA. Sebagai bagian dari kerja sama ini, PUMA akan membuat jersey untuk semua tim dan kreator konten Gen.G, termasuk pemain VALORANT dan kreator konten di Amerika Serikat. Pada awalnya, kolaborasi antara Gen.G dan PUMA hanya melibatkan tim-tim di Korea Selatan.

Kolaborasi PUMA dan Gen.G kini juga akan melibatkan tim Amerika Utara.

Kerja sama antara Gen.G dan PUMA dimulai pada Juni 2020. Saat itu, PUMA membuat jersey untuk tim PUBG dan League of Legends dari Gen.G. Dua tim itu sama-sama bermarkas di Korea Selatan. Pada Oktober 2020, PUMA dan Gen.G membuat jersey edisi terbatas untuk League of Legends World Championship 2020, menurut laporan Esports Insider.

Kompetisi Apex Legends Bakal Diadakan Offline dengan Hadiah Sebesar US$5 Juta

EA dan Respawn Entertainment bakal menggelar liga untuk Apex Legends secara offline pada tahun depan. Turnamen resmi untuk Apex Legends itu akan menawarkan total hadiah sebesar US$5 juta, dua kali lipat dari total hadiah kompetisi Apex Legends tahun ini. Selain pertandingan antara para pemain profesional, kompetisi Apex Legends itu juga akan menyertakan lomba cosplay serta pertandingan antara pemain profesional dan amatir.

Tahun ini, Apex Legends Global Series (ALGS) telah dimulai pada Juni 2021. Kompetisi yang menawarkan total hadiah US$2,5 juta itu diikuti oleh 170 tim Apex Legends terbaik dari seluruh dunia. ALGS dianggap cukup sukses. Buktinya, pertandingan final untuk kawasan Amerika Utara dari ALGS Championship mendapatkan Average Minute Audience (AMA) sebanyak 180 ribu, yang merupakan rekor dalam sejarah viewership ALGS.

EVOS Esports Ungkap Kolaborasi dengan PUMA

Organisasi esports besar asal Indonesia EVOS Esports baru saja mengumumkan kolaborasi terbarunya dengan brand apparel ternama asal Jerman PUMA. Kerja sama ini pertama kali diumumkan melalui kanal YouTube EVOS Esports dengan video berdurasi 50 detik bertemakan #PlayHarder.

Walaupun begitu, kolaborasi ini hanya mencakup divisi EVOS Esports MY/SG (Malaysia dan Singapura). Belum ada informasi lebih lanjut tentang mengapa kerja sama ini tidak mencakup “markas besar” EVOS Esports di Indonesia.

Koleksi merchandise kolaborasi dari kedua merek raksasa ini meliputi tracksuit, kaos, serta sejumlah pakaian lifestyle seperti jogger pants, topi, dan jaket. Penggemar yang membeli koleksi terbaru EVOS Esports dengan PUMA ini akan mendapatkan kode khusus yang dapat ditukarkan dengan item eksklusif di game Mobile Legends: Bang Bang, yaitu EVOS Emote.

“Kami sangat senang dapat berkolaborasi dengan merek global seperti PUMA, yang benar-benar memahami value bisa terhubung dengan generasi muda melalui esports.

Kami menantikan kolaborasi yang bermakna bersama dan memperdalam kecintaan merek dan menciptakan kesadaran yang lebih besar tentang PUMA dengan audiens esports yang cerdas.” Ujar Ivan Yeo, Co-Founder dan CEO EVOS Esports dalam keterangan pers.

Dengan ini, PUMA akan bergabung dengan merek-merek non-endemik esports lainnya yang telah terlebih dahulu menggandeng tim bertagar #EVOSRoar ini. Beberapa brand yang telah terlebih dahulu bekerja sama dengan EVOS meliputi produk grooming pria AXE, perusahaan keuangan global VISA, dan e-commerce asal Singapura Lazada.

Steven Tan, Country Manager PUMA Malaysia berkata, “kami sangat senang bekerja sama dengan EVOS Esports dalam kemitraan produk ini. Bekerja dengan EVOS Esports adalah cara yang bagus tentang bagaimana tim PUMA regional dapat terlibat dengan esports dan game secara bermakna di tingkat lokal. Melalui kemitraan produk dengan EVOS Esports, kami percaya bahwa PUMA akan terus memimpin dalam mempopulerkan pertumbuhan industri ini. ”

Selain EVOS Esports, PUMA juga telah malang melintang di ranah esports dengan menggandeng organisasi besar, meliputi Cloud9, Gen.G, FunPlus Phoenix, dan masih banyak lagi. Bahkan PUMA juga tidak segan-segan merilis produk edisi spesial dalam rangka gelaran Kings Pro League di China dan kolaborasi sneakers dengan Cloud9.

14 Kolaborasi antara Brand Apparel dan Esports di Indonesia ataupun Dunia

Popularitas esports membuat banyak merek non-endemik tertarik untuk menjajaki dunia competitive gaming, mulai dari merek snack, perbankan, sampai otomotif. Merek pakaian, baik lokal maupun internasional, juga mulai aktif di dunia esports. Berikut beberapa merek pakaian dan sepatu lokal yang pernah bekerja sama dengan organisasi esports di Indonesia.

Thanksinsomnia

EVOS Esports menggandeng Thanksinsomnia pada Juli 2019. Ketika itu, EVOS mengungkap, alasan mereka bekerja sama dengan merek streetwear tersebut adalah karena mereka ingin dikenal tidak hanya sebagai tim esports, tapi juga brand lifestyle. Kaos menjadi salah satu produk hasil kolaborasi keduanya. Mereka juga membuat jaket hoodie. Mohan Hazian, pendiri Thanksinsomnia mengaku, mereka bersedia bekerja sama dengan EVOS karena mereka memang ingin merilis produk bertema esports.

Jaket hoodie hasil kolaborasi EVOS dengan Thanksinsomnia.
Jaket hoodie hasil kolaborasi EVOS dengan Thanksinsomnia.

W. Essentiels

Thanksinsomnia bukan satu-satunya merek streetwear yang digandeng oleh EVOS. W. Essentiels jadi merek streetwear lain yang juga digandeng oleh EVOS untuk membuat merchandise bersama. Bersama, EVOS dan W.Essentiels membuat dua kaos dan juga dua jaket hoodie. W. Essentiels sendiri merupakan merek asal Bandung yang didirikan pada 2010.

Urbain Inc

Tentu saja, EVOS bukan satu-satunya organisasi esports Tanah Air yang digandeng oleh merek apparel lokal. RRQ mengumumkan kerja samanya dengan Urbain Inc pada Oktober 2019. Kolaborasi yang bertema Vs Everybody ini ditujukan untuk “merangkul komunitas” di Indonesia. Salah satu hasil kerja sama antara Urbain Inc. dan RRQ adalah kaos. Selain itu, mereka juga membuat jaket hoodie.

Never Too Lavish (NTL)

Merek Never Too Lavish sempat ramai dibicarakan karena jaket denim buatan mereka digunakan oleh Presiden Joko Widodo. Pada 2020, mereka bekerja sama dengan Team Elvo. Kolaborasi tersebut diprakarsai oleh Andrew Tobias, pendiri Team Elvo. Dia mengungkap, alasannya menggandeng NTL adalah karena dia ingin para pemain Team Elvo tampil keren. Sementara Never Too Lavish tertarik untuk bekerja sama dengan Team Elvo karena misi dari organisasi esports tersebut.

“Mereka membawa konsep pemain harus tampil keren, harus benar baik dari sisi penampilan maupun disiplin,” kata pendiri Never Too Lavish, Bernhard “Hardthirteen” Suryaningrat, lapor Kompas. “Kami siap untuk menjadi pionir dari reformasi itu untuk scene gaming Indonesia.”

Selain itu, Never Too Lavish juga pernah bekerja sama dengan RVL Goods untuk melakukan lelang sepatu. Hasil dari pelelangan itu kemudian disumbangkan melalui Yayasan Sahabat Veteran Indonesia untuk membantu para veteran perang. Kolaborasi tersebut diadakan dalam rangka menyambut Hari Pahlawan pada 2019.

NAH Project

NAH Project menjadi salah satu merek sneakers lokal yang ikut aktif di scene esports. Bersama EVOS Esports, mereka membuat dua sneakers yang dinamai Legendary dan Coraggio. Dan meskipun NAH Project dikenal sebagai merek sneakers, mereka juga membuat produk-produk lain sebagai bagian dari kerja sama dengan EVOS, seperti kaos dan jaket.

KITC

KITC mengumumkan kerja samanya dengan ONIC Esports pada Agustus 2020. Hasil kolaborasi antara kedua merek ini beragam, mulai dari patch, masker, dan gantungan kunci sampai kaos, slingbag, dan jaket. Menariknya, KITC tidak  secara gamblang menampilkan nama atau ikon ONIC dalam produk-produk mereka. Sebagai gantinya, produk-produk tersebut menampilkan slogan khas PUBG Mobile, seperti “Winner Winner Chicken Dinner”.

Brodo

Selain NAH Project, Brodo menjadi merek sepatu lokal lain yang pernah menggandeng organisasi esports. Pada Desember 2020, mereka memamerkan sepatu edisi terbatas hasil kerja sama dengan ONIC Esports. Mereka mengklaim, sepatu ONIC x BRODO itu telah dirancang secara khusus untuk para penggemar esports dan fashion.

Esports tak hanya game atau olahraga, tapi sudah menjadi budaya dan gaya hidup untuk Gen-Z,” kata CEO ONIC Esports, Shawn Liem, dikutip dari HAI. “Karya kolaborasi kami dengan Brodo kami persembahkan sebagai bentuk apresiasi dan inspirasi agar para SONIC selalu berani melangkah dan terus maju ke depan bersama kami.”

Sepatu BRODO x ONIC.
Sepatu BRODO x ONIC.

Tren kerja sama antara merek pakaian atau sepatu dengan organisasi espots tak hanya terjadi di Indonesia. Di tingkat global pun, ada banyak merek sportswear dan luxury fashion yang menjadi sponsor atau rekan dari para pelaku dunia esports. Berikut beberapa merek pakaian dan sepatu ternama yang telah masuk ke dunia esports.

Adidas

Perusahaan asal Jerman ini telah aktif di dunia esports sejak 2018. Ketika itu, mereka menggandeng North, organisasi esports asal Nordik. Melalui kerja sama ini, Adidas menyediakan pakaian untuk para pemain North, yang akan dikenakan saat para pemain bertanding dan melakukan streaming, menurut laporan Esports Insider.

Selain itu, Adidas juga pernah bekerja sama dengan organisasi esports Prancis, Team Vitality untuk membuat sneakers edisi terbatas. Pada 2019, Adidas dan Team Vitality merilis sneakers yang dinamai VIT.01. Pada Desember 2020, mereka memperkenalkan sneakers edisi terbatas baru, yaitu VIT.02. Selain itu, mereka juga meluncurkan sepatu bertema Dragon Ball Z, X9000L3.

Nike

Sama seperti Adidas, Nike mulai aktif di dunia esports pada 2018. Mereka memasuki dunia esports ketika mereka membuat kontrak endorsement dengan Jian “Uzi” Zihao, salah satu pemain League of Legends di tim Tiongkok, Royal Never Give Up. Selain itu, Nike Tiongkok juga menjadi rekan resmi dari Laegue of Legends Pro League di Negeri Tirai Bambu tersebut. Di luar Tiongkok, mereka menjalin kerja sama dengan FURIA, organisasi esports asal Brasil, dan Vodafone Giants, yang berasal dari Spanyol. Tak hanya itu, mereka juga menjadi sponsor pakaian untuk SK Gaming asal Jerman serta T1 dari Korea Selatan.

Jian "Uzi" Zihao. | Sumber: Esports Observer
Jian “Uzi” Zihao. | Sumber: Esports Observer

Puma

Puma mulai tertarik untuk masuk ke dunia esports pada 2019. Sejauh ini, mereka sudah menggaet beberapa organisasi esports ternama, seperti Cloud9 dan Gen.G Esports. Pada awalnya, kerja sama Puma dengan Cloud9 hanya mencakup tim League of Legends mereka. Kemudian, Puma bersedia untuk membuat pakaian dari semua pemain Cloud9. Bersama Cloud9, Puma juga membuat koleksi pakaian khusus yang bisa dibeli oleh masyarakat luas. Sementara itu, salah satu bentuk kerja sama Puma dan Gen.G adalah membuat merchandise bersama.

Louis Vuitton

Kerja sama Louis Vuitton dengan Riot Games pada 2019 menjadi kali pertama merek luxury fashion itu masuk ke dunia esports. Melalui kerja sama itu, Louis Vuitton setuju untuk membuat trophy case dari Summoner’s Cup, trofi yang didapatkan oleh pemenang League of Legends World Championship. Selain itu, Louis Vuitton juga membuat koleksi pakaian bertema League of Legends.

Gucci

Mengikuti jejak Louis Vuitton, Gucci mulai masuk dunia esports pada 2020. Merek luxury fashion asal Italia itu menggandeng Fnatic, organisasi esports asal Inggris. Hasil kolaborasi mereka berupa jam tangan yang “terinspirasi dari Fnatic”. Walau dihargai £1,150 (sekitar Rp22 juta), jam tangan itu terjual habis.

Jam tangan Gucci yang terinspirasi oleh Fnatic.
Jam tangan Gucci yang terinspirasi oleh Fnatic.

Under Armour

Under Armour menandatangani kerja sama dengan organisasi esports asal Singapura, Team SMG, pada September 2020. Melalui kerja sama ini, para pemain Team SMG akan mengenakan pakaian bermerek Under Armour. Saat ini, Team SMG punya roster yang berlaga di Mobile Legends: Bang Bang, PUBG Mobile, dan Valorant.

Kappa

Kappa pertama kali masuk ke dunia esports pada 2019 dengan menggandeng organisasi esports asal Inggris, Vexed Gaming. Melalui kerja sama itu, Kappa menyediakan pakaian untuk para pemain Vexed Gaming, yang digunakan baik ketika mereka bertanding atau dalam keseharian mereka. Selain itu, keduanya juga membuat koleksi pakaian yang bisa dibeli oleh para fans.

Pada 2020, Kappa lalu bekerja sama dengan tim Dota 2 Tiongkok, Royal Never Give Up. Sejak saat itu, mereka juga aktif mendukung berbagai pelaku esports lain, mulai dari MAD Lions, London Esports, Audacity Esports, sampai ESL Premiership.

Sumber header: Daily Esports

Merek Sportswear Kini Semakin Minati Esports

Rudolf Dassler dan Adolf Dassler adalah dua bersaudara asal Jerman yang mendirikan pabrik sepatu bersama. Sayangnya, pada 1948, keduanya memutuskan untuk berpisah dan mendirikan perusahaan masing-masing. Rudolf Dassler membuat Puma dan Adolf Dassler Adidas. Meskipun Adidas dan Puma tak lagi dipimpin oleh seorang Dassler, persaingan kedua perusahaan sportswear tersebut masih kental. Pada 1964, Nike didirikan dan menjadi pesaing baru dari Adidas dan Puma.

Merek sportswear biasanya mengajak kerja sama atlet olahraga ternama. Misalnya, Nike dengan Cristiano Ronaldo. Seiring dengan berkembangnya esports, merek-merek sportswear seperti Adidas, Nike, dan Puma juga mulai tertarik untuk berkolaborasi dengan organisasi esports. Pada 2019, Adidas membuat sneaker khusus untuk Team Vitality. Sementara Nike menjadi sponsor dari liga League of Legends di Tiongkok. Tak mau kalah, Puma bekerja sama dengan Cloud9 untuk membuat koleksi pakaian bagi gamer.

“Bukan hal yang aneh jika kami memasuki ranah esports,” kaat Matt Shaw, Team Head of Digital Marketing and Esports, Puma, seperti dikutip dari Esports Insider. “Kami memang perusahaan olahraga, tapi kami juga peduli pada tren budaya di masyarakat. Karena itu, kami memerhatikan apa yang konsumen kami sukai. Salah satu hal yang konsumen kami paling skai adalah bermain game.”

Pandemi pada 2020 tidak menghentikan Adidas, Nike, maupun Puma untuk menyelami dunia esports lebih dalam. Pada tahun ini, Nike menandatangani kerja sama dengan T1 Sports & Entertainment serta SK Gaming. Sementara Puma menggandeng Gen.G, yang merupakan rival lama dari T1 di liga League of Legends Korea Selatan.

“Definisi dari kata ‘olahraga’ terus berubah,” ujar Shaw. “Merek olahraga tidak lagi harus membatasi diri mereka ke olahraga tradisional. Kelebihan Puma sebagai merek adalah karena kami juga terlibat dalam budaya musik, hiburan, dan internet.”

Merek sportswear biasanya peduli akan tren budaya di masyarakat. Sekarang, semakin banyak atlet dan organisasi olahraga yang terjun ke dunia esports, seperti Gareth Bale yang membentuk organisasi esports Ellevens Esports atau Juventus yang bekerja sama dengan Astralis Group. Jadi, tidak heran jika merek-merek sportswear seperti Adidas, Nike, dan Puma juga serius dalam memasuki ranah esports.

sportswear esports
Puma bekerja sama dengan Cloud9 untuk membuat koleksi pakaian.

“Saat ini, industri esports punya ruang yang cukup besar sehingga merek-merek sportswear besar tidak saling bertabrakan dengan satu sama lain,” kata Shaw. Dia merasa, esports masih memerlukan investasi dari semua merek sportswear untuk dapat berkembang. “Salah satu tantangan terbesar bagi merek sportswear adalah untuk meyakinkan masyarakat awam bahwa esports merupakan olahraga.”

Untungnya, esports memang semakin diakui sebagai olahraga. Tak hanya itu, esports juga semakin dikenal oleh masyarakat umum. Pasalnya, selama pandemi, banyak kompetisi olahraga yang dibatalkan dan digantikan oleh pertandingan esports.

“Sejak pandemi, masyarakat semakin menerima esports dan gaming,” kata Gina Chung Lee, VP of Brand, Gen.G. “Tren yang muncul akan tumbuh semakin cepat karena semua orang harus tetap di rumah akibat pandemi. Dan banyak dari tren itu yang akan bertahan, termasuk kolaborasi antara industri gaming, esports, musik, dan fashion. Akan semakin banyak kerja sama tak terduga yang muncul antara pelaku keempat industri itu saat orang-orang menyadari kesamaan antara industri-industri tersebut.”

Gen.G Kerja Sama dengan Puma untuk Buat Merchandise Baru

Perusahaan sportswear asal Jerman, Puma, baru saja menandatangani kontrak kerja sama dengan tim esports asal Korea Selatan, Gen.G. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai kontrak tersebut. Satu hal yang pasti, kerja sama antara Puma dan Gen.G akan berjalan selama lebih dari satu tahun. Melalui kerja sama ini, Puma akan menyediakan jersey untuk atlet profesional dan streamer dari Gen.G. Tim pertama yang mendapatkan jersey dari Puma adalah tim League of Legends Gen.G yang berlaga di League of Legends Champions Korea (LCK).

“Saya bangga karena Gen.G menjadi rekan esports pertama Puma di Asia,” kata Chief Operating Officer Gen.G, Arnold Hur, seperti dikutip dari Inven Global. “Melalui kerja sama dengan Puma, saya tidak sabar untuk melihat kolaborasi antara pelaku esports, fashion, dan gaya hidup. Meskipun sekarang adalah waktu yang sulit bagi semua orang, industri esports masih akan terus tumbuh dan Gen.G akan memimpin jalan untuk menumbuhkan dan mempopulerkan industri esports.”

Melalui kerja sama ini, Puma dan Gen.G juga akan berkolaborasi untuk membuat merchandise berupa pakaian dan aksesori yang akan bisa dibeli oleh masyarakat. Sebelum ini, Puma juga telah menjalin kerja sama dengan organisasi esports lain. Pada 2019, Puma berkolaborasi dengan Cloud9, khususnya dengan tim League of Legends mereka yang berlaga di liga Amerika Utara. Perjanjian kerja sama keduanya lalu diperluas sehingga mencakup semua tim esports Cloud9, kecuali tim Overwatch League, London Spitfire.

“Gen.G adalah salah satu pemimpin di industri esports dan kami sangat senang karena dapat bekerja sama dengan mereka,” kata Head of Puma Korea, Rasmus Holm. “Kami akan bekerja sama untuk terus mendukung industri esports dengan menyediakan produk dan layanan terbaik bagi para pemain profesional, streamer, dan fans.”

Saat ini, Gen.G telah menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan dan organisasi. Pada Maret 2020, mereka baru saja menandatangani kontrak dengan dealer Mercedes-Benz di Korea Selatan. Sementara pada tahun lalu, mereka telah bekerja sama dengan University of Kentucky, Bumble, serta LA Fitness dan Simple Habit.

Puma Rilis Sepatu Gaming Seharga Rp1,5 Juta Tanpa RGB

Pabrikan sepatu asal Jerman, Puma, meluncurkan sepatu khusus gamingSepatu ini dijual seharga AU$160 atau sekitar Rp1,5 juta. Memang sudah banyak merek-merek olahraga yang ingin terjun ke industri Esports. Adidas telah menandatangani kontrak dengan streamer Richard “Ninja” Tyler Blevins. Nike telah meluncurkan jersey gaming. Sejarahnya, esports memang sering dikaitkan dengan olahraga. Sedangkan tujuan dari apparel di olahraga adalah membuat sang atlet merasa nyaman saat bertanding sehingga dapat menghasilkan performa terbaiknya.

Setiap olahraga memiliki desain sepatu yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan yang atletnya masing-masing. Pada desain sepatu basket, ada yang disebut ankle support. Guna mencegah pergelangan kaki terkilir ketika bermanuver di lapangan. Sepatu khusus olahraga lari memiliki desain rajutan atau knit. Desain tersebut berguna untuk meringankan beban yang dirasakan oleh penggunanya ketika berlari.

Sumber: Website Puma Australia
Sumber: Website Puma Australia

Di halaman websitenya, Puma menjabarkan fitur yang dimiliki sepatu khusus gaming tersebut.

FEATURES & BENEFITS

  • Medial wrap-up grip in SEEK mode
  • Lateral wrap-up support in ATTACK mode
  • Heel wrap-up stability in CRUISE and DEFENSE mode

Puma mendesain sepatu ini untuk berbagai macam mode bermain. Selain fitur, Puma juga menceritakan tujuan dibuatnya sepatu ini. “Diciptakan untuk console gamer. Dirancang untuk keperluan indoor dan di dalam arena, memberikan kenyamanan dan daya cengkram guna para gamers bisa beradaptasi di kondisi active gaming modes yang berbeda.”

Sumber: Website Puma Australia
Sumber: Website Puma Australia

Desainnya lebih seperti kaus kaki ketimbang sepatu, yang sepertinya tidak akan bertahan di luar ruangan. Memang terlihat nyaman dengan desain knit yang akan memberikan kesan fit di kaki. Sepatu ini juga punya outsole yang memberikan grip dengan lantai akan menjaga kaki kita tidak tergelincir saat bermain. Sayangnya, meski diberi embel-embel gaming, sepatu ini tidak dilengkapi dengan semarak lampu RGB ataupun sistem water-cooling.

Belum ada yang terpikir sebelumnya untuk membuat sepatu khusus gaming. Mungkin saja gerakan Puma kali ini akan membuat merek olahraga lain untuk meluncurkan sepatu khusus gaming juga.

Sebelumnya, Puma juga berkolaborasi dengan Playseat merancang kursi gaming yang dibanderol dengan harga US$254 atau setara dengan Rp3,5 juta.

Bersama Cloud9, Puma akan Buat Koleksi Pakaian untuk Gamer

Puma memasuki ranah esports pada Januari 2019 dengan bekerja sama dengan Cloud9. Melalui kerja sama tersebut, Puma menjadi penyedia pakaian dan sepatu untuk tim Cloud9 yang bertanding di League of Legends Championship Series (LCS). Ketika itu, pihak Cloud9 menyebutkan, tidak tertutup kemungkinan, mereka akan memperluas kerja sama ini. Dan sekarang, Puma mengumumkan bahwa mereka akan membuat koleksi pakaian untuk gamer bersama Cloud9. Menurut laporan CNBC, koleksi pakaian ini akan memiliki harga mulai dari US$25 US$75. Di Indonesia, tim esports yang telah melakukan ini adalah EVOS Esports, yang bekerja sama dengan Thanksinsomnia.

Puma bukan satu-satunya merek sportswear yang bekerja sama dengan pelaku industri esports. Sebelum ini, Nike menjadi sponsor liga League of Legends di Tiongkok selama empat tahun. Sementara Adidas bekerja sama dengan Tyler “Ninja” Blevins untuk membuat produk fisik dan virtual. Walau sama-sama merek sportswear, Puma, Nike, dan Adidas memiliki pendekatan yang berbeda-beda untuk menarik hati penonton esports. Nike memilih untuk fokus mendukung liga esports, walau mereka juga menjadi sponsor dari organisasi esports Brazil, FURIA. Sementara Adidas lebih memilih untuk bekerja sama secara langsung dengan individual, Ninja, yang lebih dikenal sebagai seorang streamer dan Puma memilih untuk bekerja sama dengan organisasi esports yang berkompetisi di berbagai game esports.

Sumber: AdWeek
Sumber: AdWeek

“Cloud9 adalah grup yang sangat beragam, yang dapat beradaptasi dengan perubahan di industri game. Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh seorang individual atau sebuah liga,” kata Adam Petrick, Global Director of Brand and Marketing, Puma, seperti dikutip dari AdWeek. “Jika sebuah game tak lagi populer, liga akan mengalami masalah; jika platform streaming bermasalah, karir seorang streamer bisa terhenti. Bekerja sama dengan organisasi esports seperti Cloud9 akan melindungi kami dari risiko itu tanpa menghalangi kami untuk mendukung dan ikut serta dalam tren gaming di masa depan.” Selain tim League of Legends, Cloud9 juga memiliki tim di Counter-Strike: Global Offensive, Rocket League, Fortnite, Hearthstone, Overwatch, Rainbow Six, Teamfight Tactics, PUBG, Super Smash Bros., dan lain-lain. Tahun lalu, Forbes memperkirakan bahwa valuasi Cloud9 mencapai US310 juta, menjadikannya sebagai salah satu organisasi esports paling bernilai di dunia.

Belakangan, memang semakin banyak merek non-endemik yang tertarik untuk mendukung esports. Biasanya, alasan merek-merek tersebut adalah untuk mendekatkan diri dengan generasi muda, yang merupakan penonton esports. Menurut Morgan Stanley, tahun ini, jumlah penonton esports diperkirakan akan mencapai 194 juta orang dengan 79 persen di antaranya berumur di bawah 35 tahun. “Masuk ke dunia esports dengan audiens yang luas dan dinamis merupakan bagian penting dari strategi kami di masa depan,” kata Petrick pada CNBC.

Sumber header: AdWeek

Tak Mau Kalah dari Nike, Puma Singkap Sepatu Self-Lacing Generasi Terbarunya

Belum lama ini, Nike memperkenalkan Adapt BB, sepatu basket canggih yang dapat mengendur dan mengencang dengan sendirinya. Pengumuman ini sepertinya membuat Puma kebakaran jenggot, sebab mereka juga baru saja menyingkap sepatu berteknologi self-lacing.

Puma menamai seri sepatu canggih ini dengan nama Fi, singkatan dari “Fit Intelligence”. Sepatu pertama dari keluarga Fi adalah sepatu lari. Desainnya simpel dan modern, tidak seperti Puma RS Computer Shoe yang sengaja dibuat semirip mungkin dengan versi aslinya dari tahun 1986.

Puma Fi

Puma Fi memanfaatkan perpaduan sebuah micromotor dan kabel super-tipis untuk mengencang atau mengendur. Sama seperti punya Nike, semuanya bisa dikontrol melalui aplikasi smartphone. Yang berbeda, Adapt BB mengandalkan tombol sebagai input manualnya, sedangkan Puma Fi mengusung semacam touchpad pada bagian atasnya.

Juga sama seperti Nike Adapt BB adalah kemampuannya untuk mengendur dan mengencang dengan sendirinya mengikuti kondisi kaki penggunanya. Aplikasi maupun touchpad-nya itu pada dasarnya hadir sebagai alternatif ketika pengguna masih merasa kurang pas dengan mode otomatisnya.

Kemiripan Fi dengan Adapt BB terus berlanjut sampai ke mekanisme charging-nya yang wireless. Sayang Puma belum mengungkap seberapa awet baterainya, namun yang menarik, baterainya ternyata bisa dilepas dan diganti dengan unit lain, sangat berguna ketika kehabisan daya selagi sedang tidak di rumah.

Puma Fi

Rencananya, Puma bakal menjual sepatu canggih ini dengan harga $330, lebih murah $20 ketimbang besutan Nike. Sangat disayangkan pemasarannya baru akan berlangsung tahun depan, yang berarti Nike punya waktu sekitar satu tahun untuk ‘mengenyangkan’ dirinya di segmen sepatu self-lacing.

Lebih mengecewakan lagi adalah fakta bahwa Fi bukanlah sepatu self-lacing pertama Puma. Di tahun 2016, mereka sempat memperkenalkan Puma AutoDisc, yang merupakan cikal bakal dari sepatu ini. Jeda waktu tersebut Puma manfaatkan untuk mematangkan teknologinya; menciutkan ukurannya dan membuatnya lebih komersial, sekaligus melengkapinya dengan lapisan penutup yang breathable.

Sumber: Digital Trends dan Puma.

Lirik Peluang, Puma Kerjasama dengan Cloud9

Garis pembatas antara industri hiburan olahraga ‘tradisional’ dengan esports kini sudah semakin tipis. Jika melihat kasus di negara-negara barat, sejumlah atlet bahkan sudah mulai investasi di dunia esports.

Salah satu contohnya adalah tim esports asal Amerika Serikat Echo Fox, yang dimiliki oleh atlet bola basket Rick Fox, gara-gara anaknya yang seorang gamers dan melihat megahnya industri esports League of Legends di Amerika Serikat. Lalu ada juga pemain bola basket mega bintang Amerika Serikat, Shaquille O’Neal, yang merupakan salah satu jajaran pemilik tim NRG Esports.

Sumber: twitter @echofoxgg
Rick Fox, mantan pebasket NBA yang kini jadi pemilik tim esports Echo Fox. Sumber: twitter @echofoxgg

Bukan hanya itu saja, ternyata baru-baru ini brand olahraga Puma juga melirik bisnis esports dengan menjalin rekanan bersama salah satu organisasi esports besar, Cloud9. Mengutip esportsobserver.com, dikatakan bahwa bentuk kerjasama brand antara Puma dengan Cloud9 ini meliputi menjadikan Puma sebagai pakaian, celana, serta sepatu bagi tim Cloud9 pada saat mereka bertanding di League of Legends Championship Series (LCS).

Tak lupa logo Puma juga tampil menjadi logo dada di dalam jersey utama Cloud9. Kerjasama ini memberi kami kesempatan untuk menjadi bagian dari apa yang dicintai oleh anak-anak (gaming) dan bagaimana brand kita menggerakan budaya gaming kata Matt Shaw kepala bidang digital marketing Puma di artikel Esports Observer. “Cloud9 menurut kami adalah brand paling unik yang dapat membantu kami mencapai hal tersebut”.

Sumber: esportsobserver.com
Sumber: esportsobserver.com

Kerjasama Puma dengan industri video game ini sebenarnya tidak bisa dibilang sebagai yang pertama kalinya. Sebelumnya ia pernah bekerja sama dengan Pro Evolution Soccer 2014. Namun ini adalah kali pertama mereka bekerjasama dengan organisasi esports, dalam hal kerja sama apparel, layaknya bekerjasama dengan klub olahraga

Cloud9 sendiri memang merupakan salah satu klub organisasi esports terbesar baik di Amerika Serikat sendiri atau secara global. Di Indonesia, organisasi ini salah satunya dikenal lewat divisi Dota 2 yang mereka miliki. Berdiri sejak tahun 2013 lalu, saat ini Cloud9 sudah memiliki berbagai macam tim esports di berbagai divisi, terutama di cabang game besar seperti League of Legends, CS:GO, dan tentunya Dota 2.

Puma Hidupkan Kembali Sepatu Lari Canggihnya dari Tahun 1986, RS Computer Shoe

Jauh sebelum kita mengenal fitness tracker dalam bentuk gelang dan jam tangan, di tahun 1986 pernah ada sepatu lari buatan Puma yang mampu merekam data seperti jarak tempuh, durasi, dan jumlah kalori yang terbakar. Namanya Puma RS Computer Shoe, di mana “RS” merupakan singkatan dari “Running System”.

Penampilan sepatu itu tergolong nyentrik, sebab ada bagian yang menyembul di area tumit, yang merupakan tempat modul sensor dan tombol pengoperasiannya bernaung. Puma bukan yang pertama menerapkan teknologi serupa, akan tetapi sepatu buatannya punya kelebihan tersendiri, yakni kemampuan untuk disambungkan ke komputer seperti Apple IIE dan Commodore 64 via konektor 16-pin guna meninjau datanya.

2018 Puma RS Computer Shoe

Lebih dari 30 tahun berselang, Puma memutuskan untuk menghidupkan kembali sepatu tersebut, tanpa banyak mengubah desain ikoniknya, tetap dengan bagian tumit yang menyembul. Kendati demikian, jeroannya tentu sudah diperbarui. Utamanya, kini ada accelerometer 3-axis, indikator LED, dan konektivitas Bluetooth 4.0.

Ya, datanya kini bisa dipantau langsung melalui ponsel Android maupun iPhone, via aplikasi khusus yang Puma siapkan. Demi menjaga kesan retro, tampilan aplikasinya pun sengaja dibuat dengan aset grafik 8-bit. Sepatunya sendiri bisa menyimpan data pemakaian selama 30 hari.

2018 Puma RS Computer Shoe

Kehadiran Bluetooth jelas menghilangkan sensasi unik yang didapat dari menyambungkan sepatu ke komputer via kabel. Puma sadar akan hal itu, dan reinkarnasi RS Computer Shoe ini rupanya masih bisa ditancapi kabel, hanya saja untuk mengisi ulang baterainya via USB.

Kabar buruknya, sepatu ini hanya akan dipasarkan dalam jumlah amat terbatas, tepatnya 86 pasang saja, mulai tanggal 13 Desember di Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Jepang.

Sumber: The Verge dan Puma.