Melihat Hubungan Erat Bukalapak, Warung, dan Jawa Barat

Roda ekonomi Indonesia digawangi oleh 99,97% pelaku UKM dengan kontribusi lebih dari 60% terhadap ekonomi negara. Pemilik warung tradisional masuk ke dalam salah satu komponennya, karena punya andil penting sebagai denyut nadi ekonomi di kehidupan sehari-hari.

Menurut data Eurominitor International 2018, mayoritas masyarakat Indonesia, India dan Filipina berbelanja di toko kelontong. Dari total nilai pasar ritel sebesar $521 miliar, sebanyak $479,3 miliar atau 92% di antaranya merupakan transaksi toko kelontong.

Dibalik potensi yang besar, ekonomi kelas bawah ini menyimpan tantangan yang besar bagaimana kehadiran teknologi bisa membantu mereka bisa “naik kelas” lewat go digital. Isu yang perlu dijawab, tidak hanya bagaimana mereka dapat lebih mudah memasarkan produknya lewat platform digital.

Aspek lainnya yang perlu diselesaikan, mulai dari sistem pembayaran, logistik, hingga rantai pasokan yang harus efisien. Kesadaran ini akhirnya dicoba dijawab oleh berbagai startup digital, baik yang sudah menyandang status unicorn maupun yang masih berstatus startup.

Solusi yang ditawarkan sangat beragam dan bisa mewakili apa yang menjadi isu selama ini buat pemilik warung. Bukalapak bisa menjadi contoh bagaimana proyek awal khusus pemberdayaan warung tradisional “Mitra Bukalapak” bisa menjadi bisnis yang serius hingga pencetak cuan yang nyata.

Sebagai prolog, pada 2016 Bukalapak membuat sebuah inisiatif bernama Juragan Pulsa Bukalapak yang merupakan cikal bakal dari Mitra Bukalapak. Layanan yang ditawarkan adalah penjualan produk virtual seperti pulsa telepon, paket data, voucher game dan token listrik prabayar.

Dari situ berkembang menjadi Agen Bukalapak untuk menciptakan bisnis O2O pasca memperoleh antusiasme yang positif dari masyarakat. Setahun berikutnya, agen diguyur dengan tambahan layanan agar lebih banyak yang bisa mereka jual, seperti tiket transportasi dan Grosir Agen Bukalapak untuk menciptakan saluran distribusi perdagangan.

Pada tahun berikutnya, memilih untuk rebranding menjadi Mitra Bukalapak sekaligus merilis aplikasinya. Penambahan fitur terus dilakukan pada 2019, dengan merilis fitur investasi emas, pemanfaatan QRIS untuk metode pembayaran dan kolaborasi dengan Google Bisnisku agar lebih mudah menemukan warung melalui Google Maps.

“Kontribusi sudah lumayan meski saya tidak bisa sebut persisnya. Tapi sudah double digit percentage dari total kontribusi bisnis di Bukalapak. Dulu pas awal-awal, masih di bawah 10%, sekarang [Mitra Bukalapak] sudah menjadi bisnis yang menjanjikan,” ujar Co-Founder & Presiden Bukalapak M. Fajrin Rasyid saat ditemui DailySocial di Bandung, pekan lalu (8/3).

Kini Mitra Bukalapak disebutkan sudah berjumlah lebih dari 3,3 juta mitra, terdiri dari 1,5 juta mitra warung tersebar di 189 daerah dan sisanya berbentuk agen individu. Menariknya, sekitar 30% atau setara 500 ribu mitra berada di Provinsi Jawa Barat.

Peta persaingan sebagai bisnis baru

Pada saat yang bersamaan, Bukalapak mengumumkan tambahan fitur baru yang disematkan untuk Mitra Bukalapak. Di antaranya fitur Kirim Uang (bersama Bank Mandiri), Tabungan Emas (bersama Pegadaian), pembayaran E-Samsat dan Samolnas (Samsat Online Nasional), tagihan Telkom/Indihome, dan voucher game.

Untuk sementara, pembayaran samsat ini baru tersedia untuk konsumen dan Mitra Bukalapak yang berdomisili di Jawa Barat. Disebutkan pembayaran e-samsat yang disalurkan lewat Mitra Bukalapak mencapai Rp30 miliar untuk membayar pajak 40 ribu kendaraan.

Dengan Kirim Uang, masyarakat dapat memanfaatkan keberadaan 1,5 juta warung Mitra Bukalapak sebagai ATM untuk mengirim uang tanpa harus memiliki rekening. Sementara untuk Tabungan Emas, masyarakat dapat berinvestasi emas dari harga Rp10 ribu di warung.

Fajrin menyebut perusahaan akan perluas ke provinsi lainnya agar semua orang bisa memiliki kemudahan. Seluruh fitur teranyar ini adalah pengembangan dari kebutuhan mitra di lapangan. Juga hasil kolaborasi internal bersama dengan mitra.

“Pembayaran Samsat online sebenarnya sudah di aplikasi [konsumen] sudah bekerja sama dengan banyak provinsi. Kita akan segera tambahkan [provinsi lainnya] ke aplikasi Mitra Bukalapak.”

Inspirasi fitur berikutnya yang akan dibawa ke Mitra Bukalapak, menurut Fajrin, bakal ada yang berasal dari aplikasi konsumer. Sebab pada dasarnya, semua fitur tersebut memungkinkan untuk disediakan. Kendala tetap ada, sambungnya, meski sebatas ke hal-hal teknis.

Misalnya, Bukalapak punya fitur investasi reksa dana bernama BukaReksa. Untuk membeli reksa dana pertama kali, butuh proses KYC yang secara teknis ini akan lebih rumit. Beda halnya dengan pembelian tabungan emas yang terbilang lebih simpel.

“Semua fitur di aplikasi Bukalapak kita usahakan juga hadir di aplikasi Mitra, jadi mudah-mudahan bisa ada tambahan [fitur] berikutnya.”

Gencarnya Bukalapak merupakan dalam rangka menciptakan masyarakat inklusif yang tidak hanya terjadi di kota besar, tapi juga di 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Hal ini dapat dilakukan melalui warung sebagai salah satu caranya, melalui Mitra Bukalapak.

Produk ini akan menjadi fokus perusahaan hingga lima tahun ke depan karena dianggap sebagai platform penggerak utama yang dapat meningkatkan adopsi digital dan inklusi keuangan. Menurut laporan “E-warung: Indonesia’s New Digital Battleground” yang dirilis CSLA di 2019 menunjukkan warung tradisional di Indonesia berjumlah sekitar 6 juta.

Fajrin menyebut, pencapaian Mitra Bukalapak hingga saat ini membuat perusahaan cukup berbangga diri karena secara kuantitas dan fitur bisa dikatakan lebih unggul ketimbang pemain lain.

“Awalnya kita bergerak di online dan kita sadar bahwa UKM offline juga perlu diberdayakan. Mungkin kita jadi perusahaan yang bergerak di keduanya secara serius dan [skalanya sudah] besar, ini bisa menjadi kunci diferensiasi yang mungkin belum dijumpai perusahaan lain. Ada perusahaan yang besar
di online, tapi offline-nya enggak terlalu, atau sebaliknya.”

Produk sejenis yang dibuat Tokopedia, bernama Mitra Tokopedia mencatatkan per akhir tahun lalu telah menjaring sekitar 400 ribu pengusaha mikro baik pemilik warung, toko kelontong, dan usaha sejenis lainnya. Sejak dirilis pada November 2018, mitra dapat berjualan produk digital seperti PPOB hingga membeli stok barang.

Shopee juga tidak mau kalah. Sejak aplikasinya dirilis di Play Store pada September 2019, fiturnya pun tidak jauh berbeda. Hingga kini, Shopee belum bersedia merilis produk ini secara resmi ke publik.

Menurut CSLA, model B2B yang diambil para pemain marketplace ini berpeluang mendorong laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) perusahaan ke arah positif.

Dari vertikal bisnis lain, ranah ini juga diramaikan oleh pemain lain seperti GrabKios by Kudo, Warung Pintar, Wahyoo, Payfazz, Netzme dan masih banyak lagi. Konsep yang ditawarkan saling beririsan dengan isu yang selama ini dihadapi agen dan warung tradisional.

Payfazz misalnya menempatkan diri sebagai agen keuangan di desa. Sementara, Wahyoo memosisikan diri sebagai pembentuk ekosistem warung makan dengan memberikan kemudahan stok barang.

Dalam wawancara bersama DailySocial, Co-Founder & CEO PayFazz Hendra Kwik mengklaim model bisnis yang dianut perusahaan yakni B2B2C dianggap mampu memberikan kontribusi bisnis yang positif. Bahkan dia menyebut perusahaan sudah mencetak laba tapi belum positif.

“Tahun ini harusnya positif kalau misalnya hiring stop, tapi kita investasi terus di situ, spent-nya besar,” katanya.

Kontributor terbesar Payfazz berasal dari penjualan produk PPOB karena layanan pembayaran yang disediakan cukup komprehensif. Selain dijual oleh para agennya, PPOB juga didistribusikan secara API (host-to-host/H2H) melalui anak usahanya Billfazz. Lewat Billfazz, API dari PPOB Payfazz dapat digunakan mitra perusahaan yang ingin menjual PPOB.

Hubungan spesial Jawa Barat dengan Bukalapak

Secara historis dan geografis, Jawa Barat punya hubungan yang spesial dengan Bukalapak. Tak heran kalau disebutkan ada lebih dari 500 ribu mitra berada di provinsi ini dari total 3,3 juta di seluruh Indonesia.

CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin menjelaskan, Bandung dipilih sebagai tuan rumah peluncuran juga merupakan bagian dari inisiatif perusahaan tahun ini untuk roadshow ke daerah lainnya untuk mengidentifikasi potensi UKM lokal yang dapat dikolaborasikan dengan berbagai pemangku kepentingan.

“Memasuki dekade kedua, Bukalapak memang berfokus untuk mengoptimalkan potensi UKM yang ada di tiap daerah Indonesia. Warung sebagai salah satu tempat masyarakat dalam beraktivitas ekonomi, memiliki potensi besar untuk jadi kekuatan ekonomi daerah dan mendorong pertumbuhan nasional,” terang Rachmat.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang turut hadir pada acara peresmian, menyebutkan pemanfaatan teknologi di warung dapat menjadi basis kekuatan ekonomi daerah. Menurutnya, semakin banyak warung yang menjual produk virtual, maka semakin menguntungkan bagi pemilik warung dan masyarakat sekitar yang pada akhirnya meningkatkan perekonomian daerah.

Di provinsi ini, lanjutnya, 80% perekonomiannya didukung oleh sektor UKM dengan porsi terbanyak berada di sektor kuliner. Diklaim pula, penetrasi digital telah mencapai angka yang sama. Kondisi ini membuat Pemerintah Provinsi optimis dalam tiga sampai lima tahun mendatang semua jenis perdagangan bisa dilakukan secara digital.

“Tiga basis inilah yang sudah go digital. Saya yakin dalam hitungan tiga sampai lima tahun semua jenis perdagangan di Jawa Barat, baik skala besar atau kecil dan riil seperti warung, bisa menggunakan platform digital,” ujar Kang Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil.

Dia menyebut untuk merealisasikan ambisi tersebut Pemprov tengah menggenjot pengembangan ekonomi berbasis digital untuk UMKM, warung, dan pesantren dengan model kolaborasi Pentahelix.

Konsep ini memperkenalkan bahwa kekuatan pembangunan di suatu negara atau wilayah perlu didukung oleh semua elemen, tidak bisa satu pihak saja. Lima elemen tersebut, mulai dari pemerintah, masyarakat atau komunitas, akademisi, pengusaha dan media.

Mendukung pernyataan Kang Emil, menurut hasil laporan EV-DCI 2020 memaparkan Jawa Barat memiliki skor indeks 55.0 (skala 100) menempati posisi kedua, setelah Jakarta berdasarkan skor berkaitan kesiapan daya saing digital.

Faktor pendukungnya, antara lain SDM yang didukung dengan jumlah program studi dan dosen bidang digital tertinggi di Indonesia. Alhasil, jumlah tenaga kerja di sektor TIK tergolong tinggi. Infrastruktur digital sudah memadai dan berada di posisi ketiga, setelah DKI Jakarta dan Bali.

Kendati begitu, laporan ini juga menitikberatkan pada tergolong rendahnya kontribusi ICT terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Lantaran, kepemilikan komputer masih rendah, masuk urutan tiga terendah di antara provinsi lain di Pulau Jawa.

Akses internet melalui laptop di provinsi terendah di Pulau Jawa dan tiga terbawah di level nasional. Fasilitas keuangan seperti ATM belum terbesar merata karena perekonomian di provinsi ini terpusat di beberapa kota saja. Dengan kata lain, Jawa Barat masih punya peluang besar untuk terus berkembang karena tingkat pertumbuhan PDRB sektor ICT adalah tertinggi di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Rachmat Kaimuddin and Bukalapak’s Ambition to be a Sustainable Company

Succession becomes a rare thing among startup stories, especially Indonesian unicorns. However, Bukalapak aware that it’s necessary to have new leader in order to level-up.

In the process of becoming a sustainable company, Rachmat Kaimuddin is appointed by the Founders to head the marketplace at the time it’s turning 10 years.

He has a professional background with expertise as a leader across industries. Recently, he was the Director of Financial and Planning in Bukopin.

Kaimuddin debuted as a Senior Associate in one of the management consulting firms, Boston Consulting Group. M Fajrin Rasyid had his time at the place before starting Bukalapak with Achmad Zaky and Nugroho Herucahyono.

During a short interview with DailySocial, Rachmat said that leading a tech business hasn’t been his career objective. He aims for something that allows him a chance to create a direct social impact.

” There is an opportunity that happens to be in line with my goals, I don’t think it’ll come twice. This is not a matter of Bukalapak [because of a technology company] is cool or a unicorn, but as a company that can create a lot of impacts and I see that myself can contribute and the opportunity [to do that] is there,” he said, on Fri (1/10).

The bigger picture is, Rachmat was appointed to run three things. It’s to make sure Bukalapak becomes a sustainable organization, made of strong resources, and benefit all the stakeholders, also to expand SMEs in domestic and global coverage, online and offline, through technology and innovation.

Also, creating a place for the nation’s talents to learn, work, and benefit the country. Thus, Bukalapak can continue its journey as a company that can last more than a century, the chance is only 0.0045% in global.

“I came to a well-made organization, more mature for governance, risk compliance, company infrastructure that should’ve built as well. These implicit things are what they [founders and shareholders] expect from me.

Under Kaimuddin’s leadership, he ensures to preserve the company’s vision and mission. Also, Bukalapak’s founders still actively maintain their responsibility.

Along with Fajrin as Bukalapak’s President, they’ve divided some tasks. Rachmat will be in charge of the company’s overall. Fajrin, on the other hand, has responsibility for external relations, governance, compliance, and legal stuff.

Transferring experience into Bukalapak

A symbolic act of Achmad Zaky handover to Rachmat Kaimuddin
A symbolic act of Achmad Zaky handover to Rachmat Kaimuddin / Bukalapak

Bukalapak is no longer a startup. Entering its 10th anniversary, the company has reached a milestone with over 70 million users and 420 million in-app visits per month. There are five million merchants and three million Mitra Bukalapak have joined the platform.

In terms of financial records, it is well-maintained with valuation reaching up to $2.5 billion. Per 12 December 2019, the company noted an increasing year-on-year transaction of 30%, it also marks the highest transaction of all time.

The overall performance should’ve appreciated, it shows more people are making a living off of Bukalapak. By all means, to survive the next stage, Bukalapak must build up the infrastructure and aim for a sustainable business, without denying the core of startups as the company’s DNA.

Besides, unicorn doesn’t happen to all startups, it’s indeed a national asset. There’s a moral obligation to be succeeded and make your country proud.

Kaimuddin himself has a background in engineering and finance. Lots of things have been taught and able to escort him as the company leader. Engineers taught logic, to simplify the complexity.

In fact, he learned to analyze the problem first before judging something’s difficult to avoid early insecurity. Meanwhile, the science of finance is not just a matter of calculating numbers, the common thread is to make effective business decisions for companies.

“As basic insights, I can [lead] whatever the business is, I have moved between industries so far with kinds of job roles, thank God I can survive and always be able to support.”

The basic knowledge also helps him, particularly when running the banking business. It helps his comprehension of risk and compliance well enough to transfer the knowledge into Bukalapak.

“The risk was meant for brakes, a sign that when you decided to run fast, make sure the brakes didn’t fail. This company wants to speed up, with experience in governance risk and compliance, I can help it.”

It also comes with his experience while in charge of the real sector, service & manufacture, he has deep thought on the supply chain and production side.

“I will transfer these experiences to Bukalapak. Basic logic and leadership too, through this white and thinning hair I wish I can be of more help [in Bukalapak].”

The leadership style he offers in the previous company and in Bukalapak has its similarities. He stands for an open egalitarian concept, not to place himself as a high-positioned leader but as a peer instead, and through open communication.

“Fortunately, the communication here is very fluid, I have applied this to the team in my previous company, freedom of expression, assuming it has good intentions for the organization, I just continue what has been formed.”

The next strategy

Bukalapak's C-Suite level in the 10th year anniversary / Bukalapak
Bukalapak’s C-Suite level in the 10th year anniversary / Bukalapak

He believes that Bukalapak, under his leadership, is to become a sustainable company and be able to make a significant profit and business growth until we no longer need fundraising. It’s contrary to what is happening right now, with the concept of sustainability.

In his opinion, it is likely to happen whether we can create the right business model. Growth of revenue and income can be higher than the growth in costs and expenses. When the curve passed it, Bukalapak’s dream to become a sustainable company will do come true.

“We’ll find which one can produce and to-be-pushed. Many companies can grow the business and become profitable, what I see is not something that is impossible [for technology companies].”

However, becoming a sustainable company doesn’t mean we have to perform layoff. He ensured what happen last year won’t be repeated. Previously, there was an internal arrangement resulting in the must-taken decision. Currently, Bukalapak employs around 2,100 people.

“I think we’re done. 2019 has its ups and downs, this year we are being more optimistic, it’s just the beginning of this year and it’s still a long way.”

He continued, the e-commerce competitive map doesn’t scare him. Each has its own market share, including Bukalapak. In terms of statistics, only five percent of micro and small businesses have digital access.

As the number increases, there will be new values, markets, and products to sell. Everything we have in mind is not to happen all at once. “We pray. What we’ve seen and right in mind, we’re on it, through the right calculation and mature planning.”

“I always say that we have to be the best version of ourselves. We can’t be other people. Bukalapak was born 10 years ago for a purpose, we must continue to grow in a better direction every day in order to serve our users,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Rachmat Kaimuddin dan Ambisi Bukalapak Menuju “Sustainable Company”

Suksesi menjadi suatu hal yang langka di antara startup, apalagi startup unicorn Indonesia. Meskipun demikian, Bukalapak menyadari pihaknya perlu memiliki pemimpin baru demi mencapai tahap yang lebih tinggi.

Dalam rangka menuju perusahaan yang sustainable, Rachmat Kaimuddin dipercaya para Founder untuk memimpin layanan marketplace Bukalapak bertepatan umur perusahaan yang ke-10.

Ia datang dari kalangan profesional dengan berbagai pengalaman kepemimpinan di lintas industri. Terakhir ia menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Perencanaan di Bank Bukopin.

Rachmat memulai karier sebagai Senior Associate di salah satu firma manajemen konsultan, Boston Consulting Group. Tempat itu juga pernah disinggahi M Fajrin Rasyid sebelum merintis Bukalapak bersama Achmad Zaky dan Nugroho Herucahyono.

Dalam sesi wawancara singkat bersama DailySocial, Rachmat mengaku memimpin perusahaan teknologi sebenarnya bukan target perjalanan kariernya. Ia mengidamkan suatu pekerjaan yang memberinya kesempatan untuk menciptakan suatu dampak sosial secara langsung.

“Ada kesempatan yang kebetulan sejalan dengan cita-cita saya, enggak tahu kapan ini akan ada lagi. Ini bukan soal Bukalapak yang cool [karena perusahaan teknologi] atau unicorn saja, tapi sebagai perusahaan yang bisa create a lot of impact dan sepertinya saya bisa berkontribusi dan kesempatannya [untuk melakukan itu] ada,” ujarnya, Jumat (10/1).

Secara garis besar, penunjukan Rachmat diarahkan untuk fokus pada tiga hal. Memastikan Bukalapak sebagai organisasi yang sustainable, memiliki sumber daya yang kuat dan memberikan manfaat kepada semua stakeholders, memperluas jangkauan UMKM secara nasional dan internasional, online dan offline, melalui teknologi dan inovasi.

Terakhir, menjadikan perusahaan sebagai tempat bagi para talenta-talenta kebanggaan negara untuk belajar, berkarya, dan bermanfaat bagi negara. Dengan demikian, Bukalapak dapat meneruskan perjalanannya sebagai perusahaan yang bisa bertahan lebih dari satu abad, probabilitas tersebut hanya 0,0045% secara global.

“Saya datang ke organisasi yang sudah besar, lebih mature untuk governance, risk compliance, infrastruktur perusahaan yang typically harus dibangun juga. Hal-hal tersebut yang secara implisit yang mereka [founder dan pemegang saham] harapkan dari saya.”

Di bawah kepemimpinan Rachmat, dia memastikan tetap menjaga visi dan misi perusahaan. Terlebih para founder Bukalapak sendiri masih aktif dan menjalankan tugasnya masing-masing sesuai kapasitasnya.

Bersama Fajrin yang menjadi Presiden Bukalapak, ada sejumlah pembagian tugas. Rachmat akan bertanggung jawab pada keseluruhan perusahaan. Sementara Fajrin akan bertanggung jawab untuk hubungan eksternal, kepatuhan tata kelola, compliance, dan legal.

Salurkan pengalaman untuk Bukalapak

Simbolis Penyerahan Tugas CEO dari Achmad Zaky ke Rachmat Kaimuddin / Bukalapak
Simbolis Penyerahan Tugas CEO dari Achmad Zaky ke Rachmat Kaimuddin / Bukalapak

Status Bukalapak bukan lagi startup. Masuk ke tahun ke-10, perusahaan mencapai milestone dengan lebih dari 70 pengguna dan kunjungan ke aplikasi tembus 420 juta kali per bulan. Ada lima juta pelapak dan tiga juta Mitra Bukalapak telah bergabung.

Secara catatan keuangan diklaim cukup baik dengan membawa valuasi mencapai $2,5 miliar. Per 12 Desember 2019, perusahaan mencatat peningkatan transaksi sebesar 30% secara year-on-year, sekaligus menjadi transaksi tertinggi sepanjang berdiri.

Seluruh kinerja tersebut tidak bisa dianggap sebelah mata artinya semakin banyak orang yang menggantungkan hidupnya lewat Bukalapak. Artinya untuk bertahan di tahap selanjutnya, Bukalapak harus memperkuat infrastruktur dan menjadi sustainable, dengan tanpa menafikkan jiwa startup yang menjadi DNA perusahaan.

Di samping itu, tidak semua startup mencapai status unicorn, sehingga bisa dikatakan ini adalah aset nasional. Ada tanggung jawab moral untuk sukses dan membanggakan negara.

Rachmat sendiri berlatar belakang pendidikan engineering dan finance. Banyak hal yang diajarkan dan mampu menggiringnya saat pemimpin perusahaan. Engineer mengajarkan soal logika, melihat sesuatu yang kompleks untuk disimplifikasi.

Dari situ, ia belajar untuk selalu menganalisis masalah sehingga tidak pernah takut ketika melihat sesuatu yang sulit. Sementara, ilmu finance bukan hanya soal hitung-hitungan angka saja, benang merah di dalamnya adalah membantu dalam mengambil keputusan bisnis terefektif buat perusahaan.

“Jadi dari ilmu-ilmu dasar, so far saya bisa [pimpin] apapun bisnisnya, selama ini saya pindah-pindah industri di kasih role macam-macam, alhamdulillah bisa survive dan selalu dapat support.”

Ilmu dasar itu juga turut membantunya, terutama saat memimpin bank. Dari situ membuat pemahamannya tentang risiko, compliance cukup matang dan bisa disalurkan untuk Bukalapak.

“Ada risk itu maksudnya buat rem, penanda bahwa kalau mau kencang tidak kebablasan karena remnya blong. Perusahaan ini mau ngebut, dengan pengalaman di governance risk dan compliance, saya bisa bantu itu.”

Begitupun pengalamannya saat memimpin perusahaan di sektor riil, bidang jasa dan manufaktur, pemahamannya untuk mata rantai dari sisi produsen cukup dalam.

“Pengalaman-pengalaman tersebut akan saya salurkan untuk Bukalapak. Basic-basic logic dan leadership pun juga, rambut putih dan semakin menipis ini saya harap bisa berguna buat teman-teman [di Bukalapak].”

Gaya kepemimpinan yang ia terapkan baik di perusahaan sebelumnya dan di Bukalapak sendiri juga memiliki kemiripan. Ia menganut konsep open egaliter, tidak menempatkan diri sebagai bos melainkan sebagai rekan kerja, dan komunikasi terbuka.

“Kebetulan di sini budaya komunikasinya sangat fluid, di tempat saya sebelumnya juga sudah terapkan untuk tim, bisa mengutarakan apa saja assume punya niat baik buat organisasi, jadi saya meneruskan apa yang sudah dibentuk.”

Strategi perusahaan berikutnya

Komposisi C-Suite Level Bukalapak di HUT ke 10 Bukalapak / Bukalapak
Komposisi C-Suite Level Bukalapak di HUT ke 10 Bukalapak / Bukalapak

Ia meyakini di bawah kepemimpinannya Bukalapak akan menjadi perusahaan yang sustainable, bisa mencetak profit dan pertumbuhan bisnis yang signifikan sehingga tidak perlu suntikan dana. Kondisi tersebut kontras dengan apa yang terjadi saat ini, bertentangan dengan konsep sustainable.

Menurutnya, hal itu sangat memungkinkan apabila dapat menciptakan formula model bisnis yang tepat. Pertumbuhan antara revenue dan pemasukan bisa lebih tinggi melampaui daripada pertumbuhan biaya dan pengeluaran. Ketika kurva melewati itu, niscaya impian Bukalapak untuk menjadi perusahaan yang sustainable dapat terwujud.

“Kita akan cari mana yang bisa menghasilkan dan digenjot. Banyak perusahaan yang dapat terus tumbuh dan profit, jadi saya lihat itu bukan sesuatu yang enggak mungkin [buat perusahaan teknologi].”

Namun bukan berarti, menuju perusahaan yang sustainable, harus kembali melakukan layoff. Rachmat memastikan keputusan itu tidak kembali diambil seperti pada tahun lalu. Pada manajemen sebelumnya ada penataan internal yang mengharuskan keputusan tersebut harus diambil. Sekarang Bukalapak memiliki sekitar 2.100 karyawan.

I think we’re done. Tahun 2019 ada ups dan downs, tahun ini kita makin optimis, sekarang baru awal tahun dan hari masih panjang.”

Terhadap peta persaingan e-commerce, sambungnya, tidak membuat dia khawatir. Masing-masing pemain punya pangsa pasarnya masing-masing, begitupun Bukalapak. Secara statistik pun, baru lima persen usaha mikro dan kecil yang baru tersentuh digital.

Semakin naik angka tersebut, tentu akan semakin banyak value baru, pasar baru, dan produk baru yang bisa dijual. Belum tentu semua hal tersebut terpikirkan akan terjadi di masa depan. “Kita istiqomah. Apa yang kita lihat dan benar akan push ke sana dan tentunya dengan perhitungan dan perencanaan yang matang.”

“Saya selalu bilang we have to be the best version of ourselves. Kita enggak bisa jadi orang lain. Bukalapak ini terlahir 10 tahun lalu demi misi tertentu, kita harus terus berkembang ke arah yang lebih baik setiap hari untuk melayani user kita,” tutupnya.

Bukalapak Announces the New CEO Rachmat Kaimuddin as Achmad Zaky’s Successor

Bukalapak today (12/9) announced a slight change in the C-Level management, effective on January 6th, 2020. Rachmad Kaimuddin will take over the CEO position, while Achmad Zaky is to take the role of an advisor (also Co-Founder).

In addition, Zaky is to launched the “Achmad Zaky Foundation” and concentrated on mentoring startups in Indonesia. The foundation will be focused on science and education, entrepreneurship, impact investment, and research.

Fajrin Rasyid will stay as Bukalapak’s President (and Co-Founder). Also Nugroho Herucahyono as the CTO (and Co-Founder), Willix Halim as the COO, Teddy Oetomo as the CSO, and Natalia as the CFO.

Bagus Hirmawan who recently joined the company last July will keep the position as Chief of Talent.

“We started Bukalapak with a personal aim to create a positive impact on SMEs. I’m very proud that in 10 years, Bukalapak has known as Indonesia’s leading e-commerce in the world map. Today, we insist Rachmat join Bukalapak for better growth. I believe he is the right one who comes in the right time,” Zaky added.

Rachmad was previously served as Bukopin’s Director of Financial and Planning. He began his career as a Senior Associate in Boston Consulting Group. Also, he used to work as Managing Director PT Cardig Air Services, Chief Financial Officer PT Bosowa Corporindo, Managing Director PT Semen Bosowa Maros, VP Baring Private Equity Asia, and Principal of Quvat.

The new board is now focused on navigating the company for long- term journey. Under the new management, the company is to focus on issues related to talents, capital, and financial management, also tightening Bukalapak’s role to support Indonesia’s SMEs.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bukalapak Umumkan Rachmat Kaimuddin sebagai CEO Baru Gantikan Achmad Zaky

Bukalapak hari ini (09/12) mengumumkan adanya perubahan komposisi di C-Level, terhitung efektif per 6 Januari 2020. Nantinya posisi CEO akan digantikan oleh Rachmat Kaimuddin, sementara Achmad Zaky akan bertindak sebagai Penasihat (dan Co-Founder).

Turut diinfokan, Zaky segera meresmikan “Yayasan Achmad Zaky” dan fokus menjadi mentor startup di Indonesia. Yayasan tersebut akan fokus di bidang sains dan edukasi, kewirausahaan, impact investment, dan penelitian.

Fajrin Rasyid tetap menjabat sebagai Presiden (dan Co-Founder) Bukalapak. Pun demikian dengan Nugroho Herucahyono sebagai CTO (dan Co-Founder), Willix Halim sebagai COO, Teddy Oetomo sebagai CSO, dan Natalia Firmasyah sebagai CFO.

Bagus Hirmawan yang baru bergabung sejak Juli 2019 juga tetap menjabat sebagai Chief of Talent.

“Kami memulai Bukalapak dengan semangat pribadi untuk menciptakan dampak positif bagi UMKM. Saya bangga dalam waktu 10 tahun, Bukalapak dikenal di peta dunia sebagai e-commerce Indonesia yang terkemuka. Sekarang, kami mengajak Rachmat bergabung dengan Bukalapak karena kepemimpinannya bisa mengarahkan Bukalapak ke tingkat yang lebih hebat lagi. Saya percaya Rachmat adalah orang yang tepat, bagian dari tim yang tepat, di posisi yang tepat, dan datang pada waktu yang tepat,” sambut Zaky.

Rachmat sebelumnya menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank Bukopin. Ia memulai karier sebagai Senior Associate di Boston Consulting Group. Juga pernah menjabat sebagai Managing Director PT Cardig Air Services, Chief Financial Officer PT Bosowa Corporindo, Managing Director PT Semen Bosowa Maros, VP Baring Private Equity Asia, dan Principal of Quvat.

Fokus jajaran pimpinan baru ke depannya adalah menavigasikan perusahaan secara jangka panjang. Di bawah kepemimpinan baru, perusahaan akan fokus pada isu-isu yang berkaitan dengan talenta, modal, dan manajemen keuangan, serta memperkuat peran Bukalapak dalam mendukung UKM Indonesia.

Application Information Will Show Up Here