Esports Tourism: Bagaimana Game dan Esports Bisa Memajukan Pariwisata

Valve menyediakan 26,8 ribu tiket untuk The International 2019. Dan tiket tersebut terjual habis dalam waktu kurang dari satu menit. Hal ini menunjukkan, walau kompetisi esports bisa ditonton melalui platform streaming secara gratis, sebagian fans tetap punya minat tinggi untuk menonton kompetisi esports secara langsung. Pemerintah Indonesia melihat fenomena ini sebagai kesempatan untuk memulihkan sektor pariwisata, yang terpuruk karena pandemi COVID-19. Karena itulah, mereka hendak menggenjot sports tourism.

Apa Itu Sports Tourism dan Apa yang Sudah Pemerintah Lakukan?

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengartikan sports tourism sebagai kegiatan wisata yang digabung dengan olahraga. Sementara United Nation World Tourism Organization (UNWTO) mengatakan, ada kaitan erat antara olahraga dengan industri pariwisata. Karena, keduanya bisa mendorong jutaan orang untuk berpergian, baik untuk mengunjungi sebuah atraksi wisata atau untuk menonton kompetisi olahraga. UNWTO bahkan menyebutkan, sports tourism merupakan salah satu sektor pariwisata dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi.

Di Indonesia, Kemenparekraf mengungkap, potensi nilai sektor sports tourism mencapai Rp18.790 triliun. Sejak lama, Indonesia memang punya beberapa kegiatan olahraga yang menjadi atraksi wisata, seperti lompat batu di Nias. Sekarang, pemerintah ingin mendorong sports tourism untuk menghidupkan kembali industri pariwisata.

Salah satu ajang olahraga tingkat dunia yang digelar di Indonesia belum lama ini adalah World Superbike. Kompetisi balap motor itu diadakan di Mandalika International Street Circuit. Menurut Direktur Operasi & Inovasi Bisnis, Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Arie Prasetyo, keuntungan yang didapat dari penyelenggaraan balapan tingkat dunia di sirkuit Mandalika bisa mencapai Rp500 miliar. Keuntungan itu didapat dari penjualan tiket, merchandise, reservasi hotel, serta kuliner.

“Kami melakukan studi bahwa dampak pelaksanaan event itu membawa pertumbuhan ekonomi hingga Rp500 miliar di setiap gelaran event. Dari pembelian tiket, belanja, hotel, membeli merchandise, makan minuman, dan sebagainya,” kata Arie, dikutip dari Medcom.id.

Selain itu, pemerintah juga menggelar babak final dari Piala Presiden Esports (PPE) 2021 di Bali. Harapannya, hal ini akan meningkatkan jumlah wisatawan yang pergi ke Bali. Setidaknya, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Baparekraf, Rizki Handayani Mustafa mengatakan, Bali akan dikunjungi oleh pemain, penyelenggara, dan penonton dari PPE 2021.

Perempuan yang akrab dengan panggilan Kiki itu mengatakan, memang, biasanya, pihak penyelenggara atau atlet akan langsung pulang setelah acara berakhir. Namun, pemerintah bisa bekerja sama dengan biro perjalanan untuk menyediakan paket perjalanan yang membuat para pengunjung tinggal di Bali lebih lama. Hal ini diharapkan akan meningkatkan konsumsi layanan pariwisata, seperti hotel dan kuliner.

Cokorda Raka Satrya Wibawa, Kepala Seksi Peningkatan Prestasi Olahraga, Pemerintah Provinsi Bali bercerita, dampak pandemi pada sektor pariwisata di Bali memang luar biasa. Sekitar 90% industri pariwisata di Bali terkena dampak pandemi, yang membuat kegiatan pariwisata menjadi jauh berkurang. Dengan adanya acara olahraga — termasuk Piala Presiden Esports — dia berharap, industri pariwisata di Bali akan bisa hidup kembali.

Sementara itu, Mamit Hussein, Assistant Vice President of Business Innovation, Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) merasa, esports punya potensi untuk menjadi bagian dari sports tourism. Pasalnya, jumlah penonton esports saat ini sudah mencapai ratusan juta orang. Dan angka itu masih akan terus naik. Di dunia, jumlah penonton esports diperkirakan mencapai 472 juta orang. Sementara di Asia Tenggara, Niko Partners memperkirakan, jumlah penonton esports mencapai sekitar 100 juta orang.

Pemerintah memang menggelar babak final PPE 2021 di Bali dengan tujuan untuk membuat industri pariwisata kembali bergeliat. Namun, Sekretaris Jenderal Piala Presiden Esports 2021, Matthew Airlangga memastikan bahwa mereka akan tetap menekankan protokol kesehatan. Dia menyebutkan, sistem bubble akan digunakan selama PPE 2021 berlangsung.

“Sampai pertandingan selesai, kami juga akan memastikan bahwa atlet dan semua pihak yang terlibat sudah mendapatkan vaksin,” ujar Matthew. “Sebagi bagian dari sistem bubble, kami juga akan mengadakan rapid test berkala secara rutin di semua lokasi. Semua pihak yang sudah masuk ke lokasi tidak akan bisa keluar-masuk sampai pertandingan berakhir.”

Potensi Pemasukan dari Esports/Game Tourism

Kompetisi olahraga — dalam kasus ini, turnamen esports — terbukti bisa mengundang wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Pertanyaannya, berapa besar dampak ekonomi yang didapat oleh sebuah kota jika ia menjadi tuan rumah dari kompetisi esports?

Menurut data dari agensi media dan esports Big Block, turnamen Rainbow Six, Major Raleigh, memberikan dampak ekonomi langsung sebesar US$1,45 juta (sekitar Rp20,9 miliar) ke Raleigh, ibukota dari negara bagian North Carolina di Amerika Serikat. Dari segi jumlah wisatawan, Major Raleigh berhasil mendatangkan sekitar 2,6 ribu orang per hari. Sekitar 70% dari seluruh pengunjung berasal dari luar North Carolina atau bahkan dari luar Amerika Serikat. Padahal, turnamen Major Raleigh hanya diadakan secara offline selama 3 hari, yaitu 16-18 Agustus 2019 di Raleigh Convention Center.

Data tentang pengaruh dari Raleigh Major. | Sumber: The Esports Observer

Mari kita mengambil contoh lain. League of Legends European Championship (LEC) Finals diadakan di Rotterdam, Belanda pada Juli 2019. Walau hanya diadakan selama 2 hari, LEC Finals berhasil memberikan kontribusi sebesar EUR2,4 juta (sekitar Rp38,8 miliar) ke ekonomi lokal Rotterdam, menurut Riot Games. Selain itu, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Riot, sebanyak 87,13% dari pengunjung yang datang untuk menonton LEC merupakan pengunjung dari luar Rotterdam. Setiap harinya, para pengunjung menghabiskan biaya rata-rata sekitar EUR52,6 (sekitar Rp850 ribu).

Semakin besar sebuah turnamen esports, semakin besar pula dampak ekonomi yang ia berikan. Ketika The International 8 digelar di Rogers Arena, Vancouver, Kanada selama 6 hari, kompetisi itu memberikan dampak ekonomi langsung sebesar CA$7,8 juta (sekitar Rp87 miliar), menurut perkiraan dari Tourism Vancouver. Penjualan tiket menjadi salah satu sumber pemasukan dari TI8. Untuk hari kerja, harga tiket dari TI8 diharga CA$75 (sekitar Rp837 ribu). Sementara tiket untuk menonton babak final di akhir pekan diharga CA$280 (sekitar Rp3,1 juta).

Jeff Lockwood, Assistant Manager, The Pint, salah satu bar yang terletak tidak jauh dari Rogers Arena mengatakan bahwa pihak event organizers sempat menghubungi The Pint untuk menyewa bar tersebut selama satu minggu. Pada akhirnya, keduanya setuju untuk menayangkan The International di bar tersebut. Lockwood mengatakan, kedatangan para fans Dota 2 membuat The Pint menjadi lebih sibuk dari biasanya.

“Para fans sangat sopan dan mereka memberikan tip yang besar,” kata Lockwood, seperti dikutip dari Vancouver Sun. “Para pekerja saya sangat senang. Karena lingkungan kerja juga jadi lebih menyenangkan.” Dia tidak menyebutkan berapa besar pemasukan ekstra yang dia dapat dengan kedatangan para fans Dota 2. Namun, dia mengaku, pendapatan The Pint memang “meningkat tajam” selama The International.

The International 8 di Roger Arena, Kanada. | Sumber: Wikipedia

Kompetisi esports besar memang bisa menarik ribuan atau bahkan puluhan ribu wisatawan. Hanya saja, turnamen esports biasanya tidak berlangsung lama. Selain itu, turnamen-turnamen besar seperti The International atau League of Legends World Championship biasanya memilih kota yang beda setiap tahun sebagai tuan rumah. Kabar baiknya, ada cara lain untuk membuat gamers tertarik mengunjungi sebuah kota sebagai turis. Ialah gaming hotel.

Di dunia, ada beberapa hotel yang menjadikan gaming hotel sebagai brand mereka, menargetkan gamers sebagai pelanggan mereka. Salah satunya adalah Arcade Hotel. Hotel yang terletak di Amsterdam, Belanda itu diklaim sebagai gaming hotel pertama. Apa yang membedakan Arcade Hotel dari hotel biasa? Di setiap kamar di Arcade Hotel, Anda akan menemukan berbagai konsol game, mulai dari konsol baru sampai konsol lawas. Tak hanya itu, Arcade Hotel juga menyediakan headset berkualitas dan internet cepat untuk para pengunjung.

Sama seperti hotel lain, Arcade Hotel punya kamar dengan ukuran yang berbeda-beda, mulai dari kamar dengan satu tempat tidur sampai kamar yang menyerupai kamar asrama dan dapat menampung hingga empat orang. Harga Single Room — untuk 1 orang — di Arcade hotel adalah EUR68,4 (sekitar Rp1,1 juta) per malam. Sementara untuk Friends Quad Room — yang bisa menampung hingga 4 orang — dihargai EUR133,2 (sekitar Rp2,2 juta) per malam. Arcade Hotel juga dilengkapi dengan Game Room, yaitu ruangan sebesar 270 kaki persegi yang dilengkapi dengan 6 PC gaming, semua konsol baru, serta bagian khusus untuk virtual reality.

Contoh gaming hotel lainnya adalah I Hotel, yang ada di Taoyuan District, Taiwan. Sama seperti Arcade Hotel, I Hotel juga menyediakan perlengkapan gaming di setiap kamar, berupa dua konsol modern dan dua PC gaming. PC gaming di hotel tersebut menggunakan prosesor i5-7400 dan GPU GTX 1080 Ti. Setiap kamar juga memiliki gaming chair serta TV 46 inci. Lobi dari I Hotel bahkan memiliki gaming arena yang bisa digunakan untuk main bersama.

Bahkan, Hilton Panama juga punya kamar khusus untuk para gamers. Memang, Hilton Panama bukanlah gaming hotel. Namun, hotel itu memiliki gaming room, yang seperti namanya, ditujukan untuk memanjakan para gamers. Kamar bernomor 2425 di Hilton Panama tidak hanya menawarkan pemandangan indah dan layanan mewah, tapi juga berbagai peralatan gaming lengkap. Di kamar itu, Anda akan menemukan TV 4K OLED, PC Alienware dengan prosesor i7-7800 dan GPU GTX 1080 Ti, konsol Xbox One Elite, laptop Alienware yang bisa dihubungkan ke monitor 34 inci, serta kursi gaming.

Gaming room yang ada di Hilton Panama. | Sumber: The Verge

Contoh gaming hotel lainnya adalah Atari Hotel, yang masih dalam tahap pembangunan. Hotel yang didesain oleh perusahaan arsitektur global Gensler itu akan dibuka di Las Vegas, Amerika Serikat, pada 2022. Hotel itu memiliki bentuk menyerupai A yang ada pada logo Atari. Konsep Atari Hotel sendiri datang dari Napoleon Smith III, pengusaha dan juga rekan dari GSD Group. Sebelum hadir dengan konsep Atari Hotel, dia memang dikenal sebagai orang yang senang menghidupkan kembali merek lama, menurut laporan Fast Company.

Smith mengatakan, Atari Hotel akan memiliki desain dengan tema gabungan antara cyberpunk dystopia dan 80s-era low-bit nostalgia. Setiap kamar akan dilengkapi dengan berbagai platform gaming dan banyak game. Kamar di Atari Hotel juga akan memiliki TV berukuran besar serta internet cepat. Smith mengatakan, target market untuk Atari Hotel adalah hardcore gamers serta keluarga.

Taman Bermain dan Kafe Bertema Game

Jika gaming hotel dirasa masih tidak cukup menarik sebagai objek wisata untuk membuat para gamers keluar rumah, taman bermain bisa menjadi opsi alternatif. Banyak gamers yang bermimpi untuk bisa masuk ke dalam dunia game favoritnya. Kabar baik bagi para fans Super Mario, mereka bisa berkunjung ke Super Nintendo World untuk merasakan bagaimana rasanya hidup di dunia Super Mario.

Terletak di Universal Studios Japan, Super Nintendo World memang didesain dengan tema Super Mario. Misalnya, gerbang dari taman bermain itu merupakan pipa hijau yang menyerupai Warp Pipes dalam game Super Mario. Selain itu, pengunjung juga akan menemukan question blocks, yang bisa dipukul untuk mendapatkan koin virtual. Super Nintendo World juga punya berbagai atraksi yang menyerupai gameplay dari game Super Mario, seperti Koopa’s Challenge, yang menyerupai Mario Kart.

Tentu saja, di Super Nintendo World, para pengunjung juga akan menemukan karakter-karakter ikonik dalam Super Mario, seperti Mario, Luigi, dan Princess Peach. Mereka bisa mengambil foto bersama dengan karakter-karakter tersebut. Hanya saja, selama pandemi, pengunjung dilarang untuk menyentuh karakter-karakter itu. Selain itu, selama pandemi, Super Nintendo World juga membatasi jumlah pengunjung yang boleh masuk. Setiap hari, jumlah maksimal pengunjung dari Super Nintendo World adalah 10 ribu orang, setengah dari kapasitas maksimal taman bermain itu.

Keputusan Nintendo untuk membangun Super Nintendo World menunjukkan bahwa mereka ingin mencari cara baru dalam memonetisasi intellectual proprety (IP) mereka, seperti Super Mario.

“Nintendo memiliki strategi untuk mengalihkan bisnis mereka dari bisnis game ke bisnis hiburan. Dan strategi itu bisa memakan waktu puluhan tahun,” kata David Gibson, analis di Astris Advisory, perusahaan asal Tokyo, Jepang, seperti dikutip dari CNN.

Super Nintendo World bisa menghasilkan miliaran rupiah setiap harinya. Di hari kerja, harga tiket masuk dari taman bermain tersebut adalah 7,8 ribu yen atau sekitar Rp980 ribu. Sementara di akhir pekan, harga tiket naik menjadi 8,4 ribu yen atau sekitar Rp1,1 juta. Dengan asumsi jumlah pengunjung hanya mencapai 5 ribu setiap hari — setengah dari kapasitas yang diperbolehkan — maka setiap harinya, Super Mario World bisa mendapatkan sekitar Rp4,9 miliar atau Rp5,5 miliar. Namun, membangun taman bermain itu juga tidak murah. Untuk membangun Super Nintendo World, dibutukan waktu selama 6 tahun dan biaya sebesar US$500 juta (sekitar Rp7,2 triliun).

Sayangnya, tidak semua perusahaan game bisa melakukan apa yang Nintendo lakukan. Untuk membuat dan menyukseskan taman bermain sebesar Super Mario World, sebuah perusahaan tidak hanya harus memiliki dana yang cukup, tapi mereka juga harus memiliki IP yang dikenal oleh banyak orang. Karena itu, sebagian perusahaan game memilih untuk “hanya” membuat kafe bertema game. Dua contohnya adalah Capcom Cafe dan Square Enix Cafe yang terletak di Tokyo, Jepang.

Pada Desember 2019, Capcom Cafe mengadakan kolaborasi dengan Devil May Cry, salah satu franchise game milik Capcom. Bentuk kolaborasi ini adalah Capcom Cafe akan menyediakan menu khusus yang terinspirasi dari game Devil May Cry. Kolaborasi itu diadakan untuk merayakan Devil May Cry 5, yang dirilis pada Maret 2019. Berikut beberapa menu yang menjadi bagian dari kolaborasi Capcom Cafe dan Devil May Cry:

1. Bloody Palace BBQ Plate ~Vergil Mode~ (1,580 yen + pajak)
2. Ciacco’s Pizza Hamburger ~Dante Mode~ (1,580 yen + pajak)
3. V’s Book Chocolate Cake (1,480 yen + pajak)
4. Devil’s Chocolate Parfait ~Nero Mode~ (1,280 yen + pajak)
5. Dante (880 yen + pajak)
6. Nero (880 yen + pajak)

Menu khusus di Capcom Cafe. | Sumber: Siliconera

Di Capcom Cafe, selain makanan yang terinspirasi dari karakter-karakter Devil May Cry, pengunjung juga bisa membeli stirring sticks — yang menampilkan karakter-karakter dalam Devil May Cry — seharga 700 yen jika mereka membeli minuman. Namun, pengunjung tidak bisa memilih karakter yang muncul di stirring sticks yang mereka dapatkan, menurut laporan Siliconera.

Di Indonesia, setahu saya, tidak ada kafe khusus bertema game seperti Capcom Cafe atau Square Enix Cafe. Namun, pada November 2021 lalu, MiHoYo — developer dari Genshin Impact — mengadakan event offline, HoYo Fest, di Jakarta. Bekerja sama dengan Warung Koffie Batavia, MiHoYo membuat kafe yang bertema tiga game mereka: Genshin Impact, Honkai Impact, dan Tear of Themis, seperti yang disebutkan dalam Medcom.id.

Bagi pengunjung yang menghabiskan uang dengan nominal tertentu, mereka akan mendapatkan mystery gift box alias gacha di dunia nyata. Kotak itu berisi artwork, pin, figurine, atau merchandise lainnya. Hanya saja, orang yang mendapatkan kotak itu tidak akan tahu apa yang ada di dalam kotak tersebut sampai mereka membukanya. Selain di Indonesia, MiHoYo juga mengadakan event offline tersebut di beberapa negara Asia Tenggara lain, seperti Malaysia dan Singapura.

Sayangnya, eksekusi HoYo Fest di Indonesia masih kurang maksimal. Menurut laporan Risa Media, sejumlah pengunjung mengajukan protes karena kafe bertema di HoYo Fest dianggap kurang memberikan nuansa game. Dekorasi dalam kafe hanya berupa tempelan karakter dan jejeran merchandise. Tak hanya itu, penyajian makanan juga dianggap kurang memuaskan. Memang, jika Anda membandingkan tampilan pempek yang ada di HoYo Fest dengan menu makanan hasil kolaborasi Capcom dengan Devil May Cry, akan terlihat perbedaan cara penyajian makanan antara keduanya.

Kesimpulan

Dimana ada gula, di situ ada semut. Pepatah ini juga berlaku untuk para fans esports. Dimana ada kompetisi esports besar, para fans pasti akan berkumpul. Tren ini bisa dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mendorong industri pariwisata. Semakin besar turnamen esports yang diadakan, semakin besar pula massa yang mungkin datang. Hanya saja, semakin besar turnamen esports yang hendak digelar, semakin banyak pula persyaratan yang harus dipenuhi kota tuan rumah.

Sebagai contoh, sebelum pandemi, Valve sempat hendak melelang posisi kota tuan rumah dari The International. Beberapa persyaratan yang mereka ajukan antara lain koneksi internet yang cepat, transportasi umum yang baik, bandara bertaraf internasional, dan stadion dengan kapasitas sebanyak 15 ribu sampai 80 ribu orang.

Selain turnamen esports, gaming hotel atau taman bermain juga bisa menjadi objek wisata yang menarik para gamers. Hanya saja, membangun gaming hotel atau taman bermain seperti Super Nintendo World membutuhkan biaya yang besar. Alternatif yang tersedia adalah membuat kafe bertema game. Memang, kafe bertema game kemungkinan tidak akan menarik pengunjung dari luar negeri. Namun, setidaknya, keberadaan kafe bertema akan bisa membuat gamers lokal tertarik untuk datang dan menghabiskan uangnya.

Satu hal yang harus diingat, pengunjung dari kafe bertema game biasanya sudah tahu bahwa harga makanan dan minuman di kafe itu akan lebih tinggi dari biasanya. Dan mereka bersedia untuk membayar harga tersebut. Sebagai gantinya, mereka ingin mendapatkan pengalaman yang memuaskan selama mereka ada di kafe, baik dari nuansa yang ditampilkan oleh kafe, menu makanan/minuman, sampai gyang ada.

Kapten Team SMG Dilarang Bertanding Karena Buat Komentar Melecehkan, Twitch Gugat Pelaku Hate Raid

Kapten dari Team SMG dihukum oleh pihak manajemen karena melontarkan komentar melecehkan pada mantan rekan timnya. Hukuman itu berupa larangan bermain dan denda. Sementara itu, Twitch dikabarkan berencana untuk menggugat orang-orang yang ikut serta dalam “hate raid“. Pada minggu lalu, Noxcrew juga mengungkap bahwa mereka akan mengadakan kompetisi Minecraft untuk para streamers, yaitu MCC Rising.

Buat Komentar Melecehkan, Kapten Team SMG Dilarang Bertanding

Team SMG menjatuhkan hukuman pada kaptem tim PUBG Mobile mereka, Mohamad Nazeri Shanrin Bin Affan alias Trixnity.  Alasannya karena dia melecehkan gamer perempuan dalam siaran Facebook Live. Salah satu hukuman yang dijatuhkan pada Trixnity adalah larangan untuk bermain. Sekarang, dia tidak boleh ikut bermain dalam PUBG Mobile Pro League (PMPL) serta turnamen esports lainnya. Masih belum diketahui berapa lama hukuman ini akan berlangsung.

Dalam pernyataan resmi, Team SMG mengungkap bahwa mereka tahu akan komentar melecehkan yang dilontarkan Trixnity pada mantan rekan timnya, NorFarah Shahira alias Miss Farr. Selain larangan bermain, Team SMG juga mengenakan denda sebesar tiga bulan gaji untuk Trixnity. Pihak manajemen juga melarang semua anggota tim PUBG Mobile untuk ikut dalam siaran di masa depan, menurut laporan IGN.

Paper Rex Tunjukkan Dukungan Pada Tim VALORANT Bren Esports

Pada 3 September 2021, Alex Francois, Head of Competitive Operations, VALORANT Esports mengumumkan bahwa Bren Esports tidak akan ikut serta dalam VALORANT Masters: Berlin. Alasannya karena pemerintah Jerman memperketat persyaratan untuk mendapatkan visa. Alhasil, tim Bren Esports tidak bisa mendapatkan visa untuk pergi Jerman. Padahal, tim VALORANT dari Bren berhasil memenangkan VCT Challengers-Southeast Asia. Mereka berhasil mengalahkan Paper Rex dengan nilai 3-0, lapor ABS-CBN.

Paper Rex tunjukkan dukungan untuk Bren Esports. | Sumber: Facebook

Meskipun sempat kalah dari Bren, Paper Rex, tim esports asal Singapura, tetap menunjukkan dukungan mereka pada Bren Esports ketika mereka tiba di Berlin. Tim Paper Rex mengunggah foto tim mereka yang memegang bendera Filipina di akun Facebook resmi mereka. Caption dari foto tersebut adalah “Kalian bersama kami.” Jessie “Jessievash” Cuyco, pemain VALORANT profesional asal Filipina lalu membalas, “Selamat. GLHF.”

Twitch Gugat Orang-Orang yang Terlibat dalam Hate Raid

Twitch sempat menjadi topik pembicaraan hangat di Twitter karena mereka dianggap gagal dalam menghentikan “hate raid” yang ditujukan pada para streamers di platform mereka. Sekarang, Twitch membawa masalah ini ke ranah hukum. Kepada WIRED, juru bicara Twitch mengungkap bahwa mereka berharap, mereka akan bisa mengetahui orang-orang di balik hate raid dan alat yang mereka gunakan. Mereka juga berharap, gugatan yang mereka ajukan akan membuat orang lain enggan untuk mengikuti langkah para pelaku hate raid, menurut laporan Dot Esports.

Biasanya, orang-orang yang menjadi bagian dari “hate raid” akan hadir di siaran langsung streamer yang menjadi target mereka dan memenuhi kolom chat dengan hinaan. Masalahnya, komentar hinaan ini muncul dalam jumlah banyak, membuat streamer yang menjadi target kesulitan untuk mengatasi masalah tersebut. Alhasil, banyak streamers yang berakhir menghentikan sesi siaran mereka.

Sepanjang sejarah Twitch, harassment memang merupakan salah satu masalah yang sering muncul. Sejauh ini, Twitch terus menyesuaikan regulasi di platform mereka untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun, belakangan, gangguan yang muncul justru semakin parah. Biasanya, harassment itu ditujukan untuk streamers tertentu, khususnya yang berkulit hitam.

Noxcrew Gelar MCC Rising untuk Streamers Minecraft

Noxcrew akan mengadakan MCC Rising, kompetisi yang ditujukan untuk streamers Minecraft. MCC Rising akan mengadu 10 tim. Masing-masing tim akan terdiri dari 4 orang. Kompetisi tersebut boleh diikuti oleh semua streamers, tidak peduli jumlah subscribers yang mereka miliki. Melalui MCC Rising, Noxcrew memang ingin mengadu beragam kreator konten, mulai dari streamers kecil yang namanya tidak dikenal sampai kreator yang memang sudah punya fanbase.

Noxcrew bakal mengadakan MCC Rising.

Salah satu persyaratan untuk ikut serta di MCC Rising adalah streamer yang ingin ikut serta harus sudah punya tim yang berisi 4 orang. Semua anggota tim harus punya waktu luang selama setidaknya 4 jam pada 2 Oktober 2021. Selain itu, semua peserta harus menggunakan Minecraft: Jave edition, serta memiliki mikrofon dan akun Discord. Terakhir, semua pemain harus memiliki komputer yang cukup kuat untuk menjalankan Minecraft selama event, lapor Dot Esports.

Gfinity Akuisisi SiegeGG

Penyelenggara turnamen esports asal London, Gfinity, baru saja mengakuisisi SiegeGG, situs yang fokus pada Rainbow Six Siege. Alasan di balik akuisisi itu adalah karena Gfinity tertarik dengan teknologi dan metodologi yang digunakan oleh SiegeGG untuk membuat analisa statistik terkait Rainbow Six Siege. SiegeGG lalu menjual data tersebut ke pelaku di industri esports, termasuk publisher dari Rainbow Six, Ubisoft. Gfinity berencana untuk membuat model analisa statistik serupa di game-game lain, lapor Esports Insider.

Melalui akuisisi ini, SiegeGG akan menjadi bagian dari Gfinity Digital Media Group (GDM). Situs siege.gg, yang mendapatkan page views sebanyak 1 juta per bulan dan memiliki hampir 100 ribu followers di Twitter, akan menjadi milik Gfinity. Sementara itu, tim manajemen SiegeGG akan menandatangani kontrak baru dengan Gfinity sebagai pegawai tetap. Dari sisi GDM, mereka akan membantu siege.gg untuk tumbuh, baik dari segi pembaca atau pemasukan. Selain itu, siege.gg juga akan menjajaki game esports lain sepain Rainbow Six Siege.

Astralis Kini Punya Tim Rainbow Six, Tiket The International 10 Belum Dijual

Sebulan menjelang The International 10, Valve masih belum menjual tiket dari kompetisi tersebut. Sementara itu, liga League of Legends Tiongkok menunjukkan trofi baru yang dibuat oleh perusahaan perhiasan Tiffany and Cos. Astralis mengungkap bahwa mereka punya tim Rainbow Six yang akan bertanding di Amerika Utara, sementara TSM FTX buat tim Call of Duty: Mobile.

Astralis Akuisisi Disrupt Gaming, Jajaki Skena Esports Rainbow Six di Amerika Utara

Astralis baru saja mengakuisisi tim Rainbow Six dari Disrupt Gaming. Dengan ini, organisasi esports asal Eropa itu resmi melebarkan sayap mereka ke Amerika Utara. Melalui akuisisi ini, Astralis akan menguasai aset, staf penting, dan fasilitas milik Disrupt Gaming. Selain itu, tim Rainbow Six Disrupt Gaming akan berganti nama menjadi Astralis US. Mereka akan bertanding di liga Rainbow Six untuk kawasan Amerika Utara.

“Melakukan ekspansi ke Amerika Utara dan menjajaki Rainbow Six NA League adalah rencana besar untuk kami,” kata Pendiri dan Chief Revenue Officer, Astralis, Jakob Lund Kristensen, seperti dikutip dari Esports Insider. “Kami ingin membawa sesuatu yang baru dan menarik bagi fans Rainbow Six. Pada saat yang sama, kami ingin memberikan tim baru yang berlaga di liga dan game baru bagi semua fans Astralis di dunia.”

LPL Perkenalkan Trofi Baru, Buatan Tiffany and Co.

League of Legends Pro League (LPL) menunjukkan Silver Dragon Cup yang baru. Trofi tersebut dibuat oleh perusahaan perhiasan Tiffany and Co. dalam rangka untuk merayakan ulang tahun League of Legends ke-10 di Tiongkok. Informasi terkait Silver Dragon Cup baru tersebut diumumkan pertama kali pada LPL Summer Final, yang digelar di Hangzhou Olympic Sports Centre. Trofi itu ditempa oleh Shen XinPei, seorang Seniman Warisan Budaya Takbenda asal Tiongkok. Salah satu material yang digunakan untuk menempa trofi tersebut adalah kepingan dari Silver Dragon Cup yang lama.

Di Silver Dragon Cup baru, Anda akan menemukan ukiran nama dari tim-tim yang pernah memenangkan LPL Spring dan Summer Finals, termasuk EDward Gaming, tim esports yang memenangkan LoL Pro League pertama pada 2013. Kali ini merupakan kali kedua Tiffany and Co. bekerja sama dengan LoL Esports di Asia. Sebelum ini, Tiffany and Co. bekerja sama dengan liga League of Legends Korea untuk membuat cincin dan gelang yang menjadi bagian dari koleksi Tiffany 1837 Makers. Perhiasan tersebut juga diberikan pada setiap pemenang dari LCK selama tiga tahun, menurut laporan Esports Insider.

Kingston FURY Kerja Sama dengan Cloud9

Organisasi esports asal Amerika Utara, Cloud9, telah menjalin kerja sama dengan Kingston FURY. Melalui kerja sama ini, Kingston FURY akan menjadi rekan RAM resmi dari Cloud9. FURY adalah salah satu sub-merek milik Kingston, yang dikenal sebagai produsen RAM, SSD, dan memory cards. Melalui FURY, Kingston mencoba untuk membuat produk yang fokus pada performa. Mengingat HyperX telah dijual ke HP, FURY jadi satu-satunya sub-merek Kingston yang fokus pada performa. Saat ini, FURY merupakan merek untuk RAM performa tinggi yang digunakan di gaming PC.

“Kingston terus mendedikasikan diri untuk komunitas game dan esports, dengan mendesain produk yang dibuat secara khusus untuk para gamers dan tech enthusiasts,” kata Senior Director of Marketing, Kingston, Craig Tilmont, seperti dikutip dari Esports Insider. “Kami senang karena bisa bekerja sama dengan Cloud9, yang akan menggunakan RAM Kingston FURY di perangkat gaming mereka.”

TSM FTX Perkenalkan Tim CoD: Mobile

TSM FTX mulai menjajaki skena esports Call of Duty: Mobile setelah mengakuisisi tim dari Truly. Tim tersebut terdiri dari Solid, Cyzu, TipWrath, Hihi, Gamer, Slothy, dan haxs. Tim tersebut pertama kali bertanding di bawah nama TSM FTX pada babak playoffs dari CoD: Mobilw World Championship 2021, yang digelar pada 4-5 September 2021 kemarin. Dari babak playoffs tersebut, akan dipilih dua tim terbaik untuk mewakili kawasan Amerika Utara di 2021 World Championship Finals.

Pada Juni 2021, TSM menandatangani kontrak naming rights dengan bursa cryptocurrency, FTX. Ketika itu, mereka mengungkap bahwa mereka akan menggunakan dana yang mereka dapatkan untuk melakukan ekspansi global, termasuk menjajaki kompetisi mobile esports. Tak lama setelah itu, TSM mempekerjakan Jeff “SuiJeneris” Chau sebagai Director of Mobile. Chau adalah mantan pemain Vainglory profesional. Selain itu, dia juga pernah bekerja di Team Liquid dan Immortals, lapor Dot Esports.

Valve Belum Berikan Informasi Soal Penjualan Tiket TI10

The International 10 akan digelar pada awal Oktober mendatang. Namun, sampai saat ini, Valve belum memberikan informasi tentang penjualan tiket dari TI10. Tahun lalu, untuk pertama kalinya, penyelenggaraan The International harus ditunda karena pandemi COVID-19. Pada tahun ini, Valve kembali harus menunda TI10 sekitar dua bulan dari jadwal semula. Alasannya karena Sports Federation menolak untuk mengategorikan esports sebagai olahraga. Jadi,  sulit bagi para peserta TI10 untuk mendapatkan visa ke Swedia. Pada akhirnya, Valve memutuskan untuk memindahkan lokasi penyelneggaraan The International, dari Swedia ke Romania. Meskipun begitu, Valve belum mengeluarkan ketentuan terkait penonton offline untuk TI10 karena kemunculan varian baru dari COVID-19. .

“Kami harap, kami sudah bisa memberikan informasi tentang tiket dari TI10 saat ini. Namun, varian Delta memunculkan tantangan baru dalam usaha kami untuk mengadakan kompetisi offline yang aman,” ungkap Valve, menurut laporan Dot Esports. Jika pemerintah Romania mengubah peraturan terkait kedatangan wisatawan mancanegara, hal ini juga akan memengaruhi orang-orang yang ingin menonton TI10 secara langsung. Karena itu, sampai sekarang, Valve belum berani mengungkap tentang penjualan tiket TI10.

Rainbow Six Ectraction dan Rider Republic Ditunda Tanggal Rilisnya

Penundaan perilisan video game mungkin menjadi hal yang lumrah saat ini. Apalagi mengingat sudah banyak kasus perilisan yang tergesa-gesa malah membuat para gamer yang telah menunggu marah karena game-nya tidak jauh dari ekspektasi.

Seperti tidak ingin hal tadi terjadi, Ubisoft kini mengumumkan bahwa dua game terbaru mereka yaitu Tom Clancy’s Rainbow Six Extraction dan juga Riders Republic akan ditunda perilisannya.

Ubisoft mengatakan bahwa meereka mengubah tanggal rilis agar dapat mengumpulkan lebih banyak feedback dari para pemain.

Image credit: Ubisoft

“Tujuan dari keputusan untuk menunda kedua game ini adalah untuk memberikan lebih banyak kesempatan bagi para pemain untuk menguji (game tersebut), bermain langsung, dan memberikan feedback untuk memastikan bahwa kami membawa pengalaman terbaik dan memungkinkan kedua game tersebut mencapai potensi maksimalnya.” Ungkap Ubisoft dalam blog update-nya.

Ubisoft merasa bahwa keputusan mereka untuk menjadwalkan ulang perilsan kedua game mereka tersebut merupakan keputusan yang tepat untuk para fans dan juga performa jangka panjang dari game-nya.

Riders Republic kini direncanakan untuk dirilis pada 28 Oktober 2021 mendatang. Sedangkan Rainbow Six Extraction harus mundur hingga tahun depan, tepatnya pada Januari 2022. Penundaan ini sebenarnya merupakan penundaan kedua kali bagi kedua game tersebut.

“Ambisi kami terhadap Rainbow Six Extraction adalah untuk menghadirkan pengalaman AAA lengkap, yang mengubah cara Anda bermain dan berpikir tentang game kooperatif. Kami memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan waktu tambahan untuk mewujudkan visi ini sebagaimana mestinya pada Januari 2022.”  Ujar Ubisoft untuk Rainbow Six Extraction.

Image credit: Ubisoft

Rainbow Six Extraction sebenarnya bukanlah game yang benar-benar baru. Pada awalnya game ini direncanakan untuk menjadi ekspansi untuk Rainbow Six: Siege dengan nama Rainbow Six Quarantine. Setelah pengumumannya pada gelaran E3 2019, game ini memang seakan menghilang hingga akhirnya muncul kembali tahun ini dan berganti nama menjadi Extraction.

Sedangkan Riders Republic juga telah dikerjakan sejak 2017 lalu oleh Ubisoft Annecy yang sebelumnya mengerjakan game olahraga Ubisoft sebelumnya, Steep. Bila sebelumnya mayoritas olahraga ekstrim yang diangkat berhubungan dengan salju, Riders Republic lebih bervariasi mulai dari sepeda gunung, snowboarding, hingga wingsuit.

Rainbow Six Siege Akan Mulai Uji Coba Fitur Cross-Play

Impian para pemain Rainbow Six Siege untuk dapat bermain dengan teman-temannya lintas platform kelihatannya akan segera terwujud. Karena dalam update terbarunya Ubisoft mengatakan bahwa mereka tengah menguji coba fitur cross-play untuk game tactical shooter tersebut.

Lewat cuitan di akun Twitter resminya, Rainbow Six Siege mengatakan jika mereka sedang melakukan tes cross-play antara platform PC dan cloud gaming. Sayangnya tidak dijelaskan platform cloud gaming apa yang tengah diuji coba tersebut.

Mereka juga mengajak para pemain untuk mengetahui lebih banyak detail mengenai rencana fitur cross-play dan juga cross-progression pada gelaran Ubisoft Forward pada 12 Juni mendatang.

Cross-progression sendiri juga merupakan fitur yang paling ditunggu-tunggu oleh pemain termasuk para pemain pro, terutama yang memainkan R6:Siege ini di konsol seperti Xbox One. Karena esport scene dari game ini kini mulai beralih dari Xbox dan lebih berfokus ke PC.

Dengan fitur cross-progression tersebut, para pemain akhirnya dapat mentransfer progres dan stat yang telah mereka miliki selama ini sekaligus membawa skin dan item lain yang mereka miliki sebelumnya.

Sumber: Microsoft

Meskipun angan-angan untuk bermain secara cross-play kini semakin dekat. Namun, dalam pelaksanaannya nanti, hal ini masih akan membawa masalah baru ke dalam game-nya, terutama untuk game FPS kompetitif seperti R6: Siege karena penggunaan mouse dan kontroler/joystick tentu membawa perbedaan dalam game.

Input-based matchmaking menjadi salah satu solusi paling mudah dan realistis karena para pemain PC yang menggunakan joystick bisa bermain dengan pemain dari platform konsol. Sedangkan para pemain yang menggunakan mouse akan tetap dipertemukan dengan pemain lain yang juga memakai mouse.

Untuk sekarang sepertinya kita harus sabar menunggu kurang lebih 2 minggu hingga akhirnya Ubisoft memperlihatkan lebih banyak mengenai sistem cross-play dan cross-progress ini pada event Ubisoft Forward nanti.

RSG dari Singapura Dapat Investasi Rp14,6 Miliar, Twitch Bantu Universitas Kembangkan Jurusan Esports

Minggu lalu, ada beberapa pelaku esports yang menjalin kerja sama baru. Salah satunya adalah kerja sama Twitch dengan University of Chichester. Twitch akan mendukung University of Chichester membuat jurusan esports. Sementara itu, di Asia Tenggara, RSG baru saja mendapatkan kucuran dana dari FrontSight Capital Fund. Di kawasan Amerika Utara, Levi’s telah menandatangani kontrak kerja sama dengan NRG Esports.

RSG dari Singapura Dapat Investasi Rp14,6 Miliar

RSG, organisasi esports asal Singapura, mengumumkan bahwa mereka telah mendapatkan investasi sebesar US$1 juta (sekitar Rp14,6 miliar) dari FrontSight Capital Fund. Dana investasi ini akan RSG gunakan untuk merealisasikan misi mereka, yaitu menjaring audiens muda melalui konten game dan esports serta mendukung talenta-talenta esports di Asia Tenggara. Tak hanya itu, mereka juga berencana untuk melakukan ekspansi, lapor The Esports Observer. Sementara itu, FrontSight mengungkap bahwa di masa depan, mereka berencana untuk menanamkan 10 investasi lain ke tim dan perusahaan esports di Asia Tenggara. Masing-masing investasi tersebut akan bernilai sekitar US$1-2 juta.

FACEIT dan Ubisoft Gelar FPL di Brasil

Platform esports FACEIT dan developer Ubisoft akan membawa turnamen Rainbow Six Siege FPL (FACEIT Pro League) ke Brasil. FPL Brasil akan mengadu para pemain dari Brasileirão, liga nasional Rainbox Six yang digelar oleh Ubisoft, Circuito Feminino, kompetisi yang ditujukan untuk pemain Rainbow Six perempuan, dan sejumlah pemain profesional serta brand ambassador ternama, lapor Esports Insider.

FPL akan diekspansi ke Brasil dan Amerika Latin. | Sumber: Esports Insider

Setiap musim, FPL akan menawarkan total hadiah sebesar US$2 ribu (sekitar Rp29 juta). Sementara itu, leaderboards dari FPL akan direset setiap bulan. Untuk bisa berlaga di FPL Brasil, seseorang bisa mendaftarkan diri di Division 2 dari Official Ubisoft Esports Hub. Pada akhir bulan, lima pemain terbaik dari divisi dua akan bisa maju ke Division 1. Namun, pemain dengan rank Platinum III bisa langsung mencoba untuk berlaga di divisi pertama. Setiap bulan, dua pemain terbaik dari Division 1 akan diundang untuk bertanding di FPL.

Twitch Kerja Sama dengan University of Chichester untuk Kembangkan Jurusan Esports

Twitch mengumumkan bahwa mereka telah menjalin kerja sama dengan University of Chichester yang terletak di Inggris. Keduanya akan berkolaborasi terkait pengadaan jurusan esports. Dengan adanya jurusan esports ini, Twitch dan University of Chichester berharap, akan ada semakin banyak orang yang tertarik untuk bekerja di industri gaming.

University of Chichester meluncurkan jurusan esports pada 2019. Sejak saat itu, jurusan esports menjadi jurusan dengan pertumbuhan paling cepat di University of Chichester. Murid yang masuk dalam jurusan ini akan belajar tentang dampak psikologis dan fisik dari esports. Tak hanya itu, mereka juga akan belajar tentang nutrisi, strategi, dan bagaimana cara menjadi seorang pelatih.

“Kami bangga bisa bekerja sama dengan University of Chicester untuk menyediakan pendidikan yang relevan di bidang media digital baru melalui game dan esports,” kata Mark “Garvey” Candella, Director of Student and Education Programs, Twitch, seperti dikutip dari Planet Radio. “Kami tidak sabar untuk bekerja sama dengan para fakultasi, para pendidik, dan badan mahasiswa yang ada.”

Misfits Gaming Group Buat Program Advokasi Perempuan

Minggu lalu, Misfits Gaming Group, organisasi esports asal Amerika Serikat, memperkenalkan Women of Misfits, program advokasi untuk perempuan. Program itu akan fokus pada empat hal, yaitu mentorship, pengembangan karir, membangun jaringan, dan advokasi. Setiap bulan, Misfits akan mengundang seorang pembicara tamu untuk memberikan edukasi dan berbagi pengalaman mereka. Program ini akan dipimpin oleh para eksekutif perempuan di Misfits.

Lima pembicara yang sudah dikonfirmasi oleh Misfits. | Sumber: The Esports Observer

Misfits telah mengonfirmasi lima pembicara yang akan mereka undang. Kelima orang itu antara lain Chris Evert, pemain tennis legendaris yang memenangkan Grand Slam 18 kali, GloZell Green, YouTuber dan komedian, Bianca Smith, perempuan berkulit hitam pertama yang berhasil menjadi pelatih tim baseball profesional, Angela Ruggiero, CEO dan Co-founder dari Sports Innovation Lab dan pemenang medali emas di Olimpiade untuk cabang olahraga hoki, serta Maya Enista Smith, Executive Director dari Born This Way Foundation, menurut laporan The Esports Observer.

Levi’s Bekerja Sama dengan NRG Esports

Levi’s resmi memasuki ranah esports dengan menandatangani kontrak kerja sama dengan NRG Esports. Melalui kolaborasi ini, para pemain dan streamers dari NRG akan mengenakan pakaian dari Levi’s. Tak hanya itu, Levi’s dan NRG juga akan membuat konten bersama. Serial konten ini akan menampilkan kehidupan sehari-hari dari para influencers dari NRG. Konten tersebut akan disiarkan di kanal Twitch dan YouTube NRG, menurut laporan The Esports Observer. Selain itu, Levi’s juga akan punya lounge di markas NRG, Hot Pockets Castle, yang terletak di Los Angeles. Di longue tersebut, para pengunjung akan bisa menyesuaikan pakaian yang mereka kenakan.

Gamers Club dan Riot Games Selenggarakan Turnamen Valorant untuk Perempuan

Gamers Club, platform gaming milik Immortals Gaming Club bekerja sama dengan Riot Games melalui inisiatif Game Changers untuk menyelenggarakan Gamers Club Circuit: Gêneses Protocol, turnamen Valorant untuk perempuan di Brasil dan Amerika Latin. Kompetisi itu terbagi ke dalam empat split. Dari sekumpulan turnamen tersebut, satu tim akan terpilih untuk berlaga di Valorant Game Changers Series.

Masing-masing split akan menawarkan hadiah sebesar sekitar US$3,6 ribu (sekitar Rp52 juta). Jadi, secara total, turnamen-turnamen ini akan menyediakan hadiah sebesar US$14,3 ribu (sekitar Rp208 juta). Sekumpulan turnamen Valorant ini terbuka untuk umum. Pasalnya, program Game Changers dari Riot memang dibuat untuk memberikan kesempatan bagi pemain perempuan untuk memulai karir di dunia esports. Beberapa tim yang akan terjun dalam turnamen ini antara lain Gamelanders, INTZ, dan Vivo Keyd, seperti disebutkan oleh The Esports Observer.

Sumber header: Esports Talk

Ubisoft Perkenalkan R6 SHARE, Program Bagi Hasil untuk Tim-Tim Rainbow Six Siege

Ubisoft meluncurkan Revenue Share Pilot Program pada 2018, yang diikuti oleh 10 tim Rainbow Six Siege profesional. Belum lama ini, mereka mengubah nama program tersebut menjadi R6 SHARE. Bersamaan dengan itu, mereka juga mengungkap beberapa perubahan yang mereka lakukan. Kali ini, akan ada 42 organisasi esports yang ikut serta dalam R6 SHARE. Program bagi hasil tersebut akan berlangsung selama 4 tahun, mendorong organisasi-organisasi esports untuk membuat rencana dalam jangka panjang.

Semua organisasi esports yang ikut dalam R6 SHARE akan dikelompokkan ke dalam 3 tier berdasarkan ukuran dan kemampuan organisasi tersebut. Semakin besar kontribusi sebuah tim pada scene esports Rainbow Six Siege, semakin tinggi pula tier mereka. Sementara itu, total pemasukan yang akan dibagi dalam program R6 SHARE tergantung pada total penjualan item dalam game. Penjualan item pertama untuk R6 SHARE akan diadakan pada bulan ini.

R6 SHARE
Ubisoft perkenalkan sistem pembagian keuntungan untuk komunitas Rainbow Six, R6 SHARE.

Sebelum November Six Major, Ubisoft akan meluncurkan Operator Bundle. Sebanyak 30% dari total penjualan Operator Bundle ini akan dimasukkan dalam pool prize dari turnamen Major tersebut. Sementara itu, 30% dari total penjualan item khusus sebuah liga akan dibagi menjadi 4 bagian. Satu bagian diberikan pada masing-masing tier, dan satu bagian lagi diberikan pada tim-tim yang memberikan performa terbaik. Dan 30% dari penjualan item bertema tim esports tertentu akan langsung masuk ke kantong organisasi esports tersebut.

Saat ini, masih belum diketahui siapa saja yang akan ikut serta dalam program R6 SHARE. Satu hal yang pasti, Spacestation Gaming, yang memenangkan Six Invitational 2020, akan ikut serta dalam program bagi hasil ini.

Kepada The Esports Observer, Co-Owner dan General Manager, Shawn Pellerin berkata, “Ubisoft telah membangun program yang sangat menguntungkan, yang akan menjamin bahwa organisasi-organisasi esports akan mendapatkan untung dari setelah berinvestasi di scene esports Rainbow Six. Sistem tier yang mereka gunakan akan menguntungkan tim-tim yang menanamkan investasi lebih besar demi mengembangkan tim dan scene esports Rainbow Six.”

Dalam wawancara dengan DBLTAP Esports, President Cloud9, Dan Fiden mengatakan bahwa saat ini, mereka mulai mendapatkan keuntungan lebih besar dari Rainbow Six daripada Counter-Strike: Global Offensive. Padahal, CS:GO memiliki ekosistem yang lebih besar. Mengingat esports membantu Ubisoft untuk meningkatkan jumlah pemain dari Rainbow Six Siege, tidak heran jika mereka berusaha keras untuk mengembangkan ekosistem esports dari game mereka tersebut. Pada Februari 2020, mereka baru saja merombak struktur kompetisi Rainbow Six Siege. Sementara pada Mei 2020, mereka mengumumkan liga Rainbow Six Siege baru.

Sumber: The Esports Observer, Esports Insider

Ubisoft Umumkan Liga Rainbow Six Siege Baru, North America League

Rainbow Six Pro League tak lagi diselenggarakan. Namun, itu bukan berarti Ubisoft tak lagi peduli akan ekosistem esports dari Rainbow Six. Mereka baru saja mengumumkan turnamen esports Rainbow Six Siege baru untuk kawasan Amerika Utara. Turnamen tersebut akan diadakan pada akhir Juni 2020.

North America League akan dibagi ke dalam dua divisi, yaitu divisi Amerika Serikat dan divisi Kanada. Dalam divisi Amerika Serikat, terdapat 8 tim esports, yaitu Spacestation Gaming, TSM, DarkZero Esports, eUnited, Oxygen Esports, Disrupt Gaming, Susquehanna Soniqs dan Tempo Storm. Sementara divisi Kanada akan terdiri dari 4 tim esports. Sayangnya, masih belum diketahui tim mana saja yang akan menjadi bagian dari dviisi Kanada.

Pertandingan antara tim-tim di divisi Amerika Serikat akan diadakan dalam format offline di Las Vegas, Nevada. Sementara pertandingan antara tim di divisi Kanada akan diadakan secara online. Selain North America League, Ubisoft juga mengadakan Challenger Leagues untuk Amerika Serikat dan Kanada.

north america League
Timeline dari North America League pada 2020. | Sumber: Ubisoft

“Kami sangat bangga dengan struktur Rainbow Six Esports global yang memprioritaskan investasi dan pelokalan di masing-masing region,” kata Senior Director of Esports, Ubisoft, Che Chou, dikutip dari ESPN. “Di North America League, 8 tim Divisi AS dipilih dengan tujuan memastikan struktur tim yang stabil agar liga offline premium bisa diselenggarakan.” Dia menjelaskan, alasan Ubisoft memilih Las Vegas sebagai tempat untuk menyelenggarakan turnamen offline di Las Vegas adalah karena kota tersebut dianggap sebagai salah satu pusat hiburan di dunia.

Di situs resminya, Ubisoft menjelaskan bahwa satu musim North America League akan berlangsung selama 11 bulan, dari Maret sampai Februari tahun depan. Dalam satu musim, terdapat 3 Stages. Masing-masing Stage berlangsung selama 5 minggu. Namun, pada 2020, hanya akan ada 2 Stages karena tahun ini masih menjadi masa transisi ke sistem baru setelah Rainbow Six Pro League ditiadakan. Pada Desember, Ubisoft akan mengadakan turnamen Major, North American Finals, mempertemukan mempertemukan 16 tim terbaik di kawasan Amerika Utara. Mereka juga akan memberlakukan sistem promosi/relegasi bagi tim North America League dan Challenger League. Tim dengan posisi terbawah dari NAL akan harus bertanding dengan tim terbaik Challenger League.

Sepanjang musim, setiap tim yang berlaga di NAL juga memiliki kesempatan mendapatkan Global Standing Points jika mereka dapat memberikan performa yang memuaskan dalam satu Stage. Enam belas tim dengan poin tertinggi akan mendapatkan undangan ke Six Invitational, turnamen Rainbow Six Siege paling bergengsi.

Pada Februari 2020, Ubisoft memang menjelaskan keputusan mereka untuk merombak struktur esports Rainbow Six. Ketika itu, mereka mengungkap bahwa mereka akan menggunakan sistem poin untuk menentukan tim yang diundang ke Six Invitational. Harapannya, tim-tim profesional dapat memberikan performa yang lebih stabil sepanjang musim.

Ubisoft Akan Rilis RPG Tom Clancy’s Elite Squad dalam Waktu Dekat

Setelah pengumumannya di E3 2019 kemarin, akhirnya Tom Clancy’s Elite Squad dikabarkan akan rilis dalam waktu dekat. Tom Clancy’s Elite Squad adalah role-playing games yang bisa Anda mainkan di platform Android dan iOS secara free-to-play. Tetapi pada post Twitter tersebut, Ubisoft menyebutkan “coming soon in Google Play”. Sehingga para pengguna iOS harus bersabar lebih lama lagi untuk memainkan game ini. Perihal ditanyakan tanggal pasti perilisannya, Ubisoft menjawab bahwa tahun ini akan dilakukan perilisan secara bertahap. Tetapi Ubisoft tidak memberikan informasi negara mana yang akan dipilih untuk diluncurkan perilisan pertama.

Menariknya, game ini menggabungkan karakter-karakter dari game Tom Clancy’s yang lain seperti Rainbow Six, Splinter cell, Ghost Recon dan The Division. Anda dipersilakan untuk memilih lima karakter ke dalam tim untuk bermain di mode story mode atau online PVP. Pada Desember 2019 kemarin, Tom Clancy’s Elite Squad mengumumkan masuknya Dokkaebi ke dalam game. Saat ini, Anda dapat mengikuti pre-register untuk mendapatkan karakter eksklusif.

Mungkin Anda akan mengira genre game ini adalah first person shooter. Tetapi Ubisoft memperkenalkan game ini sebagai role-playing games 5v5 dynamic battle. Melihat gameplay-nya, Tom Clancy’s Elite Squad menggunakan desain karakter yang bergaya kartun. Terlihat berbeda dengan game Tom Clancy’s lain yang memiliki desain realistis. Anda dapat mengendalikan karakter yang dimainkan untuk diserang dan mengeluarkan skill. Anda juga dapat meng-upgrade karakter yang dimiliki di game ini. Setiap karakter juga memiliki skill dan senjata tersendiri yang bisa Anda manfaatkan sesuai strategi.

Berbeda secara desain dan genre game, Ubisoft seperti menghindari persaingan dengan raksasa yaitu Call of Duty Mobile dan PUBG Mobile. Pasalnya, Ubisoft harus memasuki pasar yang sudah dikuasai oleh yang lain. PUBG Mobile sendiri memiliki 50 juta user yang bermain setiap harinya. Call of Duty Mobile sendiri berhasil meraih 100 juta downloads pada minggu pertama peluncuran. Mengenai hal tersebut, Ubisoft menjawab keputusannya dalam memilih genre ini adalah “untuk memberikan kesempatan para penggemar game Tom Clancy’s memainkan karakter favoritnya baik heroes ataupun villains di dalam satu game.”

Operator Baru Rainbow Six Siege: Iana dan Oryx, Apa Kelebihannya?

Dengan pengumuman update Operation Void Edge, diperkenalkan juga dua operator baru di Rainbow Six Siege yaitu Nienke “Iana” Meijer dan Saif “Oryx” Al Hadid. Dengan unique ability yang berbeda dari operator terdahulu, Iana dan Oryx akan memberi warna baru di dalam game. Di artikel ini, saya dan Ajie “WildLotus” Zata selaku Team Manager dari Team Scrypt akan menjelaskan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing operator baru ini.

Iana – Intel Gathering

Sumber: Ubisoft
Sumber: Ubisoft

Sebelum membahas unique ability miliknya yaitu Gemini Replicator, saya akan membahas mengenai primary weapon-nya terlebih dahulu. Karena tidak sedikit pemain yang memilih operator dengan alasan primary weapon yang bagus. Iana memiliki ARX200 dan G36C yang terbilang mudah untuk dikendalikan recoil-nya. Selain itu, damage dari ARX200 tergolong besar (47 damage). Seharusnya, ARX200 akan lebih populer untuk dipilih dibandingkan G36C. Dan akan banyak pemain yang memilih Iana karena ARX200 yang ia miliki.

Gathering intel adalah kemampuan utama Iana. Melihat ia memiliki 2 drone ditambah Gemini Replicator. Totalnya ada tiga alat baginya untuk mengumpulkan informasi mengenai musuh. Menurut kami, Iana sangat berguna di dalam kondisi planting. Iana akan memanfaatkan informasi mengenai letak musuhnya ketika bomb defuser sudah dipasang. Dengan informasi tersebut, Iana bisa melakukan rotasi dengan mudah untuk menjaga bomb defuser. Karena ini, seharusnya operator Mute akan semakin populer untuk menghalangi intel gathering. 

Selain mengumpulkan informasi, Iana juga beguna untuk mengecoh lawannya. Sama seperti Alibi di posisi defender, hologram yang dikeluarkan juga memiliki potensi untuk membuat lawan bingung. Lawannya akan bertanya-tanya, apakah ini Iana asli atau tidak. Bisa dibilang seperti mind games, sangat sulit bagi musuh untuk mendeteksi Iana yang asli atau hologram. Ada beberapa alat yang bisa mendeteksi Iana, yaitu Evil Eye milik Maestro dan gadget Bulletproof Camera. Pasalnya, Evil Eye akan mendeteksi musuh dengan siluet berwarna putih. Hal tersebut karena Evil Eye juga mendeteksi panas tubuh lawannya. Apabila hologram milik Iana terlihat di Evil Eye, tidak akan terlihat siluet putihnya karena hologram tidak memiliki panas tubuh.

Kesimpulannya, Iana adalah seorang operator dengan kemampuan intel gathering ditambah primary weapon yang bagus. Tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak membelinya.

Oryx – King of Rotation

Sumber: Ubisoft
Sumber: Ubisoft

Senjata yang dimiliki Oryx juga mudah untuk digunakan. Walau memiliki damage yang kecil, MP5 tidak sulit untuk diatur recoil-nya. Tetapi MP5 milik Oryx tidak diberikan ACOG, berbeda dengan Doc atau Rook. Oryx juga memiliki barbed wire yang berguna untuk mendeteksi kedatangan musuh. Baliff 410 sebagai secondary weapon akan sangat berguna bagi Oryx untuk membuat rotasi baginya. Rotasi yang saya maksud di sini bukanlah breakable walls tetapi hatch yang bisa ia manfaatkan dengan unique ability-nya.

Oryx bisa melakukan rotasi yang tidak mungkin dilakukan oleh operator lain. Yaitu melakukan rotasi dengan memanjat hatch. Oryx dapat melakukan rotasi dengan sangat cepat dengan kemampuannya ini. Ia juga bisa memilih untuk langsung memanjat atau bergelantung untuk melihat sekitar terlebih dahulu.

Banyak yang membicarakan Remah Dash karena bisa menghancurkan breakable walls. Tetapi kami lebih melihat keunggulan Remah Dash di kemampuannya untuk berlari cepat. Walaupun dengan jarak yang pendek, Remah Dash akan sangat membantu Oryx untuk berpindah tempat lebih cepat. Remah Dash juga akan menjadi counter bagi tim yang menggunakan operator dengan shield seperti Montagne atau Blitz. Pasalnya apabila Remah Dash mengenai musuh, akan memberikan efek knock down selama beberapa detik yang cukup bagi Oryx untuk menghabisinya.

Inti dari Oryx di sini adalah rotasi yang cepat. Dengan Remah Dash, bisa memanjat hatch ditambah Baliff 410 sebagai secondary weapon menjadikan Oryx sebagai penguasa map.