Catatkan Kinerja Positif di Q1 2021, Dua Pemain OTA Andalkan Tren “Staycation”

Dua pemain OTA lokal, yakni Tiket.com dan Pegipegi, mencatatkan pertumbuhan positif untuk bisnis tiket pesawat dan reservasi hotel sepanjang Q1 2021 dibandingkan periode sebelumnya. Tren staycation yang merebak sepanjang pandemi, menjadi salah satu faktor pendukung dibalik pencapaian tersebut.

Melihat dari kinerja Tiket.com, meski tidak dijabarkan dengan rinci, penjualan tiket pesawat dengan naik sebesar 331% reservasi hotel di angka 321%. Sementara itu, pertumbuhan tertinggi justru datang dari penjualan tiket aktivitas liburan TO DO melonjak hingga 10.083% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Lalu, dari segi pengguna naik 299% atau hampir tiga kali lipat.

Kenaikan pesat TO DO yang pesat, tak lain karena produk ini baru dirilis bertepatan pada Maret 2020 dan peresmiannya dilakukan pada awal tahun ini. Kendati masih jadi produk baru, Co-Founder & CMO Tiket.com Gaery Undarsa menerangkan, TO DO menjawab kebutuhan pelanggan untuk mengunjungi tempat atraksi dan playground buat keluarga, dan kebutuhan pelengkap perjalanan tes Covid-19.

“Kami melihat masyarakat sekarang sudah lebih strategis saat merencanakan liburannya. [..] Angka transaksi yang meningkat tajam dalam reservasi hotel menjadi bukti keberhasilan Tiket.com dalam mengajak masyarakat untuk liburan baik dalam bentuk staycation, Work From Hotel, atau liburan dekat rumah secara aman dan sesuai protokol kesehatan,” terangnya, Senin (19/4).

Gaery melanjutkan, “Performa Q1 Tiket.com jauh melampaui best case scenario yang kami susun. Sebagai salah satu pelaku industri pariwisata, kami sangat optimis bahwa kinerja Tiket.com pada Q2 akan semakin tancap gas.”

Pencapaian positif juga dirasakan oleh Pegipegi yang mencatatkan tingkat pemulihan secara gabungan di dua bisnis utamanya sebesar 51%. Tidak dijabarkan lebih jauh kontribusi dari masing-masing bisnis tersebut. “Seiring berjalannya waktu, kami ingin recovery rate bisa melebihi angka 100% sampai akhir tahun ini,” ucap Head of Commercial Pegipegi Ryan Kartawidjaja, Selasa (20/4).

Berbeda dengan Tiket.com, yang mulai diversifikasi bisnis ke produk pendukung perjalanan (non-esensial), Pegipegi sejauh ini masih mengandalkan seluruh bisnisnya dari bisnis perjalanan dan reservasi hotel. Alhasil, perusahaan tak luput terkena dampak pandemi sejak Maret tahun lalu.

Meski tidak merinci seperti apa dampaknya terhadap perusahaan, Ryan mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) tren okupansi hotel mengalami titik terendah pada April dan Mei 2020. Kemudian trennya terus merangkak naik pada bulan berikutnya hingga saat ini.

Kondisi yang sama juga terekam untuk tiket pesawat. Namun, perjalanan domestik perlahan-lahan mulai masuk ke titik pemulihan, sedangkan perjalanan internasional masih sangat terbatas karena pandemi yang belum usai.

“Kami melihat ada beberapa tren setelah post Covid-19, pada 1-2 tahun mendatang wisata domestik akan jadi tulang punggung pariwisata nasional. Lalu akan makin banyak pula konsumen yang memilih solusi digital karena lebih convenient, dan terakhir harga bukan lagi jadi concern utama karena sekarang banyak yang lebih mementingkan kenyamanan saat travelling,” imbuh Ryan.

Ia mengungkapkan Pegipegi sedang mempersiapkan inovasi baru pada tahun ini, namun masih menutup rapat-rapat terkait detailnya.

Andalkan tren staycation

Untuk mendongkrak transaksi di bisnis utama, kedua pemain OTA ini kompak membuat program marketing yang agresif. Gaery menuturkan, pencapaian Tiket.com tidak luput dari kontribusi kampanye yang rutin digelar, salah satunya Mendadak OTW (Online Tiket Week) yang digelar selama seminggu pada tanggal 5-11 April 2021 berhasil memberikan push kontribusi tambahan di awal Q2 2021.

Kampanye tersebut berhasil mendorong angka pembelian tiket pesawat sebesar 81%, reservasi hotel 131%, dan tiket TO DO 75%, kenaikan tersebut dibandingkan kampanye yang sama di awal tahun ini.

Adapun, destinasi yang banyak dikunjungi berdasarkan penjualan hotel saat kampanye berlangsung adalah Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya, dan Yogyakarta. Sementara untuk tiket pesawat adalah Surabaya, Medan, Makassar, Bali, dan Yogyakarta.

Pegipegi membuat program kampanye KURMA (Kejar Untung Ramadan) dengan kemudahan pemesanan tiket keberangkatan pesawat yang lebih fleksibel, baik kini atau nanti. Serta, alternatif promosi reservasi hotel untuk staycation. Dari riset internal yang dilakukan perusahaan, mengungkapkan sebanyak 69% responden berencana untuk staycation saat Lebaran, dan 28% responden lainnya menyatakan ingin staycation di luar kota namun masih dekat dengan kota tempat tinggal.

Hal lainnya yang diungkap dalam riset tersebut adalah sebanyak 83,3% responden memilih tidak pulang kampung pada tahun 2020 lalu. Sebelum adanya larangan mudik, sebanyak 72% responden berencana pulang kampung di tahun 2021 ini. Sedangkan 28% responden memutuskan tidak pulang kampung di tahun 2021 ini.

Riset ini dilakukan untuk mengetahui preferensi pulang kampung Lebaran 2021 yang diikuti lebih dari 700 responden di seluruh Indonesia. Riset dilakukan sepanjang 25 Maret-1 April dan dilakukan dengan metode online.

Seperti diketahui, awal tahun, mudik, dan akhir tahun adalah peak season bagi para pemain industri pariwisata. Karena pandemi masih berlangsung, pemerintah tetap melarang mudik. Data BPS mencatat pada tahun lalu ketika lebaran jatuh di 23-24 Mei, jumlah penumpang malah mengalami penurunan tajam Mei 2020 sebagai imbas pelarangan mudik 2020. Dari 840.000 penumpang April 2020 menjadi 90.000 penumpang Mei 2020, meski naik lagi ke Juni 2020 menjadi 620.000 penumpang.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Tidak Terafiliasi dengan Traveloka, Pegipegi Fokuskan Kegiatan Pemasaran

Pasca diakuisisi oleh Jet Tech Innovation Ventures Pte Ltd (Jet Tech) bulan Maret 2018 lalu, platform OTA Pegipegi kembali hadir dengan beragam penawaran dan target capaian. Meskipun Jet Tech terafiliasi dengan Traveloka, namun secara bisnis semua dijalankan independen tanpa adanya hubungan langsung dengan Traveloka. Sebelumnya sempat dikabarkan, Traveloka yang melakukan akuisisi kepada Pegipegi.

“Bisa kami pastikan semua bisnis dari Pegipegi tidak ada kaitannya dengan Traveloka. Hubungan dengan Traveloka hanya terjadi dengan Jet Tech sebagai pihak yang mengambil alih Pegipegi,” kata Head of Business Development & Strategic Partnership Pegipegi Ryan Kartawidjaja.

Masih fokus kepada penjualan tiket pesawat udara, kereta api dan hotel; Pegipegi ingin melancarkan kegiatan pemasaran yang lebih masif tahun ini dengan memberikan promosi untuk pengguna, khususnya di bulan Ramadan.

Saat ini Pegipegi mulai berupaya menambah jumlah pelanggan sekaligus memperbanyak kerja sama dengan mitra yang relevan. Pegipegi juga telah menjalin kemitraan dengan Kredivo, dengan memberikan pilihan pembayaran PayLater.

“Di periode Ramadan kali ini kami menggandeng banyak partner dari hotel, bank, dan lembaga nirlaba untuk bergabung bersama menyukseskan mudik agar membawa banyak keberkahan bagi seluruh masyarakat Indonesia.”

Menambah fitur

Untuk memberikan kemudahan kepada pengguna, Pegipegi meluncurkan beberapa fitur baru di aplikasi. Pertama ada Online Check-In, memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk menghindari keterlambatan saat check-in di bandara. Kemudian ada Travel Insurance, memberikan perlindungan untuk keterlambatan hingga kecelakaan diri. Jika pelanggan pada akhirnya perlu membatalkan perjalanan ada fitur Online Refund. Dan yang terakhir adalah PayLater dari Kredivo sehingga dapat mencicil biaya akomodasi hingga 12 bulan.

“Setelah fitur terbaru tersebut, kami juga akan terus menghadirkan fitur-fitur baru dan menarik lainnya yang diharapkan bisa memudahkan pengguna mengakses aplikasi Pegipegi,” kata Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza.

Saat ini penggunaan aplikasi masih mendominasi dengan jumlah pengunduh 4 juta kali di Android dan iOS. Tahun 2019 ini diharapkan Pegipegi bisa mencapai target pengguna baru hingga tiga kali lipat. Untuk produk favorit pengguna Pegipegi yakni pembelian tiket pesawat terbang dan hotel masih memberikan kontribusi yang besar hingga lebih dari 90%.

Disinggung apakah Pegipegi akan meluncurkan produk experience atau aktivitas yang banyak dimiliki oleh platform OTA serupa di Indonesia, Ryan enggan untuk menyebutkan lebih lanjut.

“Dalam waktu dekat kami juga akan merilis produk terbaru yang diharapkan bisa melengkapi produk travel yang terdapat di Pegipegi. Sementara untuk fundraising kami belum memiliki rencana untuk melakukan kegiatan tersebut saat ini,” tutup Ryan.

Application Information Will Show Up Here

Pegipegi is Now Open For Third-Party Funding

Pegipegi, Indonesia’s OTA company, is said to open opportunity for third-party funding in strengthening its existence among tight competition in OTA market. They currently in early stage and yet to decide which investors to partner with.

“We begin to open for third-party funding, just a small talk though, still uncertain [to get investment] and will determine the next strategy,” Ryan Kartawidjaja, Pegipegi’s Deputy CEO, said on Tuesday, (12/5).

He thought, it is possible for Recruit Holdings, Pegipegi’s parent company, to split share with new investors. Despite the option, Kartawidjaja not specifically said on when will the investment realization be done.

Kartawidjaja statement, is somewhat different from past interview with Pegipegi’s CEO Takeo Kojima. Kojima previously said Recruit Holdings is fully committed in investing.

Currently, Pegipegi claims to have doubled its overall development over the past year. Highest contribution comes from hotel room, followed by flight and train tickets booking. Most transaction is done by Pegipegi app with 70%-80% contribution.

Five most-search cities of Pegipegi users are Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali and Surabaya. Those five contribute in nearly 50% of Pegipegi transaction.

For 2018, Pegipegi targets equal growth as this year. One way to make it happen is launching international flight tickets, rebranding new logo and selecting Pevita Pearce as brand ambassador.

“We’re rebranding logo and vision. The point is to be a fun traveling partner providing information of top destinations. Unlike other players, we want to provide information about travelling in Indonesia, the goal is to make it easier for traveller in getting information. Furthermore, Pegipegi will strengthen the CS team,” said Kartawidjaja.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pegipegi Mulai Buka Opsi Pendanaan dari Pihak Luar

Perusahaan OTA Pegipegi mengungkapkan mulai membuka opsi pendanaan dari pihak luar untuk memperkuat eksistensinya di tengah persaingan yang ketat di pasar OTA di Indonesia. Saat ini disebutkan mereka masih dalam tahap awal sehingga belum ditetapkan siapa investornya.

“Kami mulai membuka opsi penerimaan investasi dari pihak luar, tapi baru sekadar ngobrol-ngobrol saja, sehingga kami masih belum bisa open iya atau tidaknya [menerima investasi] karena itu akan menentukan strategi kita ke depannya bagaimana,” terang Deputy CEO Pegipegi Ryan Kartawidjaja, Selasa (5/12).

Menurutnya, tidak menutup kemungkinan induk usaha PegiPegi, Recruit Holdings, akan melepas sebagian kepemilikan sahamnya kepada investor baru. Meski membuka opsi, Ryan tidak menuturkan lebih detil kapan realisasi investasi mulai dilakukan.

Pernyataan Ryan ini, bergeser dari wawancara terdahulu dengan CEO Pegipegi Takeo Kojima. Takeo sebelumnya menuturkan Recruit Holdings berkomitmen penuh untuk terus menyuntukkan dana investasi. Karena ada komitmen tersebut, Pegipegi tidak membuka peluang untuk mengundang investor dari pihak luar.

Saat ini Pegipegi mengklaim telah tumbuh dua kali lipat secara keseluruhan dibandingkan tahun sebelumnya. Kontributor tertinggi berasal dari bisnis pemesanan tiket hotel, kemudian disusul tiket pesawat, dan kereta api. Transaksi sebagian besar dilakukan dari aplikasi PegiPegi dengan kontribusi sekitar 70%-80%.

Lima kota yang paling banyak dicari pengguna Pegipegi adalah Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali dan Surabaya. Kelima kota tersebut berkontribusi hampir 50% dari seluruh bisnis PegiPegi.

Untuk tahun depan Pegipegi menargetkan pertumbuhan yang sama dengan tahun ini sebanyak dua kali lipat. Cara yang akan dilakukan salah satunya dengan meluncurkan tiket penerbangan untuk rute luar negeri, rebranding logo baru, dan menunjuk brand ambassador Pevita Pearce.

“Kami rebranding logo dan visi. Intinya ingin jadi fun traveling partner menyediakan informasi seputar destinasi menarik. Bedanya dengan pemain lainnya, kami ingin kasih info seputar traveling di Indonesia, tujuannya supaya para traveler dengan mudah dapat info. Selain itu, Pegipegi akan perkuat tim CS [Customer Service],” pungkas Ryan.

Application Information Will Show Up Here

Umumkan CEO Baru, PegiPegi Berambisi Jadi Pemain OTA terbaik di Indonesia

Di tengah gempuran lanskap bisnis perjalanan yang kini juga dilakukan oleh pemain e-commerce, lantas membuat pemain online travel agent (OTA) harus lebih mengedepankan strategi peningkatan pengalaman konsumen loyal. Langkah inilah yang kini dilakukan PegiPegi.

Pegipegi juga mengumumkan kehadiran CEO baru, Takeo Kojima, yang masih dari kalangan eksekutif Recruit Holdings. Takeo menggantikan Hideki Yamada yang baru menjabat selama satu tahun.

Kendati kerap berubah, Deputy CEO PegiPegi Ryan Kartawidjaja memastikan kepemimpinan Takeo bakal mendukung ambisi perusahaan untuk menjadi pemain OTA terbaik di Indonesia.

“Takeo memiliki pengalaman di IT, online marketing, serta kuat di data analysis. Ini dapat menjadi kombinasi yang baik untuk strength PegiPegi ke depannya, sebab 2017 adalah tahun yang penting bagi kami,” katanya, Rabu (14/6).

Tahun ini PegiPegi menargetkan pertumbuhan transaksi tumbuh dua kali lipat dibandingkan pencapaian di tahun sebelumnya yang tumbuh 250%. Diharapkan kontribusi transaksi datang salah satunya dari momen Lebaran, yang ditargetkan dapat tumbuh lebih dari 300% dibandingkan momen yang sama di tahun sebelumnya.

“Kami juga akan meningkatkan layanan selama momen Lebaran berlangsung, jam kerja consumer service (CS) bertambah agar konsumen jadi semakin terlayani. Kami dapat dihubungi lewat berbagai medium, mulai dari telepon, e-mail, BBM, Line, Whatsapp, Live Chat, dan lainnya.”

Peningkatan layanan konsumen, menurut Takeo, menjadi salah satu cara perusahaan dalam menghadapi ketatnya persaingan online travel. Pihaknya meyakini dengan expertise yang dimiliki timnya, dan hubungan yang dibangun dengan para mitra jadi kekuatan perusahaan guna mendongkrak jumlah transaksi.

“Dari transaksi harian kami sekitar 50% datang dari repeat order, sisanya dari konsumen baru. Hal tersebut jadi bukti bahwa konsumen kembali karena percaya dengan layanan yang kami berikan. Angka persentase ini akan terus kami tingkatkan,” tutur Takeo.

Pihaknya juga berkomitmen untuk terus menambah inventaris jumlah hotel dan maskapai domestik dan internasional. Diklaim saat ini PegiPegi telah terhubung langsung dengan lebih dari 7.500 hotel mayoritas terdiri dari hotel bintang dua dan tiga, namun juga terdapat hotel budget sampai hotel bintang lima.

Selain itu, terdapat pilihan 20 ribu rute penerbangan dengan tujuh maskapai, dan 1.600 rute rute kereta api.

Kontributor utama dari transaksi PegiPegi datang dari pemesanan kamar hotel, kemudian posisi kedua berasal dari tiket pesawat, dan terakhir dari tiket kereta api.

“Sejak awal PegiPegi berdiri, core bisnisnya adalah pemesanan kamar hotel. Saat ini masih jadi kontributor utama kami, yang terkecil dari tiket kereta api karena itu masih baru, tahun lalu diluncurkan.”

Tidak membuka investasi dari luar

Takeo mengungkapkan untuk mendukung bisnis PegiPegi di Indonesia, Recruit Holding selaku ‘orang tua’ dari perusahaan berkomitmen untuk terus menyuntikkan dana investasi. Hanya saja secara nilainya Takeo enggan membeberkannya lebih detil.

Karena adanya komitmen tersebut, PegiPegi tidak membuka peluang untuk investor di pihak luar, terutama perusahaan modal ventura.

“Sejak PegiPegi berdiri, kami memang selalu mendapat kucuran dana dari holding saja. Tidak buka peluang untuk investor selain itu untuk masuk.”

Saat ditanya apakah PegiPegi sudah mencetak laba atau belum, Takeo menjawab bahwa sementara ini pengeluaran perusahaan memang masih lebih besar dari pemasukan. Meskipun demikian, tiap tahun persentase perbandingan antara keduanya diklaim makin menipis. Dia optimis pada beberapa tahun mendatang, PegiPegi sudah bisa menjadi perusahaan yang memberi keuntungan.

“Pengeluaran masih lebih besar dari pemasukan, tapi menuju ke sana [laba] karena kini besar pengeluaran kian berkurang tiap tahunnya. Kami harap tahun ini dan ke depannya akan semakin baik,” pungkasnya.

Perjalanan Pegipegi Menginjak Usia Lima Tahun

Pegipegi tahun ini menginjak usia lima tahun. Selama ini banyak kendala yang dihadapi sekaligus solusi yang dihadirkan untuk terus bertahan, bersaing dan memberikan yang terbaik bagi pelanggannya. Di usianya yang ke lima, Pegipegi masih terus berusaha memenuhi ambisi mereka menjadi Online Travel Agent (OTA) terbaik di Indonesia.

Mundur ke belakang, salah satu kendala awal yang dihadapi Pegipegi adalah mengedukasi masyarakat. Deputy CEO Pegipegi Ryan Kartawidjaja mengisahkan hal ini kepada DailySocial. Kendati demikian seiring berjalannya waktu masyarakat sudah terbiasa dengan pemesanan dan transaksi online. Hal ini juga salah satu dampak dari mulai banyaknya industri dan layanan digital yang mengharuskan bertransaksi online.

“Masyarakat yang dulunya harus mendatangi suatu tempat untuk membeli tiket, dengan banyaknya sarana pemesanan online memudahkan mereka untuk merencanakan perjalanan kapan pun dan di mana pun. Dengan adanya layanan pemesanan online ini, masyarakat bisa merencanakan perjalanan mereka sendiri, mulai dari jenis maskapai, hotel, harga, maupun tujuan wisata yang ingin didatangi,” ujar Ryan.

Industri OTA tumbuh juga dikarenakan meningkatnya masyarakat yang aktif melakukan traveling. Seolah traveling sekarang menjadi gaya hidup masyarakat. Dari data yang dihimpun pihak Pegipegi rata-rata pelanggannya melakukan pemesanan dua sampai tiga kali dalam satu tahun. Hal ini disinyalir juga karena adanya transportasi yang terjangkau seperti maskapai Low-cost carrier (LCC) yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai kalangan.

Transformasi Pegipegi dalam lima tahun

Pegipegi mengawali kiprahnya di industri OTA pada tahun 2012, tepatnya pada tanggal 7 Mei 2012. Di awal kemunculannya Pegipegi hanya menyediakan layanan pemesanan hotel. Kemudian pada tahun 2013 Pegipegi mulai melayani pemesanan tiket pesawat. Hingga pada akhirnya pada tahun 2016 silam Pegipegi meluncurkan pemesanan tiket kereta api untuk melengkapi kebutuhan para pelanggan mereka.

Laman situs website Pegipegi
Laman situs website Pegipegi

Dari segi teknologi, perjalanan Pegipegi juga bertahap. Di awal kemunculannya Pegipegi hanya bisa diakses melalui website. Dua tiga tahun berselang, pada tahun 2015 akhirnya mereka merilis aplikasi mobile, baik untuk Android maupun iOS. Selain itu cara pembayaran juga terus mengalami penambahan dan penyempurnaan. Yang mulanya hanya ada ATM transfer, Internet Banking, dan Kartu kredit, saat ini pelanggan Pegipegi juga bisa melakukan pembayaran secara tunai di Alfamart dan Indomaret.

“Saat ini kami sedang mempersiapkan untuk penambahan destinasi tujuan yang bukan hanya domestik, namun juga internasional untuk semakin melengkapi pilihan destinasi traveling masyarakat Indonesia,” ujar Ryan menjelaskan rencana Pegipegi ke depannya.

Bertahan di tengah persaingan

Tidak sedikit layanan OTA yang bermunculan dalam lima tahun terakhir. Hal ini tidak membuat Pegipegi gentar menghadapi persaingan. Dijelaskan Ryan salah satu yang membuat Pegipegi bertahan hingga saat ini adalah pihaknya berupaya memberikan layanan pemesanan online terbaik bagi para pelanggannya. Fokus pada kepuasan pelanggan.

“Selain itu kami juga memberikan tips traveling dan review yang dapat sangat membantu customer sebagai referensi untuk traveling. Didukung dengan banyaknya promo dan layanan Customer Service yang sangat membantu, kami yakin Pegipegi dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia,” papar Ryan

Lebih lanjut, hadirnya pemain baru membuat Pegipegi semakin tertantang. Tinggi dan ketatnya persaingan dikonversi menjadi semangat untuk meningkatkan kualitas layanan, tampilan situs dan menambah inventori produk untuk memberikan kemudahan dan pilihan bagi pelanggan Pegipegi, baik pelanggan maupun pengguna baru.

Ryan sendiri merasa persaingan di sektor OTA masih tetap terbuka. Hal ini karena masyarakat tidak cenderung hanya menggunakan satu OTA. Kemudahan membandingkan harga dan kualitas layanan juga menjadi alasan tersendiri masyarakat belum begitu fanatik terhadap sebuah OTA. Pekerjaan rumah bagi bisnis OTA adalah bersaing dari segi kualitas untuk memuaskan pelanggan mereka.

Target selanjutnya

Kepada DailySocial Ryan menjelaskan bahwa berdasarkan data pemesanan di Pegipegi terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Dari tahun 2015 hingga 2016 misalnya, pemesanan naik hingga mencapai 250%. Kondisi ini yang membuat Pegipegi cukup yakin dengan mematok target untuk tahun ini, dua kali lipat pertumbuhan transaksi di banding tahun sebelumnya.

“Melihat pertumbuhan yang cukup pesat ini, Pegipegi optimis untuk menargetkan, setidaknya transaksi akan meningkat 2 kali lipat pada tahun berikutnya. Oleh karena itu, Pegipegi telah menyiapkan berbagai hal untuk mencapai target tersebut, di antaranya adalah mengembangkan layanan pemesanan yang lebih mudah; meningkatkan jumlah inventori, memperbanyak pilihan metode pembayaran; serta menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk menghadirkan beragam promo menarik demi menjamin kepuasan pelanggan. Dengan hal ini, kami optimis pada tahun 2017 ini transaction growth akan naik sebanyak 200% dibandingkan dari tahun sebelumnya,” pungkas Ryan.

Application Information Will Show Up Here