Pegipegi Resmi Tutup Layanannya

Setelah hampir 12 tahun beroperasi sebagai layanan Online Travel Agent (OTA) di Indonesia, Pegipegi per 11 Desember 2023 resmi menghentikan operasionalnya. Hal ini disampaikan perusahaan melalui situs resminya. Layanan Pegipegi di website dan aplikasi sudah tidak bisa digunakan.

Surat perpisahan Pegipegi di situs resminya

Pegipegi terakhir menerima pesanan pada tanggal 10 Desember 2023. Kendati tutup, perusahaan memastikan bahwa pelanggan yang melakukan pembelian sebelumnya tetap bisa memanfaatkan tiket atau voucher yang telah dibeli. CS Pegipegi via email juga masih diaktifkan jika dibutuhkan permintaan refund, reschedule, atau komplain.

DailySocial.id sudah mencoba menghubungi pihak Pegipegi untuk meminta keterangan lebih lanjut, namun belum mendapatkan respons.

Sejak 2018 bisnis Pegipegi telah diakuisisi oleh Traveloka. Menurut laporan yang diunggah ke regulator, seperti dikutip Alternatives.PE, nilai akuisisi mencapai $210 juta.

Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak 2020 sempat memporak-porandakan bisnis OTA. Namun menurut para manajemen, termasuk dari Pegipegi, pada Q1 2021 bisnis mereka sudah mulai pulih. VP Commercial Pegipegi waktu itu menyampaikan, bahwa pada periode tersebut pemulihan secara gabungan di dua bisnis utamanya sebesar 51%.

Sinyal melemahnya bisnis Pegipegi juga sudah terendus sejak mundurnya Serlina Wijaya (CEO) pada awal tahun ini. Dibarengi dengan kuantitas kegiatan promosi yang berkurang signifikan tahun ini. Namun demikian perusahaan tidak menyampaikan secara eksplisit alasan kunci di balik keputusan penutupan ini.

Traveloka sendiri memang tengah merampingkan bisnisnya tahun ini. Mereka telah menutup sejumlah layanan sekunder di aplikasi, seperti pembayaran tagihan, logistik, pesan-antar, hingga grocery. Hal ini dilakukan agar perusahaan fokus ke bisnis inti dan bisa meningkatkan profitabilitas secara lebih baik.

Dengan undur dirinya Pegipegi, saat ini pasar OTA lokal didominasi pelayanannya oleh dua unicorn utama, yakni Traveloka dan Tiket.com.

Bisnis online travel sendiri menjadi salah satu penyumbang besar dalam ekonomi digital di Indonesia. Menurut laporan e-Conomy SEA 2023, tahun ini kontribusi sektor tersebut diproyeksikan mencapai $6 miliar, naik 68% yoy.

10 Rekomendasi Aplikasi Booking Hotel Terbaik, Mudah dan Cepat

Pemesanan hotel menjadi lebih mudah dan fleksibel dengan aplikasi pemesanan hotel online. Aplikasi pemesanan hotel memungkinkan kamuuntuk mengurutkan hotel berdasarkan anggaran, fasilitas, dan lokasi yang diinginkan. Aplikasi booking hotel juga menawarkan promosi menarik berupa diskon dan hotel termurah.

Berikut beberapa aplikasi booking hotel terbaik dan termurah. Kamu akan menemukan beberapa aplikasi yang bagus dan terpercaya seperti Pegipegi, Traveloka, Agoda, RedDoorz, Ticket.com, Booking.com. Berikut beberapa detail rekomendasi aplikasi booking hotel yang menarik:

Traveloka

Aplikasi booking berbagi hal Traveloka

Bila kamu ingin mencari aplikasi satu untuk semua, Traveloka bisa dijadikan pilihan. Aplikasi ini memiliki fitur yang sangat lengkap serta menarik. Selain untuk reservasi hotel, kamu bisa melakukan pemesanan tiket pesawat, kereta api, dan bus. Di samping itu, ada juga fitur pembelian pulsa dan paket internet. 

Traveloka juga mengeluarkan fitur Eats, yaitu layanan pesan antar makanan. Seperti tak ada habisnya, Traveloka punya fitur Xperience. Lewat fitur ini, kamu bisa memesan tiket wahana wisata, mengikuti kelas workshop, hingga konser.

Sayangnya menurut beberapa pengguna aplikasi ini cukup berat dan menguras banyak data.

Kunjungi Traveloka  untuk mengunduhnya.

Tiket.com

tiket.com bukan hanya untuk transportasi, namun juga penginapan

Masih bingung ingin  menginap di hotel atau di vila? Agar lebih yakin, coba bandingkan harga dan kamar keduanya lewat aplikasi ini. Aplikasi Tiket.com menawarkan fitur untuk reservasi vila dan hotel. Jadi, Anda akan mendapatkan lebih banyak alternatif pilihan tempat untuk menginap.

Selain reservasi hotel dan vila, Tiket.com juga menjual berbagai tiket lainnya. Salah satu yang menarik untuk dicoba adalah tiket event. Anda bisa membeli tiket konser, seminar, atau bahkan tiket masuk ke tempat wisata. Tidak perlu antri lama lagi untuk menikmati tempat wisata!

Kelebihan aplikasi ini yaitu, bisa membeli tiket event dan tiket wahana wisata, bisa mengumpulkan reward TIX Point untuk digunakan pada transaksi berikutnya. Kekurangan beberapa pengguna mengatakan aplikasi sering crash atau lambat.

Kunjungi laman tiket.com untuk mengunduh aplikasinya.

Hotels.com

Hotels.com tawarkan promo menginap gratis

Bila kamu ingin mendapatkan gratis menginap di hotel, kamu wajib melirik aplikasi yang satu ini. Hotels.com memberikan program reward gratis satu malam setiap menginap selama sepuluh malam. Kamu akan mendapatkan satu stempel untuk satu malam menginap. Bila kamu sering menginap di hotel karena urusan bisnis, aplikasi ini bisa menguntungkan kamu.

Kelebihannya filternya user-friendly, ada reward menginap gratis. Kekurangannya, sayangnya harga yang ditampilkan belum termasuk pajak.

Kunjungi laman Hotels.com untuk mengunduh aplikasinya.

Booking.com

booking.com mudahkan mengajukan pertanyaan, kritik, dan saran

Saat melakukan reservasi hotel via aplikasi, kamu mungkin sering mendapat info yang kurang jelas dari keterangan yang diberikan. Untuk mengetahui jawabannya, kamu harus menelepon langsung ke hotel yang bersangkutan. Sayangnya, melakukan panggilan lewat telepon bisa menguras pulsamu. Namun, kini kamu tak perlu khawatir. 

Jika memesan hotel lewat booking.com, kamu bisa menghubungi pihak hotel tanpa biaya tambahan. Aplikasi ini memiliki fitur yang memberikan kamu akses untuk melakukan percakapan dengan admin hotel atau pemilik properti. Kamu bisa mendapatkan informasi lebih jelas terkait pertanyaan yang bisa disampaikan lewat chat.

Kelebihan yang ditawarkan tersedia fitur hotel dan penerbangan sekaligus, filternya lengkap dan terperinci. Kekurangannya sayangnya aplikasi ini tidak tersedia opsi pembayaran bank transfer dan gerai retail.

Kunjungi laman booking.com untuk mengunduh aplikasinya.

Tripadvisor

Trivadvisor gak akan bikin kamu bingung mau ngapain pas liburan

Kamu mungkin sudah tak asing lagi dengan Tripadvisor, situs rekomendasi wisata dan things to do yang diulas para traveler. Untuk kamu yang sedang menyusun rencana berpergian, aplikasi perjalanan ini akan sangat berguna. Saat sampai di kota tujuan, kamu tak akan mati gaya harus eksplor ke mana dan mencoba kuliner apa saja.

Kelebihan yang akan kamu rasakan ada ulasan tempat makan, tempat wisata, dan atraksi lainnya, bisa menyimpan dan mengatur ide perjalanan. Kekurangan beberapa pengguna mengatakan aplikasi lambat. Di aplikasi sini, kamu juga bisa membandingkan harga hotel termurah yang ingin dibooking. Temukan hotel terbaik dan jelajahi atraksi di sekitarnya dengan Tripadvisor.

Kunjungi laman TrivadVisor untuk mengunduh aplikasinya.

AirBnB

airbnb memberimu kesempatan menginap di kediaman orang lain

Jika kamu bosan menginap di hotel kamu bisa mencoba pengalaman baru dengan menginap di properti orang. Aplikasi Airbnb menawarkan penyewaan kamar atau seluruh rumah. Rumah yang disewakan biasanya punya desain yang unik, Instagrammable, dan bisa ditinggali lebih banyak orang. Tak jarang, kamu juga bisa berinteraksi dengan pemilik rumah dan berakhir menjadi teman atau kenalan. 

Di aplikasi ini juga tersedia fitur Experience. Kamu bisa menemukan kegiatan di sekitar penginapan yang bisa dicoba, seperti pottery class, membatik, dan lainnya. Jadi, kamu pun bisa mencoba kegiatan baru yang mungkin belum pernah dirasakan.

Kelebihan pengalaman menarik menginap di rumah/properti orang lain, tersedia fitur Experience (workshop class) untuk pengalaman yang lebih mendalam.Kekurangannya pemilik properti bisa menolak permohonan reservasi tamu.

Kunjungi laman AirBnB untuk mengunduh aplikasinya.

Trivago

Trivago akan memberi informasi harga hotel yang sama dari berbagai aplikasi booking hotel

Demi mendapatkan harga hotel termurah, tentunya kamu harus membuka beberapa aplikasi booking hotel untuk membandingkan harga. Hal itu sangat memakan waktu, bukan? Jika kamu tidak mau repot,cukup melihatnya dari aplikasi Trivago saja. 

Trivago akan memberi informasi harga hotel yang sama dari berbagai aplikasi booking hotel. Kamu tinggal memilih aplikasi dengan harga yang ideal untuk dipilih. Setelah memilihnya, kamu akan langsung dihubungkan dengan aplikasi terkait untuk melakukan transaksi booking hotel. Mudah, cepat, dan kamu pun bisa lebih mudah mendapat hotel dengan harga terendah.

Kunjungi laman Trivago untuk mengunduh aplikasinya.

Agoda

agoda menawarkan pelayanan pemesanan tiket dan reservasi hotel dengan banyak promo menarik

Jika kamu senang traveling ke dalam maupun luar negeri, aplikasi booking hotel online ini sangat bisa diandalkan. Sebab, Agoda memiliki list hotel yang sangat lengkap! Kamu bisa memilih hotel yang jaraknya bisa dipilih berdasarkan area yang ingin kamu eksplor. 

Meski harga yang ditampilkan belum termasuk pajak, Agoda sering mengadakan promo diskon hotel sehingga harganya tetap best deal. Saat kamu memesan hotel untuk menginap pada akhir pekan, bisa mendapat ekstra potongan harga dari program Weekend Sale!

Sayangnya harga yang ditampilkan dalam aplikasi ini belum termasuk pajak.

Kunjungi laman Agoda untuk mengunduh aplikasinya.

PegiPegi

pegipegi juga banyak menawarkan diskon potongan harga untuk hotel atau tiket

Jika kamu melakukan reservasi hotel lewat aplikasi pegipegi, kamu bisa mendapatkan poin reward. Poin ini nantinya bisa ditukar sebagai diskon untuk penginapan selanjutnya. Selain poin reward, pegipegi juga banyak menawarkan diskon potongan harga untuk hotel atau tiket. Tentu harganya pun bersaing dengan yang lain. Untuk kamu yang suka berbagai potongan biaya, coba cek dulu di pegipegi.

Kelebihan yang ditawarkan selain da poin reward, ada pula tab khusus berisi tips berwisata. Kekurangannya ada pengguna yang mengulas, booking tiket pesawat tidak opsi tanda pengenal selain KTP.

Kunjungi laman pegipegi untuk mengunduh aplikasinya.

Reddoorz

Reddorz untuk kamu yang punya budget minimum namun tetap berlayanan maksimal

Punya bujet minim bukan berarti kamu tidak bisa tinggal di penginapan yang nyaman. Untuk yang senang bepergian dengan cara backpacking, kami merekomendasikan untuk memesan hotel lewat aplikasi RedDoorz. RedDoorz adalah jaringan penginapan bujet online terbesar di Indonesia. 

Meski hotelnya rata-rata bintang dua, RedDoorz tetap memberi fasilitas hotel yang lengkap. Kamuakan diberi air mineral gratis, perlengkapan mandi, linen bersih, dan juga Wi-Fi. Kamu pun jadi bisa lebih menghemat uang untuk biaya akomodasi. Agar lebih yakin dengan performance hotel, Kamu bisa melihat rating dan membaca ulasan para tamu. 

Kelebihannya yaitu opsi pembayarannya banyak, memudahkan pencarian hotel murah, cocok untuk budget traveler. Kekurangannya beberapa pengguna mengatakan kondisi hotel tidak sama seperti di foto.

Kunjungi laman Reddoorz untuk mengunduh aplikasinya.

Itulah beberapa rekomendasi aplikais booking hotel dengan ulasan terbaik di playstore. Aplikasi-aplikasi ini akan memudahkan kamu berpergian dan membutuhkan tempat singgah untuk beristirahat. Jadi bagi kamu yang berencana berlibur ke luar kota, siapkan salah satu aplikasi di atas ya!

Dapatkan Berita dan Artikel lain di Google News

Catatkan Kinerja Positif di Q1 2021, Dua Pemain OTA Andalkan Tren “Staycation”

Dua pemain OTA lokal, yakni Tiket.com dan Pegipegi, mencatatkan pertumbuhan positif untuk bisnis tiket pesawat dan reservasi hotel sepanjang Q1 2021 dibandingkan periode sebelumnya. Tren staycation yang merebak sepanjang pandemi, menjadi salah satu faktor pendukung dibalik pencapaian tersebut.

Melihat dari kinerja Tiket.com, meski tidak dijabarkan dengan rinci, penjualan tiket pesawat dengan naik sebesar 331% reservasi hotel di angka 321%. Sementara itu, pertumbuhan tertinggi justru datang dari penjualan tiket aktivitas liburan TO DO melonjak hingga 10.083% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Lalu, dari segi pengguna naik 299% atau hampir tiga kali lipat.

Kenaikan pesat TO DO yang pesat, tak lain karena produk ini baru dirilis bertepatan pada Maret 2020 dan peresmiannya dilakukan pada awal tahun ini. Kendati masih jadi produk baru, Co-Founder & CMO Tiket.com Gaery Undarsa menerangkan, TO DO menjawab kebutuhan pelanggan untuk mengunjungi tempat atraksi dan playground buat keluarga, dan kebutuhan pelengkap perjalanan tes Covid-19.

“Kami melihat masyarakat sekarang sudah lebih strategis saat merencanakan liburannya. [..] Angka transaksi yang meningkat tajam dalam reservasi hotel menjadi bukti keberhasilan Tiket.com dalam mengajak masyarakat untuk liburan baik dalam bentuk staycation, Work From Hotel, atau liburan dekat rumah secara aman dan sesuai protokol kesehatan,” terangnya, Senin (19/4).

Gaery melanjutkan, “Performa Q1 Tiket.com jauh melampaui best case scenario yang kami susun. Sebagai salah satu pelaku industri pariwisata, kami sangat optimis bahwa kinerja Tiket.com pada Q2 akan semakin tancap gas.”

Pencapaian positif juga dirasakan oleh Pegipegi yang mencatatkan tingkat pemulihan secara gabungan di dua bisnis utamanya sebesar 51%. Tidak dijabarkan lebih jauh kontribusi dari masing-masing bisnis tersebut. “Seiring berjalannya waktu, kami ingin recovery rate bisa melebihi angka 100% sampai akhir tahun ini,” ucap Head of Commercial Pegipegi Ryan Kartawidjaja, Selasa (20/4).

Berbeda dengan Tiket.com, yang mulai diversifikasi bisnis ke produk pendukung perjalanan (non-esensial), Pegipegi sejauh ini masih mengandalkan seluruh bisnisnya dari bisnis perjalanan dan reservasi hotel. Alhasil, perusahaan tak luput terkena dampak pandemi sejak Maret tahun lalu.

Meski tidak merinci seperti apa dampaknya terhadap perusahaan, Ryan mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) tren okupansi hotel mengalami titik terendah pada April dan Mei 2020. Kemudian trennya terus merangkak naik pada bulan berikutnya hingga saat ini.

Kondisi yang sama juga terekam untuk tiket pesawat. Namun, perjalanan domestik perlahan-lahan mulai masuk ke titik pemulihan, sedangkan perjalanan internasional masih sangat terbatas karena pandemi yang belum usai.

“Kami melihat ada beberapa tren setelah post Covid-19, pada 1-2 tahun mendatang wisata domestik akan jadi tulang punggung pariwisata nasional. Lalu akan makin banyak pula konsumen yang memilih solusi digital karena lebih convenient, dan terakhir harga bukan lagi jadi concern utama karena sekarang banyak yang lebih mementingkan kenyamanan saat travelling,” imbuh Ryan.

Ia mengungkapkan Pegipegi sedang mempersiapkan inovasi baru pada tahun ini, namun masih menutup rapat-rapat terkait detailnya.

Andalkan tren staycation

Untuk mendongkrak transaksi di bisnis utama, kedua pemain OTA ini kompak membuat program marketing yang agresif. Gaery menuturkan, pencapaian Tiket.com tidak luput dari kontribusi kampanye yang rutin digelar, salah satunya Mendadak OTW (Online Tiket Week) yang digelar selama seminggu pada tanggal 5-11 April 2021 berhasil memberikan push kontribusi tambahan di awal Q2 2021.

Kampanye tersebut berhasil mendorong angka pembelian tiket pesawat sebesar 81%, reservasi hotel 131%, dan tiket TO DO 75%, kenaikan tersebut dibandingkan kampanye yang sama di awal tahun ini.

Adapun, destinasi yang banyak dikunjungi berdasarkan penjualan hotel saat kampanye berlangsung adalah Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya, dan Yogyakarta. Sementara untuk tiket pesawat adalah Surabaya, Medan, Makassar, Bali, dan Yogyakarta.

Pegipegi membuat program kampanye KURMA (Kejar Untung Ramadan) dengan kemudahan pemesanan tiket keberangkatan pesawat yang lebih fleksibel, baik kini atau nanti. Serta, alternatif promosi reservasi hotel untuk staycation. Dari riset internal yang dilakukan perusahaan, mengungkapkan sebanyak 69% responden berencana untuk staycation saat Lebaran, dan 28% responden lainnya menyatakan ingin staycation di luar kota namun masih dekat dengan kota tempat tinggal.

Hal lainnya yang diungkap dalam riset tersebut adalah sebanyak 83,3% responden memilih tidak pulang kampung pada tahun 2020 lalu. Sebelum adanya larangan mudik, sebanyak 72% responden berencana pulang kampung di tahun 2021 ini. Sedangkan 28% responden memutuskan tidak pulang kampung di tahun 2021 ini.

Riset ini dilakukan untuk mengetahui preferensi pulang kampung Lebaran 2021 yang diikuti lebih dari 700 responden di seluruh Indonesia. Riset dilakukan sepanjang 25 Maret-1 April dan dilakukan dengan metode online.

Seperti diketahui, awal tahun, mudik, dan akhir tahun adalah peak season bagi para pemain industri pariwisata. Karena pandemi masih berlangsung, pemerintah tetap melarang mudik. Data BPS mencatat pada tahun lalu ketika lebaran jatuh di 23-24 Mei, jumlah penumpang malah mengalami penurunan tajam Mei 2020 sebagai imbas pelarangan mudik 2020. Dari 840.000 penumpang April 2020 menjadi 90.000 penumpang Mei 2020, meski naik lagi ke Juni 2020 menjadi 620.000 penumpang.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Online Travel Platforms Remain Optimistic, Offering Staycation as Priority

Tourism is one of the many industries affected by the pandemic. In the first period, they struggled to serve the refund of its users. Currently, they are preparing to face a new wave of shifting habits starting with domestic tourists.

In the States, based on “Travel Sentiment Study Wave 11” data compiled by Longwoods International and Miles Partnership, 45% of respondents decided to derail their entire travel plans. The rest (55%) decide to make adjustments, including reducing travel plans, changing destinations that can be reached by car, or changing international travel plans to domestic areas.

Changes in travel plan patterns also occur in various countries. One that can be adopted is to re-empower local tourism.

Two local OTA players share their preparations for the new life order. They are ready to welcome users who have been at home for a long time with all the strategies and services that have been adjusted.

Pegipegi’s Corporate Communications Manager. Busyra Oryza explained, in order to recover, it’ll take the travel industry a long time. Nevertheless, it is optimistic that tourism will rise.

“To date, we find that the staycation trend is getting popular. In order to accommodate it easier for customers who want to release fatigue after undergoing quarantine for months, we present a flash sale program with hotel discounts up to 50% during not this July,” Busyra explained.

While Ticket also began to introduce several services to keep loyal users.

The first is the Tiket Clean containing Ticket’s commitment with partners to work together in the standardization of health and hygiene protocols issued by officials, such as WHO.

Tickets also extend the validity period of Tix Points. Those points that should expire between April-June will be extended to December 2020.

“Prioritizing assistance, rescheduling, and refund from customers. We consider this to be an asset investment in the future by prioritizing services to customers,” Ticket team said.

What has changed during the pandemic

Pandemic does not only affect Indonesia. All over the world is chaotic due to the prohibition of many economic activities. In China, there have been changes in the pattern of the travel agent industry.

Chinese local media reported that around 10,000 travel agencies decided to close their businesses at the end of March. The estimated decline in revenue from the tourism industry is estimated at $ 420 billion.

In Indonesia, the pandemic is making a run for the Airy business. Finally, one of the players in the budget hotel sector decided to close the service.

The McKinsey report titled “Hitting the road again: How Chinese travelers are thinking about their first trip after COVID-19” with 1600 respondents highlighting various things about travel after the pandemic.

One of the highlights in the report is domestic travel which is 55% of respondents interested. The pattern of travelers in the United States and China tends to be the same. Most choose to stay on vacation with caution.

Tiket and Pegipegi agree that the staycation trend is predicted to increase. The need for holidays and a pandemic situation that is yet to cease soon make people look for solutions. One answer is a vacation closer to home.

Nevertheless, the travel industry has certainly no longer the same. Some things have changed. One thing for sure is the health protocol. Ticket joins Antis to provide sanitizing kit equipment for those who use the Tiket Clean  service.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform “Online Travel” Mencoba Tetap Optimis, Bidik “Staycation” Sebagai Prioritas

Pariwisata adalah satu dari banyak industri yang terdampak pandemi cukup hebat. Di periode pertama mereka susah payah melayani refund para penggunanya. Kini mereka tengah bersiap untuk menghadapi gelombang kebiasaan baru yang tampaknya akan dimulai dengan turis domestik.

Di Amerika Serikat, berdasarkan data “Travel Stentiment Study Wave 11” yang disusun Longwoods International dan Miles Partnership, sebanyak 45% responden memutuskan menggagalkan seluruh rencana perjalanan mereka. Sisanya (55%) memutuskan melakukan penyesuaian, termasuk mengurangi rencana perjalanan, mengubah destinasi yang bisa ditempuh dengan mobil, atau mengubah rencana perjalanan internasional ke wilayah domestik.

Perubahan pola rencana perjalanan juga terjadi di berbagai negara. Salah satu yang bisa diadopsi adalah memberdayakan kembali pariwisata lokal.

Dua pemain OTA lokal berbagi persiapan mereka menghadapi tatanan kehidupan baru. Mereka bersiap menyambut pengguna yang sudah lama berada di rumah dengan segenap strategi dan layanan yang sudah disesuaikan.

Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza menjelaskan, untuk pulih seperti sedia kala industri travel membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Kendati demikian pihaknya optimis pariwisata akan bangkit.

“Saat ini kami melihat tren staycation kembali meningkat.  Untuk semakin memudahkan pelanggan yang ingin melepas penat setelah menjalani karantina berbulan-bulan, kami menghadirkan program flash sale dengan diskon hotel s/d 50% selama bukan Juli ini,” terang Busyra.

Sementara Tiket juga mulai memperkenalkan beberapa layanan untuk menjaga pengguna setia.

Yang pertama adalah Tiket Clean yang berisi komitmen Tiket dan partner untuk bekerja sama dalam pemenuhan standarisasi protokol kesehatan dan kebersihan yang dikeluarkan badan resmi seperti WHO.

Tiket juga memperpanjang masa berlaku Tix Point. Mereka yang masa berlaku seharusnya hangus di antara bulan April-Juni akan diperpanjang hingga Desember 2020.

“Memprioritaskan layanan permintaan bantuan, lonjakan reschedule dan refund dari customer. Hal tersebut kami anggap sebagai investasi aset di kemudian hari dengan mengedepankan layanan kepada pelanggan,” terang pihak Tiket.

Yang berubah di masa pandemi

Pandemi tak hanya berdampak di Indonesia. Hampir seluruh dunia dibuat kalang-kabut karena banyak kegiatan ekonomi berhenti. Di Tiongkok, perubahan pola industri travel agent sudah terlihat.

Media lokal Tiongkok melaporkan kurang lebih ada 10.000 agensi travel yang memutuskan untuk menutup bisnisnya akhir Maret kemarin. Estimasi penurunan pemasukan dari industri pariwisata diperkirakan mencapai $420 miliar.

Di Indonesia sendiri pandemi membuat pontang-panting bisnis Airy. Akhirnya salah satu pemain di sektor hotel budget itu memutuskan untuk menutup layanan.

Laporan McKinsey bertajuk “Hitting the road again: How Chinese travelers are thinking about their first trip after COVID-19” dengan 1600 responden menyoroti berbagai hal mengenai perjalanan setelah pandemi.

Salah satu sorotan yang ada di laporan tersebut adalah perjalanan domestik yang diminati 55% responden. Pola para traveler di Amerika Serikat dan Tiongkok ini cenderung sama. Kebanyakan memiih tetap berlibur dengan waspada.

Tiket dan Pegipegi sepakat tren staycation diprediksi akan meningkat. Kebutuhan akan liburan dan situasi pandemi yang tak kunjung reda membuat masyarakat mencari solusi. Salah satu jawabannya adalah liburan yang tak jauh dari rumah.

Kendati demikian, industri travel sudah dipastikan tak lagi sama. Ada beberapa hal yang berubah. Satu yang pasti adalah protokol kesehatan. Tiket menggandeng Antis untuk memberikan perlengkapan sanitizing kit untuk mereka yang menggunakan layanan Tiket Clean.

Dampak Oyo Terhadap Ekosistem Hotel Bujet Tanah Air

Tahun 2019 merupakan salah satu momen kejayaan operator hotel bujet di Indonesia. Perusahaan seperti Oyo, Reddoorz, Airy, dan ZenRooms memberikan opsi tambahan bagi para pelancong ketika harga tiket pesawat mengalami kenaikan siginfikan. Dari nama-nama tersebut, Oyo bersinar paling terang.

Di tangan pemuda India bernama Ritesh Agarwal, Oyo melejit sebagai salah satu startup dengan pertumbuhan paling cepat hingga akhirnya mereka menjelma sebagai unicorn. Sejak berdiri pada 2013, Oyo sudah beroperasi di banyak negara mulai dari kawasan Asia Selatan, Asia Tenggara, Timur Tengah, Asia Timur, Eropa, hingga Amerika Latin. Mereka pun sukses mendapat dukungan investasi dari Softbank dalam putaran pendanaan terakhir yang bernominal $1,5 miliar.

Indonesia sendiri merupakan salah satu pasar yang paling diperhitungkan Oyo. Oyo menggelontorkan dana untuk pasar tanah air senilai $300 juta atau setara Rp4,2 triliun tahun lalu. Oyo Indonesia berhasil meraih 5 juta pelanggan sepanjang tahun dan menggandeng 27.000 kamar dan 1.000 hotel. Sebuah pencapaian yang begitu besar untuk perusahaan yang belum terlalu lama bermukim di Indonesia.

“Kami pernah menyampaikan bahwa kita akan berinvestasi US$100 juta pada tahun lalu. Sekarang kami akan memperbarui investasi itu menjadi US$300 juta berkaca dari kesuksesan kita di sini,” ucap Ritesh saat bertandang ke Indonesia pada September lalu.

Kesuksesan kilat Oyo bukan tanpa alasan. Kecepatan mereka mengakuisisi properti baru tak lepas dari skema minimum guarantee (MG) yang mereka tawarkan. Skema ini memungkinkan pemilik properti mendapat jaminan bayaran dengan nominal tetap yang diukur dari potensi properti mereka terlepas dari berapa tingkat okupansinya. Sara (bukan nama sebenarnya) adalah salah satu mitra yang mengaku memutuskan bermitra dengan Oyo karena skema ini. Sara mendapat jaminan Rp36 juta per bulan dari Oyo untuk hotel bujetnya. Ketertarikan serupa dialami mayoritas mitra mereka di seluruh dunia.

Pandemi mengubah cerita manis tersebut. Anjloknya tingkat okupansi dan beban operasional yang tak berkurang memaksa mereka mengambil langkah drastis, yakni mengganti skema MG itu dengan skema bagi hasil. Ritesh sudah mengakui perubahan skema ini. Begitu pula dengan Oyo Indonesia yang diwakili oleh Country Head, Emerging Business, Eko Bramantyo.

“Yang kita sampaikan sederhana kepada para mitra terhormat bahwa kita tidak bisa lagi pakai model MG tapi dengan bagi hasil atau revenue share. Ini terjadi karena kita enggak tahu okupansinya akan berapa dan kedua kita enggak tahu harganya akan bagaimana karena pergerakan harga ini luar biasa signifikan dan beragam. Kita tidak bisa lakukan model bisnis seperti sebelum corona,” terang Eko dalam sebuah sesi tanya jawab dengan media pekan lalu.

Dampak terhadap ekosistem perhotelan bujet

Kesuksesan Oyo sebagai hotel bujet juga mengundang keresahan pelaku bisnis hotel bujet. Harga kamar Oyo yang begitu murah dianggap menjadi masalah baru, bahkan oleh para mitranya sendiri. Albert, seorang pemilik properti di Jawa Timur yang sempat bermitra selama setahun dengan Oyo, mengeluhkan bagaimana murahnya tarif yang diterapkan Oyo sebagai bentuk predatory pricing. Ketika harga hotel bujet berada di kisaran Rp200.000-Rp300.000, Oyo bisa menekan harga hingga setengahnya saja memanfaatkan kekuatan modal dengan menggaet hotel bujet lain, homestay, guesthouse, hingga kamar indekos yang dijual secara harian dengan tarif per malam bisa di bawah Rp100.000.

“Bisa dibilang mereka menurunkan standar industri. Dengan harga hotel turun terus, gaji pegawai harus turun, service charge harus ditiadakan, dari safety juga dikurangi. Ini bukan persaingan yang sehat lagi. Dan yang mereka lakukan dengan bilang dynamic pricing itu omong kosong karena mereka itu predatory pricing,” tegas Albert.

Sara pun berpendapat serupa. Setelah kurang lebih satu tahun bermitra, ia mengaku murahnya harga kamar yang ditawarkan Oyo menyebabkan kemungkinan terburuk dari tamu yakni pelajar yang belum cukup umur, hingga anak-anak mudah yang sekadar ingin mabuk-mabukan. “Saking murahnya harga dasar yang mereka kasih, pernah kejadian kasus tamu kemalingan di kamar yang ternyata setelah diselidiki buntut aksi prostitusi online,” ujar Sara.

Protes sekaligus harapan diletakkan pemilik properti ke platform digital pemesanan akomodasi hotel, misalnya Traveloka dan Pegipegi. Mereka menilai, sebagai kanal penjualan kamar hotel, platform punya daya tawar untuk mencegah penetapan harga yang terlalu murah dengan mempertimbangkan banyaknya laporan ketidakpuasan konsumen.

Kepada DailySocial, Traveloka mengaku selalu memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi mitra penyedia akomodasi yang tergabung ke dalam platform dan menjalin komunikasi dengan mitra untuk menjaga pengalaman menginap tamu. Sementara Pegipegi menjelaskan pihaknya menyayangkan penetapan tarif menginap yang terlalu murah. Namun mereka mengaku hal itu menjadi domain operator properti. “Dari sisi yang kami lakukan, kami tidak meng-highlight properti tersebut di aplikasi kami,” tegas Corporation Communications Manager Pegipegi, Busyra Oryza.

Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengakui, keluhan para pemilik hotel bujet terhadap cara main operator virtual ini sudah terdengar cukup lama. Persaingan tidak sehat tersebut menurut Maulana berasal dari beberapa faktor. Pertama adalah ketidakcermatan pemilik properti sendiri yang kerap terlena oleh jaminan pendapatan yang ditawarkan operator virtual, meskipun pada akhirnya ia juga mewajarkan ketertarikan para pemilik untuk bermitra. Sementara di satu sisi, operator punya hak menetapkan harga semurah itu karena mereka sudah diberikan kewenangan untuk mengelola segala hal termasuk soal penetapan harga.

Namun Maulana menunjuk lemahnya pengawasan pemerintah pusat dan daerah sebagai penyebab utama rendahnya tarif hotel bujet setahun belakangan. Yang paling kentara, menurutnya, adalah maraknya penggunaan akomodasi bulanan seperti indekos sebagai penginapan harian. Ketika operator virtual merambah kamar indekos, persaingan bisnis menurutnya makin tak wajar. Ia menuding pemerintah pusat dan daerah tidak tegas menertibkan kondisi tersebut.

“Kami dari PHRI melihat pemerintah pengawasannya masih kurang karena harusnya pemerintah sebagai pemilik peraturan bisa lebih tegas. Perbedaan pungutan harga itu terjadi karena ada perbedaan pungutan pajak dan perizinan. Pemerintah jadi kunci, khususnya pemerintah daerah,” sambung Maulana.

Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Industri (KBLI) Bidang Pariwisata 2015 indekos memang tidak masuk ke dalam klasifikasi penyediaan akomodasi jangka pendek. Dasar peraturan ini yang dipegang teguh PHRI mengkritik keras operator virtual seperti Oyo maupun pemerintah sebagai regulator. “Kalau enggak dibenahi, pengusaha akan berantakan, yang rugi juga nanti para karyawannya. Nanti tidak ada hotel bujet, tapi adanya malah kos-kosan,” imbuh Maulana.

Kurang silaturahmi

Eko Bramantyo menanggapi kecaman PHRI itu dengan cukup santai. Eko sendiri mengaku sudah datang langsung ke acara musyawarah nasional PHRI yang terakhir digelar Februari lalu. Ia menilai ribut-ribut mengenai metode bisnis mereka terjadi karena komunikasi yang kurang baik. Itu sebabnya mereka berniat memperbaiki komunikasinya dengan asosiasi industri serta pemerintah.

“Yang menyebabkan keributan-keributan itu sebetulnya satu, silaturahminya belum terjalin dengan baik. Kalau terjalin dengan baik, yang diuntungkan negara ini karena pada akhirnya akan menciptakan peluang-peluang bisnis dan koridor sinergi bisnis yang akahirnya mensejahterakan lingkungannya,” tukas Eko.

Oyo Indonesia mengakui komunikasi dan sinergi mereka dengan regulator dan pelaku industri masih belum ideal dan mulus untuk saat ini. Eko menjadikan hal itu sebagai indikator kinerja perusahaannya bisa lebih baik. Oyo tentu mendambakan hubungan baik tersebut karena mereka dikenal agresif dalam melakukan ekspansi bisnisnya.

Namun, sementara ini, Oyo dipastikan tidak akan jor-joran seperti sebelumnya. Eko menyebut pihaknya kehilangan tingkat okupansi hingga 60% selama pandemi berlangsung. Eko juga mengklaim saat ini tak memikirkan market share karena semua sumber daya difokuskan untuk bertahan hingga setahun ke depan. Salah satu cara yang mereka tempuh adalah mengubah skema MG menjadi skema bagi hasil.

Semenjak pandemi melanda Indonesia, bisnis perhotelan adalah salah satu sektor yang terdampak paling keras. PHRI menyebut sudah lebih dari 2.000 hotel berhenti beroperasi hingga awal Mei. Angka ini diprediksi masih bisa terus bertambah walaupun pemerintah sudah melonggarkan pembatasan mobilitas penduduk di banyak daerah.

Dalam kasus Oyo, Albert sebagai pemilik hotel kelas bujet menilai Covid-19 hanya memperjelas kondisi persaingan yang tidak sehat. Banyaknya hotel yang tutup bahkan ketika pandemi baru melanda Indonesia menurutnya adalah pertanda bahwa selama ini hotel sudah berdarah-darah untuk sekadar beroperasi. “Itu artinya hotel tidak punya dana untuk daily basis operation,” Albert mengakhiri.

Oyo Indonesia tentu membantah tudingan tersebut. Mereka menyebut tarif murah itu merupakan value proposition mereka yang diperoleh dari mekanisme dynamic pricing berdasarkan teknologi yang mereka pakai. Kalaupun ada harga kamar yang tampak begitu murah, mereka berdalih itu terjadi dalam rangka promo dengan periode waktu tertentu saja.

Application Information Will Show Up Here

Dimo is Reportedly Acquired by Traveloka Group Last Year

Traveloka is reported to have acquired the payment system startup based on the QR code Dimo ​​Pay Indonesia (Dimo) early last year. A trusted source who avoid being published told DailySocial said the acquisition process was through a shell company (special purpose vehicle / SPV).

It is the same method when Traveloka acquired Pegipegi and two other OTA startups under the auspices of Recruit Holdings in early 2018. Unlike Gojek, Traveloka chose not to include its branding for each company acquired.

We absorbed the information from SEAcosystem.com – a collaborative worksheet that was initiated by a number of Southeast Asia’s venture capitalists to help related layoffs this year. All data included on the site is voluntary.

There are some of Dimo ​​employees affected by layoff linked their company name with the Traveloka Group. We also tried to contact Dimo, unfortunately, there is no feedback until the news release.

Dimo was founded in 2016 under the Sinar Mas Group, specifically SMDV. Currently, Dimo ​​is led by Grégory Soetrisnardi, while CTO Christoforus Yoga Haryanto comes from Traveloka.

In addition to Dimo, under the company’s legal entity there are two other operating products, Uangku and Cashbac. All products are engaged in fintech with different segments.

The acquisition by Traveloka answers the question of Uangku as an electronic money payment option in its application. However, we are yet to receive confirmation whether Cashbac has also been acquired by Traveloka.

Dimo runs payment services based on QR code system using Pay by QR jargon. They move agnostically aka QR codes contained in merchants can receive various sources of funds from affiliated electronic money applications.

The relationship between Traveloka and Sinarmas’ subsidiary also applied for PayLater services with Danamas. Danamas confirmed the affiliation between the two companies was limited to a business agreement. There is no stock investment by Traveloka.

In the Traveloka application, there is a QR code scan that is used at Traveloka Eats merchant partner locations, Traveloka booths at airports and shopping centers, and events held by Traveloka. There is also a privilege to enter tourist attractions without having to print physical tickets.

The pandemic has hit the tourism sector with the sharpest decline compared to other sectors. In addition to Dimo’s layoff scheme, Airy, which is often associated with Traveloka, has announced a business termination as of the end of May.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Tahun Lalu Dimo Dikabarkan Telah Diakuisisi Traveloka Group

Traveloka dikabarkan telah mengakuisisi startup sistem pembayaran berbasis kode QR Dimo Pay Indonesia (Dimo) awal tahun lalu. Sumber terpercaya yang tak mau disebutkan namanya kepada DailySocial mengungkapkan, proses pembelian dilakukan melalui perusahaan cangkang (special purpose vehicle / SPV).

Traveloka menggunakan modus yang sama ketika mengakuisisi Pegipegi dan dua startup OTA lain di bawah naungan Recruit Holdings pada awal 2018. Berbeda dengan Gojek, Traveloka memilih tidak memasukkan branding-nya untuk setiap perusahaan hasil akuisisi.

Informasi awal ini kami dapat dari SEAcosystem.com – sebuah worksheet kolaboratif yang diinisiasi sejumlah modal ventura di Asia Tenggara untuk membantu talenta yang terdampak layoff tahun ini. Seluruh data yang dicantumkan di situs tersebut diisi secara sukarela.

Di sana sejumlah pegawai Dimo yang terdampak layoff mengkaitkan nama perusahaannya dengan Traveloka Group. Kami pun mencoba menghubungi pihak Dimo, namun hingga berita diturunkan tidak ada respons yang diberikan.

Dimo berdiri sejak 2016 di bawah naungan Sinar Mas Group, khususnya SMDV. Saat ini Dimo dipimpin Grégory Soetrisnardi, sementara CTO Christoforus Yoga Haryanto berasal dari Traveloka.

Selain Dimo, di bawah badan hukum perusahaan ini ada dua produk lain yang masih beroperasi, yakni Uangku dan Cashbac. Seluruh produk tersebut bergerak di bidang fintech dengan segmen yang berbeda.

Akuisisi oleh Traveloka menjawab pertanyaan mengapa Uangku menjadi opsi pembayaran uang elektronik yang terdapat di aplikasinya. Meskipun demikian kami belum memperoleh konfirmasi apakah Cashbac juga telah diambil alih pengelolaannya oleh Traveloka.

Dimo bergerak di layanan sistem pembayaran berbasis kode QR dengan jargonnya Pay by QR. Mereka bergerak secara agnostik alias kode QR yang terdapat di merchant dapat menerima berbagai sumber dana (source of funds) dari aplikasi uang elektronik yang sudah bekerja sama.

Hubungan Traveloka dan anak usaha Sinarmas juga dilakukan untuk layanan PayLater bersama Danamas. Pihak Danamas mengonfirmasi bahwa hubungan kedua perusahaan adalah sebatas kesepakatan bisnis. Tidak ada penanaman saham dilakukan oleh Traveloka.

Di dalam aplikasi Traveloka, terdapat pemindaian kode QR yang digunakan di lokasi partner merchant Traveloka Eats, stan Traveloka di bandara dan pusat perbelanjaan, dan acara-acara yang digelar Traveloka. Tersedia pula akses cepat untuk masuk ke tempat wisata tanpa perlu mencetak tiket fisik.

Dampak pandemi yang masih berlangsung memukul sektor pariwisata dengan penurunan tertajam dibandingkan sektor lainnya. Selain pemutusan hubungan kerja di Dimo, Airy yang sering diasosiasikan dengan Traveloka telah mengumumkan penutupan operasional per akhir Mei mendatang.

Imbas COVID-19 Terhadap Layanan OTA dan Industri Pariwisata

Penyebaran virus Corona (COVID-19) yang bermula di Tiongkok adalah kabar buruk untuk industri pariwisata dan industri penunjangnya. Dampak buruk ini menyebabkan pelaku industri mengencangkan ikat pinggang sambil menunggu kabar baik penanganan wabah ini.

Merebaknya COVID-19 di Wuhan, Tiongkok, pada akhir Januari lalu sudah dipastikan mengganggu industri pariwisata global, termasuk di Indonesia. Layanan penerbangan dan pemesanan hotel adalah dua pos yang paling terpukul akibat penyakit tersebut.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat per Desember 2019, wisatawan mancanegara secara berurutan paling banyak berasal dari Malaysia, Singapura, dan Tiongkok. Tiongkok sendiri menyumbang sekitar 2 juta turis sepanjang tahun lalu atau peringkat kedua dengan 12,8 persen total wisman. Sementara Malaysia, Singapura, dan wisman dari negara Asia Tenggara lainnya berjumlah 6,1 juta.

Laporan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memperjelas lebih detail pelemahan pariwisata di sejumlah daerah. PHRI menyebut Bali mengalami penurunan yang cukup drastis. Di beberapa titik wisata favorit warga Tiongkok seperti Nusa Dua, Tuban, dan Legian okupansinya anjlok 60-80 persen. Kedatangan penumpang internasional di Bandara Ngurah Rai tercatat stagnan di bawah 15.000 hingga di bawah 14.000 sejak akhir Januari hingga pertengahan Februari. Jumlah pesawat internasional ke Bali pun sempat terpuruk hingga 80-an saja. Padahal sepanjang Januari jumlahnya masih konstan di atas 100-an penerbangan.

Secara keseluruhan tingkat okupansi hotel di Bali hanya sekitar 30-40 persen. Hal yang sama terjadi di Manado yang didominasi wisman Tiongkok. PHRI menyebut okupansi hotel di sana turun 30-40 persen menjadi 30 persen saja.

Imbas terhadap OTA

Online travel agency (OTA) otomatis kena imbas dari situasi ini. Pegipegi melalui keterangan tertulisnya menitikberatkan penurunan pemesanan perjalanan domestik. Hal itu terjadi terutama ketika pemerintah mengumumkan kasus COVID-19 pertama pada Senin (2/3) lalu.

“Saat ini dapat kami lihat bahwa permintaan pemesanan perjalanan untuk destinasi domestik mengalami penurunan mengingat informasi kasus Corona di Indonesia baru saja diumumkan awal minggu ini,” ujar Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza kepada Dailysocial.

Kontribusi OTA dalam ekonomi pariwisata Tanah Air tak bisa dianggap remeh. Databoks Katadata menunjukkan transaksi tiket online berada di angka US$8,6 miliar atau Rp125 triliun pada 2018. Angka itu diprediksi tumbuh hingga US$25 miliar atau Rp355 triliun pada 2025. Nominal ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara.

Sektor pariwisata menyumbang 5,25% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2018 yang sebesar Rp14.837 triliun. Ini artinya dari sekitar Rp779 triliun yang disumbangkan sektor pariwisata, sekitar 16 persen di antaranya berasal dari transaksi online.

Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet yakin pelaku OTA di Indonesia pasti terpukul akibat COVID-19. Akan tetapi Yusuf melihat mereka bukan tanpa harapan dalam situasi genting seperti sekarang.

Yusuf berpendapat layanan OTA dapat menambal situasi yang ada dengan layanan sampingan mereka dan mengencangkan promosi untuk pasar domestik. Layanan OTA ternama, seperti Traveloka dan Tiket.com, sudah memiliki sejumlah layanan yang tak terkait dengan pemesanan penginapan maupun tiket pesawat seperti pemesanan makanan atau pemesanan tiket pusat rekreasi.

“Menurut saya mereka bisa memanfaatkan potensi wisatawan domestik tapi yang sifatnya lebih lokal. seperti wisata kuliner,” ucap Yusuf.

Bhima Yudhistira, ekonom Indef, mengatakan pukulan wabah terhadap OTA, terutama yang sudah beroperasi hingga ke mancanegara seperti Traveloka cukup besar. Hampir senada dengan pernyataan Yusuf, menurut Bhima harapan terletak pada kantong wisata domestik yang tinggal beberapa bulan lagi menyambut musim Lebaran.

“Setidaknya ini bisa menjaga situasi agar tak terlalu turun. Apalagi beberapa bulan lagi Lebaran jadi pasti akan ada kenaikan. Walau ada virus Corona, wisatawan domestik akan menyemaptkan pulang, jadi menurut saya masih akan cukup kuat [di domestik],” sambung Bhima.

Perwakilan Traveloka, yang dihubungi secara terpisah, mengaku prihatin atas situasi yang terjadi. Namun mereka menolak menjelaskan sejauh apa dampak yang mereka terima akibat kasus COVID-19. “Saat ini fokus kami adalah mengutamakan keamanan dan kenyamanan pengguna dalam merencanakan perjalanannya,” ujar Head of Marketing, Transport, Traveloka Andhini Putri.

Respons Pegipegi tak jauh berbeda. Mereka masih sibuk mengakomodasi kebutuhan para pelancong yang menggunakan jasa mereka, termasuk dalam pembatalan reservasi. “Saat ini, bagi pelanggan yang ingin membatalkan pemesanan mereka, dapat dilakukan dengan mudah melalui aplikasi Pegipegi dengan menggunakan fitur Online Refund,” imbuh Busyra.

Insentif pemerintah

Kontribusi pariwisata memang masih belum sebesar sektor manufaktur atau perdagangan, namun subsektor yang dinaunginya dan pertumbuhannya yang selalu positif cukup menjadi alasan bagi pemerintah untuk menelurkan sejumlah insentif.

Beberapa insentif itu misalnya dana Rp72 miliar untuk influencer (kemudian ditangguhkan); Rp860 miliar berupa diskon tiket peerbangan sebesar 50% untuk 10 destinasi wisata unggulan seperti Danau Toba, Yogyakarta, Bali, hingga Labuan Bajo; dan beberapa insentif lainnya. Nominal-nominal itu adalah insentif tambahan khusus untuk sektor yang berkenaan dengan pariwisata dengan total nominal Rp298,5 miliar. Sebelumnya pemerintah sudah memastikan mengguyur Rp10,3 triliun untuk berbagai sektor sebagai antisipasi pelambatan ekonomi.

Yusuf menilai sejumlah insentif itu patut diapresiasi meski ada beberapa hal yang masih harus dikritisi. Ia menganggap pemerintah belum terlalu rinci terkait penerapan insentif itu. Contohnya adalah diskon tiket penerbangan yang belum jelas berlaku untuk destinasi wisata unggulan saja atau untuk seluruh Indonesia.

Poin ini juga yang menjadi kritik PHRI. Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani menilai tidak terlalu fokus pada lima destinasi super prioritas, tapi juga ke daerah-daerah yang memiliki bisnis pariwisata mapan.

“Relaksasi pajak insentif jangan hanya ditujukan ke 5 Destinasi Prioritas dan destinasi yang memiliki wisman dari China saja, namun juga ditujukan ke
destinasi yang memiliki international direct flight dari negara negara lain yang kunjungan wisman juga menurun seperti Singapura, Vietnam, Korea Selatan dan
Malaysia,” tukas Hariyadi dalam paparannya.

Hingga tulisan ini dibuat sudah tercatat enam orang yang dinyatakan positif mengidap virus COVID-19 tanpa korban jiwa. Total di seluruh dunia, virus ini menyebabkan nyaris 99 ribu kasus, dengan korban jiwa sebanyak 3.390, dan korban yang pulih sekitar 56 ribu. Tiongkok, Korea Selatan, Italia, dan Iran merupakan empat negara yang saat ini paling menderita akibat wabah ini.

Cara Pesan Tiket Pesawat di PegiPegi via PC

Musim liburan memang telah berlalu, tapi bagi Anda yang kerap bepergian keluar kota, memesan tiket pesawat adalah rutinitas yang tak mengenal waktu. Beruntung sekarang ada banyak sekali layanan yang menawarkan bantuan pemesanan tiket pesawat dan hotel, salah satunya adalah PegiPegi.

Selain layanan berbentuk aplikasi mobile, PegiPegi juga punya portal lain berbasis browser dalam bentuk situs web yang bisa diakses dari komputer baik desktop ataupun laptop.

  • Jalankan browser favorit Anda kemudian buka situs PegiPegi.com.
  • Di sebelah kanan Anda, terdapat dua opsi yakni Register dan Login. Meskipun Anda belum punya akun, lebih baik langsung ke menu Login tapi dengan syarat login menggunakan akun Facebook Anda.

Cara Pesan Tiket Pesawat di PegiPegi Menggunakan Komputer

  • Klik Continue as akun Anda.

Cara Pesan Tiket Pesawat di PegiPegi Menggunakan Komputer_1

  • Setelah berhasil login, sekarang waktunya mencari tiket pesawat. Pertama klik menu Pesawat, selanjutnya Anda punya dua opsi untuk menemukan tiket yang tersedia.
  • Pertama menggunakan form pencarian paling atas, silahkan isi kota asal, tujuan, dan jumlah penumpang. Terakhir klik Cari Tiket.

Cara Pesan Tiket Pesawat di PegiPegi Menggunakan Komputer_1

  • Seperti ini hasil pencariannya. Anda tinggal memilih maskapai apa sesuai dengan harganya masing-masing.

Cara Pesan Tiket Pesawat di PegiPegi Menggunakan Komputer_1

  • Atau cara kedua, Anda bisa klik menu Pesawat dan scroll ke bagian tengah. Di sana, Anda akan menemukan kota asal, tujuan dan bulan. Anda tinggal memilih tanggal keberangkatan yang tertera.

Cara Pesan Tiket Pesawat di PegiPegi Menggunakan Komputer_1

  • Kedua cara di atas akan dihantarkan ke halaman ini. Klik Lanjutkan untuk menuju ke proses berikutnya.

Cara Pesan Tiket Pesawat di PegiPegi Menggunakan Komputer_1

  • Kemudian isi nama dan nomor ponsel Anda.

Cara Pesan Tiket Pesawat di PegiPegi Menggunakan Komputer_1

  • Lengkapi data diri seluruh penumpang, dan pastikan isiannya benar.

Cara Pesan Tiket Pesawat di PegiPegi Menggunakan Komputer_1

  • Setelah tombol lanjutkan ditekan, Anda akan dihantarkan ke halaman pembayaran lengkap dengan tata caranya. Konfirmasi dan sebagainya akan dilakukan melalui nomor ponsel dan juga email Anda.
  • Pantau status pemesanan dari situs yang sama dan pastikan Anda menyimpan salinan konfirmasi dari sistem.

Selesai, sekarang Anda tinggal mempersiapkan segala sesuatu untuk perjalanan Anda.