Lineup Samsung Neo QLED TV Resmi Hadir di Indonesia, Tersedia dalam Varian 8K Maupun 4K

Samsung hari ini (6/5) resmi memperkenalkan jajaran TV premiumnya untuk pasar Indonesia di tahun 2021. Bintang utamanya adalah lini Neo QLED 8K TV, akan tetapi Samsung pun tidak lupa menyinggung sejumlah pembaruan yang terdapat pada lini Lifestyle TV mereka.

Kita mulai dari yang paling memikat terlebih dulu, yakni Neo QLED 8K TV. Dibanding lini QLED TV dari generasi sebelumnya, Neo QLED menghadirkan lompatan yang cukup jauh perihal kualitas gambar berkat pemanfaatan teknologi Quantum Mini LED yang ukurannya 40 kali lebih kecil daripada LED konvensional.

Neo QLED berbeda dari MicroLED (lini TV lain Samsung yang bahkan lebih premium lagi), dan sebelum ini saya sudah sempat menjabarkan perbedaan di antara keduanya secara cukup mendetail. Meski begitu, kalau dibandingkan dengan QLED biasa, Neo QLED jelas sudah jauh lebih superior dalam hal kontras maupun reproduksi warna.

“Level kontrasnya tinggi, warnanya tidak redup, dan hitamnya sangat presisi,” demikian komentar sutradara kenamaan Angga Dwimas Sasongko mengenai kualitas gambar Neo QLED 8K TV. Sebelum acara peluncuran ini, Angga rupanya sudah sempat mencoba TV ini langsung selama proses pembuatan film pendek terbarunya yang berjudul “Konfabulasi”.

Sama halnya seperti ketika TV 4K baru bermunculan beberapa tahun silam dan semuanya menawarkan teknologi upscaling dari FHD ke 4K, Neo QLED 8K TV juga hadir membawa teknologi upscaling berbasis AI guna meningkatkan resolusi konten apapun menjadi konten beresolusi 8K. 8K memang belum mainstream, akan tetapi Angga percaya distribusi konten 8K bakal sangat terbantu oleh tren streaming, apalagi ketika jaringan 5G sudah tersedia secara luas nanti.

Selain memukau dari sisi visual, Neo QLED TV turut menghadirkan kinerja audio yang mumpuni berkat teknologi Object Tracking Sound Pro (OTS Pro). Samsung menggambarkan OTS Pro sebagai teknologi surround yang dinamis, di mana TV bisa mengidentifikasi asal suara dari konten yang diputar, sehingga suara yang disajikan pun akan bergerak mengikuti gerakan objek di setiap adegan.

Buat kalangan gamer, Neo QLED TV juga sudah dilengkapi fitur FreeSync Premium Pro dan Auto Low Latency Mode (ALLM) guna menghadirkan sesi gaming yang bebas dari screen tearing dan dengan input lag yang sangat minimal. Pada resolusi 4K 120 Hz, latensinya diklaim bisa ditekan sampai serendah 5,8 milidetik.

Selain untuk menikmati konten hiburan, Neo QLED TV juga dapat diandalkan untuk bekerja maupun belajar. Dengan bantuan fitur PC on TV, pengguna bisa mengakses dokumen-dokumen yang ada di PC atau laptop untuk ditampilkan di layar besar TV ini. Bagi pengguna smartphone Samsung Galaxy, mereka juga bisa memanfaatkan fitur Samsung DeX untuk menampilkan dokumen kerja atau sekolah di layar TV.

Juga tidak kalah menarik adalah integrasi layanan Samsung Health pada Neo QLED TV, yang memungkinkan pengguna untuk melangsungkan latihan kebugaran langsung di depan TV, lengkap dengan panduan dari instruktur profesional. Samsung Health di TV juga dapat terhubung dengan perangkat mobile dan wearable Samsung demi memudahkan konsolidasi data aktivitas pengguna.

Di Indonesia, pre-order Samsung Neo QLED TV sudah dibuka mulai tanggal 6 hingga 31 Mei 2021 melalui toko online Samsung.com. Untuk Neo QLED 8K TV model 75 inci, harganya dipatok Rp71.999.000, sedangkan model 65 inci dihargai Rp51.999.000. Samsung Indonesia menawarkan garansi selama 12 bulan untuk panel, dan 24 bulan untuk spare part. Pada bulan Juli nanti, Samsung rencananya juga bakal menghadirkan Neo QLED 8K TV versi 85 inci.

Dalam kesempatan yang sama, Samsung turut menawarkan Neo QLED 4K TV yang juga tersedia dalam ukuran 75 inci dan 65 inci. Harganya sudah pasti lebih terjangkau: Rp61.999.000 untuk model 75 inci, dan Rp 32.999.000 untuk model 65 inci. Selama periode pre-order, konsumen berhak mendapatkan hadiah langsung berupa Galaxy S21 dan Galaxy Watch3 untuk Neo QLED 8K TV, atau Galaxy S21 untuk Neo QLED 4K TV.

Pembaruan pada lineup Samsung Lifestyle TV

Lineup Samsung Lifestyle TV untuk pasar Indonesia sejauh ini terdiri dari The Frame, The Serif, The Sero, The Terrace, dan proyektor The Premiere. Selain dirancang untuk menghadirkan pengalaman menonton yang immersive, kelima produk tersebut juga dimaksudkan untuk menjadi pelengkap interior rumah, sekaligus memberikan sentuhan personal sesuai passion masing-masing pemiliknya.

Untuk The Frame, versi terbarunya yang dipasarkan tahun ini hadir dengan rancangan baru yang 46 persen lebih tipis, serta pilihan bentuk bezel Beveled atau Modern dalam warna putih, cokelat, teal, dan brick red. The Frame 2021 memiliki adjustable stand yang akan menambah opsi penempatan di meja, dan kini juga hadir dalam pilihan ukuran 43 inci dengan harga yang lebih terjangkau di kisaran 10 jutaan rupiah.

Lanjut ke The Serif, edisi 2021-nya kini turut menghadirkan pilihan warna baru Cotton Blue. Untuk The Sero, TV yang bisa menampilkan gambar secara horizontal dan vertikal ini sekarang juga tersedia dengan opsi aksesori roda untuk semakin memudahkan penempatannya.

Inisiatif Going Green

Beberapa hari sebelum peluncuran Neo QLED 8K TV ini, Samsung Indonesia sempat mengumumkan inisiatif Going Green sebagai wujud komitmen berkelanjutannya untuk melindungi masa depan dan lingkungan. Inisiatif ini mereka jalani dengan menghadirkan remote control SolarCell dan memperluas penggunaan eco-packaging pada sebagian besar produk TV-nya di tahun 2021.

SolarCell, sesuai namanya, adalah remote control baru yang bekerja dengan mengisi daya dari sinar matahari, atau dengan mengandalkan pencahayaan dalam ruangan maupun pengisian daya lewat USB. Singkat cerita, remote control ini tidak menggunakan baterai sekali pakai seperti biasanya, yang berarti konsumen bisa ikut berkontribusi mengurangi jumlah limbah beracun.

Lebih lanjut, bodi remote control ini juga mengandung 24 persen (sekitar 31 gram) material plastik daur ulang dari botol air bekas. Menurut Samsung, menggunakan remote control ini selama tujuh tahun sama saja dengan mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 14.000 ton dan mengeliminasi penggunaan 99 juta baterai AAA.

Gagasan melindungi lingkungan hidup dengan cara mengurangi limbah secara signifikan ini kian dimaksimalkan dengan perluasan eco-packaging ke lebih banyak lini produk TV terbaru Samsung. Samsung percaya penggunaan eco-packaging dapat berkontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca sebanyak 10.000 setiap tahunnya. Ini penting mengingat ukuran TV terus bertambah besar seiring waktu, yang berarti ukuran kemasannya pun jadi semakin besar dan meninggalkan semakin banyak carbon footprint.

Di saat yang sama, eco-packaging juga memberikan added value bagi material yang dulunya dianggap barang bekas atau bahkan sampah. Kemasan minimalis ini dapat di-upcycle, dengan dot design yang akan membantu pembeli memotong dan membuat suatu proyek kreatif bersama keluarga, seperti misalnya mainan anak, atau bahkan furnitur dan dekorasi rumah. Di masa pandemi seperti sekarang, Samsung percaya eco-packaging dapat menjadi sarana untuk merekatkan hubungan seluruh anggota keluarga dan melatih kreativitas bersama.

Samsung Galaxy M12 Resmi Dijual di Indonesia, Unggulkan Layar 90 Hz dan Baterai Besar di Harga 2 Jutaan

Samsung punya smartphone baru untuk kelas entry-level dengan harga 2 jutaan rupiah: Galaxy M12. Ponsel ini sebelumnya sudah lebih dulu meluncur di pasar Vietnam pada bulan Februari lalu, dan salah satu daya tarik utamanya adalah baterai jumbo 6.000 mAh yang didukung fast charging 15 W.

Sayang sekali hal itu tidak berlaku di sini. Versi Galaxy M12 yang dijual di Indonesia ternyata ‘cuma’ mengemas baterai berkapasitas 5.000 mAh, meski untungnya ia masih mendukung fast charging 15 W via sambungan USB-C. Kenapa harus dikurangi kapasitas baterainya? Saya sendiri juga penasaran, namun sayang sekali saya belum mendapat jawaban dari perwakilan Samsung Indonesia soal ini — akan saya update artikelnya apabila sudah ada jawaban.

Rasa penasaran ini sebenarnya tidak akan muncul seandainya spesifikasi Galaxy M12 yang dijual di sini benar-benar berbeda dari versi yang dipasarkan di Vietnam. Namun ternyata spesifikasinya nyaris identik, dengan pengecualian pada kapasitas baterai itu tadi.

Perangkat ditenagai chipset Exynos 850 dengan prosesor octa-core yang diproduksi menggunakan proses pabrikasi 8 nm. Ada dua varian Galaxy M12 yang dijual di Indonesia: satu dengan RAM 3 GB dan penyimpanan 32 GB, satu lagi dengan RAM 4 GB dan penyimpanan 64 GB. Keduanya sama-sama dilengkapi slot kartu microSD yang mendukung ekspansi hingga 1 TB.

Layar yang digunakan merupakan panel LCD dengan ukuran 6,5 inci dan resolusi HD+, akan tetapi yang lebih istimewa adalah refresh rate-nya yang sudah 90 Hz, demikian pula touch sampling rate-nya yang sudah setinggi 180 Hz. Untuk membuka kunci layar, pengguna bisa memanfaatkan sensor sidik jari yang tertanam di tombol power.

Di sektor kamera, Samsung Galaxy M12 mengemas empat kamera belakang yang terdiri dari kamera utama 48 megapixel, kamera ultra-wide 5 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan kamera depth 2 megapixel. Menghuni poni berbentuk huruf “V” pada layarnya adalah kamera selfie 8 megapixel.

Secara fisik, perangkat memiliki tebal 9,7 mm dan tebal 214 gram. Pilihan warna yang tersedia ada tiga, yakni hitam, biru muda, dan hijau. Sama seperti kebanyakan perangkat lain di kisaran harga ini, Galaxy M12 juga belum dilengkapi NFC.

Hal lain yang cukup menarik untuk disoroti adalah cara Samsung mempromosikan ponsel ini. Kalau Anda ingat, selama ini Samsung memasarkan seri Galaxy M dengan tagline #SobatAntiLowbat, terutama Galaxy M51 yang besaran baterainya sudah menjurus ke arah power bank (7.000 mAh).

Untuk Galaxy M12, Samsung ganti menggunakan tagline #SobatMegangBanget, dan sepertinya ini merupakan bagian dari strategi Samsung untuk memunculkan kesan bahwa yang menarik dari ponsel ini sebenarnya bukan sekadar baterainya saja, melainkan juga beberapa aspek lainnya, seperti misalnya layar 90 Hz maupun konfigurasi quad camera yang mencakup kamera ultra-wide.

Di Indonesia, Samsung Galaxy M12 saat ini sudah mulai dijual secara resmi, tapi khusus via online saja. Harganya dibanderol Rp1.899.000 untuk varian 3 GB/32 GB, dan Rp2.099.000 untuk varian 4 GB/64 GB. Khusus selama tanggal 5-9 Mei 2021, ada program flash sale dengan potongan harga 100 ribu rupiah untuk masing-masing varian, plus sejumlah bonus lain senilai 300 ribuan rupiah.

Samsung Luncurkan Tiga Seri Laptop Baru: Galaxy Book Pro, Galaxy Book Pro 360, dan Galaxy Book Odyssey

Samsung memperkenalkan tiga laptop baru yang cukup menarik: Galaxy Book Pro, Galaxy Book Pro 360, dan Galaxy Book Odyssey. Ketiganya memiliki target pasar yang berbeda, akan tetapi semuanya tidak mau setengah-setengah perihal portabilitas.

Lihat saja Galaxy Book Pro, yang bobotnya hanya berada di kisaran 870 gram, alias tidak sampai 1 kilogram, dengan ketebalan sekitar 11,2 mm. Meski demikian, ia rupanya masih bisa mengemas baterai berkapasitas 63 Wh, lengkap dengan dukungan fast charging 65 W menggunakan adaptor yang termasuk dalam boks.

Perangkat mengusung layar AMOLED 13,3 inci beresolusi 1080p. Kinerjanya ditunjang oleh pilihan prosesor Intel generasi ke-11 dengan GPU Iris Xe, plus RAM berkapasitas maksimum 32 GB dan SSD NVMe sebesar 1 TB.

Alternatifnya, Galaxy Book Pro juga hadir dalam varian yang lebih besar. Panel layar yang digunakan sama persis (AMOLED, 1080p), hanya saja dengan bentang diagonal 15,6 inci. Spesifikasinya pun cukup identik, kecuali kapasitas baterainya yang sedikit lebih besar di angka 68 Wh, plus ada varian yang menggunakan GPU Nvidia GeForce MX450.

Samsung Galaxy Book Pro 360 / Samsung

Kedua model sama-sama dilengkapi sensor sidik jari pada tombol power-nya. Port yang tersedia di bagian samping sasis aluminiumnya pun cukup melimpah, mencakup USB-C, Thunderbolt 4, USB 3.2, dan slot kartu microSD. Khusus pada varian 15 inci, juga ada port HDMI.

Beralih ke Galaxy Book Pro 360, seri ini pada dasarnya adalah Galaxy Book Pro dengan layar sentuh dan engsel 360 derajat. Ia juga hadir dalam dua varian ukuran: 13,3 inci dan 15,6 inci. Spesifikasinya pun tidak jauh berbeda, mulai dari resolusi layar, pilihan prosesor yang tersedia, sampai kapasitas SSD NVMe maupun baterai yang tertanam. Satu pembeda lainnya adalah, paket penjualannya turut mencakup stylus S Pen.

Samsung Galaxy Book Odyssey

Samsung Galaxy Book Odyssey / Samsung

Seperti yang sudah bisa ditebak dari namanya, Galaxy Book Odyssey adalah model yang ditujukan untuk kalangan gamer. Selain ditenagai prosesor Intel generasi ke-11, ia juga mengusung GPU diskret yang masih sangat gres dan yang belum bisa kita temukan di laptop lain: Nvidia GeForce RTX 3050 Ti Max-Q, atau RTX 3050 Max-Q.

Berbeda dari Galaxy Book Pro, Galaxy Book Odyssey mengemas slot RAM dan SSD NVMe ekstra agar pengguna bisa dengan mudah menambahkannya di kemudian hari. Juga berbeda adalah layar LCD ketimbang AMOLED (15,6 inci, FHD), plus baterai berkapasitas 83 Wh yang mendukung charging dalam kecepatan 135 W menggunakan adaptor bawaannya.

Menariknya, semua itu masih bisa dikemas dalam bodi setebal 17,7 mm saja, dengan bobot hanya sekitar 1,85 kg. Model ini memang tidak dilengkapi port Thunderbolt, akan tetapi setidaknya masih ada port Ethernet buat yang membutuhkan.

Harga dan ketersediaan

Samsung Galaxy Book Pro 360 dan Galaxy Book Pro / Samsung

Seri Samsung Galaxy Book Pro dan Galaxy Book Pro 360 kabarnya akan tersedia mulai pertengahan bulan Mei mendatang. Di Amerika Serikat, Galaxy Book Pro dijual dengan harga mulai $1.000, sedangkan Galaxy Book Pro 360 mulai $1.200.

Untuk Galaxy Book Odyssey, pemasarannya baru akan dimulai pada bulan Agustus 2021 di beberapa negara terpilih. Harganya dipatok mulai $1.399.

Sumber: Samsung dan Engadget.

Samsung Neo QLED TV dan MicroLED TV, Apa Saja Perbedaannya?

Samsung hari ini (22/4) menggelar konferensi virtual Neo QLED Tech Seminar 2021, dan saya bersama sejumlah awak media lain berkesempatan untuk langsung mengikuti jalannya acara. Dalam acara tersebut, Samsung mempresentasikan secara mendetail fitur-fitur unggulan yang ditawarkan oleh jajaran smart TV yang akan segera mereka jual di tahun 2021 ini, sekaligus mengadakan sesi tanya-jawab bersama timnya di Korea Selatan.

Pada lineup TV utamanya, Samsung menawarkan dua seri yang berbeda: Neo QLED dan MicroLED. Apa perbedaannya? Apakah hanya sebatas diversifikasi branding begitu saja? Tentu tidak, dan di sini saya akan mencoba merangkum keunggulan yang ditawarkan oleh masing-masing TV.

Kita mulai dari Neo QLED terlebih dulu, yang merupakan penerus seri QLED dari generasi sebelumnya. Neo QLED pada dasarnya memakai Mini LED sebagai basis teknologinya, di mana ukuran tiap-tiap unit LED yang tertanam cuma 1/40 dari ukuran LED konvensional. Alhasil, perangkat TV tak hanya bisa dibuat lebih ramping, melainkan juga mampu menyajikan tingkat kontras yang lebih baik, dengan efek blooming yang minimal.

Berhubung ukuran LED-nya jauh lebih kecil, otomatis jumlahnya pun bisa diperbanyak, dan ketika jumlah LED-nya bertambah, local dimming zone-nya juga bisa ikut ditambah, memberikan kontrol cahaya yang lebih presisi lagi daripada sebelumnya. Selain itu, rasio kontrasnya juga bisa ikut ditingkatkan berkat pengaplikasian Quantum Matrix Technology yang memanfaatkan gradasi 12-bit.

Hadir dalam resolusi 4K dan 8K, lini TV Neo QLED turut dilengkapi Neo Quantum Processor yang bertugas meng-upscale resolusi konten dengan kinerja AI yang disempurnakan. Bukan cuma itu, tingkat kontrasnya juga dapat diatur secara real-time berdasarkan frame demi frame.

Bagi para pemilik console PlayStation 5 atau Xbox Series S/X, Neo QLED siap menyuguhkan sesi gaming dalam resolusi 4K 120 Hz. Dukungan terhadap AMD FreeSync Premium Pro pun juga merupakan fitur standar di TV ini. Pada sesi Q&A, perwakilan Samsung bilang bahwa mereka bakal mempertimbangkan untuk menyertakan dukungan G-Sync pada tahun 2022.

Samsung MicroLED TV / Samsung

Selanjutnya, mari kita bahas mengenai MicroLED. Dari perspektif sederhana, cara kerja MicroLED justru lebih mirip OLED karena ia tidak memerlukan lapisan backlight yang terpisah, berbeda dari Neo QLED tadi. Jadi selain menampilkan warna RGB, tiap-tiap pixel MicroLED yang berukuran mikroskopis ini juga mampu memancarkan cahayanya sendiri.

Alhasil, karakteristiknya jadi benar-benar mirip OLED, di mana warna hitam akan tampak begitu pekat, sebab ketika menampilkan gambar berwarna hitam, sebenarnya Micro LED tidak akan memancarkan cahaya apa-apa, alias mati. Yang berbeda adalah, tingkat kecerahan maksimum yang dapat dicapai MicroLED jauh lebih tinggi, maksimum hingga 5.000 nit, bandingkan dengan OLED yang hanya terbatas di kisaran 1.000 nit.

Juga sangat berbeda adalah sifat MicroLED yang non-organik, yang berarti ia tidak akan terdampak oleh efek burn-in seperti OLED. Samsung percaya diri bahwa TV MicroLED-nya mampu menyajikan kualitas gambar yang konsisten sampai paling tidak 100.000 jam, alias lebih dari 11 tahun. Namun pada praktiknya pasti lebih lama dari itu karena tidak mungkin Anda menyalakan TV selama 24 jam setiap harinya, bukan?

Singkat cerita, kalau budget bukan masalah dan kualitas gambar adalah prioritas yang benar-benar tidak dapat dikompromikan, maka MicroLED adalah pilihan yang lebih tepat. Kebetulan jajaran TV MicroLED Samsung juga hadir dalam variasi ukuran yang lebih besar lagi daripada Neo QLED: 88 inci, 99 inci, dan 110 inci, meski nantinya juga akan ada varian berukuran 76 inci.

Tips Membuat Konten Kreatif Menggunakan Galaxy A Series Baru

Bikin konten yang awesome di media sosial dan platform berbagai video tidak gampang, butuh effort atau usaha yang luar biasa. Namun, saat ini para digital creator generasi Z dan milenial sangat terbantu dengan kecanggihan kamera smartphone.

Sebagai contoh, smartphone Galaxy A series keluaran terbaru Samsung seperti Galaxy A32, Galaxy A52, dan Galaxy A72 yang belum lama ini dirilis di Indonesia. Ketiganya sudah dibekali konfigurasi quad camera dengan kamera utama beresolusi tinggi 64MP.

Kamera Samsung Galaxy A72
Kamera Samsung Galaxy A72

Juga dilengkapi fitur penstabilan gambar OIS pada kamera utama Galaxy A52 dan Galaxy A72. Selain ditemani kamera sekunder 12MP dengan lensa ultrawide, khusus Galaxy A72 memiliki kemampuan optical zoom 3x dan space zoom hingga 30x berkat kamera 8MP dengan lensa telephoto dan OIS.

Keberadaan Optical Image Stabilization sendiri memberikan banyak manfaat. Untuk foto misalnya, memastikan hasil bidikan yang tajam karena dalam banyak kasus foto kabur karena getaran tangan. Juga meningkatkan kapabilitas pengambilan gambar di konsisi minim cahaya, bila menggunakan Night Mode yang mana menggunakan multi-frame processing, shutter speed yang digunakan butuh beberapa detik. Untuk perekaman video juga tidak kalah penting, berguna untuk mendapatkan gerakan yang stabil.

Dalam acara virtual bertajuk ‘Awesome Content Creation Hacks’, Irfan Rinaldi, Product Marketing Manager, Samsung Electronics Indonesia. Bersama Rifki Antariksa, fotografer sekaligus content creator, berbagi beberapa tips dan ide untuk membuat konten kreatif menggunakan kamera Galaxy A series.

Salah satunya berkaitan dengan kembalinya fitur ketahanan air. Menurut Rifki, sertifikasi IP67 membantu mengeksplorasi lebih jauh saat berkreasi, contohnya di dalam air atau saat hujan. Ia pun memberi contoh ide membuat video slow-motion dengan hujan buatan.

Trio Galaxy A series tersebut memiliki mode video slow-motion dan super slow-motion. Ditambah dengan hujan buatan tersebut, maka video yang dihasilkan terlihat sinematik. Rifki juga menyarankan untuk mencoba mengambil foto atau video secara vertikal dan manfaatkan barang-barang yang ada di rumah sebagai prop foto.

Ada banyak lagi ide-ide yang dapat dieksplorasi, terlebih Galaxy A52 dan A72 sudah dilengkapi mode video pro. Sebelumnya mode video pro hanya tersedia pada smartphone flagship model terbaru Samsung, lewat mode ini pengguna dapat menyesuaikan pengaturan layaknya menggunakan kamera digital.

Bagi yang tertarik dengan smartphone Galaxy A series terbaru Samsung, Galaxy A32 bisa diperoleh mulai dari Rp3.599.000 untuk varian 6GB/128GB dan 8GB/128GB Rp3.799.000. Sementara, Galaxy A52 8GB/128GB dibanderol Rp4.999.000 dan Rp5.399.000 untuk 8GB/256GB. Sedangkan, Galaxy A72 8GB/128GB dijual Rp5.999.000 dan Rp6.399.000 untuk varian 8GB/256GB.

Sony Masih Memimpin Bisnis Sensor Kamera Smartphone, Tapi Samsung Terus Mengejar

Pandemi boleh menggerus penjualan smartphone secara global di tahun 2020 — turun 8,8% dibanding tahun sebelumnya — akan tetapi hal itu rupanya tidak berpengaruh buruk terhadap bisnis sensor kamera smartphone. Berdasarkan laporan terbaru dari Strategy Analytics, bisnis sensor kamera smartphone justru bertumbuh 13% selama tahun 2020, dengan total pemasukan sebesar $15 miliar.

Secara keseluruhan, Sony masih mendominasi bisnis tersebut dengan pangsa pasar sebesar 46%. Duduk di posisi kedua adalah Samsung dengan 29%, diikuti oleh OmniVision dengan 10%. Sisa 15% merupakan akumulasi dari penjualan produsen-produsen sensor kamera lain yang kurang begitu dikenal.

Meskipun Sony masih jauh memimpin, pangsa pasar mereka sebenarnya sudah menurun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Di tahun 2019 misalnya, Sony tercatat memiliki 53,5% pangsa pasar sensor kamera smartphone secara global, dan Samsung kala itu bahkan belum mencapai 20%. Lalu apa yang salah dari Sony?

Huawei Mate 40 Pro, salah satu smartphone yang menggunakan sensor Sony IMX700 / Huawei
Huawei Mate 40 Pro, salah satu smartphone yang menggunakan sensor Sony IMX700 / Huawei

Problemnya rupanya bukan Sony, melainkan Huawei, yang merupakan pelanggan terbesar kedua Sony setelah Apple. Seperti yang kita tahu, penjualan smartphone Huawei benar-benar anjlok sejak mereka tidak lagi diperbolehkan menggunakan Google Mobile Services (GMS), dan ini secara tidak langsung berdampak pada penurunan pangsa pasar Sony. Sebagai informasi, beberapa sensor bikinan Sony, seperti misalnya IMX700, memang hanya bisa ditemui di smartphone Huawei.

Belakangan ini kita juga melihat semakin banyak lagi smartphone yang menggunakan sensor kamera bikinan Samsung. Brand seperti Vivo dan Xiaomi misalnya, sudah beberapa kali menyematkan sensor Samsung pada sejumlah produknya, termasuk halnya pada model flagship seperti Vivo X60 Pro+ dan Xiaomi Mi 11 Ultra. Wajar apabila pada akhirnya selisih pangsa pasar Sony dan Samsung terus menyempit.

Ditambah lagi, Samsung bisa dibilang cukup jago dalam hal mempromosikan teknologi sensor kameranya. Setiap kali ada sensor baru, Samsung selalu memberitakannya ke publik, lengkap dengan penjelasan merinci mengenai inovasi-inovasi yang diusung, seperti ketika mereka memperkenalkan sensor ISOCELL GN2 sebagai sensor kamera smartphone berukuran paling besar sejauh ini.

Sumber: EET Asia via DPReview. Gambar header: Depositphotos.com.

Satu Keping RAM DDR5 Dari Samsung Ini Punya Kapasitas 512GB

RAM DDR5, kemungkinan besar, akan banyak bermunculan di pasaran pasca dirilisnya AMD Zen 4 ataupun Intel Alder Lake akhir tahun ini atau di 2022. Beberapa produsen juga telah mengungkap produk DDR5 mereka, termasuk memori dari Samsung ini.

Satu keping RAM DDR5 dari Samsung ini memiliki kapasitas 512GB. Angka tersebut berarti 1000 kali lebih besar dari kapasitas RAM 512MB yang dulu biasa Anda temukan di tahun 2005.

Kapasitas besar ini mampu dicapai berkat menempelkan 8 lapisan chip 16GB di kepingan memorinya. Dengan proses baru milik Samsung bernama HKMG, kemungkinan memory leakage juga berkurang signifikan. Selain itu, konsumsi dayanya juga lebih irit 13% dengan bandwith 7200Mbps atau 2x lipat lebih besar dari DDR4.

Sayangnya, Anda mungkin tak bisa menggunakan memori dari Samsung ini di kamar karena Samsung membuat memori ini untuk kelas workstation. Besaran memori DDR5 yang lebih mungkin bisa Anda bawa pulang untuk dipasangkan ke PC kesayangan Anda nanti adalah yang berukuran 16 ataupun 32GB.

SK-Hynix-DRAM-chip-580x334

Berbicara soal DDR5 16GB, sebelumnya TeamGroup juga telah mengungkap rencananya untuk merilis RAM DDR5 16GB dengan kecepatan 4800MHz. Corsair bahkan akan menawarkan varian DDR5 16GB dengan kecepatan 5000MHz.

Terlepas dari itu semua, berita-berita tentang teknologi baru untuk PC gaming sekarang membuat saya merasa dilematis. Di satu sisi, saya selalu tertarik dengan teknologi-teknologi baru di PC sejak saya masih kuliah dulu. Namun dengan kondisi kelangkaan silikon dan pesatnya tren mining, saya jadi merasa berita ataupun produk-produk tersebut hanya memberikan harapan-harapan palsu — mirip juga dengan kisah asmara saya saat kuliah… Eh Wkwakawkawa… 

Di sisi lain, teknologi cloud gaming sebenarnya bisa jadi solusi dari kelangkaan GPU ataupun CPU. Sayangnya, di Indonesia, potensi cloud gaming memang nyaris nol besar. Simak pembahasan lengkap kami di artikel yang satu ini.

Feat Image via: Ars Technica

Lewat Galaxy Movie Studio, Samsung Ajak Sineas Muda untuk Membuat Film Pendek Bersama Sutradara Kawakan

Diperkenalkan menjelang akhir tahun 2019, Galaxy Movie Studio adalah sebuah platform yang Samsung hadirkan guna memfasilitasi hobi membuat film para konsumennya. Awalnya cuma sebatas memberikan pelatihan bersama sineas-sineas ternama, Galaxy Movie Studio terus berevolusi hingga menjadi kompetisi film pendek di tahun 2020, tepatnya setelah seri Galaxy Note20 dirilis.

Memasuki tahun ketiganya ini, Samsung mengajak para pemenang tahun lalu untuk berkompetisi kembali di tingkat yang lebih profesional lagi. Setelah melalui seleksi ketat, dipilihlah Kenza Luthfiani sebagai pemenang, dengan film pendeknya yang berjudul “Do You Want to Get Out”.

Kenza Luthfiani / Samsung Indonesia

Kenza masih berusia 19 tahun, dan ini selaras dengan tujuan program Galaxy Movie Studio, yakni membakar semangat para sineas muda, sekaligus sebagai bentuk dukungan Samsung terhadap industri perfilman tanah air. Program ini juga sudah mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru.

Sebagai pemenang, talenta Kenza bakal diuji di tingkat profesional. Ia telah ditunjuk menjadi asisten sutradara dari pembuatan film pendek berjudul “The Epic Movie”, mendampingi sutradara kawakan Angga Dwimas Sasongko. Tanpa harus terkejut, kamera yang boleh digunakan selama pembuatan film tersebut tentu hanyalah Samsung Galaxy S21 Ultra 5G saja.

Angga Dwimas Sasongko / Samsung Indonesia

Angga sendiri justru merasa tertantang dengan batasan ini. Ia sangat tertarik untuk mengeksplorasi fitur-fitur kamera yang diunggulkan oleh Galaxy S21 Ultra 5G, seperti misalnya Director’s View, mode perekaman dalam resolusi 8K, maupun kapabilitasnya dalam kondisi low-light. Di samping itu, Angga juga melihat ini sebagai kesempatan untuk merasakan langsung ekosistem lengkap yang Samsung tawarkan untuk kebutuhan produksi film.

Tentunya akan sangat menarik melihat hasil akhir dari kolaborasi antara sineas berpengalaman macam Angga dengan sineas muda yang mungkin lebih terbiasa menggunakan smartphone untuk membuat film. Samsung belum bisa memastikan kapan film pendek berjudul The Epic Movie ini bakal tayang, akan tetapi update-nya pasti bakal diumumkan melalui akun media sosial Samsung Indonesia ke depannya.

Samsung Galaxy A52, A52 5G, dan A72 Resmi Diumumkan

Samsung telah mengumumkan smartphone kelas menengah Galaxy A series terbarunya, Galaxy A52 dan A72. Penerus Galaxy A51 dan A71 ini membawa perubahan desain dan sejumlah peningkatan, khusus untuk Galaxy A52, Samsung menyediakan versi 4G dan juga 5G.

“Samsung senantiasa berupaya untuk memberikan perangkat yang konsumen inginkan dan perlukan. Oleh karena itu kami memberikan visi melalui Galaxy A series untuk mendemokrasikan inovasi Galaxy untuk semua orang. Galaxy A52, A52 5G, dan A72 mengemban filosofi brand yang dimiliki oleh Galaxy: inovasi terkini, layanan serta fitur, dengan harga yang terjangkau,” ujar Dr. TM Roh, President and Head of Mobile Communications Business, Samsung Electronics.

Galaxy-A52-5
Samsung Galaxy A52

Mulai dari Galaxy A52, Samsung tetap mempertahan layar Super AMOLED berukuran 6,5 inci dengan resolusi 1080×2400 piksel dalam rasio 20:9. Dibanding Galaxy A51, A52 membawa peningkatan berupa refresh rate lebih tinggi 90Hz, mendukung kecerahan maksimum 800 nit, dan diproteksi Gorilla Glass 5.

Dari sisi penampilan, perubahan tampak di sisi belakang, terutama desain kamera belakangnya yang mirip seperti Galaxy Note 20 series dan punya bodi water-resistance dengan sertifikasi IP67. Untuk konfigurasi kameranya, terdapat kamera utama 64MP F1.8 OIS, 12MP F2.2 dengan lensa ultrawide 123 derajat, 5MP F2.4 untuk macro, dan 5MP F2.4 sebagai depth sensor.

Nah yang membedakan Galaxy A52 4G dan versi 5G ialah dapur pacurnya. Model 4G mengandalkan chipset Snapdragon 720G, sedangkan model 5G ditenagai chipset Snapdragon 750G dengan modem 5G terintegrasi Snapdragon X52.

Selain itu, Galaxy A52 5G memiliki layar dengan refresh rate 120Hz. Spesifikasi lainnya bisa dikatakan identik, smartphone Android 11 di atas One UI 3.1 membawa baterai 4.500 mAh yang didukung fast charging 25W.

Beralih ke Galaxy A72, perangkat ini mengemas desain yang sama seperti A52 tetap dengan layar sedikit lebih besar 6,7 inci FHD+. Menggunakan panel Super AMOLED dengan refresh rate 90Hz, tingkat kecerahan maksimum 800 nit, dan juga diproteksi Gorilla Glass 5.

Yang sedikit membingungkan ialah, dapur pacu Galaxy A72 sama seperti A52 yaitu mengandalkan chipset Snapdragon 720G. Padahal pendulunya Galaxy A71 sudah ditenagai chipset Snapdragon 730G.

Perubahan lain terjadi di sektor kamera, di mana Galaxy A72 kini dilengkapi kamera sekunder 8MP F2.4 OIS dengan lensa telephoto yang menyuguhkan kemampuan memperbesar gambar 3x optical zoom. Kamera utamanya 64MO F1.8 OIS, ditemani 12MP F2.2 dengan lensa ultra wide, dan satu lagi 5MP F2.4 dengan lensa macro. Kamera depan Galaxy A52, A52 5G, dan A72 sama-sama 32MP F2.2.

Proses fotografinya didukung Scene Optimizer yang memanfaatkan teknologi AI untuk menangkap gambar dengan pengaturan optimal untuk 30 kategori gambar berbeda seperti, makanan, pemandangan, hewan peliharaan, dan lainnya. Juga dapat secara instant mengubah momen-momen favorit dari video 4K ke foto 8MP menggunakan fitur 4K Video Snap.

Nantinya Galaxy A series terbaru ini akan tersedia dengan warna Awesome Violet, Awesome Blue, Awesome Black, dan Awesome White. Untuk harga di Indonesia belum terungkap, tetapi sebagai gambaran di Inggris Galaxy A52 dibanderol mulai €350 dan €430 untuk Galaxy A52 5G, sedangkan Galaxy A72 dibanderol mulai €450.

Sumber: GSMArena

Samsung Umumkan SSD 980, Tanpa DRAM Harga Lebih Terjangkau

Samsung telah mengumumkan drive NVMe M.2 PCIe 3.0 SSD 980. Penerus 970 Evo ini membawa sejumlah peningkatan, namun dengan harga lebih terjangkau yakni mulai dari US$49.99 (Rp720 ribuan) untuk kapasitas 250GB US$69.99 (Rp1 jutaan) untuk 500GB, dan US$129.99 (Rp1,8 jutaan) untuk kapasitas 1TB.

Drive SSD 980 NVMe M.2 ini memiliki kecepatan baca maksimum 3.500MB/s yang sama seperti pendahulunya. Namun kecepatan tulis maksimumnya meningkat dari 2.500MB/s pada 970 Evo menjadi 3.500MB/s.

Selain itu, performa sustained atau berkelanjutannya meningkat berkat buffer yang lebih besar. Konsumsi dayanya 36% lebih sedikit dan punya sistem pendingin yang lebih baik untuk mengurangi risiko dari overheating.

Faktor yang membuat harga SSD 980 ini bisa lebih murah ialah karena merupakan SSD NVMe tanpa DRAM pertama dari Samsung. Fitur Dynamic random-access memory atau DRAM sendiri biasanya digunakan untuk memetakan konten SSD yang membantu menyajikan data dengan cepat dan efisien, biasanya ada 1GB DRAM untuk kapasitas 1TB di perangkat SSD modern.

Meski tanpa DRAM, performa drive SSD 980 NVMe M.2 tetap terjaga berkat kehadiran fitur Host Memory Buffer yang menghubungkan drive langsung ke DRAM CPU. Hasilnya tidak secepat SSD yang memiliki DRAM-nya sendiri, tetapi fitur Host Memory Buffer menyuguhkan performa yang jauh lebih baik dari SSD tanpa DRAM yang lain.

Samsung mengatakan bahwa SSD 980 dapat mencapai kecepatan hingga enam kali lipat dari SSD berbasis SATA. Selain Host Memory Buffer, fitur lain yang membantu ialah Samsung Intelligent TurboWrite 2.0 yang melipatgandakan wilayah buffer maksimum yang dialokasikan hingga 160GB, naik dari 42GB di 970 Evo.

Sebelumnya Samsung telah lebih dulu merilis drive M.2 NVMe SSD PCIe 4.0 980 PRO, di mana bila dipasangkan dengan motherboard yang kompatibel, 980 PRO menawarkan kecepatan sekuensial baca dan tulis masing-masing hingga 7.000MB/s dan 5.000MB/s. Performa tersebut dua kali lebih cepat daripada SSD PCIe 3.0 dan hampir 13 kali lebih cepat daripada SSD SATA.

Meskipun harga drive M.2 NVMe SSD PCIe 4.0 980 PRO juga lebih tinggi, kapasitas 250GB US$90, 500GB US$150, dan 1TB US$230. Sedangkan, fokus Samsung pada NVMe M.2 PCIe 3.0 SSD 980 yang tanpa DRAM ialah menawarkan SSD dengan harga terjangkau yaitu mulai dari US$49.99 untuk kapasitas 250GB, 500GB US$69.99, dan 1TB US$129.99.

Sumber: TheVerge