Fokus bisnis IDN Media untuk menyasar konten kreator dan influencer kembali ditegaskan dengan melakukan akuisisi kepada platform livestreamingmonetization Saweria.
Co-Founder & CEO IDN Media Winston Utomo mengungkapkan, proses pengenalan kepada tim Saweria hingga akhirnya akuisisi dilakukan sejak 6 bulan lalu. Akuisisi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat ekosistem IDN Media di bidang livestreaming, sekaligus mendukung perkembangan ekonomi kreator di Indonesia.
“Kami melihat adanya visi antara Saweria dan IDN Media yang sejalan. Jadi kita memutuskan untuk bertumbuh bersama,” kata Winston.
Sejak meluncurkan IDN Creator Network, IDN Media mulai menyasar kreator ekonomi dan ekosistemnya. IDN Creator Network menjadi sebuah agensi pemasaran yang bertujuan untuk menghubungkan kreator dan brand agar bisa menjalankan kampanye secara lebih efektif. Banyaknya permintaan mengenai pemasaran dengan teknik storytelling menjadi ide awal peluncuran platform tersebut, untuk memaksimalkan strategi dan penyampaian brand message dengan cara yang tepat.
Sinergi antara IDN Media dan Saweria nantinya diharapkan dapat mengembangkan potensi ekonomi kreator di Indonesia menjadi lebih luas lagi, utamanya untuk memperkuat prioritas IDN Media di industri livestreaming. Selain meningkatkan pertumbuhan pengguna, sinergi ini pun diharapkan dapat secara signifikan mendukung teknologi terkini yang ada di IDN Media serta mempererat kerja sama antar tim dalam berkolaborasi ke depannya.
“Dengan bergabungnya Saweria di IDN Media, kami berkomitmen untuk terus memperkuat industri livestreaming di Indonesia dengan cara mendorong konten kreator berkarya, sekaligus memiliki penghasilan dari karyanya dengan platform livestreaming monetization Saweria,” imbuh Winston.
Secara operasional, tim Saweria akan tetap berjalan seperti biasa. Pengalaman para livestreamer dalam menggunakan platform Saweria pun akan tetap sama. Prioritas utama dari Saweria dan IDN Media adalah memastikan kepuasan dari livestreamers dan pengguna Saweria.
Selama hampir 10 tahun berkarya, IDN Media kini memiliki beragam lini bisnis di bawah naungannya yang bergerak di bidang digital media, livestreaming, ekonomi kreator, komersial dan juga hiburan. Perusahaan saat ini telah memiliki pengguna dari kalangan generasi muda dengan lebih dari 80 juta Monthly Active Users.
Kehadiran platform online, terutama media sosial, telah membawa banyak kebiasaan baru bagi para penggunanya. Salah satunya adalah kegemaran berinteraksi melalui live streaming. Kini, siapapun bahkan bisa menghasilkan pendapatan melalui live streaming.
Saweria adalah salah satu platform online yang tidak hanya menghubungkan para streamer dengan penggemarnya, tetapi juga memberi kesempatan para streamer untuk mendapat penghasilan. Melalui Saweria, Anda bisa melakukan live streaming dengan berbagai tujuan, seperti membagikan karya, ide, tutorial, atau sekadar berbincang dengan penggemar.
Penggemar bisa memberikan dukungan finansial kepada Anda baik ketika Anda melakukan live streaming ataupun tidak. Dana yang didapatkan akan bisa dicairkan setelah melalui proses payment gateway. Pencairan dana dari Saweria bisa dilakukan melalui bank dan e-wallet. Beberapa e-wallet yang bisa digunakan untuk pencairan dana seperti OVO, Gopay, DANA, LinkAja, dan Shopeepay.
Untuk melancarkan proses pencairan dana dari Saweria, berikut penulis berikan panduan pencarian dana di saweria. Simak panduannya sampai akhir, ya!
Cara Menarik Dana dari Saweria
Login ke akun Saweria Anda
Pilih menu Dukungan Masuk dan Cashout
Di bagian kiri, Anda bisa melihat total saldo yang Anda miliki. Untuk mencairkan saldo, klik Cairkan
Lengkapi data penarikan dan klik Simpan Rekening
Pilih tujuan penarikan (Bank/e-wallet), masukkan nama bank/e-wallet yang dituju, nomor rekening/nomor e-wallet, dan nama pemilik rekening/akun e-wallet.
Masukkan nominal dana yang ingin dicairkan. Sistem akan secara otomatis menampilkan total potongan biaya, jumlah dana yang akan diterima, dan sisa saldo Anda di Saweria setelah pencairan. Untuk melanjutkan proses pencairan, klik Review Cashout
Anda akan mendapatkan email konfirmasi pencairan melalui email yang Anda daftarkan di Saweria. Buka dan klik link yang tercantum dalam email untuk menyelesaikan proses pencairan dana. Perlu diingat bahwa email konfirmasi ini hanya berlaku selama 10 menit. Jika melebihi batas waktu tersebut, maka link akan expired dan Anda harus mengulang semua langkah pencairan dana dari awal.
Bagaimana Jika Mengalami Kendala Pencairan Dana?
Jika Anda mengalami kendala dalam pencairan dana di Saweria, Anda bisa melakukan beberapa hal berikut sebelum mengadu kepada layanan customer service:
Periksa kembali kelengkapan data pencairan dana. Pastikan nama e-wallet/bank, nomor rekening/e-wallet, dan nama pemilik sudah benar.
Pastikan Anda memiliki koneksi internet yang baik untuk melakukan pencairan dana. Selain itu, link konfirmasi pencairan dana hanya berlaku 10 menit. Jika koneksi internet Anda bermasalah tentu akan mengganggu proses ini dan Anda harus mengulang setiap langkah pencairan dari awal jika link konfirmasi
Coba gunakan browser yang berbeda untuk mengecek apakah kendala ada pada browser atau bukan.
Jika sudah mencoba dan memastikan ketiga hal diatas dan Anda masih mengalami masalah pencairan dana, Anda bisa menghubungi tim Saweria untuk mendapat bantuan. Tim Saweria dapat dihubungi melalui media sosial (DM Twitter/Instagram) atau email di [email protected].
Pencairan dana akan diproses pada jam kerja, karenanya lebih direkomendasikan untuk melakukannya pada jam kerja. Jika pengguna melakukan pencairan dana diluar jam kerja, maka rentan mengalami delay dan baru akan diproses esok hari ketika memasuki waktu aktif bekerja.
Selain itu, Saweria tidak bisa membantu apabila terjadi kesalahan pencairan akibat pengguna yang salah memasukkan nomor tujuan pencairan. Karenanya, pastikan Anda melengkapi dan memeriksa ulang detail pencairan dengan benar.
Saweria adalah platform yang memungkinkan para kreator atau streamer untuk mendapatkan donasi dari para penggemar mereka. Melalui platform ini, penggemar juga bisa lebih terhubung dengan para kreator kesukaannya. Penggemar dapat menunjukkan dukungan mereka melalui interaksi dengan kreator atau dukungan dalam bentuk finansial bagi kreator.
Namun, tahukan Anda cara untuk memaksimalkan pengaturan akun Saweria? Sebelum memulai berkarya dan melakukan live streaming, pastikan Anda telah melakukan pengaturan akun dengan baik. Bagaimanapun, hal itu mendukung kelancaran karya Anda dan mengoptimalkan penggunaan akun Anda.
Penasaran bagaimana cara memaksimalkan pengaturan akun Saweria? Simak panduannya dibawah ini, ya!
Cara Memaksimalkan Pengaturan Akun Saweria
Untuk mulai melakukan pengaturan akun, silakan login ke akun Saweria Anda. Lalu klik Overlay untuk melakukan pengaturan akun.
Alert
Pengaturan notifikasi GIF, varian suara text to speech dan nominal minimum untuk alert notifikasi, GIF/media share dan text to speech bisa dilakukan di kolom Aturan Alert. Untuk menyimpannya, silakan klik Simpan Aturan.
Anda bisa mengubah suara notifikasi pada kolom Suara Notifikasi Alert dengan cara klik Ganti Suara, lalu klik Choose File untuk memilih audio notifikasi dari browser Anda.
Anda juga bisa memilih dan menyaring kata melalui kolom Filter Kata. Silakan masukkan kata-kata yang akan di filter, kemudian klik Simpan Kata. Dengan pengaturan ini, pesan dukungan dan nama pendukung tidak akan ditampilkan jika mengandung kata-kata yang termasuk dalam filter.
Selain itu, Anda bisa mengatur tampilan akun Anda. Pada kolom Tampilan, Anda bisa memilih warna background, warna highlight, waena teks, template teks, pengaturan border, ketebalan teks, durasi notifikasi, dan font. Klik SimpanTampilan untuk menyimpan perubahan.
Media Share
Pada kolom ini, Anda bisa mengatur pengaktifan media share, durasi video (detik), nominal tiap detik, dan nominal minimum GIF/media share. Klik Simpan untuk menyimpan perubahan.
Subathon
Kolom ini digunakan untuk mengatur tambahan waktu bagi penggemar yang ingin memberikan dukungan. Anda bisa mengatur mulai dari nominal dukungan dan waktu penambahan. Misalnya, dukungan sebesar Rp. 10.000 akan menambahkan waktu sebanyak 10 menit. Jika sudah selesai melakukan pengaturan, klik Simpan Tampilan.
Voting
Anda bisa menggunakan fitur voting untuk para penggemar. Silakan lengkapi pengaturan voting, mulai dari judul voting, pilihan vote, tanggal dan waktu mulai, serta tanggal dan waktu selesai. Klik Simpan Perubahan Overlay Voting untuk menyimpan pengaturan.
Milestone
Pada bagian ini Anda bisa mengatur rekapitulasi dukungan yang telah terkumpul pada durasi waktu tertentu. Anda bisa menentukan target dukungan dan memilih tanggal dimulainya dukungan. Jangan lupa untuk mengatur judul milestone, warna teks, warna background, pengaturan border, font judul, serta font isi. Klik Simpan Tampilan untuk menyelesaikan pengaturan.
Leaderboard
Fitur ini akan menampilkan semua donatur yang paling setia dan sering memberikan donasi. Untuk melihat datanya, Anda bisa memilih rentang waktu yang diinginkan. Selain itu, Anda juga bisa mengatur tampilan leaderboard apakah ingin ditampilkan dengan atau tanpa jumlah uang, memilih rentang waktu, text weight, text color, dan lain sebagainya. Jika sudah, silakan klik Simpan Tampilan.
Itulah cara mengoptimalkan pengaturan akun Saweria bagi Anda sebagai pemula yang baru bergabung. Selain pengaturan akun, tentunya juga dibutuhkan strategi agar konten Anda bisa menjangkau lebih banyak penonton dan menarik mereka untuk memberikan donasi. Selamat mencoba!
Di era serba digital saat ini, telah banyak berkembang platform yang bisa menghasilkan pendapatan bagi penggunanya. Salah satunya adalah platform yang menghubungkan para kreator dengan penggemar melalui karya mereka. Hal ini juga turut membuka peluang bagi para kreator untuk bisa memonetisasi karya mereka.
Salah satu platform yang bisa dimanfaatkan adalah Saweria. Platform tersebut memungkinkan para kreator untuk mendapatkan dukungan finansial dari para penggemarnya melalui live streaming. Ingin pengenalan lebih detail terkait Saweria? Simak artikelnya sampai habis, ya!
Apa itu Saweria?
Saweria adalah salah satu platform yang memungkinkan para kreator tidak hanya terhubung dengan penggemarnya, tetapi juga mendapatkan dukungan finansial dari para penggemarnya. Melalui Saweria, Anda bisa membuat kampanye atau kegiatan live streaming sebagai strategi untuk mendapat penghasilan. Para kreator bisa live streaming untuk bermain game, memberikan tutorial musik, seni fotografi, videografi, atau hanya sekedar berbincang santai dengan para penggemar.
Saweria menyediakan pilihan pencairan dana ke rekening bank dan e-wallet, seperti Gopay, DANA, OVO, LinkAja, Shopeepay. Setiap transaksi yang masuk akan terkena potongan biaya sebesar 5% (kecuali OVO 6%) dengan batas minimum 150 rupiah. Sedangkan pencairan dana dari Saweria ke rekening bank maupun e-wallet akan terkena potongan biaya sebesar Rp. 5.000. Saweria juga terintegrasi dengan berbagai software broadcasting yang menawarkan fitur Browser Source. Namun, software yang direkomendasikan untuk Saweria OBS atau SLOBS.
Fitur dan Layanan Saweria
Dukungan Masuk dan Cashout
Fitur ini memungkinkan Anda untuk melihat jumlah total saldo yang dimiliki dan saldo yang dicairkan. Anda juga bisa melihat daftar transaksi yang sudah dilakukan.
Dukungan Keluar
Pada halaman ini, Anda bisa melihat riwayat dukungan yang Anda berikan kepada kreator lain.
Pencairan Dana
Semua dukungan yang Anda peroleh di Saweria bisa dicairkan melalui beberapa metode yang tersedia. Namun, dukungan yang Anda terima harus melalui proses konfirmasi payment gateway terlebih dahulu sebelum masuk ke sistem Saweria. Proses konfirmasi akan membutuhkan waktu kurang lebih 3 hari kerja. Setelah konfirmasi berhasil, saldo akan secara otomatis masuk ke akun Anda dan bisa segera dicairkan.
Overlay
Fitur ini digunakan untuk mengatur alert, media share, subathon, voting, QR code, milestone, leaderboard, running text, dan wheel.
Integration
Anda bisa menghubungkan aplikasi lain dengan Saweria, seperti Webhook dan Discord. Melalui pengaturan ini, Anda bisa mengirimkan alert dukungan Anda sebagai pesan di channel discord.
Masukkan email yang akan digunakan untuk pendaftaran. Pastikan ejaan email benar dan email masih aktif. Kemudian, pastikan Anda memenuhi syarat dan ketentuan lalu berikan tanda centang di setiap poin syarat dan ketentuan. Terakhir, klik Daftar.
Anda akan mendapatlan notifikasi registrasi berhasil. Selanjutnya, silakan buka email Anda, klik Verifikasi untuk melakukan verifikasi email.
Lengkapi data verifikasi yang dibutuhkan, lalu klik Daftar
Masukkan username dan password untuk akun Anda. Username yang Anda masukkan nantinya akan menjadi link saweria Anda. Pastikan Anda membaca syarat dan ketentuan sebelum menekan tombol daftar.
Anda akan mendapatkan notifikasi registrasi berhasil dan akun Saweria siap untuk digunakan. Untuk mulai melakukan pengaturan akun, silakan lanjut login dengan memasukkan email dan password yang didaftarkan, lalu klik Masuk.
Itulah pengenalan terkait Saweria. Saweria adalah salah satu layanan yang bisa menghubungkan kreator dengan para penggemarnya. Tentunya masih banyak layanan atau aplikasi lain yang tidak hanya menghubungkan kreator dengan penggemar tetapi juga bisa digunakan sebagai wadah monetisasi karya. Pastikan Anda memilih aplikasi yang tepat untuk karya Anda. Hal itu bisa dilakukan dengan cara membaca testimoni pengguna hingga mencobanya sendiri.
Terhitung hampir lima miliar orang atau setara 62,5 persen dari total populasi di dunia mengakses internet per Januari 2022. Dari jumlah tersebut, sebanyak 92,1 persen di antaranya online dengan perangkat mobile. Rata-rata masyarakat global menghabiskan waktu hingga tujuh jam setiap harinya untuk online.
Tak terbayang berapa banyak konten yang telah kita baca, tonton, atau lihat di perangkat mobile selama dua tahun belakangan. Situasi Covid-19 yang belum juga usai memaksa orang untuk menghabiskan banyak waktu di rumah, membatasi mobilitas kerja dan sekolah. Alhasil, kesempatan untuk mengakses internet semakin besar.
Di Indonesia, ledakan konten juga terjadi. Orang-orang membuat konten, mengeksplorasi ide, dan semakin kreatif untuk memonetisasi karyanya. Bahkan ladang subur industri creator economy memicu banyak kelahiran platform apresiasi karya dalam negeri, membidik pasar ekonomi kreatif yang selama ini belum tergarap dengan maksimal.
Saat ini belum ada laporan komprehensif mengenai creator economy di Indonesia. Kendati begitu, pertumbuhan ekosistem dan infrastruktur digital di Tanah Air mengindikasikan potensi pasar creator economy yang belum tergarap dengan optimal. Pemerintah pun tengah mendorong industri ekonomi kreatif sebgai salah satu penggerak ekonomi di masa depan.
DataReportal per Januari 2022 mencatat jumlah pengguna internet Indonesia telah menyentuh angka 204,7 juta orang atau setara 73,7 persen dari total populasi. Kemudian, jumlah pengguna media sosial mencapai 191,4 juta atau 68,9 persen dari total populasi.
Untuk mendapatkan gambaran mengenai lanskap industri creator economy, model monetisasi, dan proyeksi bisnis, DailySocial berbincang dengan Founder KaryaKarsa Ario Tamat, Founder Storial Brilliant Yotenega, serta Founder Famous All Stars Arief Rakhmadani dan Co-CEO Famous All Stars Alex Wijaya.
Mengenal creator economy
Creator economy didefinisikan sebagai sebuah aktivitas yang dilakukan kreator untuk memperoleh penghasilan dengan bantuan teknologi. Sementara melansir laporan CBInsight,creator economy merujuk pada berbagai kegiatan bisnis oleh kreator independen, dari vlogger, influencer, hingga writer, untuk memonetisasi karya dan kemampuannya.
Keberadaan platform creator economy memungkinkan mereka untuk berkreasi dengan dukungan tools atau fitur analitik yang tersedia di dalamnya. Dengan tools, kreator manapun, termasuk yang punya jumlah follower kecil, bukan akun bercentang biru (verified), atau yang baru berdiri dapat memonetisasi karya mereka sendiri secara langsung.
Saat ini, industri creator economy global telah menyentuh angka $104,2 miliar. Pertumbuhan ini tak lepas dari keterlibat investor yang mengucurkan investasi terhadap bisnis creator economy. Di sepanjang 2021, investor di dunia telah menyuntik sebesar $1,3 miliar ke platform creator economy.
Di Indonesia, creator economy masuk dalam ekonomi kreatif yang di dalamnya juga membawa banyak subsektor. Menurut data Kemenparekraf, subsektor ini terdiri dari game developer, seni kriya, desain interior, musik, seni rupa, desain produk, fashion, kuliner, film, animasi, video, fotografi, desain komunikasi visual, televisi, radio, arsitektur, periklanan, seni pertunjukan, penerbitan, dan aplikasi.
Tantangan dan model monetisasi
Siapa saja dapat menjadi kreator. Namun, tidak semua mampu bertahan untuk tetap berkarya dan menghasilkan. Berbeda dengan situasi sekarang, satu dekade lalu–meski sudah ada internet–harga smartphone dan paket data masih mahal. Cakupan internet masih terbatas dan belum sampai ke wilayah pedesaan.
Jika Anda hobi menulis fiksi, menggambar, atau bermain game, belum tentu semua itu dapat menghasilkan uang. Kreator-kreator yang sudah punya nama pun mengalami kesulitan untuk produktif dan tak bisa sepenuhnya mengandalkan penghasilan dari karya.
Ario Tamat dan Brilliant Yotenega atau Ega menilai upaya monetisasi karya dan kestabilan pendapatan memang menjadi isu usang yang kerap dialami oleh para kreator, misalnya komikus, penulis, musisi, atau pelukis. Jauh sebelum ada teknologi, ada jalan panjang yang harus dilakukan kreator untuk memasarkan karyanya.
Ario melihat banyak kasus di mana kreator tidak bisa produktif berkarya karena tidak punya pemasukan tetap. Dari sini, ia melihat ada disconnect antara kreator dan pembeli konten karena tidak ada jalur diskusi, dan model pemasaran dulu masih tradisional. Meski sudah masuk era digital pun, belum ada platform yang menyasar kreator langsung di Indonesia. Bisa jadi karena kategori kreator masih sangat luas, dan belum ada definisi mutlak tentang apa yang mereka lakukan dan cara monetisasinya.
Yotenega atau karib disapa Ega juga merasakan kegelisahan yang sama. Pria yang berkecimpung di industri penerbitan ini mencontohkan proses panjang penulis yang ingin menerbitkan bukunya. Asumsinya ada naskah lolos seleksi, penulis perlu waktu enam bulan hingga satu tahun bagi penerbit untuk melakukan penyuntingan, produksi, dan distribusi. Royalti yang diterima pun umumnya berkisar 10%-15%, itu belum termasuk potongan pajak.
Ini belum lagi bicara kreator di segmen lain yang punya isu serupa, seperti musisi atau pelukis. Faktor-faktor tersebut membuat kreator sulit berkarya karena tidak ada kestabilan pendapatan.
Teknologi memang membantu memotong rantai panjang ini. Kita sudah merasakan bagaimana media sosial menghubungkan kreator dengan penggemarnya, menjadi wadah untuk mempromosikan karyanya. YouTube, Instagram, dan Twitter memampukan siapapun untuk terpapar dengan kreator atau karya yang belum pernah ditemui pengguna sebelumnya. Sampai akhirnya YouTube memberlakukan adsense, Instagram dengan influencer tools, dan TikTok lewat marketplace. Namun, sejatinya platform-platform ini sejak awal dirancang sebagai media sosial, bukan platform monetisasi karya.
Sebelum ada model Direct-to-Consumer (DTC), kreator mengandalkan sponsorship dan iklan dari pemilik brand sebagai salah satu revenue stream kreator. Namun, seiring berkembangnya teknologi dan ekosistem digital, pelaku startup mengembangkan platform DTC yang membantu kreator memonetisasi langsung dari fans/audiens/follower. Bentuknya bisa dalam bentuk penjualan karya atau donasi.
Dalam konteks pasar Indonesia, platform-platform apresiasi konten lokal memang baru muncul beberapa tahun belakangan untuk mengisi pasar ekonomi kreatif yang belum tergarap optimal. Ini menandakan sebuah sinyal manis bahwa pasar Indonesia mengapresiasi peran platform lokal sekaligus karya-karya yang layak untuk dibeli.
Dari berbagai sumber yang kami rangkum, ada beberapa platform apresiasi karya yang cukup mendapat perhatian penikmat konten di Indonesia, di antaranya ada Storial, KaryaKarsa, Saweria, GoPlay, Noice, dan Trakteer. Format karya yang dipasarkan beragam, mulai dari gambar, cerita fiksi, lukisan, hingga konten livestreaming. Ini baru model berbasis DTC.
Ada pula platform Allstars yangmenghubungkan pemilik brand, baik dari skala kecil sampai skala besar dengan influencer untuk mempromosikan produk/jasa sebuah brand melalui kreasinya.
Diolah dari berbagai sumber / DailySocial
Untuk konten yang bersifat live streaming, Saweria memungkinkan kita untuk memberikan dukungan finansial dalam bentuk tip. GoPlay juga salah satunya, kreator dapat menerima dukungan finansial dengan konsep virtual gift, yang juga dapat dicairkan secara instan ke rekening bank atau dompet digital.
Adapun, Storial memakai skema penjualan karya satuan (ecer) agar bisa lebih terjangkau bagi pembaca dan pembaca hanya membeli bab cerita yang diinginkan. Per bab (chapter) dapat dibeli minimal Rp2.000 hingga Rp10.000. Harga juga ditentukan sesuai kesepakatan dengan penulis. “Skema ini menguntungkan kreator atau penulis karena mereka akan mendapat pemasukan sebanyak 35%-50% dari bab yang terjual. Porsi ini terbilang jauh lebih besar dibandingkan yang diterima dari penjualan buku fisik,” jelas Ega.
Sementara, Karyakarsa memberikan 90% pembelian karya ke kantong kreator, di mana 10% diambil untuk biaya platform. KaryaKarsa juga menampilkan fitur Simulasi Pendapatan di mana kreator dapat memperhitungkan harga, jumlah follower, berapa persen [audiens] yang akan dikonversi, hingga seberapa produktif dalam sebulan.
Ario mencontohkan, sekitar 1% dari 10.000 follower yang dimiliki kreator, dapat dikonversi untuk menjadi pembeli konten, yakni 100 yang dikalikan dengan Rp10ribu (asumsi harga per bab). Artinya, kreator bisa meraup Rp1 juta untuk satu karya. Apabila ingin meningkatkan pendapatan, kreator harus produktif menelurkan karya.
“Di sini, kreator bebas pakai sesuai kebutuhan, ini menjadi keunggulan karena mereka bisa mengatur pola kreasi, tanpa ada deadline dari publisher. Jadi kami tidak terlibat di situ. HAKI 100% dimiliki kreator. Proses kreatif sepenuhnya oleh kreator. Kami berupaya edukasi, jika ingin monetisasi karya, harus pikirkan metrik di atas. Masalah bagus atau tidak, itu relatif tergantung audiens,” tutur Ario.
Sebagai perbandingan pada platform luar, YouTube menjadi salah satu platform yang menjadi kiblat kreator untuk momentisasi karya. Kebijakannya ketat, kreator harus memiliki lebih dari 4.000 jam tonton publik yang valid dalam 12 bulan terakhir dan memiliki lebih dari 1.000 pelanggan.
Webtoon memasang ad revenue sharing bagi kreator dengan sejumlah ketentuan. Di awal mungkin yang diterima belum seberapa, tetapi kreator punya kesempatan meningkatkan pemasukan sejalan dengan meningkatnya fanbase. Sumber pendapatan lain dapat diterima lewat merch, buku (apabila diterbitkan secara fisik), dan lewat dukungan Patreon.
Sementara, Patreon memakai sistem keanggotan (membership) yang memampukan kreator untuk menghasilkan uang dari fans maupun supporter. Beberapa contoh model bisnis Patreon di antaranya fan relationship model (video chat atau personalized message), community model, dan gated content model.
Monetisasi dari sudut pandang pengguna
Selain bicara soal isu dan tantangan, pada tulisan ini, DailySocial menyertakan survei kecil-kecilan yang diikuti 32 responden terkait pola konsumsi konten di berbagai platform. Sebagai disclaimer, hasil riset ini tidak menggambarkan atau mewakili pendapat mayoritas penikmat konten di Indonesia. Tujuan kami semata ingin mendapat sudut pandang pengguna menghargai sebuah konten.
Terlepas dari popularitas platform asing, DailySocial menemukan beberapa responden mengakses konten (berbayar maupun gratis) dari platform lokal, seperti KaryaKarsa, Storial, dan Saweria. Kendati begitu, pengguna juga banyak yang mengakses konten dari platform Wattpad, Webtoon, Kakaopage, OpenSea, Patreon, dan YouTube.
Cerita bergambar (komik, manga, manhwa) merupakan konten (berbayar maupun gratis) yang paling banyak diakses oleh responden (46,4%), diikuti cerita fiksi/novel online (35,7%), video (28,6%), game dan musik (masing-masing 25%), ilustrasi/lukisan/desain (14,3%), dan NFT (3,6%).
Kehadiran metode pembayaran digital tampaknya mempermudah responden untuk membeli konten favoritnya, karena sebesar 75 persen responden menggunakan platform, seperti OVO, GoPay, dan DANA untuk membeli konten. Selebihnya menggunakan metode transfer bank (39,3%) dan kartu kredit (28,6%). Adapun, sebanyak 51,7 persen memilih skema bayar per konten, 31 persen memilih berlangganan.
Responden bicara soal konten gratis versus berbayar
Apabila karya kreator menarik, patut untuk dibayar. Tetapi saya tetap menikmati konten gratis jika ada.
Free contents are good, but supporting the brain behind ’em is better
Gratis in exchange of ads tidak apa, selama harga berlangganan masih oke. Untuk game, saya memilih berbayar supaya tidak ada insentif buat developer yang memaksa kita menonton iklan terus-menerus.
Saya bersedia membayar konten dari kreator yang saya suka dan percaya. Jika belum saya kenal, kemungkinan saya butuh melihat karya gratisnya dulu
Konten gratis banyak yang sama bagus dengan konten berbayar.
Biasanya [mau bayar] di konten Webtoon soalnya saya penasaran dengan chapter selanjutnya. Mau tidak mau beli.
Tidak punya waktu untuk refreshing dengan membaca, jadi tidak efektif jika harus bayar konten digital.
Saya menikmati kedua-duanya. Beberapa author perlu start bagus untuk tahu apakah karyanya layak dijual atau tidak. Dengan cara ini, saya tertarik untuk menikmati konten gratis.
Menurut 72,4% responden, harga yang ditetapkan kreator untuk karyanya sudah sesuai dengan ekspektasi mereka. Namun, beberapa menilai bahwa ada karya gratis yang tingkat pengerjaannya sulit, tetapi kreator mematok harga terlalu murah. Sebaliknya, ada pula yang menilai sebuah karya yang tidak sebaik itu kualitasnya, tetapi terlalu mahal.
Responden juga menyampaikan aspirasinya agar Indonesia dapat memiliki platform-platform apresiasi kreator yang tak kalah saing dengan Webtoon dan TikTok di masa depan. Selain itu, mereja berharap platform fasilitator dapat meningkatkan fungsinya agar harga dapat lebih ekonomis bagi penikmat karya.
True fans hingga fitur penemuan
Monetisasi adalah satu hal, tetapi bagaimana memastikan keberlangsungan kreator dalam jangka panjang? Bagaimana mendukung upaya monetisasi kreator yang belum punya fanbase? Bagaimana jika kreator tidak percaya diri dengan karyanya sehingga memberi harga murah pada karya-karyanya?
Ega sempat menyingung bahwa ledakan creator economy ini akan membawa kita pada natural selection. Orang akan semakin kewalahan (overwhelmed) dengan banyaknya konten. Maka, kualitas lah yang akan mengikat orang yang punya value yang sama, atau istilahnya law of attraction.
Dari sudut pandang Ario, ketidakyakinan ini dinilai dapat memengaruhi potensi pemasukan kreator di masa depan. Maka itu, platform memang harus mengambil peran lebih untuk memberi dukungan kepada para kreator yang baru membangun fanbase. Selama ini audiens tahu informasi mengenai suatu kreator karena mengikuti karya-karyanya sejak awal. Namun, bagi kreator yang baru merintis, ini tentu sulit.
“Fokus kami adalah kreator. Karya mereka bernilai sehingga bisa dihargai, ini jadi afirmasi kalau mereka beli konten. Yang dibutuhkan dalam siklus perjalanan kreator adalah apa yang dapat ditawarkan oleh platform selanjutnya. Apa yang dapat dicapai pada titik kreator bisa dapat pemasukan bulanan di platform kami? Bagaimana supaya mereka bisa punya fanbase? Ini juga menjadi tanggung jawab kami sebagai penyedia platform untuk menemukan [kreator] lalu kami ekspos,” jelas Ario.
Sementara, menurut CEO GoPlay Edy Sulistyo, alih-alih terpaku pada metrik jumlah follower atau subscriber dan view, kreator dapat lebih fokus membangun hubungan dengan penggemar loyal (disebut sebagai true fans). Semakin erat engagement dengan true fans, kreator dapat tetap mempertahankan relevansinya, membuat konten apa adanya tanpa perlu kehilangan jati diri.
“True fans menjadi indikator penting karena mereka memiliki tingkat retensi tinggi. Artinya, ada kemungkinan besar mereka akan kembali menonton tayangan baru dari kreator. Ini menjadi kunci utama bagi kreator karena mereka bisa lebih sustainable tanpa perlu punya jutaan view atau follower,” ujar Edi beberapa waktu lalu.
Indonesia di antara era Web2 dan Web3
Dalam laporan The New Creator Economy Report yang diterbitkan Antler bersama Speedinvest, era Web3 akan membawa generasi kreator berikutnya terhadap kemampuan monetisasi yang lebih besar. Komunitas memainkan peran besar dalam mendukung upaya kreator meningkatkan sumber monetisasi konten lewat tools. Konten di era Web3 juga semakin eksploratif dengan blockchain, seperti NFT dan Metaverse.
Sumber: The New Creator Report by Antler
Laporan ini sedikit menyentil suatu platform yang mengambil bagian lebih banyak dari yang dihasilkan kreator. Masih ada platform yang tidak menyediakan algoritma atau tools yang memampukan konten suatu kreator ditemukan lewat algoritma.
“Overall, stronger loyalty. Para kreator dapat memberikan reward kepada penggemar loyal lewat engagement berkelanjutan yang tidak terlalu terikat dengan $$$. Saya menantikan tools yang dapat menjembatani engagement Web2 dengan Web3. Misalnya, menentukan fans terbesar dari kehadiran di konser, biaya yang dihabiskan untuk merchandise dan interaksi langsung, yang dapat menjadi kickstart tiered loyalty di platform Web3. Dengan begitu, kreator tidak perlu mulai dari nol membangun fanbase, dan memberikan reward ke penggemar yang mengikutinya sejak awal,” tutur Investor Lerer Hippeau Meagan Loyst dalam laporan tersebut.
Baik Alex Wijaya dan Arief Rakhmadani melihat era Web3 datang lebih cepat di Indonesia. Padahal industri creator economy Tanah Air baru berada di fase Web2, di mana supply dan demand belum mencapai puncak pertumbuhannya (peak growth). Situasi ini membuat seolah-olah industri creator economy di Tanah Air mengalami overlap dari Web2 ke Web3.
“Namun, saya melihat situasi saat ini sebagai exciting period karena ada banyak faktor pendukung [mengoptimalkan pertumbuhan di Web2], yakni pertumbuhan jumlah populasi, penetrasi internet, dan penetrasi smartphone di Indonesia,” tutur Alex.
Ia memproyeksi era Web3 bakal melahirkan istilah kreator baru. Dalam 2-3 tahun ke depan, jika tadinya disebut seniman atau pelaku seni, istilah ini akan berubah menjadi NFT artist. Perkembangan teknologi dan industri akan membentuk terminologi, identitas, dan lapangan kerja baru. Apalagi Web3 berbasis desentralisasi sehingga kreator tak hanya dapat membuat dan menjual karya, tetapi juga memiliki Intellectual Property (IP) atas karyanya.
Arief menambahkan, creator economy di era Web3 akan menjadi bisnis independen di mana mereka dapat momentisasi langsung karyanya. Di fase selanjutnya, creator economy akan berevolusi kembali di mana kreator dan fans/audiens bisa berkolaborasi menciptakan sesuatu bersama.
Terlepas dari independensi monetisasi karya di era Web3, Arief menilai pemilik brand tidak akan kehilangan posisinya. Malahan, brand akan tetap melihat kreator sebagai salah marketing channel yang menarik untuk mengejar target secara organik.
“Jadi brand deal dan model monetisasi D2C bisa saling berpengangan tangan interpendensi bagi kreator karena Web3 tidak serta merta menghilangkan model monetisasi dari brand,” tuturnya.
Catatan penutup penulis, lima tahun lagi satu miliar orang akan mengidentifikasi dirinya sebagai kreator. Kreator tak lagi akan dipandang sebagai sebuah kegiatan iseng belaka untuk mengisi waktu luang, melainkan sebagai pilihan karier.
Apakah Anda tertarik menjelajahi pengalaman baru sebagai kreator independen?