Generasi Kedua Sepatu Self-Lacing Nike Lebih Nyaman dan Lebih Mudah Dipakai

Ketekunan Nike dalam mengembangkan dan mematangkan teknologi self-lacing selama bertahun-tahun terbukti sudah membuahkan hasil. Nike Adapt BB resmi dirilis tahun lalu, mempersilakan para pebasket untuk merasakan betapa revolusionernya sepasang sepatu yang dapat mengencangkan talinya sendiri.

Tahun ini, Nike bahkan sudah menyiapkan generasi keduanya. Dibandingkan pendahulunya, Nike Adapt BB 2.0 membawa sejumlah penyempurnaan. Wujudnya pun juga kelihatan lebih fancy, namun ia tetap mempertahankan tombol “+” dan “-” yang menyala seperti sebelumnya.

Nike Adapt BB 2.0

Fungsi kedua tombol ini tidak lain dari mengencangkan atau mengendurkan sepatu. Juga sama seperti generasi pertamanya, Adapt BB 2.0 yang masih mengemas konektivitas Bluetooth ini harus di-charge setiap dua minggu sekali dengan diletakkan di atas wireless charging mat.

Kendati demikian, Nike mengklaim sederet penyempurnaan yang mereka terapkan menjadikan Adapt BB 2.0 lebih nyaman untuk dikenakan. Salah satunya adalah bantalan Air Zoom Turbo yang diselipkan ke ujung depan Adapt BB 2.0, yang membuat sepatu terasa lebih memantul layaknya sepatu Nike seri Kyrie Irving.

Nike Adapt BB 2.0

Selain terasa lebih nyaman, Adapt BB 2.0 juga diyakini lebih mudah dipakai dan dilepas berkat material yang lebih elastis di sekitar lubangnya. Lebih lanjut, Nike juga bilang bahwa material elastis ini bakal membantu memantapkan kinerja sistem self-lacing milik sepatu.

Satu hal yang disayangkan, sepatu ini kian bertambah mahal. Di Amerika Serikat, Nike Adapt BB 2.0 saat ini telah dipasarkan seharga $400, $50 lebih mahal daripada generasi pertamanya.

Sumber: Nike dan Engadget.

Puma Rilis Sepatu Gaming Seharga Rp1,5 Juta Tanpa RGB

Pabrikan sepatu asal Jerman, Puma, meluncurkan sepatu khusus gamingSepatu ini dijual seharga AU$160 atau sekitar Rp1,5 juta. Memang sudah banyak merek-merek olahraga yang ingin terjun ke industri Esports. Adidas telah menandatangani kontrak dengan streamer Richard “Ninja” Tyler Blevins. Nike telah meluncurkan jersey gaming. Sejarahnya, esports memang sering dikaitkan dengan olahraga. Sedangkan tujuan dari apparel di olahraga adalah membuat sang atlet merasa nyaman saat bertanding sehingga dapat menghasilkan performa terbaiknya.

Setiap olahraga memiliki desain sepatu yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan yang atletnya masing-masing. Pada desain sepatu basket, ada yang disebut ankle support. Guna mencegah pergelangan kaki terkilir ketika bermanuver di lapangan. Sepatu khusus olahraga lari memiliki desain rajutan atau knit. Desain tersebut berguna untuk meringankan beban yang dirasakan oleh penggunanya ketika berlari.

Sumber: Website Puma Australia
Sumber: Website Puma Australia

Di halaman websitenya, Puma menjabarkan fitur yang dimiliki sepatu khusus gaming tersebut.

FEATURES & BENEFITS

  • Medial wrap-up grip in SEEK mode
  • Lateral wrap-up support in ATTACK mode
  • Heel wrap-up stability in CRUISE and DEFENSE mode

Puma mendesain sepatu ini untuk berbagai macam mode bermain. Selain fitur, Puma juga menceritakan tujuan dibuatnya sepatu ini. “Diciptakan untuk console gamer. Dirancang untuk keperluan indoor dan di dalam arena, memberikan kenyamanan dan daya cengkram guna para gamers bisa beradaptasi di kondisi active gaming modes yang berbeda.”

Sumber: Website Puma Australia
Sumber: Website Puma Australia

Desainnya lebih seperti kaus kaki ketimbang sepatu, yang sepertinya tidak akan bertahan di luar ruangan. Memang terlihat nyaman dengan desain knit yang akan memberikan kesan fit di kaki. Sepatu ini juga punya outsole yang memberikan grip dengan lantai akan menjaga kaki kita tidak tergelincir saat bermain. Sayangnya, meski diberi embel-embel gaming, sepatu ini tidak dilengkapi dengan semarak lampu RGB ataupun sistem water-cooling.

Belum ada yang terpikir sebelumnya untuk membuat sepatu khusus gaming. Mungkin saja gerakan Puma kali ini akan membuat merek olahraga lain untuk meluncurkan sepatu khusus gaming juga.

Sebelumnya, Puma juga berkolaborasi dengan Playseat merancang kursi gaming yang dibanderol dengan harga US$254 atau setara dengan Rp3,5 juta.

Sepatu Buatan Xiaomi Mendarat di India

Hanya selang sehari setelah merilis teaser-nya, Xiaomi secara resmi meluncurkan sepatu inovatif terbarunya, Mi Men’s Shoes 2 di India. Didapuk sebagai peluncuran perdana di negara berkembang, Xiaomi meneruskan ekspansinya di ranah lifestyle setelah sebelumnya meluncurkan produk berupa ransel dan kaca mata.

Dalam debutnya, Xiaomi Mi Men’s Shoes 2 akan dijajakan melalui platform penggalangan dananya sendiri dengan banderol $35, tapi akan dinaikkan menjadi $42 ketika penggalangan dana berakhir.

Xiaomi Mi Men’s Shoes 2_3

Singkirkan pikiran Anda yang beranggapan sepatu ini membawa teknologi canggih seperti yang tertanam di sejumlah perangkat berlabel “smart” di luar sana. Sejauh yang terpampang di situs resminya, tidak disebutkan adanya teknologi bluetooth, NFC, seluler, atau sensor pencatat detak jantung tertanam di dalam sepatu. Di dalam deskripsi, Xiaomi hanya mengatakan bahwa Mi Shoes direkayasa dengan teknologi uni-cetak 5-in-1 yang menggabungkan lima bahan berbeda, sehingga membuat sepatu ini tahan goncangan, awet, dan anti slip. Jika menilik modelnya, jelas sekali bahwa sepatu ini adalah produk rebrand dari Mi Sport Sneakers 2, yang diluncurkan di Tiongkok tahun lalu.

Lebih lanjut, perusahaan yang diyakini akan meluncurkan Redmi Note 7 dan Redmi Go di India itu juga menjelaskan bahwa struktur tulang di dalam Mi Men’s Shoes 2 menawarkan bantalan yang nyaman, mencengkram maksimal sekaligus mencegah gerakan yang salah dan resiko cedera yang tidak disengaja. Sepatu hadir dalam tiga varian warna, termasuk Hitam, Abu-abu Tua dan Biru.

Xiaomi Mi Men’s Shoes 2_4

Karena desainnya yang tak biasa, Mi Men’s Shoes 2 bisa diajak berdamai dengan mesin cuci. Tingkat ketahanannya dalam menghadapi abrasi juga menjadi kelebihan yang membuatnya lebih tahan lama.

Pendanaan sepatu Xiaomi ini dimulai kemaren waktu Indonesia dan akan dikirimkan pada tanggal 15 Maret 2019.

Xiaomi Mi Men’s Shoes 2_5

Sumber berita Mi via GSMArena.

Tak Mau Kalah dari Nike, Puma Singkap Sepatu Self-Lacing Generasi Terbarunya

Belum lama ini, Nike memperkenalkan Adapt BB, sepatu basket canggih yang dapat mengendur dan mengencang dengan sendirinya. Pengumuman ini sepertinya membuat Puma kebakaran jenggot, sebab mereka juga baru saja menyingkap sepatu berteknologi self-lacing.

Puma menamai seri sepatu canggih ini dengan nama Fi, singkatan dari “Fit Intelligence”. Sepatu pertama dari keluarga Fi adalah sepatu lari. Desainnya simpel dan modern, tidak seperti Puma RS Computer Shoe yang sengaja dibuat semirip mungkin dengan versi aslinya dari tahun 1986.

Puma Fi

Puma Fi memanfaatkan perpaduan sebuah micromotor dan kabel super-tipis untuk mengencang atau mengendur. Sama seperti punya Nike, semuanya bisa dikontrol melalui aplikasi smartphone. Yang berbeda, Adapt BB mengandalkan tombol sebagai input manualnya, sedangkan Puma Fi mengusung semacam touchpad pada bagian atasnya.

Juga sama seperti Nike Adapt BB adalah kemampuannya untuk mengendur dan mengencang dengan sendirinya mengikuti kondisi kaki penggunanya. Aplikasi maupun touchpad-nya itu pada dasarnya hadir sebagai alternatif ketika pengguna masih merasa kurang pas dengan mode otomatisnya.

Kemiripan Fi dengan Adapt BB terus berlanjut sampai ke mekanisme charging-nya yang wireless. Sayang Puma belum mengungkap seberapa awet baterainya, namun yang menarik, baterainya ternyata bisa dilepas dan diganti dengan unit lain, sangat berguna ketika kehabisan daya selagi sedang tidak di rumah.

Puma Fi

Rencananya, Puma bakal menjual sepatu canggih ini dengan harga $330, lebih murah $20 ketimbang besutan Nike. Sangat disayangkan pemasarannya baru akan berlangsung tahun depan, yang berarti Nike punya waktu sekitar satu tahun untuk ‘mengenyangkan’ dirinya di segmen sepatu self-lacing.

Lebih mengecewakan lagi adalah fakta bahwa Fi bukanlah sepatu self-lacing pertama Puma. Di tahun 2016, mereka sempat memperkenalkan Puma AutoDisc, yang merupakan cikal bakal dari sepatu ini. Jeda waktu tersebut Puma manfaatkan untuk mematangkan teknologinya; menciutkan ukurannya dan membuatnya lebih komersial, sekaligus melengkapinya dengan lapisan penutup yang breathable.

Sumber: Digital Trends dan Puma.

Nike Adapt BB Adalah Sepatu Basket yang Dapat Mengendur dan Mengencang dengan Sendirinya

Masih ingat dengan Nike HyperAdapt 1.0 sepatu yang dapat mengencangkan talinya sendiri seperti di film Back to the Future? Sudah hampir dua tahun berselang sejak Nike mengungkapnya, dan dalam kurun waktu tersebut Nike rupanya terus mematangkan teknologi self-lacing besutannya, hingga akhirnya lahir sepatu anyar bernama Nike Adapt BB.

Label “BB” di sini merujuk pada “basketball”, yang berarti sepatu ini memang ditujukan buat para atlet olahraga tersebut. Seperti yang bisa Anda lihat, tidak ada tali yang terlihat pada sepatu ini, sebab untuk mengencangkannya, pengguna hanya perlu menekan tombol atau menggunakan aplikasi pendampingnya di ponsel.

Nike Adapt BB

Namun kelebihan utama Adapt BB adalah kemampuannya untuk mengendur dan mengencang dengan sendirinya, menyesuaikan dengan kondisi atlet di sepanjang pertandingan. Tidak tanggung-tanggung, Nike mengklaim tenaga yang dihasilkannya setara dengan daya yang diperlukan untuk menarik tali parasut standar, yang berarti sepatu akan tetap mencengkeram kaki penggunanya.

Tentu saja sepatu ini memiliki baterai yang perlu diisi ulang ketika habis dayanya. Namun jangan khawatir, Nike mengklaim baterainya bisa bertahan sampai 14 hari. Charging-nya pun tak perlu menggunakan kabel, melainkan dengan Qi wireless charger selama sekitar tiga jam. Bukan hanya charging-nya yang wireless, Adapt BB juga dapat menerima firmware update secara wireless.

Nike Adapt BB

Nike berencana memasarkan Adapt BB mulai Februari mendatang seharga $350, jauh lebih terjangkau ketimbang harga HyperAdapt 1.0 saat dirilis dua tahun silam. Nike juga berniat menghadirkan sepatu Adapt untuk olahraga lain dalam waktu dekat.

Sumber: Engadget.

Puma Hidupkan Kembali Sepatu Lari Canggihnya dari Tahun 1986, RS Computer Shoe

Jauh sebelum kita mengenal fitness tracker dalam bentuk gelang dan jam tangan, di tahun 1986 pernah ada sepatu lari buatan Puma yang mampu merekam data seperti jarak tempuh, durasi, dan jumlah kalori yang terbakar. Namanya Puma RS Computer Shoe, di mana “RS” merupakan singkatan dari “Running System”.

Penampilan sepatu itu tergolong nyentrik, sebab ada bagian yang menyembul di area tumit, yang merupakan tempat modul sensor dan tombol pengoperasiannya bernaung. Puma bukan yang pertama menerapkan teknologi serupa, akan tetapi sepatu buatannya punya kelebihan tersendiri, yakni kemampuan untuk disambungkan ke komputer seperti Apple IIE dan Commodore 64 via konektor 16-pin guna meninjau datanya.

2018 Puma RS Computer Shoe

Lebih dari 30 tahun berselang, Puma memutuskan untuk menghidupkan kembali sepatu tersebut, tanpa banyak mengubah desain ikoniknya, tetap dengan bagian tumit yang menyembul. Kendati demikian, jeroannya tentu sudah diperbarui. Utamanya, kini ada accelerometer 3-axis, indikator LED, dan konektivitas Bluetooth 4.0.

Ya, datanya kini bisa dipantau langsung melalui ponsel Android maupun iPhone, via aplikasi khusus yang Puma siapkan. Demi menjaga kesan retro, tampilan aplikasinya pun sengaja dibuat dengan aset grafik 8-bit. Sepatunya sendiri bisa menyimpan data pemakaian selama 30 hari.

2018 Puma RS Computer Shoe

Kehadiran Bluetooth jelas menghilangkan sensasi unik yang didapat dari menyambungkan sepatu ke komputer via kabel. Puma sadar akan hal itu, dan reinkarnasi RS Computer Shoe ini rupanya masih bisa ditancapi kabel, hanya saja untuk mengisi ulang baterainya via USB.

Kabar buruknya, sepatu ini hanya akan dipasarkan dalam jumlah amat terbatas, tepatnya 86 pasang saja, mulai tanggal 13 Desember di Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Jepang.

Sumber: The Verge dan Puma.

Sony dan Nike Umumkan Sepatu Basket Resmi PlayStation

Masuknya kita ke era digital ternyata tidak mengurangi permintaan konsumen terhadap mainan. Hal ini mendorong sejumlah perusahaan gaming untuk mencoba menggabungkan elemen mainan fisik ke video game. Inkarnasi yang mungkin masih hangat di ingatan kita adalah Disney Infinity dan figurine Amiibo buat sejumlah console Nintendo.

Langkah serupa tampaknya juga diikuti oleh Sony Interactive Entertainment. Belum lama, Sony memperkenalkan figure ala Amiibo yang diaopsi dari game-game eksklusif PlayStation seperti LittleBigPlanet, WipEout, Crash Bandicoot, Tekken 7, Bloodborne, God of War, dan Parappa The Rapper buatan Totaku Collection. Namun mainan-mainan ini sebetulnya tidak bisa memengaruhi gameplay karena memang tidak didukung NFC.

Kali ini Sony mencoba menciptakan satu item collectible yang ‘sedikit lebih terkoneksi’ ke console current-gen mereka, tetapi tak lagi menggunakan pendekatan mainan. Mereka menggandeng perusahaan produk olahraga terbesar di dunia Nike dan atlet NBA All-Star Paul George untuk menciptakan sepatu resmi console PlaStation. Sepatu unik ini dinamai PG2 ‘PlayStation’ Colorway.

PG2 ‘PlayStation’ Colorway mengusung desain ala sepatu signature pebasket Paul George yang didesain oleh Tony Hardman. Dan kebetulan, George juga merupakan seorang penggemar berat console Sony, jatuh cinta sejak ayahnya memberikan PlayStation 2 sebagai kado Natal. Rancangan PG2 kabarnya lebih tradisional dibanding PG1, dengan penambahan area sayap di sisi luar agar lebih stabil serta pemanfaatan bantalan udara Nike Zoom.

Tentu saja ada banyak sentuhan istimewa bertema PlayStation di sana. PG2 ‘PlayStation’ Colorway mempunyai tubuh berwarna gelap plus bumbu biru khas PlayStation, lalu area kulit memiliki pola lingkaran-kotak-segita-X yang digunakan di tombol DualShock. Sony membubuhkan tema Galaxy di bagian midsole, juga menggunakan warna PlayStation klasik pada lubang tali/eyelet – yaitu hijau, ungu, merah dan biru.

Nike PG2 'PlayStation' Colorway 1

Tentu saja elemen paling menonjol di sana ialah kehadiran sistem pencahayaan LED pada dua logo di bagian tongue. Sepatu kanan mengusung logo PG, sedangkan kiri meng-highlight logo PlayStation. Lampu tersebut bisa dinyalakan dengan menekan tombol di sisi belakang tongue. Lampu LED tersebut ditenagai oleh baterai lithium ion internal, menyajikan tiga mode pencahayaan.

Baik Sony maupun Nike belum memberi tahu berapa harga dari PG2 ‘PlayStation’ Colorway. Rencananya, produk akan mulai dipasarkan secara global pada tanggal 10 Februari nanti.

Seperti action figure Totaku, PG2 ‘PlayStation’ Colorway juga tidak dibekali NFC. Namun Anda bisa menemukan kode voucher PlayStation Network di bagian belakangnya. Belum diketahui apa yang akan dibuka olehnya. Apakah kode tersebut bisa membuka karakter/kostum khusus di NBA Live 18 atau NBA 2K18?

Sumber: Nike.

Sepatu Nike Zoom Vaporfly Elite Punya Rahasia yang Membuat Penggunanya Berlari Lebih Cepat

Mengembangkan sepatu berteknologi sci-fi bukanlah hal baru untuk Nike. Tahun lalu, kita sudah menyaksikan realisasi dari ide sepatu dengan sistem ‘power lace (mampu mengikat talinya sendiri) yang bisa dimiliki konsumen. Selain fokus pada kemudahan, Nike juga terus mencoba menciptakan produk yang secara nyata dapat meningkatkan performa fisik penggunanya.

Di bulan Maret ini, Nike memperkenalkan Zoom Vaporfly Elite. Dirancang untuk pelari jarak jauh, sepatu tersebut kabarnya memiliki bobot ultra-ringan dan sangat responsif, membuat penggunanya melesat lebih cepat. Zoom Vaporfly Elite merupakan upaya sang perusahaan asal Oregon memecahkan rekor lari maraton di bawah dua jam. Dan klaim itu bukan sekedar janji manis. Kapabilitasnya sudah dibuktikan, bahkan memicu kontroversi.

Nike Zoom Vaporfly Elite 3

Nike Zoom Vaporfly Elite memiliki penampilan simpel, dipadu sedikit kesan futuristis. Tubuhnya tajam dan aerodinamis dengan bagian sol depan mengarah ke atas layaknya sepatu lari. Nike memastikan agar masing-masing sepatu memiliki berat tidak lebih dari 185-gram. Upaya meminimalisir bobot sudah biasa dilakukan oleh produsen sepatu, namun rahasia dari kemampuan Zoom Vaporfly Elite tersimpan di dalam.

Nike Zoom Vaporfly Elite 2

Sepatu ini memanfaatkan dua komponen unik: midsole Nike ZoomX dan pelat serat karbon unidirectional melengkung, dengan profile yang disuaikan pada bentuk kaki atlet. Tidak seperti sol busa biasa, ZoomX memberikan 13 persen energi lebih banyak, dan menghemat tenaga saat berlari sampai empat persen. Secara keseluruhan, desain Zoom Vaporfly Elite mengurangi jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh ketika berlari cepat.

Nike Zoom Vaporfly Elite 1

Midsole tersebut mempunyai tinggi 21-milimeter, kemudian melandai jadi 9-milimeter – arahan ini dimaksudkan buat mengurangi beban di otot dekat tumit. Lalu pelat serat karbon di sana memunculkan sensasi untuk terus melaju. Dr. Geng Luo selaku Lab Senior Researcher Nike menjelaskan bahwa pelat ‘kaku’ tersebut berfungsi mengurangi hilangnya energi ketika pelari menekuk jari.

Pelat tersebut-lah sumber kontroversi Zoom Vaporfly Elite. SGB Media mempertanyakan legalitas penggunaannya, karena peraturan International Association of Athletics Federation (IAAF) ke 143 menyatakan bahwa ‘sepatu tidak boleh memberikan atlet keunggulan tambahan, termasuk pemanfaatan teknologi apapun yang membuat pertandingan jadi tidak adil’.

Nike Zoom Vaporfly Elite 4

Nike sendiri mengaku tidak menyadari ada proses persetujuan formal yang harus diperoleh, dan juga bilang mereka tidak memakai sistem per ilegal.

Versi retail Nike Zoom Vaporfly Elite akan tersedia di bulan Juni 2017 nanti, dijual seharga US$ 250.

Sumber: Nike.

Xiaomi Luncurkan Sepatu Pintar dengan Kemampuan Fitness Tracking

Seperti yang sudah pernah kita bahas, gadget buatan Xiaomi tidak cuma terbatas pada kategori smartphone saja. Pabrikan asal Tiongkok itu pada dasarnya banyak berinvestasi ke startupstartup kecil, memodali mereka guna mengembangkan perangkat inovatif dari bermacam kategori, seperti salah satunya sepatu pintar.

Sepatu pintar itu diberi nama 90 Minutes Ultra Smart Sports Footwear, cukup panjang mengingat ini merupakan terjemahan dari nama aslinya dalam bahasa Tionghoa. Namun jika Anda mengesampingkan namanya, sepatu ini bukan sembarang sepatu olahraga seperti yang biasa Anda beli di toko-toko.

Berkat chipset Intel Curie, sepatu pintar ini dapat mendeteksi apakah pengguna sedang berjalan, berlari atau malah mendaki / Xiaomi
Berkat chipset Intel Curie, sepatu pintar ini dapat mendeteksi apakah pengguna sedang berjalan, berlari atau malah mendaki / Xiaomi

Pasalnya, Xiaomi telah membenamkan chipset Intel Curie di dalamnya. Intel memang secara spesifik merancang chip ini untuk perangkat wearable. Ukurannya hanya sebesar kancing baju, akan tetapi ia sanggup merekam data-data aktivitas fisik secara real-time sekaligus mengemas modul Bluetooth, dan dapat beroperasi selama sekitar 60 hari tanpa perlu di-charge.

Hasilnya, sepatu garapan Xiaomi ini dapat mendeteksi apakah penggunanya sedang berjalan, berlari, atau malah mendaki. Selagi beraktivitas, chip Curie akan terus merekam data-data seperti jumlah kalori yang terbakar, kecepatan, jarak tempuh dan lain sebagainya. Kalau Anda memakai sepatu ini, Anda tidak lagi perlu memakai fitness tracker atau smartwatch, kira-kira begitu premisnya.

Sepatu pintar ini ditawarkan dalam beragam pilihan warna, termasuk edisi khusus yang dilengkapi bagian sol yang bisa menyala / Xiaomi
Sepatu pintar ini ditawarkan dalam beragam pilihan warna, termasuk edisi khusus yang dilengkapi bagian sol yang bisa menyala / Xiaomi

Secara fisik, Xiaomi 90 Minutes Ultra Smart tampak seperti sepatu olahraga kebanyakan. Xiaomi menawarkannya dalam beragam pilihan warna, plus sebuah edisi khusus yang bagian solnya dilengkapi material yang dapat menyala biru di malam hari, memastikan supaya penggunanya tetap terpantau oleh para pengguna jalan.

Sepatu ini sekarang sedang ditawarkan lewat platform crowdfunding Xiaomi sendiri. Harga yang dipatok adalah 299 yuan, atau sekitar Rp 580 ribu, dan pemasarannya akan dimulai pada tanggal 15 April mendatang.

Sumber: GizmoChina.

Adidas Buat Sepatu Berbahan Sutra Sintetis Pertama di Dunia

Pencarian ide mengenai alas kaki masa depan tidak pernah ada habisnya. Konsep sepatu yang bisa mengikat talinya sendiri muncul puluhan tahun lalu di film Back to the Future II, tapi baru sekarang teknologi tersebut hadir buat publik lewat Nike HyperAdapt 1.0. Namun ketika Nike menitikberatkan aspek kepraktisan, sang kompetitor utama fokus pada material penyusun.

Dalam acara Biofabricate Conference di kota New York, produsen perlengkapan olahraga asal Jerman itu menyingkap sepatu pertama di dunia yang terbuat dari sutra sintetis. Material bernama serat Biosteel itu dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi AMSilk dan menjadi bahan dasar prototype Futurecraft Biofabric. Sepatu tersebut juga dirancang agar saat tak lagi dipakai, ia akan terurai sepenuhnya secara alami (100% biodegradable).

Adidas Futurecraft Biofabric 1

Berdasarkan gambar yang telah dipublikasi, Futurecraft Biofabric mempunyai penampilan ala sepatu olahraga biasa. Tubuhnya berongga sehingga sirkulasi udaranya optimal, lalu bagian sol dan talinya juga terlihat normal. Menariknya, penggunaan Biosteel memungkinkan Adidas memangkas bobotnya. Futurecraft Biofabric 15 persen lebih ringan dari sepatu dari serat sintetis biasa, namun sama kuatnya dengan bahan natural.

Dari keterangan vice president of strategy creation Adidas James Carnes, sepatu konsep tersebut mewakilkan inovasi premium. Dengan memanfaatkan serat BioSteel di produk mereka, Adidas merasa telah mencapai sebuah level baru menuju terobosan di bidang bionik, dan satu langkah mendekati revolusi di ranah olahraga. Selanjutnya, Adidas dan AMSilk akan terus mengeksplorasi pemakaian Biosteel di produk lain dan memproduksinya secara massal.

Adidas Futurecraft Biofabric 2

Seperti yang sempat dibahas sebelumnya, serat Biosteel dapat terurai 100 persen. Adidas menjelaskan bahwa inilah manifestasi komitmen mereka pada konsep ramah lingkungan. Berawal dari penggunaan plastik, Adidas beralih ke plastik daur ulang, dan selanjutnya melangsungkan kolaborasi bersama Parley for the Oceans. Sejak saat itu, mereka terus berkiblat pada sains dan prinsip alam.

Tahu ini Adidas memang tampak sibuk berinovasi. Belum lama mereka mengungkap Futurecraft Tailored Fibre, yaitu produk berbasis teknik fabrikasi baru yang memungkinkan konsumen mengustomisasi sepatunya. Futurecraft Tailored Fibre menggunakan kombinasi serat natural dan sintetis, dapat direkayasa agar sepatu bisa lebih pas di kaki pemiliknya. Selain itu, Adidas juga membuka fasilitas Speedfactory pertama mereka, yaitu pabrik berisi robot yang mampu memotong waktu produksi dari hitungan minggu jadi cuma beberapa jam saja.

Di press release, Adidas memang belum menginformasikan kapan sepatu Biosteel itu akan mulai tersedia untuk publik. Tapi melihat dari kesiapan Futurecraft Biofabric, saya menerka momen itu tiba tak lama lagi.

Gambar: Hypebeast.