AwanTunai Grabs Over 811 Billion Rupiah in a Form of Equity and Loan

Fintech lending startup AwanTunai confirmed the series A2 funding that the company had obtained amounting to $56.2 million (more than 811 billion  Rupiah) in the form of equity and loan facilities. Equity funding of $11.2 million was provided by BRI Ventures and OCBC NISP Ventura as new investors, participated also Insignia Ventures and Global Brains as previous investors.

Meanwhile, a loan facility of $45 million was provided from Accial Capital and Bank OCBC NISP. This is a top up loan provided from the bank which has disbursed a facility worth more than $45 million.

In an official statement delivered today (27/8), AwanTunai’s CEO, Dino Setiawan said this fresh funding will be used to finance the company’s domestic expansion, therefore, more micro MSMEs are empowered with fast and affordable access to financing.

He continued, the company is currently building a data infrastructure for digitizing online inventory purchase transactions. The data is effective for credit risk management and opens up opportunities for micro MSMEs that previously had minimal access to working capital from banking institutions already partnered with Awan Tunai.

“We expectAwanTunai to become a platform that allows the banking industry to reach millions of traditional MSMEs that previously had difficulty obtaining services,” he said.

As a new investor in this round, BRI Ventures provide a statement. BRI Ventures’ CEO Nicko Widjaja said, AwanTunai has a customer profile similar to Bank BRI. By empowering micro merchants, they have supported small businesses maintain and grow their businesses in these difficult times.

“We expect to further collaborate with AwanTunai to reach underserved MSMEs,” Nicko said.

In addition to providing digitalized services for inventory order, payments and consumer management for traditional wholesalers and retailers, AwanTunai’s platform also provides financing for purchasing supplies to suppliers of fast moving consumer goods (FMCG) and micro traders of everyday groceries.

Micro MSMEs can purchase their inventory online through the AwanToko mobile application and access affordable financing through a simple process of registering with an Identity Card (KTP).

As of June 2021, the company has collaborated with more than 160 supplier partners to help traditional wholesalers digitize and finance their businesses. As well as, providing financing for purchasing supplies and integrated online ordering for micro MSME stalls consumers through the AwanToko mobile application.

AwanTunai has served more than 8,000 micro merchants as users, with an increasing number of users coming from tier 2 and 3 cities in Indonesia.

AwanTunai’s position in the fintech lending industry is quite unique, they focus on providing funding access to small retail entrepreneurs such as warungs. The main product is AwanGrosir for supplier financing, helping shop owners to be able to make payments to distributors on time. In this system, AwanTunai also provides point of sales facilities to help business owners manage transactions.

There is also AwanToko, the product focuses on helping shop owners with lack of capital to increase their stock of goods. The loan is facilitated through AwanTempo — all of the financing is in the form of goods. Shopping is available through the Wholesale Agent Store, which contains a fairly complete network of partner distributors.

Productive financing trend

According to the survey results summarized in the report “Evolving Landscape of Fintech Lending in Indonesia” by DSInnovate and AFPI, 75% of survey respondents (146 fintech lending players) work in the productive lending sector. While 53% play in the consumptive sector and 6.8% in sharia. However, one platform may have more than one business model.

Of the total players who play in the productive sector, the majority sell services through invoices and inventory financing — also to suppliers is included.

Productive funding variants presented by many fintech lending players / DSInnovate – AFPI

The productive sector is clearly more promising, especially now that there are around 59.2 million MSMEs spread across Indonesia, this is reflected in the profile of the majority of borrowers in these services (offline and online MSMEs). The issue of capital is still one of the most significant because bank credit facilities have not fully accommodated these needs.

The borrowers profile who use productive loan services / DSInnovate – AFPI

The average loan application is 2.5 million Rupiah to 25 million Rupiah. Although some platforms offer fantastic loans of hundreds to billions of rupiah. The distribution of more than 90% is still around Jabodetabek and Java, although the new regulation will encourage fintech players to prioritize access to loans to other areas as well.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

AwanTunai Umumkan Pendanaan Lebih dari 811 Miliar Rupiah, Berbentuk Ekuitas dan “Loan”

Startup fintech lending AwanTunai mengonfirmasi pendanaan seri A2 yang telah diperoleh perusahaan sebesar $56,2 juta (lebih dari 811 miliar Rupiah) dalam bentuk ekuitas dan fasilitas pinjaman. Pendanaan ekuitas sebesar $11,2 juta diberikan oleh investor baru BRI Ventures dan OCBC NISP Ventura, serta partisipasi dari investor sebelumnya, antara lain Insignia Ventures dan Global Brains.

Sementara untuk fasilitas pinjaman sebesar $45 juta diberikan dari Accial Capital dan Bank OCBC NISP. Ini adalah top up pinjaman yang diberikan Bank OCBC NISP yang telah menyalurkan fasilitas senilai lebih dari $45 juta.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (27/8), CEO AwanTunai Dino Setiawan mengatakan pendanaan segar ini akan digunakan untuk membiayai ekspansi dalam negeri perusahaan, agar semakin banyak UMKM mikro yang terberdayakan dengan akses pembiayaan yang cepat dan terjangkau.

Dia melanjutkan, saat ini perusahaan sedang membangun infrastruktur data untuk digitalisasi transaksi pembelian persediaan online. Data tersebut efektif untuk manajemen risiko kredit dan membuka kesempatan bagi UMKM mikro yang sebelumnya minim akses untuk mendapatkan modal kerja dari institusi perbankan yang telah bermitra dengan Awan Tunai.

“Kami berharap AwanTunai menjadi platform yang membuat industri perbankan dapat menjangkau jutaan UMKM tradisional yang sebelumnya sulit memperoleh layanan,” ucapnya.

Sebagai investor baru yang masuk dalam putaran kali ini, BRI Ventures turut memberikan pernyataannya. CEO BRI Ventures Nicko Widjaja menyampaikan, AwanTunai memiliki profil pelanggan yang serupa dengan Bank BRI. Dengan memberdayakan pedagang mikro, mereka telah membantu usaha kecil mempertahankan dan mengembangkan usaha mereka dalam masa-masa yang sulit ini.

“Kami berharap dapat berkolaborasi lebih lanjut dengan AwanTunai untuk menjangkau UMKM yang selama ini kurang dilayani,” kata Nicko.

Selain menyediakan layanan digitalisasi pemesanan persediaan pembayaran dan manajemen konsumen untuk pedagang grosir dan eceran tradisional, platform AwanTunai juga menyediakan pembiayaan pembelian persediaan kepada supplier fast moving consumer goods (FMCG) dan pedagang mikro bahan pangan sehari-hari.

UMKM mikro dapat membeli inventaris mereka secara online melalui aplikasi mobile AwanToko yang dapat mengakses pembiayaan terjangkau melalui proses sederhana mendaftar dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Hingga Juni 2021, perusahaan telah bekerja sama dengan lebih dari 160 mitra supplier untuk membantu pedagang grosir tradisional melakukan digitalisasi dan pembiayaan usaha mereka. Serta, menyediakan pembiayaan pembelian persediaan dan pemesanan online terintegrasi bagi konsumen warung UMKM mikro melalui aplikasi mobile AwanToko.

AwanTunai telah melayani lebih dari 8.000 pedagang mikro sebagai pengguna, dengan peningkatan jumlah pengguna yang berasal dari kota tier 2 dan 3 di Indonesia.

Posisi AwanTunai di industri fintech lending cukup unik, mereka fokus menghadirkan akses pendanaan ke pengusaha ritel kecil seperti warung. Produk utamanya AwanGrosir untuk supplier financing, membantu pemilik toko untuk bisa melakukan pembayaran ke distributor secara tepat waktu. Di sistem ini, AwanTunai juga memberikan fasilitas point of sales untuk membantu pemilik usaha mengelola transaksi.

Ada juga produk AwanToko, fokusnya membantu pemilik warung yang terkendala modal dalam menambah stok barang. Fasilitas pinjaman tersebut difasilitasi melalui AwanTempo — seluruh pembiayaannya dalam bentuk barang. Adapun belanja dapat dilakukan melalui Toko Agen Grosir, di dalamnya berisi jaringan distributor mitra yang cukup lengkap.

Tren pembiayaan produktif

Menurut hasil survei yang dirangkum dalam laporan “Evolving Landscape of Fintech Lending in Indonesia” oleh DSInnovate dan AFPI, 75% dari responden survei (146 pemain fintech lending) menggarap sektor pinjaman produktif. Sementara 53% bermain di sektor konsumtif dan 6,8% syariah. Kendati demikian, dalam satu platform bisa saja memiliki lebih dari satu model bisnis.

Dari total pemain yang bermain di sektor produktif, mayoritas menjajakan layanan melalui invoice dan inventory financing — pembiayaan ke suplier juga masuk di dalamnya.

Varian pendanaan produktif yang banyak disajikan pemain fintech lending / DSInnovate – AFPI

Sektor produktif jelas lebih menjanjikan, terlebih saat ini ada sekitar 59,2 juta UMKM yang tersebar di Indonesia, hal ini tercermin dari profil mayoritas peminjam di layanan tersebut (UMKM offline dan online). Isu permodalan pun masih menjadi salah satu yang paling signifikan akibat fasilitas kredit perbankan belum sepenuhnya bisa mengakomodasi kebutuhan tersebut.

Profil peminjam yang banyak memanfaatkan layanan pinjaman produktif / DSInnovate – AFPI

Rata-rata pinjaman yang diajukan adalah 2,5 juta Rupiah s/d 25 juta Rupiah. Kendati beberapa platform menawarkan pinjaman fantastis ratusan hingga miliaran rupiah. Sebarannya lebih dari 90% masih di seputar Jabodetabek dan Jawa, kendati beleid baru akan mendorong para pemain fintech untuk turut memprioritaskan akses pinjaman ke daerah-daerah lainnya juga.

Application Information Will Show Up Here