Dampak IPO Sea Limited untuk Operasional Bisnis Shopee di Indonesia

Sea Limited, sebelumnya dikenal dengan nama Garena, baru saja melakukan penawaran saham perdananya atau Initial Public Offering (IPO) di New York Stock Exchange. Rencana IPO ini sebenarnya sudah terdengar sejak bulan Mei lalu, yang ditaksir akan memberikan penambahan modal senilai lebih dari 12 triliun rupiah. Tiga unit bisnis Sea yang banyak dikenal di Indonesia, yakni Garena (untuk industri game), AirPay (untuk industri fintech) dan Shopee (untuk industri e-commerce).

Shopee menjadi salah satu yang paling signifikan posisinya di Indonesia. Menanggapi IPO Sea dan pengaruhnya terhadap operasional bisnis Shopee di Indonesia, DailySocial menghubungi Chris Feng, CEO Shopee. Chris meyakini bahwa akan banyak peluang baru yang hadir bersama IPO ini, termasuk untuk bisnis, performa karyawan dan kepercayaan pengguna.

Chris menyampaikan sementara ini belum ada agenda khusus yang akan dilakukan Shopee menyusul IPO yang diumumkan beberapa waktu lalu. Fokus yang diinginkan Chris saat ini lebih soal growth, bukan proposisi harga saham di grup perusahaannya.

“Operasional Shopee di Indonesia akan terus difokuskan untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan dan kesuksesan bisnis, dibandingkan perubahan harga saham harian. Harapan kami, para investor dapat dipandu dengan performa bisnis kami, dan menyadari kelebihannya, serta peluang besar yang akan hadir ke depannya,” ujar Chris.

Kendati demikian, tidak ditampik bahwa dengan bertanggarnya saham Sea di bursa maka akan berpengaruh memberikan penambahan modal bagi perusahaan, pun demikian untuk Shopee. Untuk itu sudah ada beberapa rencana yang akan digulirkan Chris untuk menguatkan pangsa pasar dan kinerja Shopee di Indonesia.

“Dengan adanya penambahan modal, kami dapat lebih menginvestasikan untuk pengembangan ekosistem, terkait pengembangan platform dan fitur, dan tentunya membantu penjual dalam mengembangkan bisnis mereka. Kami percaya hal ini juga merupakan cara yang unik bagi Shopee untuk menarik dan menjaga talenta-talenta terbaiknya, sehingga kami dapat terus memberikan pelayanan terbaik bagi pembeli dan penjual kami,” imbuh Chris.

Chris belum mau mengungkapkan secara detail realisasi pembaruan seperti apa dalam strategi bisnis dan penambahan fitur untuk Shopee. Yang jelas, sudah ada beberapa agenda yang disiapkan sebelum menutup tahun 2017 ini untuk Shopee Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Indonesia Menyumbang 40 Persen Pertumbuhan Bisnis Shopee di Asia Tenggara

Layanan mobile marketplace C2C Shopee menyebutkan bahwa 40% kontribusi pertumbuhan bisnis di negara-negara Asia Tenggara tempatnya beroperasi saat ini berasal dari Indonesia. Shopee juga mengklaim kini aplikasinya telah diunduh 20 juta kali di seluruh Asia Tenggara dan menerima lebih dari 250 ribu pesanan tiap harinya. Di samping itu, Shopee juga mengumumkan akan menggelar Mobile Shoping Day pada tanggal 10 Oktober 2016 nanti yang rangkaian acaranya akan dimulai sejak tanggal 1 Oktober 2016.

Berdasarkan data Kementrian Komunikasi dan Telekomuniasi, pembelian barang secara daring yang dilakukan melalui perangkat mobile mengalami pertumbuhan hingga 164% dari 2014 hingga 2015. Sedangkan pembelian melalui website atau desktop hanya mengalami peningkatan sebesar 32%.

Shopee yang berada di bawah payung Garena pun mengklaim kini telah mengalami peningkatan bisnis yang signifikan di ketujuh negara tempatnya beroperasi, termasuk Indonesia. Berdasarkan data internal, pada Agustus 2016 Shoppe telah diunduh 20 juta di seluruh Asia Tenggara dan menerima pesanan lebih dari 250 ribu tiap hari.

Indonesia disebut sebagai negara yang memberikan kontribusi paling besar, sebesar 40% dari bisnis Shopee secara keseluruhan. Shopee sendiri saat ini sudah beroperasi di Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina dan Taiwan.

CEO Shopee Chris Feng mengatakan, “Dengan pengalaman serta pemahaman yang kami miliki terkait pasar Indoensia, kami percaya dapat bertahan di sini. Kami juga terus mempercepat hubungan dengan rekan bisnis dan memeperbaiki diri agar sesuai dengan kebutuhan konsumen di Indonesia. […] Secara umum kami juga kini tumbuh sekitar 50-60 persen tiap bulannya. Pertumbuhan ini untuk trafik dan transaksi. Saya rasa transaksi akan tumbuh bersamaan dengan trafik.”

Sebagai informasi, Garena, perusahaan induk yang menaungi Shopee juga telah mendapatkan pendanaan seri D sebesar $ 170 juta pada Maret 2016 silam yang dipimpin oleh Khazanah Nasional Berhard. Menurut Chris, pendanaan tersebut juga secara tidak langsung telah memperkuat kemampuan finansial Shopee. Salah satu investasi yang dilakuan adalah di sektor edukasi dengan menggelar program Young Entrepreneur Program dan Shopee University. Melalui kedua program tersebut, Shopee mencoba untuk memberikan edukasi kepada para sellers mereka tentang berbisnis jual beli secara online.

Mobile Shoping Day

Di samping mengumumkan pertumbuhan bisnis, Shopee juga mengumumkan akan menggelar kampanye Mobile Shopping Day, kegiatan belanja online via mobile yang menawarkan berbagai penawaran menarik. Kegiatan ini direncanakan untuk digelar selama 10 hari mulai dari tanggal 1 Oktober 2016 dan puncaknya pada tanggal 10 Oktober 2016 nanti. Harapannya, festival belanja mobile tersebut bisa menjadi festival belanja mobile terbesar yang pernah ada.

“Shopee ingin menandakan tanggal 10 Oktober sebagai sebuah pencapaian penting yang memperlihatkan awal dari sebuah era baru dimana kita dapat berbelanja online secara bebas kapan saja melalui perangkat mobile. Kami juga ingin mengundang semua pihak untuk dapat merayakan hari istimewa ini bersama kami di Shopee,” ujar Chris.

Pun begitu, Chris juga menyampaikan bahwa pihaknya tidak akan memasang target untuk kampanye ini. Tujuan utama yang ingin dicapai adalah edukasi kepada konsumen bahwa kini sudah terjadi pergeseran perilaku di masyarakat untuk berbelanja, yang semula melalui desktop kini sudah bisa dilakukan melalui perangkat mobile.

Berdasarkan survei Criteo di tahun 2015, Indonesia adalah negara penyumbang tren m-commerce tertinggi di Asia Tenggara. Angkanya mencapai 34% yang diikuti oleh Taiwan di posisi kedua dengan 31% dan Singapura di posisi ketiga dengan 29%.

Selain Shopee, konsep serupa juga ditawarkan oleh Carousell yang sama-sama berbasis di Singapura. Lalu masih ada juga Lyke, Tokopoket, dan Coral yang saat ini beroperasi di Indonesia dan meramaikan ranah mobile marketplace.

Application Information Will Show Up Here

Shopee Berambisi Jadi Pemimpin Mobile Marketplace C2C Indonesia

Sudah bukan rahasia lagi bahwa Indonesia memiliki potensi pasar yang besar di mata para entrepreneur, lokal maupun luar negeri. Dengan penetrasi mobile yang kian kencang, berbagai peluang bisnis baru pun turut terbuka dan salah satu yang mulai naik ke permukaan adalah mobile e-commerce marketplace. Di sektor ini ada Shopee Indonesia yang berambisi jadi salah satu pemain yang memimpin sektor C2C mobile marketplace di Indonesia.

Shopee mulai masuk ke pasar Indonesia pada akhir bulan Mei 2015, bila merujuk pada halaman Facebook Shopee Indonesia. Namun, menurut keterangan Head and Mobile Business Garena dan CEO Shopee Chris Feng, Shopee baru mulai beroperasi pada akhir Juni 2015 di Indonesia. Meski layanan Shopee sudah dapat digunakan, tetapi saat ini Shopee Indonesia sendiri masih berada dalam fase beta dan belum sepenuhnya meluncur.

Sebagai perpanjangan usaha game publisher Garena, yang berbasis di Singapura, Shopee bisa dikatakan sebagai upaya Garena untuk merambah segmen e-commerce. Saat ini Shopee sendiri sudah tersedia untuk diunduh melalui App Store dan juga Google Play. Sebagai informasi, Garena juga telah melebarkan sayap ke segmen media sosial dan online payment melalui Beetalk dan AirPay.

Melakukan pendekatan sebagai mobile social commerce marketplace

Alasan masuknya Shopee ke Indonesia tak jauh-jauh dari besarnya potensi pasar yang dimiliki dan belum digarap maksimal. Selain itu, tren m-commerce yang mulai berkembang pesat pun menjadi alasan lainnya. Menurut riset Criteo State of Mobile Commerce, Indonesia adalah penyumbang m-commerce dengan persentase terbesar di Asia Tenggara, yang mencapai 34 persen.

Chris mengatakan, “Di sini [Indonesia] UKM sudah banyak, […] kami berpikir bagaimana caranya untuk memberikan kebutuhan [untuk berjualan] mereka dengan baik. [Akhirnya] Kami memutuskan untuk membuat suatu marketplace dengan fokus pada platform mobile yang berkonsep C2C. […] Kami ingin tumbuh bersama mereka [UKM dan penjual individual], daripada menjadi musuh.”

Secara general, Shopee sendiri memposisikan dirinya sebagai mobile social commerce. Pendekatan sosial tersebut dipilih karena Asia Tenggara merupakan kawasan yang gemar bermain media sosial. Bukan rahasia lagi bila Indonesia adalah negara yang paling aktif bermain di ranah media sosial.

Pendekatan Shopee sebagai platform mobile social commerce juga dapat dilihat dari beberapa fitur unggulkan seperti Social Sharing dan Live Chat. Menariknya, jika dibandingkan dengan versi sebelumnya yang telah kami ulas, di versi kali ini ada fitur yang memudahkan penjual untuk import foto dari media sosial Instagram.

Chris menjelaskan bahwa hal ini tak lepas dari masukan dan karakteristik pengguna Indonesia yang merupakan pengguna berat Instagram bila dibanding negara lain. “Pengguna Indonesia, menghabiskan waktu lebih banyak di platform kami dibandingkan negara lain, […] pengguna berat Instagram, dan senang berkomunikasi [melalui live chat],” jelasnya.

Rencana dan fokus ke depan Shopee di Indonesia

Pada dasarnya Shopee memang mengedepankan layanan mobile, tetapi baru-baru ini Shopee juga telah melucurkan layanan Shopee Mall di situsnya. Melalui Shopee Mall, pengguna juga dapat melakukan penelusuran produk layaknya melalui akses aplikasi mobile. Ketika disinggung mengenai hal ini, Chris menjelaskan bahwa hal tersebut tak lepas dari masukan pengguna juga, terutama penjual.

“Shopee Mall hadir karena masukan dari pengguna, khusunya para penjual. Itu [Shopee Mall-red] untuk mengakomodasi para penjual skala besar dalam mengelola barang yang dijualnya. […] Tapi, itu tak akan menjadi fokus utama kami. Kami akan tetap fokus pada platform mobile,” jelasnya.

Meski bukan menjadi fokus utama, namun Chris juga mengungkapkan bahwa mereka berencana untuk meluncurkan sebuah web tools untuk mempermudah para penjual mengelola barang melalui desktop. Tools terebut pun akan disediakan gratis untuk penjual.

Sebagai informasi, hingga saat ini Shopee belum terlalu fokus untuk memonetisasi layanan mereka. Chris mengungkapkan, bahwa saat ini baik penjual maupun pembeli dapat menggunakan Shopee dengan gratis. Untuk pembayaran, Shopee mendukung bank transfer dan kartu kredit dengan sistem Shopee Guaranteed dan belum ada rencana untuk menambah layanan lain dalam waktu dekat.

Dalam waktu dekat Shopee berencana untuk meluncurkan versi Shopee 2.0 yang dijanjikan akan tampil lebih rapih dari versi sebelumnya. Sedangkan rencana jangka panjang Shopee di Indonesia adalah untuk menjadi salah satu pemain yang memimpin di sektor C2C.

Chris mengatakan, “Shopee hadir di Indonesia untuk turut berpatisipasi [dan tumbuh] dalam ekosistem e-commerce. […] Fokus kami saat ini adalah membangun user-engagement dan membantu bisnis kecil [UKM] tumbuh dan berkelanjutan. […] Kami ingin menjadi pemain yang memimpin di platform C2C di region ini [Indonesia dan juga Asia Tenggara].”

Saat ini, angka unduhan Shopee telah mencapai lebih dari lima ratus ribu di Google Play. Shopee Indonesia sendiri menyumbang 25-30 persen untuk total pendapatan Shopee di Asia Tenggara saat ini. Selain di Indonesia, Shopee juga telah hadir di Singapura, Malaysia, Thailand, Vietman, Filipina, dan Taiwan.