Selama Pandemi, Esports Balapan Tumbuh Pesat

Pandemi virus corona membuat berbagai ajang balapan harus dibatalkan, digantikan oleh balapan virtual. Hal ini mendorong pertumbuhan industri esports, khususnya terkait game-game balapan. Leeston Bryant, Senior Marketing Manager untuk Esports dari McLaren mengungkap, beberapa bulan belakangan, esports balapan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.

“Satu perubahan paling besar adalah esports kini ada di benak masyarakat,” kata Bryant pada Motorsports.com. “Ibu saya bertanya apakah saya punya andil dalam mengajak para pesepak bola bermain Formula 1 sementara tetangga saya juga menanyakan tentang peran McLaren di esports. Saya telah berkecimpung di bidang esports selama dua tahun. Memang, selama itu, industri esports terus tumbuh. Namun, dalam dua bulan belakangan, saya melihat pertumbuhan yang sama dengan pertumbuhan selama dua tahun. Saya rasa, ini sangat menarik. Kami akan mencoba untuk memanfaatkan momentum ini di masa depan.”

Bryant mengungkap, para sponsor McLaren juga ingin mendapatkan akses ke esports sebagai channel baru yang tengah berkembang. Karena itu, meskipun balapan sebenarnya akan kembali diadakan, dia merasa, para rekan McLaren tetap tertarik untuk bertahan di dunia esports.

esports balapan
Banyak balapan yang digantikan dengan balapan virtual. | Sumber: F1.com

“Kami telah mengadakan diskusi dengan sponsor McLaren tentang esports beberapa kali, termasuk tentang ketika balapan kembali diadakan. Kami tertarik untuk mengadakan balapan virtual di waktu istirahat atau off-season balapan. Dengan begitu, kita bisa memberikan hiburan pada para fans balapan sepanjang waktu,” ujar Bryant. “Saya pikir, semua orang hampir selalu aktif mencari hiburan. Jadi, kami ingin bisa memberikan fans konten tambahan. Saya rasa, esports dan sim racing bisa kami gunakan untuk mencapai tujuan itu.”

Julian Tan, yang bertanggung jawab atas program esports di F1, juga mengatakan hal yang sama dengan Bryant. Namun, dia mengaku masih tidak yakin bagaimana popularitas sim racing akan memengaruhi industri motorsports setelah pandemi berakhir. Dia mengaku, sim racing memang tumbuh dengan sangat pesat, tapi, dia yakin, pandemi corona juga akan mengubah lanskap industri.

“Saya pikir, pertumbuhan dan perhatian yang diberikan masyarakat pada gaming dan esports sekarang akan memberikan dampak di masa depan, setelah pandemi berakhir. Hanya saja, sulit untuk memperkirakan apa dampak tersebut. Satu hal yang saya tahu, sekarang, kita semua mencoba untuk masuk ke industri gaming serta esports dan ada banyak hal yang kita pelajari dengan mencoba berbagai hal baru. Kita akan menjadi lebih siap untuk menghadapi tantangan yang muncul di masa depan,” ujar Tan.

Formula 1 ikut terjun dalam dunia esports dengan mengadakan virtual Grand Prix. Balapan virtual tersebut mengadu mantan pembalap, selebritas, dan atlet dari olahraga lain. Selain Formula 1, NASCAR dan Formula E juga mengadakan balapan virtual sebagai pengganti balapan yang dibatalkan. Namun, keberadaan balapan virtual juga membawa masalah untuk sebagian orang, seperti Daniel Abt yang kontraknya diputus oleh Audi karena menggunakan joki dalam balapan virtual.

Sumber header: F1.com

McLaren Gandeng Veloce Esports untuk Kembangkan Tim Esports Mereka

McLaren Racing baru saja mengumumkan kerja samanya dengan Veloce Esports dengan tujuan untuk mengembangkan tim esports mereka. Veloce Esports adalah organisasi esports asal London yang fokus pada game racing, FIFA, Fortnite, dan Rocket League. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai kerja sama antara McLaren dan Veloce.

“Kami bangga bisa bekerja sama dengan tim pelopor ternama seperti McLaren Racing, yang sudah sangat dikenal dalam sejarah motorsport. Kami sama-sama memiliki rasa haus akan kompetisi dan inovasi, dan saya tahu kerja sama ini akan menarik perhatian para fans. Kami juga akan menjadi tempat bernaung bagi talenta gaming terbaik di dunia untuk berkompetisi,” ujar Jack Clarke, COO dan Co-founder Veloce Esports, seperti dikutip dari Esports Insider. “Kami sangat bangga dan tidak sabar untuk membangun ekosistem esports lengkap bersama McLaren.”

Melalui kerja sama ini, Veloce Esports akan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengembangkan tim esports McLaren. Salah satu fokus mereka adalah untuk memastikan kesuksesan tim McLaren dalam berbagai turnamen. Selain itu, Veloce juga akan turun tangan dalam mengembangkan calon pembalap berbakat serta meningkatkan reputasi tim McLaren di kancah global.

McLaren dan Veloce juga akan bekerja sama untuk membuat akademi bagi calon pembalap. Tidak tertutup kemungkinan, calon pembalap tersebut akan terpilih untuk mewakili McLaren. Melalui kerja sama ini, influencer di dunia sim racing, Benjamin “Tiametmarduk” Daly juga akan menjadi duta dari proyek Shadow McLaren.

“Kami senang dapat bekerja sama dengan Veloce dalam rangka untuk memenangkan hati fans motorsport generasi muda,” ujar Mark Waller, Managing Director of Sales and Marketing, McLaren Racing. “Bekerja sama dengan perusahaan ambisus dan visioner seperti Veloce adalah langkah penting untuk berkembang di dunia esports yang telah kami masuki beberapa tahun belakangan.”

Lebih lanjut, Waller berkata, “Popularitas dan pertumbuhan esports telah terbukti dalam beberapa minggu belakangan dan tren ini tampaknya masih akan terus berlanjut. Tujuan kami adalah untuk mengembangkan talenta baru melalui akademi virtual, meningkatkan performa tim esports kami, dan menemukan cara baru untuk menarik dan berinteraksi dengan fans kami di seluruh dunia.”

Di tengah pandemi, banyak balapan yang dibatalkan. Sebagai gantinya, diadakan balapan virtual. Formula 1, NASCAR, sampai Formula E melakukan ini dan balapan virtual tersebut terbukti cukup populer. Jadi, tidak aneh jika McLaren tertarik untuk mengembangkan tim esports mereka.

Peran IMI di Pengembangan Ekosistem Sim Racing Indonesia

Beberapa bulan belakangan, dunia disibukkan oleh pandemi virus corona. Satu per satu, kegiatan non-esensial dihentikan, termasuk pertandingan olahraga. Berbagai liga sepak bola terpaksa harus dihentikan, begitu juga dengan kompetisi NBA dan balapan. Di tengah kemandekan ini, esports muncul sebagai secercah harapan, baik bagi fans olahraga maupun penyelenggara turnamen. Berbeda dengan kebanyakan kompetisi olahraga yang harus diadakan secara offline, pertandingan esports bisa diadakan secara online. Jadi, seseorang tetap bisa berkompetisi tanpa harus keluar dari rumah dan mengambil risiko terpapar virus corona.

Berbagai balapan pun diubah formatnya menjadi balapan virtual, mulai dari Formula 1, NASCAR, sampai Formula E. Menariknya, balapan virtual ini tidak hanya menarik para pembalap profesional serta gamer atau influencer. Ada juga atlet dari bidang olahraga lain yang tertarik untuk ikut serta. Sebut saja striker Manchester City, Sergio Aguero. Saat disiarkan di televisi, balapan virtual ini juga sukses mendapatkan penonton hingga ratusan ribu orang. Ini membuat sim racing menjadi kembali hype, tidak hanya di dunia, tapi juga di Tanah Air.

Lalu, bagaimana potensi sim racing di Indonesia?

Awal Mula IMI Terjun ke Sim Racing

Di Indonesia, sim racing alias balap virtual merupakan ranah di bawah naungan Ikatan Motor Indonesia (IMI). Memang, IMI adalah asosiasi yang menaungi semua jenis kompetisi balap otomotif di Tanah Air. IMI sendiri mulai tertarik untuk masuk ke sim racing alias digital motorsport pada tahun 2018. Pasalnya, ketika itu, FIA (Federation Internationale de l’Automobile) juga kembali memerhatikan sim racing.

Indra Feryanto, Ketua Komisi Digital Motorsport dari IMI menjelaskan, “Pada 2018 tuh, FIA sudah mulai menggalakkan lagi soal sim racing. Kebetulan, di pengurusan IMI ada beberapa yang memang into sim racing.” Pada tahun itu, IMI mengajukan ide pembentukan komisi khusus sim racing. Ide tersebut disetujui oleh sebagian besar anggota. Itulah awal dari Komisi Digital Motorsport di IMI. “Di kita (Indonesia), sim racing itu kan mulai berkembang pada 2017. Pada 2018-2019, perkembangan sim racing pesat sekali. Kita ingin tangkap momentum itu, kita bisa regulasi, agar bisa lebih terarah,” ujar Indra saat dihubungi melalui telepon.

Indra Feryanto (kanan) bersama Anes Budiman, Channel Manager untuk AMD Indonesia Anes Budiman. | Sumber: AMD
Indra Feryanto (kanan) bersama Anes Budiman, Channel Manager untuk AMD Indonesia Anes Budiman (kiri). | Sumber: AMD

Semenjak komisi digital motorsport dibentuk, mereka telah melakukan berbagai kegiatan, seperti pameran dan bahkan kejuaraan nasional. Pada bulan Maret 2019, IMI menggelar Racing Simulator Festival bersama berbagai pelaku ekosistem simulasi balap, mulai dari Techno Solution, yang merupakan distributor resmi Thrustmaster, organizer balap GT-Sim.ID, Alien Needs, Harris Muhammad Engineering, dan Komunitas Sim Racing Indonesia. Selain mengumumkan keberadaan kejurnas, acara tersebut juga bertujuan untuk mengenalkan balapan virtual pada masyarakat luas serta komunitas gamer dan IT. Perkenalan itu mencakup pembahasan tenatng game, kompetisi, serta alat pendukung sim racing.

Pada tahun 2019, IMI juga mengadakan kejuaraan nasional, yaitu Indonesia Digital Motorsport Championship (IDMC). Indra mengatakan, jumlah peserta yang masuk dalam IDMC “lumayan”. Dan yang paling penting, ungkapnya, mereka berhasil menemukan orang yang pantas menyandang gelar “juara nasional”. Berakhir pada Desember 2019, IDMC dimenangkan oleh Andika Rama Maulana, yang mewakili tim GT-Sim.ID.

Rencananya, tahun ini, IMI akan kembali mengadakan IDMC. “Kami juga melihat adanya pandemi ini sebagai blessing. Karena kebanyakan orang harus diam di rumah, kegiatan sim racing bisa mengisi waktu,” ujar Indra. Faktanya, dia mengatakan, para pembalap nasional berinisiatif untuk membuat kegiatan balapan virtual, yaitu Ramadhan Balap Indonesia.

Apa Tujuan IMI Masuk ke Sim Racing?

Ketika ditanya apa tujuan IMI untuk ikut turun dalam mengembangkan ekosistem sim racing, Indra berkata, “Pembalap itu nggak lepas dari simulator. Mereka butuh latihan, agar bisa tahu cara cari waktu lebih cepat, berkendara lebih aman,” ujarnya. Dan menggunakan simulator adalah cara paling mudah dan murah untuk berlatih balapan. Pendapat Indra senada dengan omongan Rama. Dalam Hybrid Talk — yang videonya bisa Anda tonton di bawah — Rama berkata bahwa sim racing bisa membuka jalan untuk meraih cita-cita bagi orang-orang yang ingin menjadi pembalap.

“Seperti kita tahu, dunia motorsport, apapun olahraganya, mau mobil, motor, sepeda, itu sangat makan duit. Jangankan beli mobil, beli bensin juga mahal,” celoteh Rama. “Belum ban, belum rem. Dengan adanya sim racing, yang sudah diakui karena punya komisi sendiri, ini bisa jadi satu cabang balapan baru. Ini bisa juga jadi solusi untuk orang-orang yang mau terjun ke dunia balap profesional, tapi punya budget terbatas.”

Lebih lanjut Indra menjelaskan, salah satu agenda Divisi Digital Motorsport IMI adalah untuk melakukan pendidikan. “Ke depan, kita bisa bantu kembangkan atlet atau individu yang memang punya bakat agar pengembangan bakatnya terarah,” ungkap Indra. “Buat jadi pembalap, kan mahal modalnya. Jadi, kita mulai dengan simulator.” Masalahnya, jika Anda ingin menjadi pembalap, untuk berlatih, Anda harus bisa mendapatkan akses ke mobil balap dan sirkuit. “Nggak semua orang punya luxury itu. Simulator itu bisa jadi tempat latihan, tanpa orang harus pergi jauh-jauh (ke sirkuit). Kalau mau investasi, biayanya juga nggak terlalu besar. Dari segi skill, bisa dikembangkan dan jadi pembalap beneran,” jelas Indra.

Tujuan lain IMI mengembangkan ekosistem digital motorsport adalah untuk memajukan cabang olahraga tersebut. Diharapkan, ini akan membuat olahraga motorsport lainnya menjadi ikut populer. Memang, banyak perusahaan non-endemik yang masuk ke dunia esports — baik sebagai investor atau sponsor — untuk mendekatkan diri dengan generasi muda. Tidak heran, mengingat sebagian besar penonton dan pemain esports adalah generasi milenial atau gen Z.

Sejauh ini, salah satu tujuan IMI yang sudah tercapai adalah menyelenggarakan kejuaraan nasional. Mereka berhasil merealisasikan hal ini ketika mereka mengadakan IDMC pada tahun lalu. Tahun ini, IMI berencana untuk kembali menyelenggarakan IDMC. Selain itu, IMI juga berencana untuk mengadakan berbagai kegiatan lain dalam kalender nasional mereka.

Potensi Sim Racing di Indonesia dan Halangan yang Dihadapi IMI

Menurut Indra, dari segi bisnis, potensi sim racing sangat menjanjikan. Hal ini terlihat dari fakta bahwa orang-orang yang tertarik dengan sim racing tak melulu penduduk Pulau Jawa. “Sekarang, sim racing itu nggak hanya terfokus di Pulau Jawa,” kata Indra. “Kalimantan dan Sulawesi pun berlomba-lomba dalam digital motorsport.” Sementara kalau dari segi kegiatan perlombaan, dia mengungkap, pembalap Indonesia juga sudah mulai diperhitungkan di kompetisi tingkat global. “Ada sim racer yang juga sudah berkiprah di luar negeri,” aku Indra.

Pembalap tak pernah lepas dari simulasi. | Sumber: Automobilsport
Pembalap tak pernah lepas dari simulasi. | Sumber: Automobilsport

Hype sim racing di Indonesia kini juga cukup tinggi. Sambil tertawa, Indra berkata, “Tahun lalu, banyak orang yang menyesal tidak ikut. Sampai sekarang, ada banyak orang yang mau membeli simulator, tapi sudah habis. Distributor juga kehabisan. Selama ini, orang jarang mencari, tapi sekarang malah banyak yang nyari.” Sementara itu, soal software yang digunakan, Indra mengatakan, IMI menjadikan rFactor 2 sebagai standar. “Untuk keperluan dari IMI, platform yang kita pilih adalah rFactor 2, yang bisa memenuhi kriteria kami,” ujarnya.

Tentu saja, usaha IMI dalam mengembangkan ekosistem sim racing di Indonseia tak berjalan mulus sepenuhnya. Bagi Indra, masalah nomor satu adalah keterbatasan alat. “Belum banyak yang memproduksi alat sim racing secara lokal,” ujarnya. “Kalau harga itu beragam. Mulai dari yang murah sampai yang mahal, terserah, sesuai pilihan Anda.” Masalah lainnya adalah kebanyakan orang yang tertarik dengan digital motorsport hanya tertarik untuk menjadi pembalap. Tidak heran, mengingat di dunia sim racing pun, pembalap tetap menjadi bintang utama. Sayangnya, itu berarti tidak banyak orang yang tertarik dengan posisi di belakang layar, hakim yang mengatasi dispute.

Di masa depan, Indra mengatakan, IMI berharap bahwa mereka akan bisa mengasah talenta muda untuk menjadi pembalap. “Jika ada driver yang potensial, punya prestasi yang bagus, kita bisa tawarkan untuk menjadi pembalap di luar negeri,” ujarnya. Untuk merealisasikan hal ini, IMI kini tengah menggodok wacara pembentukan Digital Motorsport Academy. Dengan adanya akademi ini, diharapkan orang-orang yang bercita-cita sebagai pembalap akan memiliki jalan yang jelas dalam mencapai cita-cita mereka.

Kesimpulan

Di tengah pandemi, semua kegiatan olahraga terhenti. Ini menjadi waktu yang tepat bagi esports untuk menarik hati masyarakat mainstream. Sementara di dunia balapan, balapan virtual bisa menjadi alternatif tontontan bagi fans balap yang merasa kehilangan karena dibatalkannya berbagai kompetisi balap.

Untungnya, di Indonesia, sim racing sudah menjadi perhatian dari IMI, yang merupakan ASN (Aparatur Sipil Negara). Dengan masuknya IMI dalam pengembangan ekosistem sim racing, ini berarti, pemerintah telah ikut turun tangan. Harapannya, IMI dapat membuat ekosistem sim racing berkembang, membuka jalan bagi anak-anak yang ingin menjadi pembalap untuk meraih cita-citanya.

Sumber header: Steam

Andika Rama Maulana Juara di Ajang Sim Racing Filipina

Semasa pandemi COVID-19 balapan Sim-Racing memang terbukti bisa menjadi solusi konten pengisi yang tepat. Banyak ajang balap motorsport dunia beralih ke Sim Racing, seperti Formula 1, atau balap NASCAR. Bahkan saluran televisi FOX Sports jadi menayangkan pertandingan Sim Racing, karena antusiasme yang baik dari para penonton.

Tak hanya secara internasional saja, beberapa ajang Sim Racing juga hadir menyemarakkan pada skena lokal regional Asia Tenggara. Ini juga diadakan seraya membantu memperbaiki situasi semasa pandemi COVID-19. Menariknya, Andika Rama Maulana sosok sim racer lokal, baru-baru ini berhasil menjadi juara dalam ajang Sim-Racing tersebut, yang diselenggarakan oleh promotor asal Filipina.

Bertajuk Race for Frontliners, ajang balap virtual ini menjadi kompetisi, juga ajang galang dana untuk membantu para petugas kesehatan garis depan di Filipina. Race for Frontliners berlangsung secara onlilne dan dengan durasi yang cukup singkat. Balapan hanya berlangsung pada satu trek sepanjang 8 lap saja.

“Sebetulnya gue diundang balap di acara ini juga terbilang dadakan banget. Awalnya balapan ini diadakan hanya untuk orang Filipina saja. Eh tiba-tiba penyelenggara mengundang gue dan kawan-kawan tim Legion of Racers untuk ikut. Undangannya bener-bener dadakan, karena pada hari itu juga gue harus segera balapan. Karena waktu kebetulan agak lowong, akhrinya saya ikut saja. Eh ternyata menang…hahaha.” ucap Andika Rama Maulana menceritakan awal mula ia mengikuti balapan ini.

Balapan dilakukan pada trek Brands Hatch Indy dengan menggunakan Honda Civic Type R FK2. Mengingat waktu persiapan yang singkat, Rama mengaku memang sudah cukup mengerti karakteristik trek dan juga mobil yang digunakan untuk balapan.

Sumber: Tuason Racing
Sumber: Tuason Racing
“Sebetulnya gue nggak expect menang, karena hari itu sedang ada pekerjaan dari pagi sampai siang. Jadi itu latihan betul-betul hanya 5 menit sebelum balap. Untung saya hafal karakteristik mobil sama trek. Persaingan top 3 cukup sengit, hasil kualifikasi saja cuma terpaut 0,2 detik saking rapatnya. Walau 8 lap terbilang singkat, tapi berhubung persaingat ketat lumayan bikin keringetan.” cerita Rama.

“Saya mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Tuason Racing atas undangannya untuk berkompetisi di event kalian. Semoga galang dana untuk petugas kesehatan yang bertugas dapat tersalurkan dengan baik, semoga berkah!” tukas Rama menutup perbincangan soal balap virtual yang ia lakukan pada akhir pekan lalu.

Menghadapi masa pandemi, Rama juga bercerita bahwa dirinya dan kawan-kawan komunitas sedang mengadakan satu ajang balap virtual di kancah lokal yang bertajuk “Balap di Rumah”. Diikuti juga oleh pebalap motorsport lokal, Sean Gelael, gelaran ini merupakan inisiatif komunitas untuk mengisi waktu selama pandemi COVID-19, yang diadakan mulai dari 7 hingga 23 Mei 2020 mendatang.

Selamat kepada Rama! Semoga bisa terus meraih prestasi, dan membanggakan Indonesia di skena balap virtual untuk kawasan regional SEA ataupun internasional!

Pembalap Formula 1 Ikuti Kompetisi Balap Sim Racing Sebagai Dampak Virus Corona

Belakangan kasus pandemi virus corona memang berdampak sangat kuat kepada ekonomi secara umum, tak terkecuali kepada ekosistem esports. Salah satu yang cukup terasa dalam esports adalah banyaknya gelaran turnamen LAN yang dibatalkan atau ditunda demi alasan kesehatan. Beberapa gelaran terpaksa yang terkena dampak seperti, OGA Dota Pit, PBWC 2020, IEM Katowice, bahkan termasuk Final Hybrid Cup Series – Play on PC: Rainbow Six Siege.

Namun menariknya, kemampuan esports untuk bertanding secara online malah menjadi alternatif menarik bagi olahraga tradisional. Salah satu yang melakukan ini adalah balap Formula 1, yang akhirnya mengganti gelaran balap mereka dengan turnamen Sim Racing.

Untuk itu, ada dua turnamen balap Sim Racing diselenggarakan untuk hal ini. Mengutip dari laman F1 Esports, ada “Not the AUS GP” yang diselenggarakan oleh Veloce Esports, dan satunya adalah The Race All-Star Esports Battle yang sama-sama mempertandingkan pembalap Formula 1 profesional dengan para pembalap virtual profesional.

Kompetisi tersebut diikuti oleh nama besar di ranah balap Formula 1, seperti Max Verstappen pembalap Red Bull Racing-Honda, Lando Norris pembalap McLaren-Renault, atau Stoffel Vandoorne pembalap formula E dari tim Mercedes-Benz EQ, bahkan termasuk mantan pembalap Formula 1 Juan Pablo Montoya.

Sebelumnya, balapan Formula 1 Australia GP harusnya diselenggarakan pada tanggal 15 Maret 2020 kemarin. Namun demikian, karena bahaya pandemi virus corona, balapan tersebut terpaksa ditunda dan diganti dengan balapan virtual. Diselenggarakan pada hari yang sama, gelaran The Race All-Star Esports Battle pada akhirnya tetap didominasi oleh para Sim Racer profesional.

Max Verstappen sendiri gagal mendapatkan hasil yang maksimal walau sempat mendapatkan posisi pertama setelah melakukan kualifikasi. Sang pembalap Formula 1 tersebut harus pasrah terjebak kemelut tikungan pertama trek Nurburgring, yang membuat mobilnya terpelintir dan memaksa dirinya terlempar ke posisi 16.

Sementara itu, posisi depan dikuasai oleh para Sim Racer profesional. Pada akhirnya, Jernej Simoncic yang memang merupakan seorang Sim Racer profesional berhasil memenangkan The Race All-Star Esports Battle dan mendapatkan hadiah sebesar US$4000 (sekitar Rp59 juta). Jernej Simoncic memang merupakan pentolan Sim Racing, terutama di kancah Formula Sim Racing. Tahun lalu, ia merupakan juara dari Formula Sim Racing World Championship 2019.

“Saya merasa terhormat bisa menjadi bagian dari kompetisi Sim Racing terbesar sepanjang sejarah. Saya tahu saya punya kesempatan yang bagus dengan pengalaman saya di dunia Sim Racer, namun bisa menjadi yang pertama bersama dengan para pembalap betulan rasanya seperti mimpi jadi nyata.” ucapnya pada rilis dari The Race.

Menarik melihat bagaimana esports bisa menjadi alternatif bagi olahraga tradisional. Apalagi pada kenyataannya, Sim Racing bisa dibilang sebagai salah satu game esports yang punya mekanisme permainan paling dekat dengan versi nyatanya, yang membuatnya mudah diadaptasi termasuk oleh pembalap Formula 1 sekalipun.

Sumber header: Formula1.com

Porsche Kerjasama dengan iRacing, Gelar Kompetisi Esports Supercup

Salah satu produsen mobil mewah asal Jerman, Porsche, mengungkap kompetisi esports terbarunya, Porsche Esports Supercup. Kompetisi ini merupakan sebuah ajang adu balap para pembalap simulasi dari berbagai belahan dunia. Demi melancarkan turnamen ini, Porsche bekerjasama dengan game racing simulator berbasis langganan, iRacing.

Porsche Esports Supercup akan diselenggarakan pada 13 April 2019 mendatang di Barber Motorsport Park, Alabama, Amerika Serikat. Para pembalap yang bertanding adalah mereka yang sudah tersaring melalui kualifikasi global yang diselenggarakan secara online oleh iRacing.

Sumber: Esports Insider
Sumber: Esports Insider

Baik pada gelaran kualifikasi ataupun dalam kompetisi utama Porsche Esports Supercup nanti, para pembalap saling berkompetisi dengan menggunakan mobil Porsche 911 GT3. Mobil ini sudah dirancang sedemikian rupa di dalam game iRacing, agar memiliki mekanik cara kerja yang mirip dengan Porsche 911 GT3 di dunia nyata. Mobil Porsche 911 GT3 yang digunakan sendiri memiliki format yang sama seperti dengan GT3 Cup Challenge, sebuah kompetisi balapan yang diselenggarakan di berbagai belahan dunia.

Salah satu kunci alasan kenapa Porsche mau turut terjun ke dalam dunia esports Simracing, adalah karena kemiripan kondisi antara balapan di dunia nyata dengan balapan sim racing. Mengutip Esports Insider, Fritz Enzingner, Head of Porsche Motorsport, lalu memberikan komentar lebih lanjutnya.

“Penambahan esports sim racing ke dalam kompetisi one-make cup kami, bisa dibilang sebagai usaha untuk melebarkan sayap kami dalam dunia kompetisi motorsport. Kehadiran kompetisi ini akan menjadi kesempatan para pembalap simulator untuk bergabung dengan keluarga besar Porsche Motorsport secara internasional”. Jawab Fritz kepada Esports Insider.

Porsche Esports Supercup bisa dibilang sebagai kompetisi balapan virtual dengan format one-make pertama di dunia. Istilah one-make cup atau one-make racing sendiri merupakan sebuah format balapan. Dalam kompetisi one-make cup, para pembalap diberikan satu jenis kendaraan yang identik atau sangat mirip antara pembalap satu dengan yang lain.

Terdapat 40 spot yang akan diperebutkan oleh pembalap simulator dari berbagai belahan dunia. Nantinya pada gelaran final, para pembalap simulator akan beradu kemampuan berkendara mereka di dalam sirkuit yang punya sejara tersendiri, Autodromo Nazionale Monza di italia.

Sumber: Porsche Newsroom
Sumber: Porsche Newsroom

Para pembalap simulator akan adu kemampuan balap untuk memperebutkan total hadiah sebesar US$100.000 atau sekitar Rp1,4 milyar. Nantinya, juara Esports Supercup akan diundang sebagai tamu terhormat di dalam acara tahunan Porsche Night of Champions gala.

Kehadiran esports memang bisa dibilang memberikan cara baru bagi para brand di berbagai untuk memasarkan produk mereka. Tetapi menarik melihat bagaimana Porsche ingin menguatkan brand mereka kepada komunitas gaming yang lebih spesifik, yaitu kepada komunitas pembalap simulator atau sim racers. Akankah dengan ini, sim racing akan menjadi masa depan bagi kompetisi motorsport?

 

Keseruan dan Ketatnya Kompetisi Grand Final Racing Simulator Festival

Perhelatan Racing Simulator Festival selama sepekan (22-30 Maret 2019) yang digelar di Mangga Dua Mall, Jakarta, akhirnya rampung. Gelaran yang merupakan hajatan bersama berbagai komponen balap simulasi, mulai dari penyedia perangkat, komunitas, dan Ikatan Motor Indonesia (IMI), ini telah mendapatkan para pemenangnya.

Berikut ini adalah para pemenang kompetisi simulasi balap yang bertajuk Road to Kejurnas (yang informasinya kami dapatkan dari Rama Maulana, selaku Co-Owner dari GT-Sim.ID yang menjadi organizer turnamen):

Juara 1: Pradana Yogatama (mendapatkan hadiah sebesar Rp5 juta)
Juara 2: Arwin Taruna (mendapatkan hadiah sebesar Rp3 juta)
Juara 3: Ferris Stanley (mendapatkan hadiah sebesar Rp2 juta)

Rama pun bercerita bagaimana turnamen ini dijalankan. Jadi, dari 1300 entry diambil 20 peserta tercepat. Dari 20 peserta itu dibagi lagi menjadi 2 grup secara random, masing-masing 10 orang. Dari tiap grup, diambil lagi 5 orang tercepat setelah berpacu untuk 8 putaran. 10 orang dari Grup A dan B ini pun diadu lagi untuk membalap selama 10 putaran.

Sumber: Rama Maulana
Sumber: Rama Maulana

Pembalap digital paling populer itu pun bercerita tentang beberapa hal yang menarik dari turnamen kali ini. “Dari babak penyisihan pun sudah terlihat betapa sengitnya turnamen kali ini karena posisi 1 sampai posisi 20 hanya terpaut waktu kurang dari 1,5 detik.” Hal ini berarti semua pembalap di sini punya level skill yang setara.

Pihak penyelenggara pun mencoba memberi bumbu tersendiri untuk turnamen ini. Muasalnya, saat di babak kualifikasi, mobil yang digunakan adalah Toyota GT86. Sedangkan di babak final, panitianya mengganti mobil yang digunakan menjadi Ginetta G55 GT4. “Silakan di-google sendiri mobilnya.” Ujar Rama bercanda. Satu hal yang pasti, mobil tersebut jauh lebih kencang dari mobil yang sebelumnya digunakan. Hal ini diputuskan untuk menyuguhkan tontonan yang lebih seru buat penonton dan tantangan yang lebih tinggi buat peserta.

Oh iya, buat yang belum tahu, sebelum para peserta adu balap bersama; setiap peserta mendapatkan kesempatan untuk berlatih selama 15 menit dan Qualifying untuk menentukan posisi Start.

Pradana Yogatama. Dokumentasi: GT-Sim.ID
Pradana Yogatama. Dokumentasi: GT-Sim.ID

Tujuan panitia perlombaan untuk membuat balapan semakin seru tadi pun terwujud. Rama bercerita bahwa para penonton pun berteriak-teriak saat pertandingan finalnya karena persaingan ketat dan keras pun terjadi. Selisih waktu antara pole position (posisi pertama) dan posisi kedua pun hanya 0,008 detik. “Pokoknya balapannya gak ada bosennya sama sekali deh, banyak banget aksinya.” Tukas Rama.

Dari final tadi pun, ada juga ‘drama’ yang terjadi. Pasalnya, pembalap yang finis di posisi pertama sebenarnya adalah Ferris Stanley. Namun berhubung ia mengakibatkan kecelakaan yang fatal dan merugikan lebih dari 2 pembalap lainnya, ia pun kena penalti sebesar 10 detik yang mengakibatkannya turun 2 posisi. Keputusan ini diambil karena menggunakan peraturan resmi FIA dan IMI.

Ferris Stanley. Dokumentasi: GT-Sim.ID
Ferris Stanley. Dokumentasi: GT-Sim.ID

So even it’s a ‘game’, we do it like real-life race!” Ujar Rama.

Berhubung kompetisi ini bertajuk Road to Kejurnas, jadi apa yang akan selanjutnya dilakukan setelah turnamen ini?

Rama pun menjelaskan, “kira-kira nanti kejurnas digital motorsport tuh scene-nya kayak gini.” Namun Rama pun menjelaskan bahwa saat ini mereka sedang menggodok lagi aturan main dan regulasinya agar lebih rapih. Ia pun mengatakan bahwa turnamen-turnamen seperti ini akan dibuat lebih rutin lagi, meski kemungkinan besar online untuk awal-awalnya. “Mungkin nanti para juara di liga online itu akan kita undang untuk event offline.” Tutup Rama penuh harapan.

Sumber: Rama Maulana
Sumber: Rama Maulana

AMD Gelar Kompetisi Sim Racing, Kenapa?

Dalam rangkaian Racing Simulator Festival, AMD turut menggelar acara GAMERS GATHERING WITH ZEN POWERED PC pada tanggal 24 Maret 2019 di Mangga Dua Mall. Selain memamerkan dan mengijinkan para pengguna untuk mencoba berbagai komponen AMD terbaru, mereka juga menggelar sebuah kompetisi yang sedikit berbeda dengan kebanyakan sponsor lain di ekosistem esports Indonesia.

Pasalnya, AMD menggelar turnamen untuk game simulasi balap, Assetto Corsa. Acara yang kali ini juga didukung oleh ASUS ROG, ASRock, AORUS, dan MSI Gaming adalah kali kedua AMD menggelar turnamen untuk esports yang kurang populer. Sebelumnya, AMD juga menggelar kompetisi untuk Fighting Games Community (FGC) yang bertajuk AMD eSports FIGHT! Championship 2018.

AMD Esports Fight! Championship 2018. Source: AMD
AMD Esports Fight! Championship 2018. Dokumentasi: AMD

Genre Fighting dan Sim Racing, seperti yang saya tuliskan tadi, memang mungkin bukan jadi yang paling populer di Indonesia sekarang. Di platform PC, predikat genre esports terlaris masih dipegang oleh Dota 2 (MOBA). Itu pun juga sekarang masih kalah jauh popularitasnya dengan platform mobile dengan Mobile Legends (MOBA), PUBG Mobile (Battle Royale), dan Free Fire (Battle Royale) nya.

Lalu, kenapa AMD justru mau memberikan ruang kompetitif kepada genre yang kurang populer alias kaum-kaum yang termarginalkan? Hahaha… Apa tujuannya? Bagaimana juga AMD melihat esports sim racing di Indonesia? Kami pun mengajak berbincang Anes Budiman, Channel Manager untuk AMD Indonesia soal ini.

Anes Budiman (kiri) bersama Indra Feryanto (kanan)
Anes Budiman (kiri) bersama Indra Feryanto (kanan). Sumber: AMD

Kenapa sih AMD justru memilih genre esports yang bukan paling laris? Kemarin ada FGC, sekarang Sim Racing.

“Karena untuk eksplor genre esports yang sebenarnya ada dan hidup di Indonesia. Judul game yang dipertandingkan yang itu-itu terus sebenarnya baik juga karena semakin sering latihan/bertanding maka akan semakin baik juga hasilnya. Akan tetapi genre esports di seluruh dunia itu banyak dan beragam, berbanding lurus juga dengan jumlah penduduk di Indonesia yang juga banyak. Maka dari AMD selalu coba mengeksplor genre-genre yang kelihatannya kurang populer itu tadi padahal berprestasi, melalui kampanye global kami yakni AMD eSports.” Jawab Anes yakin.

Bagaimana AMD melihat esports sim racing di Indonesia?

Anes pun menjawab, “masa depannya cerah karena sudah bernaung langsung di bawah IMI (Ikatan Motor Indonesia); yang artinya racing simulator (atau eMotorsports menurut mereka) sudah diakui dan patut diapresiasi karena ada asosiasi langsung yang nantinya akan menjadi ‘gerbang’ ke arah yang lebih baik harapan ke depannya. Ditambah juga kita sudah punya atlet yang prestasinya sama sekali tidak bisa dianggap remeh, Andika Rama Maulana yang juga sebagai AMD Team Red (program AMD eSports di Indonesia) bersama dengan tim Alter Ego sejak tahun lalu.”

Jangan salah fokus dengan yang presentasi ya... Dokumentasi: AMD
Jangan salah fokus dengan yang presentasi ya… Dokumentasi: AMD

Ia pun menambahkan bahwa sim racing juga bisa digunakan sebagai sarana yang positif untuk mengenalkan anak muda ke dunia otomotif. Muasalnya, menurut Anes, sim racing sendiri juga sudah 100% berkaitan dengan dunia balap internasional. Hal ini senada dengan yang diucapkan oleh Indra FeryantoKetua Komisi eMotorsport dari IMI yang sebelumnya kami wawancarai.

“Siapa yang tahu kalau kita memiliki bibit lain yang bisa menjadi ‘the next’ Rifat Sungkar di reli ataupun Rio Haryanto yang berhasil menembus F1.” Sambungnya.

Lalu sebenarnya apa tujuan AMD membuat kompetisi spesifik untuk sim racing?

Dokumentasi: AMD
Dokumentasi: AMD

“Tujuan utamanya balik lagi seperti poin pertama: untuk mengeksplor genre esports yang sebenarnya hidup di Indonesia. Dan harapannya akan muncul gamer/atlet baru yang bisa bersandingan dengan Rama mengharumkan nama Indonesia di luar sana. Yang terakhir juga untuk mengenalkan teknologi dan produk AMD seperti CPU Ryzen dan GPU Radeon RX yang krusial bagi para antusias maupun atlet yang berkecimpung di Sim Racing PC. Karena secara platform, PC menawarkan fleksibilitas lebih jauh untuk mendalami Sim Racing itu sendiri.” Tutup Anes.

Strategi yang digunakan AMD ini memang sebenarnya sangat menarik karena memang berbeda dari kebanyakan sponsor esports yang lebih memilih mencari pusat keramaian. Namun, menurut saya pribadi, strategi ini juga sangat masuk akal.

Kenapa? Karena event esports sekarang sudah banyak jumlahnya. Tak jarang, event-event tersebut juga bertabrakan jadwalnya karena begitu banyak. Dengan begitu banyaknya event, bahkan juara turnamen-turnamen tadi saja sudah tak mudah diingat dalam waktu 3 bulan kemudian. Jika juaranya saja mudah terlupakan, apalagi sponsornya?

Dokumentasi: AMD
Dokumentasi: AMD

Mengeluarkan biaya untuk jadi sponsor event esports sendiri juga tidak murah. Tentunya, biaya tersebut jadi tidak sebanding dengan impact yang didapat jika 3 bulan berikutnya sudah terlupakan. Dengan memilih genre-genre yang tak disentuh oleh sponsor lain, AMD jadi lebih mudah diingat sebagai sponsor event untuk waktu yang lebih lama. Plus, dari pengalaman saya berkecimpung di industri ini selama 10 tahun, komunitas-komunitas kecil yang biasanya terpinggirkan akan lebih loyal terhadap mereka-mereka yang mau memberikan dukungan; ketimbang komunitas yang jumlahnya lebih masif.

Akhirnya, bagaimana kelanjutan AMD mendukung perkembangan ekosistem esports tanah air di 2019 ini ya? Kira-kira kapan lagi mereka akan menggelar turnamen untuk FGC ataupun sim racing? Atau apakah mereka akan memberikan dukungan ke game-game lainnya lagi yang kurang populer?