Per Februari 2018, Nougat Adalah Versi Android yang Paling Banyak Digunakan

Sebagai pengguna smartphone Android, sudahkah Anda menikmati fitur-fitur yang ditawarkan versi terbarunya, Oreo 8.1? Kalau sudah, Anda termasuk dalam populasi yang amat langka. Pasalnya, berdasarkan data dari Google, per tanggal 5 Februari 2018 kemarin, baru ada 1,1% perangkat yang menjalankan Android Oreo (8.0 dan 8.1).

Data ini didapat dari perangkat yang mengakses Google Play Store dalam seminggu terakhir. Pertanyaannya, kalau bukan yang terbaru, lalu versi Android apa yang paling banyak digunakan konsumen? Jawabannya adalah Nougat (7.0 dan 7.1), dengan total 28,5%.

Ini merupakan pertama kalinya Nougat menduduki posisi teratas sejak Google merilisnya sekitar satu setengah tahun yang lalu. Sampai detik ini pabrikan smartphone memang tergolong lambat dalam merilis update Android versi terbaru, tapi setidaknya data ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen tidak terlalu ketinggalan jauh.

Android adoption rate

Di bawah Nougat, Marshmallow dan Lollipop rupanya masih memiliki porsi yang cukup besar, masing-masing dengan 28,1% dan 24,6%. Yang cukup mencengangkan, ternyata masih ada 0,3% konsumen yang menggunakan smartphone dengan OS Android Gingerbread, yang versi terakhirnya (2.3.7) dirilis lebih dari enam tahun yang lalu.

Sebagai perspektif, tingkat adopsi iOS 11 sudah mencapai angka 65% per 18 Januari kemarin berdasarkan data dari Apple, sedangkan iOS 10 28% dan sisa 7% untuk versi-versi yang lebih lawas lagi. Kendati demikian, ini tak bisa dijadikan perbandingan langsung mengingat semua perangkat yang menjalankan sistem operasi iOS dibuat oleh Apple sendiri, sedangkan mayoritas perangkat Android bukan berasal dari Google.

Sumber: 9to5Google.

Xiaomi Siap Rilis MIUI 9 Versi Final Secara Global

Suka atau tidak dengan tampilannya, MIUI merupakan salah satu Android versi custom terbaik dan yang konsisten menerima update. Versi terbarunya, MIUI 9, telah menjalani fase pengujian selama beberapa bulan, dan sekarang Xiaomi sudah siap merilis versi finalnya secara global.

Perubahan terbesarnya berkaitan dengan performa. MIUI 9 membawa sederet pembenahan teknis demi mengurangi lag, mempercepat proses loading aplikasi dan menyuguhkan pengalaman menyeluruh yang lebih mulus. Xiaomi bahkan tak segan menyebut performa MIUI 9 sangat mendekati stock Android.

MIUI 9 juga memperkenalkan fitur bernama App Vault. Dari kacamata pengguna iOS, fitur ini cukup mirip dengan Siri Suggestions. App Vault dapat diakses di halaman paling kiri home screen, dan di sana terpampang sederet shortcut ke bermacam fungsi maupun informasi dari aplikasi-aplikasi yang kerap digunakan.

Xiaomi juga telah membenahi sistem notifikasi pada MIUI 9. Notifikasi yang menyimpan konten ekstra kini bisa diperbesar tampilannya, dan pengguna juga dapat memberikan balasan langsung dari panel notifikasi tanpa membuka aplikasi yang bersangkutan.

MIUI 9 Notification

Selain notifikasi, fitur split screen juga ikut disempurnakan. Ukuran masing-masing jendela aplikasi sekarang bisa diatur, dan dengan satu tap pengguna dapat menukar posisi kedua aplikasi yang ditampilkan.

Juga tidak kalah menarik adalah pembaruan pada fitur edit foto bawaan MIUI 9, dimana pengguna sekarang dapat menerapkan fungsi retouch ala di Photoshop untuk menghapuskan elemen yang tak diinginkan pada sebuah foto. Di samping itu, aplikasi pemutar video MIUI 9 kini telah mendukung lebih banyak format dan subtitle.

MIUI 9 Photo Editor

Terakhir, fitur Mi Drop yang dirancang untuk mempermudah proses berbagi file secara wireless via jaringan ad-hoc kini dibungkus sebagai aplikasi terpisah. Nantinya, Xiaomi berencana merilis Mi Drop di Play Store, sehingga pengguna perangkat lain dengan OS Android 4.4+ juga bisa menikmati kemudahan yang ditawarkan.

Beberapa perangkat yang bakal kebagian jatah update MIUI 9 lebih awal mencakup Redmi Note 4, Mi Mix 2 dan Mi Max 2 – plus Redmi Y1 dan Redmi Y1 Lite yang baru saja diumumkan. Seiring waktu MIUI 9 pastinya juga akan tersedia pada perangkat lain, bahkan termasuk Mi 2 yang sudah berusia 5 tahun – meski tentu saja sejumlah fitur baru MIUI 9 tidak akan tersedia di sana.

Sumber: The Next Web dan MIUI.

Connect Watch Dirancang Spesifik untuk Menjalankan Sistem Operasi Open-Source AsteroidOS

Samsung Gear S3 membuktikan kalau sebuah smartwatch tak harus menjalankan sistem operasi Android Wear untuk bisa menjadi hebat. Hal yang sama semestinya juga bisa berlaku untuk AsteroidOS, OS khusus smartwatch bersifat open-source yang sempat dipakai oleh Jolla sebagai fondasi untuk Sailfish OS versi smartwatch.

Yang jadi masalah, AsteroidOS sejauh ini cuma bisa di-install secara manual, dan itu pun hanya pada sejumlah smartwatch yang kompatibel saja, macam LG G Watch Urbane, Asus ZenWatch 3 dan Sony Smartwatch 3. Namun ke depannya nasib AsteroidOS mungkin bakal berubah berkat kehadiran Connect Watch.

Connect dideskripsikan sebagai smartwatch pertama yang dikembangkan secara spesifik untuk AsteroidOS. Meski yang menjadi bintang di sini adalah software-nya, fisik Connect sendiri tampak cukup elegan sekaligus sporty, dan spesifikasinya juga terbilang cukup mumpuni.

Connect Watch with AsteroidOS

Layar membulatnya menggunakan panel AMOLED 1,39 inci dengan resolusi 400 x 400 pixel, sedangkan prosesor quad-core 1,39 GHz buatan MediaTek dipercaya menjadi otaknya. Konsumen dapat memilih varian dengan RAM 512 MB atau 1 GB, demikian pula untuk storage internalnya, yakni 4 GB atau 8 GB.

Sebuah kamera 2 megapixel (video 720p) turut tersemat di panel belakangnya, dan smartwatch ini juga bisa dijejali kartu SIM – meski hanya 3G dan bukan LTE. Melengkapi semua itu adalah GPS, serta baterai yang diperkirakan bisa bertahan sampai 4 hari – berkat kepiawaian AsteroidOS dalam hal efisiensi daya.

Aspek lain yang Connect prioritaskan adalah kebebasan penggunaan. Personalisasi merupakan bagian penting dari Connect, dan pengguna rupanya juga tidak perlu khawatir batas privasinya dilanggar dengan penggunggahan beragam data secara otomatis.

Sayang semua informasi mengenai Connect Watch baru sebatas itu. Harga dan ketersediaannya belum diketahui; pengembangnya cuma mengatakan kalau fase pre-order bakal segera dimulai melalui platform crowdfunding Ulele.

Sumber: Wareable dan Connect Watch.

Menjajal Endless OS, Sistem Operasi Gratis yang Didesain Untuk Menunjang Edukasi

Endless OS memang baru hadir di tanah air lewat acara pers di bulan Juli lalu, namun Endless Computers sebetulnya telah memulai kiprahnya cukup lama. Melalui rangkaian perangkat Endless PC, perusahaan asal San Francisco itu mencoba membawa ilmu pengetahuan ke lokasi-lokasi yang tak terjamah internet. Kabarnya, 75 persen populasi di Bumi belum pernah mengakses internet.

Endless OS sendiri diperkenalkan perdana di pertengahan tahun 2016, merupakan sumbangsih lain yang Endless Computers berikan buat bidang pendidikan. Tak seperti sistem operasi populer yang digunakan mayoritas orang, Endless OS bisa dimanfaatkan tanpa meminta Anda membayarkan uang sepeser pun. Dan minggu lalu, perwakilan dari tim Endless Computers mengajak sembari memandu saya untuk menjajalnya secara langsung.

 

Setting up

Endless Computers menekankan bahwa mereka sama sekali tidak mencoba menyaingi Windows atau bahkan sistem operasi berbasis Linux lain. Target konsumen mereka ialah para siswa, atau orang-orang yang belum familier dengan perangkat komputer personal. Itu alasannya developer ingin memastikan konsumen dapat mudah melakukan instalasi di sistem mereka.

Endless 10

Dengan berkunjung ke situs Endless OS, Anda segera disuguhkan tautan untuk mengunduh OS ini. Situs tersebut bahkan sudah dilokalisasi ke Bahasa Indonesia sehingga tetap mudah diakses oleh semua kalangan. Di laman selanjutnya, Anda diberikan pilihan apakah Endless OS akan di-download ke Windows atau Linux/Mac. Developer bahkan telah menyediakan panduan untuk membuat USB stick Endless OS.

Endless 11

File installer Endless hanya berukuran 3,2MB, dan selalu di-update ke versi terbaru. Dari sana, Anda dapat menentukan bahasa serta versi sistem operasi. Perlu diketahui bahwa pilihan bahasa memengaruhi jumlah unduhan. Varian Bahasa Inggris membutuhkan penyimpanan maksimal 13,9GB sedangkan Bahasa Indonesia hanya mengonsumsi storage paling banyak 6,5GB. Tentu saja Anda bisa meng-instal versi ‘dasar’, cuma memakan 1,7GB, tapi app-nya perlu diunduh secara manual.

Endless 12

 

Tampilan

Berdasarkan kesan pertama saya, Endless OS mengadopsi elemen terbaik dari Windows 10 dan Google Android. Posisi toolbar, tombol menu (logo Windows digantikan Endless Computers), hingga tanggal terasa akrab. Bedanya, bagian desktop tidak ‘se-berantakan’ platform Microsoft itu karena Endless OS mengusung arahan ‘bersih’ ala Android. Secara default, icon-icon aplikasi tersusun rapi di area tengah desktop, di bawah search bar.

Endless 7

Hal lain yang perlu user ketahui adalah, setelah aplikasi di-instal, icon tidak muncul otomatis. Anda perlu mencantumkan shortcut app di desktop secara manual. Aspek lainnya tak begitu berbeda dari Android: kita tetap dapat membuat folder di desktop. Lalu untuk menghapus app, kita harus membuka menu instalasi – men-delete icon desktop tidak langsung menghapus aplikasi dari sistem.

Endless 5

Endless 2

Tentu saja Endless OS dilengkapi oleh fitur file explorer, memungkinkan kita menjelajahi seluruh konten PC. Dan menariknya lagi, sistem operasi ini mendukung penuh fungsi dual boot dan bisa membuka konten ‘platform tetangga’ sebagai folder di explorer. Kemampuan ini dapat dijadikan alternatif dari safe mode Windows seandainya muncul masalah di OS tersebut.

Endless 9

 

Konten dan fitur

Bekerja, belajar dan bermain adalah tiga pondasi dari Endless OS, dipadu satu kekuatan utama platform ini: ia dapat bekerja sempurna meski dalam keadaan offline. Perwakilan dari Endless Computers menjelaskan bahwa platform ini memang tidak selengkap Windows. Dan jika kebetulan Anda sudah akrab dengan OS Microsoft tersebut, maka Anda tak lagi jadi target market utama Endless OS.

Endless 4

Developer sudah menyiapkan lebih dari 100 aplikasi buat menunjang kegiatan belajar, dan mendukung produktivitas hingga hiburan. Koleksi app di Endless OS merupakan kombinasi dari kreasi tim in-house serta porting sejumlah software krusial. Endless Computers memang serius saat mereka bilang siap menunjang pendidikan karena di sana ada banyak sekali app untuk belajar – dari mulai geografi, matematika, permainan-permainan edutainment, hingga ensiklopedia. Semuanya bisa digunakan optimal tanpa membutuhkan sambungan internet.

Endless 1

Untuk menunjang produktivitas, Endless Computers telah menyiapkan app-app buat mengolah file Word, PowerPoint hingga Excel (via Writer, Presentation dan Spreadsheet). Mereka tidak se-komprehensif Microsoft Office, tapi proses penggunaannya tidak berbeda. Aplikasi-aplikasi wajib para pekerja modern juga sudah tersedia di sana: Chrome, DropBox, Firefox, Skype, Slack bahkan ada Facebook serta WhatsApp.

Endless 6

Aspek hiburan bukanlah ranah utama Endless OS, tapi uniknya, developer turut menghadirkan app Steam, memberikan Anda akses ke 1.800 judul permainan Linux. Eksistensinya memang sedikit ‘bertentangan’ dengan prinsip dari penciptaan Endless OS (diramu untuk pengguna para pengguna pemula); namun mungkin, tim pengembang ingin membuktikan bahwa gamer hardcore sekalipun sebetulnya juga dapat memanfaatkan sistem operasi ini.

Endless 8

Endless OS bisa Anda dapatkan gratis di situs resminya, serta sudah dibundel dalam sejumlah perangkat garapan Acer dan Asus.

Microsoft Hentikan Dukungan untuk Windows Phone 8.1

Ketika teknologi ponsel mulai maju dan berbagai ponsel pintar mulai bermunculan, Microsoft mencoba tetap berada dalam persaingan dengan mengembangkan sistem operasi mobile-nya, Windows Phone dalam berbagai versi.

Sayangnya, berbagai langkah yang dilakukan oleh Microsoft tak sepenuhnya membuahkan hasil, Windows Phone tidak mampu menyaingi keberadaan kedua pesaingnya, Android dan iOS. Bahkan, langkah Microsoft untuk mengakuisisi Nokia pun tidak berhasil membuat nama Windows Phone terangkat.

Kini, secara resmi Microsoft mengakhiri segala bentuk dukungan yang dibuat untuk Windows Phone 8.1. Tentunya setelah ini, Anda masih bisa menggunakan Windows Phone seperti biasa. Namun, selanjutnya Anda tidak akan lagi memperoleh pembaruan piranti lunak maupun bantuan teknis secara resmi dari Microsoft.

Daftar layanan dan produk yang dihentikan dukungannya oleh Microsoft
Daftar layanan dan produk yang dihentikan dukungannya oleh Microsoft

Microsoft merilis Windows Phone pada tahun 2010 dan, dalam tiga tahun, Windows Phone telah menjadi sistem operasi mobile terpopuler ketiga di dunia. Namun, platform tersebut tidak dapat bersaing dengan OS milik Apple dan Google, dan pada awal tahun ini, gabungan iOS dan Android menyumbang pangsa pasar gabungan 99,6%. Artinya, Microsoft benar-benar tak mendapatkan tempat di pasar yang ada.

Meski situasinya kini tak menyenangkan, namun Microsoft terus akan menjual sejumlah smartphone murah yang sebagian besar menjalankan sistem operasi Windows 10 Mobile yang terus akan dipertahankan sampai dukungan untuk platform berakhir pada tahun 2018

Sementara itu, meskipun Microsoft bisa dikatakan sudah menyerah dengan Windows Phone, tetapi bukan berarti mereka menyerah dalam persaingan ponsel pintar. Microsoft tampaknya akan sekali lagi mencoba peruntungan mereka melalui produk Surface Phone.

Sumber berita Microsoft.

Endless Computers Mengenalkan Secara Resmi Endless OS di Indonesia

Ilmu komputasi merupakan salah satu revolusi terbesar dalam sejarah manusia. Namun hal ini masih jauh dari jangkauan untuk lebih dari setengah populasi dunia. Faktor kurangnya jangkauan ini menjadi salah satu alasan Endless Computers menciptakan sebuah sistem operasi baru yang diberi nama Endless OS.

Pada tanggal 4 Juli 2017, Endless Computers resmi meluncurkan Endless OS di Indonesia. Endless OS dapat menjadi sebuah sistem operasi yang bisa digunakan untuk bekerja dan bermain serta dilengkapi dengan berbagai aplikasi bawaan untuk browsing, mengakses media sosial, melakukan pekerjaan kantor, permainan serta menyediakan kumpulan artikel dan literatur yang bisa diakses langsung tanpa dukungan koneksi internet sekalipun. Salah satu misi global Endless adalah memberikan jaminan akses teknologi terbaik yang berguna untuk ranah pendidikan.

Matt Dalio, CEO sekaligus pendiri Endless Computers mengatakan, “Melalui Endless OS, kami membuktikan komitmen kami sebagai penyedia teknologi yang memberi akses teknologi yang lebih luas hingga ke seluruh dunia.”

Matt menambahkan bahwa perusahaannya berfokus untuk memecahkan dua hambatan teknologi utama yakni tingginya biaya dan konektivitas.

“Endless adalah piranti lunak gratis, yang akan menjadikan komputer dapat berjalan sempurna dalam berbagai kondisi penggunaan, bahkan saat koneksi internet lemah, tidak stabil atau ketika biaya internet terlalu tinggi.”

Saat meluncurkan Endless OS di Indonesia, CMO dan CGO Endless Computers, Beta Antunes mengatakan bahwa Endless OS telah menjalin kerja sama dengan merek-merek teknologi ternama seperti Acer dan Asus.

“Endless bekerja sama secara global dengan merek-merek teknologi ternama seperti Acer dan Asus guna memastikan ketersediaan produk kami terutama bagi pengguna pemula. Bersama mitra kami, kini kita selangkah lebih dekat menuju kesetaraan teknologi. Kami ingin agar setiap orang bisa memiliki komputer dan peluncuran hari ini menandai awal misi kami di Indonesia.”

Launching Endless OS with Acer & Asus Indonesia / Endless
Launching Endless OS with Acer & Asus Indonesia / Endless

Selain itu, Endless OS, yang berbais Linux ini, memiliki tampilan antarmuka (user interface/UI) seperti smartphone dengan sistem kerja yang juga serupa. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengguna mengoperasikannya. Aplikasi dalam Endless OS juga kompatibel dengan berbagai program dan OS lain yang ada di pasaran, dan juga dirancang untuk bisa digunakan secara offline untuk menjawab tantangan permasalahan konektivitas di Indonesia. Di samping itu, Endless OS bebas virus dan bekerja dengan baik dalam kondisi konektivitas internet apapun.

Endless juga memiliki toko aplikasi bernama App Center, yang mudah diakses dan mengemas ratusan aplikasi yang bisa diinstal untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam bekerja, belajar, menjelajah internet dan mengakses media sosial. Seperti sistem operasinya, aplikasi di App Center juga tersedia secara gratis.

RaspAnd OS, ‘Mengunyah’ Android Nougat di Perangkat Raspberry Pi

Raspberry Pi telah menjadi fasilitator bagi banyak orang yang ingin membangun perangkat komputernya sendiri, tidak hanya di sisi hardware, namun perangkat single-board computer ini telah pula melahirkan sejumlah pengembang software kreatif yang membangun platform-nya sendiri.

Salah satunya ialah Arne Exton, pencipta berbagai distribusi Linux itu, baru saja mengumumkan keberadaan dari RaspAnd OS, sistem operasi Android yang telah ia racik untuk bisa dijalankan pada perangkat Raspberry Pi 2 dan Raspberry Pi 3.

RaspAnd OS Build 170605, dibangun dengan basis Android 7.1.2 Nougat, versi ini merupakan pembaharuan dari RaspAnd Nougat 7.1.2 Build 170519 yang telah ia rilis kurang lebih sebulan lalu, pada versi teranyar ini Exton telah membenamkan aplikasi Kodi Media Center versi 17.3.

Versi teranyar dari RaspAnd OS ini juga telah memberikan dukungan agar bisa dimasukkan ke dalam kartu memory microSD menggunakan sistem operasi Windows 10, sehingga pengguna umum bisa melakukannya dengan mudah.

Tidak hanya itu, Exton juga telah menjejalkan sejumlah pembaharuan aplikasi pada RaspAnd OS versi teranyarnya ini seperti Spotify TV 1.2.0, Rotation Control Pro 1.1.2, Google Play Games 3.9.08, Clash of Clans 9.24.9, GMail 7.4.23, dan Aptoide TV 3.2.1. serta menghadirkan paket GAPSS yang memungkinkan pengguna untuk mengakses Google Services (bukan Google Play Store).

Exton telah menawarkan update cuma-cuma bagi pengguna yang telah membeli dan menggunakan RaspAnd OS Nougat 7.1.2 Build 170519, namun jika belum memilikinya, RaspAnd OS Nougat 7.1.2 Build 170605 ini telah ia tawarkan dengan harga $9 melalui website resminya, yang bisa diakses lewat tautan berikut ini.

Sumber: Softpedia

Apple Umumkan macOS High Sierra, Berikut Fitur-Fitur Barunya

Di samping iOS 11, Apple turut memperkenalkan versi terbaru dari macOS. Dijuluki macOS High Sierra, ia melanjutkan jejak macOS Sierra selagi membawa penyempurnaan di balik layar – tidak kelihatan langsung, tapi signifikansinya cukup besar.

Berikut adalah fitur-fitur baru yang paling menarik dari macOS High Sierra.

Apple File System (APFS)

High Sierra menjadi versi macOS pertama dalam 30 tahun terakhir yang menggunakan file system baru. APFS dirancang untuk perangkat generasi modern, dengan arsitektur 64-bit secara native dan sederet fitur keamanan. Imbasnya pada pengguna mungkin tidak langsung terasa, tapi Anda bakal terkejut melihat proses copy file yang sangat cepat, bahkan hampir instan.

High-Efficiency Video Coding (HEVC)

macOS High Sierra turut membawa dukungan untuk codec video H.265 alias HEVC, sama seperti iOS 11, baik untuk playback maupun untuk encoding. HEVC sejatinya menawarkan tingkat kompresi hingga 40% lebih baik ketimbang H.264, yang berarti ukuran file video bisa lebih kecil tanpa mengalami penurunan kualitas.

Metal 2 dan dukungan VR

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, HTC Vive jadi kompatibel dengan perangkat Mac / Apple
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, HTC Vive jadi kompatibel dengan perangkat Mac / Apple

High Sierra memulai debut API grafis Metal 2, yang diklaim bisa meningkatkan performa hingga 10x lipat dibanding versi sebelumnya. Tak melulu soal grafis, developer juga dapat memanfaatkan Metal 2 untuk keperluan machine learning, baik yang melibatkan speech recognition, natural language processing maupun computer vision.

Kehadiran Metal 2 dan penyegaran spesifikasi lini Mac pada akhirnya juga berujung pada dukungan virtual reality. Namun bukan untuk konsumsi, melainkan untuk kreasi konten VR. Lebih lanjut, Apple telah mengajak Valve, Unity dan Epic untuk memboyong development tool mereka ke macOS.

Valve? Ya, headset HTC Vive nantinya dapat disambungkan ke Mac, tapi sekali lagi bukan untuk konsumsi, melainkan lebih mengarah ke proses kreasi konten untuk platform SteamVR. Tidak ketinggalan, Apple pun juga akan meng-update aplikasi Final Cut Pro X supaya pengguna dapat mengedit video 360 derajat.

Safari yang lebih awas soal privasi

Safari pada High Sierra terus menambahkan fitur-fitur yang dirancang untuk melindungi privasi pengguna. Utamanya adalah Intelligent Tracking Prevention, yang akan memastikan pengiklan tidak mengendus riwayat browsing Anda. Bukan, ini bukan untuk memblokir iklan, melainkan menjaga supaya iklan yang Anda jumpai tidak itu-itu saja berdasarkan riwayat browsing.

Selain itu, Safari juga dapat mendeteksi situs-situs yang biasa memutar video secara otomatis, dan pada akhirnya menghilangkan mood membaca pengguna. Pengguna bebas menyesuaikan pengaturannya, sehingga situs favorit, seperti YouTube misalnya, tetap bisa mengaktifkan fitur autoplay.

Penyempurnaan pada Photos

Fitur editing Photos kini tak kalah dari Photoshop / Apple
Fitur editing Photos kini tak kalah dari Photoshop / Apple

Aplikasi Photos pada High Sierra telah dilengkapi fitur-fitur editing yang lebih komprehensif dan merinci, dan pengguna pun sekarang juga bisa menyunting Live Photos. Anda lebih memilih Photoshop? Aplikasi itu bisa langsung dibuka dari Photos, dan hasil suntingannya juga bisa langsung disimpan kembali ke Photos.

Sinkronisasi iMessage via iCloud

iMessage pada High Sierra semakin efektif berkat sinkronisasi via iCloud, yang berarti semua pesan yang masuk ke iPhone Anda juga akan muncul di Mac. Lebih penting lagi, karena pesan-pesannya disimpan di iCloud, Anda bisa sedikit lebih menghemat storage milik Mac Anda.

macOS High Sierra akan tersedia secara cuma-cuma untuk semua pengguna mulai musim semi mendatang. Asalkan perangkat Anda kompatibel dengan Sierra, nantinya Anda juga bisa menikmati update ke High Sierra.

Sumber: Apple.

Fitur-Fitur Baru iOS 11 yang Perlu Anda Ketahui

Dalam beberapa tahun terakhir, iOS selalu menjadi daya tarik utama dari event WWDC. Tahun ini, iOS memasuki versi yang ke–11, dan bersamanya datang sederet pembaruan yang menarik, termasuk fitur-fitur khusus untuk lini iPad.

Berikut adalah rangkuman fitur-fitur baru iOS 11 yang perlu Anda ketahui.

Akses aplikasi iMessage yang lebih mudah

Seperti yang kita tahu, tahun lalu iOS 10 memperkenalkan aplikasi untuk iMessage, yang memungkinkan pengguna untuk saling berbagi stiker maupun mengakses fungsi-fungsi lainnya. Dengan iOS 11, akses ke aplikasi-aplikasi tersebut jadi semakin mudah berkat desain app drawer baru yang diposisikan tepat di bawah kotak input teks, dan pengguna tinggal menggeser ke kiri atau kanan untuk membuka masing-masing aplikasi.

Tampilan baru App Store

Tampilan aplikasi App Store di iOS 11 / Apple
Tampilan aplikasi App Store di iOS 11 / Apple

Prinsip desain App Store sejatinya tidak berubah sejak fitur ini diluncurkan pertama kalinya. iOS 11 bakal menghadirkan App Store yang benar-benar baru, dengan tab aplikasi dan game yang dipisahkan supaya pengguna bisa lebih mudah menemukan konten yang mereka mau.

App Store baru ini juga menitikberatkan pada aspek kurasi, dengan tab berlabel “Today” yang akan menyoroti sejumlah aplikasi pilihan tim editor internal Apple, termasuk debut aplikasi-aplikasi eksklusif seperti Monument Valley 2, lengkap dengan cerita dari developer-nya.

Penyempurnaan pada Siri

Siri pada iOS 11 punya suara yang lebih alami sekaligus ekspresif. Apple tak lupa menerapkan teknologi machine learning supaya Siri bisa memahami konteks dengan lebih baik dan menawarkan rekomendasi berdasarkan pola penggunaan. Tidak kalah menarik, Siri kini juga siap menerjemahkan bahasa Inggris ke sejumlah bahasa lain.

Apple Pay untuk transfer uang antar pengguna

iOS 11 memperkenalkan fungsi baru layanan Apple Pay, yakni untuk mentransfer uang antar sesama pengguna. Melalui aplikasi Apple Pay yang terintegrasi dalam iMessage, pengguna dapat mengirim dan menerima uang secara instan, atau mereka juga bisa meminta bantuan Siri untuk urusan bagi-bagi uang ini.

Tampilan baru Control Center

Pada iOS 11, Control Center kini menjadi satu dengan app switcher di iPad / Apple
Pada iOS 11, Control Center kini menjadi satu dengan app switcher di iPad / Apple

Control Center pada iOS 11 punya tampilan baru yang lebih ringkas, tidak lagi dibagi menjadi halaman-halaman terpisah. Dipadukan dengan fitur 3D Touch, pengguna dapat mengakses beragam fungsi yang ditawarkan Control Center tanpa perlu menggesernya ke kiri atau kanan lagi.

Fitur kamera baru

Live Photos pada iOS 11 kini bisa dibubuhi sejumlah efek menarik seperti Loop, Bounce maupun Long Exposure. iOS 11 juga memperkenalkan format gambar baru bernama High Efficiency Image File (HEIF) yang menawarkan teknologi kompresi yang lebih efektif ketimbang JPEG.

Video juga mendapat perlakuan yang sama dengan hadirnya dukungan codec H.265, atau yang dikenal juga dengan istilah HEVC. Terakhir, khusus iPhone 7 Plus yang dibekali kamera ganda, fitur Portrait Mode kini dapat memanfaatkan optical image stabilization (OIS), HDR dan True Tone flash.

Peta indoor untuk Apple Maps

iOS 11 menghadirkan peta dalam ruangan untuk Apple Maps yang meliputi sejumlah bandar udara dan pusat perbelanjaan. Tentunya fitur ini sangat bergantung pada lokalisasi, sehingga ketersediaannya masih terbatas di sejumlah kota dan negara saja. Lebih lanjut, mode navigasi kini juga akan menampilkan batas kecepatan dan panduan jalur yang lebih merinci.

Do Not Disturb While Driving

Bicara soal navigasi, iOS 11 memungkinkan pengguna untuk mengaktifkan fitur Do Not Disturb ketika sedang mengemudi. Selagi aktif, semua notifikasi bakal disetop untuk sementara dan layar perangkat akan dimatikan. Saat ada pesan masuk misalnya, perangkat juga dapat mengirimkan balasan secara otomatis untuk memberi tahu bahwa Anda sedang mengemudi.

Dukungan augmented reality (AR)

iOS 11 membawa dukungan native untuk konten augmented reality (AR) / Apple
iOS 11 membawa dukungan native untuk konten augmented reality (AR) / Apple

iOS 11 juga menjadi langkah awal Apple dalam menjajaki ranah augmented reality. Developer dapat mengakses kumpulan API khusus AR yang memadukan teknologi computer vision sekaligus komponen internal perangkat iOS demi menciptakan konten AR yang interaktif sekaligus immersive.

AirPlay 2

iOS 11 memperkenalkan protokol wireless baru AirPlay 2. Perubahannya cukup drastis, dimana AirPlay 2 kini menawarkan dukungan audio multi-room sehingga pengguna dapat mengontrolnya dengan mudah via Control Center, aplikasi Home atau tentu saja, Siri.

Apple Music jadi lebih sosial

Apple Music pada iOS 11 jadi semakin mirip Spotify. Para pelanggan dapat membuat profilnya masing-masing dan mengikuti pengguna lain. Dari situ Apple Music akan menyajikan deretan playlist atau musik yang sedang didengarkan oleh orang-orang yang Anda follow.

Fitur baru khusus iPad

Aplikasi Files untuk iPad / Apple
Aplikasi Files untuk iPad / Apple

Sejauh ini fitur-fitur baru yang ditawarkan iOS 11 mungkin terdengar biasa, akan tetapi pembaruan yang dibawa untuk iPad sangat signifikan, dengan fokus pada aspek multitasking dan produktivitas.

Yang pertama, ada aplikasi baru bernama Files, yang sejatinya merupakan adaptasi Finder dari macOS. Lewat Files, pengguna dapat mengakses semua file, baik yang disimpan di perangkat atau di layanan cloud seperti iCloud Drive, Box, Dropbox maupun Google Drive.

Drag-and-drop pada iOS 11 juga mendukung multi-touch / Apple
Drag-and-drop pada iOS 11 juga mendukung multi-touch / Apple

Dari situ pengguna bisa memindahkan file antar aplikasi dengan mekanisme drag-and-drop seperti di komputer. Tak cuma file, teks maupun link juga bisa dioper dari satu app ke yang lain dengan drag-and-drop.

Dock milik iPad dengan iOS 11 bisa dimunculkan dari aplikasi apa saja / Apple
Dock milik iPad dengan iOS 11 bisa dimunculkan dari aplikasi apa saja / Apple

iOS 11 juga menghadirkan desain dock baru untuk iPad, yang sekarang bisa diisi dengan lebih dari enam aplikasi. Tampilannya mirip dengan di macOS, dan dock ini juga bisa dimunculkan dari dalam aplikasi apa saja. Juga berpenampilan baru adalah app switcher, yang akan semakin mempermudah pengguna berpindah aplikasi.

Integrasi Apple Pencil pada iPad Pro juga semakin mendalam berkat iOS 11. Pengguna dapat mengakses aplikasi Notes dari lock screen hanya dengan menyentuh layar menggunakan Pencil. Notes sendiri kini mengemas fungsi untuk memindai dan menganotasi dokumen.

Seperti biasa, iOS 11 bakal tersedia untuk publik secara cuma-cuma mulai musim semi mendatang. Daftar perangkat yang kompatibel bisa Anda lihat sendiri di situs resmi Apple di bagian paling bawah.

Sumber: Apple.

Tatap Muka Fuchsia OS Merebak, Serupa Android Tapi Tak Sama

Sejak Agustus tahun lalu publik sudah mulai mengendus rencana Google membangun sistem operasi mobile baru yang dinamai Fuchsia OS. Berbeda dengan Android dan Chrome OS, Fuchsia menggunakan kernel sendiri yang disebut dengan Magenta yang secara otomatis meninggalkan Linux Kernel seperti duo OS pertamanya. Sempat mereda, namun belakangan muncul screenshot yang diklaim sebagai tatap muka dari Armadillo UI, tatap muka pertama yang menghiasi Fuchsia OS.

Gambar yang dibeberkan oleh ArsTechnica tampak relatif sederhana. Layar home tampak hampir menyerupai Android dengan area kosong yang sepertinya menjadi rumah bagi widget. Interface juga menampilkan menu tab yang mungkin digunakan untuk menempatkan tatap muka aplikasi yang berbeda layaknya tab di Google Chrome. Kemudian di modus tablet, terlihat Fuchsia OS dapat menjalankan empat aplikasi secara bersamaan. Memberikan banyak benefit kepada pengguna perangkat tablet yang kebanyakan memang dari kalangan korporasi.

fuchsia_2

Ars Technica juga menggaris-bawahi bahwa Google kemungkinan tidak secara serius menggarap sistem operasi ini di masa mendatang, atau berencana menggantikan Chrome OS dan Android secara penuh.

fuchsia_1

Rumor sejauh ini mengindikasikan bahwa Google sedang mencoba menemukan cara paling mudah untuk memperoleh sebuah platform yang menyerupai desktop namun dengan kesederhanaan milik Chrome OS dan Android. Mengingat Google tidak terlalu fokus pada Android untuk tablet, sangat mungkin Fuchsia OS disiapkan untuk mematangkan ekosistem baru bagi perangkat berukuran 7 hingga 9 inci. Ada pula kemungkinan Google akan menjadikan Fuchsia OS sebagai sistem operasi lintas platform yang berpotensi menjadi pasar baru bagi para pengembang tanpa harus menciptakan ulang aplikasi yang sudah mereka hadirkan di platform Android.

Sumber berita Arstechnica.