Igloo Terapkan Blockchain untuk Layanan Insurtech di Bidang Pertanian

Startup insurtech Igloo merilis produk Asuransi Indeks Cuaca berbasis blockchain untuk para petani padi yang belum terlayani asuransi. Asuransi ini memanfaatkan smart contract yang dapat mengotomatisasi klaim berdasarkan tingkat curah hujan yang terjadi.

Asuransi Indeks merupakan pendekatan baru untuk mengatasi risiko kerugian petani akibat bencana alam atau cuaca yang tidak menentu dengan menggunakan data indeks cuaca yang telah ditentukan sebelumnya. Di Indonesia, kondisi cuaca yang tidak menentu sering kali menjadi kendala bagi para petani. Inisiatif ini sebenarnya sudah diungkapkan perusahaan yang ingin memperluas solusi proteksi ke lebih banyak sektor melalui inisiatif, seperti DeFi (Decentralised Finance).

Dari data Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sumatera Selatan menunjukkan bahwa di provinsi tersebut, sebagai daerah penghasil beras terbesar ke-4 di Indonesia, mengalami penurunan hasil padi hingga 1,7 juta ton pada 2021. Penyebabnya dikarenakan pola cuaca yang berubah-ubah hingga terjadi banjir yang menggenangi area pertanian.

Co-founder & CEO Igloo Raunak Mehta menyampaikan, Asuransi Indeks Cuaca yang dihadirkan ini dapat mengurangi risiko petani akibat kondisi cuaca buruk dan merugikan mereka. Produk ini menawarkan proses penyelesaian klaim yang lebih cepat, sederhana, objektif, serta membantu memberikan proses pembayaran berdasarkan peristiwa yang terjadi dan metrik resmi yang dapat diakses publik.

“Asuransi ini diharapkan dapat permudah petani mendapatkan akses asuransi dengan harga premi yang jauh lebih terjangkau,” ucapnya dalam keterangan resmi.

Baru hadir di Vietnam

Asuransi Indeks Cuaca menggunakan data curah hujan dari Vietnam Meteorological and Hydrological Administration (VNMHA) dan dipantau oleh Igloo, asuransi parametrik ini akan membayar kerugian berdasarkan kalkulasi yang telah ditentukan akibat cuaca atau bencana alam. Selain itu, petani juga dapat dengan mudah dan cepat mengajukan klaim tanpa perlu melakukan verifikasi individual sehingga biaya transaksi lebih terjangkau.

Pengaturan pembayaran klaim berbasis blockchain yang diberikan juga mampu meningkatkan transparansi dan konsistensi sehingga menciptakan sistem yang kredibel. Menurut Mehta, tingkat perubahan iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya, ditambah dengan menurunnya rantai pasokan akibat COVID-19, mendorong kebutuhan adanya solusi asuransi pertanian bagi komunitas petani kecil.

Oleh karenanya, pihaknya berupaya memberikan pendekatan yang terintegrasi dengan ekosistem yang lebih luas untuk memperkuat tingkat ketahanan petani yang berfokus pada inovasi produk dan distribusi. “Peluncuran Asuransi Indeks Cuaca berbasis blockchain pertama ini telah memperkuat komitmen kami untuk membuat asuransi lebih mudah diakses dan terjangkau melalui teknologi,” tambah dia.

Sebagai langkah awal, Asuransi Indeks Cuaca telah melindungi lebih dari 5.000 hektar lahan di Vietnam dan ditargetkan untuk melindungi 50.000 hektar dalam beberapa musim ke depan melalui kerja sama dengan sejumlah perusahaan milik negara dan swasta.

Vietnam merupakan salah satu dari lima negara pengekspor beras terbesar di dunia, dengan 95% hasil ekspor berasal dari wilayah Delta Mekong. Meski demikian, produksi pangan tidak lepas dari tantangan kondisi iklim yang kurang baik, seperti banjir dan perubahan pola curah hujan yang mampu menurunkan produksi para petani padi.

Mehta melanjutkan, ke depannya Igloo akan memperluas solusi asuransi Indeks Cuaca di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sebagai negara penghasil beras terbesar ke-3 di dunia. Tingginya risiko akibat perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu diharapkan dapat teratasi dengan solusi Asuransi Indeks Cuaca serta melindungi petani dari kerentanan finansial untuk menanam kembali.

Pencapaian

Diklaim, hingga saat ini Igloo telah memfasilitasi lebih dari 300 juta polis di Asia Tenggara dan berencana untuk memperluas solusi perlindungan ke sektor yang belum terlayani asuransi dengan pemanfaatan teknologi yang canggih. Potensi bisnis Igloo yang kuat terletak pada pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara yang diperkirakan mencapai 300 miliar dolar Amerika pada 2025.

Igloo sendiri berbasis dari Singapura dengan kantor yang tersebar di Indonesia, Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia dengan pusat teknologi di India dan Tiongkok. Dalam data sebelumnya, diklaim Igloo mencetak kenaikan gross written premium (GWP) sebesar tiga kali lipat pada 2021.

Perusahaan memiliki lebih dari 30 kemitraan besar dan jejak regional yang terus meningkat. Igloo berambisi ingin memfasilitasi lima persen Premi Asuransi Umum untuk lima tahun ke depan di regional ini. Dalam mewujudkan ambisi tersebut pada Maret 2022, perusahaan mengumumkan pendanaan Seri B senilai $19 juta yang dipimpin Cathay Innovation dengan partisipasi dari investor sebelumnya, termasuk Openspace. Pendanaan ini membuat total pendanaan yang diterima perusahaan mencapai lebih dari $36 juta.

Rangkaian inovasi yang dilakukan perusahaan adalah meluncurkan platform berbasis AI, Ignite, untuk meningkatkan produktivitas mitra agen asuransi dan penjualan, serta mempercepat proses penjualan menjadi lebih sederhana dan efisien. Ignite menawarkan beragam produk asuransi dalam satu platform, mulai dari asuransi motor dan kecelakaan diri yang disediakan oleh perusahaan asuransi yang telah bermitra. Disebutkan ada lebih dari 1000 mitra agen yang telah memanfaatkan platform ini.

Sebelum meluncurkan Ignite, Igloo juga menawarkan embedded insurance di Indonesia yang bekerja sama dengan berbagai mitra, seperti RedDoorz yang menawarkan Guest Protection (Proteksi pelanggan), Layanan keuangan digital DANA yang menawarkan Gadget and Gamer’s Health Protection (proteksi gawai dan kesehatan gamer), serta perusahaan e-commerce ternama Bukalapak yang menawarkan enam produk seperti transit, elektronik, proteksi barang dan lainnya.

Kliring Berjangka Indonesia Mulai Terapkan Teknologi Blockchain di Aplikasi Resi Gudang

PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) atau dikenal juga sebagai KBI melakukan telah melakukan soft-launching aplikasi IS-Ware NextGen, pengembangan dari Aplikasi Resi Gudang yang sudah ada sejak tahun 2010 silam. Ada beberapa elemen pembaruan, salah satunya adalah penerapan teknologi blockchain dan smart contract di dalamnya.

Melalui aplikasi tersebut pemilik komoditas yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia bisa mendaftarkan dagangannya ke dalam Sistem Resi Gudang untuk dapat diterbitkan dokumen Resi Gudang secara real-time. Dengan demikian pemilik komoditas dapat segera melakukan kegiatan penjaminan atau perdagangan agar nilai dari komoditas tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal.

“Pengembangan aplikasi ini, tentu dalam upaya kami menghadapi industri 4.0. Selain itu, pengembangan aplikasi ini juga merupakan upaya kami sebagai pusat registrasi Resi Gudang untuk meningkatkan ekosistem Resi Gudang Nasional. Dengan perkembangan teknologi yang ada, mau tidak mau juga harus kita terapkan dalam hal registrasi Resi Gudang,” terang Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia Fajar Wibhiyadi.

Kolaborasi KBI dengan teknologi blockchain sebelumnya pernah tercermin pada kerja sama dengan Indodax akhir September silam. Saat itu Indodax menerapkan pilot project pembayaran via kliring agar transaksi aset kripto di platformnya lebih aman.

Co-Founder & CEO Indodax Oscar Damawan waktu itu menjelaskan bahwa KBI sebagai gateway semua aktivitas pembayaran atau transaksi seperti deposit dan withdraw di mana uang para member Indodax dalam project prototype ini akan disimpan di bank kustodian.

“Dengan teknologi blockchain yang digunakan, ke depan sangat memungkinkan ekosistem resi gudang dapat menggunakan Resi Gudang tanpa warkat (scriptless). Itu akan sangat membantu para pelaku Resi Gudang. Hal ini dikarenakan dari sisi biaya akan menjadi lebih ekonomis, aman karena tidak dapat dipalsukan, memiliki ketahanan karena tidak mudah rusak. Selain itu, proses registrasinya akan lebih cepat karena dilakukan secara online dan instan,” tambah Fajar.

Terkait Resi Gudang di Indonesia, KBI menyampaikan bahwa sampai dengan kuartal tiga tahun 2020 menunjukkan pertumbuhan nilai pembiayaan sebesar 36% dibandingkan dengan kuartal tiga tahun sebelumnya. Hingga akhir September 2020 tercatat penerbitan di Resi Gudang sebanyak 259, dengan nilai total sebesar Rp56,8 miliar.

“Kita tahu, dengan memanfaatkan Resi Gudang, masyarakat pemilik komoditas akan mampu menjaga kestabilan harga, yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf ekonominya,” tutup Fajar.

SIX Network Ekspansi ke Indonesia, Bawa Sejumlah Produk Blockchain untuk Industri Kreatif

Pengembang teknologi blockchain dan smart contract SIX Network hari ini (17/10) mengumumkan ekspansinya ke Indonesia. Perusahaan asal Thailand ini akan membawakan sejumlah produk terdesentralisasi andalannya, meliputi SIX Digital Asset Wallet, Decentralized Financial Services, dan Wallet-to-Wallet (W2W) Decentralized Commerce.

Platform tersebut dapat menyimpan aset-aset digital seperti cryptocurrencies secara online dan dapat dikirimkan ke pengguna lain tanpa perantara. SIX Network sebelumnya telah berhasil meluncurkan Innitial Coin Offering (ICO) pada Maret 2018 dan telah menjual semua tokennya (520.000.000 token) kepada publik Juni 2018.

“Setelah Jepang dan Tiongkok, kami ingin memperkenalkan produk ke Indonesia karena cryptocurrency telah diterima dan mengalami pertumbuhan yang mengejutkan. Kami berharap dengan masuk ke Indonesia dapat menjangkau investor yang tertarik untuk berinvestasi di cryptocurrency melalui platform kami,” ujar Co-founder & Co-CEO SIX Network, Natavudh Pungcharoenpong.

Dalam keterangannya, SIX Network juga akan memberikan perhatian pada masalah transaksi aset digital pelaku industri kreatif. Beberapa contoh permasalahan yang diungkapkan di antaranya tentang biaya transaksi yang tinggi, likuiditas keuangan yang rendah dari perantara dan pekerja kreatif, ketidakmampuan dalam memodernisasi aset digital, hingga distribusi konten dengan hak kepemilikan yang tidak jelas.

SIX Network memiliki platform SIX Token dan SIX Aplication yang dirancang untuk menjadi token bisnis yang memecahkan masalah likuiditas untuk industri kreatif. Aplikasi SIX bertujuan untuk menjadi lebih dari sekedar dompet untuk menyimpan token, tetapi akan menjadi solusi lengkap untuk semua kebutuhan dalam transaksi digital.

SIX Network juga memiliki SIX Blockchain Startup Fund yang bertujuan untuk mengakselerasi pembaruan ekonomi digital. Tujuan dari Blockchain Startup Fund adalah untuk menjadi dana tahap awal dengan program inkubasi untuk pengembang dan pendiri startup, karena para startup akan menjadi pemain penting di era revolusi digital ini.

SIX Network
Inisiatif pembiayaan startup melalui blockchain / SIX Network

“Sebagai salah satu negara terbesar pengguna internet, beberapa pelaku industri kreatif digital Indonesia masih belum mampu dalam memodernisasi aset digital. Oleh sebab itu, kami hadir untuk menetapkan standar global pada aset digital untuk menyimpan, menghubungkan dan memperdagangkan semua aset digital secara terdesentralisasi dengan teknologi blockchain,” tambah Natavudh.

SIX Network merupakan perusahaan joint venture antara OOKBEE U (salah satu portofolio Tencent) dengan Yello Digital Marketing dan Computerlogy, grup perusahaan yang berbasis di Thailand dan Korea.