[Review] Vivo V17 Pro: Smartphone Cantik Enam Kamera tanpa Notch

Kamera selalu menjadi pilihan teratas yang menentukan seseorang untuk membeli sebuah smartphone. Dan saat ini, era empat kamera sepertinya sudah dimulai. Tentu saja, karena kebutuhan fotografi mengharuskan fotografer untuk mengubah lensa agar hasilnya lebih prima. Akan tetapi, pada perangkat terbaru Vivo, kamera yang terpasang ada enam buah, empat pada bagian belakang dan dua untuk swafoto.

Vivo V17 Pro

Perangkat baru tersebut adalah Vivo V17 Pro. Vivo V17 Pro memiliki desain layar penuh tanpa poni yang kadang membuat orang cukup terganggu. Sebagai gantinya, Vivo menyematkan kamera mekanik untuk mengambil swafoto. Akan tetapi, kameranya tidak hanya satu. Vivo menyematkan dua kamera untuk mengambil gambar selfie dengan lensa yang berbeda.

SoC yang digunakan pada Vivo V17 Pro sayangnya lebih rendah dari Vivo Z1 Pro. Padahal, Vivo V17 Pro merupakan flagship yang beredar di Indonesia.

Spesifikasi dari Vivo V17 Pro adalah sebagai berikut

SoC Snapdragon 675
CPU 2×2.0 GHz Kryo 460 Gold & 6×1.7 GHz Kryo 460 Silver
GPU Adreno 612
RAM 8 GB
Internal 128 GB
Layar 6,44 inci 2400×1080 Super AMOLED
Dimensi 159 x 74.7 x 9.8 mm
Bobot 201,8 gram
Baterai 4100 mAh
OS Android Pie 9.0 – Funtouch OS 9.1

Spesifikasi yang terbaca pada CPU-Z dan Sensor Box adalah sebagai berikut

Vivo V17 Pro juga datang dengan sebuah tombol pada bagian kiri badannya. Tombol tersebut berfungsi untuk memanggil Google Assistant. Jadi, selain memanggil dengan “OK, Google”, pengguna juga dapat menekan tombol ini untuk mencari sesuatu di internet.

Unboxing

Seperti inilah yang didapatkan saat membuka paket penjualan dari Vivo V17 Pro

Vivo V17 Pro - Unboxing

Desain

Jika melihat desain keseluruhan dari V17 Pro sepertinya memang cukup mirip dengan Z1 Pro. Untuk body bagian belakangnya terbuat dari plastik polikarbonat. Dengan finishing kaca, membuat bagian belakangnya mudah terkena sidik jari. Warna dari perangkat yang kami dapatkan adalah hitam.

Vivo V17 Pro - Sisi Atas

Smartphone Android Vivo V17 Pro memiliki resolusi yang sepertinya paling besar di kelasnya, dengan 2400×1080 dengan rasio layar 20:9. Layarnya sendiri sudah terlindungi dengan Gorilla Glass 6, yang saat ini digadang paling keras di antara semua kaca buatan Corning. Dan seperti biasa, Vivo juga telah memberikan lapisan anti gores sehingga pengguna tidak perlu lagi membelinya. Namun, sangat disarankan untuk membeli tempered glass agar dapat terhindar dari hal yang tidak diinginkan.

Vivo V17 Pro pun tidak menggunakan poni atau notch pada bagian depannya. Hal ini membuat pengguna dapat dengan lega melihat keseluruhan layarnya yang memiliki bingkai tipis di setiap bagiannya. Semua sensor pun diletakkan bersamaan dengan speaker untuk teleponnya.

Vivo V17 Pro - Sisi Kiri

Dengan menggunakan layar berjenis Super AMOLED, membuat perangkat ini bisa ditanamkan sensor sidik jari di bawah layar. Nantinya jika pengguna gagal membuka kunci layar dengan sidik jari, Vivo V17 Pro bakal menggunakan kamera depan untuk membuka melalui pengenalan wajah. Jadi, fungsi pengenalan wajah hanya bisa digunakan saat terjadi kegagalan deteksi sidik jari selama tiga kali.

Pada bagian kanan V17 Pro dapat ditemukan tombol power dan volume naik serta turun. Pada bagian kiri terdapat tombol Google Assistant. Pada bagian bawahnya terdapat slot SIM, USB-C, speaker, dan microphone. Lalu di bagian atasnya akan ditemukan Dual Pop-Up Selfie module dan port audio 3.5 mm.

Vivo V17 Pro - Sisi Kanan

Vivo V17 Pro menggunakan sistem operasi Android 9 Pie. Antar muka yang digunakan bernama FunTouch dengan versi 9. Funtouch memisahkan antara jendela notifikasi yang bisa dibuka dengan melakukan slide dari ujung layar atas ke bawah dan quick menu yang bernama shortcut center dengan melakukan slide dari ujung bawah layar ke atas.

Vivo V17 Pro - Sisi Bawah

Jaringan

Vivo Z1 Pro sudah mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia. Dukungan 4G LTE yang diberikan pada smartphone ini meliputi band 1(2100), 3(1800), 5(850), 8(900), dan 40(2300) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia.

Kamera

Seri V merupakan perangkat flagship dari Vivo di Indonesia. Oleh karena itu, Vivo pun memasangkan sensor yang bisa menghasilkan gambar yang bagus pula. Pada Vivo V17 Pro, kameranya menggunakan sensor dari merek-merek ternama seperti Sony, Samsung, dan juga Omnivision.

Untuk kamera utamanya, Vivo menggunakan sensor Sony IMX 582 dengan pengambilan gambar hingga resolusi 48 megapiksel. Kamera lainnya adalah 8 MP untuk ultra wide angle 120 derajat, 2 MP makro, dan 2 MP depth.

Hasil dari kamera utamanya memang tergolong bagus. Pada saat kondisi cahaya cukup, Anda akan mendapatkan gambar yang tajam serta minim noise. Pada kondisi rendah cahaya, gunakan saja mode malam yang ada pada smartphone ini agar gambarnya menjadi lebih baik.

Kamera wideangle yang dimiliki oleh Vivo V17 Pro juga cukup apik. Walaupun tidak sebagus kamera utamanya, tetapi setidaknya hasilnya dapat diandalkan.

Kamera depannya juga bisa menghasilkan gambar yang baik. Tentu saja peningkatan kualitas gambar dari waktu ke waktu membuat Vivo V17 Pro memiliki kamera yang paling baik saat ini di antara seri V yang pernah mereka keluarkan.

Untuk kamera makro, sepertinya Anda akan mendapatkan hasil yang jauh lebih baik dengan menggunakan zoom 2x pada kamera utama. Hasilnya kurang tajam dan beresolusi rendah.

Pengujian

Smartphone Vivo V17 Pro menggunakan chipset mainstream yang saat ini belum digunakan oleh produsen smartphone lainnya, yaitu Snapdragon 675. Snapdragon 675 sendiri menggunakan dua inti Snapdragon Kryo 460 yang berbasis Cortex A76.

Dengan menggunakan SoC tersebut, kinerja bermain game sudah pasti tidak perlu diragukan lagi. Game yang kami coba pada perangkat ini adalah PUBG Mobile, LifeAfter, dan CoD Mobile. Walaupun begitu, Anda yang bertangan besar sepertinya harus menyesuaikan tombol di layar karena layout-nya sedikit bergeser.

Untuk pengujian kali ini, saya menghadirkan kembali SoC Snapdragon 710 dan 660. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan kinerja ketiga SoC yang saat ini sepertinya bakal banyak digunakan. Berikut adalah hasilnya

Uji Baterai dengan MP4

Pengujian kami kali ini menggunakan video MP4 yang dimainkan secara berulang-ulang. Videonya sendiri menggunakan resolusi 1920×1080 dengan codec H.264 dan berdurasi 120 menit. Kami tidak menggunakan BatteryXPRT karena algoritma penghemat baterai yang sangat ketat pada FunTouch 9.1.

Pengujian berlangsung selama 13 jam 35 menit pada unit yang kami dapatkan. Setelah baterai habis dan perangkat mati, kami langsung menguji Dual Engine dengan charger bawaan Vivo V17 Pro. Hasilnya, kami dapat mengisi sampai penuh dalam waktu 1 jam 35 menit dengan kondisi perangkat dinyalakan.

Verdict

Menggunakan smartphone premium saat ini memang sejalan dengan lifestyle dari seseorang. Oleh karena itu, para vendor smartphone berlomba-lomba untuk mendesain perangkat mereka dengan model yang bagus. Vivo adalah salah satunya yang mampu mendesain perangkat dengan bagus yang mereka wujudkan dalam perangkat V17 Pro.

Kinerja yang dimiliki oleh perangkat premium ini memang sangat baik. Kinerjanya bahkan hanya sedikit terpaut di bawah Snapdragon 712, sehingga dapat digunakan untuk menjalankan aplikasi sehari-hari dengan baik. Selain itu, kinerjanya juga dipastikan dapat menjalankan game-game yang ada di Play Store dengan setting tinggi.

Kinerja itu dibarengi dengan baterai yang berkapasitas besar. Dengan begitu, pengguna yang juga suka bermain game berat seperti COD Mobile tidak akan cepat kehabisan baterai. Perangkat ini bahkan bisa digunakan sampai dengan dua hari dalam pemakaian normal.

Kamera utama dari Vivo V17 Pro memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Hasil gambarnya sangat baik dalam segala kondisi. Kamera depannya juga mampu mengambil momen dengan baik. Hal ini membuat kamera depan dan belakangnya bisa diandalkan dalam mengambil momen di segala kegiatan.

Harga yang dimiliki oleh Vivo V17 Pro adalah Rp. 5.699.000. Harga ini memang tergolong sedikit lebih tinggi. Walaupun begitu, Vivo ingin memasarkan perangkat yang satu ini untuk kelas yang lebih tinggi dari mainstream. Untuk yang membutuhkan kinerja tinggi dengan harga lebih murah, rasanya Z1 Pro lebih cocok untuk dimiliki.

Sparks

  • Kinerja tinggi
  • Hasil kamera utama dan selfie bagus
  • Desain cantik
  • Layar penuh tanpa notch
  • USB-C (Akhirnya)
  • Pemindai sidik jari responsif

Slacks

  • Harga cukup tinggi
  • Kamera makro lebih buruk hasilnya dari zoom digital 2x
  • Tidak ada NFC
  • Face Unlock hanya digunakan saat sidik jari tidak terdeteksi 3x

Google Pixel 4 dan Pixel 4 XL Hadir dengan Sejumlah Terobosan, Tapi Juga Sedikit Tertinggal di Sejumlah Aspek

Setelah segudang rumor beredar di belantara internet, Google Pixel 4 akhirnya resmi diperkenalkan. Salah satu smartphone yang paling diantisipasi di tahun 2019 ini datang membawa sejumlah terobosan, tapi di saat yang sama juga masih tertinggal di beberapa aspek.

Terobosan yang pertama adalah layarnya. Baik Pixel 4 maupun Pixel 4 XL sama-sama mengemas layar dengan refresh rate 90 Hz, fitur yang sejauh ini masih tergolong belum mainstream bahkan di kelas smartphone flagship. Panelnya sendiri merupakan panel AMOLED; 5,7 inci beresolusi 2280 x 1080 pixel (444 ppi) pada Pixel 4, 6,3 inci beresolusi 3040 x 1440 pixel (537 ppi) pada Pixel 4 XL.

Yang sangat disayangkan adalah, di saat OnePlus bisa menyajikan layar 90 Hz dengan notch kecil atau malah tanpa notch sama sekali, Pixel 4 dan Pixel 4 XL masih saja mengemas bezel yang cukup tebal. Kendati demikian, saya akui penampilannya masih jauh lebih menarik ketimbang Pixel 3 XL yang ukuran poninya sungguh kelewatan.

Google Pixel 4

Namun Google punya alasan tersendiri mengapa bezel tebal itu harus eksis pada Pixel 4 dan Pixel 4 XL. Bagian tersebut merupakan rumah dari sederet sensor dan kamera untuk mewujudkan fitur face unlock, tidak ketinggalan juga radar. Ya, radar, spesifiknya yang berukuran mungil yang sudah lama Google kembangkan di bawah nama Project Soli.

Radar itu berfungsi untuk mendeteksi tangan pengguna yang mendekat, sehingga deretan sensor dan kameranya bisa langsung sigap memindai wajah pengguna secara instan. Sebaliknya, ketika ponsel diletakkan di atas meja misalnya, layarnya otomatis akan mati karena radarnya mendeteksi tangan pengguna menjauh.

Fungsi lain dari radar tersebut adalah untuk mewujudkan fitur gesture pada Pixel 4. Mulai dari mematikan alarm sampai mengganti lagu di aplikasi musik, semuanya bisa dilakukan dengan melambaikan tangan di atas layar perangkat.

Selanjutnya, mari membahas aspek yang paling diprioritaskan para konsumen seri Pixel, yakni kamera. Untuk pertama kalinya, ada lebih dari satu kamera di belakang sebuah Pixel. Ya, Pixel 4 dan Pixel 4 XL mengemas dua kamera belakang sekaligus: 12 megapixel f/1.7 dengan OIS dan teknologi Dual Pixel, serta telephoto (2x optical zoom) 16 megapixel f/2.4, juga dengan OIS.

Sebaliknya, kamera depannya justru hanya satu sekarang, bukan sepasang seperti pada Pixel 3. Meski begitu, kamera depannya yang beresolusi 8 megapixel ini punya lensa f/2.0 dengan cakupan cukup lebar (90°). Untuk video, perekaman dalam resolusi 4K 30 fps cuma dapat dilakukan dengan kamera belakangnya, sedangkan kamera depannya terbatas di 1080p 30 fps.

Kalau melihat riwayat seri Pixel selama ini, software memegang peran yang sama pentingnya dengan hardware saat berbicara tentang kamera. Pixel pada dasarnya memperkenalkan dunia kepada fitur Night Mode (Night Sight kalau di kamus Google), yang sekarang menjadi andalan produsen-produsen smartphone. Pixel 4 membawa fitur ini ke level yang lebih tinggi lagi, tepatnya level astrophotography.

Jadi bukan cuma untuk melihat dalam kegelapan, Night Sight sekarang juga berguna untuk memotret langit berbintang apabila kondisinya memungkinkan (tidak ada bulan misalnya). Kabar baiknya, kapabilitas astrophotography ini juga bakal hadir di Pixel 3 dan Pixel 3a melalui software update.

Google Pixel 4

Beralih ke performa, di sinilah Pixel 4 dan Pixel 4 XL terasa agak sedikit tertinggal. Di saat ponsel-ponsel lain yang dirilis dalam dua bulan terakhir hadir mengusung chipset Qualcomm Snapdragon 855 Plus, Pixel 4 cuma dibekali Snapdragon 855 standar. Selisih performanya memang tidak jauh, tapi ini semestinya tidak boleh menjadi alasan di kelas flagship.

Menemani chipset itu adalah RAM 6 GB dan pilihan storage internal 64 atau 128 GB, tidak ada opsi yang lebih besar lagi. Untuk baterai, Pixel 4 mengemas modul berkapasitas 2.800 mAh, sedangkan Pixel 4 XL dengan 3.700 mAh. Keduanya sama-sama mendukung fast charging 18 W serta Qi wireless charging.

Komponen lain yang tak kalah esensial adalah Pixel Neural Core, sebuah chip yang didedikasikan untuk memproses fitur-fitur berbasis AI atau machine learning. Kehadiran chip ini membuat Pixel 4 tidak harus selalu bergantung pada cloud server, sehingga beberapa fitur pun bisa langsung dijalankan secara lokal di perangkat.

Google Pixel 4

Karena berjalan secara lokal, prosesnya otomatis jadi lebih cepat, dan privasi konsumen pun jadi bisa lebih terjaga ketimbang selamanya mengandalkan komunikasi dengan server. Salah satu contoh kehebatan Pixel Neural Core dalam memproses secara lokal bisa dilihat pada aplikasi perekam audio baru yang tersedia di Pixel 4.

Selagi merekam audio, aplikasi rupanya juga bakal membuatkan transkripnya secara otomatis dan secara real-time, dan ini bisa berlangsung meski perangkat sedang dalam posisi airplane mode, menandakan bahwa semua pengolahannya berlangsung di secara lokal. Untuk sekarang, fitur ini cuma tersedia untuk bahasa Inggris saja, tapi Google bilang dukungan atas bahasa lainnya bakal segera menyusul.

Google menetapkan 24 Oktober sebagai tanggal pemasaran perdana Pixel 4. Harganya dipatok mulai $799 untuk Pixel 4, atau mulai $899 untuk Pixel 4 XL, dan konsumen bisa memilih satu dari tiga pilihan warna yang tersedia. Menariknya, Google menyebut kedua ponsel ini bakal dipasarkan secara global. Apakah ini berarti Indonesia bakal kebagian jatah secara resmi? Semoga saja demikian.

Sumber: Google.

Nubia Z20 Andalkan Sepasang Layar Sebagai Solusi Terhadap Absennya Kamera Depan

Dua tahun terakhir ini bezel layar seakan menjadi musuh terbesar para produsen sekaligus konsumen smartphone. Tren ini pada akhirnya menimbulkan masalah baru: di mana sebaiknya kamera selfie ditempatkan? Di notch? Di atas dengan model pop-up? Atau sekalian saja tanpa kamera selfie sama sekali?

Cara yang terakhir ini nyaris mustahil diterapkan, sebab kita tahu fungsi kamera depan bukan sebatas untuk mengambil selfie saja, melainkan juga untuk video calling. Namun fakta tersebut rupanya tidak mencegah produsen smartphone mencoba menghilangkan kamera depan sepenuhnya demi mewujudkan ponsel tanpa bezel yang sebenarnya.

Produsen yang saya maksud adalah Nubia, yang memulai kiprahnya sebagai sub-brand ZTE di tahun 2012. Mereka baru saja memasarkan Nubia Z20, smartphone flagship dengan layar masif dan tanpa satu pun kamera yang menghadap ke depan. Sebagai gantinya, Nubia justru menambatkan sebuah layar ekstra pada panel belakang Z20.

Nubia Z20

Kenapa harus ada layar kedua tersebut? Supaya pengguna dapat mengambil selfie atau melakukan panggilan video menggunakan kamera belakangnya. Selain itu, layar belakangnya ini juga bisa berfungsi sebagai always-on display, menampilkan sejumlah informasi seperti jam atau notifikasi selagi perangkat Anda tengkurapkan di atas meja.

Saat layar belakangnya mati, punggung Z20 kelihatan seperti ponsel lain yang hanya memiliki layar di sebelah depan. Meski sama-sama menggunakan panel AMOLED, ukuran dan resolusi layar belakangnya ini lebih kecil ketimbang yang di depan; 5,1 inci HD dibanding 6,42 inci full-HD pada layar utamanya.

Seperti yang bisa Anda lihat, layar depannya cuma menyisakan segaris bezel di atas dan bawah, dengan bagian samping kiri dan kanan yang melengkung mengikuti kontur bodi. Tidak ada sensor sidik jari di balik layarnya, Nubia justru mengintegrasikannya dengan tombol power di sebelah kanan.

Nubia Z20

Duduk di atas layar belakangnya adalah trio kamera dengan konfigurasi sebagai berikut: 48 megapixel (Sony IMX586) f/1.7 OIS, ultra-wide (122°) 16 megapixel f/2.2, telephoto (3x optical zoom) 8 megapixel f/2.4. Nubia bilang Z20 mampu merekam video 8K, tapi dalam kecepatan 15 fps saja, sehingga menurut saya hasilnya kurang layak ditonton ketimbang yang direkam dalam resolusi 4K 30 fps.

Urusan spesifikasi, Z20 mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 855 Plus, sama seperti ponsel flagship terkini lainnya. RAM-nya berkapasitas 8 GB, sedangkan storage internalnya 128 GB. Baterainya cukup besar dengan kapasitas 4.000 mAh, lengkap dengan dukungan fast charging 27 W yang diklaim bisa terisi penuh dalam waktu kurang dari 100 menit.

Nubia Z20 saat ini sudah dipasarkan seharga $549. Indonesia rupanya termasuk salah satu negara pertama yang kebagian jatah penjualannya, meski harganya di pasar lokal masih belum diketahui. Pilihan warnanya sendiri ada dua, akan tetapi yang baru tersedia untuk sekarang hanya yang warna hitam.

Sumber: Android Police dan Nubia.

Ultah Realme Pertama: Smartphone Apa Saja yang Telah Dirilis?

Tanggal 9 Oktober mungkin merupakan sebuah momen yang penting bagi Realme. Pasalnya, pada tanggal 9 Oktober 2018 lalu, Realme pertama kali meluncurkan smartphone mereka di Indonesia. Dan pada tanggal 9 Oktober 2019 lalu, Realme merayakan tepat satu tahun umur mereka di Indonesia dan diselenggarakan pada restoran Plataran Menteng, Jakarta.

Realme pertama kali diperkenalkan dengan membawa nama OPPO. Dulu, OPPO pernah meluncurkan perangkat dengan nama OPPO Real. Itulah cikal bakal merek Realme menjadi kenyataan. Pada akhirnya, Realme pun berpisah dengan OPPO dengan membangun brand mereka sendiri.

Realme pertama meluncurkan perangkat dengan nama Realme 1. Namun perangkat ini tidak diluncurkan di Indonesia. Lalu apa saja yang diluncurkan oleh Realme di Indonesia? Berikut adalah perangkat-perangkatnya yang diluncurkan di Indonesia.

9 Oktober 2019: Realme 2, Realme 2 Pro, dan Realme C1

 

Realme 2 feat

Tidak tanggung-tanggung, pertama kali Realme memperkenalkan diri di Indonesia dengan langsung meluncurkan tiga perangkat. Ketiganya adalah Realme C1 untuk entry level, Realme 2 untuk mainstream, dan Realme 2 Pro untuk kelas mainstream dan atasnya.

Realme 2 dan Realme C1 masing-masing menggunakan system-on-chip Snapdragon 450. Sedangkan Realme 2 Pro menggunakan system-on-chip Snapdragon 660.  Realme 2 Pro juga perangkat pertama yang menggunakan poni dengan model Waterdrop.

Realme 2 dan C1 pun juga menggunakan baterai berkapasitas sama, 4230 mAh. Sedangkan Realme 2 Pro menggunakan kapasitas yang lebih rendah, 3500 mAh. Harga yang ditawarkan pun juga sangat menarik sehingga tidak heran jika perangkatnya booming di pasar Indonesia. Selengkapnya bisa Anda baca pada tautan yang satu ini.

10 Desember 2018: Realme U1

 

Realme U1

Hanya berselang dua bulan saja, Realme kembali mengagetkan pasar Indonesia dengan perangkat baru. Realme meluncurkan perangkat dengan kode U1, yang khusus dibuat untuk mereka yang gemar melakukan swafoto. Tidak tanggung-tanggung, kamera depannya menggunakan sensor Sony IMX 576.

Realme U1 menggunakan SoC Mediatek Helio P70 yang mereka klaim bisa lebih baik dibandingkan dengan Realme 2 Pro. Kelas yang dituju sepertinya juga sama dengan Realme 2 Pro, karena memiliki rentang harga yang mirip.

Peluncuran Realme U1 juga bersamaan dengan pengumuman perubahan logo dari perusahaan asal Tiongkok ini. Selain itu, mereka juga mengumumkan bahwa saat itu, Realme sudah tidak lagi di bawah OPPO. Dengan kata lain, Realme sudah menjadi sebuah perusahaan sendiri!

12 Maret 2019: Realme 3

 

Realme 3_2

Tiga bulan kemudian, Realme kembali meluncurkan perangkat terbarunya. Smartphone pertama yang diluncurkan pada tahun 2019 adalah Realme 3. Perangkat ini merupakan smartphone pertama Realme yang memiliki fasilitas ChromaBoost dan Nightscape, sehingga memungkinkan pengambilan gambar saat gelap.

SoC yang digunakan pada perangkat yang satu ini adalah MediaTek Helio P60. Realme mengatakan bahwa penggunaan P60 terkait dengan mesin AI yang mereka miliki. Hal tersebut juga dibantu dengan menggunakan baterai besar 4230.

Realme Indonesia juga menyatakan bahwa pada peluncuran Realme 3 ini, mereka membuka Camera2 API untuk penggunaan kamera pihak ketiga. Selain itu, mereka juga memperbolehkan para penggunanya untuk membuka bootloader agar dapat melakukan rooting serta menggunakan sistem operasi pihak ketiga seperti LineageOS.

8 Mei 2019: Realme 3 Pro dan C2

Hanya berselang dua bulan saja, Realme 3 Pro diluncurkan. Selain itu, Realme juga memperkenalkan C2 yang diklaim oleh Realme sebagai ‘The New Entry-level King‘ di Indonesia. Keduanya menggunakan poni dengan model Dew Drop.

Realme menyematkan Snapdragon 710 AIE pada 3 Pro, sedangkan pada C2 menggunakan chipset buatan Mediatek, yaitu Helio P22. Realme 3 Pro menggunakan sensor Sony IMX 519 pada bagian belakangnya, yang diklaim mampu memberikan kualitas gambar paling baik dengan rentang harga yang diberikan.

Realme 3 Pro juga merupakan perangkat pertama mereka yang menggunakan feature VOOC 3 kepunyaan OPPO. Dengan VOOC 3, Realme 3 Pro dapat diisi ulang sampai penuh hanya dalam waktu 80 menit saja.

25 Juli 2019: Realme X

(Lagi-lagi) berselang hanya dua bulan saja, Realme kembali meluncurkan perangkat terbarunya. Kali ini, mereka meluncurkan Realme X, sebuah smartphone yang memiliki layar penuh tanpa poni. Pada perangkat ini juga pertama kali Realme menggunakan kamera mekanik untuk melakukan swafoto.

Tidak tanggung-tanggung, Realme X menggunakan sensor Sony IMX 586 yang mampu mengambil gambar hingga 48 MP. Perangkat ini juga yang pertama tidak memiliki microSD agar mendapatkan kinerja yang tinggi.

Realme juga pertama kali menggunakan tema sebuah film pada perangkatnya. Pada saat peluncurannya, Realme X juga diluncurkan dalam versi “Spiderman: Far From Home”. Realme X juga ditempatkan untuk bersaing dengan perangkat-perangkat flagship yang ada dipasaran.

19 September 2019: Realme 5 dan Realme 5 Pro

Terakhir, Realme memulai era perangkat dengan empat kamera pada bagian belakangnya pada bulan September 2019 lalu. Era tersebut dimulai dengan peluncuran dari Realme 5 dan 5 Pro. Keduanya menggunakan kamera wideangle 119 derajat, normal, makro, dan depth untuk bokeh.

Realme 5 Pro menggunakan Snapdragon 712 dan Realme 5 menggunakan Snapdragon 665. Realme juga membuat kapasitas baterai pada kedua perangkat ini menjadi lebih besar. Realme 5 Pro menjadi 4000 mAh, sementara Realme 5 menjadi 5000 mAh.

 

 

Infografis Realme

Setelah ini, Realme akan lagi mengeluarkan perangkat-perangkat baru yang tentunya juga membawa teknologi baru. Pada tanggal 23 Oktober 2019 nanti, Realme akan mengeluarkan Realme XT, sebuah perangkat dengan kamera beresolusi 64 MP.

Lalu apa lagi yang bakal diluncurkan oleh Realme? Kita nantikan saja perjalanan mereka di tahun-tahun berikutnya.

Anda bisa menonton beberapa video tentang smartphone Realme di bawah ini:

OnePlus 7T Pro Adalah Update Minor Terhadap OnePlus 7 Pro

OnePlus resmi membuat konsumennya kebingungan tahun ini. Hanya selang empat bulan setelah meluncurkan OnePlus 7 dan 7 Pro, mereka merilis OnePlus 7T yang punya banyak kemiripan dengan 7 Pro. Belum ada satu bulan berjalan, sekarang giliran OnePlus 7T Pro yang menyusul.

Empat ponsel yang berbeda dalam satu tahun, dan semuanya sebenarnya bisa dibilang tidak jauh berbeda satu sama lain. OnePlus 7T contohnya, ia mengemas layar 90 Hz yang sama seperti 7 Pro, akan tetapi yang masih ‘dinodai’ notch. Di saat yang sama, performa 7T justru sedikit di atas 7 Pro berkat penggunaan chipset Snapdragon 855 Plus.

OnePlus 7T Pro

Daripada semakin bingung, ada baiknya kita membahas OnePlus 7T Pro dengan membandingkannya secara eksklusif dengan 7 Pro. 7T Pro tidak lebih dari penyegaran spesifikasi terhadap 7 Pro, terlepas dari selisih umur yang amat pendek di antara keduanya.

Apa saja yang diperbarui? Pertama adalah chipset, yang naik dari Snapdragon 855 menjadi 855 Plus pada 7T Pro. Tidak seperti 7 Pro, 7T Pro hanya tersedia dalam varian dengan RAM 8 GB dan storage tipe UFS 3.0 berkapasitas 256 GB. Kalau mau RAM yang lebih besar lagi, Anda harus memilih 7T Pro edisi khusus McLaren yang dilengkapi RAM 12 GB.

OnePlus 7T Pro McLaren Edition

Kapasitas baterai 7T Pro juga secuil lebih besar dari 7 Pro; 4.080 mAh dibanding 4.000 mAh. Ya, 80 mAh mungkin hampir tidak ada artinya, tapi untungnya 7T Pro sudah mendukung teknologi pengisian terbaru Warp Charge 30T (yang diperkenalkan bersama OnePlus 7T), yang diklaim bisa mengisi ulang baterai lebih cepat meski output daya dan adaptornya sama persis seperti sebelumnya.

Selebihnya, 7T Pro bisa dibilang identik dengan 7 Pro. Keduanya masih merupakan ponsel pertama OnePlus yang dilengkapi kamera selfie tipe pop-up, sehingga layarnya pun bisa benar-benar penuh tanpa adanya notch. Layarnya juga tetap masif: AMOLED 6,67 inci beresolusi 3120 x 1440 pixel, lengkap dengan refresh rate 90 Hz.

Konfigurasi tiga kamera belakangnya pun sama: 48 megapixel (Sony IMX586) f/1.6 dengan OIS, telephoto (3x optical zoom) 8 megapixel f/2.4 dengan OIS, dan wide-angle 16 megapixel f/2.2. Di depan, ada kamera 16 megapixel f/2.0.

Itu tadi jika dibandingkan dengan 7 Pro, lalu bagaimana jika dibandingkan dengan 7T? Well, kalau mau disederhanakan, konsumen pada dasarnya tinggal memilih apakah mereka keberatan melihat notch pada layar atau tidak. Kalau tidak, pilih 7T. Kalau keberatan, tak ada pilihan lain yang lebih baik dari 7T Pro – 7 Pro menurut saya sudah obsolete sekarang.

Sejauh ini yang baru menjadi target pasar OnePlus 7T Pro adalah Inggris. Di sana, ia dibanderol £699 (± Rp 12,4 juta), sedangkan versi McLaren-nya dibanderol £799 (± Rp 14,2 juta).

Sumber: XDA Developers.

OPPO Luncurkan Reno Ace, Lengkap dengan Edisi Khusus Bertema Gundam

Dengan output sebesar 50 W, teknologi charging SuperVOOC yang terdapat pada OPPO R17 Pro sudah termasuk yang tercepat saat ini, sanggup mengisi penuh baterai perangkat dalam waktu 35 menit saja. Di saat pabrikan lain belum sempat mengejar, OPPO sudah tancap gas dengan versi SuperVOOC yang lebih baru lagi.

Teknologi ini diperkenalkan bersamaan dengan ponsel baru Reno Ace di Tiongkok. OPPO mengklaim baterai Reno Ace yang berkapasitas 4.000 mAh dapat terisi penuh dalam waktu 30 menit saja; lebih cepat 5 menit, padahal kapasitas baterainya juga lebih besar ketimbang milik R17 Pro.

Ini dikarenakan output dayanya naik lagi menjadi 65 W pada versi terbaru teknologi SuperVOOC yang didukung. Andaikata konsumen cuma punya waktu 5 menit, baterai Reno Ace rupanya sudah bisa terisi sekitar 27% dari kapasitas totalnya.

OPPO Reno Ace

Reno Ace juga cukup memikat dari segi spesifikasi. OPPO membekalinya dengan chipset Qualcomm Snapdragon 855 Plus, pilihan RAM berkapasitas 8 GB atau 12 GB, serta storage tipe UFS 3.0 sebesar 128 GB atau 256 GB.

Layarnya pun juga istimewa meski masih menyimpan notch. Reno Ace menggunakan panel AMOLED 6,5 inci dengan resolusi 2400 x 1080 pixel, akan tetapi refresh rate-nya berjalan di angka 90 Hz, sama seperti OnePlus 7T maupun OnePlus 7 Pro. Layar dengan sensor sidik jari terintegrasi ini juga disebut mampu mereproduksi 100% spektrum warna DCI-P3, dan tingkat kecerahannya bisa mencapai angka 1.000 nit saat menampilkan konten HDR.

Di sektor kamera, Reno Ace mengandalkan konfigurasi empat kamera belakang seperti seri Reno 2. Keempatnya mencakup kamera 48 megapixel (Sony IMX586) f/1.7, kamera telephoto 13 megapixel f/2.4, kamera ultra-wide 8 megapixel f/2.2, dan kamera monokrom 2 megapixel f/2.4. Di bagian depan, Reno Ace mengemas kamera 16 megapixel f/2.0.

OPPO Reno Ace Gundam Edition

Secara fisik, Reno Ace mengusung desain yang sudah bisa dibilang khas seri Reno. Ada dua pilihan warna yang tersedia, yakni Starry Blue dan Psychedelic Purple. Namun yang paling mengejutkan, OPPO juga bakal merilis Reno Ace edisi khusus Gundam dalam rangka merayakan ulang tahun franchise tersebut yang ke-40.

Seperti yang bisa Anda lihat, edisi terbatas ini hadir dengan warna spesial yang menyerupai Gundam RX-78-2, lengkap sampai ke kemasannya. Selain itu, OPPO juga bakal menawarkan aksesori khusus untuk Reno Ace edisi Gundam ini, seperti misalnya attachable gamepad yang juga bertema Gundam.

OPPO Reno Ace Gundam Edition

Di Tiongkok, OPPO bakal segera memasarkan Reno Ace dengan harga 2.999 yuan (± Rp 6 juta) untuk varian yang mengemas RAM 8 GB dan storage 128 GB, atau 3.799 yuan (± Rp 7,5 juta) untuk varian yang dibekali RAM 12 GB dan storage 256 GB.

Untuk edisi Gundam-nya, OPPO membanderol harga 3.599 yuan (± Rp 7,2 juta); lebih murah karena ia mengemas RAM 8 GB dan storage 256 GB. OPPO hanya akan menjual edisi khusus ini sebanyak 30.000 unit saja, dan konsumen sudah bisa melakukan pre-order mulai tanggal 21 Oktober sebelum pemasaran resminya berlangsung pada 11 November.

Sumber: 1, 2, 3.

[Review] Samsung Galaxy A80, Suguhkan Rotating Camera dan Layar Tanpa Gangguan

Belakangan ini Samsung sangat gencar menghujani pasar smartphone Indonesia dengan seri Galaxy A barunya. Dari sederet Galaxy A series yang sudah dirilis pada tahun 2019 ini, ada satu yang berbeda.

Ya, itu adalah Samsung Galaxy A80 yang punya mekanisme rotating camera inovatif. Artinya, seharusnya kemampuan kamera depan dan belakangnya sama. Bisa mendapatkan foto selfie ataupun video vlog dengan kualitas kamera utama yang lebih menjanjikan.

Sebenarnya, fitur rotating camera bukan satu-satunya suguhan utama yang Samsung sajikan. Layarnya sangat lapang dan dapur pacunya juga cukup mumpuni. Dibanderol Rp9,5 juta, apakah smartphone ini layak dimiliki? Simak review Samsung Galaxy A80 berikut ini:

Layar 6,7 Inci Dalam Rasio 20:9

Penampang layarnya lebih besar 0,3 inci dari Galaxy S10+ dan hanya lebih kecil 0,1 inci dari Galaxy Note 10+. Bagian terbaiknya ialah tanpa gangguan punch hole camera maupun notch, benar-benar suguhan Infinity Display. Namun masih menggunakan panel Super AMOLED, belum Dynamic AMOLED dan disokong resolusi 1080×2400 piksel.

Tentu saja, pengalaman menonton film bioskop seperti di Netflix pada layar berukuran 6,7 inci dalam aspek rasio memanjang 20:9 pada Galaxy A80 ini sangat mengesankan. Dalam posisi landscape, konten memenuhi dari ujung ke ujung, hanya sedikit menyisakan frame hitam di sisi atas dan bawah.

Lain cerita kalau nonton video di YouTube, di mana standar aspek rasio videonya 16:9 – maka menyisakan frame hitam cukup tebal di samping kanan dan kiri. Kita mungkin saja memperbesar agar tampilan videonya memenuhi layar, masalahnya ialah masih banyak konten yang belum dioptimalkan sehingga mungkin ada yang terpotong.

Layar Galaxy A80 sudah dilengkapi fitur blue light filter, night mode, dan screen mode vivid atau natural. Bila memilih mode vivid, maka konten yang ditambilkan warnanya akan lebih memanjakan mata. Untuk aktivitas seperti editi foto di Lightroom, sebaiknya pilih mode natural agar warna yang ditampilkan lebih akurat sesuai aslinya.

Pengoperasian dan navigasi antarmukanya juga sudah dioptimalkan dengan One UI berbasis Android 9 Pie yang memang dirancang untuk smartphone layar besar. Anda akan menemukan fitur always on display, full screen gestures, dan under-display fingerprint reader tanpa face unlock.

Dimensi Bongsor

Review-Samsung-Galaxy-A80

Lebar body-nya 76,5 mm, masih cukup nyaman digenggam satu tangan. Namun, tingginya yang mencapai 165,2 membuat smartphone ini panjang – ditambah lagi saat kameranya menghadap ke depan. Dengan ketebalan 9,3 mm dan bobot 220 gram, dimensi Galaxy A80 memang termasuk bongsor.

Untuk kontruksinya, bagian depannya sudah dilapisi Gorilla Glass 3. Bezel samping layar dan sisi atasnya sangat tipis, sisi bawah hanya sedikit saja lebih tebal. Sensor ambient light ditempatkan di balik kaca dan earpiece dihilangkan, sebagai gantinya suara akan dihantarkan ke telinga lewat mekanisme getaran langsung dari layar.

Kerangkanya terbuat dari material aluminium dan bagian belakangnya diproteksi Gorilla Glass 6 yang terbaru. Unit Galaxy A80 yang saya review berwarna ghost white, sayangnya kerangka smartphone ini dicat silver sehingga terlihat kurang premium.

Mengenai kelengkapan atributnya, tombol power ditempatkan di sisi kanan dan tombol volume di sisi kiri. Sisi atas ada mikrofon sekunder dan sisi bawahnya ada SIM tray yang berisi dua slot nano SIM tanpa dukungan slot microSD, port USB Type-C, mikofon, dan speaker.

Review-Samsung-Galaxy-A80

Dalam paket penjualannya, kita mendapatkan case yang cukup keren, adaptor fast charging 25W, kabel data USB Type-C ke Type C, earphone ke Type C, dan kelengkapan standar lainnya. Sayangnya, Samsung tidak menyertakan adaptor USB type-C ke jack audio 3.5mm.

Rotating Camera

Satu paket kamera memiliki tugas ganda, untuk keperluan foto belakang dan depan. Karena menggunakan kamera yang sama, secara teori harusnya kualitasnya juga bakal identik. Namun tidak semua fitur yang ada pada mode kamera belakang juga tersedia pada mode kamera depan dan pada kondisi sunyi, motor kamera saat berputar terdengar agak keras.

Mode kamera belakangnya dilengkapi dengan fitur pengambilan gambar seperti night, panorama, pro, live focus, photo, video, live focus video, super slow-mo, slow motion, dan hyperlapse. Sementara, pada mode kamera depan yang bisa digunakan hanya live focus, photo, video, live focus video, dan hyperlapse.

Adapun konfigurasi triple camera yang digunakan ialah sensor Sony IMX586 beresolusi 48MP sebagai kamera utama, kamera kedua 8MP dengan lensa ultra wide 123 derajat, dan satu lagi merupakan time-of-flight 3D depth camera. Fungsinya untuk pemetaan kedalaman dan memisahkan subjek dari latar belakang, manfaatnya bisa dirasakan pada fitur live focus foto dan video.

Seperti biasanya, secara default foto yang diambil menggunakan resolusi 12MP. Namun kita bisa beralih ke mode 48MP dengan mengubah aspek rasio ke 4:3 High 48MP dan mode ini masih tetap didukung fitur scene optimizer.

Pada mode pro, hanya disediakan sedikit opsi yang bisa diotak-atik seperti ISO (100-800), exposure compensation, white balance, dan metering mode. Tidak ada opsi untuk menyesuaikan shutter speed atau manual focus.

Untuk perekam videonya, Galaxy A80 mampu merekam video hingga 4K 30 fps dengan kamera utama dan hingga 1080p pada 30fps dengan mode ultra-wide dengan dukungan codec H.265 dan H.264. Perlu dicatat, fitur
EIS hanya aktif pada resolusi 1080p 30/60fps.

Berikut hasil foto dari kamera belakang Samsung Galaxy A80:

Hardware & Performa

Buat yang mementingkan performa di atas aspek lain, Galaxy A80 mungkin bukan pilihan utamanya. Smartphone ini hanya mengandalkan chipset Snapdragon 730, sebenarnya sudah cukup powerful tapi perlu diingat harga Galaxy A80 mencapai Rp9,5 juta dan direntang harga ini kita sudah bisa mendapatkan smartphone dengan Snapdragon 845 atau Kirin 980.

SoC Snapdragon 730 sendiri punya CPU octa-core, yang terdiri dual-core 2.2 GHz Kryo 470 Gold, hexa-core 1.8 GHz Kryo 470 Silver, dan berpasangan dengan GPU Adreno 618. Kinerjanya disokong RAM 8GB dan memori internal 128GB tanpa dukungan slot microSD.

Sayangnya, untuk smartphone dengan layar besar tidak diimbangi kapasitas baterai yang besar juga. Hanya 3.700 mAh yang tergolong standar, untungnya didukung fast charging 25W. Untuk memperpanjang daya tahan baterai, ada tiga opsi mode daya yang bisa dipilih yaitu optimized, medium-power saving, dan maximum power saving.

Verdict

Review-Samsung-Galaxy-A80

Galaxy A80 menjadi salah satu smartphone paling unik dari Samsung yang sudah dirilis sejauh ini, mekanisme rotating camera-nya belum pernah ada sebelumnya. Layar Super AMOLED 6,7 inci tanpa gangguan punch hole camera ataupun notch juga menjadi suguhan utama, aktivitas membuka dua aplikasi secara bersamaan terasa lebih nyaman.

Konsep kamera berputar juga ada pada ASUS Zenfone 6, tapi sampai saat ini belum kunjung tiba di Indonesia sehingga Galaxy A80 masih menjadi satu-satunya smartphone dengan kamera berputar. Yang pasti kalau Anda seorang content creator di Instagram atau YouTube, rotating camera tentunya membuka kemungkinan-kemungkian baru. Tinggal cocok-cocokan sama harganya yang relatif agak mahal.

Sparks

  • Mekanisme rotating camera yang inovatif
  • Suguhan layar ekstra lapang tanpa gangguan

Slacks

  • Tidak punya slot microSD
  • Jack audio 3,5,
  • Harga relatif mahal

[Review] OPPO A9 2020: Quad Camera dengan Baterai, RAM, dan Internal yang Besar

OPPO mungkin juga memiliki strategi untuk memenuhi pasar Indonesia dengan smartphone keluarannya. Bagaimana tidak, setelah mengeluarkan OPPO Reno, Reno 10x Zoom, A1K, A5S, dan K3, belum lama ini OPPO kembali mengeluarkan seri A9 2020 dan A5 2020. Dan saat ini, OPPO A9 2020 sudah datang ke meja pengujian tim Dailysocial.

OPPO A9 2020

OPPO A9 2020 memang cukup membuat banyak orang kaget. Pasalnya, selama ini semua orang sangat tertarik dengan seri A dari OPPO karena memiliki harga yang sangat terjangkau dengan spesifikasi yang tidak jauh berbeda dari seri F. Kali ini, sepertinya OPPO A9 2020 ditempatkan untuk mengisi kekosongan pada seri F.

OPPO A9 2020 diumumkan memiliki harga nyaris empat juta rupiah. Tentunya hal tersebut juga disertai dengan peningkatan spesifikasi yang cukup jauh dari seri A sebelumnya. OPPO sendiri juga memiliki tagar #OPPOANewLevel yang menandakan bahwa memang OPPO menaikkan kelas dari seri A yang satu ini.

Spesifikasi dari OPPO A9 2020 adalah sebagai berikut

SoC Snapdragon 665
CPU 4×2.0 GHz Kryo 260 Gold + 4×1.8 GHz Kryo 260 Silver
GPU Adreno 610
RAM 8 GB
Internal 128 GB UFS2.1
Layar 6,5 inci 1600×720 IPS
Dimensi 163.6 x 75.6 x 9.1 mm
Bobot 195 gram
Baterai 5000 mAh
OS Android Pie 9.0 – ColorOS 6

Hasil dari CPU-Z dan Sensor Box adalah sebagai berikut

Unboxing

Di dalam paket penjualan dari OPPO A9 2020 dapat ditemukan perlengkapan sebagai berikut

OPPO A9 2020 - Unboxing

Desain

Sama seperti perangkat OPPO lainnya, A9 2020 juga menggunakan bahan plastik polikarbonat untuk bagian belakangnya. Dengan finishing gelas, OPPO membuat bagian belakangnya memiliki gradasi dua warna. Unit yang kami dapatkan memiliki warna gradasi biru kehijauan dan hitam. Build-nya sendiri terasa kokoh saat saya genggam dan tidak terasa licin.

OPPO A9 2020 - Kiri

Layar bagian depan dari OPPO A9 2020 menggunakan model poni Waterdrop. Dengan menggunakan layar IPS, tentu saja smartphone ini tidak memiliki in-display fingerprint dan meletakkan pemindainya pada bagian belakang dari A9 2020. Seperti biasa, layarnya sudah terlindungi dengan lapisan tahan gores langsung dari pabriknya.

OPPO A9 2020 menggunakan resolusi 1600 x 720, yang mungkin cukup rendah untuk rentang harga yang dimilikinya. Bahkan saudaranya, OPPO K3, memiliki resolusi yang lebih baik. Kami pun tidak mendapatkan informasi mengenai bahan kaca yang digunakan pada A9 2020.

OPPO A9 2020 - Bawah

Selain sensor sidik jari seperti yang telah disebut sebelumnya, bagian belakang dari OPPO A9 2020 empat buah kamera. Keempatnya adalah kamera wide angle 119 derajat, kamera utama, kamera mono, dan portrait. Dan sama seperti desain smartphone sebelumnya, bagian kameranya cukup menonjol sehingga bisa tergores saat ditaruh di atas meja. Gunakan saja rubber back case yang diberikan secara cuma-cuma.

Pada sisi kirinya, ditemukan slot SIM yang berisikan dua nano SIM dan microSD serta tombol volume naik dan turun. Pada sisi kanannya hanya ditemukan tombol power. pada sisi bawahnya terdapat slot audio 3.5mm, microphone, USB-C, dan speaker. Sebuah catatan untuk tombol power, tombol ini juga memiliki fungsi sebagai tombol Google Assistant. Untuk mematikan perangkat, tekan tombol selama 3 detik.

OPPO A9 2020 - Kanan

Audio juga menjadi bagian yang sangat menyenangkan pada OPPO A9 2020. Dengan menggunakan Dolby Atmos, membuat suara yang keluar dari lubang 3.5 mm tersebut terasa bagus untuk didengarkan. Hal ini tentu bisa menjadi bahan pertimbangan saat ingin membeli sebuah smartphone yang sekaligus menjadi perangkat untuk mendengarkan musik dan menonton video.

OPPO A9 2020 menggunakan Android Pie 9.0 sebagai sistem operasinya. Sistem operasi ini dibalut dengan antarmuka yang dinamakan ColorOS dengan versi 6. ColorOS 6 sudah menghilangkan app drawer sehingga semua icon aplikasi akan muncul pada homescreen.

Jaringan

OPPO selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. OPPO K3 sendiri mendukung band 1(2100), 3(1800), 5(850), 8(900), 38(2600), 40(2300), dan 41(2500) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia.

Kamera

Seperti biasa, OPPO selalu membanggakan hasil tangkapan gambar dari kameranya. Pada OPPO A9 2020 ini, sensor yang digunakan pada kamera utamanya adalah Samsung ISOCELL GM1 dengan resolusi 48 MP. Sedangkan pada kamera ultrawide 119, OPPO mempercayakannya kepada Omnivision. Pada kamera swafotonya, sensor yang digunakan adalah Samsung ISOCELL S5K3P8.

OPPO A9 2020 - Kamera

Kamera utama yang digunakan memang cukup baik dalam mengambil gambar pada cahaya yang cukup. Pada kondisi malam, OPPO juga sudah memiliki mode malam yang dapat diandalkan dalam mengambil momen. Akan tetapi, noise yang muncul masih sedikit terlihat walaupun masih dapat diabaikan.

Kamera wideangle yang dimiliki juga cukup baik. Masih banyak perangkat yang memiliki kamera yang sama namun tidak memiliki tingkat ketajaman yang cukup. OPPO A9 2020 mampu mengambil gambar wideangle dengan cukup baik.

Untuk kamera swafoto juga dapat mengambil gambar dengan cukup baik. Saat kondisi cahaya yang kurang, ternyata tidak membuat ketajamannya menurun. Walaupun begitu, jika ingin mengambil gambar pada ruangan yang cukup gelap, nyalakan saja screen flash nya, maka hasilnya akan menjadi lebih baik.

Pengujian

OPPO A9 2020 menggunakan chipset mainstream yang saat ini sudah cukup banyak digunakan oleh produsen smartphone, yaitu Snapdragon 665. Snapdragon 665 sendiri menggunakan dua inti Snapdragon Kryo 260 yang berbasis Cortex A73 yang kencang dalam menjalankan sistem operasi Android.

Dengan menggunakan SoC tersebut, kinerja bermain game sudah pasti tidak perlu diragukan lagi. Game yang kami coba pada perangkat ini adalah PUBG Mobile, LifeAfter, dan CoD Mobile. Akan tetapi, dengan layar yang lebar, pengguna harus melakukan setting ulang letak tombol virtual bagi yang memiliki jari-jari besar. Untuk CoD Mobile sendiri, saya dapat bermain dengan sangat nyaman dengan seting Very High Graphics dan Very High Frame Rate.

Sebagai pembanding, saya hadirkan dua SoC yang berada di atasnya dan di bawahnya. Snapdragon 712 dan 660 saat ini sepertinya sudah banyak digunakan oleh para vendor smartphone, sehingga menjadi pembanding yang cukup pas.

Uji Baterai dengan BatteryXPRT

DailySocial melakukan pengujian dengan menggunakan aplikasi BatteryXPRT. Mengapa BatteryXPRT? Karena aplikasi yang satu ini dapat menguji baterai smartphone mirip dengan penggunaan sehari-hari. Kami tidak melakukan pengujian saat smartphone berada dalam kondisi menyala tanpa henti atau yang sering disebut dengan Screen On Time.

OPPO A9 2020 - Benchmark BatteryXPRT

BatteryXPRT sendiri mengatakan bahwa smartphone dengan baterai 5000 mAh ini dapat bertahan sampai dengan 32.2 jam lebih. Hal ini tentu membuat OPPO A9 2020 juga cocok untuk mereka yang ingin memiliki smartphone yang dapat bertahan lebih dari satu hari. Tentunya saat digunakan untuk memainkan game, bisa saja smartphone ini tidak bertahan sehari.

Verdict

Sebuah smartphone kembali diluncurkan oleh OPPO, yang memang ingin mendominasi pasar Indonesia dengan perangkatnya. Kali ini, OPPO sedang menaikkan seri A dengan menyematkan berbagai feature serta kinerja yang tinggi, sama seperti seri F sebelumnya. Yang pertama diangkat derajatnya oleh OPPO adalah A9 2020.

Dengan menggunakan SoC Snapdragon 665, membuat kinerja smartphone yang satu ini patut diperhitungkan. Apalagi, dengan menggunakan resolusi HD, membuat kinerjanya semakin lebih baik dari sisi grafis dibandingkan dengan resolusi Full HD. Game yang ada dapat dimainkan dengan sangat baik tanpa lag, bahkan pada seting tertinggi.

Kamera yang dimiliki oleh OPPO A9 2020 memang menakjubkan. Hal ini membuat OPPO A9 2020 dapat dijadikan teman saat melakukan travelling. Dengan kamera yang ada, dapat menghasilkan gambar yang tajam serta minim noise. Bahkan di kondisi kurang cahaya sekali pun.

Harga yang memang cukup membuat orang kaget. OPPO memasarkan A9 2020 dengan harga Rp. 3.999.000. Hal ini memang membuat konsumen akan cukup bingung memilih antara A9 2020 atau K3 yang memiliki harga di bawahnya. Walaupun begitu, keduanya bisa diandalkan dalam pemakaian sehari-hari mau pun gaming.

Sparks

  • Kamera bagus
  • Kinerja tinggi
  • Daya tahan baterai bagus
  • Tombol Google Assistant bersamaan dengan power, lebih ringkas
  • Layar lebar
  • USB-C
  • Dolby Atmos

Slacks

  • Harga tinggi
  • Resolusi masih HD

 

[Review] Samsung Galaxy A50S: Lebih Baru dengan NFC dan Kamera 48MP

Samsung saat ini sedang memperbarui lagi lini smartphone seri A mereka. Salah satu yang pertama diperbarui adalah Samsung Galaxy A50 yang bulan Februari 2019 lalu diluncurkan. Hanya berselang enam bulan saja, Samsung meluncurkan Galaxy A50s. Lalu apa yang baru dari Samsung Galaxy A50s ini?

Samsung Galaxy A50s - A50

Samsung masih menyasar kepada anak muda dalam menjual seri As ini. Lalu apa saja yang membedakan antara Samsung Galaxy A50 dengan A50s? Ada tiga hal yang menjadi perbedaan utama dari kedua perangkat tersebut. Yang pertama adalah hadirnya NFC pada Samsung Galaxy A50s. NFC sendiri saat ini sangat penting dalam mengisi ulang kartu uang elektronik pada saat berada di jalan dan tidak terdapat ATM yang memiliki fasilitas tersebut, seperti ditengah jalan Tol.

Kamera juga menjadi perbedaan yang cukup signifikan antara keduanya. Galaxy A50 menggunakan kamera dengan resolusi 25 MP, sedangkan A50s menggunakan kamera dengan resolusi 12 MP yang dapat digunakan hingga 48 MP. Kamera depannya juga ditingkatkan menjadi 32 MP.

Perbedaan ketiga yang mungkin tidak terlalu terlihat adalah dari spesifikasinya. Berikut adalah spesifikasi kedua perangkat

Galaxy A50s

Galaxy A50

SoC

Exynos 9611

Exynos 9610

CPU

4×2.3 GHz Cortex-A73 + 4×1.7 GHz Cortex-A53

GPU

Mali G72 MP3

RAM

6 GB

Internal

128 GB

Layar

6,4 inci Super AMOLED 2340 x 1080

Dimensi

158.5 x 74.5 x 7.7 mm

158.5 x 74.7 x 7.7 mm

Bobot

169 gram

166 gram

Baterai

4000 mAh

4000 mAh

OS

Android 9 Pie

Samsung Galaxy A50s - vs A50

Dari sisi spesifikasi, keduanya memang menggunakan prosesor dan GPU yang sama. Kemungkinan besar, perubahan ada pada Image Signal Processor yang bisa menangani resolusi 48 MP. Jadi, seharusnya tidak ada perbedaan kinerja antara keduanya.

Dengan keluarnya Samsung Galaxy A50s, membuat sang pendahulunya sudah diakhiri masa hidupnya. Yup, Samsung Galaxy A50 sudah tidak lagi diproduksi. Hal ini juga akan berlaku pada perangkat Galaxy A lainnya yang digantikan dengan lini As.

Untuk hasil dari CPU-Z dan Sensor Box adalah sebagai berikut

Unboxing

Beginilah isi dari paket penjualan Samsung Galaxy A50s

Samsung Galaxy A50s - Unboxing

Desain

Tidak ada perbedaan desain antara Samsung Galaxy A50 dengan A50s di bagian depannya. Keduanya masih menggunakan body plastik polikarbonat pada bagian belakangnya. Namun, Samsung Galaxy A50s menggunakan desain yang berbeda untuk menghiasi case belakangnya, yaitu dengan model seperti diamond cut.

Samsung Galaxy A50s - Belakang

Sama seperti Samsung Galaxy A50, A50s juga memiliki resolusi 2340 x 1080 pada layarnya dengan rasio 19,5:9. Keduanya juga sudah menggunakan Gorilla Glass 3 yang cukup kuat untuk menahan goresan-gorensan tertentu. Walaupun begitu, tidak berarti bahwa perangkat dengan Gorilla Glass 3 akan lebih tahan retak saat terjatuh. Saya cukup menyarankan penggunaan tempered glass atau lapisan anti gores yang terbilang cukup murah jika dibandingkan dengan mengganti layar baru saat terjatuh.

Samsung Galaxy A50s - Atas

Samsung menggunakan model Infinity-U pada kedua smartphone ini. Dengan begitu, sebuah kamera untuk swafoto dapat disematkan pada poni yang berdimensi kecil tersebut. Hal ini juga membuat baris notifikasi pada bagian atas hanya sedikit terpotong, sehingga dapat menampung lebih banyak icon notifikasi.

Samsung Galaxy A50s - kanan

Dibalik layar Super AMOLED ini juga sudah tertanam pemindai sidik jari yang cukup responsif. Pada bagian belakangnya, terdapat tiga buah kamera yang lengkap dengan LED flash-nya. Secara berurutan dari atas, kameranya adalah Depth, kamera utama yang memiliki resolusi sampai 48 MP, dan Ultra wide .

Samsung Galaxy A50s - Kiri

Pada bagian kanannya dapat ditemukan tombol power untuk menyalakan dan mematikan perangkat dan juga tombol volume. Perlu diingat bahwa tombol power ini juga berfungsi sebagai tombol Bixby, asisten dari Samsung. Jika ingin mematikan perangkat, gunakan icon pada menu drop down, atau tahan volume bawah dan tombol power. Jika tidak ditahan, Anda akan mengambil screenshot. Di bagian bawahnya dapat ditemukan port Audio 3.5mm, USB-C, speaker, dan microphone. Dan slot SIM ada pada bagian kirinya.

Samsung Galaxy A50s - Bawah

Samsung Galaxy A50s juga sudah menggunakan antarmuka yang bernama One UI. Basis dari Samsung One UI ini sendiri masih menggunakan Android 9 Pie. Basis antarmukanya juga mengikuti UI standar Android, yaitu masih menghadirkan application drawer dan homescreen.

Jaringan

Samsung selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. Galaxy A50ssendiri mendukung band 1(2100), 3(1800), 5(850), 8(900),  34(2000), 38(2600), 40(2300), dan 41(2500) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia. Galaxy A50s  menggunakan LTE Cat 6 yang mendukung 2 Carrier Aggregation dengan kecepatan download sampai dengan 300 Mbps.

Kamera

Kamera merupakan salah satu daya tarik Samsung Galaxy A50s. Sensor yang digunakan sendiri merupakan produk baru dari Samsung, yaitu ISOCELL Bright GM2. Sama seperti GM1, sensornya memiliki teknologi Tetracell yang akan memilih piksel mana yang terbaik untuk menghasilkan gambar 12 MP atau menggunakan semua piksel yang menghasilkan gambar 48 MP.

Samsung Galaxy A50s - Kamera

Kameranya ternyata bisa diandalkan dalam kondisi cahaya yang cukup maupun kurang terang. Noise-nya sendiri terlihat cukup minim, namun pada saat malam hari, masih dapat terlihat pada beberapa pengambilan gambar. Walaupun menggunakan mode malam, ada baiknya untuk menggunakan tripod untuk menjaga kestabilan dan ketajaman pengambilan gambar. Berikut adalah hasil kamera utamanya.

Kamera depannya menggunakan sensor ISOCELL SK5KGD1 yang memiliki resolusi 32 MP. Hasilnya memang dapat diandalkan dalam berbagai kondisi, termasuk cahaya yang kurang. Tingkat noise-nya cukup rendah, namun tingkat ketajamannya akan sedikit berkurang pada saat kondisi cahaya yang cukup rendah. Namun hal tersebut tidak terlalu masalah untuk sebuah foto. Berikut adalah contoh hasil gambarnya.

Pengujian

Samsung Galaxy A50s menggunakan chipset terbaru mereka, yaitu Exynos 9611. Pada Exynos 9611 ini digunakan empat inti prosesor kencang Cortex A73 berkecepatan 2.3 Ghz dan empat inti prosesor hemat daya Cortex A53 berkecepatan 1,73 GHz.

Dengan menggunakan spesifikasi tersebut, tentu saja bermain game tidak akan mendapatkan masalah lag. Namun, saat digunakan bermain Call of Duty Mobile, saya merasakan bagian belakangnya cukup hangat. Walaupun begitu, layarnya memang menghasilkan warna yang sangat kontras serta reponsif.

Dengan rentang harga empat jutaan, membuat perangkat ini harus bersaing dengan beberapa smartphone yang menggunakan Snapdragon 712. Oleh karena itu, sebagai pembanding saya hadirkan kembali hasil benchmark dari Snapdragon 712 untuk mengetahui bagaimana kinerja antar keduanya.

Uji Baterai dengan BatteryXPRT

DailySocial melakukan pengujian dengan menggunakan aplikasi BatteryXPRT. Mengapa BatteryXPRT? Karena aplikasi yang satu ini dapat menguji baterai smartphone mirip dengan penggunaan sehari-hari. Kami tidak melakukan pengujian saat smartphone berada dalam kondisi menyala tanpa henti atau yang sering disebut dengan Screen On Time.

Samsung Galaxy A50s - BatteryXPRT

BatteryXPRT sendiri mengatakan bahwa smartphone dengan baterai 4000 mAh ini dapat bertahan sampai dengan 32.2 jam lebih. Hal ini tentu membuat Samsung Galaxy A50s juga cocok untuk mereka yang ingin memiliki smartphone yang dapat bertahan lebih dari satu hari. Tentunya saat digunakan untuk memainkan game, bisa saja smartphone ini tidak bertahan sehari.

Verdict

Smartphone dengan kinerja yang tinggi dengan harga yang lebih terjangkau memang sedang marak saat ini. Akan tetapi, perangkat Android yang memiliki NFC juga makin sulit ditemukan. Hal inilah yang dipadukan oleh Samsung pada perangkat Galaxy A50s-nya, yang merupakan sebuah upgrade dari Galaxy A50 yang sebelumnya lebih dulu diluncurkan.

Dengan menggunakan Exynos 9611, membuat kinerja dari Samsung Galaxy A50s patut diacungi jempol. Saya dapat bermain COD Mobile dengan cukup nyaman, walaupun cukup terasa panas jika dipakai dalam waktu yang cukup lama. Selain itu, aplikasi editing gambar dan video juga dapat digunakan untuk melakukan rendering dengan cepat.

Kamera juga dapat diandalkan dalam berbagai kondisi. Dalam siang hari, kualitas gambarnya tidak perlu lagi diragukan. Untuk malam hari hasilnya masih acceptable, walaupun pada beberapa kasus masih menghasilkan gambar yang kurang tajam.

Dengan harga Rp. 4.099.000 ternyata harganya sedikit lebih murah dibandingkan dengan sang pendahulunya, A50. Dan dengan hadirnya NFC serta kamera yang lebih baik, membuat A50s terasa lebih terjangkau dibandingkan dengan A50. Jika Anda pemilik A50 namun tidak terlalu membutuhkan NFC, sepertinya tidak perlu terburu-buru untuk mengganti smartphone ke A50s.

Sparks

  • NFC
  • Kinerja cukup kencang
  • Responsif
  • Daya tahan baterai bagus
  • Hasil kamera dapat diandalkan
  • Sidik jari cukup responsif

Slacks

  • Cukup panas saat digunakan bermain game
  • Volume cukup kecil

 

[Review] Huawei Nova 5T; Kencang dan Punya Potensi Kamera Lebih

Sejak Nova 2i hingga Nova 3i, lini smartphone Nova series milik Huawei ini memang diposisikan sebagai perangkat kelas mid-range dengan elemen premium.

Pada Huawei Nova 5T, generasi terbaru Nova series ini bisa dibilang sudah naik kelas. Menimbang harganya yang mencapai Rp6.899.000 dan kekompletan fitur-fiturnya, menurut saya Nova 5T bukan lagi berada di kelas mid-range, melainkan bisa diketegorikan sebagai smartphone high-end.

Dari aspek performa, Nova 5T bertenaga chipset yang sama seperti pada perangkat flagship Mate 20 dan P30 series; Kirin 980. Bisa dibilang, Kirin 980 berada pada level yang sama dengan Snapdragon 845.

Review-Huawei-Nova-5T

Konfigurasi quad rear camera-nya sama seperti kebanyakan smartphone quad camera lainnya. Meliputi kamera utama beresolusi tinggi, lensa ultra-wide, depth sensor, dan yang lagi banyak diadopsi akhir-akhir ini ialah lensa macro.

Pada Nova 5T, Huawei menggunakan sensor Sony beresolusi 48MP. Namun yang membedakan Nova 5T dengan yang lain ialah Super Ultra-wide Angle Camera-nya yang beresolusi 16MP. Sisanya masing-masing hanya 2MP sebagai depth sensor dan macro. Video unboxing Huawei Nova 5T bisa dilihat di bawah ini:

Desain Punch FullView Display

Review-Huawei-Nova-5T

Sebelum menguji aspek performa dan kameranya lebih jauh, kita bahas dulu sisi penampilannya. Unit yang saya review berwarna midsummer purple, bila diperhatikan bagian belakangnya memiliki pola logo Nova yang membuatnya terlihat unik.

Review-Huawei-Nova-5T

Body Nova 5T berdimensi 154.3x74x7.8 mm dengan bobot 174 gram, tiap sudutnya agak membulat, kerangkanya dari metal, dan bagian belakangnya punya finishing seperti kaca, kemungkinan menggunakan material komposit sejenis tempered glass.

Pada bagian muka, notch sudah pergi berganti dengan Punch FullView Display. Hanya menyisakan area untuk kamera depan di sudut kiri atas pada panel IPS seluas 6,26 inci.

Resolusi layarnya Full HD+ (1080×2340 piksel) dengan rasio 19.5:9. Dibanding notch, punch hole ini memang tidak begitu mengganggu saat nonton video maupun saat bermain game.

Kelengkapan atributnya, sisi kanan dapat ditemui tombol volume dan tombol power yang terintegrasi dengan sensor sidik jari. SIM tray berada di sisi kiri, hanya punya dua slot untuk nano SIM tanpa slot microSD.

Sementara, di sisi atas terdapat infra red dan mikrofon sekunder. Sedangkan, di sisi bawah ada mikrofon utama, port USB Type-C, dan speaker. Tidak ada jack audio 3,5mm, kabar baiknya Huawei masih menyematkan earphone dengan ujung Type-C pada paket penjualan Nova 5T.

Performa Kirin 980

Review-Huawei-Nova-5T

Kirin 980 merupakan mobile processor yang dibuat pada proses fabrikasi 7nm. Semakin kecil ukuran transistor pada sebuah prosesor, semakin banyak yang bisa dimasukkan ke dalam chipset sehingga performanya juga otomatis meningkat.

SoC ini mengusung CPU Cortex-A76 dan GPU Mali-G76, memiliki dual NPU (neural processor unit) mandiri untuk menangani tugas-tugas AI. Serta, modem smartphone Cat.21 yang mendukung kecepatan hingga 1.4Gbps, dan mendukung RAM LPDDR4X 2,133MHz.

Arsitektur Kirin 980 sendiri terdiri dari CPU octa-core, dual-core turbo performance 2.6 GHz Cortex-A76 yang akan bekerja saat menangani tugas-tugas berat seperti bermain game. Kemudian dual-core 1.92 GHz Cortex-A76 untuk long-term performance seperti aktivitas browsing atau membuka media sosial, dan quad-core 1.8 GHz Cortex-A55 untuk memaksimalkan efisiensi daya ketika smartphone standby.

Hasil benchmark-nya sebagai berikut:

  • AnTuTu 227.404
  • PCWork 7.868
  • Sling Shot 3.721
  • Sling Shot Extreme – OpenGL ES 3.1 2.388
  • Sling Shot Extreme – Vulkan 2.262
  • Geekbench Single-Core 681
  • Geekbench Multi-Core 2.254

Bagaimana performanya di dunia nyata? Berjalan pada Android 9.0 Pie dengan sentuhan EMUI 9.1, RAM 8 GB, dan storage 128 GB – membuat sistem operasi pada Nova 5T ini terasa ringan. Pergerakan pada antarmuka dan saat berpindah dari satu aplikasi ke aplikasi lainnya sangat fluid.

Foto produk smartphone ini diambil menggunakan Sony A6400 dalam format Raw dan saya mengeditnya menggunakan Lightroom di Huawei Nova 5T. Proses import, loading saat memuat foto, dan export juga terasa enteng. Sebagai informasi, saat ini saya menggunakan smartphone yang ditenagai chipset Snapdragon 710 yang masih terasa agak berat saat edit foto Raw.

Review-Huawei-Nova-5T

Bagaimana untuk aktivitas gaming? Nova 5T sudah dilengkapi GPU Turbo 3.0 dan sudah ada 25 game populer yang dapat dimainkan dengan fitur ini. Di PUBG Mobile, level grafisnya bisa mencapai HDR dengan frame rate ultra. Game lain yang saya coba ialah Call of Duty dan Mario Mart, semua berjalan mulus.

Huawei juga merancang Nova 5T supaya kompatibel dengan aksesori gamepad model snap-on secara seamless. Gamepad-nya ini cuma berada di satu sisi saja, akan tetapi jumlah tombolnya ada enam di samping sebuah joystick analog.

Baterainya sendiri berkapasitas 3.750 mAh, lengkap dengan dukungan teknologi fast charging 22,5 W yang diklaim dapat mengisi 50% kapasitasnya dalam waktu 30 menit saja.

Konfigurasi Quad Camera

Review-Huawei-Nova-5T

Berkat penggunaan chipset Kirin 980, Nova 5T dibekali dual ISP (image signal processor) baru yang berpengaruh pada kualitas gambar. Total ada lima kamera dengan AI di body Nova 5T. Satu kamera ditempatkan di depan, beresolusi 32MP lengkap dengan fitur AI HDR+, mode beautification, dan AR lens yang cukup menghibur.

Review-Huawei-Nova-5T-15

Empat kamera lainnya disematkan di belakang, kamera utamanya menggunakan sensor Sony beresolusi 48MP dengan aperture f1.8 dan salah satu kamera sekundernya memiliki resolusi 16MP dengan lensa super utra wide-angle 117 derajat.

Kombinasi dua kamera ini cukup menghebohkan, sayangnya dua kamera sisanya masing-masing hanya beresolusi 2MP. Satu dengan lensa macro dan satunya lagi sebagai depth sensor.

Berikut beberapa catatan setelah mencoba kamera Nova 5T, pertama secara default resolusi foto yang digunakan ialah 12MP dengan ukuran per piksel 1.6µm. Ukuran per piksel yang besar (1.6µm) membuat kamera Nova 5T bisa diandalkan di kondisi low light dan foto 12MP harusnya sudah cukup untuk di-posting ke Instagram.

Kita bisa beralih ke resolusi 48MP dengan ukuran per piksel 0.8µm di pengaturan kamera. Selain 48MP tanpa AI, terdapat juga opsi 48MP AI Ultra Clarity. Bagi yang hobi traveling tapi kadang tidak mau repot membawa kamera mirrorless, Anda dapat menangkap momen liburan dengan detail pada resolusi 48MP.

Catatan kedua, saya akan bicara soal mode wide-angle. Opsi ini hanya akan muncul saat kita menggunakan resolusi 12MP dan tersemat bersama fitur zoom. Tekan sekali untuk fungsi zoom 2x dan tekan sekali lagi akan mengarah ke mode wide-angle.

Efek samping dari penggunaan mode wide-angle ialah distorsi yang sangat kentara dan akan menguji kreativitas kita dalam memotret. Sudut pengambilan gambar yang berbeda akan memberi kesan kuat yang dramatis.

Review-Huawei-Nova-5T

Catatan ketiga, antarmuka kamera dengan fitur dan mode pengambilan gambar yang bisa dibilang banyak. Meliputi mode night, portrait, panorama, pro, aperture, light painting, HDR, moving picture, filter, sticker, document, dan super macro.

Mode pro menjadi fitur kamera favorit saya pada Nova 5T, lewat mode ini kita bisa menyesuaikan metering, ISO, shutter speed, exposure compensation, focus, dan white balance. Kontrol penuh ini juga didukung dengan format Raw, di mana hasil fotonya bisa diolah lebih jauh.

Hasil foto Huawei Nova 5T:

Hasil foto Raw dan setelah di-edit:

Catatan terakhir mengenai kemampuan perekam videonya, kamera belakang Nova 5T dapat mengabadikan sampai 4K 30 fps, 1080p 30 fps, 1080p 60 fps, dan 1080p 30 fps di mode full screen. Sedangkan, kamera depannya mentok pada 1080p.

Fungsi zoom 2x, mode wide-angle, dan mode beautification dapat digunakan. Selain itu, terdapat beberapa efek untuk merekam footage agar lebih cinematic yaitu AI color, background blur, vintage, suspense, dan fresh.

Mode slow-mo dan time-lapse tersedia dalam mode terpisah. Pada mode slow-mo ini kita bisa merekam 1080p pada 120fps, 720p pada 240fps atau 960 fps. Sedangkan, mode time-lapse hanya bisa disimpan pada resolusi 720p.

Bila Anda merekam video dan hasilnya untuk di-upload ke YouTube, resolusi standar minimumnya ialah 1080p. Lain cerita bila Anda berkarya di Instagram yang justru masih menggunakan 720p, jadi Anda bisa mengoptimalkan slow-mo 960fps dan mode time-lapse-nya.

Verdict

Huawei-Nova-5T-2

Penggunaan chipset kelas atas yang powerful dan potensi kamera yang masih bisa dimaksimalkan lagi dengan dukungan format Raw, merupakan daya tarik utama yang ditawarkan oleh Huawei Nova 5T.

Tapi harganya yang mencapai Rp6.899.000, mungkin akan menjadi pertimbangan ulang mengingat Nova 5T bukanlah smartphone flagship – tapi mid-range premium atau high-end. Terakhir smartphone flagship Huawei seperti P30 dan Mate 20 Pro dibanderol Rp8-9 juta, sementara P30 Pro sekitar Rp10 jutaan.

Kalau tidak buru-buru, bisa nabung lagi buat beli P30 Pro. Namun bila budget-nya hanya segitu, harga Nova 5T juga sepadan dengan fitur-fitur yang ditawarkan.

Slacks

  • Ditenagai chipset flagship Kirin 980
  • Kamera utama 48MP dan 16MP dengan ultra-wide
  • Bisa simpan foto Raw di mode kamera Pro

Sparks

  • Belum menggunakan panel Super AMOLED
  • Tanpa slot microSD
  • Belum punya fingerprint sensor di bawah layar