Solo Technopark dan SolutionLabs Buat Program untuk Ekosistem Startup dan UMKM

Solo Technopark dan SolutionsLab meluncurkan program bersama untuk mendukung UMKM, startup, dan bakat lokal di Solo, bernama SISTEM. SISTEM merupakan kepanjangan dari Solo Initiative for Science Technology & Entrepreneurship Ecosystem.

Managing Director SolutionLabs Pranowo Sukantyoso Putro menyampaikan, SISTEM didesain untuk menumbuhkan talenta digital, mengakselerasi pertumbuhan startup dan komunitas UMKM di wilayah Solo Raya, serta Jawa Tengah. Program ini menyasar talenta digital, startup, dan UMKM.

“Program yang kami susun, antara lain pelatihan kewirausahaan, bootcamp untuk developer pemula, mentoring, dan business matching bagi startup teknologi,” ucapnya dalam keterangan resmi.

Peluncuran SISTEM ini turut dihadiri oleh Yudit Cahyantoro selaku Pemimpin BLUD UPTD Kawasan Sains dan Teknologi Solo Technopark. Dia menyampaikan, “Kami sangat antusias melihat sinergi antara Solo Technopark dan SolutionLabs. Program ini akan menjadi pendorong signifikan bagi UMKM dan startup lokal, juga memberikan dukungan untuk mengembangkan bakat di Surakarta.”

Dalam peluncuran ini dilanjutkan dengan sesi Capacity Building dipandu oleh praktisi dari lintas industri, seperti Rifal Afandi (Tribe MSIB Solo Technopark), Abednego Danu Setyawan (Kepala Divisi Riset dan Inkubator) dan diskusi panel dengan Aira (Founder Needs), Saga Iqranegara (Ketua Umum Asosiasi Digital Kreatif), dan Totok (praktisi legal).

“Kami mengundang seluruh stakeholder ekosistem digital untuk di Solo Raya dan Jawa Tengah untuk ikut mensukseskan program SISTEM ini,” tambah Saga Iqranegara mewakili Asosiasi Digital Kreatif (ADITIF).

Pihaknya berharap SISTEM dapat menjadi solusi konkret untuk mendukung perkembangan UMKM dan startup, sembari membuka peluang bagi bakat lokal dapat mengambil posisi penting di ekosistem digital. Ke depannya, program SISTEM akan diperluas lewat berbagai kolaborasi yang akan terus digenjot.

Solo Technopark

Sebagai catatan, Solo Technopark dulunya bernama Solo Competency Training Center (SCTC) yang sudah hadir sejak 2009. Program awalnya ingin meningkatkan keterampilan lulusan SMK dengan pelatihan dalam berbagai bidang manufaktur.

Sejak revitalisasi yang diresmikan pada 6 Februari 2023, kini merupakan rumah dari inovasi dan teknologi melalui kolaborasi strategis. Selama setahun terakhir, berbagai fasilitas dihadirkan hasil dari kolaborasi dengan berbagai perusahaan teknologi global, seperti Shopee yang menghadirkan Shopee Solo Creative & Innovation Hub.

Kemudian, Garena dengan Gaming & Community Hub, GoTo yang menghadirkan UMKM Center, ACER yang menghadirkan Game Working Space pertama di Indonesia, Bank Mandiri dengan Digital Box untuk melayani pelanggan secara branchless dan Mandiri Digipreneur Hub, serta dukungan dari SKK Migas dengan KKKS di Indonesia membentuk Oil and Gas Skill Centre of Indonesia (OGSCI).

Di area revitalisasi seluas 8,9 hektar ini, demi menunjang fungsi Kawasan Sains dan Teknologi Solo Technopark, masyarakat umum dapat berkunjung dan menggunakan seluruh fasilitas baru yang tersedia secara gratis, meliputi:

  • Boulevard Air Mancur: area komunal terbuka dengan air mancur yang dapat dimanfaatkan warga Solo untuk berkumpul dan bersosialisasi,
  • Lapangan Futsal dan Basket: fasilitas bersama untuk berolahraga,
  • Gedung Gumarang: beroperasi sebagai gedung kantor perusahaan teknologi Shopee,
  • Gedung Sembrani: sebagai pusat riset dan pengembangan dengan fokus inovasi teknologi (Tech-Hub).

Media Sosial Lokal “Oorth” Resmikan Platform Web dan Aplikasi iOS

Bertempat di Solo, hari ini (21/3) aplikasi media sosial lokal berbasis komunitas “Oorth” secara resmi meluncurkan aplikasi iOS dan website. Di fase awalnya menjelang akhir 2017 lalu, Oorth hadir di platform Android. Momentum peluncuran ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi Oorth menjadi media sosial yang dapat diterima oleh masyarakat luas. Untuk versi web, layanan dapat diakses melalui alamat http://www.oorth.me/.

Selain memiliki fitur untuk chatting bagi komunitas, berbagi foto dan video layaknya media sosial pada umumnya, Oorth mempunyai fitur lain berupa digital wallet dan donasi stream. Hal ini memungkinkan komunitas-komunitas yang terdaftar dan terverifikasi di Oorth bisa melakukan penggalangan dana dan iuran komunitas secara digital. Pengguna Oorth sendiri dapat menjadi donatur dalam penggalangan dana yang diadakan oleh komunitas-komunitas tersebut melalui digital wallet yang disebut Skypay.

Skypay ini mirip dengan berbagai layanan pembayaran yang menempel di platform online. Pengisian saldo Skypay bisa dilakukan dengan cara mentransfer melalui bank-bank atau merchant yang sudah bekerja sama dengan Oorth.

Aplikasi Oorth sendiri dikembangkan Skynosoft Portal Prime, sebuah perusahaan software developer berbasis di Solo, Jawa Tengah. Perusahaan ini dikembangkan Krishna Adityangga sebagai Chief Executive Officer (CEO) bersama dua rekannya Dhanny Ardiansyah sebagai Chief Technology Officer (CTO) dan Mulyono Herman sebagai Chief Information Officer (CIO).

“Berawal dari keresahan karena belum ada media sosial yang mengintegrasikan kebutuhan-kebutuhan komunitas secara digital dan bagaimana media sosial bukan hanya menjadi ajang untuk mencari eksistensi diri, tetapi juga memberikan manfaat bagi banyak orang,” ujar Krishna Adityangga.

Krishna  menambahkan bahwa di era digital saat ini banyak hal yang bisa ditransformasikan ke dalam bentuk digital, termasuk kegiatan-kegiatan komunitas. Kehadiran Oorth sekaligus menjadi bukti bahwa industri teknologi tidak hanya berkembang pesat di kota-kota besar seperti Jakarta, tetapi juga di daerah seperti Solo.

Dari data yang dipaparkan, sejak diluncurkan pada Oktober 2017 lalu, jumlah pengguna Oorth sudah mencapai 34 ribu. Berdasarkan usia pengguna, Oorth diakses oleh masyarakat usia 25-34 tahun sebanyak 31,01%, usia 35-44 tahun sebanyak 22,37%, dan usia 18-24 tahun sebanyak 20,63%. Pengguna Oorth bukan hanya berasal dari Indonesia saja, tetapi sudah digunakan oleh masyarakat internasional dan komunitas-komunitas yang ada di luar negeri seperti di Hong Kong, Australia, Malaysia, Singapura, dan lain-lain.

Untuk menguatkan kehadirannya, Oorth juga sudah bekerja sama dengan berbagai institusi, perusahaan, dan komunitas dalam rangka pengembangan aplikasi agar lebih menjawab kebutuhan pengguna. Misalnya dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di mana masyarakat cukup membayar zakat melalui aplikasi Oorth.

Mengangkat tema Find Easiness, Oorth ingin memberikan solusi kemudahan bagi pengguna dan komunitas-komunitas untuk terus terhubung dan membantu sesama. Kemudahan tersebut di antaranya dengan fitur chatting baik secara personal maupun dalam grup komunitas. Fitur News menyajikan berita-berita terkini dari berbagai portal online agar pengguna dapat selalu update informasi.

Kelebihan lain yang coba diusung dari media sosial Oorth adalah menekankan pada isu humanity, dengan harapan dapat menjadi platform untuk melakukan penggalangan dana, donasi, crowdfunding atau fundraising.

“Ke depannya kami akan terus jalin kerja sama dengan beragam institusi dan komunitas agar semakin banyak orang yang mendapatkan manfaat dari media sosial Oorth ini. Apalagi sekarang sudah bisa diakses di Android, iOS, dan Web,” ujar Krishna.

Application Information Will Show Up Here

Tahun 2017 Jadi Saksi Kesulitan Startup Daerah untuk Bertahan

Ketika ekosistem startup Indonesia merayakan kehadiran empat startup unicorn berskala nasional di tahun 2017, periode ini justru bisa dibilang kurang bersahabat bagi startup-startup daerah. Meskipun Bekraf dengan BEKUP-nya dan Gerakan Nasional 1000 Startup Digital berusaha terus membakar semangat penggiat lokal untuk mengembangkan produknya, ternyata semangat saja tidak cukup.

Di Pontianak misalnya, DailySocial memberitakan bagaimana perjuangan layanan lokal yang kalah bersaing melawan raksasa layanan on-demand bervaluasi miliaran dollar.

Ketimpangan sangat terasa, membuat satu persatu startup daerah gulung tikar. Di sisi lain, Indonesia sangat membutuhkan lahirnya wirausahawan-wirausahawan baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bangsa, terutama dengan meningkatnya jumlah masyarakat di usia produktif. Menurut data, diperkirakan dalam beberapa waktu ke depan masyarakat di golongan angkatan kerja ini (antara usia 15 dan 65 tahun) akan mencapai 70% dari total populasi.

Ketidaksiapan mengedukasi pasar dan bersaing

Hal senada juga terjadi di Yogyakarta, Solo, Makassar. Fajar Assad, seorang penggiat komunitas startup Makassar yang sebelumnya pernah mendirikan LeanSkill, menyatakan terjadi penurunan jumlah startup baru di kota terbesar di kawasan Timur Indonesia ini dibanding tahun sebelumnya.

“Startup yang sudah eksis hampir dua tahun atau lebih beberapa sekarang sudah tutup, termasuk LeanSkill, Tiketbusku, dan beberapa lainnya,” ujar Fajar.

Fajar mengaku penutupan LeanSkill karena ketidakmampuannya dia berjuang sendirian dan fokus mengembangkan produk dan pasar. Meskipun demikian, ia tidak sendirian.

Menurut Fajar, kebanyakan penggiat startup daerah memulai ide dari hal-hal yang sudah dikembangkan di kota-kota lain, khususnya di ibukota. Oleh karena itu yang pertama kali muncul adalah layanan on-demand dan marketplace. Tantangan utama adalah edukasi pasar. Ketika memulai, secara umum konsumen di kotanya belum siap mengadopsi.

Soekma Agus Sulistyo, anggota penggerak Solocon Valley, mengamini pendapat ini. Ia menyebutkan di Solo sudah mulai muncul sejumlah startup baru, namun kemudian mereka mengubah model bisnis karena keraguan terhadap adopsi pasar.

“Kendala utamanya karena di Solo belum ada model bisnis yang terbukti sehingga masyarakat belum begitu paham. Kendala lain juga seputar pemahaman teknologi di pangsa pasar, menyebabkan KPI tidak terkejar,” terang Agus.

Ketika pasar sudah mulai nyaman dengan layanan yang ditawarkan, “bencana” muncul dengan kehadiran startup nasional yang menawarkan layanan yang lebih baik dan dukungan permodalan yang tidak bisa ditandingi.

Mereka yang sebelumnya sudah berjibaku dengan pasar yang masih “hijau” memilih tutup, karena merasa tidak mungkin bersaing dengan para unicorn.

Berusaha bertahan dengan mencari ceruk

Mereka yang mampu bertahan adalah mereka yang mampu beradaptasi dan mendapatkan ceruk pasar. SatuLoket yang didirikan sejak tahun 2014 merupakan satu di antaranya.

Berbasis di Yogyakarta, startup yang didirikan Akbar Faisal ini menyasar klien korporasi saat menawarkan produknya. Hal ini masuk akal untuk mendorong kelangsungan bisnis yang berkelanjutan, karena sektor B2B memang memiliki spending power dan demand yang lebih tinggi ketimbang masyarakat umum. Pun biaya edukasinya lebih rendah. Meskipun demikian, karena pola pikirnya fokus di transaksional, potensi scale-nya juga terbatas.

“Kami masih bertahan karena market, rata-rata memang di Yogyakarta dan segmen B2B. Jadi selama bisnis mereka berjalan, SatuLoket aman. Di sisi lain memang dari tim sudah mulai dirampingkan, karena kami fokus ke bisnis dan membangun konsumen loyal. Tidak ada jor-joran fitur, promo, inovasi, setidaknya sampai tahun ini,” ungkap Akbar.

DokterChat, sebuah startup baru di sektor teknologi kesehatan yang berbasis di Solo dan memulai bisnisnya awal November ini, mencoba mencari pasar dengan tidak jor-joran mengeluarkan biaya pemasaran.

Founder DokterChat, dr Yudhistya Ngudi Insan Ksyatria, SpOG, mengatakan, “Aplikasi ini harapannya membuat cara kerja dokter lebih scalable, artinya tidak hanya bisa bermanfaat untuk lingkup kecil di sekitarnya. Kami low cost startup, sehingga untuk dana tidak ada masalah. Cara mencari customer bukan dengan marketing berbayar, tapi memberi value. Sehingga follower-nya banyak dan organik, benar-benar sesuai target market.”

Yang baru masih bersemangat

Meskipun penurunan terasa di daerah yang telah mengenal ekosistem startup sejak dua-tiga tahun yang lalu, iklim berbeda didengungkan penggiat startup di kawasan baru, seperti di Padang, Sumatra Barat. Menurut Hendriko Firman, Founder Visio Incubator, sebuah inkubator lokal, justru saat ini di sana sedang mulai hype pendirian startup, khususnya oleh kawula muda.

Menurut Hendriko, program inkubator besutannya sedang membina 27 startup dengan total 84 founder. Kehadiran sejumlah program edukasi di sektor teknologi, disebut Hendriko, mendukung perkembangan startup di kawasan tersebut.

Tentu saja hype tidak akan menjamin semuanya bakal bertahan dalam jangka waktu lama.

Tak cuma modal ide dan semangat

Suasana sebuah bootcamp yang diadakan Gerakan Nasional 1000 Startup Digital
Suasana sebuah bootcamp yang diadakan Gerakan Nasional 1000 Startup Digital

Fenomena tahun ini menjadi pembuktian bahwa ide dan semangat saja tidak cukup. Berkaca pada kondisi di Amerika Serikat dan Tiongkok, ketika pada akhirnya segmen-segmen teknologi mengerucut ke sejumlah perusahaan besar saja, fenomena serupa sudah mulai merembet ke Tanah Air.

Tahun ini, berdasarkan data yang dikumpulkan Amvesindo, Google, dan AT Kearney, mayoritas perolehan pendanaan startup Indonesia, yang di paruh pertama 2017 mencapai 40 triliun Rupiah, terkonsentrasi di startup-startup unicorn.

Hype yang terjadi di sejumlah kota dua-tiga tahun yang lalu ternyata tidak bersambut karena kesulitan mengatasi berbagai kendala, baik dari sisi kesiapan pasar, kemampuan pengembangan teknologi, maupun akses ke permodalan.

“Menurut saya yang paling krusial dibutuhkan: pertama ialah mentorship dan fasilitas, kedua tim dan kolaborasi, dan ketiga pendanaan,” ujar Fajar.

Tanpa ketiganya, mustahil penggiat startup daerah untuk bersaing dengan startup nasional yang lebih matang. Kita ingin fenomena startup tidak hanya terkonsentrasi di ibukota, tetapi startup-startup daerah harus memiliki pondasi kuat agar bisa menjadi bisnis yang berkelanjutan.


Amir Karimuddin dan Randi Eka berpartisipasi dalam penulisan artikel ini.

SMART IT Fest 2017 Sajikan Ragam Acara Seputar Teknologi di Solo

Jurusan D3 Teknik Informatika Universitas Sebelas Maret bekerja sama dengan E-Mailkomp (Entitas Mahasiswa D3 Teknik Informatika) akan kembali menyelenggarakan agenda tahunan mereka. Bertajuk “SMART IT Fest 2017” atau “Sebelas Maret IT Fest 2017”, acara ini akan diselenggarakan di atrium Hartono Mall Solo Baru, Jawa Tengah, pada tanggal 15-17 September 2017 mulai dari pukul 09.00 – 21.00. SMART IT Fest 2017 membawakan tema besar “Sinergisitas Teknologi Pada Era Industri Kreatif”.

Ada beberapa agenda yang akan disajikan dalam rangkaian acara ini. Pertama ialah pameran tugas akhir mahasiswa D3 Teknik Informatika UNS. Para peserta akan memamerkan tiap produk yang dikembangkan, dan pengunjung dapat mencoba karya tersebut. Adapun produk yang dipamerkan terdiri dari tiga kategori, yang pertama sistem informasi dan mobile app, kemudian produk multimedia dan produk berbasis game.

Selain itu ada juga acara bertajuk Information Technology Competition, merupakan sebuah lomba di bidang teknologi. Ada dua hal yang dilombakan, pertama tentang server security dan yang kedua game competition. Untuk lomba Server Security bertajuk “Capture The Flag” ditujukan untuk siswa/i SMA/SMK sederajat dengan membentuk tim yang terdiri dari 3 orang. Sedangkan game competition dalam hal ini menggunakan Dota 2 ditujukan untuk umum.

Acara talkshow juga menjadi salah satu agenda dalam SMART IT Fest 2017. Bekerja sama dengan Komunitas Masyarakat Anti Hoax Solo, di sini akan didiskusikan tentang bagaimana persebaran berita hoax dan bagaimana menyikapinya. Diharapkan sesi ini dapat memberikan pemahaman dan pengertian tentang bahaya dari penyebaran berita hoax dan juga cara mengurangi penyebaran berita hoax. Acara ini akan diselenggarakan pada tanggal 16 September 2017.

Yang terakhir terkait acara seminar seputar teknologi. Ada empat tema yang akan disajikan dalam rangkaian seminar ini, yakni:

  • Security: Secure Your Data From Carding
  • Android: Smart Building an Awesome App For Every People
  • Startup: Execute Locally Potential, Innovate Globally
  • IoT: Building Smart Energy With Internet Of Things

Untuk pendaftaran rangkaian acara ini dapat dilakukan secara online melalui http://bit.ly/seminarsif17.


Disclosure: DailySocial merupkan media partner SMART IT Fest 2017.

Hadirkan Direktori Tempat Makan, “Mangan” Siap Bersaing

Solo sebagai kota wisata menyediakan banyak sekali pilihan tempat makan untuk para wisatawan atau pendatang. Salah satu kesulitan yang lazim ditemui adalah susahnya mendapatkan tempat makan yang memuaskan, baik dari segi rasa maupun harga. Untuk mengatasi masalah ini hadirlah aplikasi Mangan (Mobile Pangan, tapi juga berarti makan dalam bahasa Jawa), sebuah aplikasi yang menyediakan informasi kuliner kota Solo, lengkap dengan ulasannya.

Apa yang diusung aplikasi Mangan sebenarnya mirip dengan konsep yang diusung Zomato atau Qraved. Hanya saja Mangan fokus pada bisnis makanan UMKM, sehingga Mangan selain menjadi solusi mencari tempat makan berkualitas juga bisa menjadi sarana promosi yang terjangkau bagi bisnis kuliner UMKM yang ada di Solo.

Hamzah, pendiri Mangan, mengungkapkan dirinya secara sadar melihat aplikasi Mangan akan bersaing langsung dengan pesaing besar dan sudah lebih dulu masuk dalam kancah bisnis direktori tempat makan. Meski demikian, Hamzah masih optimis aplikasi yang dikembangkan bersama dengan timnya akan diterima oleh masyarakat.

Kehadiran layanan serupa tidak begitu dianggap beban oleh Hamzah dalam mengembangkan aplikasi Mangan. Ia malah merasa lebih terbantu karena pasar dan masyarakat sudah teredukasi berkat hadirnya layanan sejenis dan lebih dulu hadir.

“Kami percaya bahwa hanya di Mangan yang dapat mengangkat konten Nusantara dengan menyasar sektor ekonomi kerakyatan yaitu UMKM. Saat ini MANGAN juga masih banyak berbenah baik dari segi aplikasi, layanan dan juga menyiapkan nilai pembeda dari kompetitor. Namun satu yang cukup membuat kami terbantu dengan adanya kompetitor adalah market Indonesia yang sudah teredukasi oleh mereka, sehingga boleh dibilang kita perlu menghadirkan apa yang dibutuhkan market namun belum mampu dipenuhi kompetitor,” terang Hamzah.

Diterima di Solo, melangkah ke Yogyakarta

Sebagai direktori tempat makan, aplikasi Mangan memiliki sejumlah fitur khas aplikasi sejenis, seperti daftar tempat makan, review, dan beberapa tampilan menu-menu andalan. Untuk memberikan informasi yang akurat, para reviewer untuk aplikasi Mangan mencoba setiap menu yang akan ditampilkan di Mangan. Hal ini dilakukan untuk menghindari penilaian yang tidak sesuai, apa lagi untuk tempat makan yang baru buka.

Setelah hampir satu tahun beroperasi di Solo, aplikasi Mangan akhirnya membuka diri untuk merambah Yogyakarta, menyediakan informasi kuliner dan bersiap menggandeng UMKM kuliner untuk menjadi mitra aplikasi Mangan.

“tim reviewer MANGAN memang harus mencicipi suatu makanan untuk nantinya membagikan cerita tersebut ke pengguna. Karena biasanya, untuk tempat makan baru atau tempat makan yang belum pernah dicoba, pengguna bakal mikir2 kira2 rasanya enak gak ya, jangan-jangan zonk, ga tau harganya jangan-jangan mahal, dan sebagainya pertanyaan tersebut yang menghalangi mereka untuk mencicipi makanan baru tersebut. Jadi ya di akhir kami seperti bertindak sebagai host kuliner,” terang Hamzah.

Saat ini dari data internal pihak Mangan mereka sudah mengumpulkan sekitar 6000 download dengan pengguna aktif mencapai 1000 pengguna per bulan. Selain aplikasi, pihak Mangan juga memiliki channel chatbot Line yang memiliki kurang lebih 10.000 audience. Total mitra UMKM kuliner Mangan mencapai 400 tempat dan diharapkan akan terus bertambah.

Hamzah menuturkan perlahan tapi pasti Mangan akan mulai membuka layanan di beberapa kota lainnya, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Magelang, dan Lampung. Selain itu untuk mengembangkan Mangan secara bisnis mereka juga tengah mengembangkan sebuah platform manajemen dan operasional UMKM.

Application Information Will Show Up Here

Solocon Valley Sebagai Wadah Pergerakan Startup di Solo

Hiruk pikuk startup di Indonesia membawa rangkaian gerbong gerakan dan inovasi untuk membawa keadaan ekosistem startup lebih baik lagi. Tak hanya di kota-kota seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya pergerakan startup juga terjadi di Solo. Sekelompok pemuda di Solo beramai-ramai membuat sebuah perkumpulan, tempat kerja, dan tempat berdiskusi yang dinamakan Solocon Valley.

Solocon Valley sejatinya merupakan bentuk dari kesepakatan para penggerak startup di Kota Solo yang berkumpul dan akhirnya membentuk sebuah wadah untuk menampung para penggiat startup yang sebelumnya bergerak sendiri-sendiri dan terkesan underground. Gagasan Solocon Valley sendiri sudah dimulai semenjak Agustus 2015 silam dan baru muncul ke permukaan baru-baru ini.

Salah satu penggerak Solocon Valley dan juga penggiat startup asal Solo Pedi Marhaendra (Pendiri Seewa.id) menyebutkan bahwa Solocon Valley ini berada di daerah Mojosongo, kawasan kampus UNS (Universitas Sebelas Maret), kampus 2 ISI Surakarta dan technopark.

“Solocon Valley sendiri meskipun nama nya nyerempet dikit dengan kiblat dunia startup di Amerika sana (Silicon Valley), namun sebenarnya secara harfiah “Solo” adalah kota, “con” adalah kependekan dari conference atau pertemuan dan “Valley” adalah lembah. Meskipun Solo sendiri adalah lembah dari gunung Merapi dan gunung Lawu, secara spesifik lokasi kami juga merupakan lembahnya kota Solo, tepatnya di daerah Mojosongo, kawasan kampus UNS (Universitas Sebelas Maret), kampus 2 ISI Surakarta, dan technopark (pusat teknologi di kota Solo),” terang Pedi.

Penggiat startup Solo lainnya Soekma A Sulistyo (Soku – food commerce) menjelaskan bahwa Solocon Valley juga bisa disebut sebagai co-working space karena di sana terdapat fasilitas-fasilitas seperti meja, kursi, internet, dan juga minum yang tersedia secara gratis. Melengkapi penjelasan Soekma, Pedi menjelaskan bahwa selain co-working space, Solocon Valley juga bisa disebut  sebagai sebuah ekosistem startup. Sebuah gerakan atau perkumpulan yang bertujuan untuk mengembangkan startup di kota Solo.

“Kami lebih senang jika disebut sebagai ekosistem startup, karena kalau di co-working space itu hanya startup yang terdaftar di program inkubasi atau akselerator saja yang bisa mengakses fasilitas itu. Sementara di sini tidak. Siapa pun bahkan bukan startupers atau yang baru mau belajar-belajar aja juga boleh kok kalau mau datang,” ungkap Pedi.

Solocon Valley yang masih dirintis ini mempunyai sebuah acara yang disebut dengan SelosoCon Valley Day, sebuah acara yang diadakan di hari Selasa (dalam bahasa Jawa Seloso) yang memungkinkan berkumpulnya para penggerak untuk belajar bersama-sama dengan mentor yang telah ditunjuk.

Hadirnya Solocon Valley ini diharapkan mampu melahirkan startup-startup berkualitas yang mampu bersaing di industri startup tanah air. Solo, begitu juga dengan kota-kota lainnya tentu mempunyai potensi yang sama dalam memenangi ekosistem startup Indonesia yang persaingannya masih terbuka lebar.

Eon Sulap Skateboard Biasa Menjadi Papan Luncur Bermotor Listrik

Kita sudah melihat berbagai upaya produsen dalam membuat alternatif hoverboard. Sejauh ini, self-balancing scooter masih merupakan pilihan praktis dibanding board bertenaga kipas angin atau magnetic levitation. Tapi jujur saja, self-balancing scooter tidak sekeren mengendarai skateboard, dan belum bisa menjadi solusi transportasi personal yang diandalkan.

Kabar gembiranya, tim Unlimitend asal Barcelona menggunakan pendekatan tradisional dalam menciptakan kreasi mereka. Setelah masa pengembangan yang menghabiskan waktu setahun lebih, belum lagi memproduksi berbagai inkarnasi purwarupa, developer akhirnya memperkenalkan Eon. Alat unik ini dibuat untuk mengubah skateboard standar menjadi papan luncur bertenaga motor elektrik.

Eon 1

Eon hadir dalam wujud modul. Beratnya mulai dari 1,5kg sampai 2,9kg, diklaim sebagai powertrain paling ringan yang ada di pasar saat ini. Cara menggunakannya sangat sederhana: cantumkan Eon di bagian bawah skateboard, dan Anda bisa segera meluncur. Motor didesain agar tidak menyebabkan adanya gaya gesek, jadi jika Eon tidak dinyalakan (atau baterainya habis), device tidak menghambat gerakan roda.

Eon dapat disematkan ke semua jenis skateboard: longboard, shortboard, penny board, nickel board, hingga desain old-school. Proses instalasinya juga mudah dan singkat, memakan waktu kurang dari 15 menit; Anda tinggal melepas bagian roda serta truck dari deck, membubuhkan pelat mounting serta PowerPack, lalu memasang roda khusus Eon di truck. Selanjutnya, papan luncur Anda memperoleh motor listrik berkekuatan 1000-Watt.

Eon 2

Ada tiga model konfigurasi Eon. Pertama adalah Solo, menyuguhkan motor berbobot paling ringan, mampu mencapai jarak 12km dan mendaki sudut sembilan derajat. Buat pemakaian sehari-hari, Unlimited sendiri merekomendasikan Cruiser, dapat menempuh jarak dua kali lebih jauh dibanding Solo. Seandainya memerlukan lebih banyak tenaga, Anda bisa memilih R karena varian ini menyimpan dua motor dan sanggup mendaki lereng dengan kemiringan 20 derajat. Semua model melesat di kecepatan maksimal 35km/jam.

Melalui situs Kickstarter, Anda juga bisa memesan Eon edisi terbatas dengan tiga tipe deck: Brute (terbuat dari delapan lapis kayu maple Kanada), Drop (mengusung bahan bambu dan fiberglass, cukup lentur dan stabil) serta Kick (bermaterial bambu dan fiberglass, tingkat manuvernya paling tinggi). Eon turut disertai aplikasi mobile di mana Anda dapat mengendalikan mode serta mengustomisasi fungsi-fungsinya via smartphone.

Selama kampanye crowdfunding berlangsung, Eon dijajakan seharga mulai dari € 500 (kit Solo), atau € 570 termasuk board (Brute, Drop atau Kick).

Disebut Sebagai Smart Drone Pertama di Dunia, 3DR Solo Mendarat di Indonesia

Sudah hampir sembilan tahun berlalu semenjak Chris Anderson dan anak-anaknya merakit drone dengan memanfaatkan komponen Lego Mind Machine. Kini perusahaan yang ia pimpin bersama Jordi Muñoz, 3D Robotics, diakui sebagai produsen drone komersil terbesar asal Amerika Serikat. Dan tim 3DR baru saja mengumumkan kabar gembira buat para antusias quad-copter di Tanah Air.

Developer sekaligus pemasok barang-barang teknologi dan robotik, Halo Robotics, baru saja mengumumkan penandatanganan perjanjian distribusi dengan 3D Robotics untuk menghadirkan Solo ke nusantara. Melalui langkah ini, Indonesia menjadi negara Asia pertama tempat 3DR Solo mendarat. Solo merupakan seri flagship ciptaan perusahaan asal Berkeley tersebut, dibekali beragam fitur canggih hingga 3DR tak ragu menyebutnya sebagai drone pintar pertama di dunia.

3DR Solo 05

Saking pintarnya, 3DR berpendapat bahwa Solo kurang pantas disebut drone. Apa yang membuatnya begitu cerdas? Pertama, produsen menanamkan sistem autopilot Pixhawk 2. Lalu ia beroperasi dengan dua komputer berkecepatan 1GHz, satu terdapat di unit copter, dan satu lagi di controller. Mereka berdua tersambung lewat sinyal Wi-Fi khusus, dimediasi sistem 3DR Link.

3DR Solo 04

Melalui dua komputer itu, 3DR bisa membagi tugas tiap-tiap fungsi Solo. Bagi drone videography pada umumnya, autopilot adalah tulang punggung, kerusakan pada sistem ini dapat berakibat fatal. Tapi berkat pembagian peran – Smart Shots, transmisi video HD dan kendali kamera GoPro di satu komputer; dan autopilot di komputer lain – peluang kegagalan sistem jadi berkurang drastis.

3DR Solo 11

3DR Solo 09

Di sesi demonstrasi, chief revenue officer Colin Guinn menekankan betapa mudahnya mengoperasikan Solo. Ia bisa terbang cukup dengan menekan satu tombol, memberikan kesempatan bagi user paling awam untuk mengambil gambar serta video ala profesional. Sistem drone berjalan penuh secara otomatis, menjaga prosedur penerbangan tetap stabil, sehingga Anda segera mendapatkan sudut-sudut sinematik. Inilah kapabilitas Smart Shots.

3DR Solo 08

3DR Solo 10

Dengannya, 3DR Solo bisa melakukan bermacam-macam manuver. Satu contohnya ialah mode Cablecam, di mana drone seolah-olah terpaut ke kabel virtual. Ia akan bergerak mengikuti jalur, dan Anda dibebaskan mengarahkan kamera. Atau silakan gunakan mode Orbit, memerintahkan Solo mengelilingi objek target pilihan, dan kita dibebaskan menentukan jarak. Anda juga dapat mengaktifkan fitur Selfie atau Follow – hands-free, merekam segala gerakan pengguna.

3DR Solo 06

3DR Solo 12

Peracikan Solo dilakukan 3D Robotics bersama tim GoPro, dan tentunya drone dioptimalkan buat action camera tersebut. Untuk sekarang ia menjadi satu-satunya quad-copter UAV yang menawarkan fungsi streaming video HD dari device GoPro langsung ke perangkat bergerak dengan jarak mencapai 800-meter, plus fitur-fitur eksklusif lain berkat integrasi kedua device.

3DR Solo 01

Unit controller tidak kalah spesial. Komponen ini dibentuk menyerupai gamepad, rancangannya ergonomis dan didesain spesifik demi mendukung fotografi udara. Dan tetap berpedoman pada bentuk ala periferal gaming, 3DR bahkan mencantumkan tombol pause, buat mengerem dan menghentikan drone di udara. Disediakan pula app khusus untuk perangkat iOS dan Android, dengan kemudahan konfigurasi akses ke tampilan live atau satellite view, mengendalikan arah GoPro, bahkan kita bisa mengustomisasi respons controller.

3DR Solo 07

3DR Solo kompatibel dengan GoPro Hero3, 3+, dan Hero4. Buat streaming video, drone menyuguhkan resolusi 720p. Ia dapat terbang selama 20 sampai 25 menit (ditopang baterai 5.200mAh), sanggup melesat mencapai kecepatan 89-km/jam, dan bisa membawa beban maksimal 420-gram. Bobotnya sendiri ialah 1,8kg, sudah meliputi kamera GoPro dan gimbal, mempunyai tinggi 25cm dan lebar 46cm.

3DR Solo 13

Colin Guinn sempat menjelaskan bahwa Solo akan sangat sempurna buat mengabadikan keindahan alam Indonesia, dengan contoh skenario menerbangkan drone tersebut di pantai pulau Bali. Saya penasaran apakah Solo turut didukung daya tahan terhadap cuaca, dan menanyakannya pada Guinn. Ia bilang, bagian eksterior drone memang diramu sedemikian rupa supaya memperkecil potensi kerusakan, namun tetap rentan terhadap air serta pasir.

Jika hal yang tidak diinginkan itu terjadi, 3DR telah menyiapkan jalan keluar. Biasanya unit rusak harus diperbaiki secara keseluruhan, memakan waktu sampai dua bulan. Solusi mereka adalah mengusung desain modular. Ketika salah satu motor tidak bekerja, kita bisa melepasnya sendiri – entah untuk diganti atau diperbaiki.

3DR Solo masuk ke pasar Indonesia secara resmi pada tanggal 14 Desember 2015. Harganya tidak murah. Ia dijajakan di Rp 17 juta, atau Rp 24 juta sudah termasuk gimbal.

Solo Cyber Day 2011, Kejutan Selanjutnya Dari Jokowi

Setelah mengadakan Solo Start 2011, sebuah rangkaian acara bootcamp selama tiga hari berturut-turut, yang juga pernah kami bahas beberapa waktu lalu, kejutan selanjutnya hadir dari Joko Widodo (Walikota Solo) yang akrab disapa Jokowi adalah mengadakan sebuah event bernama Solo Cyber Day 2011. Acara ini akan diselenggarakan hari Minggu besok, lebih tepatnya tanggal 4 Desember 2011 mulai dari pukul 06.00 sampai dengan 12.00 WIB. Acara akan dilaksanakan di Area Citywalk Sriwedari, Solo.

Inti dari event Solo Cyber Day 2011 adalah sebuah deklarasi yang memberikan edukasi kepada masyarakat tentang nilai-nilai positif di dunia cyber (internet).

Dengan banyaknya komunitas online di Kota Solo, pemerintah Solo sendiri mendukung dan memfasilitasi free hotspot di 51 Kelurahan, 5 Kecamatan, 6 Taman Cerdas, Taman Balekambang, Kawasan Ngarsopuro, Plasa Sriwedari, Manahan, Pasar Panggungrejo, dan yang terakhir yang akan segera dapat dinikmati adalah  free hotzone (bukan hotspot) sepanjang 7 KM dari Kleco sampai Perempatan Panggung seperti yang dibahas DailySocial beberapa bulan yang lalu.

Continue reading Solo Cyber Day 2011, Kejutan Selanjutnya Dari Jokowi

Pemerintah Solo Akan Majukan Startup dan Technopreneur Dengan Solo Start 2011

Perkembangan Kota Solo saat ini memang sangat mengagumkan, para pembaca DailySocial tentunya mengenal sosok Walikota dari kota ini, dan banyak orang yang menginginkannya untuk menjadi Walikota di kota yang mereka tinggali. Ya, dia adalah Ir. Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi, sepak terjang beliau memang sangat mengagumkan. Salah satu programnya yang membuat heboh adalah membangun jalur hotspot sepanjang 10KM.

Kini Jokowi kembali dengan gebrakan selanjutnya, yaitu mengadakan Solo Start 2011. Dari penjelasan di situs resmi acara ini, Solo Start 2011 adalah kegiatan yang bertujuan untuk memberikan wadah berbasis teknologi kepada siapa saja untuk dapat menuangkan ide-ide bisnis yang dimiliki hingga proses merealisasikan ide tersebut menjadi sebuah bisnis yang bisa dijalankan, dipasarkan dan tentunya menghasilkan.

Continue reading Pemerintah Solo Akan Majukan Startup dan Technopreneur Dengan Solo Start 2011