Braun Kembali Tekuni Bisnis Audio Lewat Trio Smart Speaker

Sebagian besar dari kita mungkin mengenal Braun sebagai merek gadget rumahan, akan tetapi pabrikan asal Jerman ini sebenarnya membangun reputasinya lewat industri audio, sebelum akhirnya meninggalkan segmen tersebut di tahun 1990. Namun siapa yang menyangka kalau di tahun 2019 ini Braun memutuskan untuk kembali berkiprah di bidang yang membesarkan namanya.

Secara teknis, adalah Pure Audio yang menghidupkan kembali nama Braun di ranah audio. Berbekal lisensi dari Procter & Gamble selaku pemegang merek Braun, tim Pure Audio yang bermarkas di Inggris inilah yang bakal mengembangkan dan memproduksi produk-produk di bawah bendera baru Braun Audio.

Braun LE1 yang menjadi inspirasi / Braun Audio
Braun LE1 yang menjadi inspirasi / Braun Audio

Produk pertama Braun setelah meninggalkan industri audio selama hampir tiga dekade adalah reinkarnasi modern dari salah satu speaker paling tenarnya, Braun LE1 rancangan Dieter Rams. Versi barunya hadir dalam tiga model yang berbeda: LE01, LE02, dan LE03, dengan perbedaan hanya pada ukuran dan kapasitas audionya.

Wujud ketiga speaker ini tetap minimalis dan elegan seperti versi orisinalnya yang dirilis pertama kali di tahun 1959. Sejumlah elemen desain modern tentu sudah diimplementasikan, demikian pula deretan inovasi seputar performa audio dan fitur-fitur pintar macam integrasi Chromecast, dukungan terhadap AirPlay 2 maupun setup multi-room.

Braun Audio LE01 / Braun Audio
Braun Audio LE01 / Braun Audio

Khusus untuk LE01 dan LE02, konsumen dapat menempatkannya dalam orientasi vertikal, lalu menyandingkan dua unit dari masing-masing model untuk menciptakan setup stereo. Sebaliknya, dalam orientasi horizontal, secara default LE01 dan LE02 akan beroperasi sebagai speaker stereo tunggal.

Ketiga speaker ini dilengkapi konektivitas Bluetooth 4.2, akan tetapi tidak ada satu pun yang dapat beroperasi via tenaga baterai. Buat mereka yang memiliki banyak koleksi musik Hi-Res, trio speaker ini siap mengatasi file Hi-Res hingga 24-bit/96kHz.

Braun Audio LE02 / Braun Audio
Braun Audio LE02 / Braun Audio

Sebagai speaker wireless yang eksis di tahun 2019, tiga speaker anyar Braun ini tentunya turut dilengkapi dengan integrasi Google Assistant, lengkap dengan mikrofon noise cancelling yang siap menangkap suara pengguna meski musik tengah diputar cukup keras. Buat yang mementingkan privasi, mikrofonnya dapat dinonaktifkan dengan sekali klik pada salah satu tombol fisiknya.

Rencananya, trio Braun Audio LE Series ini bakal dipasarkan mulai bulan Oktober mendatang. Harganya dipatok $1.199 untuk LE01, $799 untuk LE02, dan $379 untuk LE03, dengan pilihan warna hitam atau putih pada masing-masing model.

Braun Audio LE03 / Braun Audio
Braun Audio LE03 / Braun Audio

Sumber: What Hi-Fi.

Sonos Perkenalkan Speaker Portable Pertamanya, Move

Sebagai pelopor sistem audio multi-room, pengalaman Sonos di bidang speaker wireless tentunya tidak boleh kita remehkan. Kendati demikian, selama ini pabrikan asal Amerika Serikat tersebut rupanya belum pernah memproduksi speaker portable.

Debut Sonos di ranah portable ditandai oleh Sonos Move. Move pada dasarnya merupakan speaker pertama Sonos yang bisa kita bawa keluar rumah. Di samping Wi-Fi dan dukungan terhadap ratusan layanan streaming, Sonos Move turut dibekali koneksi Bluetooth, meski sayangnya cuma Bluetooth 4.2, bukan Bluetooth 5.0 seperti yang banyak dibicarakan belakangan ini.

Sonos Move

Meski dikategorikan portable, fisik Move rupanya jauh lebih bongsor ketimbang Sonos One, dengan dimensi 240 x 160 x 126 mm, serta bobot yang mencapai angka 3 kilogram. Ini berarti kinerja audio Move semestinya juga lebih baik daripada One, utamanya berkat sebuah tweeter dan mid-woofer yang disokong oleh sepasang amplifier Class-D.

Label portable itu didapat dari baterai terintegrasi yang mampu bertahan hingga 10 jam pemakaian dalam satu kali pengisian, tidak ketinggalan juga sebuah handle di bagian belakang yang menyatu dengan rangka Move. Rangkanya ini pun dirancang supaya weatherproof dengan sertifikasi IP56, sebuah keharusan buat perangkat yang dimaksudkan untuk digunakan di luar rumah.

Urusan charging, Move datang bersama sebuah unit docking yang praktis. Kabar baiknya, unit docking ini bukanlah suatu kewajiban apabila Anda berencana membawa Move bepergian jauh, sebab Move juga bisa di-charge langsung menggunakan kabel USB-C dan adaptor.

Sonos Move

Dari segi fitur pintar, Move banyak mewarisi kakak-kakaknya yang hanya dibekali Wi-Fi. Integrasi Google Assistant sekaligus Amazon Alexa adalah salah satunya, demikian pula fitur Trueplay yang memungkinkan speaker untuk mengadaptasikan kinerja audionya dengan kondisi ruangan. Pada Sonos Move, fitur Trueplay ini bahkan sudah disempurnakan lebih lanjut agar dapat beroperasi secara otomatis.

Rencananya, Sonos Move bakal dipasarkan secara global mulai 24 September mendatang dengan banderol $399. Harga tersebut tergolong tinggi di segmen speaker portable, akan tetapi kita juga tidak boleh lupa dengan fakta bahwa Move tetap merupakan sebuah speaker multi-room. Kebetulan saja ia juga bisa mengandalkan koneksi Bluetooth ketika diperlukan.

Sumber: Sonos dan The Verge.

Smart Speaker Sudah, Bose Kini Luncurkan Portable Smart Speaker

Bose sejauh ini sudah merilis dua smart speaker, yakni Home Speaker 500 dan Home Speaker 300. Keduanya sama-sama mengusung integrasi Alexa dan Google Assistant sekaligus, tapi tidak ada satu pun yang bersifat portable, alias dilengkapi unit baterainya sendiri dan dapat dioperasikan tanpa harus menancap ke sambungan listrik.

Celah tersebut akhirnya sudah diisi oleh Bose Portable Home Speaker, yang baru saja datang sembari membawa baterai berkapasitas 12 jam pemakaian. Sebagai produk yang portable, tentu saja ia memiliki gagang untuk dibawa-bawa, dan sekujur bodinya diklaim tahan air dengan sertifikasi IPX4.

Dalam tubuh seberat 0,9 kilogram-nya, tertanam sebuah driver aktif, tiga radiator pasif, dan sebuah deflector untuk mendongkrak respon bass-nya, mengingat speaker kecil umumnya dinilai kurang membahana. Bentuknya yang silindris mengindikasikan bahwa speaker ini siap mendistribusikan suara ke seluruh sisi alias 360 derajat.

Bose Portable Home Speaker

Seperti yang saya bilang, integrasi Alexa dan Google Assistant merupakan fitur unggulan dari speaker ini, yang berarti interaksi dengan kedua asisten virtual tersebut dapat dilangsungkan tanpa smartphone sebagai perantaranya. Tombol “mic-off” turut tersedia bagi konsumen yang sangat menjaga privasinya.

Terkait konektivitas, Wi-Fi dan Bluetooth sudah pasti tersedia, akan tetapi speaker berdimensi 19 x 10 cm juga dibekali kompatibilitas dengan AirPlay 2 maupun Spotify Connect. Baterai berdaya tahan 12 jam itu mengandalkan USB-C untuk charging.

Bose berencana memasarkan Portable Home Speaker mulai 19 September mendatang seharga $349. Pilihan warna yang tersedia cuma dua seperti pada gambar.

Sumber: Engadget dan Bose.

Buoq Axis Ialah Headphone Wireless yang Bisa Berubah Jadi Speaker

Modal ialah satu-satunya batasan seorang pecinta audio. Akan selalu ada produk penyaji musik yang lebih baru, lebih canggih dan lebih mahal. Itu sebabnya sungguh bijaksana jika dalam menikmati kegemaran ini, Anda lebih dulu menetapkan batasan, serta memilih produk-produk dengan fitur serta fungsi terlengkap. Satu alternatifnya adalah kreasi dari perusahaan bernama Buoq.

Lewat Kickstarter, tim inventor asal Barselona itu memperkenalkan Buoq Axis, yaitu headphone wireless Hi-Fi pertama di dunia yang bisa diubah menjadi speaker portable kapan pun Anda menginginkannya. Transisi Buoq Axis dari headset ke speaker berlangsung secara mudah dan singkat berkat pemanfaatan struktur unik.

Di mode normal, Buoq Axis terlihat seperti headphone biasa. Ia memiliki dua housing speaker, disambung oleh headband adjustable. Earcup on-ear-nya mengusung jenis bantalan NIF Tech yang empuk, aman di kulit, memiliki sirkulasi udara yang baik, anti-air dan noda, serta berfungsi pula sebagai sistem noise cancelling pasif. Padding serupa juga diterapkan di sisi bawah headband.

Buoq Axis 2

Setelah tersambung ke perangkat pemutar musik via Bluetooth 5.0, beberapa fungsi Buoq Axis bisa Anda akses via tombol yang bersembunyi di pelat aluminium bundar di sisi luar: tekan sekali untuk play/pause, dua kali buat pindah ke lagu berikutnya, atau tekan selama satu detik buat mundur. Di dekat pelat itu terdapat tombol switch equalizer. Dengannya, kita dapat menonjolkan vokal, bass atau memilih preset seimbang secara instan.

Buoq Axis 1

Saat ingin berbagi musik, yang perlu Anda lakukan hanyalah memutar housing/earcup 180 derajat ke arah luar dan Buoq Axis segera berubah menjadi speaker. Selanjutnya, Anda dapat menaruh di mana saja, atau alternatifnya, mengalungkan Buoq Axis di leher. Metode ini cocok jika Anda ingin mendengarkan musik saat berkendara di atas sepeda tanpa mengurangi keawasan terhadap keadaan sekitar.

Buoq Axis 4

Jantung dari kapabilitas Buoq Axis adalah sepasang driver 40-milimeter ‘berkualitas tinggi’ yang dibantu oleh unit micro amplifier terintegrasi. Kombinasi dari semua itu memungkinkan perangkat menghasilkan suara yang lantang, dapat terdengar hingga radius 15-meter. Buoq Axis dibekali baterai internal berdaya tahan cukup lama, mampu menghidangkan musik 18 jam non-stop di mode headphone atau 11 jam di mode speaker.

Buoq Axis 5

Menariknya lagi, Buoq Axis tak cuma didukung koneksi wireless. Audio juga bisa dikirimkan lewat kabel bercolokan 3,5-milimeter, baik ketika Anda ingin menggunakan perangkat sebagai headset maupun speaker. Selain itu, bagian earcup terpasang ke housing secara magnetis, dan Anda dapat menggota-gantinya dengan warna lain yang sudah Buoq sediakan.

Buoq Axis bisa Anda pesan di situs crowdfunding Kickstarter. Di sana, produk dijajakan seharga mulai dari € 90 atau kisaran US$ 100, dan akan didistribusikan pada para backer di bulan Oktober 2019. Bundel pembeliannya sudah termasuk kabel charger, kabel Aux-in 3,5mm, pouch travel anti-air dan hard case.

HumBird Gunakan Teknologi Bone Conduction Untuk Mengubah Segala Objek Jadi Speaker

Istilah bone conduction di ranah audio memang terdengar cukup baru buat kita, namun solusi ini sebetulnya sudah digunakan oleh Ludwig van Beethoven untuk terus berkarya bahkan ketika ia kehilangan kemampuan mendengar. Sederhananya, sistem tersebut memanfaatkan tulang di kepala untuk mengantarkan suara ke koklea – bukan menggunakan getaran di udara seperti saat kita mendengar suara secara normal.

Bagi sejumlah orang, metode ‘getaran tulang’ memang bukanlah cara terbaik dalam menikmati musik. Namun, bone conduction membuka banyak peluang penggunaan lain karena sistem ini memungkinkan kita untuk mendengarkan konten tanpa mengurangi faktor keawasan terhadap keadaan di sekitar. Menariknya, tim Duramobi menemukan cara lain buat memanfaatkan teknologi bone conduction lewat produk bernama HumBird.

HumBird merupakan perangkat audio sekaligus alat eksperimen seru. Fungsinya adalah mengubah objek apapun – diutamakan yang memiliki ruang kosong di tengahnya – menjadi speaker. HumBird mempunyai wujud mungil, dibuat dari bahan aluminium kelas pesawat terbang dan mempunyai bentuk pipih seperti puck hoki dengan diameter cuma 4-sentimeter dan bobot 35-gram. Perangkat tersambung ke smartphone secara nirkabel via Bluetooth 5.0.

HumBird 4

Dengan menaruhnya di suatu permukaan, HumBird bisa menghasilkan suara sampai 115-desibel – sekitar empat hingga lima kali lebih lantang dibanding speaker smartphone. Uniknya, tiap-tiap objek mempunyai karakteristik audio berbeda: boks kardus membuat bass lebih terasa, permukaan kaca memastikan output terdengar lebih jernih, lalu objek keras seperti meja kayu atau dashboard mobil memastikan suara vokal jadi lebih jelas. Tentu saja objek-objek lain punya efek sendiri dan Anda dipersilakan untuk bereksplorasi.

HumBird 3

Duramobi menjelaskan, “Dengan mengadopsi teknologi bone conduction dan instrumen moving coil, HumBird mengubah suara jadi getaran mekanik di frekuensi yang bervariasi, memanfaatkan efek pada material-material berbeda tempat ia diletakkan. HumBird mampu menghasilkan vibrasi yang orisinal, berubah-ubah, dan bisa dikustomisasi. Ia membuktikan bahwa semua hal punya suaranya sendiri.”

HumBird 2

HumBird ditenagai oleh baterai 400mAH yang dijanjikan sanggup menyajikan musik selama tiga jam non-stop. Untuk mengisi ulang kembali, tersedia charging port USB type-C. Durasi charging-nya cukup singkat. Dari kondisi kosong ke 80 persen hanya memakan waktu 15 menit. Hal unik lain dari HumBird ialah, Anda bisa memasangkan dua speaker bone conduction ini buat mendapatkan output stereo.

Duramobi telah mempersilakan kita untuk memesan HumBird. Produk bisa Anda beli di Kickstarter, dijajakan seharga mulai HK$ 156 (kisaran US$ 20) selama masa pengumpulan dana masih berlangsung. Khusus para backer, HumBird akan mereka dapatkan pada bulan Agustus 2019 nanti.

Bose Umumkan Smart Speaker Baru dengan Integrasi Alexa dan Google Assistant Sekaligus

Bose memperkenalkan smart speaker sekaligus soundbar perdananya tahun lalu. Saat dirilis, tiga perangkat itu hanya mengemas integrasi Alexa, namun Bose berjanji untuk segera menambahkannya. Janji itu mereka tepati hari ini lewat update yang mendatangkan integrasi Google Assistant pada Bose Home Speaker 500, Bose Soundbar 700, dan Bose Soundbar 500.

Bersamaan dengan itu, Bose turut menyingkap anggota baru di keluarga smart speaker mereka, yaitu Bose Home Speaker 300. Melihat wujudnya, tampak jelas bahwa Home Speaker 300 dirancang sebagai adik kecil Home Speaker 500, dengan desain yang serupa namun dalam dimensi yang lebih ringkas.

Meski lebih kecil, Home Speaker 300 tak bisa dikategorikan sebagai speaker portable mengingat ia tidak dilengkapi unit baterai. Kendati demikian, ia masih bisa difungsikan sebagai speaker Bluetooth biasa terlepas dari kelengkapan konektivitasnya yang mencakup AirPlay 2.

Bose Home Speaker 300

Ukuran bukan satu-satunya pembeda Home Speaker 300 dan 500. Adik kecilnya ini tidak dilengkapi layar berwarna yang berfungsi untuk menampilkan album art pada Home Speaker 500. Sebagai gantinya, sisi depan Home Speaker 300 cuma mengemas indikator LED kecil yang akan menyala ketika mikrofonnya aktif mendengarkan perintah suara yang dilontarkan pengguna.

Panel atasnya masih dihuni oleh sederet tombol pengoperasian. Namun tentu ini bukan satu-satunya metode pengoperasian yang tersedia, sebab seperti yang saya bilang, pengguna bebas meminta bantuan kepada Alexa maupun Google Assistant.

Bose berencana untuk melepas Home Speaker 300 ke pasaran mulai tanggal 20 Juni mendatang. Banderol harganya dipatok $260, tergolong premium jika dibandingkan dengan sebagian smart speaker lain di pasaran, tapi setidaknya jauh lebih terjangkau ketimbang Bose Home Speaker 500.

Sumber: VentureBeat dan The Verge.

Marshall Luncurkan Dua Speaker Bluetooth Baru: Stockwell II dan Tufton

Saya yakin tidak banyak dari kita yang pernah mendengar pabrikan bernama Zound Industries. Lain halnya dengan Marshall; saya yakin cukup banyak yang tahu reputasi produsen amplifier gitar elektrik tersebut tanpa harus menjadi seorang gitaris.

Lalu mengapa saya membandingkan keduanya? Karena selama ini Zound Industries adalah sosok yang bertanggung jawab atas deretan headphone dan speaker milik Marshall, dan kolaborasi keduanya baru saja menelurkan sepasang speaker Bluetooth baru: Marshall Stockwell II dan Marshall Tufton.

Keduanya melengkapi Marshall Kilburn II yang telah hadir lebih dulu sejak tahun lalu. Yang paling membedakan, kalau Kilburn II memiliki wujud berorientasi horizontal, baik Stockwell II maupun Tufton sama-sama berorientasi vertikal. Kendati demikian, ketiganya sama-sama menganut gaya desain retro yang menyerupai amplifier rancangan Marshall.

Marshall Stockwell II

Stockwell II adalah yang paling kecil dari ketiganya. Kalau melihat dimensinya (180 x 161 x 70 mm), besarnya kurang lebih mirip iPad Mini, tapi tentu jauh lebih tebal, dan bobotnya pun mencapai angka 1,38 kg. Sertifikasi IPX4 berarti ia sanggup bertahan dari cipratan air saat dibawa ke pinggir kolam renang.

Di baliknya bernaung dua tweeter beroutput 5 W dan woofer 10 W. Bukan yang paling lantang memang, dan bass-nya juga bukan yang paling menendang mengingat respon frekuensinya berada di rentang 60 – 20.000 Hz.

Tufton di sisi lain punya ukuran jauh lebih bongsor, dengan bobot mencapai 4,9 kg, akan tetapi ketahanan airnya cuma IPX2. Di dalamnya tertanam tweeter 10 W, dua full range driver 15 W, dan woofer 40 W, sedangkan respon frekuensinya berkisar antara 40 – 20.000 Hz.

Marshall Tufton

Kedua speaker ini sama-sama sudah dilengkapi konektivitas Bluetooth 5.0, dan di bagian atasnya terdapat sejumlah kenop yang berfungsi untuk mengatur volume, maupun tingkatan bass dan treble. Daya tahan baterai keduanya sama-sama diklaim mampu mencapai angka 20 jam pemakaian.

Juga sangat modern adalah penggunaan USB-C sebagai port charging-nya, dan ini juga berarti keduanya sama-sama mendukung fast charging. Untuk Stockwell II, pengisian selama 20 menit sudah cukup untuk menyuplai daya baterai hingga 6 jam pemakaian, sedangkan untuk Tufton, 20 menit charging cukup untuk pemakaian selama 4 jam.

Di Amerika Serikat, Stockwell II dan Tufton saat ini sudah dipasarkan dengan harga masing-masing $249 dan $399.

Sumber: Zound Industries via TechCrunch.

Speaker Devialet Phantom Reactor Kecil tapi Suaranya Sekeras Pertunjukan Orkestra

Mayoritas konsumen mungkin tidak tahu, akan tetapi kalangan audiophile paham betul bahwa Devialet Phantom adalah salah satu speaker wireless paling perkasa yang pernah ada, dengan dimensi keseluruhan yang masih masuk kategori ringkas.

Kendati demikian, Phantom bukanlah speaker yang paling mudah dibawa-bawa, apalagi dengan bobot yang mencapai angka 11,4 kilogram. Banderol yang mencapai $3.000 juga jauh dari kata terjangkau bagi konsumen kelas non-sultan.

Devialet Phantom Reactor

Untuk itu, sang pabrikan asal Perancis telah menyiapkan alternatifnya, yakni Devialet Phantom Reactor. Desainnya sama persis seperti lini Phantom orisinal, masih seperti hasil racikan tangan spesies alien, akan tetapi ukurannya menyusut cukup drastis sampai sekitar separuhnya.

Phantom Reactor memiliki dimensi 219 x 157 x 168 mm, dengan bobot 4,3 kg dan volume total 3 liter. Perpaduan tweeter dan medium driver pada Phantom orisinal telah digantikan oleh satu full-range driver yang terbuat dari bahan aluminium.

Devialet Phantom Reactor

Untuk mereproduksi suara dalam frekuensi rendah alias bass, Phantom Reactor mengandalkan sepasang bass driver, juga dari bahan aluminium. Perpaduan semuanya sanggup memberikan respon frekuensi antara 18 – 21.000 Hz.

Melanjutkan tradisi Phantom orisinal, Phantom Reactor pun tidak malu-malu soal output berkat kombinasi amplifikasi analog (Class A) dan digital (Class D). Ia hadir dalam dua varian; satu dengan tenaga 600 watt dan volume maksimal 95 dB, satu lagi dengan 900 watt dan 98 dB. Kata Devialet, suara yang dihasilkannya tidak kalah keras dibanding sebuah pertunjukan orkestra.

Devialet Phantom Reactor

Semua itu datang dari speaker yang dapat diletakkan di atas satu telapak tangan berukuran besar jika mau. Terkait konektivitas, Phantom Reactor mengusung Wi-Fi, Bluetooth, input analog dan optical, serta dukungan atas Spotify Connect, AirPlay dan UPnP. Ke depannya, konsumen juga dapat menyambungkan dua unit Phantom Reactor via firmware update.

Masalah portabilitas telah teratasi, lalu bagaimana dengan harganya? Phantom Reactor dibanderol $1.000 untuk varian 600 watt, dan $1.300 untuk varian 900 watt. Masih mahal, tapi tetap jauh lebih ekonomis daripada Phantom orisinal. Pemasarannya akan dimulai pada tanggal 24 Oktober mendatang.

Sumber: Digital Trends dan PR Newswire.

Bersama Line, B&O Luncurkan Speaker Bluetooth Beoplay P2 Brown Limited Edition

Line memang bukan aplikasi pesan instan yang paling populer, akan tetapi mereka sukses menyulap karakter-karakter bikinannya (Line Friends) menjadi franchise baru di industri merchandise. Popularitasnya bahkan akhirnya sukses menghasilkan produk edisi spesial macam drone DJI Spark ‘berwajah’ Brown yang dirilis bulan Agustus lalu.

Namun sebelum DJI merilis Spark edisi karakter Line Friends lain, Brown rupanya masih ingin menjadi pusat perhatian, tapi di segmen lain. Kolaborasi kali ini adalah antara Line dan Bang & Olufsen, yang pada akhirnya melahirkan Beoplay P2 Brown Limited Edition.

Beoplay P2 Brown Limited Edition

Dari namanya sudah kelihatan bahwa ini merupakan edisi khusus dari speaker Bluetooth Beoplay P2 yang diluncurkan setahun lalu. P2 merupakan speaker wireless terkecil B&O yang tersedia dalam berbagai pilihan warna, sehingga menyulapnya menjadi lebih ceria dan lebih berkarisma lagi merupakan langkah yang rasional.

Fitur maupun spesifikasinya sama persis, dan perbedaannya murni hanya di aspek estetika saja. Wajah si Brown di sini bukannya terpampang pada bodi perangkat, melainkan berwujud gantungan pada talinya, plus ada juga sketsa kecil wajahnya yang di-deboss ke carrying case berbahan kulit milik perangkat.

Beoplay P2 Brown Limited Edition

Rencananya, Beoplay P2 Brown Limited Edition akan dipasarkan mulai 4 Oktober mendatang, tapi kuantitasnya dibatasi 5.000 unit saja, dan sayangnya cuma di Hong Kong, Tiongkok, Taiwan, Korea, Jepang dan Amerika Serikat saja. Harganya tidak disebutkan, tapi semestinya sama seperti Beoplay P2 standar, yaitu $169.

Usai melihat DJI Spark dan sekarang Beoplay P2 edisi spesial ini, kita sejatinya bisa mengamati pola dan menebak gadget apa lagi ke depannya yang bakal dibuatkan edisi Line Friends-nya. Pada dasarnya gadget tersebut harus tinggi nilai lifestyle-nya, serta dari awal ditawarkan dalam sejumlah pilihan warna.

Sumber: Line via SlashGear.

Sama Cantik Seperti Sebelumnya, Libratone Zipp 2 dan Zipp Mini 2 Kini Dibekali Integrasi Alexa

Alexa dan Google Assistant mungkin adalah dua nama yang paling sering kita dengar saat membicarakan produk audio belakangan ini. Kedua voice assistant itu memang selalu menjadi pilihan pertama pabrikan audio yang ingin ikut meramaikan segmen smart speaker, tidak terkecuali pabrikan asal Denmark, Libratone.

Perusahaan yang dikenal lewat speaker Bluetooth stylish-nya tersebut belum lama ini memperkenalkan smart speaker perdananya. Namun bukan dalam bentuk speaker baru, melainkan upgrade dari speaker Libratone Zipp dan Zipp Mini yang dirilis tiga tahun lalu. Namanya apa lagi kalau bukan Libratone Zipp 2 dan Zipp Mini 2.

Wujud silindris dengan sentuhan minimalis ala Skandinavia miliknya masih dipertahankan dan tidak diutik sama sekali. ‘Baju’ warna-warninya yang bisa dilepas dengan zipper alias ritsleting (demikian asal-usul namanya) juga masih sama dan tetap menjadi salah satu nilai jual utamanya dari segi estetika.

Libratone Zipp 2

Yang baru tentu saja adalah integrasi Amazon Alexa, dan sang asisten itu bisa langsung dipanggil tanpa harus menekan tombol sama sekali berkat kehadiran 6 mikrofon (3 mic pada Zipp Mini 2). Berkat Alexa, hampir semua pengoperasiannya bisa dilakukan via perintah suara, termasuk mengendalikan perangkat smart home yang kompatibel.

Kabar baiknya, Alexa bukan satu-satunya pembaruan yang dibawa. Libratone turut menjanjikan kualitas suara yang lebih baik berkat penggunaan reflektor akustik 360 derajat yang telah disempurnakan. Konektivitasnya juga membaik, kini mendukung AirPlay 2 dan Spotify Connect di samping Wi-Fi dan Bluetooth. Dukungan setup multi-room hingga 10 speaker juga masih tersedia.

Libratone Zipp Mini 2 / Libratone
Libratone Zipp Mini 2 / Libratone

Secara teknis, Zipp 2 mengemas woofer 4 inci, soft dome tweeter 1 inci, dan sepasang low frequency radiator 4 inci. Zipp Mini 2 di sisi lain mengemas woofer 3 inci, soft dome tweeter 1 inci, dan sepasang low frequency radiator 3,5 inci. Semuanya menerima suplai daya dari amplifier Class-D.

Ketahanan baterainya turut mengalami peningkatan menjadi 12 jam dalam satu kali charge. Baik Libratone Zipp 2 maupun Zipp Mini 2 akan dipasarkan mulai bulan Oktober masing-masing seharga 299 euro dan 249 euro.

Sumber: Pocket-lint.