Lima Ungkapan yang Wajib Dihindari Pendiri Startup Saat Pitching

Kegiatan pitching atau presentasi dihadapan investor merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh pemilik startup, saat mulai berniat untuk melakukan penggalangan dana. Selain pitch deck yang menarik, wawasan yang cukup dari pemilik startup dan tentunya produk yang baik, ada beberapa hal yang wajib dicermati oleh pemilik startup saat melakukan pitching.

Artikel berikut ini akan membahas 5 ungkapan yang wajib dihindari saat melakukan pitching di hadapan investor.

Kami akan mengalahkan Google, Facebook atau Amazon

Tidak dapat dipungkiri perusahaan ternama seperti Google, Facebook dan Amazon telah menjadi main player saat ini untuk masing-masing industri. Menjadi hal yang terlalu berlebihan ketika Anda pemilik startup menyatakan ungkapan tersebut saat melakukan pitching. Idealnya sampaikan informasi yang jelas dan masuk akal saat Anda mulai memperkenalkan produk atau layanan kepada investor.

Kami ingin menjadi layanan seperti Airbnb untuk target pasar tertentu

Ide bisnis yang memiliki potensi untuk berkembang adalah ide bisnis yang original dan belum pernah diterapkan oleh perusahaan lain. Untuk itu temukan inovasi, model bisnis baru yang memiliki potensi, dan hindari membuat produk atau layanan serupa yang telah hadir sebelumnya. Memposisikan startup Anda dengan perusahaan yang lebih dahulu hadir dan telah memiliki nama besar, akan mempengaruhi keputusan investor memberikan pendanaan kepada startup Anda.

Kami memiliki “exit Strategy

Saat startup Anda baru saja melakukan pertemuan dengan investor untuk mendapatkan pendanaan, hindari untuk mengungkapkan exit strategy dihadapan investor. Hal ini akan memberikan kesan bahwa Anda sebagai pemilik tidak memiliki cukup banyak rencana dan inovasi, dengan langsung menyampaikan strategi exit saat mencari pendanaan.

Kami memiliki teknologi yang fantastis

Saat melakukan pitching masih banyak pemilik startup yang menyampaikan teknologi terkini untuk layanan atau produk yang bakal diluncurkan. Idealnya saat pitching berlangsung, sampaikan bagaimana startup Anda bisa memberikan solusi terhadap masalah yang kerap ditemui oleh masyarakat saat ini. Teknologi bukanlah menjadi pusat perhatian diawal proses pitching dilakukan, namun lebih kepada model bisnis, rencana monetisasi dan target pengguna.

Kami memiliki lebih dari satu Founder dan co-CEO

Meskipun masih jarang terjadi adanya lebih dari satu Founder dan co-CEO dalam sebuah startup saat ini, namun disarankan jika memang Anda membangun startup bersama dengan teman baiknya tentukan siapa saja Founder dan tetapkan satu CEO saja. Hal tersebut bisa membantu jalannya startup lebih efisien dan menghindari terlalu banyak pimpinan dalam startup.

Hal Penting saat Mengukur Kebahagiaan Pengguna

Salah satu elemen penting dalam mengembangkan bisnis adalah pelanggan atau pengguna. Mereka merupakan sesuatu yang harus diperjuangkan. Dideskripsikan dan dicari di awal perjalanan bisnis dan kemudian dijaga dan ditingkatkan loyalitasnya kemudian. Tentu yang paling dicari dari semua tahapan tersebut adalah pengalaman terbaik bagi pelanggan.

Berikut beberapa hal yang bisa digunakan untuk mengukur kebahagiaan pelanggan terhadap sebuah produk atau layanan.

Hubungan

Hubungan antara bisnis dengan pengguna merupakan salah satu hal paling krusial. Hubungan ini bisa dibangun dari email-email penawaran yang diberikan hingga support system mulai dari customer service hingga tiket yang ditujukan untuk hal teknis. Hampir semua anggota tim berperan menjaga hubungan baik dengan pelanggan.

Salah satu cara terbaik untuk mengukur kebahagiaan pelanggan melalui hubungan ini adalah melalui seberapa banyak mereka mengeluh, bagaimana respons mereka ketika masalah teratasi dan sebagainya. Rumusan-rumusan kondisi seperti itulah yang menjadi kunci.

Keterlibatan pelanggan

Melibatkan pelanggan dalam proses tumbuh dan berkembang sebuah produk atau layanan mungkin bisa memberikan dampak positif bagi hubungan pelanggan dengan produk. Produk berkembang bersamaan dengan masukan, keinginan, dan kebutuhan pelanggan sehingga meningkatkan keterikatan satu sama lain.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan, selain dengan membuka diri terhadap kritik dan saran mengadakan sayembara mengenai ide produk atau layanan selanjutnya layak dicoba. Menempatkan pelanggan menjadi bagian dari proses pengembangan produk memang berisiko, kehilangan tujuan awal dan lainnya bisa menjadi efek negatif.

Melibatkan pelanggan juga menjadi penting untuk meningkatkan pemahaman terhadap pengguna. Jalan tengahnya tetap harus menjaga batasan-batasan sampai sejauh mana pelanggan terlibat.

Melacak aktivitas media sosial

Media sosial adalah kanal yang berguna untuk membangun hubungan yang baik dan meningkatkan keterlibatan pengguna. Media sosial juga memiliki peranan penting dalam mengukur sejauh mana respons pelanggan terhadap produk atau layanan kita. Bisnis bisa menghidupkan kolom komentar di setiap kanal media sosial.

Dengan bantuan teknologi, coba lacak semua komentar dan percakapan yang terjadi mengenai produk. Penting untuk membaca sentimen publik terhadap bisnis kita, dan media sosial adalah salah satu kanal terbaik.

Empat Cara yang Perlu Diterapkan Startup untuk Menuju “The Next Level”

Saat startup sudah mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif dan mengalami peningkatan yang signifikan, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan sebagai pemilik startup, yaitu cara tepat menghadapi tim dan membawa perusahaan ke tahap selanjutnya. Sebagai pemimpin Anda juga harus mulai membiasakan diri untuk menjalankan usaha ke skala yang lebih besar.

Dibutuhkan waktu yang lama serta kesiapan mental yang cukup untuk bisa melakukan pivot dari perusahaan kecil menjadi besar. Artikel berikut ini akan membahas, 4 hal yang wajib diperhatikan saat startup mulai bergerak maju dan mengalami pertumbuhan.

Terapkan sistem kerja baru

Saat startup baru mulai bergerak biasanya anggota tim yang ada belum banyak jumlahnya. Sehingga pekerjaan bisa dilakukan secara multitask oleh pegawai. Namun saat startup mulai mengalami pertumbuhan dari sisi pelanggan hingga pendapatan, Anda pun sebagai pemilik dituntut untuk memiliki lebih banyak staf yang bisa membantu untuk mempercepat pekerjaan. Ubah gaya manajemen perusahaan dengan level yang berbeda. Arahkan pegawai Anda dengan menerapkan sistem kerja yang lebih baik untuk skala yang lebih besar.

Tumbuhkan kepercayaan

Hingga kini masih banyak pemilik startup yang masih “hands on” terhadap semua kegiatan dan rutinitas pekerjaan dalam startup. Kurang percaya hingga sikap perfeksionis yang masih banyak dimiliki oleh pemilik startup, bisa mengganggu pertumbuhan startup. Idealnya saat perusahaan sudah mulai mengalami pertumbuhan, serahkan pekerjaan tersebut kepada tim Anda. Fokus Anda sebagai pemimpin adalah lebih kepada inovasi serta visi dan misi perusahaan untuk ke depannya.

Komunikasi yang lancar

Semakin besar perusahaan semakin dibutuhkan komunikasi yang lancar kepada pegawai, partner hingga investor. Komunikasikan semua kendala, rencana serta pencapaian yang ada kepada pihak-pihak terkait tersebut. Hindari kebiasaan untuk menyimpan atau menyembunyikan informasi kepada pihak-pihak terkait, karena akan berisiko mengganggu lancarnya kolaborasi dalam perusahaan.

Siapkan rencana jangka panjang

Salah satu aspek penting yang wajib diperhatikan saat startup mulai mengalami pertumbuhan adalah, rencana jangka panjang Anda sebagai pemilik. Ciptakan kebiasaan yang positif antar tim dengan menerima masukan atas ide atau inovasi, yang bisa membantu perusahaan tumbuh lebih baik lagi. Dibutuhkan pemikiran jangka panjang agar startup bisa melangkah ke tahap selanjutnya. Untuk itu siapkan diri Anda sebagai pemimpin dengan memanfaatkan anggota tim yang ada.

Empat Pertanda Buruk Anda Bukan Entrepreneur Sejati, Hanya Sekadar “Wantrepreneur”

Istilah entrepreneur sudah umum didengar, sebuah profesi yang membuat banyak pebisnis mandiri menelan ludah sendiri saat menghadapi ketakutan dan risiko saat menjalani bisnisnya sendiri. Berbeda dengan “wantrepreneur” yang konotasinya sedikit lebih negatif.

Seorang wantrepreneur pada dasarnya adalah orang yang ingin menjadi entrepreneur, banyak membicarakan ini itu dan mimpi memiliki bisnis tapi tidak pernah benar-benar mengikuti rencana mereka. Bila diringkas, wantrepreneur itu selalu mencari alasan apapun kondisinya. Di sisi lain, entrepreneur itu membangun bisnis.

Jika Anda ingin menghilangkan title wantrepreneur dan benar-benar ingin membangun bisnis, maka Anda harus hilangkan kebiasaan buruk yang bisa merusak aspirasi bisnis Anda.

Artikel ini akan membahas lebih jauh pertanda buruk dari wantrepreneur apa saja yang perlu Anda hilangkan untuk menjadi pengusaha sejati. Berikut rangkumannya:

1. Banyak berbicara, tidak akan aksi

Ketika memulai bisnis, sangat mudah untuk berandai-andai ide muluk tanpa melakukan tindakan nyata. Daripada melamun, lebih baik Anda ambil langkah nyata untuk merealisasikan mimpi.

Anda fokuskan pada item penting apa saja yang perlu Anda lakukan untuk membangun bisnis. Ini lebih baik daripada memikirkan semua potensi-potensi yang bisa Anda lakukan.

Kemudian, lakukan validasi ide dengan mencari konsumen pertama Anda sesegera mungkin. Tidak ada gunanya menyimpan ide bagus untuk diri sendiri, segera jual produk atau layanan cemerlang untuk hadir di pasaran.

2. Terlena dengan konten media sosial

Terlalu banyak membaca artikel di media sosial yang memberi tahu Anda betapa pentingnya media sosial sebagai kunci kesuksesan bisnis, akan membuat Anda jadi terlena.

Anda akan melupakan kunci penting bahwa media sosial bukanlah strategi pertumbuhan dan menggunakan setiap media sosial setiap hari tidak akan membuat bisnis jadi hancur. Lagipula, menghabiskan ongkos untuk beriklan di media sosial tidak akan berhasil bila Anda tidak memiliki produk yang valid dan dibutuhkan oleh pasar.

Daripada Anda tersedot di ranah media sosial, cobalah batasi berbagai distraksi terutama selama jam kerja. Buatlah rencana untuk merilekskan diri, jika perlu jelajahi situs favorit Anda.

Anda juga perlu membuat jadwal membalas email dan usahakan tidak perlu menjadi orang yang multi tasking. Dengan demikian Anda akan tetap fokus mengerjakan pekerjaan dan meminimalisir terjadinya kesalahan.

3. Mendengarkan ucapan semua orang

Melalukan profesi yang kurang umum seperti pemilik usaha seringkali menjadi buah bibir di kalangan Anda. Daripada membiarkan banyak suara dan negatif menginfeksi semangat kewirausahaan Anda, abaikan saja. Orang yang sebaiknya Anda dengarkan adalah konsumen Anda sendiri.

Kendati demikian, untuk memahami peran kecerdasan emosional demi kesuksesan bisnis, mendengar suara negatif dapat membantu Anad fokus pada hal-hal yang perlu diperbaiki.

4. Menunggu waktu “tepat”

Anda akan selalu bisa menemukan alasan bagus untuk menunda impian Anda dalam tiap harinya. Menjadi entrepreneur itu membutuhkan banyak keberanian dan keberanian itu menuntut tindakan, bahkan bila waktunya tidak terasa 100% benar.

Satu-satunya cara untuk mencapai visi Anda adalah dengan mencobanya, belajar dari kesalahan, dan terus bekerja. Begitu Anda mengambil langkah pertama yang menakutkan itu, Anda sudah mulai membantu momentum, membuat setiap tindakan ke depannya berturut-turut jadi lebih mudah.

Esensi MVP dalam Pengembangan Produk

Ada banyak penafsiran saat membicarakan tentang definisi Minimum Viable Product (MVP). Salah satunya, MVP adalah sebuah produk yang memiliki set fitur paling minimalis, tujuannya untuk membuktikan hipotesis paling esensial dalam bisnis yang dikembangkan. Bentuknya pun beragam, meskipun jika dalam startup digital akan lebih memberikan experiences saat bentuknya aplikasi, namun tidak menutup kemungkinan dengan hal yang lebih sederhana.

Contoh yang paling sering dipaparkan ialah MVP dari pengembangan Dropbox, kala itu hanya berbentuk sebuah video. Video singkat yang memaparkan inti dari cara kerja layanan yang akan mereka kembangkan dan keuntungannya untuk pengguna. Ribuan, bahkan ratusan ribu calon pengguna mendaftar hanya dengan menonton video itu.

Jadi inti dari MVP bukan pada alpha/beta product dari aplikasi, namun lebih kepada cara  memberikan kesempatan konsumen untuk memvalidasi secara langsung versi awal produk yang dikembangkan. Karena ketika ide telah direalisasikan dalam sesuatu yang lebih riil dan terpublikasi, orang akan lebih mudah membayangkannya dan menentukan apakah produk tersebut yang ia butuhkan atau tidak.

Bahkan MVP bisa berbentuk sesimpel satu single-web page dengan penjelasan menarik, lalu dibubuhi sebuah kolom isian email jika ada pengunjung yang tertarik.

Menjadi tahapan paling penting, menentukan lanjut atau memikirkan ide lain

Dalam berbagai pembahasan tentang “Lean Startup”, MVP selalu ditempatkan pada teknik yang paling penting untuk dilakukan. Menurut Eric Ries, salah satu yang mempopulerkan konsep MVP, bahwa dengan adanya produk inisiasi seseorang dapat mengumpulkan sebanyak mungkin pembelajaran atau umpan balik dari konsumen.

Meluncurkan aplikasi MVP juga dikatakan sebagai sebuah bentuk seni. Karena di sini memerlukan presisi yang tepat antara apa yang ingin disuguhkan dan apa yang benar-benar konsumen butuhkan. Untuk itu sebelum meluncurkan MVP, perlu diketahui komponen apa saja yang perlu diperhatikan, sebagai karakteristik MVP.

Setidaknya ada tiga hal yang menjadi kunci dalam pengembangan MVP: (1) menitikberatkan pada kegunaan produk secara esensial, sehingga ketika produk benar-benar diluncurkan maka konsumen bersedia menggunakan; (2) memberikan gambaran umum kepada konsumen tentang fungsionalitas lengkap yang akan dihadirkan mendatang; dan (3) menyediakan kanal umpan balik untuk membantu pengembangan secara berkelanjutan.

Mengantarkan pada penilaian yang terukur dan realistis, bukan pada asumsi

Setelah MVP sampai kepada konsumen ada banyak hal yang dilakukan. Yang paling sederhana adalah berbicara dengan konsumen, untuk mengetahui apa yang mereka rasakan. Menariknya saat ini sudah ada banyak sekali tools pengukuran yang bisa diintegrasikan, contohnya Google Analytics. Dari situ akan ditemukan apa yang disebut Problem-Solution Fit.

Problem-Solution Fit ini sederhananya adalah ketika banyak pengguna merasa apa yang dilahirkan melalui layanan tersebut menjawab kebutuhannya. Namun ketika sudah mencapai ini pun bukan berarti cukup. Karena pada akhirnya semua akan dipertaruhkan untuk tujuan bisnis. Maka selanjutnya perlu memikirkan Product-Market Fit, yakni tentang bagaimana meraih revenue dari proses bisnis yang telah dikembangkan.

Dari sini apa yang didapat adalah pengukuran. Tentang apa yang paling diminati dari inisiasi produk, apa yang paling ditunggu, masukan apa yang diberikan dan sebagainya. Semua harus terdokumentasikan secara jelas sebagai bekal untuk mematangkan produk. Bahkan untuk menentukan penghentian pengembangan jika solusi yang ditawarkan ternyata tidak tepat guna.

Hal lain yang perlu diperhatikan, MVP juga harus disodorkan kepada pangsa pasar yang tepat. Dipasarkan kepada orang-orang yang ditargetkan sebagai pengguna. Sehingga marketing effort tetap berperan kunci dalam tahap ini.

Membutuhkan pengujian ketat dan fokus dalam pengembangannya

Selain melakukan pemantauan umpan balik dari pengguna secara aktif, pengujian juga diperlukan. Terdapat banyak metodologi yang bisa digunakan untuk pengujian produk di masa MVP (ini lebih cocok dilakukan ketika MVP berupa aplikasi atau produk yang bisa dicoba). Salah satu metodologi yang dapat digunakan adalah A/B Split Testing.

Salah satu yang dilakukan oleh metodologi pengujian tersebut adalah dengan membandingkan apa yang dihasilkan aplikasi ketika diuji dengan mengubah-ubah variabel yang ada pada aplikasi. Misalnya pada penempatan tombol atau fungsionalitas menu, lakukan perubahan dengan beberapa desain pada periode waktu tertentu. Lalu lakukan analisis, dari tindakan yang paling cepat dan umum dilakukan oleh penguji. Bahkan oleh calon konsumen sekalipun.

Kendati demikian fokus terhadap tujuan utama juga perlu menjadi perhatian. Sering kali dalam proses pengembangan produk, terlebih saat telah meluncurkan MVP, akan ada ide-ide baru yang bermunculan. Bisa saja dengan mudah seseorang langsung mencomot ide tersebut dan mengimplementasikannya ke dalam produk. Padahal belum tentu reliable dan bisa jadi menambah kompleksitas produk.

Padahal kesederhanaan proses sangat diutamakan dalam MVP untuk memusatkan perhatian pada esensi produk. Dampak dari ideas-overflow jika tidak terkelola dengan baik adalah gagalnya proses MVP dalam kaitannya dengan validasi konsumen dan pangsa pasar.

Ada cara untuk tetap memfokuskan pada tujuan dari pengembangan produk inisial

Pertama yang perlu dilakukan setelah memiliki ide spesifik tentang sebuah produk, kunci target pengembangannya. Turunkan ruang lingkup MVP (kaitannya dengan fungsionalitas dan fitur) lalu segera lakukan proses pra-produksi. Di sini proses perancangan dimulai, tapi bukan berarti tanpa adanya batu sandungan. Biasanya justru datang dari lingkup internal, yakni pengembangan ide yang tiada henti. Ingin menambahkan ini, menambahkan itu dan sebagainya. Yang diperlukan di sini adalah jangan mudah terlena. Fokus pada tujuan awal.

Dalam proses pengembangan lakukan secepat mungkin. MVP tidak membutuhkan fitur yang sangat lengkap, namun yang pasti harus mencakup tujuan utama dari ide. Jadi lakukan pengembangan seramping mungkin. Karena perlu untuk sesegera mungkin menghadirkan produk tersebut kepada konsumen. Karena pengembangan lanjutan atau penambahan fitur yang paling pas adalah ketika masukan tersebut berasal dari konsumen secara umum.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa MVP itu pada dasarnya validasi tahap awal dalam pangsa pasar sebenarnya. Jika tervalidasi baik, pengembangan selanjutnya dapat bertumpu pada masukan yang diberikan, karena berasal langsung dari calon pengguna produk ke depan.

Alasan Mengapa Harus Lebih Dulu Fokus Membangun Tim

Salah jika ada yang berangkapan fokus utama bisnis harus dikerahkan ke pelanggan. Nyatanya untuk bisa memberikan yang terbaik baik pelanggan, semua dimulai dari dapur, yaitu tim yang Anda miliki. Jadi sebelum memulai untuk fokus pada pelanggan bisnis harus fokus ke dalam, fokus pada tim yang ada.

Berikut beberapa alasan mengapa bisnis sangat perlu untuk mendahulukan fokus kepada tim sebelum fokus pada yang lain.

Tim yang solid

Salah satu produk yang berkualitas atau layanan yang prima selalu ada tim yang solid di belakangnya. Orang-orang pemasaran yang bisa dengan baik memperkenalkan produk ke masyarakat, para developer yang menulis kode berkualitas sehingga efektif dalam penggunaannya, orang-orang finansial yang mengelola keuangan dengan baik dan lain sebagainya. Tim yang solid tidak lepas dari bagaimana pemimpin, bagaimana bisnis memperlakukannya. Ini adalah salah satu alasan terkuat mengapa bisnis harus mengutamakan fokus pada tim.

Menambah produktivitas

Perkara solid bukan hanya soal kualitas, tapi juga produktivitas. Setiap orang di dalam tim akan merasa diperhatikan, merasa harus memberikan yang terbaik untuk tim. Tidak mudah untuk membuat hal itu, perlu proses yang berkelanjutan.

Profit

Kualitas dan produktivitas yang dihasilkan oleh tim berkaitan erat dengan profit atau penghasilan dari bisnis. Jadi profit yang baik mau tidak mau harus dimasukkan ke dalam alasan-alasan mengapa fokus ke tim merupakan sebuah hal penting.

Meningkatkan kepuasan pelanggan

Jika bisnis mampu membuat tim berkualitas, baik secara komunikasi, produktivitas, dan lainnya bukan tidak mungkin bisnis juga mampu membuat kualitas hubungan yang baik dengan pelanggan. Sederhananya, bagaimana bisnis memperlakukan pelanggan dilihat dari mereka memperlakukan timnya.

Reputasi yang baik

Setiap anggota tim adalah “duta” perusahaan. Mereka bisa menjadi pengguna pertama yang menggunakan layanan atau produk yang dikembangkan. Dari mereka juga tercermin bagaimana kualitas produk. Jika mereka bahagia dan nyaman dengan status mereka bekerja di perusahaan tersebut ini akan menjadi sinyal positif bagi masyarakat luar bahwa apa yang sedang dikerjakan perusahaan tersebut adalah sesuatu yang baik.

Hal-Hal yang Menjadi Pertimbangan Sebelum Masuk Ke Industri Baru

Salah satu tantangan bisnis adalah inovasi, baik ketika menyempurnakan ide atau layanan maupun keputusan pertama untuk menjalankan sebuah bisnis. Pilihannya biasanya ada dua, berkreasi dengan sektor yang sudah ada atau masuk ke industri yang benar-benar baru. Tidak ada yang salah dari keduanya, hanya saja untuk masuk ke industri yang benar-benar baru membutuhkan usaha dan pengamatan ekstra. Elon Musk yang membangun Tesla dan SpaceX menjadi panutan bahwa tidak mudah untuk masuk dan mengembangkan sebuah industri baru.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu proses masuk ke industri baru.

Berkah ketidaktahuan dan kehati-hatian

Dalam memasuki industri baru artinya tugas awal yang paling utama adalah mengukur. Di sini berkah masuk di industri baru tidak ada pembanding, tidak ada standar yang harus dicapai. Sesuatu yang bisa membebani bisnis baru untuk tumbuh. Satu-satunya yang diandalkan untuk mengukur adalah data yang valid dan kehati-hatian dalam menentukan keputusan.

Biaya operasional, jenis pemasaran, teknologi yang digunakan, dan hal-hal lain ditentukan berdasarkan pendekatan dan insting sebagai pelaku bisnis. Masuk di industri baru, yang belum terdapat pesaing persoalannya tidak lantas menjadi sederhana. Solusi yang ditawarkan, produk yang dikeluarkan setidaknya mampu mengatasi permasalahan yang ada aau setidaknya bermanfaat bagi target pengguna. Jika hal-hal sederhana tersebut tidak tercapai, kecil kemungkinan untuk bisa berkembang.

Seimbangkan cara pandang baru dengan pengalaman para ahli

Dalam memasuki industri yang baru perkara selanjutnya setelah mengukur segala sesuatunya adalah memulai. Akan menjadi berat ketika menentukan batasan-batasan yang ingin dihindari dan dicapai. Dalam semua aspek, memasuki industri baru perlu kombinasi antara pemikiran yang baru dan pengalaman para ahli, khususnya di bidang-bidang tertentu.

Untuk mengembangkan sebuah layanan baru, kita masih membutuhkan orang yang berpengalaman di bidang pemasaran. Selain kemungkinan cara-cara yang dilakukan tidak jauh beda, meski ada beberapa penyesuaian, pengalaman akan memudahkan. Untuk itu, seimbangkan tim dengan orang-orang yang berpengalaman, orang-orang yang ahli di bidangnya. Ini akan melebarkan lensa, cara pandang terhadap bisnis di industri yang baru. Membuat kita lebih awas dan antisipatif.

Menyesuaikan atau menjadi ‘bebal’

Masuk ke industri yang baru dibantu dengan perspektif orang-orang ahli mungkin akan sedikit mengendurkan semangat yang sudah di awal. Perbedaan cara pandang ini biasa terjadi. Untuk situasi ini kepekaan dan insting seorang pelaku bisnis diperlukan. Kapan menyesuaikan cara-cara lama untuk diterapkan di industri yang baru, atau menjadi ‘bebal’ dengan mencari formula yang benar-benar baru.

Tentang Metrik Bisnis dalam Startup

Bisnis adalah sesuatu yang terukur, dapat dikalkulasi dan memiliki rumusan untuk setiap pengukurannya. Di startup digital, pada dasarnya pengukuran (metrik) yang digunakan sebagai patokan standar capaian tak berbeda dengan bisnis, hanya saja pendekatannya kadang perlu disesuaikan dengan karakteristiknya. Pemahaman tentang metrik bisnis diperlukan bagi pelaku startup untuk memahami kondisi bisnis yang sedang ia jalankan dan untuk menentukan strategi terbaik demi penguatan di lini bisnis yang membutuhkan.

Secara umum dalam sebuah bisnis startup digital ada dua kategori metrik utama, yakni (1) metrik bisnis dan finansial dan (2) metrik produk dan engagemement-nya. Dalam setiap kategori terdapat poin-poin yang mengacu pada pengukuran spesifik untuk masing-masing bidang. Hal ini membantu untuk mengetahui bagian mana yang bekerja dengan baik dan bagian mana yang perlu dibenahi dalam hal performa dan akselerasi.

Berikut ini adalah beberapa uraian tentang metrik bisnis yang diukur dalam sebuah startup digital.

#1 Kategori bisnis dan finansial

Kategori metrik ini berkaitan dengan siklus keuangan yang ada di dalam tubuh startup. Biasanya menentukan sehat dan tidaknya perjalanan startup tersebut secara bisnis. Metrik ini terdiri dari beberapa hal, di antaranya:

Banyaknya pemesanan (booking) dan pendapatan (revenue) menjadi salah satu pengukuran yang sering diacu untuk mengukur bagaimana performa bisnis dalam kaitannya dengan penerimaan konsumen terhadap layanan atau produk yang dijajakan. Keduanya hal yang  berbeda. Pemesanan diartikan sebagai nilai kontrak antara perusahaan dan pelanggan. Ini mencerminkan kewajiban kontrak dari pelanggan untuk membayar perusahaan. Di sisi lain, pendapatan diakui pada saat layanan tersebut benar-benar diberikan atau disewakan selama masa berlangganan.

Kemudian ada juga istilah ARR (Annual Recurring Revenue) dan MRR (Monthly Recurring Revenue). ARR dan MMR adalah ukuran komponen pendapatan yang bersifat berulang, yang akan datang dengan sendirinya. Startup dapat membuat indikasi, apakah ARR dalam penjualan layanannya bertumbuh atau datar. Jika startup mengalami upselling atau cross-selling pelanggan, maka indikator metrik ini harus tumbuh, yang karena menjadi indikator positif untuk bisnis yang sehat. Untuk setiap keuntungan yang telah diprediksi pengukurannya melalui LTV (Life Time Value).

Gross profit (laba kotor) juga masuk dalam pengukuran di kategori ini. Pengukuran ini memberikan gambaran terhadap seberapa efektif arus pendapatan yang diraih oleh bisnis. Metrik ini mengukur tingkat efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksi, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Semakin tinggi laba kotor, maka semakin baik pula bisnis dari sisi operasional.

[Baca juga: Istilah Finansial Yang Wajib Dicermati Pelaku Startup]

Terkait dengan kontrak bisnis ada yang disebut dengan TCV (Total Contract Value) dan ACV (Annual Contract Value). TVC adalah pengukuran total nilai sebuah kontrak, baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Sedangkan AVC adalah pengukuran nilai kontrak selama 12 bulan. Jika ACV mengalami peningkatan, ini akan menjadi indikasi yang mudah bahwa konsumen membayar lebih banyak terhadap produk yang ditawarkan. Artinya ada penerimaan yang baik terhadap fitur dan kemampuan produk yang disajikan.

Dalam bisnis maketplace seperti yang sedang booming saat ini di Indonesia, istilah GMV (Gross Merchandise Value) juga menjadi salah satu indikator metrik bisnis. Yakni total transaksi penjualan dari merchandise melalui marketplace dalam periode tertentu. Pengukuran GMV dilakukan untuk mengetahui apa yang konsumen sukai dalam marketplace. CAC (Customer Acquisition Cost) merupakan total biaya untuk mendapatkan sebuah kustomer yang disampaikan dalam per basis pengguna. Pengukuran metrik ini cukup beragam dan memiliki beragam bentuk.

#2 Kategori produk dan penerimaan

Metrik dalam kategori ini berhubungan dengan seberapa banyak pengguna atau konsumen produk dari sebuah startup. Pengukuran ini penting, dan memiliki keragaman kompleksitas. Mulai dari menghitung pengguna aktif, pertumbuhan bulanan, perputaran hingga burn rate. Berikut ini penjelasan singkat untuk masing-masing item:

Secara sederhana active users (pengguna aktif) didefinisikan sebagai pengguna terdaftar dan masih menggunakan layanan yang dilanggan. Pada praktiknya banyak indikasi spesifik yang menjelaskan status “aktif” tersebut seperti apa, sangat bergantung pada layanan. Biasanya juga diukur dari grafik tertentu dalam sistem yang telah dibubuhkan dalam panel administrator. Layanan satu dengan lainnya akan sangat berbeda dalam mendefinisikan pengguna aktif.

MoM (Month-on-Month) growth rate menjadi ukuran rata-rata pertumbuhan pengguna yang diukur dalam periode bulanan. Kadang dibandingkan dengan CMGR (Compunded Monthly Growth Rate), yakni pengukuran pertumbuhan secara berkala. Metrik ini membantu startup agar mempunyai patokan tingkat pertumbuhan yang dimiliki oleh perusahaan lainnya. Jika tidak hal ini akan cukup sulit untuk dibandingkan karena faktor ketidakpastian dan faktor lainnya.

[Baca juga: Tujuh Pertanda Konsumen Mulai Meninggalkan Perusahaan Anda]

Churn rate adalah persentase pelanggan (subscriber) dari sebuah layanan yang memutuskan tidak melanjutkan berlangganan. Ini dibutuhkan ketika startup ingin melakukan ekspansi, salah satu indikasinya harus memastikan bahwa maka growth rate dari perusahaan (atau jumlah konsumen baru yang berlangganan) harus melebihi churn rate-nya.

Burn rate merupakan tingkat di mana kas yang dimiliki berkurang. Terutama dalam perusahaan startup pada tahap awal, sangat penting untuk  mengetahui dan terus memonitor burn rate mereka karena mereka akan gagal apabila kas perusahaan mereka habis dan tidak memiliki waktu mencari pendanaan tahap selanjutnya untuk perusahaan mereka. Sedangkan net burn adalah cara yang benar untuk menghitung uang kas yang dikeluarkan setiap bulan.

Empat Cara Coworking Space Mendapatkan Profit

Saat ini ketika bekerja secara remote makin banyak diterapkan oleh startup hingga perusahaan teknologi, membuat tempat umum seperti kafe hingga coworking space menjadi incaran bagi entrepreneur dan pekerja. Selain didukung dengan fasilitas yang lengkap, coworking space juga bisa menjadi tempat yang ideal untuk networking, bertemu dengan komunitas dan tentunya bekerja di lokasi yang strategis dengan batas waktu yang bisa ditentukan sendiri.

Dari sekian banyak coworking space yang saat ini ada di Jakarta, Bandung, Surabaya hingga Bali, sebagian besar didominasi oleh pelaku startup dan entrepreneur yang sedang membangun startup. Terbatasnya keuangan yang mereka miliki serta kenyamanan dan fasilitas yang ada, menjadikan coworking space tempat yang ideal untuk startup baru menjalankan bisnisnya.

Dari sisi visi yaitu membangun sebuah komunitas dan membantu startup mewujudkan impiannya, tentunya dengan mudah bisa dicapai oleh pemilik coworking space, namun dari sisi profit, nampaknya coworking space cukup terkendala untuk mendapatkan profit, dengan kebutuhan dan biaya oprasional setiap harinya seperti biaya sewa dan perawatan gedung, WIFI, listrik dan lainnya.

Artikel berikut ini akan membahas, hal-hal yang bisa diterapkan oleh Anda pemilik coworking space untuk mendapatkan profit lebih dan tentunya bisa bertahan lama.

Pendanaan dari venture capital

Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk membangun coworking space yang profitable adalah,dengan menciptakan ruangan kerja yang modern, fasilitas yang nyaman dengan desain yang menarik. Semua hal tersebut bisa diwujudkan dengan pendanaan yang cukup untuk coworking space Anda. Cara terbaik adalah mendapatkan pendanaan dari VC. Contoh coworking space yang mulai ke arah sana adalah EV Hive dan Spacemob.

Usai pendanaan didapatkan, pastikan Anda memiliki rencana, strategi dan roadmap yang cukup solid, agar uang yang telah digunakan tidak terbuang tanpa adanya profit yang tetap.

Meningkatkan margin

Cara lain yang bisa dilakukan agar coworking space bisa mendapatkan profit lebih adalah menambahkan beberapa fasilitas penunjang berbayar yang diperlukan oleh anggota. Misalnya, menambah coffee shop dan food court di dalam coworking space. Bisa juga menambahkan beberapa fasilitas khusus, seperti layanan untuk memperpanjang visa kerja hingga tim legal yang biasanya dibutuhkan oleh startup di masa awal.

Tawarkan ke perusahaan teknologi ternama

Saat ini sudah banyak perusahaan teknologi ternama seperti Facebook, Twitter hingga Goggle yang memiliki pegawai di seluruh dunia. Tawarkan coworking space Anda kepada perusahaan teknologi tersebut, untuk menampung pegawai mereka yang biasanya hanya dalam jumlah kecil, untuk menggunakan coworking space milik Anda bekerja setiap hari. Tawarkan harga istimewa, agar perusahaan tersebut bisa lebih loyal dan berkelanjutan menggunakan coworking space Anda.

Coworking space non-profit

Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan menjadikan coworking space bisnis non-profit. Hal ini bisa lebih mudah dilakukan dengan menjadikan coworking space bagian dari infrastruktur atau bangunan kota. Layaknya perpustakaan yang bisa digunakan oleh semua orang tanpa harus membayar, coworking space juga bisa menjadi bagian tersebut dan dikelola oleh publik atau pemerintah kota.

Lima Tindakan yang Tidak Dilakukan Tim Startup Produktif

Semua orang ingin memiliki tim yang sehat dan efektif, namun sangat sulit bagaimana menciptakannya, terutama saat Anda berhadapan dengan tim besar. Anda tahu bahwa tim produktif adalah kunci kesuksesan dalam berbisnis. Hanya saja Anda perlu pahami bagaimana caranya. Anda tidak harus meminta anggota tim untuk berlama-lama di kantor. Jika Anda masih meminta ini, maka hentikanlah sebab malah akan membuat anggota tim tidak bahagia dan tidak termotivasi.

Artikel ini akan membahas lebih dalam mengeni tindakan yang perlu Anda hindari dalam membentuk tim produktif. Berikut rangkumannya:

1. Terburu-buru dalam semua kondisi

Tim produktif tidak terburu-buru dalam menangani setiap kondisi atau tugas yang harus mereka selesaikan. Penting untuk berhenti, berpikir, kemudian baru bertindak. Kapan pun mereka mendapat tugas, mereka akan bereaksi, lalu memikirkan tugas tersebut, dan akhirnya mengambil tindakan proaktif yang terbaik. Mereka selalu tahu apa yang mereka lakukan.

Sikap tenang dalam berpikir dan bertindak akan membantu anggota tim terutama saat menghadapi situasi yang sulit. Mereka dapat mencari tahu apa yang menjadi pro dan kontra dari setiap tindakan yang bakal dikerjakan. Jika Anda ingin membuat tim lebih produktif, sebaiknya dorong mereka untuk berhenti sejenak, berpikir, dan bertindak.

2. Terlalu sibuk rapat

Rapat itu penting tapi terlalu banyak menghadiri rapat dapat memperlambat pekerjaan dan produktivitas Anda. Anda tidak akan dapat menggunakan jam kerja dengan benar.

Tidak semua pertemuan rapat sifatnya penting. Paling tidak, agar tetap menjaga produktivitas Anda maksimal rapat yang bisa dihadiri adalah satu kali dalam sehari.

3. Menghambat pertumbuhan masing-masing anggota tim

Tidak ada yang lebih baik dari tim produktif dibandingkan rekan kerja yang saling menekan satu sama lain. Jika ingin produktif, maka tim harus menjadi unit yang kohesif. Setiap anggota harus saling membantu rekannya dan perkembangan pribadi masing-masing.

Anda harus membuat anggota tim menyadari bahwa tujuan pribadi dan profesional hanya bisa dicapai dengan membantu satu sama lain. Anda harus selalu berusaha menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan semua anggota tim.

4. Membuang waktu untuk membalas email

Pekerjaan membalas email bisa menjadi buang-buang waktu bagi tim produktif. Setiap kali memeriksa atau membalas email penting butuh paling tidak bermenit-menit, belum lagi jika Anda harus memeriksa semua email, folder yang tidak perlu.

Anggota tim produktif dapat dengan cepat memilah email mereka, mana yang penting untuk dibalas, mana yang bisa ditunda.

5. Tidak bekerja keras

Tim produktif yang bekerja keras akan membawa mereka menuju kesuksesan. Mereka tidak pernah mengeluh tentang beban kerja dan bekerja semaksimal mungkin. Kerja keras adalah kunci utama untuk menjadi bagian dari tim produktif dan sukses. Bahkan mereka juga tidak memiliki waktu untuk bergosip.

Ini adalah salah satu metode hebat untuk meningkatkan efisiensi waktu di tempat kerja. Tim selalu fokus selama jam kerja, menyempatkan waktu untuk beristirahat setelah selesai bekerja.