Tips Mencari Engineer untuk Startup Tahap Awal

Tim engineer yang solid dan berkualitas adalah salah satu kunci utama perusahaan teknologi. Tanpa mengurangi peran penting tim di bagian lain, tim engineer merupakan nafas penting perusahaan teknologi. Nama-nama seperti Go-Jek, Grab, Tokopedia, Bukalapak dan startup populer lainnya di Indonesia pasti memiliki tim yang solid. Mereka dibangun dan dikembangkan dengan kultur masing-masing untuk membawa pertumbuhan dan inovasi.

Membangun tim engineer bukanlah perkara mudah. Terlebih jika startup masih dalam tahap awal dan membutuhkan banyak usaha. Merekrut developer merupakan tindakan krusial. Satu kesalahan bisa mendorong “kapal” karam lebih cepat, bahkan sebelum berlayar.

Berikut ini adalah persiapan-persiapan dalam merekrut engineer atau developer. Tidak hanya untuk mendapatkan yang terbaik, tetapi mendapatkan yang sesuai dengan kebutuhan.

Mencari sambil melihat ke dalam

Sudah menjadi rahasia umum banyak perusahaan yang mengeluhkan kualitas developer atau engineer di Indonesia. Alasan yang sering dimunculkan adalah kurikulum pendidikan tinggi yang masih belum sesuai dengan kebutuhan industri. Sebagai perusahaan baru, mencari engineer dengan kualitas mumpuni adalah soal memenuhi kebutuhan perusahaan. Tidak hanya soal gaji, tetapi juga mengenai tim.

Jadi sebelum mencari dan memfilter kualitas kandidat yang ada, alangkah baiknya untuk menengok ke dalam. Bagaimana nanti bisnis mampu mengelola talenta ini dengan baik. Sudahkan bisnis memiliki kultur yang baik untuk belajar dan berkembang. Jangan sampai ketika berhasil mendapat kandidat terbaik mereka malah merasa sia-sia karena karier mereka tidak berkembang. Apa saja yang bisa ditawarkan perusahaan untuk mendapatkan talenta yang berkompeten.

Kanal lowongan kerja

Sekarang ada banyak kanal lowongan pekerjaan yang bisa digunakan untuk mencari talenta. Namun untuk kasus startup baru ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan. Salah satu caranya adalah melalui komunitas.

Di Indonesia komunitas developer, programmer atau engineer sudah banyak berkembang. Banyak acara meetup, gathering atau talkshow yang diselenggarakan oleh dan untuk para developer. Forum atau grup di media sosial juga menjadi salah satu kanal paling banyak digunakan komunitas untuk berkomunikasi.

Founder atau co-founder yang memiliki latar belakang teknis bisa langsung masuk dan bergabung dengan komunitas. Di komunitas ini founder bisa mencari kandidat engineer atau developer. Jadi tidak hanya soal skill, founder bisa langsung menyaksikan bagaimana kepribadian kandidat.

Cara lain yang banyak dianjurkan adalah menyembunyikan lowongan pekerjaan di tempat yang hanya mungkin dilihat oleh mereka yang benar-benar teknis. Misalnya menyembunyikan lowongan pekerjaan di custom HTTP header atau menuliskannya di log console javascript. Cara ini biasanya akan menyaring mereka yang menggunakan produk sekaligus mereka yang memperhatikan secara teknis bagaimana produk dibangun.

Menulis kode

Untuk menjamin kualitas engineer dari mana pun ia mengajukan pendaftaran mengujinya dengan menulis kode adalah kewajiban. Beri mereka permasalahan dan biarkan mereka menyelesaikannya dalam waktu satu hingga dua jam.

Selain memberikan kasus untuk diselesaikan, menguji calon developer bisa dilakukan dengan cara code pairing atau mensimulasikan kerja dengan tim engineer yang ada. Selain mengetahui sejauh mana skill kandidat tersebut, code pairing juga memiliki fungsi untuk mengetahui style atau bagaimana cara kandidat menggunakan tools yang ada.


Sumber: Inc, Blog Engineer Go-Jek

Tindak Lanjut Startup Setelah Meluncurkan Produk Pertama

Peluncuran produk pertama bukanlah sebuah akhir. Jika semua tim bisa bernafas lega setelah persiapan yang menguras tenaga, justru mereka dihadapkan dalam permasalahan yang lebih kompleks. Memastikan produk bekerja dan diterima masyarakat. Post launch bukan hanya soal feedback, tapi bagaimana produk tetap di dalam track dan tetap “meluncur”.

Memulai iterasi dari feedback

Setelah peluncuran, penting untuk tetap menjaga semangat dan ritme kerja tim. Dengan diperkenalkan secara umum tim produk dan pengembangan bisa lebih banyak mendapat masukan dari pengguna yang mencoba ada yang mulai penggunakan produk atau layanannya.

Iterasi bisa dimulai dari sini, setelah MVP pengembangan fitur-fitur yang sangat mungkin didasarkan dari permintaan pengguna. Baik itu perbaikan fitur hingga penambahan fitur lain yang dibutuhkan.

Email, media sosial, atau kanal-kanal lain yang disiapkan untuk menampung keluhan dan kritikan pengguna harus mulai dipantau. Dari kanal-kanal tersebut bisa didapatkan wawasan yang bisa dikonversi menjadi fitur selanjutnya untuk semakin melengkapi produk.

Selain kanal pelaporan kritik atau saran perhatian juga harus diberikan pada analisis. Soal jumlah unduhan, pengguna terdaftar hingga turn back pengguna bisa menjadi bahan penting evaluasi untuk kampanye-kampanye pemasaran di kemudian hari.

Di tahap ini pengembangan tetap harus dilakukan. Harus sudah ada target yang ingin dicapai dan sudah ada timeline apa saja yang akan ditambahkan atau dihapus di rilis atau update selanjutnya.

Memastikan pengguna mendapatkan yang dijanjikan

Melunasi janji. Ini yang harus dilakukan tepat setelah peluncuran. Jika memutuskan untuk menggunakan penawaran atau diskon untuk mendongkrak pengguna awal pastikan mereka mendapatkan diskon mereka. Jika menjanjikan kemudahan fitur maka pastikan juga mereka mendapatkan kemudahan itu.

Intinya ada pada sinkoronisasi apa yang dijanjikan pada saat kampanye pemasaran dengan kenyataannya. Memenuhi ekspektasi pengguna ketika pertama kali memutuskan untuk menggunakan produk atau layanan baru. Hal ini penting tidak hanya untuk kepuasan pelanggan tetapi juga citra baik perusahaan soal konsistensi dan komitmen. Bisa jadi faktor ini bisa berpengaruh pada keberlangsungan bisnis secara menyeluruh.

Ada banyak untuk mengetahui hal ini. Bisa memanfaatkan kanal pelaporan seperti media sosial atau bahkan bisa “menjemput bola” dengan mengirimkan email marketing yang dikirim ke semua pengguna baru untuk meminta tanggapan soal kepuasandan kelengkapan fitur. Sederhana tetapi penting.

Pemantauan dan dukungan

Monitoring atau pemantauan adalah hal wajib yang dilakukan setelah peluncuran. Melihat bagaiman pengguna menggunakan produk yang diluncurkan, bagaimana kebiasaan mereka, kapan waktu paling sering mereka menggunakan produk dan variabel-variabel penting lainnya.

Di samping itu, sebagai tindak lanjut dari peluncuran di laman resmi bisa ditambahkan FAQ (Frequently Asked Question) untuk informasi pengguna-pengguna yang kebingungan dengan fitur, fungsi atau istilah yang ada di layanan atau aplikasi.

Mempersiapkan Peluncuran Produk Pertama

Bagi startup, setiap produk pertama itu penting. Nama-nama seperti Go-Jek, Tokopedia dan Bukalapak pasti pernah berada di fase di mana mereka meluncurkan aplikasi atau layanan mereka.

Setiap peluncuran produk pertama adalah awal yang mendebarkan bagi setiap founder dan seluruh anggota tim. Optimisme jelas ada, tapi hasil usaha merupakan dampak proses persiapan. Kadang produk pertama berhasil dan memacu untuk menyempurnakan dengan fitur-fitur lanjutan atau kebalikannya sama sekali tidak bekerja atau gagal.

Persiapan yang matang adalah kunci. Apa saja yang dipersiapkan adalah hal yang paling utama. Terlalu fokus ke bentuk pemasaran tidaklah baik, pun dengan terlalu fokus pada produk. Harus berimbang. Membagi porsi apa saja yang perlu dipersiapkan di masing-masing nilai dengan skala prioritas.

Produk dan desain

Menyiapkan produk sebelum meluncurkannya adalah sebuah keharusan. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan produk harus dipersiapkan, seperti:

  • Memahami solusi yang dibawa produk, lengkap dengan permasalahan yang disasar. Ini adalah bagian memahami produk secara utuh sehingga bisa memberikan value yang sesuai ke khalayak ramai.
  • Memahami mekanisme pembayaran. Ini tentang merencanakan bagaimana pelanggan membayar untuk sebuah produk atau layanan. Tentang bagaimana mereka tertarik dan faktor apa saja yang membuat mereka yakin mengeluarkan uang untuk membayar.
  • Menyiapkan dokumen persetujuan dan mekanisme keamanan identitas. Bagi sebagian orang produk baru dari startup baru belum tentu bisa dipercaya, apalagi jika data-data pribadi yang diminta untuk keperluan pendaftaran. Untuk meningkatkan kepercayaan pengguna ada banyak cara, salah satunya adalah menyiapkan dokumen persetujuan pengguna yang menjelaskan data apa saja yang diambil dan akan digunakan untuk apa. Termasuk di dalamnya adalah membangun sistem keamanan yang baik.
  • Membuka periode uji coba. Cara terbaik untuk bisa meningkatkan kepercayaan adalah memberikan kesempatan pengguna menggunakan akun demo, atau membuka periode uji coba yang menampilkan fitur-fitur apa yang nantinya ada ketika produk tersebut dirilis.
  • Mengetahui peta persaingan dan posisi di pasar. Sebagai startup baru dengan produk baru, penting untuk paham “kondisi sekitar” seperti siapa pimpinan pasar, siapa yang menjadi persaingan terdekat, hingga apa yang membedakan dengan produk sejenis.

Sama seperti produk, perkara desain juga harus disiapkan, meliputi logo, warna hingga UI/UX. Jangan sampai banyak pengguna pergi bahkan sebelum mencoba fitur karena tombol yang tidak berfungsi atau tampilan yang kurang menarik.

Acara peluncuran dan pemasaran

Acara rilis dan kampanye pemasaran juga memegang peran penting atas kesuksesan peluncuran produk pertama. Bagaimana masyarakat bisa tertarik jika informasi mengenai rilis produk minim. Berikut daftar persiapan terkait acara rilis dan pemasaran yang bisa disiapkan sebelum meluncurkan produk untuk pertama kali.

  • Acara peluncuran atau launching. Meski statusnya startup baru acara peluncuran setidaknya harus diadakan atau minimal dikabarkan ke publik. Tujuannya untuk memberitahukan bahwa ada produk baru yang dihasilkan dan mengajak orang-orang untuk mencoba. Tetapkan tanggal dan momen yang tepat.
  • Jika memang ada acara peluncuran buat daftar undangan. Mulai dari jurnalis hingga komunitas bisa menjadi undangan yang diperhitungkan.
  • Rilis pers. Setelah mengadakan acara peluncuran, tindak lanjutnya adalah dengan membuat press release, bisa disebar ke rekan media atau blogger, atau bisa disematkan di laman resmi.
  • Membuat kanal komunikasi dua arah untuk keluhan, umpan balik atau kritik tentang produk. Media sosial bisa sangat berguna untuk hal satu ini, tapi akan lebih lengkap jika ditambah dengan nomor telpon kantor atau customer service.


Sumber: EntrepeneurForbes

Strategi Mendapatkan Pendanaan di Tahap Awal

Fundraising merupakan sesuatu hal yang harus dipersiapkan dari awal dan dikawal prosesnya. Bukan hanya oleh satu orang founder, tetapi juga setiap anggota tim yang merintis bisnis dari awal. Rencana dan strategi disusun untuk menghindari kesalahan pada saat sebelum proses dan menghindari kegagalan setelah mendapatkan fundraising.

Berikut beberapa strategi-strategi yang bisa diadopsi startup untuk menyiapkan dan mengantisipasi kesalahan dan kegagalan.

Membangun tim

Membangun sebuah tim memegang peranan penting bagi startup. Selain mengandalkan kemampuan teknis mereka untuk bisa membangun produk atau layanan yang berkualitas, namun kebutuhan tim lebih dari itu. Tim yang solid di tahap awal adalah mereka yang memiliki pemikiran terbuka dan bisa dengan mudah belajar hal baru. Coachable. Dalam perjalanannya startup tidak hanya soal sistem, tetapi juga pemasaran, komunikasi, finansial dan hal-hal lainnya.

Dalam konteks fundraising, tim biasanya sangat menentukan pandangan investor terhadap bisnis yang dijalankan. Jika di dalam tim terdapat seorang “bintang” di bidangnya dan memiliki sejumlah track record yang baik, kemungkinan investor akan tertarik, setidaknya memberikan masukkan untuk bagaimana startup berkembang.

Di sisi lain, jika tidak ada seorang pun “bintang” di tim Anda cobalah untuk membangun tim yang solid dan memiliki masa depan cerah. Yakinkan investor dengan membentuk tim yang bisa terus belajar dan berkembang, menciptakan “bintang-bintang” baru.

Mendapatkan pertumbuhan

Masih dalam bagian strategi sebelum fundraising, hal yang bisa dilakukan adalah mengupayakan pertumbuhan pengguna dan jika dimungkinkan mulai mendapatkan uang dari mereka. Pastikan startup dalam kondisi baik, tren akuisisi pengguna meningkat, dan mencoba terus berinovasi dengan mendengarkan kebutuhan pengguna.

Capaian positif startup menjadi bekal penting jika sudah berhadapan dengan investor. Sedikit banyak bisa menggambarkan bahwa startup memang dikembangkan untuk terus tumbuh dan menghasilkan.

Temukan Minumum Viable Product (MVP), meluncurkan versi beta, dapatkan pengguna awal, cari aspek pembeda dari pesaing yang ada atau kembangkan solusi unik dan berbeda, dan teruskan banyak pengguna. Langkah-langkah yang setidaknya harus ditempuh untuk sampai ke keputusan mendapatkan pengguna.

Menyiapkan pitch

Selanjutnya, yang masih memiliki peran penting dalam proses mendapatkan fundraising, adalah pitch. Yang satu ini harus disiapkan sebaik mungkin dengan informasi real yang detail. Susun pitch deck yang terbaik, jika dimungkinkan melibatkan anggota tim yang lain untuk memberi masukan. Lakukan latihan presentasi di depan rekan-rekan yang ada, karena deck yang baik aja tidak cukup.

Masuk dalam kategori ini, startup yang sedang mencari pendanaan wajib melakukan riset mengenai investor. Perluas jaringan bisnis dengan menghadiri acara temu komunitas, seminar atau event-event yang diadakan venture capital. Bisa juga dengan mengikuti program inkubator.

Jika yang ditargetkan adalah seorang angel investor, coba lakukan perkenalan dengan mereka. Hubungi melalui kanal-kanal resmi seperti situs resmi, email hingga media sosial. Gunakan bahasa yang baik, singkat dan jelas untuk menggambarkan apa maksud dan tujuan.

Selalu sediakan Plan B dan evaluasi

Fundraising tidak menjamin keberhasilan startup. Banyak juga yang berhasil hanya dengan mengandalkan bootstrap. Namun fundraising bisa menyelamatkan startup yang di ujung tanduk atau bahkan mempercepat akselerasi bisnis di tahap awal. Semua tergantung rencana dan eksekusi. Jika fundraising tidak berjalan dengan baik, pastikan ada rencana cadangan.

Jika sudah banyak investor didatangi, sudah banyak kesempatan presentasi dilalui namun belum bisa menghasilkan pendanaan sama sekali, mulailah untuk berbenah. Jika startup sangat butuh dana, jalani Plan B yang seharusnya sudah ditentukan sejak awal, kemudian lakukan evaluasi, menyeluruh dari hulu hingga hilir. Lihat lagi MVP yang ada, lihat kembali tren pertumbuhan pengguna, cari tahu apa yang salah dan jika diperlukan lakukan pivot.

Hal ini dilakukan jika memang sudah menemui banyak investor dan banyak melakukan presentasi di hadapan mereka. Jika masih satu-dua kali berarti mungkin hanya bagian-bagian kecil yang perlu diperhatikan dan mulai dikembangkan. Selalu usahakan meminta kritik dan saran ketika melakukan presentasi di hadapan investor, karena mereka pun sangat menghargai mereka yang bekerja keras dan mau berbenah. Jika ditolak di pertemuan pertama dan kembali dengan lebih siap dan lebih baik di pertemuan selanjutnya, barangkali itu yang diminta investor.

Tips Relasi Media untuk Startup (Bagian 1): Menulis Siaran Pers

Ada banyak cara yang dapat dilakukan startup untuk memperkenalkan produknya ke masyarakat luas, salah satunya melalui relasi media. Selain memiliki basis pembaca, media umumnya akan memberikan ulasan komprehensif seputar layanan yang diusung startup, dengan nada yang memudahkan kalangan konsumen untuk memahami visi produk tersebut. Untuk mencapai sana, salah satu yang bisa dilakukan startup ialah dengan mengirimkan siaran pers.

Siaran pers (press release) yang dikirimkan ke media harus memuat informasi yang padat dan berisi, sehingga diperlukan kiat khusus hingga melahirkan dokumen rilis yang baik. Berikut ini adalah tips yang dapat diikuti ketika hendak menyusun sebuah siaran pers terkait peluncuran atau pembaruan produk.

Menyusun kerangka materi

Tahap ini perlu dilakukan untuk menghasilkan rancangan dari struktur dokumen rilis yang akan dibuat. Struktur sebuah rilis bisa saja berbeda, bergantung pada tujuan akhir yang diharapkan. Misalnya untuk pengenalan startup baru, struktur rilis dapat terdiri dari beberapa poin berikut ini:

  1. Memberikan gambaran singkat startup atau produk yang diusung.
  2. Memaparkan masalah apa yang ingin coba diselesaikan, lebih baik lagi disertai dengan data relevan.
  3. Menceritakan latar belakang startup, mulai dari founder, tahun berdiri, hingga status pendanaan/investor.
  4. Mendeskripsikan secara detail fitur masing-masing produk.
  5. Menuliskan sambutan dari founder terkait visi dan harapan dengan adanya produk tersebut.

Berbeda lagi ketika materi yang diumumkan adalah sebuah pengumuman, misalnya perolehan pendanaan, maka strukturnya dapat berupa:

  1. Memberikan gambaran singkat tentang pendanaan tersebut, diperoleh dari siapa, dalam tahapan apa, dan berapa jumlah nilainya.
  2. Memaparkan rencana alokasi pendanaan tersebut akan digunakan untuk apa.
  3. Menuliskan sambutan dari founder dan perwakilan investor.
  4. Menceritakan capaian startup yang telah diraih dari awal sampai pendanaan ini didapat.
  5. Mendeskripsikan target capaian yang akan dikejar pasca pendanaan.

Masing-masing adalah poin yang harus ada, jika terdapat hal lain bisa disertakan dalam paragraf berikutnya sebagai informasi sekunder. Penyusunan kerangka juga dimaksudkan agar rilis tersebut memiliki alur cerita yang runut, sehingga memastikan perspektif yang dipahami jurnalis sesuai dengan visi yang ingin disampaikan oleh startup.

Menulis draf siaran pers

Salah satu teknik penulisan siaran pers yang baik adalah dengan metode “segitiga terbalik”, terdiri dari informasi primer, informasi sekunder, dan lain-lain. Pada informasi sekunder tuliskan inti materi yang ingin disampaikan, paragraf ini idealnya dapat mendefinisikan secara detail apa yang dituliskan dalam judul. Misalnya untuk informasi re-branding web dan aplikasi startup, maka di sini dapat diceritakan konsep, tujuan, dan harapannya.

Kemudian informasi sekunder dapat berisi hal-hal lain yang mendukung uraian di paragraf sebelumnya. Jika menggunakan studi kasus yang sama, di sini dapat dimasukkan sambutan dari founder, capaian startup, hingga rencana ke depan. Jika masih ada hal-hal lain yang ingin disampaikan, tuliskan di bagian akhir.

Untitled 2

Model draf tulisan seperti ini selain untuk memastikan tulisan fokus pada permasalahan utama yang diangkat, juga akan memudahkan jurnalis dalam menuliskannya – sebagai informasi hampir setiap rilis yang dikirimkan akan ditulis dan disunting ulang.

“Kriteria yang paling utama adalah sebuah siaran pers harus bisa membantu jurnalis memenuhi ‘the 15 minute rule’ — sebuah ‘peraturan’ dalam dunia jurnalistik bahwa sebuah berita harus dipublikasikan dalam 15 menit sejak peristiwa terjadi. Oleh karena itu, harus singkat, padat, dan jelas,” ujar Anisa Menur selaku Senior Writer e27.

Setelah draf disusun, pastikan sudah mengkomunikasikan dengan pihak terkait. Misalnya jika startup punya investor, alangkah baiknya jika diberitahu terlebih dulu draf tersebut. Gejolak pasar teknologi cukup dinamis, bisa jadi ada pertimbangan lain untuk angle informasi yang ingin disampaikan.

Melengkapi aset untuk penyiaran

Setelah draf disetujui dan siap kirim, masukkan ke dalam dokumen yang sudah terformat baik. Terkait dengan format, bisa disesuaikan dengan branding masing-masing startup. Di dalam dokumen susunan isinya dapat berupa:

  1. Judul pemberitaan.
  2. Sub-judul pemberitaan jika ingin memberikan penekanan poin pada judul.
  3. Poin-poin berita yang ingin disampaikan.
  4. Uraian informasi yang telah disusun dalam paragraf.
  5. Uraian singkat tentang startup.
  6. Kontak yang dapat dihubungi.

Pengiriman dokumen dapat menggunakan format standar, yakni *.docx atau *.pdf. Untuk melengkapi pemberitaan dan membuat publikasi menjadi lebih indah, sertakan juga gambar pendukung dengan resolusi yang baik. Gambar tersebut bisa berupa foto anggota tim, ilustrasi/promo produk, foto brand startup, atau lainnya yang merepresentasikan judul.

Picture1

Mengirimkan siaran pers melalui email

Kirimkan siaran pers tersebut melalui email. Untuk mendapatkan email media, kunjungi laman media mana yang ingin dituju. Umumnya di halaman “Tentang Kami” media mencantumkan email redaksi yang dapat dihubungi ketika ingin menyampaikan pemberitaan. Dalam penulisan email juga ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Pertama ialah tentang struktur pembuatan konten email, sebagai berikut:

  1. Tuliskan subjek/judul email yang padat, singkat, dan jelas. Menggambarkan isi secara keseluruhan. Contoh: “Siaran Pers: Startup X Mendapatkan Pendanaan dari ABC senilai 10 miliar Rupiah”, “Startup X Hadirkan Aplikasi untuk Penyewaan Alat Pancing”, dll.
  2. Di badan email awali dengan perkenalan singkat dan menyampaikan ringkasan dari berita yang terdapat dalam dokumen. Karena sudah dilampirkan, tidak perlu meletakkan isi dokumen di dalam email.
  3. Jika aset tulisan banyak, dapat meletakkannya ke dalam media penyimpanan awan (misal Dropbox atau Google Drive), namun pastikan akses untuk guest juga diberikan.
  4. Tutup dengan mempersilakan jika terdapat pertanyaan lebih lanjut atau diskusi terkait materi rilis yang dikirimkan.

Jika pengiriman dilakukan secara satu per satu atau dengan metode mail merge, alamat email media dapat dimasukkan ke kolom “To”. Namun jika dikirimkan secara masal, disarankan untuk menempatkan alamat-alamat email ke dalam kolom “BCC”. Kolom “CC” dapat diisi dengan email rekan di startup yang relevan, misalnya kepada CEO atau investor.

Pertimbangan lain

Saat ini memang sudah banyak media yang memberitakan tentang layanan digital dan startup – mereka memiliki basis pembaca orang-orang yang memang menikmati perkembangan dunia startup. Namun kadang startup juga ingin mengabarkan kepada media lain yang tidak berbau teknologi. Misalnya sebuah startup yang menyediakan layanan marketplace kecantikan, mereka ingin mengirimkan siaran rilis ke media yang membahas tentang perempuan dan gaya hidupnya. Maka pembahasan teknis menjadi kurang relevan, bahkan tidak diminati. Sehingga bisa saja startup memutuskan untuk membuat draf rilis lebih dari satu dengan penekanan angle yang berbeda.

Sebagai contoh untuk media teknologi dan startup (termasuk media yang memiliki kanal tekno), siaran pers tersebut memfokuskan pada fitur-fitur dan capaian bisnis yang sudah diraih. Tapi ketika mengirimkan rilis ke media yang fokus ke gaya hidup perempuan, maka yang ditekankan adalah tentang permasalahan dan solusi digital yang memudahkan mereka menemukan jasa kecantikan. Di sini dipahami bahwa masing-masing media memiliki pandangan relevansi berbeda terhadap rilis yang diterima.

Untitled

Dasar-Dasar “Fundraising” untuk Startup

Fundraising atau pengumpulan dana bisa jadi salah satu bagian penting dalam sejarah perjalanan startup. Fundraising bisa jadi titik balik setelah sebelumnya startup tidak berkembang atau cenderung berada di ambang kehancuran karena kekuarangan dana. Meskipun demikian, fundraising bukan seharusnya menjadi tujuan berdirinya startup.

Sama seperti hal-hal lain dalam pengembangan startup, tidak ada sesuatu yang baku pada persiapan, proses, dan pasca fundraising. Hanya saja beberapa hal wajib diketahui minimal untuk menambah wawasan atau membantu memahami apa itu fundraising bagi startup.

Kesiapan “berbagi”

Setiap pendiri startup memiliki alasan dan tujuan khusus sebelum memutuskan untuk melakukan penggalangan dana. Ada yang memang membutuhkan untuk terus mengembangkan bisnisnya atau untuk mencapai target-target lain. Namun dengan melakukan penggalangan dana ke investor, founder harus udah rela untuk membagi equity dengan investor.

Itu juga alasan beberapa founder tetap teguh dengan bootstrapping. Tidak ada salahnya memang, toh pada dasarnya menjalankan startup tidak memiliki aturan baku. Butuh pertimbangan dan alasan yang kuat sebelum menggalang dana.

Mencari dan memilih investor

Salah satu yang berperan penting dalam proses mendapatkan fundraising adalah dengan mencari dan memilih investor. Proses pencarian ini butuh tenaga yang ekstra, terlebih startup yang dikembangkan masih berada di fase awal atau belum begitu ramai dibicarakan. Banyak investor yang tertarik dengan startup di fase ini, namun potensi menjadi salah satu hal wajib yang dipertimbangkan.

Selain menghubungi investor melalui kanal online resmi, baik itu email atau lainnya, proses mencari investor lebih efektif melalui event-event offline. Bisa melalui pameran atau bertandang ke acara-acara startup lainnya. Networking juga memiliki peran penting dalam proses mencari investor.

Event offline lainnya yang bisa dicoba adalah kompetisi atau program inkubator yang dalam beberapa tahun belakangan mulai banyak diadakan di Indonesia. Dengan mampu menembus seleksi di event-event tersebut, startup bisa lebih dekat dengan investor.

Jika bisnis Anda termasuk yang sudah banyak dikenal dan ditawari oleh banyak investor, selektif bisa jadi hal penting yang diperhatikan. Mengetahui berapa dana yang mereka suntikan, berapa besar porsi yang diminta dan hal-hal lain yang bersifat kepemilikan, dan ekspektasi mereka terhadap startup. Penting untuk menghindari kesalahpahaman di tengah-tengah perjalanan startup. Jika diperlukan, lakukan screening dengan melihat daftar portofolio dan track record calon investor Anda.

Tidak hanya soal pendanaan

Meski sangat erat kaitannya dengan dana, proses fundraising bagi startup bisa lebih dari itu. Biasanya investor yang baik tidak hanya menawarkan uang tetapi juga bantuan lain berupa koneksi jaringan dan pendampingan untuk akselerasi bisnis (mentoring) dan di sanalah kebutuhan sebenarnya startup tahap awal.

Modal dana mungkin terlihat seperti segalanya bagi bisnis di tahap awal, tetapi pada kenyataannya modal lain juga sangat diperlukan. Seorang founder harus bisa menentukan sikapnya mengenai hal ini. Pada proses pencarian investor, hal-hal seperti keuntungan relasi dan mentoring wajib menjadi pertimbangan. Di tahap awal kebutuhan startup tidak hanya mendapat untung tetapi juga harus berkembang (scale).

Proses Memvalidasi Ide

Memvalidasi selalu menjadi pembahasan menarik bagi para pebisnis. Karena pada dasarnya ide selalu menjadi penghambat untuk mengambil keputusan. Entah ragu-ragu karena belum yakin dengan ide atau gagal karena ide terlalu dini dieksekusi tanpa perhitungan yang matang. Banyak cerita sukses mengenai bagaimana menggali potensi ide dan juga tips-tips yang dibagikan para penggiat bisnis mengenai validasi.

Dalam seri validasi kali ini, saya coba menuliskan tips Eric Ries, penulis buku The Lean Startup yang juga penggiat bisnis startup.

Memanfaatkan pandangan tentang user experience

Sebagai seorang pebisnis, wawasan dan pengalaman di bidang yang akan digeluti bisa menjadi modal yang sangat kuat. Dengan pengalaman, wawasan dan sudut pandang bayangan produk atau layanan yang ingin dikembangkan bisa didesain sejak awal.

Misalnya jika Anda ingin membuat sebuah layanan teknologi finansial tentang pinjaman, menyuguhkan pengalaman pengguna yang sempurna (mulai dari mendaftar menjadi anggota hingga mengajukan pinjaman) adalah hal wajib. Atau jika yang sedang dikembangkan adalah produk yang berada di industri pendidikan, maka melakukan rancangan dari sudut pandang siswa, guru atau orang tua murid bisa sangat membantu memberi gambaran seperti apa produk akan dikembangkan.

Ini lebih seperti menuangkan apa yang terbaik bagi pengguna ke dalam rancangan produk yang ingin dicapai. Dengan memiliki pengalaman personal tentu menjadi sebuah keuntungan.

Mengidentifikasi Critical Assumptions

Critical assumptions sederhananya merupakan fakta atau karakteristik tentang gambaran bisnis yang sedang dibangun. Semakin banyak asumsi kritikal yang diidentifikasi semakin sedikit risiko yang dihadapi. Asumsi-asumsi ini yang akan menguatkan apakah produk layak dikembangkan atau berhenti sebagai ide semata.

Contoh sederhananya, ketika kita mencoba menangkap peluang sebagai penyedia layanan pendidikan yang menghubungkan orang tua dengan murid untuk memantau kegiatan pemebelajaran anaknya asumsi yang harus diidentifikasi harus lebih lengkap. Tidak sebatas ada kebutuhan untuk membangun itu.

Identifikasi juga kebutuhan-kebutuhan terkait fitur, platform yang digunakan dan yang paling penting apakah orang tua atau guru bekenan merogoh koceknya untuk berlangganan layanan dibangun. Jangan-jangan mereka hanya mengutarakan sesuatu yang mereka harap mendapat gratis. Karena mencari cara mendapatkan keuntungan dari produk atau layanan juga merupakan hal yang krusial.

Membangun versi awal untuk memvalidasi critical assumption

Setelah berhasil mengidentifikasi critical asusumption langkah selanjutnya yang bisa ditempuh adalah dengan membangun versi awal dari produk. Versi awal ini digunakan untuk memvalidasi apakah identifikasi di tahap sebelumnya valid atau hanya sebatas asumsi.

Versi awal produk ini juga menjadi langkah awal untuk memisahkan apa-apa yang bisa divalidasi dan apa yang hanya sebatas asumsi atau pemikiran-pemikiran yang nyatanya tidak tervalidasi di lapangan. Jika berada di tahap ini dan Anda bukan seorang yang memiliki kemampuan coding, bersiaplah untuk mencari tim atau mengajak kenalan untuk bergabung.

Luncurkan dan ukur

Setalah berhasil membangun produk awal atau biasa disebut dengan MVP (minimun viable product), Anda bisa memperkenalkan produk ke khalayak ramai dan melihat reaksi mereka. Tentunya tidak lupa membuka diri terhadap segala bentuk kritik dan masukan, dari target potensial atau calon pengguna Anda. Mulai cari tahu di mana letak kebutuhan yang perlu diperbarui dan juga kemungkinan menentukan harga. Selalu ukur capaian seperti angka pendaftar baru, kunjungan halaman, mereka yang kembali setelah menginstalasi hingga mereka yang memutuskan untuk tidak kembali.

Berdasarkan angka-angka itu dan segala pengukuran yang dilakukan, segera ambil tindakan, baik mengubah arah haluan dan target pengguna atau terus melanjutkan dengan penyempurnaan.

Langkah Awal Memvalidasi Ide Startup

Ide yang baik adalah awal untuk startup besar. Facebook, Google dan bahkan Go-Jek lahir dari ide dasar yang matang dan tentu dieksekusi dengan baik. Ada banyak ide yang bisa dihasilkan untuk sebuah bisnis startup, tapi hanya beberapa ide yang berhasil dan membuahkan hasil. Keberhasilan tentu bukan perkara ide saja, tapi ide yang valid dan ketepatan eksekusi adalah hal dasar yang paling utama.

Tips kali ini akan membahas mengenai bagaimana startup seharus mengelola ide. Sekali lagi, ide mungkin banyak, tetapi hanya beberapa yang pantas untuk dieksekusi segera. Lainnya mungkin menunggu waktu atau hanya sebuah ambisi yang eksekusinya masih harus masuk daftar tunggu.

Tulis terlebih dahulu

Sebagian besar orang kreatif memiliki cara tersendiri untuk mendapatkan ide. Ada yang keluar ruangan berjalan-jalan untuk menenangkan pikiran, ada juga yang mengurung diri di kamar sambil membaca setumpuk buku sambil menganalisis peluang apa yang bisa diciptakan. Yang paling beruntung, dalam proses melamun tiba-tiba mendapatkan ide atau gagasan awal mengenai problem yang ingin diselesaikan Intinya ide bisa datang dari mana saja.

Untuk membantu mengkurasi ide-ide terebut biasakanlah membuat catatan. Bawalah buku seukuran saku dan pena untuk berjaga-jaga barangkali ada gagasan yang muncul ketika di perjalanan. Atau jika ingin lebih sederhana aplikasi catatan di smartphone bisa jadi jalan keluar. Bentuk dan format catatan bisa menyesuaikan, tergantung kenyamanan masing-masing, bisa berupa tulisan atau rekaman suara. Catatan-catatan ini nantinya bisa jadi semacam gudang ide atau gagasan untuk bisa dibaca atau didengarkan ulang di hari-hari mendatang.

Cara paling sederhana adalah, mencatat masalah-masalah yang berpotensi untuk diselesaikan. Usahakan untuk tidak berangkat dari solusi yang spesifik, lengkap dengan fitur-fitur yang sudah disiapkan. Bisa jadi itu asumsi yang terlalu dini.

Mengevaluasi gagasan yang ada

Ketika ada waktu untuk me-review ulang gagasan-gagasan yang sudah dicatat, coba jawab pertanyaan-pertanyaan berikut untuk mengevaluasi mengenai ide dasar bisnis yang ingin dikembangkan:

  • Siapa target penggunanya? Pertanyaan ini harus dijawab dengan target yang lebih spesifik. Jangan biarkan pertanyaan ini mengambang dengan jawaban “semua orang”.
  • Masalah apa yang ingin diselesaikan? Tujuan menjawab pertanyaan ini adalah untuk membatasi asumsi berjalan terlalu jauh. Sebelum sibuk memikirkan fitur atau teknologi yang akan digunakan identifikasikan dengan pasti masalah apa yang sebernarnya ingin diselesaikan.
  • Bagaimana produk yang akan dikembangkan bisa memecahkan masalah? Setelah berhasil memahami masalah, pertanyaan ini menempatkan ide atau produk di posisi sejauh mana produk yang akan dikembangkan memberikan manfaat dan mampu menyelesaikan masalah.
  • Apa yang menjadi pembeda dan keunggulan? Di tengah industri startup yang mulai naik seperti sekarang akan sangat sulit menemukan ide yang benar-benar baru. Evaluasi selanjutnya apakah yang menjadi pembeda dibanding produk-produk yang sudah ada.

Mendalami gagasan dengan terjun langsung ke lapangan

Ada banyak cara untuk memvalidasi ide, seperti validasi menggunakan framework atau model canvas, ada juga validasi yang dilakukan dengan langsung terjun ke lapangan. Bisa merasakan langsung sebagai target pengguna atau sekedar wawancara dengan target pengguna.

Dalam wawancara tentu akan ada jawaban-jawaban yang menjadi bias. Yang perlu digarisbawahi adalah menyukai ide belum tentu menyukai produk. Terus gali jawaban dengan pertanyaan yang bernada “mengapa” untuk bisa membedakan, mana yang menyukai ide dan mana yang berharap bisa mendapatkan produk yang dikembangkan.


Sumber: Product Plan, Startupgrind

Cerita MailTarget dan Dicoding Soal Rekrutmen Talenta

Selalu ada hal menarik yang bisa dipelajari dari startup yang sedang berkembang. Dalam seri tips merekrut karyawan kali ini, DailySocial berkesempatan mendapatkan beberapa informasi dan tips dari dua startup yang tengah berkembang di Indonesia, yakni MailTarget (startup yang menyediakan solusi otomasi email marketing) dan Dicoding (platform untuk belajar pemrograman. Keduanya secara garis besar memiliki kesamaan perihal merekrut karyawan, tetapi memiliki pendekatan masing-masing.

MailTarget yang tengah berkembang dan merencanakan ekspansi  membutuhkan sumber daya yang tidak hanya banyak tetapi juga berkompetensi. Untuk itu tak heran jika Yopie Suryadi, Founder MailTarget, menyebutkan bahwa MailTarget is always hiring. Mereka selalu membuka kesempatan untuk menemukan talenta-talenta yang cocok dan melengkapi tim MailTarget saat ini.

Ada beberapa kondisi mengapa MailTarget terlihat agresif. Pertama untuk menggantikan mereka yang mengundurkan diri atau demi investasi untuk mengerjakan lini produk baru, perluasan dan percepatan bisnis, dan beban pekerjaan yang terus bertambah. Hal ini juga yang melatarbelakangi MailTarget tidak hanya membuka lowongan melalui situs pencari kerja dan email, tetapi mencari talenta dengan pendekatan personal, seperti pada saat event offline.

Pendekatan yang sedikit berbeda dilakukan Dicoding. Dari penuturan Narenda Wicaksono, pendiri Dicoding, mereka biasanya mengumumkan lowongan melalui newsletter. Selanjutnya kandidat harus sudah pernah lulus di salah satu academy Dicoding. Hal ini dinilai sangat penting oleh Narenda karena bisa membuktikan kemampuan self learning dari kandidat.

“Lulusnya seseorang kandidat dari kelas academy online kami adalah indikasi dia memiliki kemampuan self learning yang bagus. Tentu kami hanya memanggil lulusan terbaik saja. Tahap kedua adalah magang dengan durasi maksimum satu tahun on the job training memberikan impact edukasi 80% dibandingkan teori. Jadi selama ini program magang cukup efektif memberikan edukasi kepada calon pegawai sambil melihat dia fit untuk role apa. Tahap ketiga adalah probation dengan durasi maksimum tiga bulan. Pada tahap ini kandidat sudah mendapatkan benefit maksimal sebagai karyawan,” terang Narenda.

Bagi MailTarget, mereka memiliki proses tersendiri untuk menyeleksi pelamar. Mulai dari memproses lamaran tidak lebih dari satu minggu, interview, tes psikologi  dan proses-proses lainnya.

“Jika ada email lamaran yang masuk, akan kami proses tidak lebih dari seminggu, setelah itu interview, tes psikologi, dan lain-lain yang diperlukan untuk mengetahui personality-nya, skill dan kompetensinya, dan kecocokannya pada tim, dan terahir ada tes yang dibawa pulang untuk dikerjakan tidak lebih dari 24 jam. Tidak kurang dari seminggu akan kami kabari lulus atau tidaknya di seleksi kami,” terang Yopie.

Sejauh ini Dicoding kurang lebih sudah 10 kali melakukan perekrutan karyawan. Sementara MailTarget sudah lebih dari 20 kali. Kedua startup tersebut tentu punya prioritas masing-masing dalam membangun tim mereka, seperti kedewasaan dalam bekerja bagi MailTarget dan kemampuan self learning bagi Dicoding.

Selain self learning, Narenda menjelaskan, saat ini mereka mencari kandidat yang memiliki kemampuan-kemampuan lain meliputi loyalitas dan seorang pejuang. Bahkan Dicoding bersedia mengembangkan bakat talenta mereka dengan memberikan pendidikan ke luar negeri.

“Kalau loyal dan pejuang, kami rela untuk mendidik mereka. Kami tidak segan untuk mengirimkan karyawan ke Singapura, Malaysia, India, hingga Amerika untuk menuntut ilmu,” lanjut Narenda.

Tips untuk merekrut karyawan baru

Selain berbagi mengenai bagaimana perjalanan dan kisah mengenai startup-nya, pihak MailTarget juga membagikan beberapa poin yang bisa dijadikan pertimbangan kapan seharusnya startup mempekerjakan anggota baru. Disampaikan Masas Dani, co-founder sekaligus CTO MailTarget berikut beberapa poin yang harus dipertimbangkan ketika memutuskan untuk menambah anggota tim:

  • Menambah orang akan menambah cost. Apakah value yang diberikan orang tersebut di team jauh lebih besar?
  • Merekrut anggota baru seperti membawa orang ke dalam kapal, artinya kita bertanggung jawab atas hidupnya di lautan. Seberapa besar kapal sekarang, untuk berapa orang kapal ini?
  • Apakah sanggup menampung kesejahteraannya sampai pensiun ?
  • Apakah siap ditinggal di tengah jalan ?

Sementara itu Narenda memberikan saran mengenai apa yang harus dilakukan startup yang memulai bisnisnya secara bootstrap seperti yang dilakukan Dicoding hingga saat ini. Menurutnya startup yang berstatus bootstrap tidak bisa berkompetisi dengan iming-iming uang.

“Bagi yang ingin mengambil jalur seperti kami, perlu diketahui bahwa kita tidak bisa berkompetisi mencari talenta dengan iming iming benefit uang. Biarkan para unicorn yang bertarung disana. Perlu diketahui ada banyak talenta bagus yang mencari benefit seperti keberkahan rezeki, bisa shalat di masjid tepat waktu, atau kedamaian dalam bekerja. Carilah talenta yang hidupnya “berjuang”. Biasanya mereka sangat menghargai setiap jerih payah yang dilakukan. Loyalitas dan kemampuan self learning seorang talenta adalah mandatory. Agar kita semua bisa mencapai puncak bukit dengan kecepatan yang sama tanpa perlu takut ada yang tertinggal,” tutur Narenda.

Narenda juga menceritakan di Dicoding mereka memiliki beberapa hal dalam membentuk tim yang meliputi:

  • Pertama, harus berusaha untuk mengerti personality setiap anggota. Apa yang mereka butuhkan, seperti keakraban dan kepastian.
  • Kedua, mempelajari teknik persuasif agar tim paham kenapa sebuah pekerjaan harus dikerjakan. Keinginan mereka untuk mengerjakan adalah indikasi teknik kita berhasil.
  • Ketiga, usahakan untuk tetap sopan (menjaga emosi) dan profesional. Jangan sampai menjatuhkan harga diri seseorang di depan anggota tim yang lain.
  • Keempat, harus sering mendelegasikan pekerjaan dan mempercayakan tim untuk mengerjakan task yang sulit.
  • Terakhir, kita sebagai composer tidak boleh takut tim kita salah salah. Musik dalam sebuah orkestra harus terus mengalir dan sejak awal harus memiliki ekspektasi bahwa nothing is perfect. Growing ke arah perfect adalah keniscayaan dan harus dirancang agar dapat berjalan secara kontinyu.

Mengoptimalkan Cara Perekrutan Pegawai Startup

Keterbatasan adalah satu hal yang erat dengan startup di fase awal, baik itu modal maupun talenta. Yang membedakan startup satu dengan yang lain mungkin hanya soal seberapa besar keinginan mereka untuk tumbuh. Setelah fase awal biasanya startup mulai memasuki fase untuk bergerak cepat. Untuk itu mereka membutuhkan tenaga-tenaga ekstra. Fase inilah yang cukup krusial. Memutuskan untuk menambah jumlah anggota tim tidak selamanya berjalan mulus. Harus ada kecocokan antara visi, misi dan ritme kerja untuk tidak mengacaukan laju pertumbuhan startup.

Sebagai startup yang masih di tahap awal dan ingin terus berkembang dengan cepat, mengajak ahli yang sudah memiliki nama untuk bergabung bukan perkara mudah. Selain soal gaji, kecocokan dengan pendiri dan anggota lainnya adalah salah satu yang dipertimbangan. Di sisi lain, jika membuka lowongan kerja secara terbuka, ada risiko ketidakcocokan atau kegagalan. Bisa soal visi, ritme kerja, atau soal kemampuan.

Memperkenalkan bisnis dan kultur

Untuk bisa mengawali dan meminimalisir kegagalan dan kesalahan dalam perekrutan, hal yang harus dilakukan adalah dengan memperkenalkan bisnis dan kultur yang sedang dibangun. Dengan cara ini, calon pekerja atau profesional bisa melihat bagaimana visi, misi, dan keseriusan bisnis dalam mengerjakan solusi yang ditawarkan.

Kanal-kanal media sosial untuk profesional, seperti LinkedIn, bisa jadi jalan pertama untuk memperkenalkan bisnis. Media sosial lainnya dan halaman blog resmi juga bisa dioptimalkan. Ceritakan apa yang sedang dikerjakan dan capaian apa yang sudah didapat. Catatan-catatan seperti itu tidak hanya untuk dokumentasi tetapi juga untuk mengenalkan seperti apa bisnis dijalankan dan bagaimana budaya kerja budaya di dalamnya.

Realistis untuk kualifikasi

Setiap pemimpin pasti akan mencari mereka yang sempurna untuk mengisi posisi di tim mereka. Misalnya untuk posisi developer pemimpin akan merasa harus mempekerjakan mereka yang memiliki kemampuan bahasa pemrograman yang lengkap dan pengetahuan mengenai infrastruktur teknologi yang baik. Pada kenyataannya sulit untuk mendapatkan talenta semacam itu. Jika pun ada mereka pasti mencari gaji yang cukup tinggi. Belum waktunya bagi startup yang masih ada di tahap awal.

Untuk meminimalkan hal tersebut, cara terbaiknya adalah fokus pada kualifikasi yang dibutuhkan. Misalnya jika membutuhkan mereka yang bisa mengoptimalkan peran media sosial, ketika mengiklankan lowongan tersebut sampaikan kualifikasi yang dibutuhkan dengan rinci dan jelas.

Member get member

Di startup, banyak yang mengandalkan membuka lowongan pekerjaan di media sosial atau situs perekrutan kerja lainnya. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, hanya kadang sebagai startup perlu sebuah inovasi dan sesuatu yang lebih cepat dan efektif.

Salah satu alternatifnya adalah memanfaatkan anggota tim untuk mendapatkan rekan atau kenalan mereka. Dengan pendekatan secara personal, kesamaan visi dan misi serta kemampuan bisa dilihat dari awal. Komunitas, seminar, workshop hingga pameran bisnis bisa menjadi ajang yang tepat untuk menjaring koneksi dan relasi.

Pimpinan juga bisa menawarkan reward menarik bagi mereka yang bisa mengajak kenalan yang memiliki kesamaan visi misi dan juga kemampuan untuk bergabung dengan tim.


Sumber: Jobstreet, LabManager