Survei Ooredoo: Ada Kekurangan Kualitas Layanan Internet, Mayoritas Optimis Soal Manfaatnya

Sejumlah media besar mengangkat survei Ooredoo tentang Internet dan pemanfaatannya di Indonesia oleh kaum muda dengan tajuk frustasinya mereka dengan kualitas dan cakupan layanan Internet, terutama di daerah pelosok (rural area). Meskipun demikian, sesungguhnya survei ini mengemukakan fakta yang lebih positif bahwa kaum muda yang melek Internet percaya bahwa Internet mendorong mereka untuk maju, baik di sisi pendidikan maupun kewirausahaan.

Menurut survei yang dilakukan terhadap 1400 laki-laki dan perempuan yang berusia antara 18 dan 30 tahun, 91% mengklaim bahwa Internet mendorong mereka untuk lebih mengarah ke hal kewirausahaan (untuk pilihan karir) dan 83% berminat, atau bahkan sudah, mendirikan bisnis yang berbasis online. Tujuh persen responden (dari total 83% tersebut) menyebutkan mereka telah memiliki kantor virtualnya sendiri.

Selain itu, 93% responden juga beranggapan bahwa Internet memudahkan mereka untuk mencari pekerjaan di luar negeri, sedangkan 77% secara reguler menggunakan Internet untuk meningkatkan tingkat edukasinya. Tiga puluh lima persen responden menyebutkan sehari-hari menggunakan Internet untuk bekerja dan kegiatan belajar/pendidikan.

Khusus untuk kaum perempuan, 89% responden mengaku Internet membantu mereka untuk terjun ke dunia wirausaha dan bahkan 95% menganggap teknologi membuat sebuah peluang untuk generasi mendatang meningkatkan hidup mereka.

Sementara itu dikaitkan dengan budaya berbelanja online, 53% menyebutkan pernah berbelanja di layanan e-commerce dan 29% menyebutkan mereka berniat mencoba. Hal ini sejalan dengan survei sebelumnya yang dilakukan oleh Google Indonesia, TNS, dan idEA soal perilaku pengguna e-commerce di Indonesia.

CEO Indosat Alexander Rusli, sebagai bagian dari grup Ooredoo, terkait survei ini menanggapi, “Ini merupakan waktu yang sangat menarik bagi Indonesia yang memasuki tahap kritis untuk evolusi digitalnya. Studi mendukung kepercayaan kami bahwa ICT telah memainkan peranan penting dalam membantu masyarakat muda negeri ini untuk merealisasikan potensi ekonominya secara penuh dan menyediakan wawasan yang berharga untuk mengidentifikasi peluang untuk membantu mereka.”

Tentu saja kita tidak bisa menafikkan fakta bahwa justru hambatan pemanfaatan Internet di Indonesia adalah ketersediaan layanan Internet yang berkualitas dan mencakup hingga pelosok-pelosok negeri. Hanya 62% responden yang menyatakan kualitas koneksi Internet melalui operator seluler dianggap baik. Khusus untuk yang tinggal di pelosok, 60% responden frustasi dengan cakupan sambungan Internet yang secara infrastruktur belum merata dan 82% tidak puas dengan kualitas kecepatannya yang dinilai masih lambat.

Studi yang dilakukan oleh Ooredoo bisa menjadi gambaran soal pandangan penerus bangsa tentang Internet. Meskipun memang banyak mengaku menggunakan smartphone untuk bermain, menggunakan media sosial, dan berbincang (dengan platform messaging), mereka menyadari potensi Internet dalam mendukung pengembangan dan aktualisasi diri. Masa depan Indonesia sangat dipengaruhi oleh kualitas dan cakupan layanan Internet dan merupakan tugas kita semua, terutama pemerintah dan penyedia layanan Internet, untuk mendukungnya.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin.

Nielsen: BlackBerry Messenger Masih Jadi Aplikasi Messaging Paling Favorit di Indonesia

Di tengah gempuran platform iOS dan Android yang kian agresif di pasarsmartphone akhir-akhir ini, BlackBerry rupanya masih memiliki tempat istimewa di tengah-tengah pengguna smartphone di Indonesia. Menurut survei yang belum lama ini dirilis oleh lembaga survei Nielsen, aplikasi pesan instan (instant messaging) andalan BlackBerry Messenger (BBM) masih menjadi yang paling diminati oleh sebagian besar pengguna di Indonesia.

Seperti yang diungkap melalui survei Nielsen bertajuk On Device Meter tahun 2014 dan dirangkum oleh National Geographic Indonesia (12/6), aplikasi BBM mendominasi minat pengguna smartphone di Indonesia dengan pemetaan sebesar 79%. Angka tersebut menunjukkan bahwa pengguna di Indonesia masih sangat mengandalkan BBM ketimbang aplikasi sejenis untuk mengobrol dengan sesama. Di bawah BBM terdapat WhatsApp yang meraih 57%, dan juga Line yang ternyata harus “puas” dengan hanya meraih 37%  dari penggunasmartphone di Indonesia.

Nielsen juga menjabarkan waktu rata-rata penggunaan dari ketiga aplikasi itu. Hasilnya BBM kembali merajai dengan waktu penggunaan rata-rata selama 23,3 menit, lalu menyusul WhatsApp yang dinyatakan hanya memiliki waktu penggunaan rata-rata selama 6,2 menit, dan Line yang kembali harus berada di posisi paling bawah dengan rata-rata waktu penggunaan selama 5,1 menit.

Melihat hal ini, keputusan BlackBerry untuk bertahan dari “medan perang”smartphone dengan melepas aplikasi andalannya sebagai aplikasi cross-platformbisa dinyatakan cukup berhasil walau secara keseluruhan pamor merek dagang BlackBerry di tengah kompetisi smartphone di Indonesia tetap menurun. Hasil survei yang dirilis Nielsen kurang lebih juga serupa dengan yang dirilis Nusaresearch beberapa waktu lalu dan mengungkapkan BBM termasuk salah satu aplikasi pesan instan yang paling populer di tengah-tengah pengguna Indonesia.

Selain mengandalkan BBM, BlackBerry masih melakukan beberapa upaya untuk menunjukkan eksistensinya di Indonesia, seperti misalnya kerja sama dengan RUMA yang menyentuh pasar UKM, menggelar BBDevID yang mengajak para pengembang lokal untuk berkreasi, hingga meluncurkan perangkat mobile money BBM Money yang ternyata masih belum diminati pasar. Sayangnya, masih jauh untuk menilai apakah diversifikasi ini mampu meningkatkan nilai jual BlackBerry bagi konsumen umum, di luar BBM.

Pertanyaan yang bisa muncul dari survei tadi adalah sampai kapan BlackBerry hanya mengandalkan BBM sebagai produk unggulan? Jika ternyata tidak ada produk lain yang mampu sepopuler BBM, BlackBerry harus tahu bagaimana memperoleh pendapatan yang (sangat) signifikan dari lini bisnis ini, di luar sumber pendapatan tradisionalnya di ranah enterprise.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Avi Tejo Bhaskoro. 

idEA: Nilai Pasar E-commerce Indonesia Diprediksi Capai $25 Miliar di Tahun 2016

Pertumbuhan E-commerce di Indonesia kian menjamur dan dibarengi dengan meningkatnya aktivitas transaksi online oleh masyarakat. Tahun 2013 lalu nilai pasar e-commerce Indonesia mencapai $8 miliar (Rp 94,5 triliun) dan di tahun 2016 akan tersebut diprediksikan meningkat 3 kali lipat menjadi $25 miliar (Rp 295 triliun). Menurut riset yang diprakarsai oleh Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), Google Indonesia, dan TNS (Taylor Nelson Sofres), produk fashion tetap mendominasi pasar online sebagai produk yang paling sering dibeli.

Continue reading idEA: Nilai Pasar E-commerce Indonesia Diprediksi Capai $25 Miliar di Tahun 2016

Survei Jana: Soundcloud Adalah Aplikasi Musik Paling Populer di Indonesia

Jana melakukan survei terhadap 700 orang di empat negara berkembang di Asia, yaitu India, Indonesia, Filipina, dan Vietnam, tentang kebiasaan mendengarkan musik. Di Indonesia, 90% responden menggunakan aplikasi di smartphone untuk mendengarkan musik dengan 31% ternyata menggunakan Soundcloud sebagai aplikasi pilihannya. Berikutnya menyusul MelOn dan Shazam, masing-masing dengan 21% dan 12%. Tidak ada aplikasi streaming musik populer, seperti Deezer, yang masuk ke dalam daftar ini.

Menurut survei tersebut, ternyata Soundcloud tidak hanya populer di Indonesia, tapi juga masuk ke jajaran tiga besar di Filipina dan Vietnam. Untuk aplikasi pemutar musik di library, termasuk pemutar musik di komputer, TTPod di Android dan Winamp di komputer merupakan dua aplikasi yang paling populer. Spotify yang baru saja diluncurkan di Filipina awal tahun 2014 masuk ke jajaran tiga besar aplikasi terpopuler di negeri tersebut, terutama karena paket kerja samanya melalui layanan seluler lokal.

Jumlah responden yang terbatas tentu membuat validitas survei Jana ini tidak 100% akurat. Meskipun demikian sulit dipungkiri bahwa popularitas Soundcloud yang tinggi di Indonesia didukung oleh kemudahan pengaksesan,  pengunggahan, dan perekaman. Menurut komentar responden Indonesia yang dimuat oleh Jana, Soundcloud digunakan oleh mereka karena selalu diperbarui, memiliki kualitas streaming yang bagus, dan bisa merekam dan men-tweet(membagikan) lagu milik sendiri. Lebih jauh lagi, absennya Spotify dan Pandora yang populer membuatnya tidak memiliki pesaing berarti, walaupun di Indonesia sendiri sudah hadir dua layanan streaming musik dari luar negeri seperti Deezer dan Guvera.

MelOn sendiri adalah layanan yang berasal Korea dan sudah cukup lama hadir di Indonesia bekerja sama dengan raksasa telekomunikasi Telkom, melalui layanan selulernya Telkom Flexi dan Telkomsel. Untuk kerja samanya dengan Telkomsel, MelOn membuat produk khusus LangitMusik yang sudah tersedia di sejumlah platform smartphone populer.

Bervariasinya hasil survei yang diperoleh dari empat negara berkembang di Asia ini membuat persaingan aplikasi musik menjadi semakin menarik. Sulit bagi sebuah aplikasi populer untuk bisa merajai kawasan Asia, terutama jika tidak memiliki kehadiran lokal. Kehadiran aplikasi tersebut di platform Android menjadi kunci perkembangannya, mengingat Android yang tersedia di berbagai segmen harga merupakan platform smartphone paling populer saat ini di negara-negara tersebut.

Berikut ini adalah hasil lengkap survei yang dilakukan oleh Jana:

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Survei Jana: Soundcloud Adalah Aplikasi Musik Paling Populer di Indonesia

Jana melakukan survei terhadap 700 orang di empat negara berkembang di Asia, yaitu India, Indonesia, Filipina, dan Vietnam, tentang kebiasaan mendengarkan musik. Di Indonesia, 90% responden menggunakan aplikasi di smartphone untuk mendengarkan musik dengan 31% ternyata menggunakan Soundcloud sebagai aplikasi pilihannya. Berikutnya menyusul MelOn dan Shazam, masing-masing dengan 21% dan 12%. Tidak ada aplikasi streaming musik populer, seperti Deezer, yang masuk ke dalam daftar ini.

Continue reading Survei Jana: Soundcloud Adalah Aplikasi Musik Paling Populer di Indonesia

Survei Nielsen: Masyarakat Asia Tenggara Lebih Suka Gunakan Uang Tunai untuk Belanja Online

Lembaga survei Nielsen menginformasikan hasil temuannya dari sejumlah konsumen di negara-negara Asia Tenggara bahwa mereka jauh lebih suka menggunakan uang tunai untuk berbelanja online. Menurut survei bertajuk Survey of Saving and Investment Strategies terhadap 30.000 responden di seluruh dunia, konsumen di Filipina, Thailand, Vietnam, dan Malaysia memiliki kecenderungan lebih dari 60% dalam memilih uang tunai ketimbang “uang plastik” (kartu debit dan kartu kredit) atau kartu prabayar.

Continue reading Survei Nielsen: Masyarakat Asia Tenggara Lebih Suka Gunakan Uang Tunai untuk Belanja Online

Survei Nielsen: Masyarakat Asia Tenggara Lebih Suka Gunakan Uang Tunai untuk Belanja Online

Lembaga survei Nielsen menginformasikan hasil temuannya dari sejumlah konsumen di negara-negara Asia Tenggara bahwa mereka jauh lebih suka menggunakan uang tunai untuk berbelanja online. Menurut survei bertajuk Survey of Saving and Investment Strategies terhadap 30.000 responden di seluruh dunia, konsumen di Filipina, Thailand, Vietnam, dan Malaysia memiliki kecenderungan lebih dari 60% dalam memilih uang tunai ketimbang “uang plastik” (kartu debit dan kartu kredit) atau kartu prabayar.

Continue reading Survei Nielsen: Masyarakat Asia Tenggara Lebih Suka Gunakan Uang Tunai untuk Belanja Online

Survei Microsoft: 40% Reponden Tidak Tidak Sanggup Hidup Tanpa Smartphone dan Berbagai Hal Menarik Lainnya

Hasil survei dari Microsoft menampilkan beberapa informasi yang menarik. Survei dilakukan pada lebih dari 1.300 responden dari negara-negara Asia Pasifik, termasuk Indonesia yang diwakili oleh 219 responden.

Continue reading Survei Microsoft: 40% Reponden Tidak Tidak Sanggup Hidup Tanpa Smartphone dan Berbagai Hal Menarik Lainnya

Survei Visa Mengungkap Pembeli Online Rutin Lebih Nyaman Melakukan Pembayaran Via Kartu Kredit

Tahun 2013 bisa dikatakan sebagai tahun yang manis untuk pertumbuhan e-commerce di Indonesia, DailySocial sendiri melaporkan banyaknya situs e-commerce yang mengaku mengalami peningkatan pendapatan. Ternyata pengakuan ini sejalan dengan penelitian yang baru-baru ini dikeluarkan oleh Visa, perusahaan penyedia layanan pembayaran. Laporan visa menunjukkan bahwa 76 persen pengguna internet di Indonesia berbelanja di internet. Survei tersebut juga mengungkap total uang yang dibelanjakan sebanyak Rp 5,5 juta pertahun, dan tercatat konsumennya adalah kaum muda yang berusia 18 hingga 30 tahun.

Continue reading Survei Visa Mengungkap Pembeli Online Rutin Lebih Nyaman Melakukan Pembayaran Via Kartu Kredit

Survey McKinsey Nyatakan Media E-Mail Jauh Lebih Efektif Dalam Pemasaran Ketimbang Media Sosial

Seperti yang sudah diketahui, upaya pemasaran dalam ranah online saat ini sangat berkaitan erat dengan platform media sosial. Seperti halnya pada Facebook dan Instagram yang terakhir dilaporkan sebagai platform media sosial paling efektif dalam memacu bisnis, sebuah survey terbaru yang dilakukan oleh McKinsey & Company malah mengungkapkan media e-mail nyatanya jauh lebih efektif dalam hal pemasaran online ketimbang platform media sosial.

Continue reading Survey McKinsey Nyatakan Media E-Mail Jauh Lebih Efektif Dalam Pemasaran Ketimbang Media Sosial