Survei Microsoft: Penduduk Negara Berkembang Lebih Terbuka Terhadap Perkembangan Teknologi Ketimbang Negara Maju

Microsoft mengumumkan hasil survei tahunan yang dilakukan terhadap lebih dari 12 ribu orang di lima negara maju dan tujuh negara berkembang, termasuk Indonesia, tentang bagaimana teknologi mengubah hidup kita. Temuan menarik dalam survei ini adalah perbedaan cara pandang masyarakat negara maju dan negara berkembang tentang dampak teknologi bagi pertalian sosial (social bonds), dampak layanan sharing (seperti Airbnb dan Uber), dan ketertarikan untuk bekerja di bidang-bidang eksakta. Penduduk negara berkembang disimpulkan lebih terbuka dalam menerima perkembangan teknologi.

Berdasarkan survei yang dilakukan di Brazil, Tiongkok, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Jepang, Rusia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, and Amerika Serikat, secara umum responden mengungkapkan bahwa teknologi telah secara luas meningkatkan kualitas bagaimana mereka berbelanja, bekerja, belajar, dan meningkatkan produktivitas untuk menyelesaikan berbagai persoalan.

Executive Vice President dan Chief Stategy Officer Mark Penn menyebutkan, “Pengguna Internet sangat setuju bahwa teknologi personal telah membuat dunia lebih baik dan memiliki peranan yang makin vital. Meskipun demikian ada divergensi digital dalam sikap pengguna Internet di negara berkembang dan negara maju terkait bagaimana teknologi mempengaruhi mereka ke depannya.”

Secara umum responden di 12 negara juga mengekspresikan kekhawatirannya soal privasi, meskipun khusus di India mereka cenderung melihat teknologi memiliki dampak positif terhadap privasi. Baik responden di India maupun di Indonesia menyatakan mereka mengetahui data pribadi seperti apa yang dikumpulkan dari mereka.

Yang menarik adalah bagaimana responden di negara berkembang dan negara maju menyikapi dampak teknologi bagi pertalian sosial, dampak layanan sharing (seperti Airbnb dan Uber), dan ketertarikan untuk bekerja di bidang-bidang eksakta.

Ada 60% pengguna Internet di negara berkembang yang berpendapat teknologi personal memiliki dampak positif bagi pertalian sosial, sementara hanya 36% penduduk negara maju yang berpendapat seperti itu.

Kemudian 59% pengguna Internet di negara berkembang berpendapat layanan sharing yang dimudahkan teknologi, seperti Uber dan Airbnb, lebih baik bagi konsumen ketimbang layanan tradisional, seperti hotel dan taksi. Sebaliknya hanya 33% masyarakat di negara maju yang berpendapat layanan baru ini lebih bagi konsumen.

Yang cukup mengejutkan adalah rendahnya minat penduduk di negara maju untuk bekerja di bidang sains, teknologi, engineering, dan matematika (STEM) ketimbang penduduk di negara berkembang. Tercatat hanya 59% responden di negara maju yang berminat di area ini. Lebih jauh hanya 46% perempuan di negara maju yang berminat bekerja di bidang yang terkait STEM.

Di sisi lain, ada 85% penduduk di negara berkembang yang tertarik untuk bekerja di bidang-bidang STEM. Jika spesifik terhadap gender, ada 77% perempuan di negara berkembang yang berminat bekerja di segmen eksakta ini.

[Gambar header: Tech via Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Survei Microsoft: Penduduk Negara Berkembang Lebih Terbuka Terhadap Perkembangan Teknologi Ketimbang Negara Maju

Ilustrasi Penerimaan Teknologi Personal / Shutterstock

Microsoft mengumumkan hasil survei tahunan yang dilakukan terhadap lebih dari 12 ribu orang di lima negara maju dan tujuh negara berkembang, termasuk Indonesia, tentang bagaimana teknologi mengubah hidup kita. Temuan menarik dalam survei ini adalah perbedaan cara pandang masyarakat negara maju dan negara berkembang tentang dampak teknologi bagi pertalian sosial (social bonds), dampak layanan sharing (seperti Airbnb dan Uber), dan ketertarikan untuk bekerja di bidang-bidang eksakta. Penduduk negara berkembang disimpulkan lebih terbuka dalam menerima perkembangan teknologi.

Continue reading Survei Microsoft: Penduduk Negara Berkembang Lebih Terbuka Terhadap Perkembangan Teknologi Ketimbang Negara Maju

Survei DailySocial Ungkap Budget Pemasaran Startup

ilustrasi riset

DailySocial baru-baru ini melakukan survei terbatas terhadap responden penggiat startup tentang budget pemasaran yang mereka keluarkan setiap bulannya. Survei menunjukkan bahwa sebagian responden mengeluarkan lebih dari 50 juta Rupiah per bulannya untuk biaya pemasarannya. Meskipun demikian, tidak semua pemilik startup puas dengan hasil yang diperolehnya.

Continue reading Survei DailySocial Ungkap Budget Pemasaran Startup

Survei Nusaresearch Tegaskan BlackBerry dan Nokia Tidak Lagi Jadi Pilihan di Masa Datang di Indonesia

Nusaresearch melakukan survei terhadap 1115 responden yang berusia di bawah 30 tahun untuk mengetahui preferensi pilihan smartphone-nya. Dengan Samsung masih mendominasi, BlackBerry dan Nokia yang sempat populer beberapa tahun lalu kini tak lagi menjadi pilihan. Sony dan Oppo menjadi dua primadona baru di pasar smartphone Indonesia.

Berdasarkan survei tersebut, Samsung masih mendominasi brand awarenessdan marketshare vendor smartphone di Indonesia. Tercatat Samsung adalahtop of mind responden dengan angka 52,9%, diikuti oleh BlackBerry, Nokia, Sony, dan iPhone yang berturut-turut mencapai nilai 10%, 7,4%, 5,8%, dan 5,1%. Meskipun pasar BlackBerry dan Nokia terus turun, tak terbantahkan bahwa popularitasnya di jaman dulu masih menyumbang awareness terhadap merknya di Indonesia.

top-of-mind smartphone brand [Nusaresearch 2014]

Terkait marketshare, Samsung, BlackBerry, dan Lenovo adalah yang paling banyak dimiliki oleh responden. Samsung mendominasi dengan raihan 40,9%, diikuti oleh BlckBerry dengan marketshare 9,6% dan Lenovo dengan capaian 7,5%. Sony dan Nokia memungkasi jajaran lima besar. Smartphone lokal yang masuk ke dalam sepuluh besar daftar ini adalah Smartfren, Advan, dan Evercoss.

Screen Shot 2014-11-10 at 12.01.55 PM

Meskipun BlackBerry dan Nokia masih populer di kalangan masyarakat, keduanya tidak jadi pilihan di masa datang. Dari sekitar 60% responden yang ingin mengganti smartphone-nya, BlackBerry dan Nokia tidak masuk dalam daftar tiga besar. Nokia dipilih oleh 7,6% responden jika mereka ingin berpindah ke merk lain, sementara BlackBerry hanya dipilih kurang dari 5% responden. Di masa depan, Samsung tetap menjadi merk pilihan konsumen dengan angka hampir 40%, diikuti oleh Sony, Oppo, dan Lenovo.

Screen Shot 2014-11-10 at 12.02.23 PM

Jumlah orang yang “keluar” dan tidak lagi menggunakan BlackBerry dan Nokia juga lebih besar ketimbang yang baru pindah dan menggunakannya. Hanya Samsung, Sony, dan Oppo yang mencatat angka positif di segmen ini.

Survei ini meneguhkan prediksi turunnya popularitas dan penjualan BlackBerry dan Nokia di Indonesia, padahal mereka sempat mendominasi pasar ini beberapa tahun yang lalu. Menurut data IDC, marketshare BlackBerry yang pernah menguasai 43% penjualan di tahun 2011 kini jatuh di angka 3%. Hanya 305 ribu unit BlackBerry yang terjual sepanjang tahun ini.

Dengan pergeseran tren yang begitu cepat, Samsung tetap harus berhati-hati dengan keunggulannya di Indonesia, apalagi survei ini belum mencantumkan Xiaomi yang sedang menanjak dalam datanya.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin.  

Survei Nusaresearch Tegaskan BlackBerry dan Nokia Tidak Lagi Jadi Pilihan di Masa Datang di Indonesia

pasar smartphone indonesia

Nusaresearch melakukan survei terhadap 1115 responden yang berusia di bawah 30 tahun untuk mengetahui preferensi pilihan smartphone-nya. Dengan Samsung masih mendominasi, BlackBerry dan Nokia yang sempat populer beberapa tahun lalu kini tak lagi menjadi pilihan. Sony dan Oppo menjadi dua primadona baru di pasar smartphone Indonesia.

Continue reading Survei Nusaresearch Tegaskan BlackBerry dan Nokia Tidak Lagi Jadi Pilihan di Masa Datang di Indonesia

Ericsson: Di Indonesia Kepopularitasan Streaming TV Mengalahkan TV Konvensional

Dahulu kita kenal sebagai salah satu produsen telepon seluler ternama, Ericsson sebenarnya memiliki jangkauan layanan sangat luas. Mereka menyediakan software, infrastruktur serta informasi untuk operator telekomunikasi dan industri lainnya. Dan satu hal yang paling ditunggu-tunggu adalah rangkuman data survei dari mereka. Continue reading Ericsson: Di Indonesia Kepopularitasan Streaming TV Mengalahkan TV Konvensional

Nielsen: Belanja Online di Indonesia Masih Didominasi “Melihat Perbandingan”

Pesatnya kepemilikan perangkat yang mampu terhubung ke Internet turut meningkatkan keinginan masyarakat Asia Tenggara untuk melakukan belanja secara online. Pembeli menjadi semakin mencari tahu informasi sebelum membeli produk atau layanan yang mereka butuhkan dan inginkan. Survei global yang dilakukan Nielsen menemukan bahwa berbelanja online di beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, ternyata masih didominasi sekedar melihat-lihat perbandingan harga dan produk.

Continue reading Nielsen: Belanja Online di Indonesia Masih Didominasi “Melihat Perbandingan”

Riset aCommerce Temukan Perubahan Pola Perilaku Pebelanja Online Selama Bulan Ramadhan

Aktifnya pebelanja online di Indonesia membuat salah satu layanan e-commerce enabler aCommerce baru-baru ini merilis sebuah studi yang mempelajari tentang bagaimana bulan puasa, yang baru saja berlalu, dapat mempengaruhi perilaku belanja masyarakat Indonesia. Beberapa kajian di dalamnya menjelaskan seperti barang apa saja yang paling banyak dicari, kapan waktu yang tepat berbelanja, hingga seberapa banyak mereka berbelanja selama bulan puasa.

Continue reading Riset aCommerce Temukan Perubahan Pola Perilaku Pebelanja Online Selama Bulan Ramadhan

Jakpat Ajak Pengguna Smartphone Jadi Responden Survei

Banyak cara dilakukan oleh perusahaan untuk mencari insight tentang suatu hal. Cara yang paling lazim adalah membuat survei dengan jumlah responden yang signifikan. Untuk menjaring responden sebagai sumber datanya, Jakpat/Jajak Pendapat menerbitkan aplikasi mobile untuk mempermudah masyarakat berpartisipasi, termasuk dengan iming-iming hadiah menarik.

Menurut sang pengembang aplikasi Jakpat, platform aplikasi mobile dipilih karena sebuah studi menyebutkan bahwa click rates yang didapat oleh mobile survey jauh lebih banyak dibandingkan dengan online survey yang dilakukan lewat browser. Setiap pengisian survei akan menghasilkan poin yang bisa dikumpulkan untuk memperoleh hadiah. Hadiah yang bisa didapat beragam, mulai dari stickerLine, KakaoTalk, token PLN, ataupun pulsa.

Aplikasi Jakpat di Android sendiri mengharuskan kita untuk login dengan akun Facebook sebelum dapat digunakan. Dengan melakukan kaitan dengan akun Facebook, Jakpat berusaha menyediakan survei yang tepat dengan profil kita. Setelah login, Jakpat akan meminta ijin melakukan posting link di halaman Facebook kita. Bagi beberapa orang yang tak suka halaman profilnya penuh dengan link seperti ini termasuk saya, langkah ini akan menjadi poin minus. Sepanjang menggunakan aplikasi Jakpat ini, saya tak menemukan iklan ataupunmobile ad.

Aplikasi Jakpat pun hadir layaknya kebanyakan aplikasi Android lain yang memiliki menubar di atas. Ada 4 menu utama pada aplikasi Jakpat, menu Home, My Page, Redeem dan Settings. Sayangnya ketika saya mencoba berpindah dari satu menu ke menu yang lain terjadi loading sehingga kinerja aplikasi terasa lamban. Cara mengikuti survei pun cukup mudah, tinggal pilih dari beberapa kategori survei yang telah disediakan, jawab beberapa pertanyaan dan poin akan diberikan setelah kita menyelesaikan semua pertanyaan. Meski belum begitu lengkap, sudah ada beberapa kategori survei yang bisa kita ikuti seperti tentang transportasi, kesehatan, perumahan, gaya hidup, dan mobile.

Saat ini Jakpat baru tersedia untuk platform Android dan menjanjikan ketersediaan di platform iOS dalam waktu dekat. Di sisi model bisnis, sesungguhnya  teknik yang diterapkan Jakpat cukup cerdas karena survei melalui smartphone jauh lebih mudah, nyaman, dan cocok dengan ciri masyarakat Indonesia yang lebih banyak menggunakan smartphone dalam kesehariannya. Di sisi pembuat survei, data yang diperlukan bisa dikumpulkan dengan lebih cepat.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Aditya Daniel. 

Jakpat Ajak Pengguna Smartphone Jadi Responden Survei

Banyak cara dilakukan oleh perusahaan untuk mencari insight tentang suatu hal. Cara yang paling lazim adalah membuat survei dengan jumlah responden yang signifikan. Untuk menjaring responden sebagai sumber datanya, Jakpat/Jajak Pendapat menerbitkan aplikasi mobile untuk mempermudah masyarakat berpartisipasi, termasuk dengan iming-iming hadiah menarik.

Continue reading Jakpat Ajak Pengguna Smartphone Jadi Responden Survei