PUBG Corp Ambil Alih Peran Publisher PUBG Mobile India

Pada tanggal 3 September 2020 lalu, PUBG Mobile resmi diblokir oleh pemerintah India bersama dengan Arena of Valor, dan 116 aplikasi lainnya. Menindaklanjuti hal tersebut, PUBG Corporation pengembang game asal Korea Selatan yang memegang hak kekayaan intelektual atas PUBG, mengumumkan bahwa mereka akan mengambil alih peran publisher game PUBG Mobile di India.

Lewat sebuah blog post, PUBG Corporation mengatakan bahwa mereka memahami tindakan yang diambil oleh pemerintah India. PUBG Corporation juga menyatakan harapannya untuk bisa bekerja sama dalam mencari solusi agar para pemain di India dapat kembali bermain PUBG Mobile, sembari tetap mematuhi regulasi keamanan siber pemerintah India.

Sumber: PUBG Mobile Official
Sumber: PUBG Mobile Official

“Melihat perkembangan kasus tersebut, PUBG Corporation memutuskan untuk menghentikan akses franchise PUBG Mobile yang dipegang oleh Tencent Games di India. Lebih lanjut, PUBG Corporation akan mengambil alih segala tanggung jawab publishing PUBG Mobile di negara teresebut. Kami akan mencoba melakukan yang terbaik agar dapat memberikan PUBG experience kepada pemain-pemain di India, sembari sebisa mungkin berkomitmen dalam menciptakan lingkungan yang sehat bagi para penggemar game tersebut di ekosistem lokal.” Tulis PUBG Corp dalam blog post.

Walau merupakan game yang serupa, tetapi PUBG Mobile dan PUBG di PC/konsol dikelola oleh dua pihak yang berbeda. Tencent Games mengelola PUBG Mobile di banyak negara dan wilayah tempat game tersebut beroperasi. Sementara PUBG di PC/konsol dikembangkan dan dikelola oleh pengembang asal Korea Selatan bernama PUBG Corporation.

PUBG Corporation juga menjelaskan bahwa mereka tidak hanya mengembangkan PUBG di PC/konsol saja. Pengembang asal Korea Selatan tersebut mengatakan bahwa mereka juga mengembangkan serta mengelola PUBG Mobile pada beberapa negara/kawasan.

Sejauh ini, PUBG Mobile bisa dibilang sebagai salah satu game mobile terpopuler, dengan mayoritas pemain datang dari negara India. Catatan dari Sensor Tower mengatakan bahwa pendapatan PUBG Mobile sudah mencapai angka 3 miliar dollar AS, dari 2 tahun game tersebut beroperasi. Catatan Sensor Tower juga mengatakan bahwa India adalah negara pengunduh PUBG Mobile terbanyak. Dari total 734 juta download secara global, India mencatatkan sebanyak 175 juta download, lebih banyak dari Tiongkok maupun AS.

PUBG Mobile Global Championship
Jelang perilisan PUBG Mobile versi 1.0, game tersebut malah kena blokir pemerintah India.

Terlepas dari itu, pemerintah India akhirnya mengambil aksi keras terhadap game tersebut, dan memblokirnya pada tanggal 3 September 2020 lalu. Menurut menteri teknologi informasi negara India, pemblokiran tersebut dilakukan karena PUBG Mobile dan 117 aplikasi lainnya diduga terlibat dalam aktivitas yang mengancam kedaulatan, integritas, pertahanan, keamanan, dan ketentraman masyarakat negara India.

Apakah ini artinya PUBG Mobile akan dapat kembali dimainkan setelah aksi ambil alih peran publisher yang dilakukan oleh PUBG Corporation. Pertanyaan selanjutnya yang tak kalah penting, bagaimana nasib ekosistem esports PUBG Mobile di India nantinya setelah kejadian ini?

Pendapatan PUBG Mobile Kini Mencapai 3 Miliar Dollar AS

Tak bisa dipungkiri bahwa PUBG Mobile mungkin menjadi salah satu game esports mobile yang berkembang dengan sangat cepat. Dari segi esports, game ini bahkan berhasil menarik beberapa nama-nama besar di dalam industri, seperti T1, Alliance, Fnatic, dan FaZe Clan. Dari segi gamenya sendiri, PUBG Mobile bahkan sudah berhasil mencatatkan 600 juta download pada 4 Desember 2019 kemarin.

Kini, game besutan Tencent Games ini kembali menorehkan catatan yang memukau dari sisi bisnis. Mengutip dari Sensor Tower, dikatakan bahwa PUBG Mobile telah menerima total pendapatan dengan jumlah melampaui 3 miliar dollar AS (sekitar 43 triliun Rupiah) sejak rilis pada Maret 2018 lalu. Catatan ini juga beserta dengan pendapatan versi Tiongkok dari game tersebut, yang berubah nama menjadi Game for Peace pada bulan Mei 2019.

via: Instagram thealliancegg
Bahkan tim seperti Alliance sekarang punya divisi PUBG Mobile. Sumber: Instagram @thealliancegg

Lebih lanjut dijelaskan, bahwa sepanjang tahun 2020 ini, PUBG Mobile sudah mengumpulkan pendapatan sebesar 1,3 miliar dollar AS. Bahkan pemasukan terbesar dalam satu bulan dari PUBG Mobile dicatatkan pada bulan Maret 2020 yang berjumlah 270 juta dollar AS. Sensor Tower sendiri tidak mengatakan bahwa besarnya pendapatan ini disebabkan oleh pandemi COVID-19, namun mengingat bulan Maret adalah saat-saat ketika pandemi COVID-19 sedang dalam masa puncaknya, maka relasi antar dua kejadian tersebut menjadi kesimpulan sementara dari fenomena ini.

Namun demikian tidak ada peningkatan yang signifikan secara jumlah download, baik PUBG Mobile ataupun Game for Peace. Tercatat bahwa PUBG Mobile sudah didownload sebanyak 734 juta hingga saat ini. India menjadi negara dengan pengunduh PUBG Mobile terbanyak dengan 175 juta total download. Peringkat kedua ada Tiongkok, lalu Amerika Serikat di peringkat ketiga.

Game for Peace
Versi Tiongkok dari PUBG Mobile, Game for Peace. Sumber: Tencent

Melihat bagaimana besarnya PUBG Mobile, sepertinya keberlanjutan secara game maupun esports, masih bisa terjamin untuk beberapa tahun ke depan. Dari sisi esports, Tencent sendiri menunjukkan komitmennya untuk tetap menjalankan PUBG Mobile World League, walau dalam keadaan pandemi seperti sekarang. Hasil dari hal tersebut adalah PMWL Season Zero, yang mengalami perubahan berupa format pertandingan menjadi online, yang akan diselenggarakan mulai dari 10 Juli hingga 8 Agustus mendatang.

 

Syn Adalah Game Open-World FPS Bertema Cyberpunk Garapan Tencent

Cyberpunk 2077 adalah salah satu game AAA yang paling dinanti-nanti tahun ini. Jadi jangan heran melihat animo yang begitu besar terhadap karya CD Projekt Red tersebut, dan saya juga tidak akan terkejut seandainya ada developer lain yang tertarik untuk ikut mengembangkan game dengan tema cyberpunk yang futuristis.

Developer yang saya maksud adalah Lightspeed & Quantum Studio, divisi internal di bawah naungan Tencent Games yang membangun reputasinya lewat popularitas PUBG Mobile. Mereka tengah mengerjakan sebuah game berjudul Syn, yang dideskripsikan sebagai open-world FPS untuk PC dan console.

Andai ada kata “RPG” yang disisipkan, maka deskripsinya bakal sama persis seperti Cyberpunk 2077. Namun sepertinya kedua game ini bakal cukup berbeda. Kalau melihat video tech demo-nya di bawah, satu pembeda yang cukup signifikan menurut saya adalah bagaimana setiap karakter dalam Syn akan ditemani oleh seekor hewan peliharaan yang sudah menjalani sejumlah modifikasi cybernetic.

Sayangnya demonstrasi singkat tersebut belum bisa menggambarkan game ini secara detail. Tencent juga belum menunjukkan sama sekali gameplay-nya seperti apa, dan yang dipamerkan sejauh ini hanya sebatas opsi kustomisasi karakter yang cukup lengkap. Bahkan binatang peliharaannya itu tadi pun juga dapat dikustomisasi, demikian pula kendaraan yang ditunggangi.

Tencent bilang Syn digarap menggunakan Unreal Engine (kemungkinan besar Unreal Engine 4), dan mereka juga berkolaborasi langsung dengan Epic Games untuk mengembangkan sejumlah teknologi inovatif macam “strand-based hair system“, yang pada video demonya mampu menampilkan animasi rambut yang sangat realistis.

Secara lore, Syn mengambil setting tahun 2035, dan jalan ceritanya sepertinya bakal melibatkan konflik antara tiga faksi: Anarchy, Enforcer, dan Motorheads. Pemain tampaknya juga bakal dibebaskan memilih faksi untuk karakter buatannya.

Juga belum jelas adalah apakah game ini hanya bisa dimainkan secara online, atau ada juga mode campaign singleplayer-nya. Kalau melihat latar belakang developer-nya, saya cenderung menebak Syn sebagai permainan online multiplayer. Tencent sendiri belum membahas apa-apa soal ini. Mereka bahkan belum punya estimasi jadwal rilis sama sekali buat Syn.

Pun begitu, bukan tidak mungkin Syn nantinya bakal disajikan sebagai permainan singleplayer. Salah satu alasan pendukungnya adalah Lightspeed LA, sebuah studio game yang baru saja Tencent umumkan bakal mereka buka di Amerika Serikat, serta yang bakal menjadi bagian dari Lightspeed & Quantum.

Tencent bilang bahwa Lightspeed LA bakal fokus mengembangkan game AAA untuk console next-gen, dan mereka juga telah merekrut sosok veteran di bidang game development untuk memimpin Lightspeed LA, yaitu Steve Martin yang dicomot dari Rockstar. Pengalaman Steve selama pembuatan GTA V maupun Red Dead Redemption 2 tentu dapat membantu realisasi Syn menjadi permainan open-world kelas wahid.

Via: PC Gamer.

World University Cyber League Jadi Inisiatif Esports Untuk Siswa dari Tencent Sports

Perkembangan gaming dan esports sedang begitu pesatnya pada beberapa tahun terakhir. Mengutip Newzoo nilai industri esports diproyeksikan menjadi 15,4 triliun Rupiah pada tahun 2020. Melihat ke masa depan, Newzoo juga memperkirakan bahwa jumlah gamer akan mencapai 3 miliar orang di tahun 2023. Dengan perkembangan yang begitu pesat, regenerasi menjadi isu yang penting, agar esports bisa punya keberlangsungan hidup yang panjang.

Liga kasta kedua, dan inisiatif esports untuk siswa maupun mahasiswa menjadi salah satu inisiatif yang baik sebagai sarana pencarian bakat esports baru. Selain inisiatif esports untuk siswa lokal seperti Student National Esports Championship, ada juga inisiatif tingkat internasional yang baru-baru ini digagas oleh Tencent Sports. Bertajuk World University Cyber League 2020 (WUCL 2020), kompetisi ini mempertandingkan Clash Royale, League of Legends, dan PUBG Mobile.

Sumber: Rilis Mineski
Sumber: Rilis Mineski

Pekan ini sendiri, kualifikasi untuk kawasan Asia Tenggara sudah akan segera digelar pada 9 Juli 2020 mendatang. Ada sekolah dari Filipina, Indonesia, Thailand, dan Vietnam yang bertanding untuk memperebutkan slot bertanding di laga utama dari World University Cyber League 2020.

Kualifikasi kawasan Asia Tenggara ini juga menyertakan Development Program bernama Youth Esports Program (YEP) yang digagas Mineski Global Filipina. Terkait ini, Direktur YEP, Marlon Marcelo mengatakan. “Kami senang menjadi ujung tombak bagi kesempatan ini yang dapat mendukung mimpi para pelajar untuk menjadi atlet esports dan berlaga di panggung internasional. Bagi para pelajar, ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan, dan kami berharap ini bisa menjadi tonggak hidup bagi para pemain berbakat.”

Sumber: Honor/WUCL
Sumber: Honor/WUCL

Tencent Sports sendiri memang memiliki tujuan untuk membuat kualifikasi WUCL SEA menjadi turnamen esports antar-siswa terbesar di Asia Tenggara. Hanya untuk kualifikasi Asia Tenggara saja, ada total hadiah sebesar 5000 dollar AS (72 juta Rupiah) yang akan diperebutkan, yang dibagi kepada 3 titel yang dipertandingkan.

Secara internasional, turnamen ini memperebutkan 1,5 juta Yuan (sekitar 3 miliar Rupiah). Selain tiga titel yang disebutkan, turnamen ini juga mempertandingkan titel lokal yaitu Honor of Kings. Mengutip dari Esports Observer, turnamen ini juga melibatkan smartphone Honor sebagai title sponsors. Nantinya semua kompetisi ini akan menggunakan smartphone Honor terbaru yaitu Honor X10. Gelaran global final dikabarkan akan terselenggara pada bulan Agustus, di tempat yang belum diinformasikan.

Tencent, Team Liquid dan Kepedulian Para Pelaku Esports Melawan Virus Corona

Pemerintah Tiongkok memutuskan untuk menutup akses kota Wuhan dan beberapa kota lain di Tiongkok. Penyebaran virus ini memang sedang menjadi perhatian dunia. Perusahaan industri game seperti Tencent dan organisasi esports memberikan perhatiannya untuk membantu melawan wabah tersebut.

Sumber: Facebook Tencent Games
Sumber: Facebook Tencent Games

Tencent memberikan pemberitahuan melalui website-nya, mereka turut berkontribusi secara finansial dan bantuan teknologi untuk melawan virus Corona. Tencent menyebutkan telah memberikan bantuan sebesar Rp58 miliar. Uang tersebut nantinya akan dipergunakan untuk penyediaan masker, disinfektan, pelindung mata,d membantu para tenaga medis yang menangani kasus virus Corona.

Melalui aplikasi WeChat, Tencent menyediakan fasilitas penunjuk klinik terdekat untuk para pasien. Sehingga mereka bisa dengan cepat ditangani oleh tenaga medis. WeChat juga berusaha memberikan informasi mengenai kabar terbaru perkembangan virus Corona.

Berkaitan keputusan pemerintah Tiongkok yang melarang warganya untuk keluar rumah, Tencent Education memberikan online services gratis untuk para anak-anak sekolah. Sehingga mereka tetap bisa belajar melalui kelas online yang disediakan oleh Tencent Education. Tencent Meeting juga akan digratiskan untuk membantu para perusahaan mengadakan pertemuan secara online. 

Beberapa organisasi esports juga mulai memberikan bantuan mereka untuk memberantas wabah virus Corona. Melalui akun Weibo-nya, Team Liquid mengumumkan telah memberikan bantuan uang puluhan juta Rupiah. Team Aster juga memberikan bantuan langsung ke Wuhan Charity Association sebesar 390 juta Rupiah. Pemain profesional League of Legends dari tim RNG yaitu Jian “Uzi” Zi-Hao juga memberikan bantuan berupa penyediaan 20 ribu masker yang akan dikirim ke rumah sakit di Yichang.

Semakin banyak acara pertandingan esports yang diundur

Sumber: Movistar Esports
Sumber: Movistar Esports

Semakin banyak gelaran esports yang terpaksa diundur karena serangan wabah tersebut. Setelah WESG Asia Pacific Final yang diundur kemarin oleh AliSports, sekarang Tencent juga mengundur acara final CrossFire Professional League dan CrossFire Mobile League. Sama seperti WESG, Tencent belum memutuskan sampai kapan acara tersebut akan diundur. TJSports penyelenggara League of Legends Pro League Tiongkok juga mengundur minggu kedua pertandingannya. Mereka menyebutkan, hal ini dilakukan untuk menghindari potensi penyebaran virus di penonton yang datang ke acara. Berkumpulnya banyak orang sebagai penonton memang akan meningkatkan potensi wabah tersebut untuk menyebar. Mengutip dari InvenGlobal, Riot Games Korea juga mengumumkan bahwa mereka akan meniadakan penonton langsung di studio ketika pertandingan LCK berjalan.

 

Para caster untuk League of Legends Pro League Tiongkok juga dikabarkan telah meninggalkan Tiongkok. Mereka tidak ingin mengambil resiko untuk tetap bertahan di sana. Beruntungnya, para tim caster tidak mengalami tanda-tanda terkena virus Corona dan bersedia untuk diperiksa kesehatannya ketika sampai di negara mereka masing-masing. Pelatih EDward Gaming yaitu Ming “ClearLove” Kai juga terjebak di kota Wuhan karena pemerintah Tiongkok telah menutup akses keluar masuk kota tersebut.

Wabah tersebut juga memberikan dampak ke industri esports. Memang sudah waktunya pihak-pihak dari industri esports mulai memberikan bantuan.

Tencent Kerja Sama dengan NVIDIA untuk Sediakan Cloud Gaming

Cloud gaming dipercaya sebagai masa depan dari industri game. Karena itu, tidak heran jika banyak perusahaan yang berbondong-bondong untuk menyediakan layanan cloud gaming, mulai dari Sony, Microsoft sampai Google. Di Indonesia, juga ada perusahaan lokal yang menawarkan layanan cloud gaming seperti Skyegrid. Tak mau kalah, Tencent juga menyediakan layanan cloud gaming bernama START cloud gaming service. Sekarang, perusahaan Tiongkok itu mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama dengan NVIDIA.

START telah mulai diuji pada tahun ini. Sama seperti layanan cloud gaming lainnya, START memungkinkan pengguna untuk memainkan game-game dengan spesifikasi tinggi pada semua komputer, terlepas dari spesifikasi pada komputer tersebut. Satu hal yang membedakan platform START dengan layanan cloud gaming lainnya adalah gamer dapat menyimpan setting dan file langsung pada platform tersebut.

Melalui START, Tencent Games ingin menawarkan layanan cloud gaming pada jutaan gamer di Tiongkok sehingga mereka tak perlu lagi pergi ke warung internet untuk bermain game. Sebagai gantinya, mereka bisa bermain game di rumah dengan komputer mereka, tak peduli apakah mereka memiliki komputer dengan spesifikasi yang memadai atau tidak.

NVIDIA juga punya GeForce Now. | Sumber: NVIDIA
NVIDIA juga punya GeForce Now. | Sumber: NVIDIA

“Sebagai salah satu perusahaan global terbesar dalam industri game, Tencent Games ingin menyediakan layanan cloud gaming yang memuaskan,” kata Jeff Fisher, Senior Vice President of Gaming, NVIDIA, dikutip dari Daily Esports. “Menggabungkan platform Tencent dengan teknologi GPU dari NVIDIA akan menyediakan pengalaman kelas dunia untuk semua gamer di dunia.” Melalui kerja sama ini, Tencent akan menggunakan GPU buatan NVIDIA pada platform START.

“NVIDIA merupakan pemimpin dalam mengembangkan GPU terbaik di dunia. Selain itu, mereka juga memiliki pengalaman dalam membuat solusi cloud. Dua hal ini akan membantu kami untuk menyediakan platform START pada jutaan gamer,” kata Steven Ma, Senior Vice President, Tencent, menurut pernyataan resmi. “Hari ini menandai kesempatan bagi kedua perusahaan untuk mendorong teknologi gaming agar menjadi lebih maju lagi.” Memang, sebelum ini, NVIDIA telah mengoperasikan layanan cloud gaming GeForce Now di beberapa negara di Amerika Utara dan Eropa. Tak hanya itu, mereka juga bekerja sama dengan SoftBank di Jepang dan LG Uplus di Korea Selatan.

Selain penggunaan GPU buatan NVIDIA pada platform cloud gaming Tencent, melalui kerja sama ini, Tencent dan NVIDIA juga akan mengembangkan laboratorium inovasi untuk game. Keduanya akan fokus untuk melakukan pengembangan terkait AI dalam game, optimasi game engine, dan teknik lighting, termasuk ray tracing dan light baking.

Sumber header: wccftech

Telkomsel Umumkan DG League 2020 Sebagai Wadah Kompetisi Semua Kalangan

Melihat kesuksesan Dunia Games League tahun lalu dan tahun ini, Telkomsel melalui Dunia Games mengumumkan akan melanjutkan inisiatif esports tersebut untuk tahun depan. Dalam sebuah gelaran konfrensi pers yang diadakan di Telkomsel Smart Office tanggal 12 Desember 2019, salah satu provider telekomunikasi terbesar di Indonesia ini menjelaskan rancangan struktur untuk DG League 2020.

Untuk tahun depan, DG League 2020 membuka kesempatan kompetisi untuk empat kategori kualifikasi, yaitu kualifikasi amatir, kualifikasi kampus, kualifikasi pro, dan kualifikasi online. Masing-masing kategori kualifikasi menyediakan 4 slot tim, kecuali kategori kualifikasi pro yang memiliki 8 slot tim. Nantinya, semua tim yang sudah lolos akan bertanding di babak Grand Final yang akan diselenggarakan sekitar Maret 2020 untuk memperebutkan total hadiah sebesar Rp1,6 miliar.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Aulya Ilman Fadli General Manager Games Division PT Telkomsel mengatakan, “Penyelenggaraan ini menjadi salah satu cara Telkomsel untuk bisa lebih mendekatkan diri kepada kalangan anak muda. Esports menjadi salah satu strategi kami, mengingat ini merupakan salah satu culture yang sedang menjadi tren di kalangan anak muda. Ini juga jadi bentuk keseriusan Telkomsel dalam bisnis game.”

Ini bukanlah percobaan pertama Telkomsel untuk turut berkembang bersama ekosistem esports Indonesia. Seperti dikatakan di awal, DG League juga sudah sempat diadakan pada tahun 2018 lalu. Seperti tahun ini, DG League tahun 2018 lalu juga mewadahi tiga kategori, yaitu amatir, mahasiswa dan profesional.”

DG League sebagai wadah kompetisi semua kalangan

Gelaran DG League merupakan salah satu kompetisi esports yang menjangkau sampai ke berbagai wilayah di Indonesia. Tahun lalu, kompetisi ini diikuti lebih dari 25 ribu tim yang terbagi lebih dari 7500 tim. Untuk tahun ini Telkomsel mencoba lebih ambisius dan menjangkau lebih banyak bagian Indonesia.

Kualifikasi amatir akan diadakan secara serentak di 122 kota yang akan diselenggarakan mulai awal Januari 2020 mendatang, membuka kesempatan untuk 3904 tim. Kualifikasi kampus akan berlangsung di 64 kampus se-Indonesia dengan membuka kesempatan untuk 2048 tim.

Kualifikasi online menjadi kesempatan terakhir bagi semua tim untuk menuju ke babak Grand Final dengan kesempatan terbuka untuk 1000 tim yang akan diselenggarakan mulai awal Februari 2020. Kualifikasi Pro akan jadi pertandingan tersengit. Mengundang 16 tim profesional, hanya akan ada 8 tim saja yang akan melaju ke babak Grand Final, dengan pertandingan dimulai pertengahan Januari 2020 mendatang.

Kolaborasi Telkomsel dengan Tencent untuk ekosistem esports PUBG Mobile

Kendati tren PUBG Mobile setelah PMCO Global Finals 2019 terbilang sedikit menurun, namun ini tidak menghentikan Tencent untuk terus menggenjot inisiatif esports mereka secara internasional ataupun lokal. Bergandengan dengan Telkomsel lewat DG League 2020 juga bisa dibilang sebagai cara Tencent untuk mengakarkan PUBG Mobile di ekosistem esports Indonesia.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Terkait ini Gaga Li, Head of E-sports PUBG Mobile for Southeast Asia mengatakan. “Kami sangat senang memperluas lingkup kolaborasi kami dengan Telkomsel Dunia Games sebagai salah satu merek paling dikenal di Indonesia. Kerjasama strategis dengan Telkomsel Dunia Games akan menjadi elemen penting dalam upaya kami untuk mendukung ekosistem esports Indonesia khususnya PUBG Mobile.”

Pada saat sesi tanya jawab, Agung Chaniago selaku Esports Manager Tencent Games Indonesia juga mengatakan soal peran DG League dalam struktur esports Tencent untuk PUBG Mobile. Ia mengatakan bahwa DG League akan menjadi benchmark atau patokan, untuk rencana liga lokal PUBG Mobile yang akan diselenggarakan tahun 2020 nanti.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Agung Chaniago. Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Sebelumnya, pada hari terakhir PMCO Global Finals 2019 Fall Split, James Yang Director of PUBG Mobile Esports sudah sempat mengumumkan soal ini. Secara struktur, disebutkan bahwa nantinya liga regional yang disebut Agung akan menjadi jalan bagi tim profesional untuk menuju ke tingkat dunia.

Agung sayangnya belum bisa menjelaskan lebih lanjut terkait soal tanggal ataupun durasi liga PUBG Mobile Indonesia. Ia hanya menyebut bahwa nanti akan ada 24 tim yang terdiri dari 16 tim undangan dan 8 tim berasal dari kualifikasi. “Kami juga akan memantau DG League 2020 ini. Akan ada kesempatan bagi tim yang potensial di DG League untuk ikut serta ke dalam liga regional.” Jawab Agung dalam sesi tanya jawab.

Tips Membangun Karier dari Mantan Host Esports Tencent, Wu “Dido” Jingjing

Bicara tentang karier di industri esports, sekilas yang terbayang di masyarakat umum adalah perjalanan menjadi atlet. Padahal sebenarnya ada banyak sekali pilihan karier lainnya, seperti menjadi organizer, caster, kreator konten, dan lain-lain. Salah satu yang tak kalah penting dalam ekosistem ini adalah pekerjaan sebagai host, alias pembawa acara. Host inilah yang bertugas memandu audiens di sebuah event, sekaligus juga menghibur mereka agar tidak bosan.

Di Tiongkok, nama Wu “Dido” Jingjing sudah sangat terkenal sebagai host esports profesional. Memulai karier di tahun 2006, Jingjing telah melanglang buana di sejumlah event besar. Termasuk di antaranya ChinaJoy, World Cyber Games, King Pro League, hingga Fortnite World Cup China Qualifier. Ia sempat menjadi host eksklusif Blizzard dari tahun 2006 – 2010, dan memegang jabatan Interactive Entertainment Brand Manager di Tencent Games pada periode 2011 – 2017. Beberapa brand yang sempat bekerja sama dengan dirinya mencakup Razer, Intel, ASUS, Pepsi, Philips, dan Samsung.

Jingjing telah meninggalkan Tencent di tahun 2018 untuk mendirikan agensi bernama Dido Esports. Namun banyak hal yang bisa kita pelajari dari perjalanan kariernya sebagai host esports selama lebih dari satu dekade. Belum lama ini, The Esports Observer mewawancarai Wu Jingjing dan menggali beberapa kiat yang patut kita ingat untuk meraih kesuksesan di industri esports. Apa saja kiat itu?

Wu Jingjing - Fortnite World Cup 2019
Wu Jingjing di ajang Fortnite World Cup 2019 China Finals | Sumber: Wu Jingjing via The Esports Observer

Passion, kerja keras, dan riset

Sebagian dari Anda mungkin sudah bosan mendengar kata passion, tapi bagaimana pun juga, itulah dorongan terbesar yang bisa membuat seseorang berani melakukan sesuatu. Wu Jingjing pun demikian. Ia menyebut masa awal kariernya sebagai masa-masa yang pahit namun menyenangkan. “Orang-orang tidak mengerti mengapa kami (host) menghabiskan waktu membantu orang lain mendapatkan pengalaman menonton video game yang baik, tanpa mencari pekerjaan normal. Kadang, kami juga tidak tahu jawabannya, tapi kami hanya sangat passionate soal esports,” ujarnya.

Passion itu berarti mau bekerja keras untuk memastikan bahwa hasil kerja kita maksimal. Jingjing sering berubungan dengan brand internasional, dan ia sadar pentingnya menjaga image brand itu. Di setiap turnamen dan brand yang bekerja sama dengannya, Jingjing selalu melakukan riset terlebih dahulu. Ia harus paham tentang game yang dibawakan, latar belakang cerita di balik brand, hingga feedback dari para pengguna. Jingjing suka mencari unsur kejutan eksklusif dari sebuah brand, kemudian menunjukkan apa value di balik brand tersebut dan menyajikannya ke pengguna.

Selain itu, Jingjing juga sadar akan pentingnya menjaga perilaku. Menurutnya, host yang baik harus selalu bersikap humble (rendah hati). “Setiap gerakan yang Anda lakukan itu bukan hanya menyangkut brand sponsor atau turnamen, tapi juga brand milik host. Inilah profesionalisme saya,” papar Jingjing.

Selalu memberi value

Ketika Jingjing mengumumkan kepindahannya dari posisi host di Gamefy menjadi karyawan Tencent, banyak pihak merasa kecewa. Mereka merasa Jingjing sudah sukses sebagai host, dan lebih baik terus menjadi host saja. Jingjing memang tidak berhenti menjadi host, akan tetapi pekerjaannya di Tencent sebagai Brand Manager lebih banyak dilakukan di belakang meja.

Mengapa Jingjing pindah ke Tencent? Jingjing mengaku ini adalah keputusan yang sulit, tapi pada akhirnya ia ingin memberi value lebih banyak ke ekosistem esports. Ia ingin bisa berkontribusi lebih banyak dari sekadar jadi “gadis panggung”. Tujuan utamanya masuk ke Tencent, sebetulnya, adalah untuk belajar. Pengalaman di balik layar ini pada akhirnya memberi Jingjing ilmu untuk berpikir lebih kreatif serta lebih entrepreneurial, dan menjadi bekal ketika ia akhirnya mendirikan perusahaan sendiri.

Wu Jingjing - Pepsi 2008
Wu Jingjing menjadi host di acara esports Pepsi, tahun 2008 | Sumber: Wu Jingjing via The Esports Observer

Secara singkat, Jingjing memberikan empat poin penting yang ia pelajari selama di Tencent, yaitu:

  1. Keuntungan kompetitif adalah penting, dan keuntungan ini harus didefinisikan berdasarkan banyak suara dan informasi.
  2. Kerja tim lebih baik daripada kerja individual.
  3. Produk yang baik butuh kesabaran.
  4. Temukan jalur utama tujuan Anda, dan percaya dirilah untuk terjun ke dalamnya.

Manfaatkan kelebihan diri

Poin yang sangat menarik, Jingjing berkata bahwa ia sadar memiliki keuntungan berupa paras yang cantik. Melihat penampilannya sekarang mungkin Anda bahkan tidak akan percaya ia sudah berkarier di dunia esports selama 13 tahun. “Di masa-masa sangat awal industri esports Tiongkok, mungkin saya salah satu host esports minoritas yang bisa mencari nafkah. Itu karena saya adalah host esports perempuan Tiongkok pertama yang memiliki hubungan dengan brand internasional,” cerita Jingjing.

Industri esports dan video game secara umum lebih banyak didominasi oleh laki-laki, baik dari segi audiens maupun pelaku industrinya. Menurut Jingjing, perempuan tidak lebih lemah dari laki-laki, tapi kita tidak bisa mengubah kondisi bahwa memang industri ini banyak diisi oleh laki-laki. Jadi ia memanfaatkan kondisi tersebut. Ia tahu bahwa kecantikannya adalah daya tarik bagi masyarakat maupun bagi brand, namun ia juga tak mau hanya jual tampang.

Jingjing berkata, “Sebenarnya, saya selalu paham bahwa salah satu kelebihan saya adalah kecantikan. Itulah yang pertama kali menarik audiens esports laki-laki dan juga brand. Tapi selama saya betul-betul mencintai esports, dan mau melakukan lebih banyak riset tentang esports seperti mereka (audiens laki-laki), lambat laun mereka akan menyukai Anda karena talenta Anda. Jadi saat itu sudah bukan tentang penampilan (fisik) lagi.”

Wu Jingjing - Dido Esports
Perayaan kelulusan program edukasi Dido Esports | Sumber: Dido Esports via The Esports Observer

Meski sudah menjadi CEO di Dido Esports, Jingjing masih kerap kali tampil di panggung untuk menjadi host. Namun ia tidak lagi melakukannya demi uang. Ia melakukannya untuk menjadi teladan bagi murid-muridnya di Dido Esports. Ia ingin menunjukkan, bagaimana host esports yang baik itu seharusnya. Bagaimana, apakah Anda ingin menjadi host esports sukses juga seperti Wu Jingjing?

Sumber: The Esports Observer, Wu Jingjing

Game Mobile jadi Kontributor Utama untuk Pendapatan Game Tencent

Tencent baru mengumumkan laporan keuangannya. Pada Q2 2019, total pendapatan konglomerat asal Tiongkok itu mencapai 88,8 miliar yuan atau sekitar Rp180,4 triliun. Sebagai konglomerasi internasional, Tencent memiliki banyak divisi yang bergerak di bidang yang berbeda-beda, salah satunya game.

Sejauh ini, menurut Esports Observer, Tencent telah menghabiskan dana hingga US$2 miliar di industri esports. Selain itu mereka, juga berusaha untuk mengembangkan game-game esports, seperti game MOBA Arena of Valor. Mereka juga menjadi penerbit dari PUBG Mobile. Total pendapatan game online yang mereka dapatkan mencapai 27,3 miliar yuan, naik 8 persen dari tahun lalu. Kontribusi terbesar berasal dari game mobile, yang pendapatannya mencapai 22,2 miliar yuan.

revenue tencent

Sementara pendapatan dari game PC justru mengalami penurunan 9 persen menjadi 11,7 miliar yuan (sekitar Rp23,76 triliun). Tampaknya, penghasilan dari game PC menurun karena pemerintah Tiongkok sempat membekukan perizinan peluncuran game-game baru. Larangan itu mulai berlaku sejak Maret 2018 dan baru dihapus pada April lalu.

Meskipun pemerintah telah kembali mengizinkan peluncuran game baru, peraturan terkait game yang boleh diluncurkan menjadi semakin ketat. Misalnya, game judi seperti poker tak lagi boleh diluncurkan. Padahal, game itu adalah salah satu favorit developer karena mudah dibuat dan bisa memberikan untung yang besar. Game lain yang tak boleh diluncurkan adalah game dengan latar belakang masa imperial. Game yang menunjukkan darah dan mayat juga dilarang.

Inilah alasan mengapa Tencent meluncurkan versi adaptasi dari PUBG di Tiongkok, yang dinamai Game for Peace. Tencent sempat meluncurkan PUBG di negara asalnya. Hanya saja, mereka dilarang untuk memonetisasi game itu. Setelah menunggu izin dari pemerintah selama satu tahun, Tencent memutuskan untuk menarik PUBG dan menggantinya dengan Game for Peace, yang memiliki gameplay sama persis seperti game battle royale itu meski ada detail yang mungkin terlihat agak aneh. Misalnya, setelah Anda membunuh seseorang, dia akan melambaikan tangan sebelum berlari pergi.

Setelah larangan untuk meluncurkan game baru dicabut pada April, Tencent merilis 10 game baru pada Q2 2019, satu game lebih banyak jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Menurut VentureBeat, game-game baru itu belum memberikan kontribusi pada pendapatan total Tencent karena kebanyakan masyarakat Tiongkok senang untuk bermain game gratis dengan item yang bisa dibeli. Itu artinya, tidak peduli berapa banyak orang yang memainkan game-game baru Tencent, mereka tidak akan mendapatkan uang saat itu juga. Sebagai gantinya, Tencent akan mendapatkan uang ketika pemain mulai membeli item yang dijual.

“Pendapatan dari game smarpthone naik 5 persen dari kuartal sebelumnya, seiring dengan semakin banyaknya game yang kami luncurkan setelah lisensi izin monetisasi dibuka kembali, mengimbangi kuartal yang biasanya lemah,” tulis Tencent dalam laporan keuangannya. Salah satu game yang Tencent luncurkan dengan sukses adalah Teamfight Tactics, game autochess yang merupakan spinoff dari League of Legends.

“Pendapatan dari League of Legends naik jika dibandingkan tahun lalu, berkat skin karakter bertema esports yang populer,” tulis Tencent. “Pada Juni, League of Legends juga memperkenalkan mode baru, Teamfight Tactics, memberikan kontribusi pada pertumbuhan pengguna harian dan lama waktu bermain. Teamfight Tactics telah menjadi pemimpin dalam kategori autochess yang masih baru.”

Game lain yang Tencent bahas adalah Peacekeeper Elite. Meskipun game itu baru diluncurkan pada Mei lalu, game itu telah memiliki lebih dari 50 juta pengguna harian. Untuk memonetisasi game tersebut, Tencent menjual season pass. Cepatnya game Tencent mendapatkan 50 juta pengguna harian menunjukkan bagaimana konglomerasi itu mendominasi pasar Tiongkok.

Tencent Luncurkan Aturan Baru untuk Streaming Konten Seluruh Game Mereka

Sebagai salah satu perusahaan game tersukses dan terpopuler dunia, Tencent Games punya pengaruh yang sangat kuat di industri game. Dengan portofolio mencakup judul-judul raksasa seperti PUBG Mobile, Fortnite, dan League of Legends, Tencent punya kekuatan untuk menjangkau ratusan juta gamer serta anak muda di dunia. Tentu saja, semakin besar suatu kekuatan maka semakin besar pula tanggung jawabnya.

Untuk menjaga agar ekosistem gamer di sekitar produk-produk Tencent tetap sehat, mereka baru saja mengumumkan sejumlah aturan untuk streaming konten yang berkaitan dengan seluruh game mereka. Aturan ini berlaku terhadap platform, produksi, institusi, dan streamer mana pun yang menciptakan konten berbasis produk milik Tencent.

Aturan tersebut diumumkan pada tanggal 14 Februari 2019 lalu, tak lama setelah pemerintah Tiongkok menerapkan aturan baru terkait regulasi konten internet. Beberapa aturan itu antara lain:

  • Larangan melanggar aturan-aturan dasar undang-undang konstitusi, serta topik-topik sensitif seperti politik nasional, kewarganegaraan, agama, serta kedaerahan.
  • Larangan publikasi informasi ilegal, seperti pornografi, perjudian, sekte-sekte, terorisme, dan lain-lain.
  • Larangan perilaku yang merusak user experience ataupun brand Tencent.
  • Larangan menyebarkan informasi palsu ke pengguna lain dengan berpura-pura menjadi perwakilan resmi Tencent.
  • Larangan menyebarkan private server, cheat, hack, atau informasi account boosting (joki).
  • Larangan mempromosikan dan memicu kekerasan di dunia nyata.
  • Larangan melanggar privasi orang lain dan menyebarkan informasi mereka tanpa izin.
  • Larangan melanggar kontrak, memutuskan kontrak sepihak, atau menjalin perjanjian terlarang dengan pihak ketiga, selama masih berada di bawah kontrak suatu platform streaming.
  • Larangan melanggar hak cipta penerbit game atau content creator lain.
  • Larangan akan konten yang memunculkan pengaruh sosial negatif.
Haishi
Haishi (Jiang Haitao) | Sumber: China Daily

Menurut laporan dari Esports Observer, aturan tentang pelanggaran kontrak muncul setelah adanya kasus dari streamer Honor of Kings (Arena of Valor versi Tiongkok) yang bernama Haishi (Jiang Haitao). Ia memiliki kontrak dengan platform streaming Huya, namun kemudian menjalin kontrak lain dengan platform Douyu. Haishi akhirnya mendapat tuntutan pengadilan dari Huya, dan diwajibkan untuk membayar denda sebesar 49 juta Yuan (sekitar Rp102,1 miliar).

“Terdapat hubungan hak cipta yang natural antara konten gaming dan platform live streaming. Tencent, sebagai pemimpin platform gaming streaming dan penerbit game, memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan standardisasi dan otorisasi konten streaming di industri,” demikian pernyataan Tencent yang diumumkan di media sosial Weibo.

Tencent sendiri sebetulnya memiliki modal yang tertanam di kedua platform, Huya maupun Douyu. Tapi mereka tetap berlaku adil dan menjunjung tinggi penghargaan atas kontrak serta hak cipta. Selain itu Tencent juga berinvestasi di platform video Bilibili, dan memiliki platform streaming sendiri bernama Penguin Esports. Dengan pengaruh seluas itu, penerapan aturan baru oleh Tencent ini akan memiliki imbas yang sangat besar pada dunia streaming, khususnya di Tiongkok. Mudah-mudahan saja dampaknya dapat membuat industri streaming tumbuh lebih positif.

Sumber: Esports Observer