Samsung Neo QLED TV dan MicroLED TV, Apa Saja Perbedaannya?

Samsung hari ini (22/4) menggelar konferensi virtual Neo QLED Tech Seminar 2021, dan saya bersama sejumlah awak media lain berkesempatan untuk langsung mengikuti jalannya acara. Dalam acara tersebut, Samsung mempresentasikan secara mendetail fitur-fitur unggulan yang ditawarkan oleh jajaran smart TV yang akan segera mereka jual di tahun 2021 ini, sekaligus mengadakan sesi tanya-jawab bersama timnya di Korea Selatan.

Pada lineup TV utamanya, Samsung menawarkan dua seri yang berbeda: Neo QLED dan MicroLED. Apa perbedaannya? Apakah hanya sebatas diversifikasi branding begitu saja? Tentu tidak, dan di sini saya akan mencoba merangkum keunggulan yang ditawarkan oleh masing-masing TV.

Kita mulai dari Neo QLED terlebih dulu, yang merupakan penerus seri QLED dari generasi sebelumnya. Neo QLED pada dasarnya memakai Mini LED sebagai basis teknologinya, di mana ukuran tiap-tiap unit LED yang tertanam cuma 1/40 dari ukuran LED konvensional. Alhasil, perangkat TV tak hanya bisa dibuat lebih ramping, melainkan juga mampu menyajikan tingkat kontras yang lebih baik, dengan efek blooming yang minimal.

Berhubung ukuran LED-nya jauh lebih kecil, otomatis jumlahnya pun bisa diperbanyak, dan ketika jumlah LED-nya bertambah, local dimming zone-nya juga bisa ikut ditambah, memberikan kontrol cahaya yang lebih presisi lagi daripada sebelumnya. Selain itu, rasio kontrasnya juga bisa ikut ditingkatkan berkat pengaplikasian Quantum Matrix Technology yang memanfaatkan gradasi 12-bit.

Hadir dalam resolusi 4K dan 8K, lini TV Neo QLED turut dilengkapi Neo Quantum Processor yang bertugas meng-upscale resolusi konten dengan kinerja AI yang disempurnakan. Bukan cuma itu, tingkat kontrasnya juga dapat diatur secara real-time berdasarkan frame demi frame.

Bagi para pemilik console PlayStation 5 atau Xbox Series S/X, Neo QLED siap menyuguhkan sesi gaming dalam resolusi 4K 120 Hz. Dukungan terhadap AMD FreeSync Premium Pro pun juga merupakan fitur standar di TV ini. Pada sesi Q&A, perwakilan Samsung bilang bahwa mereka bakal mempertimbangkan untuk menyertakan dukungan G-Sync pada tahun 2022.

Samsung MicroLED TV / Samsung

Selanjutnya, mari kita bahas mengenai MicroLED. Dari perspektif sederhana, cara kerja MicroLED justru lebih mirip OLED karena ia tidak memerlukan lapisan backlight yang terpisah, berbeda dari Neo QLED tadi. Jadi selain menampilkan warna RGB, tiap-tiap pixel MicroLED yang berukuran mikroskopis ini juga mampu memancarkan cahayanya sendiri.

Alhasil, karakteristiknya jadi benar-benar mirip OLED, di mana warna hitam akan tampak begitu pekat, sebab ketika menampilkan gambar berwarna hitam, sebenarnya Micro LED tidak akan memancarkan cahaya apa-apa, alias mati. Yang berbeda adalah, tingkat kecerahan maksimum yang dapat dicapai MicroLED jauh lebih tinggi, maksimum hingga 5.000 nit, bandingkan dengan OLED yang hanya terbatas di kisaran 1.000 nit.

Juga sangat berbeda adalah sifat MicroLED yang non-organik, yang berarti ia tidak akan terdampak oleh efek burn-in seperti OLED. Samsung percaya diri bahwa TV MicroLED-nya mampu menyajikan kualitas gambar yang konsisten sampai paling tidak 100.000 jam, alias lebih dari 11 tahun. Namun pada praktiknya pasti lebih lama dari itu karena tidak mungkin Anda menyalakan TV selama 24 jam setiap harinya, bukan?

Singkat cerita, kalau budget bukan masalah dan kualitas gambar adalah prioritas yang benar-benar tidak dapat dikompromikan, maka MicroLED adalah pilihan yang lebih tepat. Kebetulan jajaran TV MicroLED Samsung juga hadir dalam variasi ukuran yang lebih besar lagi daripada Neo QLED: 88 inci, 99 inci, dan 110 inci, meski nantinya juga akan ada varian berukuran 76 inci.

LG Kembangkan TV Gaming Unik dengan Layar yang Bendable

Dari tahun ke tahun, ajang Consumer Electronics Show (CES) selalu menjadi panggung demonstrasi teknologi display terkini dari pabrikan-pabrikan seperti Samsung, LG maupun Sony. Tahun ini pun tidak luput dari tren tersebut, terlepas dari fakta bahwa CES 2021 harus dihelat secara online.

Melalui sebuah siaran pers, LG mengumumkan bahwa mereka bakal segera memamerkan sebuah prototipe TV istimewa yang mereka juluki dengan istilah Bendable Cinematic Sound OLED (CSO). Kuncinya terletak pada kata “bendable“, yang mengindikasikan bahwa layar milik TV ini dapat dibengkokkan sekaligus dapat kembali ke bentuk semula.

Mengapa Anda perlu membengkokkan layar TV, dan mengapa ini harus kita bahas di Hybrid? Idenya adalah, dalam posisi datar, TV seukuran 48 inci ini bisa dipakai untuk menonton berbagai tayangan secara nyaman. Lalu ketika pengguna hendak bermain game, layarnya dapat dibuat jadi melengkung sehingga pengalaman yang didapat bisa lebih immersive.

Perangkat ini pada dasarnya merupakan jawaban terhadap konsumen yang mengeluhkan bahwa layar melengkung lebih cocok dipakai untuk gaming ketimbang menonton. Satu perangkat untuk dua keperluan, kira-kira begitu premis utamanya. Sayang hingga kini mekanisme untuk membengkokkan dan meluruskan layarnya masih misteri, apakah menggunakan tombol atau bagaimana.

Secara teknis, layar TV ini memiliki kurvatur maksimum sebesar 1000R, setara dengan yang ditawarkan monitor gaming flagship Samsung, Odyssey G9. Pemilihan nominal kurvaturnya bukanlah suatu kebetulan, sebab 1000R disebut adalah yang kelengkungannya paling mendekati kontur bola mata manusia.

LG tidak menyebutkan resolusinya, tapi saya menebak 4K kalau melihat ukurannya yang cukup besar. Melengkapi spesifikasinya adalah waktu respon 0,1 milidetik dan refresh rate maksimum sebesar 120 Hz, sudah sangat cukup untuk keperluan leisure gaming.

Namun layar yang bendable bukanlah satu-satunya kejutan dari perangkat ini. LG turut melengkapinya dengan sistem audio yang inovatif, di mana layarnya akan bergetar untuk menghasilkan suara. Teknologi ini bukanlah barang baru, akan tetapi LG sudah menyempurnakannya sehingga komponen yang diperlukan jauh lebih tipis daripada versi sebelumnya, krusial demi mencegah sasis TV yang kelewat tebal.

Untuk keperluan menonton, sistem audio semacam ini mungkin bisa dikatakan cukup, meski kemungkinan besar kualitas suaranya jauh di bawah soundbar. Kalau untuk keperluan gaming, sepertinya gamer akan lebih memilih menggunakan headset. Terlepas dari itu, setidaknya TV ini dapat langsung digunakan begitu dikeluarkan dari boksnya.

Lebih lengkapnya mengenai TV gaming yang bendable ini baru akan dibeberkan pada acara CES 2021 nanti, yang dijadwalkan berlangsung mulai 11-14 Januari.

Sumber: The Verge.

[Review] Xiaomi Mi TV Stick: Membuat Semua TV Menjadi Pintar dan Android

Semenjak kepemimpinan Alvin Tse di Indonesia, Xiaomi Indonesia berkembang lebih baik. Tidak hanya produk smartphone saja yang gencar diperkenalkan, tetapi juga produk-produk AIoT yang saat ini mulai dipasarkan kepada konsumen Indonesia. Salah satu produk AIoT yang mereka jual bisa membuat TV biasa menjadi sebuah smart TV. Produk tersebut adalah Mi TV Stick.

Mi TV Stick merupakan sebuah perangkat Android berbentuk persegi panjang yang memiliki interface HDMI. Tinggal menancapkan Mi TV Stick ke port HDMI yang ada pada TV, maka bisa membuat TV menjadi memiliki sistem operasi Android TV. Bahkan, sebuah TV tabung lawas yang memiliki port RCA juga bisa dibuat menjadi smart TV, asalkan memiliki konverter RCA ke HDMI. Semua itu bisa berjalan dengan lancar asalkan ada koneksi internet.

Mi TV Stick

Hal itu berarti Mi TV Stick bisa membuat semua TV menjadi seperti Mi TV 4 yang sedang gencar dijual oleh Xiaomi. Tentunya, hal ini akan membuat konsumen yang memiliki dana pas-pasan bisa melakukan upgrade murah ke smart TV. Bahkan hasilnya bisa lebih baik dari sebuah smart TV, jika konsumen tersebut memiliki TV dengan panel yang lebih baik dari sebuah smart TV yang dijual di pasaran saat ini.

Mi TV Stick memiliki spesifikasi yang kurang lebih sama dengan Mi TV 4. Spesifikasinya adalah sebagai berikut

SoC AMLogic T960X-H
CPU 4 x Cortex A53 1,4 GHz
GPU Mali 450 MP3
RAM 1 GB
Internal 8 GB
Konektor HDMI, WiFi 802.11a/b/g/n/ac, Bluetooth 4.2
Suara Dolby dan DTS Surround Sound
Dimensi 92,4 x 30,2 x 15,2 mm
Bobot 28,5 gram
OS Android 9

Hasil dari CPU-Z dan AIDA64 adalah sebagai berikut

Spesifikasinya memang mirip dengan Mi TV 4 43 inci. Namun, Mi TV Stick mendukung WiFi 5 sehingga transfer data akan menjadi lebih kencang. Satu hal yang hilang dari Mi TV Stick adalah PatchWall yang dibanggakan oleh Xiaomi pada saat peluncurannya. Oleh karena itu, Mi TV Stick hanya memberikan launcher bawaan dari Android TV.

Unboxing

Inilah isi dari paket penjualan Mi TV Stick.

Mi TV Stick - Unboxing

Ada sebuah kabel pemanjang untuk HDMI, kabel microUSB, dan kepala charger.

Desain

Jika ditanya seperti apa bentuk dari Mi TV Stick, jawaban paling tepat adalah seperti sebuah USB Flash Disk berukuran besar. Desainnya benar-benar hanya persegi panjang dengan dua jenis finishing yang berbeda, yaitu glossy di bagian bawah dan matte pada bagian atasnya. Ukurannya pun juga cukup kecil, walaupun tidak semua TV bisa ditancapkan Mi TV Stick.

Mi TV Stick - HDMI

Bagian atas dari Mi TV Stick adalah sebuah konektor HDMI. Konektor ini bisa langsung ditancapkan pada port HDMI di TV. Seperti yang sudah ditulis di atas, tidak semua TV memiliki dimensi yang pas untuk sebuah perangkat HDMI. Oleh karena itu, gunakan saja kabel extender HDMI yang ada pada paket penjualannya.

Pada sisi sebelah kiri terdapat sebuah port microUSB. Port ini hanya khusus digunakan untuk memberikan tenaga untuk Mi TV Stick. Jadi, Mi TV Stick tidak memiliki expandable port atau pun slot microSD dan tidak bisa ditambahkan penyimpanan internalnya. Jadi, ruang kosong sebanyak 5,1 GB adalah satu-satunya tempat untuk menyimpan aplikasi yang dipasang.

Mi TV Stick - USB Port

Mi TV Stick datang dengan sebuah remote controlRemote yang satu ini sangat mirip dengan yang dimiliki oleh Mi TV 4. Perbedaannya hanya pada warna tombol dari Netflix dan Amazon Prime serta tombol menu. Pada remote Mi TV 4, tombol menu digunakan untuk masuk ke dalam launcher Patchwall.

Remote yang ada juga sangat minim dengan tombol. Hanya ada tombol daya, Google Assistant, direksional, OK, menu, backhome, Netflix, Amazon Prime, dan volume naik turun. Pada remote ini juga terdapat sebuah microphone yang melengkapi fungsi Google Assistant. Hal tersebut membuat beberapa perintah TV bisa digunakan dengan suara, seperti mematikan Mi TV Stick atau membuka aplikasi seperti Youtube.

Mi TV Stick - vs Mi TV 4 remote

Mi TV Stick mendukung TV dengan resolusi hingga 1920×1080 saja. Hal ini bisa dimaklumkan karena belum banyaknya penggunaan TV dengan resolusi 4K. Saat ini, kebanyakan TV 43 inci juga hanya mendukung resolusi Full HD saja.

Sistem operasi yang digunakan pada Mi TV Stick adalah Android 9 Pie. Seperti Mi TV 4, sepertinya perangkat ini tidak akan mendapatkan upgrade sistem operasi Android 10. Hal tersebut tentu berkaitan dengan RAM 1 GB yang dimiliki serta 8 GB penyimpanan internalnya.

Pengalaman Menggunakan: TV Bodoh menjadi Pintar

TV LED biasa saat ini tentu saja mudah ditemukan. Beberapa TV LED yang ada saat ini sudah memiliki teknologi panel yang bagus, sehingga banyak orang yang enggan untuk menukar TV mereka dengan smart TV. Oleh karena itu, Mi TV Stick menjadi salah satu problem solver yang sangat baik bagi mereka yang sudah memiliki TV LED. Saya adalah salah satunya.

Pertama kali membuka paket penjualan dari Mi TV Stick, saya cukup ketar-ketir. Hal tersebut dikarenakan posisi port HDMI pada TV LED yang saya miliki cukup sempit. Mi TV Stick tidak akan muat jika langsung ditancapkan ke port HDMI karena dimensinya yang kepanjangan. Untung saja saya melihat adanya kabel extender HDMI pada paket penjualannya.

Mi TV Stick - Plugged at TV

Setelah menancapkan kabel HDMI tersebut, waktunya untuk menyalakan Mi TV Stick. Untung saja, TV LED yang saya miliki punya dua buah port USB 2.0 sehingga saya tidak lagi harus menggunakan kepala charger bawaannya. Mi TV Stick pun langsung menyala dengan menampilkan lampu LED berwarna putih pada bagian depannya.

Booting pertama juga tidak terlalu makan waktu yang cukup lama. Namun, cukup kaget juga melihat tampilan launcher standar Android TV pada Mi TV Stick. Hal tersebut dikarenakan Xiaomi selalu membanggakan launcher Patchwall 3.0 buatan mereka yang diklaim lebih mudah untuk digunakan (walaupun sebenarnya sama saja sih).

Mi TV Stick - Remote

Remote TV yang dimiliki oleh Mi TV Stick juga mirip dengan yang digunakan pada Mi TV 4. Oleh karena sudah pernah melakukan review-nya, tentu saja saya tidak asing lagi dalam menggunakannya. Yang membedakan adalah tombol Patchwall yang ada pada Mi TV 4 diganti dengan tombol menu. Selain itu, tombol Netflix dan Amazon Prime Video pada Mi TV Stick memiliki warna putih.

Mi TV Stick juga akan booting pada resolusi 720p. Hal ini bisa langsung diatur pada 1080p dari menu Device Preferences. Fitur suara juga bisa langsung diatur pada menu yang sama. Jadi sebelum menggunakan Mi TV Stick, ada baiknya untuk melakukan pengaturan terlebih dahulu agar lebih nyaman saat menonton.

Mi TV Stick - Setting

Hal selanjutnya adalah menyambungkan Mi TV Stick dengan internet. Cukup menyenangkan di mana Mi TV Stick bisa mendeteksi jaringan WiFi 5 GHz yang ada di rumah saya. Setau saya, Mi TV 4 43″ saja hanya bisa mendeteksi WiFi 2,4 GHz. Apa untungnya? Koneksi ke sebuah NAS yang digunakan untuk menyimpan video dan terhubung dengan router tentu saja menjadi lebih lancar.

Berbeda dengan Mi TV 4 yang sudah terinstalasikan layanan dan aplikasi yang cukup banyak, Mi TV Stick hanya memiliki Netflix dan Amazon Prime saja untuk aplikasi pihak ketiga. Jadi jika Anda ingin menonton siaran TV Digital, bisa langsung melakukan download dari Google Play, seperti aplikasi Vidio.

Satu hal yang cukup menjengkelkan dari perangkat Android TV bawaan Xiaomi adalah sideloadSideload merupakan istilah pemasangan aplikasi yang tidak dilakukan melalui Google Play dan dari file .APK. Semua aplikasi yang diinstalasikan langsung dengan menggunakan file .APK nantinya tidak akan muncul pada launcher bawaan. Jadi, kita harus mengaksesnya melalui menu App yang cukup membingungkan atau melakukan instalasi launcher tambahan seperti Sideload launcher.

Mi TV Stick - HomeScreen

Bagi kalian yang ingin membeli sebuah alat untuk melakukan mirroring dari smartphone atau tablet ke TV, tentu saja bisa menggunakan Mi TV Stick. Screen mirroring akan dapat dilakukan dengan sangat mudah jika Anda adalah pengguna Xiaomi. Saya mencoba screen mirroring ke Mi TV Stick dengan perangkat Samsung dan realme dan harus menggunakan aplikasi Google Home agar bisa terkoneksi dengan lancar.

Mi TV Stick juga memiliki ruang penyimpanan internal yang tidak terlalu besar. Dengan hanya sisa 5.1 GB saat pertama kali dipasang, membuat ruang penyimpanan data memang tidak terlalu besar. Jika Anda memiliki sebuah NAS, tentu akan lebih baik karena penyimpanan video dan file musik menjadi lebih luas. Namun, jangan berharap untuk bisa banyak memasang game pada Mi TV Stick.

Berbicara mengenai game, tentu saja Mi TV Stick mampu menjalankannya. Hal ini dikarenakan Mi TV Stick memiliki SoC yang sama dengan Mi TV 4, yaitu dengan AMLogic T960H. Saya juga melakukan benchmarking pada Mi TV Stick. Berikut adalah hasilnya

Hasilnya memang lebih rendah dari Mi TV 4. Hal tersebut bisa terjadi karena RAM yang dimiliki oleh Mi TV Stick hanya 1 GB dan cip penyimpanan internalnya juga tidak sekencang Mi TV 4 55″. Namun hasil tersebut masih mampu menjalankan beberapa game yang tersedia pada Google Play.

Oh ya satu lagi, Mi TV Stick akan terasa panas saat dipegang. Saya juga membaca beberapa kasus Mi TV Stick akan terasa lag saat panasnya berlebih pada grup-grup di sosial media. Namun, saya tidak mengalami hal tersebut bahkan pada saat bekerja penuh dengan benchmarking. Semua berjalan sangat lancar tanpa adanya gangguan.

Mi TV Stick sendiri juga memiliki fungsi update OTA yang akan meningkatkan tingkat keamanan dan menghilangkan bug. Namun sayang, sepertinya Mi TV Stick akan mengikuti Mi TV 4 yang tidak akan mendapatkan update sistem operasi ke Android 10. Hal itu mungkin karena SoC yang digunakan tidak mumpuni untuk ditingkatkan ke sistem operasi baru dari Google tersebut.

Verdict

Dengan begitu banyaknya penawaran TV pintar yang memiliki sistem operasi Android, tentu saja akan membuat bingung konsumen. Di satu sisi, mereka tidak tahu TV lama akan ditaruh di mana jika membeli sebuah smart TV baru. Sedangkan di sisi lainnya, fitur-fitur sebuah smart TV sangat menggiurkan. Itulah mengapa Xiaomi menawarkan Mi TV Stick.

Kinerja yang dimiliki oleh Mi TV Stick kurang lebih sama dengan Mi TV 4. Hal tersebut berarti Mi TV Stick tidak akan lambat saat dioperasikan sehari-hari. Semua aplikasi dan game pada Google Play juga bisa dijalankan dengan cukup baik. Sayang memang, panas yang dihasilkan bisa membuat sang pemiliki cukup khawatir akan ketahanannya.

Mi TV Stick - Box

Fitur-fitur yang ditawarkan oleh Mi TV Stick memang sangat menarik. Mulai dari suara Dolby dan DTS-HD, siaran TV melalui internet, Netflix pada layar lebar, Youtube, dan lain sebagainya. Mi TV Stick juga bisa digunakan sebagai pengganti Chromecast yang dijual dengan harga yang tidak terlalu jauh. Dan tentunya hal ini menambah tingkat kenyamanan seseorang dalam mengakses konten hiburan.

Mi TV Stick dijual dengan harga yang tidak memberatkan kantung. Xiaomi hanya membanderol perangkat ini dengan harga Rp. 499.000 saja. Dengan harga tersebut, sebuah TV yang hanya memiliki fungsi dasar bisa menjadi sebuah smart TV seperti perangkat yang memiliki harga 10 kali lipatnya. Mi TV Stick benar-benar membuat TV bodoh menjadi TV pintar.

Sparks

  • Sistem operasi Android
  • Kinerja yang mumpuni
  • Harga terjangkau
  • Remote minimalis namun fungsional
  • Bisa menggantikan sebuah Chromecast
  • Bisa digunakan di hampir setiap TV

Slacks

  • Panas saat digunakan
  • Tanpa Patchwall 3.0
  • Tidak bisa menggunakan perangkat eksternal seperti microSD atau flash disk

Bang & Olufsen Ungkap TV OLED Pertamanya, Beovision Contour

Bang & Olufsen (B&O) bukanlah nama brand yang kita ingat saat membicarakan mengenai televisi. Namun hal itu tidak mencegah perusahaan asal Denmark itu masuk ke ranah TV dan menjalani debutnya dengan cara yang cukup mencuri perhatian.

Gambar di atas adalah Beovision Contour, TV OLED pertama B&O setelah hampir satu abad mereka berdiri. Desainnya minimalis sekaligus elegan khas B&O, dengan bezel tipis dan dua jenis dudukan yang terbuat dari aluminium (satu untuk di lantai, satu untuk di atas meja). Tentu saja TV ini juga dapat digantungkan ke tembok jika perlu.

Secara teknis, Beovision Contour mengemas panel OLED 48 inci bikinan LG, yang berarti kualitas gambarnya semestinya setara dengan jajaran TV OLED dari LG sendiri. Kehadiran fitur-fitur pelengkap macam integrasi Chromecast, AirPlay 2 maupun Bluetooth menunjukkan kesiapannya bersaing di ranah televisi modern.

Namun berhubung ini merupakan produk garapan B&O, tidak bisa dipungkiri yang akan menjadi topik pembicaraan adalah perihal kualitas suaranya. Seandainya belum kelihatan, sekitar seperempat porsi bawah TV ini sebenarnya adalah sebuah soundbar premium. Tentu saja ini bukanlah suatu kebetulan, sebab B&O memang baru saja meluncurkan soundbar pertamanya tahun lalu.

Di dalamnya bernaung 11 buah driver – empat woofer 4 inci, empat mid-range driver 1,5 inci, dan tiga tweeter 0,75 inci – plus 11 amplifier 50 W yang menenagai masing-masing driver-nya, lengkap beserta dukungan teknologi Dolby Atmos. Spesifikasinya ini sama persis seperti soundbar B&O bernama Beosound Stage itu tadi.

Jadi ketimbang membeli TV dan soundbar terpisah, B&O ingin Anda membeli satu unit dengan desain yang kohesif yang siap menjadi bahan obrolan tersendiri saat sedang ada tamu yang berkunjung ke rumah.

Maka dari itu, jangan kaget melihat harga Beovision Contour yang dipatok setinggi 5.699 euro, atau sekitar 96,3 juta rupiah, sebab Anda pada dasarnya membeli TV dan soundbar sekaligus, dan kebetulan soundbar-nya sendiri tidak murah jika Anda beli secara terpisah (1.500 euro). Untuk pilihan warnanya, B&O menawarkan lima kombinasi dengan bahan penutup speaker yang berbeda, sedangkan pemasaran globalnya dijadwalkan berlangsung mulai Februari 2021.

Sumber: What Hi-Fi.

Realme Ungkap SLED, Teknologi Display TV Hasil Rancangannya Sendiri

Sebagian dari kita mungkin masih menganggap Realme sebagai perusahaan teknologi yang masih bau kencur. Namun pada kenyataannya, Realme bahkan sudah siap berinovasi di area yang bukan merupakan spesialisasi utamanya.

Seperti yang kita tahu, Realme belum lama ini mulai berjualan TV. Sekarang, mereka bahkan sedang bersiap untuk meluncurkan TV dengan teknologi display hasil rancangannya sendiri. Dijuluki SLED, Realme melihatnya sebagai alternatif yang lebih superior ketimbang teknologi QLED bikinan Samsung.

Setidaknya ada dua keuntungan yang bisa konsumen dapatkan dari TV SLED: warna yang lebih kaya dan intensitas blue light yang lebih rendah, yang tentunya telah mendapat pengakuan dari TÜV Rheinland. Menurut Realme, satu-satunya teknologi display di luar SLED yang sanggup memenuhi sertifikasi TÜV Rheinland hanyalah OLED.

Secara teknis, panel SLED mampu meng-cover 108% spektrum warna NTSC, alias jauh lebih tinggi dari LED biasa. Rahasianya terletak pada struktur panelnya. Jadi tidak seperti LED biasa yang menggunakan kombinasi backlight berwarna putih dan filter warna RGB, SLED justru mengandalkan backlight yang langsung menyala dalam warna merah, hijau, dan biru.

Realme SLED TV

Realme juga percaya SLED mempunyai color gamut yang lebih luas daripada QLED, sekaligus lebih nyaman di mata berkat intensitas blue light yang lebih rendah – panel QLED, seperti yang kita tahu, mengandalkan perpaduan backlight berwarna biru dan lapisan quantum dot. Perlu dicatat bahwa panel SLED masih mengemas lapisan polarizer dan liquid crystal seperti panel LED standar.

Belum diketahui kapan Realme bakal merilis TV SLED-nya. Berhubung sejauh ini mereka sudah merilis TV berukuran 32 dan 43 inci, besar kemungkinan mereka akan memulai lini SLED dengan TV 4K berukuran 55 inci, lalu India sebagai negara tujuan pertamanya.

Juga tidak disebutkan adalah rencana ke depan Realme, spesifiknya apakah mereka bakal melisensikan teknologi SLED sehingga pabrikan TV lain juga dapat ikut memakainya, seperti Samsung yang meminjamkan teknologi QLED-nya ke OnePlus tahun lalu.

Buat saya, pertanyaan terbesarnya tetap: “Apa kepanjangan SLED?” Kalau boleh menebak, mungkin “Superior LED”.

Sumber: GizmoChina dan Realme.

Xiaomi Luncurkan TV OLED Transparan Seharga 100 Jutaan Rupiah

Selain mengumumkan Mi 10 Ultra, Xiaomi turut memperkenalkan produk lain yang tak kalah memikat. Dinamai Mi TV Lux Transparent Edition, keunggulan utamanya adalah, well, wujudnya tembus pandang. Menurut Xiaomi, ini merupakan TV transparan pertama yang diproduksi massal di dunia.

Sama seperti TV OLED pertama Xiaomi yang dirilis bulan lalu, TV ini juga menggunakan panel OLED bikinan LG. LG sendiri sebenarnya sudah punya TV tembus pandang bernama LG Transparent OLED Signage, akan tetapi perangkat itu dirancang untuk kebutuhan komersial ketimbang konsumen umum. Harganya pun sangat mahal: $18.750.

Mi TV Lux Transparent Edition di sisi lain dibanderol cukup terjangkau, 49.999 yuan atau setara $7.195, alias tidak sampai setengahnya. Namun harganya jelas sangat mahal jika dibandingkan TV OLED biasa, bahkan sekitar empat kali lebih mahal daripada TV OLED biasa punya Xiaomi sendiri.

Entah kenapa, Xiaomi sepertinya lupa mencantumkan resolusi dari panel OLED 55 incinya. Mereka cuma bilang panel ini memiliki rasio kontras sebesar 150.000:1 dan mendukung 93% spektrum warna DCI-P3. Panel yang digunakan juga merupakan panel 10-bit, yang artinya bisa menampilkan lebih dari 1 miliar warna.

Refresh rate maksimum yang didukung adalah 120 Hz. Dipadukan dengan response time 1 milidetik, TV ini semestinya sangat cocok dipakai untuk gaming. Fitur-fitur seperti AI Master Smart Engine maupun AI Master for Audio turut tersedia berkat kehadiran chipset MediaTek 9650 sebagai otaknya.

Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, di mana semua komponen itu disembunyikan kalau layarnya tembus pandang? Di bagian dudukannya di bawah, termasuk halnya speaker Dolby Atmos dan sederet port. Alhasil, tebal layarnya cuma 5,7 mm, dan gambar akan kelihatan seperti melayang berkat bodi transparannya.

Xiaomi sejauh ini tidak menyinggung sama sekali soal ketersediaan Mi TV Lux Transparent Edition di luar kampung halamannya. Kecil kemungkinan TV ini bakal masuk Indonesia kalau Mi TV OLED yang biasa belum tersedia.

Sumber: GizmoChina dan Xiaomi.

Xiaomi Luncurkan TV OLED Pertamanya dengan Spesifikasi Premium

Xiaomi sebenarnya sudah cukup lama memproduksi TV, akan tetapi sebagian besar produk TV-nya selama ini menyasar kategori budget. Tidak demikian kasusnya untuk TV anyar yang baru saja mereka umumkan di kampung halamannya, yaitu Mi TV Master 65-inch OLED.

Ini merupakan TV OLED pertama Xiaomi, dan mereka nampaknya tidak mau main-main dalam merancang sebuah TV premium. OLED, seperti yang kita tahu, sangat cekatan perihal reproduksi warna maupun untuk menyajikan warna hitam yang begitu pekat. Xiaomi mengklaim TV barunya ini mampu menampilkan hingga 1,07 miliar warna secara akurat yang mencakup 98,5% color gamut DCI-P3.

Rasio kontrasnya tercatat di angka 1.000.000:1, dan tingkat kecerahan maksimumnya mencapai 1.000 nit. Konten dalam format Dolby Vision, HDR10+, HDR10, maupun HLG bisa ia sajikan tanpa kesulitan pada layar seluas 65 inci dengan resolusi 4K. Tak hanya untuk menikmati konten HDR, perangkat ini juga Xiaomi rancang untuk menjadi pendamping yang tepat buat PlayStation 5 atau Xbox Series X.

Mi TV Master 65-inch OLED

Itu dikarenakan panel layarnya mempunyai refresh rate maksimum sebesar 120 Hz, dan berkat sambungan HDMI 2.1, perangkat turut mendukung variable refresh rate antara 40 – 120 Hz dan fitur Auto Low Latency Mode (ALLM). Kehadiran ALLM pada dasarnya memastikan bahwa pengaturan TV dapat dioptimalkan secara otomatis tergantung jenis konten yang diputar, apakah itu game atau film.

Masih mengenai panel OLED-nya, Xiaomi turut membekali TV ini dengan fitur always-on display ala smartwatch, yang berarti dalam mode standby pun perangkat masih bisa menampilkan informasi-informasi seperti jam, ramalan cuaca, maupun indikator status dari berbagai perangkat smart home yang tersambung.

Terkait audio, TV ini mengandalkan sistem yang terdiri dari 9 unit speaker dengan output total sebesar 65 W. Ia mendukung hampir semua format audio yang populer, termasuk halnya Dolby Atmos, dan Xiaomi tak lupa menjejalkan empat buah mikrofon supaya konsumen bisa berinteraksi dengan voice assistant XiaoAI.

Mi TV Master 65-inch OLED

Fisik TV ini terbilang cantik berkat bezel yang luar biasa tipis, yang berujung pada rasio layar ke bodi sebesar 98,8% kalau menurut Xiaomi. Konektivitasnya pun cukup melimpah dan sesuai standar TV kelas premium: 3x HDMI, 2x USB, S/PDIF, optical, ethernet, Wi-Fi 5 dan Bluetooth 5.0. Remote control-nya bahkan turut dilengkapi NFC sehingga pengguna dapat mendekatkan smartphone ke remote untuk meneruskan konten ke TV.

Tentu saja harganya tidak murah. Di Tiongkok, Xiaomi memasarkannya seharga Rp 26,5 juta, dan itu membuat saya agak sangsi bahwa ke depannya perangkat ini bakal dijual di Indonesia. Pasalnya, produk-produk Xiaomi di sini sudah sangat dikenal ramah kantong sampai-sampai harga Mi 10 sempat membuat banyak konsumen mengernyitkan dahi. Salah satu TV yang Xiaomi jual di tanah air sekarang, yaitu Mi TV 4, juga dibanderol cukup terjangkau.

Sumber: Xiaomi dan GizmoChina.

Cara Mengubah Smartphone Xiaomi Jadi Remote TV dan AC

Boleh ragu, tapi pada faktanya Anda bisa mengubah smartphone Android menjadi remote TV, AC, smart box atau peralatan lain yang dikendalikan dengan remote control. Di tutorial ini, saya khusus akan menggunakan smartphone bermerk Xiaomi yang memang secara default dilengkapi aplikasi Mi Remote.

Continue reading Cara Mengubah Smartphone Xiaomi Jadi Remote TV dan AC

[Review] Xiaomi Mi TV 4 55 Inci: TV Android 4K HDR10 dengan Harga Murah

Xiaomi merupakan sebuah perusahaan yang saat ini sangat dikenal dengan produk smartphone-nya. Namun seiring dengan waktu, Xiaomi pun juga sudah lama merambah ke pasar IoT. Salah satu produk IoT yang mereka miliki adalah televisi pintar atau SmartTV. Dan yang baru saja mereka luncurkan di Indonesia adalah Mi TV 4.

Mi TV 4 yang datang ke meja pengujian tim DailySocial adalah yang memiliki dimensi 55 inci. Dengan layar 4K yang mendukung HDR10+ membuatnya memiliki gambar yang sangat baik. TV yang satu ini sudah dilengkapi dengan speaker 20 watt yang mendukung Dolby dan DTS-HD. Yang terpenting, TV Pintar ini sudah dilengkapi dengan sistem operasi Android 9!

Mi TV 4 55 inch - Android TV Launcher

Mi TV 4 55 inci memiliki spesifikasi seperti berikut ini:

SoC AMLogic T960X-H
CPU 4 x Cortex A53 1,4 GHz
GPU Mali 450 MP3
RAM 2 GB
Internal 8 GB
Layar 55 inci VA 4K
Speaker 2×10 watt
Dimensi 1242 x 775.7 x 269.54 mm
Bobot 13 kg
OS Android 9 dengan PatchWall 3.0

Hasil dari CPU-Z nya adalah sebagai berikut

Jika dilihat, spesifikasi yang ada memang seperti perangkat Android 3 sampai 4 tahun yang lalu. Jadi, kita bisa membayangkan Mi TV 4 sebagai tablet lawas tanpa layar sentuh dengan dimensi 55 inci dihiasi dengan launcher buatan Xiaomi sendiri, yaitu Patchwall 3.0.

Xiaomi menjual TV ini dengan harga yang murah. Di saat kebanyakan TV 55 inci dengan kemampuan resolusi 4K dijual dengan rentang harga lima jutaan, Mi TV pun menjual TV nya di bawah rentang harga tersebut. Dengan harga asli Rp. 4.999.000 dan menggunakan sistem operasi Android 9, tentu saja TV milik Xiaomi ini bakal menjadi pilihan.

Desain

Hal pertama yang terlihat saat Mi TV 4 dibuka adalah bingkainya. TV pintar ini memiliki bingkai yang lebih tipis dibandingkan beberapa perangkat yang ada di kelasnya. Bingkai kecil juga kerap disamakan dengan dimensi yang sedikit lebih kecil sehingga lebih ramping. Hal ini juga menambah keindahan desain sebuah televisi.

Mi TV 4 55 inch - Remote

Tombol yang ada pada TV ini hanya satu, yaitu terletak pada bagian bawah tengah. Tombol tersebut berfungsi sebagai tombol power utama. Selanjutnya semua pengoperasian akan dilaksanakan dengan menggunakan remote. Pengguna juga dapat mengendalikan konten TV pintar ini dengan menggunakan sebuah smartphone yang terkoneksi melalui bluetooth.

Remote yang ada juga sangat minim dengan tombol. Hanya ada tombol daya, Google Assistant, direksional, OK, MI untuk menampilkan Patchwall, backhome untuk menampilkan launcher Android TV, Netflix, Amazon Prime, dan volume naik turun. Pada remote ini juga terdapat sebuah microphone yang melengkapi fungsi Google Assistant. Hal tersebut membuat beberapa perintah TV bisa digunakan dengan suara, seperti mematikan TV.

Mi TV 4 55 inch - Video USB Port

Mi TV 4 juga memiliki kemampuan untuk menghadirkan gambar dengan resolusi 4K dan HDR 10 bit. Untuk suaranya, TV ini sudah mendukung teknologi Dolby Audio dan DTS-HD. Namun, suaranya tidak bisa keluar dengan maksimal pada speaker bawaan yang memiliki 2×10 watt tersebut, sehingga untuk dapat menikmatinya harus menggunakan speaker tambahan.

TV ini juga memiliki port untuk video, audio, serta kelengkapan lainnya di bagian belakangnya. Semua port tersebut dibagi menjadi dua tempat. Untuk tempat pertama, TV ini menyediakan 3 port HDMI, 2 port USB 2.0, dan antenna. Selanjutnya pada kotak kedua, tersedia port RCA, S/P-DIF, dan RJ45 atau LAN.

Mi TV 4 55 inch - Port Audio LAN

TV ini menggunakan dua launcher, yaitu Android TV dan PatchWall 3.0, dan dapat dipilih sesuai dengan selera masing-masing. Basis dari sistem operasinya adalah Android 9 Pie. Dan dengan menggunakan sistem operasi Android, berarti hadir pula Google Play.

Pengalaman Menggunakan

Terus terang, Mi TV 4 55 inci yang datang ini adalah TV Android pertama yang saya gunakan. Jadi penggunaan TV ini masih cukup meraba-raba. Namun, karena menggunakan sistem operasi Android, sepertinya semua orang yang memiliki smartphone dengan sistem operasi tersebut akan sangat mudah mengenali dan mengoperasikannya.

Saat pertama kali menyalakan, sama seperti menyalakan sebuah smartphone, yaitu membutuhkan waktu sekitar satu menit untuk dapat masuk ke antarmuka dari TV ini. Satu hal yang saya temukan pertama kali adalah lag saat bernavigasi dengan remotenya. Sebuah klik membutuhkan sekitar hampir satu detik untuk bergerak. Hal tersebut entah karena jaringan 2,4 GHz di rumah saya penuh atau memang ada sesuatu yang sedang di-load pada TV ini. Namun yang pasti, sebuah restart menyelesaikan masalah.

Mi TV 4 55 inch - Main Game

Karena merupakan sebuah TV, tentu saja hal pertama yang saya cari adalah saluran TV lokal. Namun, pengguna Mi TV 4 sepertinya tidak lagi perlu menggunakan antenna. Yang sangat dibutuhkan adalah sebuah koneksi internet tanpa kuota, karena streaming TV lokal sudah langsung tersedia pada Mi TV 4, berkat kerjasama mereka dengan Vidio. Hasilnya, TV lokal pun bebas dari gambar berbayang dan bisa ditonton pada resolusi HD.

Selain dari Vidio, perangkat ini juga sudah terpasang Netflix dan Amazon Prime yang bisa digunakan dengan melakukan pendaftaran berbayar ke web masing-masing. Tidak hanya dua layanan itu saja, IFlix dan CatchPlay Plus juga sudah terinstal pada TV ini, sehingga total ada lima layanan streaming pihak ketiga yang terpasang. Dengan sistem operasi Android, tentu saja Youtube sudah terpasang langsung beserta service dari Google.

Hal yang sangat menarik dari sebuah TV Android tidak lain adalah hadirnya Google Play. Pengguna pun juga dapat menginstal aplikasi dan juga game. Tinggal membeli gamepad dengan kemampuan bluetooth, game seperti Real Racing 3 dan Asphalt 8 pun bisa dimainkan dengan sangat nyaman. Dan ternyata, AMLogic T960X-H pun sudah lebih dari cukup untuk menjalankan game-game tersebut.

Mi TV 4 55 inch - Patchwall

Namun, Google Play yang ada juga berbeda dengan yang ada pada tablet dan smartphone. Aplikasi yang ada sudah dikurasi sesuai dengan kemampuan dari TV tersebut. Google juga sudah membatasi kemampuan TV ini untuk melakukan download APK, sehingga menyulitkan penggunanya untuk melakukan instalasi file tersebut. Namun, “menyulitkan” bukan berarti tidak bisa dilakukan.

Kecilnya ruang penyimpanan yang disediakan oleh Xiaomi pada TV ini tentu tidak menyulitkan para penggunanya untuk membuatnya menjadi lebar. Saya sangat menyarankan untuk membeli sebuah USB 3.0 flash disk yang nantinya akan dijadikan untuk memperlebar kapasitasnya, khususnya untuk instalasi game. Saya sengaja menancapkan USB flash disk 2.0 generik dengan kecepatan sekitar 14 MB dan loading game Asphalt membutuhkan sekitar 15 menit!

Saat menonton video pada TV ini, ada satu hal yang akan mengganggu semua orang yang menggunakan TV biasa. Tidak ada seting brightness dan contrast pada Mi TV 4, yang ada ialah setting dynamic backlight untuk menaikkan dan menurunkan tingkat cahaya serta profile warna. Tombol untuk langsung ke seting tersebut pun tidak ada, sehingga untuk melakukan seting saat menonton video, harus menyetop tontonan terlebih dahulu.

Mi TV 4 55 inch - Setting

Hal yang sama berlaku pula untuk seting suara, yang juga tidak bisa secara manual melakukan kontrol terhadap Dolby. Apalagi, speaker yang ada pada TV ini (ada di sisi bawah) sepertinya kurang mampu mengeluarkan suara yang mendetail yang biasa ada saat mendengarkan dengan Dolby. Bahkan pada beberapa video, suaranya tidak terlalu keras walaupun volume sudah paling tinggi.

TV ini menggunakan layar dengan jenis VA (Vertical Allignment) yang diproduksi oleh China Star Optoelectronics Technology (CSOT) yang merupakan kerjasama TCL dengan Samsung. Dengan mendukung standar HDR 10 bit, membuat kontrasnya terasa lebih baik dan warnanya cukup “keluar”. Gambarnya pun juga tajam saat saya menggunakan film laga dengan resolusi 4K tanpa kompresi.

Secara keseluruhan, saya sangat puas menonton konten video pada Mi TV 4 55 inci ini. Apalagi, dengan melakukan sedikit instalasi, saya dapat menginstal beberapa aplikasi Android yang tidak ada pada Google Play. Walaupun begitu, cukup banyak aplikasi Android yang tidak bisa berjalan dengan baik pada TV yang satu ini.

Aplikasi benchmark adalah salah satu yang saya instal pada Mi TV 4. Untuk mengetahui kinerja dari TV ini, silahkan lihat hasilnya berikut ini:

TV ini menghasilkan kinerja dari sebuah tablet lawas. AMLogic T960X-H sendiri masih menggunakan empat inti prosesor Cortex A53 berkecepatan 1,4 GHz dengan GPU Mali 450. Hal ini pula lah yang menyebabkan konten game untuk TV ini pada Google Play cukup terbatas. Walaupun begitu, TV tetaplah TV! Jika ingin bermain game yang lebih baik, Anda tinggal membeli sebuah konsol seperti PS4!

TV ini juga sudah memiliki chromecast langsun didalamnya. Jika Anda memiliki sebuah smartphone, tentu saja tampilannya bisa langsung dihubungkan secara nirkabel ke Mi TV 4. Jadi, hal ini juga bisa menjadi sebuah solusi untuk bermain game Android yang lebih berat serta dapat menonton video dengan kapasitas yang lebih besar.

Mi TV 4 55 inch - USB Drive

Terakhir, dari semua kenyamanan yang saya alami, ada satu berita yang kurang menggembirakan dari Xiaomi India. Konon, Mi TV 4 55 inci tidak akan mendapatkan update sistem operasi Android TV. Hal ini kemungkinan karena SoC yang digunakan tidak mendukung sistem operasi Android 10. Walaupun begitu, marilah kita berharap bahwa Mi TV 4 55 inci yang ada di Indonesia bakal mendapatkan update sistem operasi yang lebih baru, tidak hanya update Patchwall saja.

Verdict

Dalam memilih sebuah TV, tentu saja membuat konsumen harus memikirkan fungsi-fungsinya. Harga juga menjadi sebuah penentu seseorang dalam membeli sebuah TV. Permasalahan ini pun dipecahkan oleh Xiaomi dengan menelurkan Mi TV 4 55 inci yang memiliki harga murah dan feature yang lebih lengkap: Android!

TV yang satu ini bisa dikatakan memiliki fungsi yang lengkap. Layar dengan resolusi 4K HDR10, suara dengan Dolby dan DTS-HD, kemampuan untuk melakukan instalasi berbagai aplikasi, kendali suara, Chromecast, dan masih banyak lagi. Semua itu bisa dikendalikan dari satu remote dan bahkan dari perangkat smartphone para penggunanya.

Kinerja yang dimiliki oleh TV ini memang seperti sebuah perangkat Android lawas di tahun 2015-an. Namun, kinerja seperti ini sudah lebih dari cukup untuk membuat TV ini dapat bermain game dan menonton konten video 4K. Semua game yang ada pada Google Play dapat berjalan dengan cukup baik tanpa gangguan yang berarti.

Xiaomi memang selalu mengganggu harga pasaran perangkatnya. Mi TV 4 55 inci ini hanya dijual dengan harga Rp. 4.999.000 saja! Hal ini tentu saja membuatnya menarik karena rata-rata harga TV 4K yang ada saat ini masih berada di atas lima jutaan. Hal ini membuat Mi TV 4 55 inci menjadi salah satu TV pintar yang memiliki feature terlengkap dengan harga yang murah!

Sparks

  • Panel dengan gambar yang bagus
  • Sistem operasi Android
  • Kinerja yang mumpuni
  • Harga terjangkau
  • Kapasitas internal bisa dilebarkan dengan flash disk
  • Remote minimalis namun fungsional

Slacks

  • Speaker kurang kuat
  • Shortcut untuk pengaturan setting tidak ada
  • Aplikasi pada Google Play masih terbatas

Samsung Luncurkan TV Outdoor Bernama The Terrace

Dibanding produsen TV lain, portofolio Samsung tergolong sangat lengkap. Dari yang normal sampai yang bak lukisan dan yang dapat berganti orientasi, Samsung punya semuanya. Yang terbaru, Samsung bahkan punya TV 4K untuk ditempatkan di luar rumah.

Samsung menamainya The Terrace, dan keunggulan utamanya terletak pada panel QLED-nya yang memiliki tingkat kecerahan maksimum 2.000 nit. Tujuannya tentu saja adalah supaya tayangan tetap terlihat terang dan jelas meski diterpa terik matahari.

Samsung The Terrace

Selain panel dengan tingkat kecerahan di atas normal, keunggulan lain TV ini adalah fisiknya yang tahan cipratan air dan debu dengan sertifikasi IP55. Saya spesifik bilang “cipratan” karena tentu saja TV ini bukan untuk diceburkan ke kolam renang. Meski lebih perkasa dari TV konvensional, The Terrace tetap kelihatan keren berkat bezel setipis 10 mm dan tebal perangkat 59 mm.

Soal konektivitas, TV ini dilengkapi receiver HDBaseT terintegrasi, yang berarti ia bisa menerima transmisi video, audio, sekaligus asupan daya melalui satu kabel Ethernet. Sangat berguna seandainya TV hendak dipakai untuk bermain game di teras belakang, tanpa harus memindah console-nya yang sudah nyaman di dalam rumah.

Samsung The Terrace Soundbar

Duduk di kategori TV outdoor yang tergolong niche, harga The Terrace sudah pasti mahal. Di Amerika Serikat, model 55 incinya dibanderol $3.500, sekitar empat kali lebih mahal daripada TV Samsung sekelas yang tidak tahan air dan tidak seterang The Terrace kalau kata CNET. Selain 55 inci, The Terrace juga tersedia dalam ukuran 65 inci ($5.000) dan 75 inci ($6.500).

Samsung pun tidak lupa menyiapkan Terrace Soundbar untuk menemani TV mahalnya ini, yang pastinya juga tahan cipratan air dengan sertifikasi IP55, serta dibekali Wi-Fi, Bluetooth, sekaligus integrasi Amazon Alexa. Harganya pun tidak kalah mahal: $1.200. Sejauh ini belum ada informasi terkait ketersediaan keduanya di Indonesia.

Sumber: CNET dan Samsung.