Lenovo Luncurkan Dua Laptop Premium Baru di Indonesia, Yoga C940 dan Yoga S740

Lenovo baru saja mendatangkan dua anggota terbaru dari seri laptop Yoga: Yoga C940 dan Yoga S740. Keduanya sama-sama ditenagai oleh prosesor generasi ke-10 Intel, dan itu dikemas dalam desain yang ringkas sekaligus elegan guna memikat kalangan konsumen urban.

Di antara keduanya, Yoga C940 yang mengadopsi model convertible adalah yang mempunyai daya tarik lebih tinggi. Layar sentuh 14 incinya pun cukup istimewa, dengan resolusi 4K sekaligus dukungan penuh atas konten-konten HDR maupun Dolby Vision, menjadikannya ideal bukan cuma untuk bekerja saja.

Melengkapi layar tersebut adalah soundbar mini dengan sertifikasi Dolby Atmos yang disembunyikan di dalam engsel layar, dan posisinya pun dapat diputar guna menyesuaikan ke arah mana layarnya menghadap. Untuk sesi-sesi inspiratif, Yoga C940 mengemas stylus terintegrasi yang punya slot sendiri di sisi kanan perangkat.

Lenovo Yoga C940 / Lenovo
Lenovo Yoga C940 / Lenovo

Yoga S740 di sisi lain memberikan penawaran yang lebih sederhana. Dimensi layarnya sama 14 inci, akan tetapi resolusinya mentok di 1080p saja. Kendati demikian, layarnya ini masih sanggup memutar konten dalam format Dolby Vision andai diperlukan. Speaker-nya, walaupun bukan yang bertipe rotating, juga tetap mengantongi sertifikasi Dolby Atmos.

Urusan performa, kedua laptop ini punya spesifikasi yang cukup identik: prosesor Intel Core i7-1065G7, GPU terintegrasi Intel Iris Plus, dan RAM LPDDR4X 16 GB. Yang berbeda adalah kapasitas SSD-nya; 1 TB pada C940, dan 512 GB pada S740.

Lanjut mengenai baterai, di sinilah giliran S740 yang memimpin. C940 dengan layar 4K-nya diyakini mampu beroperasi sampai 9,5 jam pemakaian, sedangkan S740 bisa sampai 15 jam. Ya, resolusi layar memang merupakan salah satu faktor dengan pengaruh terbesar terhadap daya tahan baterai.

Lenovo Yoga S740 / Lenovo
Lenovo Yoga S740 / Lenovo

Kedua perangkat sama-sama dibekali sistem otentikasi biometrik. C940 dengan sensor sidik jari, sedangkan Yoga S740 dengan kamera infra-merah. Kamera milik S740 ini rupanya cukup cerdas; saat ia tidak mendeteksi adanya orang di hadapannya selama beberapa detik, log-off sistem akan diaktifkan secara otomatis.

Contoh lainnya, selagi memutar video dan penontonnya tiba-tiba pergi meninggalkan perangkat, kamera yang mendeteksinya akan menginstruksikan sistem untuk menghentikan video, lalu melanjutkannya lagi setelah penontonnya kembali.

Semua itu dikemas dalam sasis aluminium yang tipis sekaligus ringan; C940 dengan tebal hanya 14,1 mm dan bobot 1,35 kg, sedangkan S740 dengan tebal 18,1 mm dan bobot 1,45 kg. Keduanya sengaja dirancang untuk menunjang mobilitas tinggi masing-masing konsumen.

Baik Lenovo Yoga C940 maupun Yoga S740 saat ini sudah dipasarkan melalui sejumlah mitra ritel sekaligus e-commerce Lenovo. Yoga C940 dihargai Rp 25,5 juta, sedangkan Yoga S740 lebih terjangkau di angka Rp 18 juta.

[Review] Acer Swift 7: Kinerja Tinggi pada Laptop yang Tipis Banget!

Perlombaan untuk membuat perangkat laptop menjadi lebih tipis sepertinya belum selesai. Dengan semakin tipis sebuah laptop, tentu desainnya menjadi lebih cantik dan juga stylish. Akan tetapi, biasanya hal tersebut mengorbankan beberapa aspek, seperti kinerja dan juga panas yang dihasilkan.

Acer Swift 7 -

Akan tetapi, hal tersebut sepertinya sudah dipikirkan masak-masak oleh Acer dengan mengeluarkan seri terbaru dari Acer Swift 7 di tahun 2019 ini. Dengan ketebalan yang hanya 9.95 mm saja, Acer Swift 7 2019 ini disematkan spesifikasi yang sangat mumpuni untuk dipakai dalam bekerja.

Spesifikasi lengkapnya adalah sebagai berikut

Prosesor Intel Core i7 8500Y (2C4T @ 1.5 GHz, Turbo 4.2 GHz)
GPU Intel UHD 615
RAM 16 GB LPDDR3
Storage SSD 512 GB
Layar 14 inci 1920×1080 IPS
OS Windows 10
Bobot 890 gram
Dimensi 317.5 x 190.5 x 9.95 mm
Baterai 3 cell 36 Wh 2770 mAh

Satu yang cukup disayangkan pada spesifikasi yang diberikan adalah pemasangan RAM dengan mode single channel. Hal ini tentu saja mengurangi kinerja keseluruhan dari laptop Swift 7 ini. Tentunya, hal tersebut memang harus dilakukan mengingat dimensi dari laptop ini yang sangat tipis, sehingga tidak dapat menempatkan slot memori kedua.

Spesifikasi menurut CPU-Z dan GPU-Z adalah sebagai berikut

Unboxing

Di dalam kotak paket penjualannya, akan ditemukan perlengkapan sebagai berikut

Acer swift 7 - Unboxing

Acer Swift 7 - Case Unbox

Desain

Pertama kali membuka paket penjualannya yang terlihat cukup premium, saya tidak percaya dengan apa yang saya lihat. Sebuah Ultrabook dengan dimensi yang sangat tipis. Namun saat mengeluarkannya, terasa bahan plastik karbonat yang menyelimuti sekujur tubuh Swift 7 ini. Walaupun begitu, body dari Acer Swift 7 tidak terasa ringkih, justru cukup kokoh karena memiliki rangka aluminium.

Acer Swift 7 - Tipis

Saat saya mengangkat Acer Swift 7 pun juga seperti mengangkat sebuah amplop yang berisikan kertas A4. Yup, seringan itu. Bobotnya tidak mencapai 1 kg, sehingga sangat nyaman untuk dibawa ke mana saja. Bahkan dengan form factor 13 inci, Acer berhasil membuat Swift 7 memiliki layar dengan dimensi yang lebih tinggi.

Layar tersebut memiliki dimensi 14 inci karena Acer mengecilkan bingkai yang ada pada bagian samping dan atas-bawahnya dengan ukuran hanya 2,57 mm. Layarnya sendiri memiliki resolusi 1920×1080 dengan jenis IPS dan bisa dioperasikan dengan menyentuhnya. Untuk lebih tahan terhadap goresan, Swift 7 sudah dilindungi dengan Gorilla Glass 6.

Acer Swift 7 - Sisi Kiri

Oleh karena bingkai yang kecil, tentu saja kameranya harus diletakkan pada tempat yang berbeda. Acer pun menaruhnya pada ruang di atas keyboard, yang sayangnya akan membuat orang seperti sedang mendongak ke atas saat melakukan panggilan video. Namun hal ini tentu saja cukup unik karena Acer tidak mengurangi feature yang ada pada sebuah laptop.

Keyboard yang ada pada Acer Swift 7 juga terasa cukup nyaman untuk digunakan. Acer mendesain setiap tuts sedikit lebih besar dari keyboard pada umumnya. Feedback dari keyboard-nya sendiri juga terasa responsif sehingga nyaman digunakan untuk mengetik secara cepat.

Acer Swift 7 - Webcam

Dengan desain yang tipis ini, tentu saja tidak ada ruang untuk menaruh kipas. Menggunakan prosesor seri Y memang membuat pendinginnya tidak memerlukan hembusan angin dari kipas. Jadi, tidak akan ada suara berisik yang datang dari dalam laptopnya.

Pada sisi kiri laptop ini hanya terdapat sebuah port audio 3,5 mm beserta dengan dua buah LED untuk notifikasi baterai dan penunjuk bahwa perangkat ini sedang menyala. Pada bagian kanan terdapat dua port Thunderbolt 3 yang secara standar sama dan kompatibel dengan dan USB-C.

Acer Swift 7 - Sisi Kanan

Pengujian

Acer Swift 7 2019 menggunakan prosesor Intel Core i7 8500Y yang khusus dibuat oleh Intel agar dapat berjalan tanpa kipas. Dengan kecepatan 1,5 GHz, prosesor dua inti dan empat thread ini bisa berjalan di kecepatan 4,2 GHz dalam kondisi tertentu. TDP-nya sendiri di-rating pada 7 watt.

Dengan menggunakan Intel UHD 615, Acer Swift 7 sudah dapat menjalankan berbagai game lama dan ringan. Namun, jangan berharap menjalankan game AAA yang baru saja keluar. Untuk menjalankan software yang membutuhkan hardware acceleration, tentu saja iGP yang dimiliki sudah mumpuni.

Untuk memperlihatkan kinerjanya, saya kembali menghadirkan Ryzen 3300U. Tentu saja bukan karena ingin membuat sebuah perbandingan yang tidak seimbang, hanya untuk menunjukkan seberapa baik kinerja dari prosesor yang dipasang saat dipakai untuk bekerja. Berikut adalah perbandingannya

Baterai

DailySocial menguji laptop yang satu ini berdasarkan berapa lama sebuah perangkat bisa menonton file video 1080p. Perlu diketahui bahwa tidak satu tes baterai pun yang mampu memberikan hasil yang sama dengan penggunaan sehari-hari. Hanya saja, sebuah riset pernah dilakukan untuk mengukur pemakaian sebuah laptop. Hasilnya, untuk nonton video, laptop yang satu ini ternyata hanya bisa bertahan selama 2 jam 54 menit. Tentu saja saat digunakan dalam menggunakan Office ringan, hasilnya bisa jadi lebih lama. Tetapi jika digunakan untuk melakukan rendering video, sepertinya akan lebih cepat habis.

Verdict

Desain Ultrabook memang mengharuskan sebuah perangkat harus tipis. Oleh karena itu, dimensinya semakin tipis dari pertama kali Intel mengumumkan standarisasinya. Dan saat ini, Acer pun berhasil membuat laptop yang lebih tipis lagi lewat Swift 7.

Kinerja yang ditawarkan oleh Acer Swift 7 2019 ini memang sangat mumpuni untuk digunakan bekerja maupun melakukan editing gambar ringan. Hal tersebut tanpa harus khawatir laptopnya akan menjadi panas, karena menggunakan Intel seri Y. Game-game ringan juga dapat dimainkan pada laptop ini.

Acer melabel Swift 7 dengan harga Rp. 29.999.000. Harganya memang lebih tinggi dibandingkan yang dijual di luar negeri. Namun untuk para pecinta mode dan style, harga tersebut tentunya tidak terlihat mahal.

Sparks

  • Tipis!
  • Tanpa kipas
  • Bezel tipis
  • Kinerja cukup baik
  • Responsif
  • Ringan

Slacks

  • Harus membeli converter tambahan untuk USB-A, SD Card, dan lainnya
  • Tentunya, desain tersebut harus dibayar dengan harga yang cukup tinggi
  • Tombol Del yang terlalu dekat dengan Backspace

Samsung Ungkap Dua Laptop Flagship Baru, Galaxy Book Flex dan Galaxy Book Ion

Samsung punya dua laptop baru, Galaxy Book Flex yang convertible, dan Galaxy Book Ion yang konvensional (non-touchscreen). Diperkenalkan pada ajang Samsung Developers Conference 2019, kedua laptop ini siap menyasar pasar high-end menjelang akhir tahun nanti.

Dibandingkan laptoplaptop Samsung sebelumnya, Flex dan Ion mengusung desain yang menurut saya lebih elegan. Keduanya sama-sama tipis dan ringan, serta tersedia dalam varian dengan layar 13,3 inci dan 15,6 inci yang sama-sama dikitari oleh bezel cukup tipis. Layarnya ini cukup istimewa meski resolusinya hanya 1080p.

Istimewa karena panel yang digunakan adalah QLED, jenis panel yang selama ini Samsung gunakan pada sejumlah TV mahalnya. Flex dan Ion merupakan laptop pertama yang menggunakannya, dan Samsung mengklaim layar QLED ini mampu mereproduksi warna secara lebih akurat. Tingkat kecerahan mksimumnya juga amat tinggi di angka 600 nit.

Samsung Galaxy Book Flex

Keunikan lain Flex dan Ion tersembunyi pada touchpad-nya. Sepintas touchpad-nya kelihatan biasa saja, akan tetapi dengan menekan shortcut pada keyboard, touchpad tersebut dapat beralih fungsi menjadi sebuah wireless charger. Ya, Anda bisa mengisi ulang baterai smartphone atau smartwatch yang mendukung Qi wireless charging hanya dengan meletakkannya di atas touchpad milik laptop ini.

Satu hal yang perlu dicatat, tentu saja touchpad jadi tidak bisa berfungsi selagi menjadi wireless charger. Namun saya bisa membayangkan kegunaan fitur ini ketika laptop sedang dipakai untuk menonton, atau ketika digunakan selagi ada mouse yang tersambung.

Samsung Galaxy Book Ion / Samsung
Samsung Galaxy Book Ion / Samsung

Melanjutkan tradisi sebelumnya, Flex yang mengemas layar sentuh turut dibekali dengan S Pen, yang ternyata mempunyai ‘rumah’ sendiri di samping kanan perangkat. S Pen yang dibawa pun merupakan generasi terbaru seperti yang kita jumpai pada seri Galaxy Note 10, yang telah dilengkapi sensor gerakan sehingga kita bisa menerapkan berbagai gesture selagi menggenggamnya.

Urusan spesifikasi, Flex dan Ion juga termasuk mumpuni. Keduanya sama-sama menggunakan prosesor Intel generasi ke-10, akan tetapi Flex sedikit lebih unggul berkat arsitektur Ice Lake yang lebih baru, bandingkan dengan Ion yang menggunakan Comet Lake. RAM-nya dapat dikonfigurasikan hingga 16 GB, sedangkan SSD tipe NVMe-nya hingga 1 TB.

Samsung Galaxy Book Ion

Khusus varian 15 incinya, konsumen bisa memilih untuk menambahkan dedicated GPU, spesifiknya Nvidia GeForce MX250. Terkait daya tahan baterainya, Samsung tidak berbicara banyak kecuali menyebut kedua laptop ini telah ‘lulus’ dari program Intel Project Athena, yang sejatinya memberikan jaminan bahwa baterainya tergolong awet.

Seperti yang saya bilang, Samsung Galaxy Book Flex dan Galaxy Book Ion bakal mulai dipasarkan pada bulan Desember nanti di beberapa negara. Banderol harganya masih belum disebutkan, tapi sudah pasti di atas $1.000.

Sumber: Samsung.

Laptop Premium Asus, Zenbook S UX392 Diperkenalkan Publik, Harganya 31 Juta Rupiah

Bersamaan dengan ZenBook Flip 13 UX362, Asus juga merilis laptop premium mereka yang harganya cukup fantastis, setidaknya untuk laptop non gaming dan berbasis Windows. Adalah Asus Zenbook UX392 nama dari perangkatnya.

Jika Anda mendengar harganya dan belum menyentuh produknya, mungkin akan terheran-heran mengapa begitu mahal. Namun, sebagai laptop dengan ukuran layar hampir 14 inci, ultrabook ini memang bisa dibilang layak untuk menyandang harga demikian. Tidak hanya dari sisi desain dan material serta tampilan layar yang nyaris tanpa bezel, tetapi juga dari sisi spesifikasi.

Zenbook S UX392

Desain cantik untuk kalangan pebisnis

Tampilannya yang simple, tegas dan tidak neko-neko memberikan kesan yang terkesan dingin namun cocok untuk teman bekerja karena terasa tangguh. Meski ukurannya kecil namun di tampilan keyboard masih bisa menampilkan tombol panah, touch pad dilengkapi dengan sidik jari untuk fitur keamanan yang terkoneksi dengan Windows Hello.

Salah satu daya jual yang ditawarkan oleh Asus untuk perangkat ini adalah slim, dengan tebal 12.9mm dengan bobot 1.1 kg. Kemudian sisi layar juga menjadi salah satu daya jual, layar FHD 13.9 inci ini cukup menonjol karena bezel dari perangkat cukup tipis. Asus menyebutkan screen-to-body ratio-nya hingga 97%.

Zenbook S UX392

Desain ramping ini tentunya menjadi nilai lebih untuk para pebisnis yang masih memerlukan laptop untuk dibawa bepergian dalam urusan kerjaan. Bahan aluminium yang menyelilmuti body-nya juga hadir dengan durabilitas karena telah menerima sertifikasi uji ketahanan standar militer MIL-STD-91OG. Unit yang saya liat kemarin berwarna perak, namun Asus juga menyediakan warna lain yaitu Utopia Blue.

Dari sisi konektivitas atau port, perangkat ini menyediakan port USB 3.1 Gen2 Type-A serta 2 USB 3.1 Gen2 Type-C dengan kecepatan transfer data diklaim Asus sampai 10Gbps. Port Type-C ini juga mendukung display output dan power delivery. Tersedia pula 1 MicroSD port dan jack audio.

 

Spesifikasi teknis

Nah, berbicara performa, tentu saja laptop yang masuk kategori ultabook dan ditujukan untuk pebisnis harus mumpuni dengan spesifikasi yang tinggi. Zenbook S UX392 hadir dengan dukungan prosesor Intel Core i7-8565U 4,6GHz lalu 16GB LPDDR3 Ram serta penyimpanan 1TB M.2 NVMe PCle SSD. Sedangkan graphics ada Nvidia GeForce MX150 dengan 2GB GDDR5 VRAM dan Integrated Intel HD Graphics 620.

Untuk baterai sendiri disematkan baterai dengan kapasitas 50Wh yang diklaim dapat digunakan sampai 15 jam (tentunya ini tergantung pemakaian). Di atas kertas, spesifikasi ini akan mampu untuk diajak bekerja mendukung produktivitas, sesuai dengan segmen yang ingin disasar.

Acara rilis kemarin memang tidak menyediakan tempat untuk mencoba atau hands-on, saya hanya bisa mencoba keyboard, merasakan bobot body dan mengangumi desain dari jarak dekat. Tentunya untuk memberikan nilai harus dilakukan uji secara mendalam. Namun kesan pertama yang saya dapatkan adalah cocok untuk ditujukan bagi segmen pebisnis. Bentuknya yang kecil tapi tidak kekecilan dan compact akan menyenangkan untuk dibawa kemana saja. Spesifikasi yang powerful dengan keyboard yang cukup nyaman dan touchpad yang cukup lebar akan bisa mendukung pekerjaan.

Harga Zenbook S UX392 ini dijual dengan angka Rp30.999.000 dengan garansi global 2 tahun.

Zenbook S UX392

HP Elite Dragonfly Adalah Laptop Kelas Bisnis yang Menyamar Sebagai Ultrabook Berpenampilan Modis

Laptop kelas bisnis umumnya jarang yang menggunggulkan aspek estetika. Selama fitur dan spesifikasinya cukup untuk menunjang kebutuhan bekerja, konsumen seharusnya sudah cukup puas. Namun anggapan semacam itu rupanya tidak mencegah HP merancang laptop bisnis yang menawan.

Dinamai HP Elite Dragonfly, ia merupakan laptop convertible dengan layar yang bisa dilipat 360 derajat. Penampilannya mungkin belum semenawan Spectre x360, tapi tetap sangat berkelas untuk ukuran laptop kelas bisnis. Bukan cuma itu, ia rupanya juga amat portable.

HP Elite Dragonfly

Laptop dengan sasis berbahan magnesium ini memiliki bobot total hanya 990 gram, sedangkan tebal bodinya berkisar 1,61 cm. Ringan pun tidak harus berarti ringkih; Elite Dragonfly diklaim sudah memenuhi pengujian ketahanan berstandar militer. HP bahkan sudah menambatkan kaca Gorilla Glass 5 sebagai pelapis terluar layarnya.

Layarnya sendiri merupakan panel sentuh berukuran 13,3 inci, dengan pilihan resolusi 1080p atau 4K. Yang cukup istimewa, HP juga bakal memasarkan varian yang panel layarnya dilengkapi teknologi Low Power Display racikan Intel, yang disebut hanya memerlukan asupan daya sebesar 1 W, sehingga pada akhirnya baterai perangkat jadi bisa tahan lebih lama.

HP Elite Dragonfly

Benar saja, dipadukan dengan baterai berkapasitas 56,2 Wh, Elite Dragonfly diyakini mampu beroperasi sampai 24,5 jam nonstop dalam sekali pengisian. Angka pastinya tentu saja bergantung pada konfigurasi spesifikasi yang dipilih konsumen, dan baterai 56,2 Wh itu pun juga termasuk salah satu komponen opsional yang HP tawarkan – kapasitas baterai default-nya cuma 38 Wh.

Pilihan prosesor yang tersedia sendiri mencakup Core i3, Core i5, atau Core i7, semuanya prosesor seri U dari generasi ke-8 Intel (Whiskey Lake). RAM LPDDR3 berkapasitas 16 GB turut menemani, demikian pula pilihan SSD berkapasitas dari 128 GB sampai 2 TB.

HP Elite Dragonfly

Urusan konektivitas, Elite Dragonfly tidak mengecewakan terlepas dari wujudnya yang ringkas. Selain satu port USB-A dan HDMI, terdapat sepasang port USB-C (satu di antaranya merupakan port Thunderbolt 3). Wi-Fi 6 dan Bluetooth 5 merupakan standar, sedangkan modem 4G LTE dijadikan penawaran opsional bagi yang membutuhkan.

Sesuai tradisi HP, laptop ini turut dibekali speaker berlabel Bang & Olufsen. Tepat di ujung kanan bawah keyboard-nya, terdapat sensor sidik jari terintegrasi. Lalu di atas layarnya, ada webcam 720p yang dilengkapi cover fisik, cocok untuk konsumen yang sangat mementingkan privasi.

Pemasaran HP Elite Dragonfly dijadwalkan berlangsung mulai 25 Oktober mendatang. Di Amerika Serikat, harganya dibanderol mulai $1.549 untuk konfigurasi terendahnya.

Sumber: AnandTech.

Generasi Terbaru Razer Blade Stealth Akhirnya Pantas Disebut Sebagai Gaming Ultrabook

Sejak generasi pertamanya diungkap tiga tahun lalu, Razer Blade Stealth selalu dikategorikan sebagai ultrabook ketimbang gaming laptop. Itu dikarenakan Blade Stealth selalu bergantung pada GPU eksternal, dan varian yang dibekali kartu grafis dedicated baru muncul menjelang akhir tahun kemarin.

Tahun ini situasinya berbeda. Untuk pertama kalinya, Razer dengan bangga menyebut generasi terbaru Blade Stealth sebagai gaming ultrabook, dan itu semua berkat GPU Nvidia GeForce GTX 1650 yang tersematkan pada sasis tipisnya. Ya, meski makin berotot, tebal Blade Stealth edisi teranyar ini masih di kisaran 210 mm, dan bobotnya pun tak lebih dari 1,5 kg.

Razer Blade Stealth 13 (Late 2019)

Menemani kartu grafis tersebut adalah prosesor Intel generasi kesepuluh (Ice Lake), spesifiknya Core i7-1065G7 yang berinti empat, tidak ketinggalan juga RAM LPDDR4 16 GB beserta storage tipe PCIe M.2 512 GB. Layarnya sendiri merupakan panel 13,3 inci yang diapit oleh bezel amat tipis, dengan pilihan resolusi 1080p atau 4K (touchscreen).

Perihal konektivitas, Blade Stealth tergolong cukup murah hati. Selain sepasang port USB 3.1 (Type-A), terdapat pula sepasang port USB-C yang salah satunya merupakan port Thunderbolt 3. Wi-Fi 6 dan Bluetooth 5.0 turut menjadi penawaran standar pada semua varian Blade Stealth generasi terbaru ini.

Razer Blade Stealth 13 (Late 2019)

Fitur-fitur pelengkapnya meliputi webcam 720p yang kompatibel dengan Windows Hello, serta empat buah speaker yang mendukung Dolby Atmos. Razer juga bakal menawarkan Blade Stealth varian Mercury White yang tidak dilengkapi kartu grafis dedicated dan hanya mengandalkan GPU bawaan prosesor (Intel Iris), sekaligus yang kapasitas penyimpanannya dipangkas separuh menjadi 256 GB.

Varian Mercury White itu adalah yang paling terjangkau di $1.500, sedangkan dua varian lainnya dibanderol $1.800 (1080p) dan $2.000 (4K). Tiga konfigurasi Razer Blade Stealth 13 ini rencananya bakal dipasarkan mulai akhir bulan September mendatang.

Sumber: Razer.

Samsung Galaxy Book S Usung Chipset Qualcomm Snapdragon 8cx dan Daya Tahan Baterai 23 Jam

Bersamaan dengan peluncuran Galaxy Note 10, Samsung turut merilis sebuah laptop baru bernama Galaxy Book S. Perangkat ini meneruskan jejak Galaxy Book 2 yang dirilis tahun lalu, mengubah sedikit konsepnya sekaligus menyempurnakan spesifikasinya.

Hilang sudah kickstand terintegrasi di punggung perangkat serta keyboard yang berperan ganda sebagai cover layar, digantikan sepenuhnya oleh keyboard yang menyatu dengan keseluruhan bodi Galaxy Book S. Ya, laptop terbaru Samsung ini tak bisa lagi disebut sebagai pendompleng Microsoft Surface Pro.

Meski tidak lagi convertible, Galaxy Book S masih dibekali layar sentuh dengan bentang diagonal 13,3 inci dan resolusi 1080p. Keseluruhan sasisnya terbuat dari bahan aluminium, dan dimensinya tergolong ringkas untuk ukuran laptop berlayar 13 inci: tebalnya cuma 11,8 mm, dan bobotnya hanya 0,96 kg.

Samsung Galaxy Book S

Di sektor spesifikasi, Galaxy Book S datang membawa chipset Qualcomm Snapdragon 8cx. Chipset yang dibuat dengan proses fabrikasi 7 nm ini mengandalkan prosesor octa-core dengan clock speed 2,84 GHz + 1,8 GHz. RAM LPDDR4X berkapasitas 8 GB turut mendampingi, demikian pula pilihan storage internal 256 atau 512 GB. Ekspansi storage dapat diwujudkan via bantuan kartu microSD, dengan dukungan kapasitas maksimum 1 TB.

Dibandingkan Galaxy Book 2 yang ditenagai chipset Snapdragon 850, Galaxy Book S diklaim menawarkan performa prosesor 40% lebih kencang, performa grafis 80% lebih gegas, serta memory bandwith yang lebih melimpah. Semua itu tanpa harus mengandalkan kipas pendingin di dalam bodi Galaxy Book S, dan tentu saja perangkat ini masih menganut prinsip always on, always connected (tersambung ke jaringan LTE).

Samsung Galaxy Book S

Ini berarti perangkat bisa dinyalakan secepat membuka layar smartphone atau tablet. Terkait daya tahan baterai, Galaxy Book S diyakini mampu beroperasi hingga 23 jam nonstop saat digunakan untuk menonton video. Cukup mengesankan mengingat peningkatan performa biasanya juga diikuti oleh penurunan efisiensi, tapi rupanya kasusnya tidak demikian di sini.

Rencananya, Samsung Galaxy Book S akan dipasarkan mulai bulan September mendatang, dengan banderol harga mulai $999. Pilihan warna yang tersedia ada dua: Earthy Gold atau Mercury Gray.

Sumber: Samsung.

Dell XPS 13 2-in-1 dan XPS 15 Generasi Baru Unggulkan Bezel Layar Tipis Tanpa Berkompromi Soal Letak Webcam

Kalau bukan karena Dell XPS 13, dunia mungkin bakal lebih terlambat mengenal laptop dengan bezel layar super-tipis. Namun sering kali sebuah terobosan harus berbuah kompromi, dan dalam kasus Dell XPS 13, komprominya adalah letak webcam di posisi yang jauh dari kata ideal.

Setelah hampir empat tahun, kompromi tersebut akhirnya berhasil dieliminasi. Pada ajang CES di bulan Januari kemarin, Dell menyingkap generasi terbaru XPS 13 dengan webcam yang berada di posisi ideal, dan di ajang Computex baru-baru ini, Dell turut menerapkannya pada XPS 13 2-in-1 beserta XPS 15.

Rahasianya terletak pada upaya Dell untuk merancang modul webcam-nya sendiri. Dengan diameter cuma 2,25 mm, modul webcam ini jauh lebih mungil dari biasanya, tapi di saat yang sama, kualitasnya tidak harus memburuk akibat keterbatasan ruang. Modul yang sama itu akhirnya juga mampir ke XPS 13 2-in-1 dan XPS 15.

Dell XPS 13 2-in-1

Menariknya, usaha Dell rupanya tidak berhenti sampai di situ saja. Mereka juga membenahi sejumlah elemen desain XPS 13 2-in-1, mulai dari engsel yang lebih superior, sampai keyboard dan trackpad baru.

Keyboard-nya kini telah memanfaatkan teknologi MagLev seperti yang terdapat pada XPS 15 2-in-1, sedangkan ukuran trackpad-nya membesar. Secara keseluruhan, dimensi XPS 13 2-in-1 memang sedikit lebih besar ketimbang sebelumnya, akan tetapi ini juga dikarenakan oleh perubahan pada layarnya.

Di sini Dell menjejalkan panel 13,4 inci dengan aspect ratio 16:10 (sama lebarnya, tapi lebih tinggi). Pilihan resolusinya masih sama, antara full-HD atau 4K. Di sisi lain, XPS 15 yang juga telah mengemas webcam baru kini turut ditawarkan dalam varian berlayar OLED yang superior perihal reproduksi warna.

Dell XPS 15

Spesifikasinya tentu juga ikut mendapat penyegaran. Untuk XPS 13 2-in-1, Dell memercayakan prosesor Intel generasi ke-10 (Ice Lake) yang diklaim 2,5 kali lipat lebih bertenaga daripada sebelumnya. Varian termahalnya juga mencakup RAM 32 GB serta SSD PCIe 1 TB, dan baterainya sendiri diklaim bisa tahan sampai 16 jam pemakaian.

Untuk XPS 15, Dell mengandalkan prosesor 8-core Intel generasi ke-9, dan varian termahalnya yang mengusung layar OLED 4K juga bisa dikonfigurasikan dengan GPU Nvidia GTX 1650 beserta RAM sebesar 64 GB.

Rencananya, generasi anyar Dell XPS 13 2-in-1 ini bakal segera dipasarkan dengan harga mulai $999, sedangkan XPS 15 sudah mulai dijual dengan banderol mulai $999, atau paling murah $1.899 untuk yang mengusung layar OLED.

Sumber: Ars Technica dan The Verge.

[Review] Zenbook UX433: Kencang Berbadan 13 inci dengan NumPad

ASUS memulai tahun 2019 ini dengan meluncurkan beberapa laptop yang ditujukan untuk para pengguna premium. Laptop premium ASUS sendiri masih memiliki nama Zenbook, yang memiliki desain lebih tipis dari seluruh laptop yang mereka miliki. Selain tipis, Zenbook juga kerap memiliki bobot yang lebih ringan sehingga mudah dibawa kemana-mana.

Zenbook UX433 -

Dari tiga jenis laptop tipis yang diluncurkan oleh ASUS, DailySocial pun kedapatan Zenbook UX433 dengan dimensi layar 14 inci. Zenbook UX433 yang kami dapatkan memiliki bezel yang sangat tipis yang membuat dimensi laptop secara keseluruhan mirip dengan laptop 13 inci. Hal unik lainnya adalah tersedianya tombol numerik pada laptop tipis ini.

Zenbook lini terbaru ini menurunkan desain yang didapat dari ASUS Zephyrous, yang memanfaatkan layar untuk menaikkan badan laptop. Hal ini tentu membuat aliran udara untuk mendinginkan prosesor lebih baik tanpa harus menambah ketebalan laptop.

Laptop ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:

Prosesor Intel Core i7 8565U 4C/8T 1,8 GHz up to 4,6 GHz
GPU Intel UHD 620 / NVIDIA MX150
RAM 16 GB LPDDR3 Single Channel
Storage SSD 512 GB PCIe
Layar 14 inci 1920×1080 LED Backlit
OS Windows 10
Bobot 1.19 KG
Dimensi 319 x 199 x 15,9 mm
Baterai 3 cell 50 Wh Li-Poly

Dengan menggunakan prosesor Intel dengan arsitektur Whiskey Lake, membuat kinerja komputasi lebih baik. Selain itu, menggunakan graphics card dari NVIDIA MX150 pun membuat kinerja grafis pada laptop ini bisa menjalankan beberapa game dengan cukup baik.

Untuk hasil dari CPU-Z dan GPU-Z adalah sebagai berikut:

Di dalam paket penjualannya ditemukan charger yang memiliki bobot ringan.

Zenbook UX433 - Charger

Desain

Model yang DailySocial dapatkan kali ini adalah berwarna biru tua atau kalau bahasa kekiniannya adalah Navy Blue. ASUS sendiri menamakannya Royal Blue. Dan seperti kebanyakan notebook ASUS, pada sisi atasnya diukir dengan motif garis-garis lengkungan bundar yang membuatnya terlihat elegan. Saat dipegang, ternyata notebook ini menggunakan bahan metal pada badannya.

Zenbook Classic UX433 saat ini memiliki sertifikasi militer sehingga memiliki ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan laptop sekelas. ASUS sudah melakukan pengujian dengan menjatuhkan laptop ini dengan ketinggian tertentu, tes pada suhu tinggi dan rendah, dan lain sebagainya.

Ada beberapa fitur yang sepertinya hilang pada Zenbook Classic UX433 ini. Pertama, laptop ini tidak memiliki fungsi layar sentuh. Selain itu, pada sisi kanan ini masih terdapat sebuah USB 2.0, bukannya memperbanyak USB 3.0. Untuk yang satu ini, ASUS mengatakan bahwa untuk menambah sebuah USB 3.0, mereka harus memperbesar SoC yang ada dengan menambah satu chip lagi.

Selain kekurangan tersebut, ada banyak kelebihannya. Salah satunya adalah sistem ergolift yang mengangkat badan laptop dengan menggunakan ujung bawah dari badan layar hingga membentuk sudut 3 derajat. Hal ini akan meningkatkan tiga hal: ruang untuk pendinginan, ruang untuk meningkatkan kualitas audio dari speaker Harman Kardon, serta meningkatkan tingkat ergonomis dari keyboard-nya.

Pada bagian layarnya terdapat empat bezel tipis yang bernama NanoEdge Design. Dengan sisi kanan dan kirinya yang hanya 2.9 mm serta 3.3 mm pada bagian atas dan bawahnya membuat layarnya memiliki rasio layar berbanding badan sebesar 92%.

Hal unik lainnya adalah NumberPad. Setelah tidak ditemukan lagi cara untuk menempatkan numpad, ASUS pun menempatkan fungsi yang selalu ditemukan pada keyboard penuh pada touchpad-nya. Fungsi ini juga dapat dinyalakan dan dimatikan dengan menekan tombol pada sisi kanan atas touchpad-nya. Jadi, mereka yang suka bekerja dengan menggunakan numpad tentu dapat dengan mudah menggunakan Numberpad.

Laptop ini sudah menggunakan sistem operasi Windows 10 asli. Hal tersebut merupakan kerja sama ASUS dan Microsoft yang menyediakan sistem operasi asli pada setiap laptop ASUS.

Pengujian

ASUS Zenbook Classinc UX433 menggunakan platform Intel  Whiskey Lake dengan prosesor dual core Intel Core i5-8565U dengan TDP 15 watt. Dengan core terbaru dari Intel tersebut, tentu saja laptop ini sangat bertenaga. Prosesor ini memiliki empat inti dengan delapan threads, sehingga seperti memiliki sebuah komputer desktop saja.

Untuk mengerjakan grafis tingkat tinggi, laptop ini sudah dilengkapi dengan NVIDIA GeForce MX150. Dengan grafis tersebut, tentu saja laptop ini dapat menjalankan game-game dengan setting medium ke bawah. Sayangnya, karena keterbatasan waktu, kami tidak sempat melakukan pengujian game.

Baterai

DailySocial menguji laptop yang satu ini berdasarkan berapa lama sebuah perangkat bisa menonton file video 1080p. Perlu diketahui bahwa tidak satu tes baterai pun yang mampu memberikan hasil yang sama dengan penggunaan sehari-hari. Hanya saja, sebuah riset pernah dilakukan untuk mengukur pemakaian sebuah laptop. Hasilnya, untuk nonton video, laptop yang satu ini ternyata hanya bisa bertahan selama 14 jam 23 menit! Tentu saja saat digunakan dalam menggunakan Office ringan, hasilnya bisa lebih lama. Tetapi jika digunakan untuk bermain game, sepertinya akan lebih cepat habis.

Verdict

Sebuah laptop dengan dimensi yang kecil kerap memiliki kinerja prosesor yang tinggi, namun tidak pada sisi grafis. Oleh karena itu, ASUS pun memberikan solusi dengan mengeluarkan serangkaian laptop tipis dengan nama Zenbook Classic. Ada tiga jenis, UX333, UX433, dan UX533.

Zenbook UX433 - Top

Kinerja yang dimiliki oleh laptop tipis ini memang tidak bisa diremehkan. Dengan menggunakan prosesor terbaru dari Intel membuatnya lebih kencang untuk mengerjakan pekerjaan seperti office dan editing foto. Untuk pengerjaan lainnya dengan menggunakan solusi grafis, seperti editing video dan 3D, laptop ini juga cocok karena menggunakan NVIDIA GeForce MX150.

Bermain game pada laptop ini juga bisa dilakukan dengan baik karena grafis dari NVIDIA. Namun, jangan berharap bahwa kinerjanya akan menjadi lebih baik karena MX150 tidak dapat menjalankan game dengan setting rata kanan. Jika menggunakan setting low, di atas kertas akan banyak game yang dapat dijalankan.

RAM yang ada pada laptop ini, sayangnya, ada pada mode single channel, yang membuatnya tidak dapat bekerja secara maksimal. Selain itu, tidak ada pilihan untuk menambahkan RAM sehingga tidak dapat dijalankan dalam mode dual channel.

Harga yang ditawarkan oleh ASUS untuk Zenbook UX433 ini bervariasi, namun untuk model yang kami uji, nilainya adalah Rp. 22.999.000. Harganya memang cukup tinggi, namun sepertinya cukup standar untuk sebuah laptop berdimensi tipis.

Sparks

  • Kinerja tinggi
  • Ergolift
  • Tidak panas
  • Daya tahan baterai tinggi
  • Charger cukup ringan
  • Numberpad
  • Standarisasi Militer

Slacks

  • Harga cukup mahal
  • USB 2? Sepertinya lebih baik langsung USB 3 saja
  • Belum layar sentuh

ASUS Luncurkan Zenbook Classic UX 333, 433, dan 533

Awal tahun 2019 dimulai oleh ASUS dengan meluncurkan seri Zenbook terbaru, yaitu Zenbook 13 UX 333, Zenbook 14 UX 433, dan Zenbook 15 UX 533. ASUS menyebut laptop tipis terbarunya ini dengan lini Zenbook Classic karena merupakan penerus dari Zenbook yang pertama mereka luncurkan.

ASUS Zenbook Classic - Launch

Peluncuran ketiga jenis laptop tersebut diadakan pada hotel Pullman Central Park pada tanggal 17 Januari 2019. Sasarannya adalah para generasi muda yang aktif, kaum millenial, dan para konten kreator agar lebih produktif dalam aktivitasnya sehari-hari. Kami pun sudah pernah melakukan sneak peek pada ketiga laptop ini sebelumnya.

ASUS Zenbook Classic - Ergolift

Laptop ini sudah ditenagai dengan prosesor Intel Core i7 generasi 8 dengan arsitektur Whiskey Lake, sehingga memiliki kinerja yang tinggi. Beberapa model juga dilengkapi dengan NVIDIA GeForce MX150 atau GTX 1050. Asus membuatnya dengan bahan yang kuat sehingga ketiganya diklaim mengantongi sertifikasi Military Grade MIL-STD-810G. Oleh karena itu, seharusnya laptop-laptop ini memiliki tingkat ketahanan yang sangat tinggi.

ASUS Zenbook Classic - UX433

Ketiga laptop ini hadir dengan tiga warna berbeda, yaitu Royal Blue, Icicle Silver, dan Burgundy Red. Pada model tertentu, ASUS sudah menyematkan fasilitas NumberPad, sebuah tombol numpad yang ada pada touchpad-nya, sehingga pengguna yang masih membutuhkan numpad dapat menggunakannya dengan mudah.

Asus menjual ZenBook Classic UX 333 dan UX 433 ini mulai dari harga Rp 15.299.000 untuk ZenBook 13 UX333F dan ZenBook 14 UX433 yang menggunakan Intel Core i5 dan SSD 256GB. Untuk ZenBook 13 dan ZenBook 14 yang menggunakan storage 512GB dijual Rp 18.299.000. Sementara ZenBook 13 dan ZenBook 14 dengan Core i7 dijual Rp 22.999.000.

ASUS Zenbook Classic UX333

Harganya Sama?

Cukup membingungkan, ASUS menjual Zenbook UX333 dan UX433 dengan harga yang sama. Padahal, keduanya memiliki dimensi layar yang berbeda. Biasanya, dimensi layar 14 inci dijual lebih mahal dari 13 inci.

ASUS Zenbook Classic - QnA

Jimmy Lin, South East Asia Regional Director dari ASUS mengatakan bahwa mereka memang sengaja membuat harganya sama. Hal ini dikarenakan ASUS melihat banyak yang menginginkan layar dengan dimensi 13 inci dan 14 inci. Hal tersebut membuat mereka ingin para konsumen memilih antara keduanya.

Sepertinya, ASUS sedang ingin melakukan tes pasar. Mereka sepertinya ingin mengetahui dimensi mana yang lebih banyak dibeli oleh konsumen di Indonesia. Hal tersebut dilakukan tentunya agar dapat menentukan strategi di masa depan. Lalu, yang mana yang akan Anda beli? Zenbook dengan dimensi layar 13 inci, 14 inci, atau 15 inci?