Cara Nonton Film Gundala Online

Menikmati hiburan di era serba terhubung sekarang ini bukanlah perkara sulit. Ada banyak pilihan yang bisa digunakan, di antaranya program streaming berbayar dari Hooq, atau paket streaming dari Catchplay dan juga iFlix yang juga ikut bermain di ceruk yang sama.

Kalau masih kurang, saya tambahkan Vidio, layanan streaming premium lain yang menawarkan program-program menarik mulai dari film dalam negeri, luar negeri dan olahraga. Salah satu film yang bisa Anda nikmati dan cukup in sekarang adalah Gundala.

Menonton film Gundala secara legal ternyata tidak harus mahal. Bahkan di Vidio, Anda tidak hanya dapat menikmati film ini, melainkan sejumlah program keren lain dengan biaya berlangganan mulai Rp 10.000 untuk 7 hari berlangganan. Murah, kan?

Cara menonton Gundala di Vidio bagi yang baru saja gabung, cukup mudah.

  • Lebih mudah saya menyarankan Anda untuk mengunduh aplikasi Vidio.com di Play Store.
  • Install kemudian jalankan aplikasi, jangan lupa daftar akun.
  • Setelah itu, temukan banner penawaran film Gundala atau gunakan fitur pencarian jika Anda tidak mendapatinya di halaman depan.

Screenshot_20200130-165709_Vidio(1)

 

  • Tap judul filmnya, kemudian tap tombol Play Now.

Screenshot_20200130-165715_Vidio(1)

  • Karena film Gundala termasuk program premium, maka Anda harus melakukan pembelian paket premium sebelum dapat menikmatinya. Pilih paket yang ditawarkan oleh Vidio di layar Anda.

Screenshot_20200130-165723_Vidio(1)

  • Lalu Anda akan dihantarkan ke proses pembayaran, pilih metode pembayaran yang menurut Anda paling mudah.

Screenshot_20200130-165753_Vidio(1)

  • Di kasus ini, saya memilih metode pembayaran memakai Dana.

Screenshot_20200130-165805_Vidio(1)

  • Berikutnya Anda akan diminta memasukkan nomor ponsel, kode OTP dan juga PIN Dana.

Screenshot_20200130-165830_Vidio(1)

  • Kemudian lakukan konfirmasi untuk yang terakhir kali.

Screenshot_20200130-170241_Vidio(1)

  • Selesai, pembayaran dinyatakan tuntas.

Screenshot_20200130-170254_Vidio(1)

Setelah tahap pembayaran selesai, Anda bisa kembali ke aplikasi Vidio dan menonton film Gundala atau film-film lain yang termasuk ke dalam paket yang Anda beli.

Selamat menonton!

Indonesia’s Battle of Video Streaming Platforms

There are many video streaming service platforms running the business in Indonesia, whether it’s local, regional, or global-sized. Although it’s considered niche, particularly targeting the young generation, their position is getting steady in the market.

The pioneer in this service, Netflix, might be the most premium player among the others, starts acquiring local content creators to lead the Indonesian market. What happened with Netflix, can be the blueprint for similar services.

Streaming platform in Indonesia

The regional players with a long history in Indonesia are Hooq and Iflix. Both have local affiliations to help coverage to this growing market share.

Since the beginning, Hooq that is focused on providing content from Hollywood, Asia, and Indonesia, has done some transformations, including the additional linear channel [cable TV], local listing, and Indonesian original content. A similar strategy is applied by Iflix. Although with a similar business model, both platforms are claimed to have a significant distinction.

“Since its debut to this day, Iflix has been through some transformations. Starts from the exclusive content to the Indonesian old movies. We’re now focused on providing Indonesian original content as well from other countries in Asia. It’s no longer focused on Hollywood products, this concept is expected to acquire a broader segment from the middle to lower class,” Iflix’ Executive Director, Cam Walker.

Related to the free linear channel and local listing in the platform, Cam thought the strategy is effective to create an alternative entertainment for users. The free streaming option is said to be a certain charm for the target market.

“By providing free streaming, they can directly increase the number of new users who are eventually willing to pay. This concept is quite effective.”

video streamign platform

Hooq on the other side, that is used to have the most Indonesian movies and series, starts adding up categories from their linear channels. They also provided some channels of cable TV to be available in Indonesia. Those channels are deliberately provided on Hooq based on demand and partnerships.

Hooq Indonesia’s Country Head, Guntur Siboro said that Hooq is still aiming to provide Indonesia’s original content and stay open for partnerships with related parties to expand and acquire users.

Similar to Hooq and Iflix, Vidio, a streaming platform under Emtek Group, starts showing Indonesia’s original content. The main distinction is in the premium sports content as users demand.

However, the fact that it’s occasional, Vidio wouldn’t be focused on sports alone.

“We also have more benefits under the Emtek Group ecosystem, which also includes two of Indonesia’s biggest TV stations [SCTV and Indosiar]. Thus, we can show what’s dear to the Indonesian population into the platform. Not only TV series but also variety shows and the music programs,” Vidio’s Chief of Content, Tina Arwin said.

Trend and the future

Indonesian market that has yet to mature makes it difficult to determine the leading platform in Indonesia. Not only Hooq and Iflix but also Vidio has to compete with many platforms that offer competitive prices or affordable subscriptions.

In the future, Tina Arwin sought there will be more Indonesia’s original content to be shown on various platforms. While the Hollywood content is still a monopoly game for US-based platforms, such as Netflix and Amazon Prime Video.

A similar answer said by Cam Walker. As he observed from Iflix point of view that is focused on providing Indonesia’s original content, this is such an effective way to gain more users who are mostly in the middle to the low economy. While for the premium segment, still go with Netflix subscriptions or Cable TV.

Another highlight that is predicted to happen in the next few years is the M&A of some platforms. Recently, Iflix has secured investment from MNC Group, while in August MNC Group also launched its own streaming platform. When the competition gets ugly, the M&A potential will be very wide open.

Eventually, all depend on the marketing strategy, partnerships, and high-quality original content to acquire more users. Even though this segment is still open for fresh ideas, the complex industry constellation makes it hard for the new local player to compete.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Persaingan Platform “Video Streaming” di Indonesia

Ada banyak platform video streaming service yang beroperasi di Indonesia, baik yang beroperasi secara lokal, regional, maupun global. Meskipun kehadiran mereka masih tergolong niche, khususnya menyasar kalangan muda, positioning mereka cukup kuat di target pasar tersebut.

Pelopor layanan ini, Netflix, meski terbilang paling premium di antara semua layanan, mulai merangkul kreator konten lokal demi menjangkau pasar Indonesia. Apa yang dilakukan Netflix bisa dibilang menjadi blue print bagi layanan serupa untuk merangkul pasar ini.

Platform streaming di Indonesia

Platform regional yang sudah lama beredar di Indonesia adalah Hooq dan Iflix. Keduanya memiliki afiliasi lokal untuk membantu merebut pangsa pasar yang mulai tumbuh ini.

Sejak awal berdiri, Hooq yang fokus menghadirkan konten asal Hollywood, Asia hingga Indonesia, telah melakukan berbagai transformasi, termasuk di dalamnya tambahan linear channel [televisi kabel], local listing, hingga konten original Indonesia. Cara serupa juga diterapkan Iflix. Meskipun memiliki kesamaan dari sisi model bisnis, kedua platform tersebut mengklaim memiliki perbedaan yang signifikan.

“Sejak awal berdiri hingga saat ini, Iflix telah mengalami beberapa transformasi. Mulai dari tayangan eksklusif hingga konten film bioskop lawas Indonesia. Kini fokus kami adalah menghadirkan konten original Indonesia dan negara lainnya di Asia. Tidak lagi fokus kepada produk Hollywood, dengan konsep ini diharapkan bisa merangkul lebih banyak segmentasi menengah ke bawah untuk menggunakan Iflix,” kata Executive Director Iflix Cam Walker.

Terkait linear channel dan local listing yang gratis dalam platform, menurut Cam strategi tersebut cukup efektif untuk menghadirkan alternatif hiburan untuk pengguna. Pilihan menonton secara gratis disebutkan masih menjadi daya tarik tersendiri bagi target pengguna.

“Dengan menghadirkan tayangan secara gratis, secara langsung bisa menambah jumlah pengguna baru yang pada akhirnya bersedia membayar. Konsep seperti ini cukup efektif kami terapkan.

Sementara itu Hooq, yang sebelumnya memiliki konten film dan serial televisi Indonesia paling banyak, mulai menambah pilihan baru dari linear channel mereka. Salah satunya adalah memindahkan beberapa channel yang tersedia di layanan TV kabel yang sudah tersedia di Indonesia. Channel pilihan tersebut sengaja dihadirkan Hooq berdasarkan demand dan jalinan kemitraan.

Menurut Country Head Hooq Indonesia Guntur Siboro, saat ini Hooq masih terus berupaya untuk menghadirkan konten original Indonesia dan membuka berbagai kemitraan dengan pihak terkait untuk memperluas dan menambah jumlah pengguna Hooq.

Serupa dengan Hooq dan Iflix, Vidio, platform streaming yang dikembangkan Emtek Group, mulai banyak menampilkan konten original Indonesia. Perbedaan signifikan Vidio berada pada konten olahraga premium yang diminati pengguna.

Namun karena sifatnya yang musiman, Vidio tidak mau terpaku ke konten olahraga saja.

“Kami juga memiliki keuntungan lebih karena masuk dalam ekosistem Emtek Group yang di dalamnya terdapat dua stasiun televisi besar di Indonesia [SCTV dan Indosiar]. Dengan demikian kami bisa menampilkan program televisi yang menjadi favorit masyarakat Indonesia ke dalam platform. Bukan hanya serial televisi dan sinetron, melainkan juga variety show hingga program musik lainnya,” kata Chief Content Vidio Tina Arwin.

Tren dan masa depan

Masih belum mature-nya pasar Indonesia menyulitkan untuk bisa mengetahui siapa platform unggulan di Indonesia. Baik Hooq, Iflix, maupun Vidio harus bersaing dengan berbagai platform yang menawarkan harga berlangganan cukup miring dan terbilang terjangkau.

Ke depannya Tina Arwin melihat akan lebih banyak lagi konten original Indonesia yang bakal dihadirkan oleh berbagai platform. Sementara konten Hollywood masih menjadi monopoli platform asal Amerika Serikat, seperti Netflix dan Amazon Prime Video.

Pernyataan serupa disebutkan Cam Walker. Dilihat dari kacamata Iflix yang cukup fokus menghadirkan konten original Indonesia, cara-cara seperti ini diklaim cukup ampuh menarik lebih banyak pengguna baru yang kebanyakan berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Sementara segmen premium cenderung masih memilih untuk berlangganan Netflix atau televisi berlangganan.

Hal menarik lainnya yang diprediksi bakal terjadi beberapa tahun ke depan adalah terjadinya aksi M&A beberapa platform. Baru-baru ini Iflix mendapatkan suntikan dana dari MNC Group, sedangkan bulan Agustus lalu MNC Group juga meluncurkan platform streaming sendiri. Jika persaingan makin sengit, potensi M&A makin terbuka.

Pada akhirnya semua akan kembali ke strategi pemasaran, dukungan kemitraan, dan konten original berkualitas untuk menarik lebih banyak pengguna. Meski tidak menutup peluang hadirnya ide-ide segar di segmen ini, konstelasi industri yang kompleks cukup menyulitkan pemain lokal baru untuk bersaing.

Melihat Masa Depan Layanan “Video Streaming” di Indonesia

Makin besarnya minat kalangan muda untuk mengonsumsi konten secara digital menjadi salah satu alasan mengapa saat ini layanan video streaming makin banyak pilihannya. Di Indonesia sendiri belum banyak platform yang menyediakan layanan terpadu untuk kreator konten dan video streaming.

Melihat potensi tersebut, Vidio mencoba untuk fokus menjadi platform lokal yang tidak hanya berfungsi sebagai wadah untuk kreator konten baru di tanah air, tetapi juga platform hiburan berisi konten-konten untuk pengguna di Indonesia.

Di sesi #SelasaStartup kali ini, Deputi CEO Vidio Hermawan Sutanto mengungkapkan tantangan terbesar bersaing dengan platform populer dan bagaimana masa depan layanan video streaming di Indonesia.

Bagaimana platform lokal bersaing

Salah satu upaya yang bisa dilakukan sebuah perusahaan digital untuk bisa bersaing dengan platform asing raksasa seperti YouTube adalah bagaimana platform pesaing tersebut bisa tampil lebih unggul atau menawarkan value proposition.

Cara yang bisa dilakukan adalah memberikan kesempatan bagi kreator konten untuk mempromosikan kreasi mereka tanpa harus bersaing dengan kreator konten yang sudah memiliki traffic dan jumlah pengikut yang besar. Mengedepankan konsep challenge, Vidio menyadari benar pentingnya bagi pembuat konten untuk mendapatkan traffic dan mempromosikan kreasi mereka secara organik.

Saat ini layanan video streaming hingga live streaming sudah banyak pilihannya, namun hanya sedikit yang menawarkan tayangan eksklusif. Untuk bisa menjangkau semua kalangan, Vidio menghadirkan konten olahraga yang hanya bisa dinikmati khusus pelanggan Vidio.

“Karena fokus kita hanya Indonesia, menjadi mudah bagi kami untuk menentukan konten atau tayangan apa yang paling menarik perhatian pengguna. Kami juga siap membantu brand hingga publisher yang ingin mempromosikan produk mereka lebih cepat sesuai kebutuhan,” kata Hermawan.

Vidio memiliki tim internal yang membangun dan mengembangkan aplikasi. Hal tersebut menjadi keuntungan lebih bagi kreator konten dan brand yang ingin menghadirkan konten yang dikustomisasi.

“Saat ini video streaming masih menjadi pilihan bagi pengguna dan kreator konten, sehingga ke depannya saya melihat bakal lebih masif lagi jumlah konten kreator di Indonesia yang bakal memanfaatkan platform seperti Vidio. Dari sisi pengguna ke depannya bukan hanya tayangan eksklusif, tapi juga demand untuk melihat konten yang segar dan berkualitas akan menjadi daya tarik utama,” tutup Hermawan.

Application Information Will Show Up Here

[Panduan Pemula] Cara Upload Video ke Vidio.com

Vidio.com menjadi salah satu pemain lokal yang masih bertahan dalam industri konten streaming di antara himpitan pemain-pemain raksasa seperti YouTube, Netflix, Hooq dan iFlix.

Karena eksistensinya yang mulai mendapatkan tempat, Vidio.com bisa jadi tempat bermain baru bagi para pembuat konten yang selama ini barangkali lebih fokus ke YouTube, terutama yang menelurkan karya bercita rasa lokal.

Untuk meng-upload video ke Vidio.com juga ternyata tidak sesulit dan sekaku yang saya pikirkan. Sobat yang belum pernah mencoba bisa simak tutorial ini untuk mendapatkan insight sebenarnya.

  • Instal dulu aplikasinya dari Play Store.
  • Jalankan dan daftar terlebih dahulu menggunakan email atau nomor ponsel.
  • Setelah daftar, tap menu Account lalu tap ikon kamera.

Cara Upload Video ke Vidio (1)

  • Pilih salah satu opsi yang muncul, upload video baru dari kamera atau upload dari galeri.

Cara Upload Video ke Vidio (2)

  • Saya memilih Gallery, lalu muncullah jendela baru yang akan menampilkan koleksi video di dalam memori. Pilih salah satu yang hendak diupload.

Cara Upload Video ke Vidio (3)

  • Selanjutnya isi judul, deskripsi, tag dan grup. Jika sudah selesai, tap tombol Upload Video.

Cara Upload Video ke Vidio (4)

  • Tunggu saat sistem mengunggah video ke server.

Cara Upload Video ke Vidio (6)

  • Selesai, kini video Anda sudah tampil dan bisa mulai ditonton oleh seluruh pengguna Vidio.com.

Cara Upload Video ke Vidio (7)

Sangat mudah dan lebih sederhana ketimbang layanan sebesar YouTube.

Vidio Aims for 30 Million Monthly Active Users to Intensify Additional Content

A video streaming app, Vidio, aims for 30 million monthly active users / MAU during this year. The premium based additional content and partnership with telco become the current priorities to acquire new users.

“We’re sure to exceed 30 million this year, because we’ve reached the milestones when Asian Games at 25 million (MAU). The download rate is unstable, but we’re sure to achieve it when we expand to the new content,” Vidio’s CEO, Sutanto Hartono said, Friday (3/22).

Based on Sutanto’s data, Vidio content has been watched for over 2.1 billion with 12.5 billion minutes total duration during last year.

“Our users are organic, not subscribers. This year we’ll add more partnership with telco.”

Vidio’s Deputy CEO, Hermawan Sutanto added, Vidio’s sport content is considered complete than the other video streaming players. From 21 free to air channel, mostly are sports.

“We can get the first position for sports channel because of last year’s events which mostly exclusive. We can grow into 20 million MAU naturally without any partnership with other telco,” he added.

Vidio has three kinds of services for users. First, there are 21 free-to-air local tv channels accessible for users. They also create in-house TV program live to complete the category.

Second, video on demand (VOD) consists of sinetron, films and series, news, sports, entertainment, music, and others. During September 2018 – February 2019, the most played content is sinetron (26.7%), films and series (17.9%), news (10.9%), sports (10.5%), and entertainment (9.6%).

Last, the subscription content (Vidio Premier) consists of international channels, such as sports, live TV, series, and films. It was launched on November 3rd, 2018. Sutanto’s mouth still sealed regarding Vidio Premier’s achievement.

In order to start the monetizing, Vidio starts to invest much for original content production this year. It’s from the collaboration of two production houses, Sinemart and Screen Play Films.

In addition, he also said Vidio is on process to partner with telco for bundling with data plans. This strategy should acquire more subscriber at a time.

Currently, the subscription fees to enjoy all Vidio content costs Rp30 thousand to Rp50 thousand, or Rp10 thousand per day.

“The OTT challenge is to build the habit for subscribing a content, it doesn’t exist. In the developed countries, this habit is getting formed for the OTT players finally provide valuable content. The serial content is intended for those who want to watch in shorter duration.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Vidio Bidik 30 Juta Pengguna Aktif Bulanan, Gencarkan Penambahan Konten

Aplikasi video streaming Vidio menargetkan 30 juta pengguna aktif bulanan (monthly active user / MAU) sepanjang tahun ini. Penambahan konten berbasis premium dan kerja sama dengan operator telekomunikasi menjadi prioritas agar dapat menarik pengguna baru.

“Kami cukup yakin tahun ini bisa tembus di angka 30 juta karena kami sudah sentuh milestone saat Asian Games di angka 25 juta [MAU]. Unduhan aplikasi itu memang naik turun, tapi saat kami mulai ekspansi ke konten-konten baru yakin bisa tembus,” ujar CEO Vidio Sutanto Hartono, Jumat (22/3).

Berdasarkan data yang dipaparkan Sutanto, konten Vidio telah ditonton selama lebih dari 2,1 miliar kali dengan total durasi 12,5 miliar menit sepanjang tahun lalu.

Saat Asian Games 2018 lalu, aplikasi diunduh 60 ribu kali secara rerata tiap harinya.

User kita semua ini hasil dari organik, belum ada yang berbayar. Tahun ini kita mau mulai perbanyak kerja sama dengan telko [operator telekomunikasi -red].”

Deputy CEO Vidio Hermawan Sutanto menambahkan, konten olahraga di Vidio tergolong lengkap dibandingkan pemain video streaming lainnya. Dari 21 tayangan free to air channel, mayoritas adalah tayangan olahraga.

“Kita bisa mendapat posisi pertama untuk tayangan sport karena tahun lalu banyak event-nya dan biasanya ini eksklusif. Kita bisa tumbuh dengan 20 juta MAU itu organik tanpa ada kerja sama tanpa [operator] telko manapun,” kata Hermawan.

Vidio memiliki tiga jenis layanan yang bisa dipilih pengguna. Pertama, ada 21 channel tv lokal free-to-air yang bisa diakses secara gratis oleh pengguna. Vidio juga membuat program TV live secara in house untuk melengkapi kategori.

Kedua, video on demand (VOD) berisi konten sinetron, film dan series, berita, olahraga, entertainment, musik, dan lainnya. Sepanjang September 2018-Februari 2019, konten yang paling banyak ditonton adalah sinetron (26,7%), film dan serial (17,9%), berita (10,9%), olahraga (10,5%), dan hiburan (9,6%).

Terakhir adalah konten berlangganan (bernama Vidio Premier) yang berisi tayangan internasional, baik itu olahraga, live TV, serial, dan film. Layanan ini baru dirilis pada 3 November 2018. Hermawan masih belum mau membeberkan pencapaian Vidio Premier saat ini.

Dalam rangka memulai strategi monetisasi, tahun ini Vidio mulai berinvestasi cukup banyak untuk memproduksi konten serial original. Ini adalah hasil kerja sama dengan dua rumah produksi, yakni Sinemart dan Screen Play Films.

Selain produksi konten original, Hermawan menyebut Vidio tengah memproses kerja sama dengan seluruh operator telekomunikasi untuk bundling dengan paket data. Diharapkan lewat strategi ini dapat menjaring lebih banyak pengguna berbayar secara sekaligus.

Saat ini biaya berlangganan untuk menikmati semua konten di Vidio dibanderol mulai dari Rp30 ribu sampai Rp50 ribu per bulan, atau Rp10 ribu per harinya.

“Tantangan OTT itu adalah membentuk kebiasaan untuk berlangganan setiap menikmati suatu konten, itu yang belum ada. Di negara maju kebiasaan ini mulai terbentuk karena pemain OTT pada akhirnya menyajikan konten yang memberikan value. Konten serial ini kami sengaja sasar untuk menyasar orang yang ingin nonton tapi dengan durasi lebih pendek.”

Application Information Will Show Up Here

Vidio Introduces “Premier” Feature with Exclusive Content

Launched in 2016, Vidio has transformed to be more than just a video platform. At the end of 2018, they create a new innovation for users by launching the Vidio Premier.

Ade Muti Dilapanga, Vidio’s Head of Marketing, said to DailySocial that Vidio Premier is a new feature for premium content, such as football channel airing Premier League, Serie A, La Liga, and others.

“Not only that, Vidio Premier also provide international tv channel, local films, Korean Drama, Hollywood, and so on.”

VOD content to linear channel

Vidio presents the entertainment variant to attract new users, especially those interested in video on demand (VOD) subscription format. Vidio Premier costs around Rp50 thousand per month.

“From VOD to the Linear Channel with various programs, such as sports, entertainment, and kids programs will be available in Vidio Premier,” he said.

In order to enjoy Vidio Premier exclusive programs, users can download the app and choose the Premier sign on the navigation bar. Later, users will be redirected to a specific page. These services are also accessible from the website.

“As a local youth Video Platform, we want to give our best for Indonesian people by providing exclusive and high-quality Premium content,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Vidio Luncurkan Fitur Premier, Hadirkan Konten Eksklusif Berbayar

Sejak diluncurkan pada tahun 2016 lalu, Vidio kini telah bertransformasi menjadi lebih dari sekadar platform video biasa. Akhir tahun 2018 ini, Vidio kembali menghadirkan inovasi baru untuk pelanggan dengan merilis Vidio Premier.

Kepada DailySocial, Head of Marketing Vidio Ade Muti Dilapanga menyebutkan, Vidio Premier adalah fitur terbaru yang menyajikan konten-konten premium seperti kanal sepak bola yang menyiarkan Premier League, Serie A, LaLiga dan lainnya.

“Tidak sampai di situ saja, Vidio Premier juga menyajikan kanal televisi internasional, film lokal, film Korea, Hollywood dan sejenisnya.”

Konten VOD hingga kanal linear

Varian hiburan tersebut sengaja dihadirkan oleh Vidio untuk menarik lebih banyak pengguna baru, khususnya yang berminat dengan format video on demand (VOD) berlangganan. Vidio Premier mengenakan biaya sekitar Rp50 ribu per bulan.

“Dari mulai VOD sampai dengan Linear Channel dengan berbagai program yaitu dari olahraga, hiburan, hingga program khusus untuk anak akan dapat dinikmati di Vidio Premier,” kata Ade.

Bagi pengguna yang ingin menikmati program eksklusif Vidio Premier, bisa mengunduh aplikasinya kemudian memilih tanda Premier pada navigation bar. Selanjutnya pengguna akan diarahkan ke halaman khusus Premier. Layanan tersebut dapat juga diakses dari kanal website.

“Sebagai Video Platform anak bangsa, kami ingin memberikan yang terbaik untuk masyarakat Indonesia dengan cara menyajikan konten Premium eksklusif dan juga berkualitas,” tutup Ade.

Application Information Will Show Up Here