Emtek Kembali Borong Saham Bukalapak Senilai Rp1,1 Triliun

Di tengah volatilitas saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) mengumumkan penambahan kepemilikan saham Bukalapak, dari sebelumnya 850 juta saham (0,82%) menjadi 10,6 juta saham (10,36%). Hal ini sesuai disampaikan dalam keterbukaan perusahaan.

Jumlah saham baru yang dibeli sebanyak 9,8 miliar saham atau setara 9,54%. Transaksi ini menggunakan harga per saham Rp120, sehingga menghasilkan nilai pembelian Rp1,1 triliun. Emtek mengatakan bahwa tujuan transaksi ini adalah untuk investasi jangka panjang.

Sebelumnya kemarin (09/10) sempat santer beredar kabar bahwa Bukalapak mencatatkan crossing sekitar Rp2,08 triliun pada sesi perdagangan sahamnya dengan harga rata-rata Rp155,- (di atas harga rata-rata perdagangan Rp132-Rp150 per saham).

Berdasarkan struktur kepemilikan terakhir per September 2024, pemegang saham terbesar setelah Ant Financial 9,7 miliar saham atau setara 9,4%. Adapun Emtek menjadi pemegang saham terbesar dengan 25,4 miliar saham atau 24,6% kepemilikan.

Penambahan saham Emtek ini sekaligus menggerus saham yang dipegang oleh Ant Financial.

Ini adalah kali kedua grup Emtek mengumumkan “borong” saham Bukalapak. Sebelumnya mereka juga mengumumkan aksi korporasi serupa pada Juni 2022. Melalui anak usahanya PT Kreatif Media Karya (KMK), perseroan membeli 724,30 juta saham atau setara 0,7%. EMTEK pertama kali berinvestasi di Bukalapak dengan memberikan pendanaan seri B pada Februari 2015.

Dinamika Bukalapak

Bukalapak baru-baru ini banyak menjadi buah-bibir, setelah adanya rumor akan diakuisisi oleh raksasa e-commerce asal Tingkok, TEMU. Kendati demikian melalui pernyataan resminya perusahaan mengatakan tidak mengetahui adanya rencana akuisisi tersebut. Rumor ini pun membuat pasar berspekulasi, menjadikan harga saham Bukalapak sempat terseret naik dalam beberapa hari ke belakang.

Di luar isu tersebut, Bukalapak juga baru tinggal salah satu petingginya Teddy Oetomo yang mengundurkan diri dengan alasan personal. Mundurnya Teddy sebagai Direktur/Presiden Bukalapak menjadikan puncak kepemimpinan perseroan kini hanya dinakhodai 3 orang direktur, yakni Willix Halim (CEO), Natalia Firmansyah (CFO), dan Victor Lesmana (Direktur).

Application Information Will Show Up Here

Laporan MPA: Vidio Miliki Lebih dari 4 Juta Pelanggan Berbayar, Jadi yang Terlaris di Indonesia

Laporan terbaru Media Partner Asia (MPA) bertajuk “Asia Pacific Video & Broadband Industry 2024” menyoroti bahwa industri konten video di Asia Pasifik telah mencapai pendapatan $145 miliar di tahun ini dan diperkirakan akan terus bertumbuh sampai $165 miliar di tahun 2028. Industri video terus mengalami pergeseran signifikan dari TV ke platform online dalam hal konsumsi, keterlibatan, dan monetisasi.

Salah satu bisnis yang terdorong atas tren tersebut adalah SVOD (Subscription Video On-Demand). Dari laporan yang sama, per akhir 2023 ini sejumlah penyedia SVOD yang beroperasi di Indonesia telah mendapatkan jutaan pelanggan berbayar. Menurut MPA, saat ini Vidio memiliki jumlah pelanggan premium terbanyak di Indonesia melebihi 4 juta pengguna orang, disusul Viu, Disney+ Hotstar, dan Netflix.

“Setelah melemah pada Q2 2023, pasar SVOD Indonesia telah pulih dengan permintaan yang lebih berkelanjutan berkat konten olahraga, lokal, dan Korea. Konten olahraga dan lokal tetap menjadi mesin utama bagi Vidio yang telah memimpin pertumbuhan kategori pada Q4 tahun 2023 dan diperkirakan akan tumbuh dengan pesat pada tahun 2024 dengan keseluruhan kategori diperkirakan akan menambah 1,3 – 1,4 juta pelanggan baru pada tahun 2024,” ujar CEO Media Partners Asia Vivek Couto.

Sebelumnya MPA juga merilis laporan pada pertengahan tahun ini, mengindikasikan bahwa ada penurunan derastis pelanggan SVOD yang diakibatkan platform video pendek seperti Tiktok. Asia Tenggara hanya menambahkan 7.000 pelanggan baru SVOD pada paruh pertama 2023. Angka tersebut turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 3,7 juta pelanggan, adapun dibandingkan pada paruh kedua 2022, penurunannya jauh lebih tajam sebesar 7 juta pelanggan baru.

Proposisi nilai Vidio

Capaian Vidio ini menjadi preseden baik, pasalnya menjadi satu-satunya platform yang dikembangkan pelaku bisnis lokal (grup EMTEK) yang mampu bersaing di jajaran ranking atas bersama pemain regional dan global. Data MPA sekaligus memvalidasi, bahwa Vidio menjadi satu-satunya platform OTT lokal yang mematahkan dominasi pemain global dengan jumlah subcriber terbesar di seluruh negara Asia (di luar Tiongkok).

“Keberhasilan Vidio untuk dapat mengalahkan dominasi OTT global dan regional sebagai OTT dengan subscriber terbanyak di Indonesia, merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia mampu untuk bersaing dengan pemain kelas dunia, dengan teknologi yang dibangun di dalam negeri dan kemampuan menyajikan ragam konten yang memang sesuai dengan selera masyarakat Indonesia,” ujar CEO Vidio Sutanto Hartono.

Menurut pernyataan yang disampaikan ke DailySocial.id, saat ini demografi pelanggan Vidio terbilang cukup berimbang. Kekuatan konten olahraga banyak didominasi oleh penikmat dari pengguna laki-laki, sementara konten serial drama didominasi audiens perempuan. Sepanjang tahun 2023 ini, Vidio memproduksi 21 judul original series, menjadi yang terbanyak di antara semua pemain OTT yang ada di Indonesia.

Adapun gabungan dari audiens film seri Open BO, Pertaruhan The Series Season 2, dan Merajut Dendam  secara total telah ditonton lebih dari 43 juta kali.

“Vidio berkomitmen menjadi platform OTT yang mengalokasikan investasi terbesar dalam mengembangkan konten lokal sebagai tulang punggung pertumbuhan Vidio ke depan, dan konten lokal ini menjadi pendorong bagi pelanggan untuk terus datang ke platform Vidio. Komitmen ini kami harap bisa turut mendukung pertumbuhan industri konten Indonesia sehingga suatu saat akan mampu untuk menembus pasar internasional,” imbuh Sutanto.

Sebelumnya di awal tahun ini posisi Vidio sempat tertinggal dengan beberapa rivalnya. Mengutip laporan JustWatch, pada Q1 2023 marketshare pasar SVOD lokal dipimpin Netflix dan Disney+ Hotstar dengan masing-masing menggenggam 22%. Sementara Vidio hanya 10%, di bawah iflix+WeTV (16%), dan Viu (12%). Secara umum laporan JustWatch menampilkan lanskap layanan streaming, memeriksa kehadiran pasar, konten, dan keterlibatan pengguna dari berbagai penyedia SVOD.

Strategi mempertahankan pangsa pasar

Industri OTT masih menyimpan potensi besar untuk dikembangkan. Menurut MPA, total pelanggan berbayar OTT per Q3 2023 di Indonesia mencapai 21 juta orang, sementara di Asia Tenggara sebanyak 48 orang. Dengan penetrasi OTT berbayar yang masih di bawah 10% dari populasi, pasar lokal masih terbilang sangat menjanjikan untuk terus dieksplorasi. Sejumlah strategi pun telah direncanakan Vidio untuk mempertahankan pertumbuhan di tahun 2024 mendatang.

Disampaikan, ada dua strategi utama yang terus akan digenjot Vidio guna menghasilkan proposisi nilai yang kuat dalam industri, yakni sebagai berikut:

  • Mempertahankan positioning “home of local original” sebagai OTT di Indonesia yang merilis original series lokal terbanyak.
  • Mempertahankan positioning “home of sports dengan terus menyajikan pertandingan-pertandingan olahraga terbaik; baik lokal maupun internasional.

Tahun 2023 ini, berbagai ajang olahraga unggulan secara live juga ditayangkan oleh Vidio. Mulai pertandingan lokal seperti : BRI Liga 1, Proliga, dan Livoli; hingga ajang internasional seperti Premier League, NBA, UEFA Champions League, Serie A, La Liga, Olimpiade, FIFA World Cup Qatar 2022, dan FIFA U-17 World Cup.

Perusahaan juga terus mengeksplorasi kerja sama strategis bersama para  mitranya, termasuk Grab dan Sinarmas yang belum lama ini turut masuk ke putaran pendanaan senilai Rp633 miliar. Salah satu kerja sama yang sudah berjalan berupa paket bundling Vidio yang tersedia di layanan Grab + OVO dan jaringan grup Sinarmas (Smartfren, MyRepublic, dan Dana).

Application Information Will Show Up Here

Bobobox Dikabarkan Galang Pendanaan Seri B Rp128 Miliar, Salah Satunya dari Kakao Investments [UPDATED]

Startup akomodasi berbasis teknologi Bobobox dikabarkan telah menggalang pendanaan putaran pendanaan seri B. Putaran ini bernilai $8,3 juta (lebih dari Rp128 miliar).

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari VentureCap, sejumlah investor turut serta dalam putaran tersebut, di antaranya Kakao Investments, Best Trade Developments Limited, Bravo Castle Limited, Emtek, dan investor terdahulunya, Alpha JWC Ventures.

Bobobox merupakan startup ketiga asal Indonesia yang bergabung ke dalam portofolio Kakao, setelah Kopi Kenangan dan GoWork.

Kepada DailySocial, perwakilan Bobobox membenarkan informasi terkait pendanaan ini. Kemudian, perwakilan Emtek membenarkan adanya investasi ini, namun turut disampaikan juga bahwa investasi ke Bobobox telah diberikan oleh perseroan sejak dua tahun yang lalu.

Hubungan antara Co-founder Bobobox Indra Gunawan dengan Emtek bukanlah baru. Sebagai konteks, Indra sebelumnya pernah merintis startup game Artoncode Indonesia pada 2012. Startup tersebut diakuisisi oleh Emtek, yang saat itu memegang lisensi BBM, pada dua tahun kemudian.

Bobobox terakhir kali mengumumkan pendanaan Seri A senilai $11,5 juta pada Mei 2020. Horizons Ventures dan Alpha JWC Ventures menjadi investor lead dalam putaran tersebut.

Berdiri sejak 2018 di Bandung, Bobobox berambisi ingin menjadi perusahaan gaya hidup yang relevan bagi generasi muda dengan menyediakan pengalaman tidur dan istirahat yang berkesan melalui inovasi teknologi, desain modular yang ramah lingkungan.

Diklaim saat ini perusahaan memiliki lebih dari 1.262 kamar, terdiri dari Bobocabin (elevated camping), Bobopod (hotel kapsul), dan Boboliving (indekos/co-living) yang tersebar di 28 lokasi di Indonesia, seperti Bandung, Banyumas, Bogor, Kintamani, Malang, Ubud, Toba Samosir, umba, dan Yogyakarta.

Adapun untuk tingkat okupansi kamar rata-rata dapat dipertahankan di angka 90%. Sebanyak 80% pesanan penginapan dilakukan secara langsung (direct-transaction) melalui aplikasi Bobobox.

Dengan konsep teknologi ramah lingkungan, perusahaan ikut meramaikan tren wellness tourism yang kian populer di tahun ini. Dari riset berbagai sumber seperti Agoda Travel Trend Survey (2023) dan Wellness Tourism Global Market Report 2023, nilai pasar dari wellness tourism berpotensi tembus $2,1 triliun serta peningkatan CAGR sebesar 12,42% pada tahun 2030.

Hal ini salah satunya didukung dengan peningkatan preferensi wisatawan, terutama di kalangan generasi muda yang cenderung memilih wellness tourism bertemakan alam terbuka. Data menunjukkan 41% generasi milenial sudah mulai menganggarkan untuk investasi di wellness experience, salah satunya wellness tourism tersebut.

*) Kami menambahkan pernyataan tambahan dari Emtek dan Bobobox

Application Information Will Show Up Here

Grab, Emtek dan BukaLapak Gelar Program #KotaMasaDepan, Bidik UMKM di Kota-kota Kecil

Dimulai sejak tahun 2021 silam, program #KotaMasaDepan (Kolaborasi Nyata untuk Masa Depan) yang digalang oleh Grab, Emtek dan BukaLapak konsisten mendorong pemberdayaan pelaku UMKM lewat pendampingan dan pendanaan. Di tahun 2023 ini, gerakan ini kembali digelar yang fokus pada UMKM di kota-kota tier 2 dan 3 dengan menambah program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pelaku UMKM dan bimbingan dalam pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB).

Dalam rilis pers yang diterima oleh Dailysocial NeoSME, Neneng Goenadi selaku Country Managing Director, Grab Indonesia mengatakan, “Kami yakin akan kemampuan luar biasa dari kota-kota kecil di Indonesia. #KotaMasaDepan adalah dedikasi jangka panjang kami bersama Emtek dan Bukalapak. Kami terus mengoptimalisasi setiap kegiatan dalam program #KotaMasaDepan agar sesuai dengan keperluan UMKM. Dengan demikian, usaha lokal dapat tumbuh tidak hanya dari penguasaan ekonomi digital dan akses pasar yang lebih besar tanpa perlu pindah, tapi juga memberikan kontribusi pada ekonomi lokal.”

Materi pelatihan untuk pengembangan usaha yang diberikan ke pelaku UMKM di #KotaMasaDepan Tahap 3 meliputi konten kreatif, pemanfaatan media sosial, manajemen penjualan di platform online, strategi pemasaran digital melalui Grab dan Bukalapak, edukasi tentang sertifikasi halal baik offline maupun online, serta sosialisasi pembuatan dan pendaftaran NIB.

Sedangkan untuk penyaluran modal, bentuknya berupa perlengkapan operasional yang nantinya akan disalurkan melalui situs penggalangan dana sosial, BenihBaik. Sedikitnya 100 UMKM yang terlibat dalam Kota Masa Depan 2023 akan menerima modal ini, dengan seleksi berdasarkan potensi keberlanjutan bisnis jangka panjang.

Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (PLUT-KUMKM) juga akan melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, berkolaborasi dengan Kementerian Investasi serta Kementerian Koperasi dan UKM.

“Kami percaya bahwa media memainkan peran kunci dalam mewujudkan digitalisasi UMKM yang cepat, mulai dari sosialisasi program onboarding sampai platform digital yang memberi kesempatan kepada masyarakat di seluruh Indonesia untuk berkontribusi dan berinteraksi dengan rekan-rekan UMKM serta mentor. Dengan dukungan platform media dari Emtek, kami berharap ini dapat merangsang perkembangan UMKM, mendorong kesadaran mereka untuk memaksimalkan potensi platform digital dalam bisnis mereka,” kata Sutanto Hartono, Managing Director, Emtek.

Bagi Grab sendiri, ini bukan program pertama yang menyasar UMKM. Sebelumnya, bersama OVO mereka juga menggelar Hajatan UMKM 2023, dengan dukungan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) RI. Acara ini diadakan sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasi dan kontribusi UMKM yang berada di bawah platform Grab dan Ovo. Acara ini tidak sekadar memperlihatkan bazar dan pameran UMKM, namun juga menyuguhkan pertunjukan seni, area bermain untuk keluarga, dan sesi aktivitas olahraga.

Grab, EMTEK, dan Singtel Segera Realisasi Bank Digital di Indonesia

Grab, EMTEK, dan Singtel dikabarkan segera realisasi bank digitalnya di Indonesia. Kabar ini sudah berhembus sejak Grab dan Singtel resmi bergabung sebagai investor strategis Bank Fama milik EMTEK pada Januari 2022 lalu. Investasi strategis ini disebut dalam rangka akselerasi dan pengembangan usaha serta ekosistem digital Bank Fama.

Hal ini semakin diperkuat oleh keterangan Presiden Direktur Bank Fama International Tigor M. Siahaan yang mengatakan bahwa pihaknya tengah mempersiapkan perusahaan untuk melakukan rebranding menjadi bank digital pada 2023.

Dikutip dari situs perusahaan, Tigor mengungkapkan bahwa segenap timnya  tengah gencar melakukan transformasi dari segi proses, set up, tech, dan perekrutan sumber daya manusia (SDM). “Jadi SDM-nya juga benar-benar kita rekrut banyak tenaga-tenaga yang kita harapkan bisa menjadi jembatan untuk transformasi digital tersebut,” ujarnya.

Peralihan ini akan dilakukan mulai dari pemindahan kantor pusat Bank Fama yang telah berdiri sejak 1993 di Bandung, Jawa Barat menjadi di DKI Jakarta supaya memudahkan proses transformasi ke bank digital.

Selain itu, Bank Fama juga disebut akan meluncurkan produk barunya yang berbasis digital pada pertengahan tahun depan. Tigor sendiri belum mau membocorkan lebih lanjut terkait detail produk baru ini. Namun, dalam melaksanakan rebranding ini, Bank Fama disebut akan memanfaatkan ekosistem digital para pemegang sahamnya, termasuk EMTEK, Grab, dan Singtel.

Tren bank digital di Indonesia sudah dimulai sejak lama, baik berbentuk bank baru maupun konversi dari bank yang sudah ada (existing). Jenius dari Bank BTPN menjadi pionir bank digital yang dikenalkan sejak tahun 2016. Beberapa pemain lain yang sudah beroperasi, termasuk Bank Jago, Digibank, dan Allo Bank.

Menurut Global Industry Analysts Inc., ukuran pasar global untuk bank digital diperkirakan sudah mencapai $12,1 miliar pada 2020. Diproyeksikan bertumbuh sampai $30,1 miliar pada 2026 mendatang dengan CAGR 15,7%. Segmen perbankan ritel diperkirakan mengalami pertumbuhan terbesar dengan 14,3% CAGR, bernilai $14,3 miliar.

Bank digital yang fokus pada UMKM

Selain berambisi menjadi bank digital, Bank Fama juga disebut akan membidik segmen underbanked di Indonesia. Bank Fama sendiri telah memiliki beberapa jaringan kantor secara online di Bandung, Jakarta, dan Tangerang dengan fokus pasar pada segmen ritel, khususnya UMKM.

Menurut Tigor, segmen underbanked ini memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, terlebih jika segmen ini dapat dikembangkan maka kontribusi pada perekonomian Indonesia akan sangat besar. Harapannya adalah untuk dapat menciptakan solusi baik dari sisi merchant, restoran, driver atau pelanggan.

Rencananya, Bank Fama akan memanfaatkan data-data UMKM yang underbanked dari para pemegang saham yang memiliki keahlian di bidang masing-masing, yaitu EMTEK Grup di bidang media online, offline, dan streaming; lalu Grab di bidang ride hailing, food delivery, payment system, dan kesehatan; serta Singtel di bidang telekomunikasi dan turunannya.

Selanjutnya, Bank Fama akan menilai mana UMKM yang bisa diberikan fasilitas pinjaman untuk mengembangkan usahanya. Salah satu tantangan utama para pelaku UMKM adalah akses permodalan dari bank konvensional. Pasalnya UMKM tidak memiliki persyaratan yang layak seperti laporan keuangan untuk menilai suatu usaha bisa diberikan pinjaman atau tidak.

Dengan data yang dimiliki para pemegang saham Bank Fama, dapat diketahui seperti apa kinerja usaha suatu UMKM. Misalnya dapat dilihat dari rating usaha, catatan pendapatan, dan sebagainya.

Dengan layanan keuangan digital yang didukung ekosistem dan jaringan yang kuat, serta visi untuk mengedukasi dan memberdayakan kapasitas finansial masyarakat Indonesia, harapannya, lebih banyak masyarakat underbanked yang menyadari potensi besar dari bank digital. Bank Fama sendiri memiliki misi besar untuk mendukung produktivitas masyarakat dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Bank Sinarmas Batal Berinvestasi ke DANA

PT Bank Sinarmas Tbk (IDX: BSIM) batal berinvestasi ke platform dompet digital DANA. Disampaikan dalam keterbukaan informasi di BEI pada 10 Juni lalu, Bank Sinarmas menyatakan tidak lagi menjadi salah satu calon investor di DANA.

Menindaklanjuti laporan terkait rencana investasi pada 2 Maret 2022, Direktur Utama Bank Sinarmas Frenky Tirtowijoyo mengatakan, terdapat perubahan rencana kepemilikan saham pada PT Espay Debit Indonesia Koe (DANA) melalui PT Elang Andalan Nusantara (EAN). Atas kesepakatan bersama para calon investor, Bank Sinarmas mundur menjadi salah satu calon investor.

“Tidak ada dampak terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha emiten atau perusahaan publik,” demikian disampaikan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia.

Seperti diketahui, Grup Sinarmas melalui Bank Sinarmas dilaporkan akan berinvestasi ke DANA senilai $25 juta atau sekitar Rp368 miliar pada Maret lalu. Sebelumnya, perusahaan konglomerasi ini melalui anak usaha lainnya, yakni PT Dian Swastika Sentosa Tbk telah menandatangani kesepakatan investasi senilai $200 juta atau lebih dari Rp2,8 triliun ke PT Elang Andalan Nusantara yang diteken pada Februari 2022.

Rencana investasi ini disebut sebagai bagian dari kolaborasi pengembangan bisnis digital kedua perusahaan, dan dapat memberikan dampak positif terhadap pengembangan ekosistem digital yang dimiliki perusahaan.

Perusahaan patungan

Terakhir kepemilikan saham DANA dikuasai oleh Elang Andalan Nusantara. Sebagai informasi, PT Elang Andalan Nusantara merupakan perusahaan patungan (joint venture) yang didirikan oleh EMTEK PT Kreatif Media Karya (KMK) dan Alibaba melalui API Investment Ltd dengan porsi kepemilikan masing-masing 55% dan 45%.

Sejak April 2021, EMTEK tak lagi menjadi pemegang saham pengendali di Elang Andalan Nusantara sebagai induk pengendali DANA. EMTEK melepas 6% saham Elang Andalan Nusantara ke pihak ketiga yang dirahasiakan namanya sebesar Rp76 miliar. Kini EMTEK hanya menggenggam 49% saham Elang Andalan Nusantara.

Adopsi dompet digital

Jika dipetakan, pasar dompet digital Indonesia dikuasai setidaknya oleh lima pemain besar. Mengacu laporan NeuroSensum pada periode November 2020-Januari 2021, ShopeePay tercatat sebagai pemimpin pasar dompet digital dengan pangsa 68%, diikuti OVO (62%), DANA (54%), GoPay (53%), dan LinkAja (23%).

Salah satu alasan utama ShopeePay merangkak dengan cepat adalah kemudahannya untuk bertransaksi mengingat sudah terintegrasi di Shopee, bukan sebagai aplikasi terpisah. ShopeePay sendiri baru beroperasi setahun saat itu dibandingkan pemain inkumben lain yang sudah lebih lama

Dalam catatan kami, pemain dompet digital di Indonesia memiliki afiliasi masing-masing dengan ekosistem kuat. Misalnya, GoPay dalam ekosistem Gojek, Tokopedia, dan Bank Jago. ShopeePay dengan Shopee dan Seabank. OVO dengan Grab dan masih menjadi salah satu opsi pembayaran yang banyak digunakan di Tokopedia.

Sementara, DANA terafiliasi dengan Bukalapak. Berdasarkan data terakhir, DANA kini punya 5.000 mitra merchant online, dengan 100 juta pengguna. DANA menyebut telah mengantongi lebih dari 350 juta total transaksi dengan 31 juta transaksi dari QRIS, serta menggerakkan lebih dari 400 ribu UMKM di Indonesia.

Menurut proyeksi dari laporan AFTECH 2021, pembayaran digital telah mencapai tingkat kematangan paling tinggi dibandingkan layanan fintech lainnya. Hal ini turut dipicu oleh melonjaknya penggunaan aplikasi dompet digital di mana tren cashless economy diperkirakan terus berlanjut.

“Pembayaran digital Indonesia telah mengembangkan kemitraan besar dengan perusahaan e-commerce, ride hailing, bank, dan pemangku kepentingan terkait lainnya di Indonesia, serta mengembangkan basis pelanggan yang solid dengan akuisisi pelanggan yang tinggi, ” ungkap laporan ini.

Jika melihat proyeksi di atas, dapat dikatakan bahwa babak selanjutnya bagi platform pembayaran digital adalah memperkuat posisinya dengan memenangkan pasar di daerah-daerah yang masih belum terjamah akses keuangan. Perluasan ekosistem layanan masih menjadi kunci untuk meningkatkan akses keuangan ke masyarakat.

Application Information Will Show Up Here

EMTEK Tambah Kepemilikan Saham di Bukalapak

Perusahaan konglomerasi media PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (IDX: EMTK) melalui anak usahanya PT Kreatif Media Karya (KMK) kembali menambah kepemilikan sahamnya di PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA). KMK membeli sebanyak 724,30 juta saham atau setara 0,7% dari total saham pada 6 Juni 2022.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham tersebut dilepas dengan harga Rp317 per lembar saham sehingga nilai transaksinya mencapai 229,60 miliar Rupiah.

Dengan transaksi ini, kini KMK menggenggam sebanyak 24,63% dari sebelumnya 23,93% dengan status kepemilikan saham langsung. Tidak disebutkan secara rinci mengenai alasan pembelian saham ini, tetapi hanya untuk tujuan investasi.

Berdasarkan Laporan Tahunan Bukalapak, komposisi pemegang saham Bukalapak per 31 Desember 2021 terdiri dari KMK (23,93%), API (Hong Kong) Investment Limited (13,05%), Archipelago Investment Pte Ltd (9,45%), dan publik (53,58%).

Investasi EMTEK

EMTEK pertama kali berinvestasi di Bukalapak dengan memberikan pendanaan seri B pada Februari 2015. Kala itu Sutanto Hartono yang menjabat sebagai CEO EMTEK mengatakan, alasan akuisisinya terhadap Bukalapak adalah kesamaan visi-misi dengan perusahaan. Bukalapak dinilai dapat mengembangkan ekosistem lokal yang paling kuat.

Adapun saat itu, EMTEK masuk sebagai managing strategic partner dengan memberikan fresh cash money untuk mendukung pengembangan usaha Bukalapak.

Tidak disebutkan nominal investasinya, tetapi berbagai sumber menyebutkan bahwa EMTEK menyuntik Rp439 miliar ke Bukalapak. 
Berdasarkan laporan keuangannya, EMTEK justru telah berinvestasi di Bukalapak sejak 2014 dengan mencaplok sebanyak 459.200 saham atau setara 19,68% kepemilikan saham.

EMTEK melalui KMK beberapa kali melakukan penambahan modal sehingga kepemilikan sahamnnya di Bukalapak sempat naik menjadi 49,08% pada November 2015.

Kinerja keuangan

Berdasarkan kinerja keuangan kuartal I 2022, Bukalapak tercatat meraup laba bersih sebesar Rp14,5 triliun dari periode sama tahun lalu yang merugi hingga Rp323,8 miliar.

Perusahaan marketplace ini juga mengecap laba operasional RP14,42 triliun dari rugi Rp327,9 miliar, utamanya diperoleh dari laba investasi ke PT Allo Bank Tbk (IDX: BBHI). Sementara pendapatannya tumbuh 86% menjadi Rp787,9 miliar yang disokong oleh pertumbuhan lini bisnis Mitra.

Dirinci berdasarkan lini bisnis, Mitra masih menjadi motor pertumbuhan pendapatan Bukalapak dengan kontribusi sebesar Rp471,8 miliar di kuartal pertama 2022 atau tumbuh 227% dari periode sama 2021, yaitu Rp144,3 miliar.

Bisnis Mitra juga masih memimpin kontribusi terhadap total pendapatan dengan porsi 60%, naik dari kontribusinya di kuartal pertama 2021 yang sekitar 34%. Jumlah Mitra Bukalapak melesat dari posisi 6,9 juta per Desember 2020 menjadi 13,1 juta per Maret 2022.

Mangkokku Bags 101 Billion Rupiah Series A Funding Led by Alpha JWC and Emtek

Mangkokku culinary startup received series A funding of $7 million or around 101 billion Rupiah led by Alpha JWC Ventures and EMTEK, followed by Cakra Ventures. Through this funding, the company will expand physical outlets and build a culinary brand ecosystem to become the largest F&B group of companies in Indonesia.

On a general note, Mangkokku had recently secured a $2 million seed funding from Alpha JWC Ventures, or around 29 billion Rupiah in 2020.

In his official statement, Mangkokku’s Co-founder & CEO, Randy Kartadinata said, the company has achieved product-market fit and has a loyal customer base with ricebowl as a first product. Mangkokku will be taking the next step by launching a holding company “Nusantara Culinary Group” to offer more menu variations and taste preferences to consumers.

“Mangkokku is ready to become the largest F&B group of companies in Indonesia that targets the mass market with a complete ecosystem of culinary brands,” Randy said.

Meanwhile, Alpha JWC Ventures’ Co-founder and General Partner, Jefrey Joey added, “Mangkokku continues to reach new milestones since last year’s first investment. Mangkokku’s strong fundamentals with innovation and sustainable R&D allow them to consistently launch new products, including contemporary and Indonesian dishes with the highest quality chef standards. We are excited to take this partnership further.”

Mangkokku was founded by Randy Kartadinata, Arnold Poernomo, Gibran Rakabuming, and Kaesang Pangarep which offers quality culinary products like professional chefs and can be enjoyed by anyone. The company aims to be the go-to comfort food choice made with local flavors so that it is familiar to the tongue of the Indonesian people.

Post-pandemic strategy

Based on internal data, Mangkokku has claimed growth in sales and the number of outlets. Currently, Mangkokku has 50 outlets spread across Jakarta, Surabaya, Bandung, Malang, Semarang, and Solo. Mangkokku also said that it has served four million orders in a year both online and offline.

As the Covid-19 pandemic situation started to recede, Randy revealed that he would continue to expand his physical outlets. In the next few months, Mangkokku will open more flagship restaurants and cloud kitchens in new cities. His team will collaborate more, like its previous initiatives with the judges and winners of MasterChef Indonesia and Garena’s Free Fire.

Moreover, his team will continue to prioritize purchases through online channels. In order to enhance the ordering experience, Mangkokku is to launch an app by the third quarter of this year.

“Mangkokku will strengthen its presence, both online and offline through new outlets, flagship dine-in restaurants with outstanding customer experiences, mobile applications, and most importantly exclusive dine-in restaurants to accommodate various types of food preferences. We aim to be an all-rounder new culinary retail company,” he explained.

Recently, Mangkokku launched its first flagship outlet located in Jakarta, which comes with a modern, cozy concept, accompanied by a special dine-in menu. It claims to have received thousands of customers in the first four weeks of its opening.

“With discipline, customer-focused strategy, thoroughness, and maintaining the quality of our operations, Mangkokku will become a sustainable business in the long term.” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mangkokku Dapat Pendanaan Seri A 101 Miliar Rupiah Dipimpin Alpha JWC dan EMTEK

Startup kuliner Mangkokku mendapatkan pendanaan seri A sebesar $7 juta atau sekitar 101 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan EMTEK, serta partisipasi dari Cakra Ventures. Melalui pendanaan ini, Mangkokku akan menambah jumlah outlet fisik dan membangun ekosistem brand kuliner untuk menjadi grup perusahaan F&B terbesar di Indonesia.

Sebagai informasi, sebelumnya Mangkokku telah mengantongi investasi tahap awal dari Alpha JWC Ventures sebesar $2 juta atau sekitar 29 miliar Rupiah di 2020.

Dalam keterangan resminya, Co-founder & CEO Mangkokku Randy Kartadinata mengatakan, perusahaan telah mencapai product-market fit dan memiliki basis pelanggan loyal dengan produk ricebowl sebagai starting point. Kini Mangkokku siap mengambil langkah selanjutnya dengan meluncurkan perusahaan holding “Nusantara Culinary Group” untuk membawa lebih banyak variasi menu dan preferensi selera kepada konsumen.

“Mangkokku siap untuk menjadi grup perusahaan F&B terbesar di Indonesia yang membidik mass market dan memiliki ekosistem dengan rangkaian brand kuliner,” ungkap Randy.

Sementara, Co-founder dan General Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joey menambahkan, “Mangkokku terus mencapai milestone baru sejak investasi pertama kami tahun lalu. Fundamental kuat Mangkokku dengan inovasi dan R&D berkelanjutan memungkinkan mereka meluncurkan produk baru secara konsisten, yakni kontemporer dan hidangan khas Indonesia dengan kualitas standar chef terbaik. Kami bersemangat melanjutkan kemitraan ini ke evolusi berikutnya.”

Mangkokku didirikan oleh Randy Kartadinata, Arnold Poernomo, Gibran Rakabuming, dan Kaesang Pangarep yang menawarkan produk kuliner berkualitas ala koki profesional dan dapat dinikmati siapa pun. Perusahaan membidik posisi sebagai pilihan go-to comfort food yang dibuat dengan rasa lokal sehingga familiar bagi lidah masyarakat Indonesia.

Rencana pasca-pandemi

Berdasarkan data internal, Mangkokku telah mencatat pertumbuhan penjualan dan jumlah outlet masing-masing 6x lipat dan 3x lipat. Saat ini Mangkokku punya 50 outlet yang tersebar di Jakarta, Surabaya, Bandung, Malang, Semarang, dan Solo. Mangkokku juga menyebut telah mengantongi empat juta pesanan dalam setahun via online dan offline.

Dengan situasi pandemi Covid-19 yang mulai surut, Randy mengungkap akan kembali melanjutkan ekspansi outlet fisiknya. Dalam beberapa bulan ke depan, Mangkokku akan membuka lebih banyak restoran flagship dan cloud kitchen di kota-kota baru. Pihaknya juga akan menambah kolaborasi Mangkokku, seperti yang sudah dilakukan sebelumnya dengan juri dan pemenang MasterChef Indonesia hingga Free Fire milik Garena.

Kendati begitu, pihaknya akan tetap memprioritaskan pembelian melalui kanal online. Untuk meningkatkan pengalaman pemesanan, Mangkokku akan meluncurkan aplikasi pada kuartal ketiga tahun ini.

“Mangkokku akan memperkuat kehadirannya, baik online maupun offline melalui outlet baru, restoran dine-in flagship dengan customer experience luar biasa, aplikasi mobile, dan yang terpenting restoran dine-in eksklusif untuk mengakomodasi berbagai jenis preferensi makanan. Kami membidik menjadi all-rounder new culinary retail company,” jelasnya.

Baru-baru ini, Mangkokku meluncurkan outlet flagship pertama yang berlokasi di Jakarta, hadir dengan konsep modern, cozy, dan disertai menu dine-in spesial. Pihaknya mengaku mendapat ribuan pelanggan dalam empat minggu pertama pembukaannya.

“Dengan kedisiplinan, strategi yang berfokus pada konsumen, ketelitian, dan menjaga kualitas operasional kami, Mangkokku akan menjadi sustainable business dalam jangka panjang.” Tutupnya.

Catatan Menarik dari Petinggi EMTEK dan IDN Terkait Masa Depan Media

Masih dalam sesi lanjutan Fortune Indonesia Summit 2022, dua pemimpin media besar, Managing Director EMTEK Susanto Hartono dan Founder dan CEO IDN Media Winston Utomo memaparkan beberapa catatan menarik terkait “The Future of Media”.

Perkembangan internet mengubah cara masyarakat mengonsumsi konten. Jika dulu kita terbiasa menggunakan media televisi untuk menikmati tayangan, kini kita dapat menonton melalui perangkat dengan layar kecil. Apa artinya bagi industri media?

Konsumsi konten

Saat membuka sesi, Sutanto menyebut bahwa TV punya peran penting terhadap konsumsi konten. TV memiliki jangkauan siaran yang luas dan sumber pendapatannya jelas, yakni iklan. Namun, perkembangan digital mulai menggeser peran TV terkait konsumsi konten.

Masyarakat mulai menikmati tayangan video melalui perangkat pintar. Kehadiran platform digital juga memudahkan kreator untuk mencari sumber pendapatan. Ia menyadari tren pergeseran ini, bahkan sebelum pandemi Covid-19 terjadi.

“Konsumsi konten pada platform digital membuat terjadi demokratisasi. Orang bisa pilih konten yang ingin ditonton dan content provider menjadi tidak bergantung pada perusahaan besar terkait konten apa yang akan disiarkan,” ujar Sutanto.

Bagi konglomerasi media EMTEK, ujar Sutanto, akselerasi digital ini mendorong perusahaan untuk berinvestasi di platform OTT Vidio. Meski konsumsi konten tumbuh cepat, platform juga harus memikirkan kelangsungan bisnis dengan strategi monetisasi.

Format konten

Sementara itu, Winston Utomo menyoroti tentang evolusi pada format konten, mulai dari koran, TV, hingga internet. Dengan evolusi ini, ia menekankan pentingnya beradaptasi terhadap perubahan format. Kebutuhan konten akan tetap ada, tetapi format konten akan berubah mengikuti perkembangan zaman. Jika tidak beradaptasi, tentu akan ditinggalkan audiens.

Saat ini, format konten yang banyak kita konsumsi di era digital beragam, mulai dari konten video dengan durasi pendek, medium, hingga panjang. Ada pula konten berformat livestreaming.

“Penting pula untuk maintain loyalitas audiens. Bukan berarti, audiens yang pindah [platform] tidak baik. Ini justru memacu kami untuk membuat konten yang lebih baik,” ujarnya.

Di sisi lain, Sutanto justru menyoroti fenomena seleksi alam yang akan terjadi, baik pada platform maupun kreator. Meningkatnya variasi konten dinilai akan memunculkan beragam kebutuhan audiens. “Pada akhirnya audiens tidak mungkin memakai semua platform. Audiens akan memilih platform yang sering dipakai,” tuturnya.

Maka itu, ia menilai perlu ada strategi multiplatform dan variasi konten untuk memberikan keseimbangan bisnis. Di EMTEK, platform Vidio akan menjadi fokus utama, sedangkan media televisi menjadi pelengkap. Pihaknya juga mendorong kolaborasi untuk mengakomodasi berbagai variasi konten. Salah satunya konten olahraga sebagai sumber monetisasi bagi audiens yang mau membayar (willing-to-pay).

Industri menjanjikan

Menurut Winston, tak hanya publisher dan platform yang punya peran penting di media digital, tetapi juga content creator. Menariknya, mengutip sebuah riset, ia menyebut bahwa potential revenue yang dapat diperoleh oleh kreator di 2025 dapat menyamai potential revenue perusahaan teknologi raksasa, seperti Facebook dan Google.

Dengan pertumbuhan digital sebesar 20% setiap tahunnya, ini membuat content creator menjadi salah satu profesi menjanjikan di masa depan karena siapapun dapat membuat konten.

Sementara Sutanto menilai bahwa konsumsi konten digital justru membuka peluang bagi media untuk memanfaatkan data analitik. Ini dapat memungkinkan media untuk melihat stickineess audiens. Berbeda dengan televisi yang mengandalkan data rating Nielsen dan kurang akurat untuk mengetahui stickiness audiens.

“Kita bisa tahu berapa banyak audiens yang menonton lebih dari lima menit. Ini menunjukkan kualitas penonton dan membantu memprediksi konten yang dapat diproduksi sesuai targeted market. Ada formulasi,” tutupnya.