WasteX Kantongi Pendanaan Rp7 Miliar dari P4G Partnerships

Startup climate tech WasteX mengantongi pendanaan sebesar $450 ribu (sekitar Rp7,1 miliar) dari P4G Partnerships, inisiatif yang berfokus pada solusi mitigasi dan adaptasi iklim di sektor pangan, air, dan energi.

Pendanaan ini akan digunakan untuk mengembangkan dan mengoperasikan fasilitas produksi biochar di berbagai lokasi strategis di Indonesia melalui Kemitraan WasteX-Bina Tani pada fasilitas pengolahan padi, jagung, kayu, serta peternakan ayam. Sementara, mitranya akan memasok biomassa (limbah organik) yang akan digunakan sebagai bahan baku produksi biochar.

WasteX baru memiliki dua fasilitas produksi biochar, yakni berlokasi di Tarlac, Filipina (2023), dan Pasuruan, Indonesia (2024). Saat ini, WasteX sedang memproduksi carbonizer untuk berbagai klien lokal dan internasional.

Founder dan CEO WasteX Pawel Kuznicki mengatakan, “Ini adalah pendanaan katalitik paling efektif yang ada, mengingat P4G tidak hanya menyediakan modal cukup untuk startup climate tech, tetapi juga mendukung penuh penerima funding untuk terlibat dalam proses pembuatan kebijakan nasional dan pengembangan pasar. Tujuannya adalah mendorong kondisi pasar dan regulasi yang mendukung pertumbuhan dan adopsi inovasi.”

WasteX merupakan portofolio pertama Wavemaker Impact (WMi), venture builder yang fokus pada solusi berdampak milik Wavemaker Partners. WasteX kini beroperasi di Indonesia dan Filipina. Misinya adalah mendukung petani memanfaatkan limbah pertanian menjadi produk bernilai tambah (biochar), meningkatkan pendapatan, dan mengurangi emisi karbon.

Solusi penggunaan biochar / WasteX

Penggunaan biochar diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk yang harganya tengah meroket di tengah kondisi menurunnya hasil panen. Biochar diyakini dapat membantu tanaman tumbuh lebih subur dan kuat.

Adapun, WasteX mengembangkan solusi untuk memudahkan penggunaan biochar di dunia pertanian dengan memanfaatkan carbonizer, aplikasi mobile, hingga insentif kredit karbon untuk petani. Teknologi yang dikembangkan WasteX bertumpu pada mesin carbonizer semi-otomatis skala kecil yang dilengkapi dengan burner berbahan bakar ganda.

Pihaknya menyebut telah melakukan percobaan penggunaan biochar pada tanaman jagung. Klaimnya, biochar telah meningkatkan hasil panen sebesar 95% dan mengurangi penggunaan pupuk hingga 50% dibandingkan tanpa pemakaian biochar. Pada percobaan tanaman padi, pihaknya mengklaim telah meningkatkan hasil panen sebesar 38% dan penggunaan pupuk 25%-50%.

“Perusahaan skala kecil dan menengah adalah mesin pertumbuhan perekonomian yang butuh modal katalitik untuk mengatasi risiko kegagalan bisnis/kebangkrutan. Kami berkomitmen mendukung bisnis seperti WasteX yang memberikan dampak positif jangka panjang bagi petani kecil dan berkontribusi dalam peningkatan ketahanan pangan dan pengurangan emisi karbon,” ujar Robyn McGuckin, Executive Director P4G dalam keterangan resminya.

WasteX Ingin Alihkan Limbah Organik Jadi Biochar Guna Mitigasi Perubahan Iklim

Sebuah laporan menyebutkan, secara global sebanyak 3,5 miliar ton limbah pertanian yang dibuang, dibakar, atau dijual dengan harga murah. Limbah tersebut sebenarnya dapat diolah jadi komoditas yang memiliki nilai ekonomi. WasteX mencoba menyelesaikan masalah tersebut dengan pendekatan baru dengan biochar.

Startup yang dirintis oleh Pawel Kuznicki ini merupakan perusahaan pertama di bawah Wavemaker Impact (WMi), venture builder khusus impact milik Wavemaker Partners. Dalam tulisan sebelumnya, DailySocial.id menuliskan secara rinci mengenai WMi.

Rekam jejak Kuznicki pernah memegang berbagai posisi, mulai dari konsultan, venture builder, hingga pengusaha. Ia bergabung dengan WMi sebagai bentuk kontribusinya dalam membantu mitigasi perubahan iklim.

Kepada DailySocial.id, Kuznicki menceritakan proses pendirian WasteX bersama WMi memakan waktu cukup lama, namun komprehensif. Mereka sama-sama mengidentifikasi terlebih dulu berbagai permasalahan dan peluang di Asia Tenggara untuk mencari satu permasalahan yang secara potensial memiliki dampak paling besar, baik dari segi finansial maupun dalam pengurangan emisi karbon.

Dari beberapa ide yang terkumpul, ada benang berah yang dapat ditarik bahwa ternyata ada peluang yang belum dimanfaatkan dalam rantai nilai (value chain) pengolahan industri pertanian, dari sisi hulu (petani/peternak) dan hilir (industri pengolahan hasil pertanian).

“Dari sinilah lahir ide untuk mendirikan WasteX. Kami mencoba mengidentifikasi bagaimana WasteX dapat menciptakan nilai tambah yang besar bagi produsen pertanian dan peternakan baik dalam bentuk manfaat operasional, ekonomi (pendapatan), maupun lingkungan (membantu mitigasi perubahan iklim). Jawabannya adalah menyediakan suatu solusi terpadu untuk mengolah limbah pertanian menjadi biochar,” ujar dia.

Apa itu biochar

Biochar adalah bahan padat kaya karbon hasil konversi dari limbah organik (biomas pertanian) melalui pembakaran tidak sempurna atau suplai oksigen terbatas (pyrolysis). Bentuknya seperti arang, namun punya banyak kegunaan dan dapat menyimpan karbon dengan aman (>70% karbon setelah pirolisis).

Biochar bukan pupuk, tetapi berfungsi sebagai pembenah tanah. Potensi penggunaan biochar sangat besar mengingat bahan bakunya sangat melimpah, seperti tempurung kelapa, sekam padi, kulit buah kakao, tempurung kelapa sawit, tongkol jagung, dan bahan organik sejenis lainnya.

Ada tiga manfaat dari menggunakan biochar:

  1. Peningkatan kualitas tanah: bila ditambahkan ke tanah dapat meningkatkan pH tanah, kadar air, dan retensi unsur hara; dapat meningkatkan hasil panen sebesar 10%-20%;
  2. Suplemen pakan ternak: bila ditambahkan ke pakan ternak mampu meningkatkan kesehatan hewan, efisiensi pakan dan iklim kandang ternak;
  3. Aditif semen: ditambahkan ke semen untuk meningkatkan kekuatan tekan, sifat insulasi termal, dan waktu pengerasan saat digunakan dalam beton.

Selain WasteX, startup lain yakni Neutura juga bermain dengan memproduksi biochar sebagai hasil akhir pengelolaan limbah.

Model bisnis WasteX

Dari segudang potensi yang ditawarkan biochar, selama ini implementasinya di lapangan masih minim karena mahalnya harga alat dan risiko penerapan biochar. Peternak/petani perlu menginvestasikan sejumlah besar uang, dan sumber biomassa berkualitas tinggi terbatas. Informasi umum mengenai biochar dan manfaatnya juga masih kurang.

WasteX memosisikan dirinya sebagai penyedia solusi biochar yang menyeluruh, dimulai dengan peralatan modular berskala kecil yang dapat mengubah biomassa apa pun menjadi biochar. Pengguna dapat menggunakan biochar tersebut atau menjualnya ke pelanggan lain.

Serta, menyediakan insentif kredit karbon kepada produsen pertanian (klien). Dalam hal ini, WasteX memfasilitasi penawaran/penjualan kredit karbon kepada pembeli/atau investor.

Mesin biochar WasteX / WasteX

Target pengguna WasteX cukup luas, di antaranya: petani tanaman pangan, peternak unggas, pabrik penggilingan mandiri, perusahaan pertanian terpadu, produsen pupuk, perusahaan bahan konstruksi, penyaringan air, dan pengelolaan limbah.

Alat biochar yang diproduksi WasteX disebutkan ramah pengguna karena sudah dibuat otomatis. Dengan menggunakan aplikasi WasteX, pengguna dapat mencatat produksi biochar mereka dan menerima rekomendasi khusus mengenai cara menggunakan biochar.

WasteX menjual alat tersebut seharga $4.950, angka ini disebutkan harga kompetitif. Lantaran, keuntungan bersih bagi pengguna diestimasi mencapai dua kali lipat dari nilai investasi dalam satu tahun.

“Saat ini kami bekerja sama dengan manufaktur lokal di Filipina dan Indonesia untuk memproduksi mesin penghasil biochar, dengan begitu kami dapat meminimalisir biaya overhead dan lebih responsif terhadap permintaan pasar lokal baik di Filipina maupun Indonesia.”

Menurutnya, ada beberapa nilai tambah yang diberikan WasteX, yakni:

  • Memanfaatkan limbah biomassa pertanian/peternakan
  • Menghemat biaya produksi/operasional (contoh: pupuk dan media litter atau bedding untuk peternakan)
  • Meningkatkan pendapatan dari hasil produksi dan operasional yang lebih baik (contoh: hasil panen lebih tinggi atau angka kematian ternak lebih rendah)
  • Pendapatan tambahan melalui insentif kredit karbon
  • Pemanfaatan panas buang dari carbonizer (mesin penghasil biochar).

Sebagai perusahaan yang berfokus pada mitigasi perubahan iklim, berikut solusi yang ditawarkan WasteX kepada produsen/pelaku pertanian dapat memberikan dampak lingkungan yang luas sekaligus manfaat ekonomi:

  • Setiap satu ton biochar yang dihasilkan setara dengan pengurangan karbon sebesar 1.5 ton CO2 (net)
  • Satu unit carbonizer dapat menghasilkan hingga 100 ton biochar per tahun atau setara dengan pengurangan 150 ton CO2 ekuivalen. Alat ini cocok digunakan di peternakan skala menengah/besar atau di penggilingan skala kecil.
  • Jaminan kredit karbon sebesar $50 kepada klien untuk setiap ton biochar yang diproduksi dan diaplikasikan, atau setara dengan $5,000 per unit alat per tahun.
  • Selain manfaat ekonomi dari kredit karbon, pemanfaatan biochar di sektor pertanian dan peternakan juga memberikan manfaat operasional, antara lain meningkatkan hasil panen (20-50%), penghematan pemakaian pupuk (hingga 40%), penurunan angka kematian hewan ternak (hingga 25%), dan lainnya.

Jajaran investor

Sebagai portofolio di bawah WMi, WasteX telah mengantongi pendanaan sebesar $525 ribu. Kemudian, penggalangan berikutnya diperoleh dari Norinchukin Innovation Fund sebesar $250 ribu pada Maret 2023. Norichukin adalah CVC milik The Norinchukin Bank, salah satu bank pertanian asal Jepang terbesar di dunia.

Sejak berdiri, dengan berkantor pusat di Singapura, perusahaan telah meluncurkan uji coba dengan produsen, peternakan, dan platform teknologi pertanian di Filipina, Indonesia, dan Thailand di bidang penggilingan padi, jagung, tebu, unggas, singkong, dan kakao. Mengawali tahun 2024 ini, perusahaan berencana untuk membangun fasilitas biochar skala besar pertama dengan pabrik jagung di Indonesia.

Pengembangan alat WasteX kini sudah memasuki versi 2.2, diklaim memiliki performa dan harga paling optimal di pasar carbonizer (mesin penghasil biochar). Serta, didukung dengan dikantonginya sertifikat-sertifikat pendukungnya.

“Fokus utama kami saat ini adalah memastikan keberhasilan implementasi project dengan setiap klien sehingga project yang dikembangkan akan dapat memberikan manfaat maksimal kepada semua klien,” pungkasnya.