Fitbit Kembangkan Teknologi ECG Baru, Pelacakan Detak Jantung Berkelanjutan

Pada bulan Agustus lalu, Fitbit mengumumkan model smartwatch yang benar-benar baru dengan sejumlah fitur eksklusif bernama Fibit Sense. Kemampuan mendeteksi stres, pelacakan suhu, dan electrocardiogram (ECG) menjadi fitur pembeda utama dibanding jam tangan pintar terbaru Fibit lainnya, Versa 3.

Fitur ECG berfungsi untuk menganalisis keabnormalan detak jantung dan mampu mendeteksi tanda-tanda atrial fibrillation (AFib) yang dapat berakibat fatal seperti risiko serangan jantung, pembekuan darah, stroke, dan kondisi jantung lainnya. Meski fitur ECG ini masih relatif baru dan hanya tersedia di Fitbit Sense, Fitbit rupanya sudah mengerjakan iterasi teknologi berikutnya.

Fitbit Sense 2

Fitbit hampir menyelesaikan uji klinis pada penilaian ritme jantung PPG yang akan memungkinkan smartwatch Fitbit untuk terus-menerus memindai masalah ritme jantung. Saat ini fitur ECG pada Fitbit Sense menggunakan sensor khusus untuk melakukan pemeriksaan titik secara manual, caranya buka aplikasi, jepit ujung kiri bawah dan kanan atas perangkat menggunakan jempol dan telunjuk selama 30 detik. Kerangka stainless steel yang mengitari tubuh Sense berperan sebagai elektroda yang efektif.

Sementara, teknologi baru Fitbit akan terus memindai ritme jantung menggunakan PPG optik. Prosesnya terjadi secara otomatis dan berkelanjutan, bahkan tanpa pengguna sadari. Meski begitu, teknologi ini dirancang untuk melengkapi sensor ECG, bukan untuk menggantikannya.

Bila perangkat mendeteksi masalah irama jantung, pengguna akan diminta untuk melakukan pemeriksaan titik ECG secara manual. Bukan karena PPG kurang akurat dibandingkan ECG, karena dokter umumnya menggunakan ECG untuk memeriksa kesehatan jantung pasien. Sangat menarik, ke depannya data yang direkam dengan smartwatch dapat digunakan sebagai dasar diagnosis dan pengobatan.

Sebagai informasi, Fitbit Sense telah tersedia di Indonesia dengan harga Rp5.899.000. Smartwatch ini mengemas layar AMOLED, GPS, dan baterai yang awet. Dalam sekali pengisian, Fitbit Sense diklaim bisa tahan sampai setidaknya 6 hari pemakaian dan ia pun turut mendukung teknologi pengisian daya cepat 12 menit charging untuk penggunaan selama satu hari penuh.

Sumber: Wareable

3 Pertimbangan Sebelum Membeli Smartwatch untuk Gaya Hidup Sehat

Saat ini ada banyak sekali pilihan smartwatch di pasaran dari berbagai macam brand berbeda, termasuk Apple, Samsung, Fitbit, dan banyak lagi. Dengan fitur dan bentuk yang sangat beragam, serta harga yang bervariasi dari yang murah sampai yang mahal.

Salah satu fungsi utama jam tangan pintar adalah untuk mendukung berbagai aktivitas dan gaya hidup sehat para penggunanya. Anda akan memakainya sepanjang hari, baik saat menjalani kegiatan harian, olahraga, dan bahkan saat tidur.

Sebab itu, kenyamanan ketika menggunakannya menjadi pertimbangan pertama. Pilih ukuran yang pas dengan pergelangan tangan dan bobot harus cukup ringan. Build quality juga penting, karena mungkin akan sering terbentur dan pastikan aksesori strap bisa mudah didapat.

Apa lagi pertimbangan yang perlu diperhatikan sebelum membeli smartwatch? Ini dia tips memilih smartwatch selengkapnya.

1. Kompatibilitas

Apple_delivers-apple-watch-series-6_09152020_big
Apple Watch Series 6 | Foto Apple

Kebanyakan smartwatch dapat bekerja di smartphone Android maupun iOS, namun khusus Apple Watch hanya dapat digunakan bersama iPhone yaitu mulai dari iPhone 6s atau yang lebih baru dengan iOS 14. Nah yang terbaru, ada Apple Watch Series 6 dan Apple Watch SE tetapi belum tersedia di Indonesia dan yang ada di iBox ialah Apple Watch Series 3 dengan harga mulai Rp3.899.000 dan Rp7.299.000 untuk Apple Watch Series 5.

Galaxy-Watch3_product-image-5
Samsung Galaxy Watch 3 | Foto Samsung

Beralih ke Samsung, yang terbaru Galaxy Watch 3 sudah tersedia dengan harga mulai Rp5.699.000. Smartwatch ini menggunakan Tizen Based Wearable OS versi 5.5 dan bisa digunakan untuk smartphone Android maupun iOS. Berbeda dengan Apple Watch yang memiliki desain kota, smartwatch Samsung hadir dengan desain bulat.

Fitbit Versa 3
Fitbit Versa 3 | Foto Fitbit

Lanjut ke Fitbit, yang terbaru ialah Fitbit Versa 3 yang kini punya GPS terintegrasi sehingga dapat memonitor aktivitas seperti berlari atau bersepeda tanpa perlu bergantung pada smartphone dan dilengkapi speaker untuk menerima panggilan telepon. Serta Fitbit Sense dengan sederet fitur eksklusif, kedua smartwatch ini masing-masing dijual mulai dari Rp4.499.000 dan Rp5.899.000.

Huawei GT Watch GT2 Pro
Huawei GT Watch GT2 Pro

Huawei juga rajin merilis smartwatch, yang terbaru ada  yang dibanderol Rp4.299.000 dan Huawei Watch Fit Rp1.399.000. OPPO juga punya OPPO Watch yang dibanderol Rp3.499.000 dengan keunggulan AI Outfit-Matching yang akan meracikkan watch face sesuai dengan gaya busana penggunanya.

Juga ada smartwatch tangguh nan premium dari Garmin, serta Amazfit bila mencari yang terjangkau. Intinya pastikan smartwatch yang Anda pilih kompatibel dengan smartphone yang Anda miliki.

2. Desain & Layar

Apple_watch-series-6-hermes-stainless-steel-silver-single-tour_09152020_carousel
Apple Watch Series 6 | Foto Apple

Terlepas dari fungsi utamanya, banyak juga orang yang membeli smartwatch karena status sosial dan fashion. Dalam hal ini, Apple Watch dengan desain kotak minimalisnya berada diurutan ke atas. Namun seperti yang saya bilang di awal, Anda perlu iPhone untuk menggunakan Apple Watch.

Bagi pengguna Android, smartwatch seperti Fitbit Versa series dengan desain kotak yang sekilas mirip Apple Watch juga menjadi daya tarik tersendiri. Di sisi lain, smartwatch Samsung punya desain pakemnya sendiri yaitu bulat. Jam tangan pintar Huawei dan Garmin juga kebanyakan bentuknya bulat.

Selanjutnya layar, kalau yang harganya murah biasanya pake LCD dan yang agak mahal serta mahal pakai OLED. Kelebihan layar OLED ialah tampilannya lebih tajam dan cerah sehingga keterbacaan layar di bawah sinar matahari lebih baik.

3. Kelengkapan Sensor dan Fitur

Fitur-fitbit-1
Fitur electrocardiogram (ECG) di Fitbit Sense | Foto Fitbit

Kalau soal kelengkapan sensor dan fitur-fitur canggih bawaan, tolak ukur saya adalah Fitbit karena banyak fitur lebih dulu hadir di smartwatch ini. Fitbit Sense juga memiliki sederet fitur baru seperti sensor electrodermal activity (EDA) yang dirancang untuk memonitor tingkat stres penggunanya. Sensor ini bekerja dengan memantau perubahan aliran listrik pada keringat di atas kulit, memahami bagaimana tubuh pengguna bereaksi terhadap berbagai faktor penyebab stres.

Kemudian terdapat juga fitur electrocardiogram (ECG) di Fitbit Sense untuk menganalisis detak jantung dan mendeteksi tanda-tanda atrial fibrillation (AFib) yang berakibat fatal seperti risiko serangan jantung, pembekuan darah, stroke, dan kondisi jantung lainnya. Sementara fitur lain seperti heart rate tracking 24/7, sleep tracking, kemampuan mengukur tingkat oksigen dalam darah (SpO2) sudah tersedia secara luas, dan ada banyak lagi fitur-fitur lainnya termasuk kebugaran.

Umumnya semakin canggih sebuah smartwatch dan makin lengkap fiturnya, masa pakai baterainya tidak bertahan lama. Perhatikan juga sistem operasi yang digunakan, Apple Watch dengan watchOS 7 dan smartwatch dengan Wear OS memiliki dukungan ratusan atau bahkan ribuan aplikasi sehingga lebih banyak hal yang bisa dilakukan.

Sangat menarik melihat perkembangan teknologi smartwatch ke depannya, kemampuannya terus meningkat, dan semakin banyak hal yang bisa dilakukan lewat perangkat ini. Untuk sekarang, pilih desain dan fitur yang paling sesuai dengan kebutuhan dan budget Anda.

Zepp Z Adalah Smartwatch Premium Sepupu Amazfit

Di tengah pasar smartwatch yang terbilang stagnan (kecuali di kubu Apple), nama Amazfit justru mencuat berkat konsistensinya meluncurkan produk-produk baru. Namun Amazfit rupanya bukan satu-satunya brand smartwatch yang dimiliki oleh Huami. Pada tahun 2018, Huami juga sempat mengakuisisi produsen sensor wearable bernama Zepp, yang di tahun 2020 ini memutuskan untuk ikut terjun ke ranah smartwatch.

Usai memperkenalkan smartwatch pertamanya pada bulan Agustus lalu, Zepp kini kembali dengan smartwatch baru lagi yang tak kalah menarik. Dijuluki Zepp Z, desainnya premiumnya langsung mencuri perhatian, dengan rangka yang terbuat dari bahan titanium yang kokoh tapi tetap ringan (40 gram), plus tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Aspek desain ini pada dasarnya merupakan faktor pembeda yang paling utama antara smartwatch besutan Zepp dan Amazfit meski sama-sama berada di bawah satu induk perusahaan. Kalau kita bandingkan antara Zepp Z dan Amazfit GTR 2 yang diluncurkan belum lama ini, cukup jelas terlihat bahwa Zepp Z punya penampilan keseluruhan yang lebih mewah.

Zepp Z

Hal ini wajar mengingat sebelum bermain di pasar smartwatch, Zepp merupakan produsen sensor-sensor wearable untuk para pegolf. Untuk layarnya, Zepp Z mengemas panel AMOLED 1,39 inci yang always-on dengan resolusi 454 x 454 pixel, sama persis seperti layar milik Amazfit GTR 2. Masih soal layar, satu perbedaan kecil pada Zepp Z adalah tingkat kecerahan maksimumnya yang lebih tinggi di angka 550 nit.

Selebihnya, Zepp Z mewarisi banyak fitur unggulan milik Amazfit GTR 2, utamanya sensor BioTracker 2 PPG yang tak hanya bisa memonitor laju jantung saja, tapi juga memantau tingkat stres pengguna sekaligus kadar oksigen dalam darahnya (SpO2). Seperti halnya GTR 2, Zepp Z juga mampu mengalkulasikan skor PAI (Personal Activity Intelligence) agar pengguna bisa dengan mudah mengetahui seberapa banyak aktivitas fisik yang perlu mereka lakukan setiap harinya.

Zepp Z

Komponen esensial lain seperti GPS dan GLONASS juga hadir sebagai standar pada Zepp Z, dan ia pun turut dilengkapi 12 mode tracking olahraga yang sama seperti GTR 2. Lalu mungkin yang paling istimewa adalah klaim bahwa Zepp Z dapat bertahan sampai 15 hari pemakaian normal sebelum baterainya perlu diisi ulang.

Kalau boleh menyimpulkan, anggap saja Zepp Z ini sebagai versi mewah dari Amazfit GTR 2; fitur-fiturnya hampir identik, akan tetapi penampilannya jauh lebih berkelas. Tentu saja harganya juga lebih mahal: $349, alias hampir dua kali lipat harga Amazfit GTR 2 ($179).

Sumber: Wareable.

Olive Pro Adalah Alat Bantu Dengar Sekaligus TWS dengan Active Noise Cancellation

Hampir semua TWS premium yang dibekali active noise cancellation (ANC) turut dilengkapi juga dengan fitur untuk membiarkan suara dari sekitar masuk ketika dibutuhkan – biasanya disebut mode ambient atau transparan. Dalam posisi seperti itu, tidak salah apabila sebuah TWS kita anggap sebagai alat bantu dengar, bukan?

Mungkin dengan berlandaskan pada gagasan semacam itulah perangkat bernama Olive Pro ini dibuat. Pengembangnya, sebuah startup asal Korea Selatan bernama Olive Union, mendeskripsikannya sebagai perangkat 2-in-1: alat bantu dengar sekaligus true wireless earphone.

Olive Pro

Dilihat sepintas, wujudnya memang tidak kelihatan seperti sebuah alat bantu dengar sedikit pun. Namun pada kenyataannya, produk ini terdaftar sebagai perangkat medis, setidaknya di Amerika Serikat. Harapannya tentu saja adalah untuk menghapuskan stigma buruk yang kerap muncul ketika melihat seseorang yang mengenakan sebuah alat bantu dengar di area publik.

Pengembangnya bilang bahwa Olive Pro memanfaatkan teknologi noise cancellation berbasis machine learning untuk mengisolasi suara-suara yang tidak diinginkan, dan di saat yang sama mengamplikasi suara-suara seperti percakapan, suara TV, musik, dan lain sebagainya. Sebagai TWS sendiri, kualitas suaranya ditunjang oleh driver tipe balanced armature.

Tentu saja berhubung ini merupakan alat bantu dengar, ia datang bersama sebuah aplikasi smartphone yang dapat digunakan untuk menyesuaikan profil suara yang dihasilkan dengan kualitas pendengaran masing-masing. Prosesnya disebut hanya memakan waktu sekitar 5 menit saja, jauh lebih praktis daripada harus berkunjung ke dokter THT.

Olive Pro

Hal lain yang tidak kalah penting adalah daya tahan baterai, terutama berhubung perangkat ini bakal digunakan hampir setiap saat, bukan cuma saat ingin mendengarkan musik saja. Dalam sekali pengisian, Olive Pro dipercaya mampu beroperasi selama sekitar 7 jam pemakaian. Layaknya TWS lain, Olive Pro juga datang bersama sebuah wireless charging case yang siap menyuplai daya sebanyak dua kali, memberikan total pemakaian selama sekitar 20 jam.

Untuk pemasarannya, Olive Pro saat ini sudah bisa dipesan melalui situs crowdfunding Indiegogo. Harga paling murah yang bisa didapat para backer adalah $199, selisih $100 dari estimasi harga ritelnya, dan sangat terjangkau untuk ukuran alat bantu dengar.

Sumber: Engadget.

LG Umumkan PuriCare Wearable Air Purifier Akan Tersedia di Indonesia

LG Electronics Indonesia akhirnya resmi mengumumkan dimulainya pemasaran perangkat air purifier terbarunya, yaitu LG PuriCare Wearable Air Purifier. Label wearable pada namanya, merujuk pada desain berbentuk serupa pelindung wajah yang menutupi bagian hidung dan mulut yang membuatnya dapat digunakan setiap saat bahkan saat beraktivitas di luar ruang, apalagi di situasi pandemi covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini.

Terus meningkatnya perhatian masyarakat Indonesia pada kebersihan udara ditengah aktivitas kesehariannya, mendorong kami sebagai penyedia teknologi untuk membawa produk revolusioner ini ke Indonesia,” ujar Seungmin Park – President of Sales and Marketing PT. LG Electronics Indonesia. Tentang sebutan revolusioner ini, tak hanya dari bentuknya yang meninggalkan desain air purifier yang sebelumnya dikenal portable. Namun merujuk pula pada teknologi dan fitur didalamnya yang dibuat untuk melindungi sekaligus memberi kenyamanan dalam penggunaan.

AP-PuriCare-Wearable-Air-Purifier-

PuriCare Wearable Air Purifier ini termasuk dalam seri LG PuriCare yang dikenal luas sebagai lini produk LG bagi produk yang mengedepankan penciptaan udara bersih. Termasuk didalamnya berbagai seri produk air purifier, pengembangan seri LG PuriCare melebar menjangkau penggunaan bagi konsumen akhir rumah tangga maupun solusi bagi bangunan komersil.

Air purifier wearable ini mengadopsi dua filter H13 HEPA yang serupa dengan yang digunakan pada teknologi air purifier LG terkini. Penggunaan saringan khusus ini membuat LG PuriCare Wearable Air Purifier memiliki tingkat efektivitas optimal dalam menghilangkan bakteri, virus serta berbagai allergen yang melayang di udara. Kinerja ini telah terverifikasi melalui pengujian yang dilakukan dibawah observasi lembaga uji internasional TÜV Rheinland di Korea Selatan pada bulan Mei tahun ini.

Perhatian pada kenyamanan penggunaan, mudah terasa saat pertama kali mengenakan perangkat air purifier wearable ini. Pengembangan berdasarkan analisis pada tekstur wajah berpadu dengan pelindung bagian dalam dari material silikon medical grade, memberikan kenyamanan saat menempel di wajah. Desain ini sekaligus dibuat dengan pertimbangan untuk meminimalisir tingkat kebocoran udara hingga dibawah 10% pada sepanjang penggunaannya.

Meski dengan rancang bentuk yang rapat, tak membuat proses penapasan pengguna menjadi terhambat. Teknologi yang diterapkan LG bahkan membuat pengguna LG PuriCare Wearable Air Purifier dapat melakukan pernapasan alami.

Hal ini berkat keberadaan Dual Fan dan Respiratory Sensor. Berbentuk kipas yang menempel pada tempat filternya, Dual Fan memastikan penyaringan udara lebih baik dengan opsi pengaturan tiga tingkat kecepatan, sementara sesuai namanya, Respiratory Sensor bekerja mengidentifikasi tingkat volume pernapasan pengguna.

Menunjang kinerjanya, perangkat ini ditenagai baterai built-in berkekuatan 820mAh yang dapat diisi ulang. Kekuatan baterai ini membuatnya mampu beroperasi hingga delapan jam dengan kecepatan rendah dan dua jam pada pengaturan tertinggi. Dengan komponen utama seperti filter, penutup dalam, pelindung wajah, tali telinga dan pemanjang tali mudah dilepas dan ganti, membuat perangkat purifier wearable ini mudah dibersihkan.

Lebih lanjut bicara mengenai ketersediaannya di Indonesia, LG PuriCare Wearable Air Purifier akan ditawarkan dalam paket penjualan yang termasuk berbagai perangkat cadangan pengganti. Selain unit utama, didalamnya juga akan termasuk 4 filter PuriCare, 10 lapisan dalam, 1 tali tambahan untuk telinga, dan 1 kabel pengisi daya tipe C. Khusus untuk membawanya sehari-hari, untuk menjaga tingkat kebersihannya LG juga menyediakan 1 kantong khusus.

Sementara sebagai opsi tambahan yang melengkapi penjagaan kebersihan bagi PuriCare Wearable Air Purifier, LG menyediakan wadah penyimpan berteknologi sanitasi LG UV Nano. Hadir dengan opsi pembelian terpisah, wadah khusus ini menggunakan pancaran cahaya UV-C LED yang dirancang mampu mengeliminasi 99.99% kuman hanya dalam 30 menit. Tak hanya itu, wadah khusus ini menyingkirkan kelembaban pada berbagai komponen dalam yang disebabkan pernapasan penggunanya.

Dengan seluruh kemampuannya memberikan perlindungan dan kenyamanan melalui udara lebih bersih, LG menyatakan optimis PuriCare Wearable Air Purifier akan mudah menarik perhatian calon penggunanya di seluruh Indonesia. Lebih lanjut terkait menandai pemasaran perdana LG PuriCare Wearable Air Purifier, LG akan menghelat sebuah kegiatan interaktif di kanal media sosial LG. Kegiatan ini membuka peluang bagi peminat LG PuriCare Wearable Air Purifier untuk mendapatkannya secara cuma-cuma. Meski belum menyebut kepastian waktunya, namun LG memberi ancang-ancang bahwa kegiatan ini akan berlangsung pekan depan.

Cuma $179, Amazfit GTR 2 dan GTS 2 Tawarkan Fitur-Fitur ala Smartwatch Premium

Dalam beberapa tahun terakhir, Huami terus membangun reputasinya sebagai produsen perangkat wearable yang bermutu sekaligus berharga terjangkau. Branding yang dipakainya, Amazfit, kerap kali muncul dalam daftar smartwatch atau fitness tracker yang direkomendasikan berkat keseimbangan antara fitur dan harga yang ditawarkan.

Prinsip yang sama kembali Huami terapkan pada duo smartwatch terbarunya, Amazfit GTR 2 dan GTS 2. Keduanya sama-sama mengusung fitur yang biasa kita jumpai pada smartwatch premium, macam layar AMOLED always-on misalnya. Sebagai perbandingan, Apple Watch SE yang baru diluncurkan harus mengorbankan fitur ini demi menekan harga jualnya.

Masih seputar layar, GTR 2 mengemas layar membulat dengan dimensi 1,39 inci, sedangkan GTS 2 punya layar mengotak yang berukuran lebih besar di angka 1,65 inci. Keduanya sama-sama cukup terang dengan tingkat kecerahan maksimum hingga 450 nit. Perihal ketahanan air, kedua smartwatch ini diklaim tahan sampai kedalaman 50 meter.

Beralih ke fitur, kedua smartwatch ini sama-sama dibekali kapabilitas yang cukup lengkap. Di samping sensor laju jantung yang bekerja secara nonstop, keduanya turut dilengkapi fitur untuk memantau kadar oksigen dalam darah alias SpO2. Mungkin Anda masih ingat, SpO2 tracking ini adalah fitur yang paling diunggulkan oleh Apple Watch Series 6.

Sleep tracking juga merupakan fitur standar pada GTR 2 dan GTS 2, demikian pula kemampuan untuk memantau tingkat stres pengguna. GPS dan GLONASS turut hadir pada kedua perangkat, sehingga kegiatan seperti berlari atau bersepeda dapat dimonitor tanpa harus mengandalkan bantuan smartphone. Secara total, ada 12 mode tracking olahraga yang tersedia.

Amazfit GTS 2 / Huami
Amazfit GTS 2 / Huami

Satu fitur unik milik kedua smartwatch ini adalah yang Huami sebut dengan istilah Personal Activity Intelligence Health Assessment System, atau biasa disingkat PAI. PAI pada dasarnya adalah skor yang dikalkulasikan berdasarkan data kesehatan yang perangkat rekam, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk mengindikasikan seberapa banyak aktivitas fisik yang pengguna perlu lakukan setiap harinya agar tetap bugar.

Huami tidak lupa membekali GTR 2 dan GTS 2 dengan mikrofon beserta speaker, yang artinya perangkat bisa digunakan untuk menerima panggilan telepon. Penyimpanan internal sebesar 3 GB-nya juga dapat dipakai untuk menyimpan sekitar 600 lagu sehingga bisa didengarkan secara offline.

Sejauh ini mungkin kita berpikir yang berbeda dari kedua smartwatch ini hanyalah desainnya saja, tapi rupanya daya tahan baterai kedua perangkat juga punya selisih yang cukup jauh: GTR 2 hingga 14 hari pemakaian normal, sedangkan GTS 2 ‘sampai’ 7 hari saja.

Bagian terbaiknya, semua itu ditawarkan seharga $179 saja, baik untuk GTR 2 maupun GTS 2, alias selisih $100 dari banderol Apple Watch SE. Rencananya, Amazfit GTR 2 dan GTS 2 akan lebih dulu menyambangi Amerika Serikat pada awal November sebelum merambah negara-negara lain.

Sumber: Wareable.

Samsonite Konnect-i Adalah Tas Ransel Pintar dengan Teknologi Google Jacquard

Masih ingat dengan Google Jacquard, teknologi unik yang dapat mengubah berbagai jenis pakaian menjadi semacam alat pengendali berbasis gesture? Teknologi ini menjalani debutnya pertama kali pada tahun 2017 dalam bentuk jaket jeans besutan Levi’s, dan tahun lalu, ia mulai merambah kategori lain, yakni tas ransel.

Tas ransel itu dibuat oleh Yves Saint Laurent, dan seperti yang bisa diduga, harganya kelewat mahal di angka $880. Beruntung sekarang ada opsi lain yang jauh lebih terjangkau, kali ini dibuat oleh produsen tas kawakan asal Amerika Serikat, Samsonite.

Saya bilang lebih terjangkau, bukan murah, sebab harganya masih cukup lumayan di angka $200. Namun saya kira $200 masih jauh lebih masuk akal daripada $880, dan lagi sejumlah model tas ransel lain bikinan Samsonite yang tidak dilengkapi teknologi Jacquard pun juga dijual di kisaran $200.

Lalu apa yang bisa konsumen dapatkan dari tas bernama Samsonite Konnect-i ini selain sebagai wadah untuk menyimpan beragam gadget, termasuk halnya laptop dengan layar sebesar 15,6 inci? Untuk itu, silakan amati bagian strap sebelah kirinya. Garis-garis horizontal berwarna putih itu merupakan penanda area yang bisa membaca sentuhan.

Jadi setelah modul Jacquard-nya diselipkan di bawah garis-garis tersebut, pengguna bisa langsung menerapkan gesturegesture seperti mengusap ke bawah, mengusap ke atas, menutupi, atau double tap. Akan diterjemahkan menjadi fungsi apa gesturegesture tersebut semuanya tergantung pengaturan yang pengguna tetapkan pada aplikasi pendamping Jacquard di perangkat Android maupun iOS.

Fungsi yang paling umum tentu saja adalah untuk mengatur volume musik, mengatur playback, atau menerima panggilan telepon. Namun yang ingin saya tanyakan adalah, apakah mengatur volume menggunakan tas ini memang lebih mudah daripada langsung mengusap sisi luar TWS atau headphone wireless yang sedang kita kenakan?

Tentu saja fungsi-fungsinya tidak terbatas untuk itu saja. Satu yang mungkin bisa sangat berguna buat sebagian besar konsumen menurut saya adalah menggunakannya sebagai remote untuk mengambil selfie atau wefie dari kejauhan, kurang lebih seperti menggunakan S Pen sebagai remote pada Samsung Galaxy Note10 atau Note20.

Bagian yang sedikit merepotkan adalah, modul Jacquard sesekali harus dilepas dan di-charge. Baik Google ataupun Samsonite tidak menyebutkan seberapa lama daya tahan baterainya, tapi yang pasti perangkat masih harus di-charge menggunakan kabel micro USB.

Well, anggap saja semua ini bonus, sebab tasnya sendiri sudah kelihatan cukup premium dan pantas menyandang harga $200. Buat yang memerlukan space lebih lapang, tersedia pula varian Samsonite Konnect-i yang sedikit lebih besar seharga $220.

Sumber: The Verge.

OPPO Watch dan Enco W51 Adalah Tandem Terbaik untuk Berolahraga Selama Pandemi

Di masa-masa sulit seperti ini, menjaga kebugaran tubuh masing-masing tidak kalah pentingnya dari menjaga jarak dengan orang lain. Itulah mengapa belakangan ini kita melihat semakin banyak orang yang memanfaatkan waktu luangnya untuk berolahraga.

Buat sebagian orang, mereka mungkin butuh motivasi ekstra selain sebatas fakta bahwa mereka punya lebih banyak waktu luang di saat seperti sekarang. Trik paling jitu biasanya adalah dengan membeli fitness tracker atau smartwatch, dengan harapan rutinitas olahraganya bisa dipantau dan pada akhirnya menjadi motivasi tersendiri.

Namun tidak semua orang punya banyak waktu luang selama pandemi. Sebagian dari kita mungkin juga ada yang jadi lebih sibuk karena harus selalu mendampingi buah hati, akan tetapi ini semestinya tetap tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak berolahraga. Waktu luang sesingkat lima menit pun sebenarnya juga bisa dimanfaatkan untuk berolahraga.

Inilah yang pada akhirnya menjadikan OPPO Watch terdengar lebih menarik ketimbang smartwatch lain di pasaran. Salah satu fitur unggulannya adalah aplikasi bernama Latihan 5 Menit (5-Minute Workout), yang akan memandu pengguna untuk melancarkan satu sesi kegiatan fisik dalam waktu yang sangat singkat. Kegiatannya pun bervariasi, bisa cardio, atau bisa juga sesederhana meregangkan tubuh sebelum tidur.

Panduan yang diberikan oleh aplikasi memastikan pengguna tidak salah melakukan dan malah mengalami cidera otot karena terburu-buru. Alternatifnya, tentu saja OPPO Watch juga menawarkan opsi yang lebih komprehensif untuk memantau sesi olahraga yang lebih intens. Data-data yang direkam pun juga bisa disinkronisasikan ke Google Fit yang mendukung lebih dari 90 jenis olahraga.

Tanpa harus terkejut, detak jantung pengguna juga akan selalu dipantau sepanjang waktu dengan empat sensor yang akurasinya sangat terjamin. Untuk perkara sepele pun OPPO Watch juga bisa membantu, seperti misalnya ketika pengguna sudah terlalu lama duduk, di mana perangkat bakal membantu mengingatkan pengguna untuk berdiri dan bergerak.

e29bea52ff37189b3f6f336eae95e171_oppo-watch-02

Semua itu ditampilkan di atas layar AMOLED beresolusi tinggi. Untuk varian 41 mm, OPPO Watch mengemas layar 1,6 inci beresolusi 320 x 360 pixel, sedangkan varian 46 mm-nya mengusung layar 1,91 inci beresolusi 402 x 476 pixel. Pengguna juga tidak perlu khawatir baterai perangkat cepat habis karena layarnya yang kelewat tajam, sebab OPPO Watch datang membawa co-processor yang sangat efisien yang mendampingi Snapdragon Wear 3100 selaku chipset utamanya.

Pada kenyataannya, OPPO Watch diklaim bisa tahan sampai 36 jam pemakaian dalam satu kali charge. Proses charging-nya pun juga luar biasa cepat: 75 menit dari kosong sampai penuh. Lalu seandainya sedang terburu-buru, charging selama 15 menit saja sudah cukup untuk menenagai perangkat selama sekitar 18 jam penggunaan.

Berhubung OPPO Watch menjalankan sistem operasi Wear OS, ini berarti pengguna bisa mengunduh beragam aplikasi yang tersedia di Google Play, termasuk halnya Spotify untuk menikmati alunan musik selama berolahraga. Alternatifnya, pengguna juga bisa menyimpan file musik langsung di storage internal OPPO Watch yang berkapasitas 8 GB.

Kalau memilih jalur offline seperti ini, pengguna OPPO Watch pada dasarnya dapat berolahraga tanpa harus membawa smartphone-nya, apalagi mengingat OPPO Watch dilengkapi modul GPS-nya sendiri, yang berarti kegiatan seperti berlari atau bersepeda pun tetap bisa dimonitor dengan baik. Cukup sambungkan TWS ke OPPO Watch, maka pengguna bisa langsung beraktivitas sembari mendengarkan musik.

OPPO Enco W51

Bicara soal TWS, kebetulan OPPO juga punya TWS baru bernama Enco W51. Keistimewaan TWS ini terletak pada teknologi active noise cancellation (ANC) yang disematkan, yang sanggup mengurangi tingkat kebisingan di sekitar sampai sebesar 35 desibel. Jadi walaupun di rumah atau di sekitar sedang banyak orang, suara riuhnya tidak akan mengganggu alunan musik upbeat yang tengah menemani sesi olahraga pengguna.

Bodi OPPO Enco W51 juga tahan air dengan sertifikasi IP54, yang berarti berolahraga di musim hujan pun – yang bakal datang tidak lama lagi – tidak akan jadi masalah besar. OPPO Watch sendiri malah sebenarnya bisa Anda ajak berenang jika perlu.

Dalam sekali pengisian, Enco W51 sanggup beroperasi sampai 3,5 jam nonstop, atau 20 jam kalau dipadukan bersama charging case-nya. Jika fitur ANC-nya dimatikan, maka daya tahan baterainya akan naik sedikit menjadi 4 jam, atau 24 jam bersama charging case. Supaya praktis, charging case milik Enco W51 dapat diisi ulang secara nirkabel menggunakan Qi wireless charger.

Kalau memang masih memerlukan insentif ekstra, kebetulan OPPO juga tengah bersiap mengadakan acara bertajuk Reno4 Virtual Run. Lomba lari ‘bernuansa’ pandemi tersebut akan berlangsung mulai 12 – 31 Oktober dengan total hadiah senilai 80 juta rupiah. Pendaftaran acaranya masih dibuka sampai tanggal 12 Oktober dengan mengunjungi situs resmi Reno4 Virtual Run.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

Apple Luncurkan Dua Smartwatch Baru Sekaligus, Apple Watch Series 6 dan Apple Watch SE

Bersamaan dengan peluncuran iPad Air generasi keempat, Apple turut menyingkap smartwatch terbaru mereka. Bukan cuma satu kali ini, melainkan dua sekaligus, yakni Apple Watch Series 6 dan Apple Watch SE.

Kita mulai dari yang lebih mahal dulu, yaitu Series 6, yang merupakan penerus langsung dari Apple Watch Series 5 tahun lalu. Apa saja yang baru? Cukup banyak, terlepas dari desainnya yang tetap begitu-begitu saja. Meski begitu, Series 6 setidaknya tersedia dalam lebih banyak pilihan warna case, termasuk halnya warna biru maupun merah.

Seperti sebelumnya, Series 6 kembali mengusung layar OLED yang always-on, namun yang diklaim punya tingkat kecerahan maksimum 2,5 kali lebih tinggi daripada layar milik Series 5. Layar yang bisa menyala lebih terang otomatis lebih mudah dilihat di bawah sorotan matahari langsung.

Selanjutnya, Series 6 juga menghadirkan peningkatan performa hingga 20 persen lebih baik dibanding Series 5. Ini penting mengingat kinerja chipset milik Series 5 pada dasarnya sama seperti Series 4. Meski lebih kencang, daya tahan baterai Series 6 masih sama, alias sampai 18 jam pemakaian. Proses charging-nya sedikit lebih cepat, cuma memerlukan waktu 1,5 jam dari kosong sampai penuh.

Terkait kemampuan tracking-nya, Series 6 datang dengan dua sensor baru. Yang pertama adalah altimeter baru yang akan aktif sepanjang waktu sehingga pengguna dapat memonitor elevasinya setiap saat. Yang kedua adalah sensor untuk mengukur kadar oksigen dalam darah (SpO2), yang kebetulan terbukti cukup berguna untuk membantu mendeteksi gejala awal COVID-19.

Tentu saja ini tidak serta merta berarti Apple Watch bisa dipakai sebagai alat pendeteksi satu-satunya, apalagi mengingat kemampuan mengukur SpO2 sebenarnya bukanlah hal yang baru di dunia perangkat wearable – Fitbit sudah melakukannya sejak cukup lama.

Pembaruan lainnya datang bersama watchOS 7. Selain tentu saja sederet watch face baru, salah satu yang fitur yang cukup menarik adalah Family Setup, yang memungkinkan pengguna untuk memakai Apple Watch tanpa harus memiliki iPhone sendiri. Dengan kata lain, satu iPhone kini dapat dihubungkan ke beberapa Apple Watch sekaligus, asalkan semuanya berada di naungan satu akun keluarga.

Apple juga akhirnya mengikuti jejak Fitbit dengan memperkenalkan layanan berlangganan khusus buat konsumen Apple Watch. Dinamai Apple Fitness+, layanan dengan tarif $10 per bulan ini menjanjikan kelas fitness virtual yang bisa diikuti lewat iPhone, iPad, maupun Apple TV.

Saat kelas dimulai, Apple Watch akan memulai tracking secara otomatis untuk jenis aktivitas yang tepat, dan data-data penting yang dimonitor akan diteruskan ke layar iPhone, iPad maupun Apple TV secara real-time. Fitness+ membutuhkan minimal Apple Watch Series 3, dan sejauh ini baru akan tersedia di beberapa negara saja (Indonesia belum termasuk).

Apple Watch Series 6 saat ini sudah dipasarkan dengan harga mulai $399. Kalau itu dirasa terlalu mahal, maka saatnya ganti membahas mengenai Apple Watch SE.

Apple Watch SE

Seperti halnya iPhone SE yang dijual jauh lebih murah daripada iPhone lainnya, Apple Watch SE pun juga demikian. Harganya dipatok mulai $279, dan di sini saya akan coba menjabarkan apa saja perbedaannya jika dibandingkan dengan Series 6.

Yang paling utama adalah, Watch SE tidak dilengkapi fitur pengukur kadar oksigen dalam darah tadi. Fitur tersebut sejauh ini eksklusif untuk Series 6 saja, namun setidaknya Watch SE telah mewarisi komponen altimeter-nya yang bersifat always-on.

Dari segi performa, Watch SE juga tidak sekencang Series 6, sebab chipset yang digunakan masih sama persis seperti milik Series 5. Lalu apakah ini berarti Watch SE selevel dengan Series 5? Well, bisa dibilang begitu, tapi beberapa fitur rupanya tetap harus dipangkas demi menekan harga jualnya tersebut.

Salah satu yang menurut saya paling krusial adalah terkait layarnya. Besar layarnya memang sama persis, akan tetapi layar milik Watch SE tidak always-on seperti milik Series 6 maupun Series 5. Bahkan sensor laju jantungnya pun adalah versi lama yang belum dilengkapi fungsionalitas electrocardiogram alias ECG. Beruntung fitur Fall Detection masih tersedia di Watch SE.

Singkat cerita, saat ini ada tiga model Apple Watch yang Apple pasarkan secara resmi:

  • Apple Watch Series 6 dengan harga mulai $399
  • Apple Watch SE dengan harga mulai $279
  • Apple Watch Series 3 dengan harga mulai $199

Sumber: Apple 1, 2.

Fitbit Luncurkan Dua Smartwatch Baru, Fitbit Sense dan Fitbit Versa 3

Fitbit punya dua smartwatch baru, yakni Fitbit Sense dan Fitbit Versa 3. Versa 3 kita tahu adalah penerus langsung dari Versa 2 yang diluncurkan tahun lalu, sedangkan Sense adalah model yang benar-benar baru dengan sederet fitur eksklusif, plus semua yang dimiliki oleh Versa 3.

Langsung saja, fitur unggulan Sense adalah sebuah sensor electrodermal activity (EDA) yang dirancang untuk memonitor tingkat stres penggunanya. Cara menggunakannya terkesan mudah: usai membuka aplikasi EDA Scan di Sense, pengguna cukup meletakkan telapak tangannya di atas layar perangkat selama beberapa saat.

Fitbit bilang sensor ini bekerja dengan memantau perubahan aliran listrik pada keringat di atas kulit, memahami bagaimana tubuh pengguna bereaksi terhadap berbagai faktor penyebab stres. Bagi para pelanggan Fitbit Premium, mereka bisa mengikuti sejumlah sesi meditasi yang dirancang secara spesifik berdasarkan hasil pantauan sensor EDA ini.

Kedua, Fitbit Sense juga dilengkapi fitur electrocardiogram (ECG), dan cara menggunakannya pun tidak kalah simpel: tinggal buka aplikasinya, lalu jepit ujung kiri bawah dan kanan atas perangkat menggunakan jempol dan telunjuk selama 30 detik. Ya, rangka stainless steel yang mengitari tubuh Sense rupanya bukan cuma untuk bergaya saja, tapi juga berperan sebagai elektroda yang efektif.

Fitur andalan yang ketiga adalah sensor suhu tubuh, tapi Fitbit bilang fitur ini belum tentu tersedia di semua negara. Fungsinya menurut Fitbit adalah untuk mengindikasikan beragam faktor terkait kesehatan, semisal gejala demam atau bahkan tanda-tanda awal siklus menstruasi bagi pengguna wanita.

Perpaduan fitur-fitur ini pada akhirnya mewujudkan sebuah perangkat yang siap membantu pengguna menjaga kesehatan fisik sekaligus mentalnya. Semuanya tanpa melupakan komponen-komponen esensial macam layar AMOLED, GPS, serta baterai yang awet. Dalam sekali pengisian, Fitbit Sense diklaim bisa tahan sampai setidaknya 6 hari pemakaian, dan ia pun turut mendukung teknologi pengisian daya cepat – 12 menit charging = daya untuk penggunaan selama satu hari penuh.

Di Amerika Serikat, Fitbit Sense bakal segera dipasarkan seharga $330, sudah termasuk gratis langganan Fitbit Premium selama 6 bulan. Kalau itu terkesan terlalu mahal, dan Anda tidak tertarik memonitor tingkat stres, ada Fitbit Versa 3 sebagai alternatif yang lebih terjangkau.

Fitbit Versa 3

Dari kacamata yang paling sederhana, Versa 3 adalah Sense tanpa sensor EDA, sensor suhu tubuh, maupun fitur ECG itu tadi. Jadi kalau menurut Anda ketiga fitur ini tidak begitu penting, Anda bisa menghemat sekitar $100 dengan meminang Versa 3, yang dibanderol resmi seharga $230 di Amerika Serikat.

Namun pertanyaan yang tidak kalah relevan adalah, apa saja hal baru yang ditawarkan Versa 3 jika dibandingkan dengan pendahulunya? Yang paling utama dan yang mungkin paling dinanti-nanti para penggemar seri Versa adalah GPS terintegrasi. Ya, Versa 3 sekarang bisa memonitor aktivitas seperti berlari atau bersepeda tanpa perlu bergantung pada smartphone.

Selanjutnya, Fitbit juga telah memperbarui sensor laju jantung milik Versa 3 supaya bisa memantau secara lebih baik lagi selama 24 jam penuh. Juga baru adalah fitur untuk memonitor kadar oksigen dalam darah (SpO2), bahkan saat pengguna sedang tidur sekalipun.

Versa 3 juga dilengkapi speaker, yang artinya pengguna bisa memakainya untuk menerima panggilan telepon seandainya diperlukan. Kalau sebelumnya Versa 2 hanya mengemas integrasi Alexa, Versa 3 sekarang juga dilengkapi integrasi Google Assistant. Bukan hal yang mengejutkan mengingat Fitbit sekarang sudah resmi jadi anak perusahaan Google.

Daya tahan baterainya lagi-lagi kembali ditingkatkan, dari yang sebelumnya sampai 5 hari menjadi sampai 6 hari, sama seperti Sense. Versa 3 juga turut mendukung teknologi fast charging yang sama cepatnya seperti Sense.

Dari segi fisik, Fitbit juga telah menyempurnakan sejumlah elemen desain Versa 3. Yang paling utama, Fitbit sudah mengubah mekanisme pemasangan strap pada Versa 3 agar lebih mudah dilepas dan dipasang ketimbang di Versa 2. Perangkat tentu saja juga masih tahan air sampai kedalaman 50 meter.

Fitbit Inspire 2

Dalam kesempatan yang sama, Fitbit rupanya juga memperkenalkan Inspire 2, kelanjutan dari fitness tracker bernama sama yang Fitbit bawa ke Indonesia tahun lalu. Inspire 2 dihargai cuma $100, cocok buat yang baru ingin memulai gaya hidup yang lebih sehat. Lebih menarik lagi, Inspire 2 datang bersama akses gratis ke layanan Fitbit Premium selama 1 tahun.

Pertanyaannya, apa saja pembaruan yang Inspire 2 bawa yang absen di Inspire maupun Inspire HR? Yang paling signifikan mungkin adalah layar OLED-nya, yang sekarang sudah merupakan touchscreen. Meskipun penampilannya sepintas sama, kehadiran layar sentuh pada Inspire 2 tentu merupakan upgrade yang sangat berarti dibanding navigasi berbasis tombol.

Pembaruan lainnya adalah fitur Active Zone Minutes, yang sebelumnya cuma tersedia di perangkat-perangkat yang berharga lebih mahal, termasuk Versa 3 dan Sense itu tadi. Active Zone Minutes sederhananya merupakan metrik baru yang bisa menggambarkan pencapaian fisik pengguna secara lebih gamblang setiap harinya.

Sleep tracking maupun heart-rate monitoring selama 24 jam nonstop merupakan dua dari sederet fitur andalan lain Inspire 2. Perangkat juga dibekali baterai yang sangat awet, yang diyakini mampu menemani pengguna sampai 10 hari dalam sekali charge.

Sumber: Fitbit.