Peluang HOYO dan ZeroTwo di DPC SEA 2021 Lower Division

Setelah kurang lebih satu pekan kualifikasi Dota Pro Circuit 2021 berjalan, akhirnya 8 tim kontestan untuk Lower Division Regional League SEA telah terpilih. Dua dari delapan tim tersebut memiliki pemain Indonesia sebagai roster utama mereka. Ada tim HOYO yang memainkan Tri Kuncoro (Jhocam). Ada juga tim ZeroTwo yang memainkan Muhammad Rizky (InYourDream) dan Randy Muhammad Sapoetra (Dreamocel). Selain itu, 6 tim sisanya adalah Galaxy Racer, Omega Esports, Assault, Cignal Ultra, Yangon Galacticos, dan Lilgun.

Beberapa tim dari daftar tersebut mungkin terdengar asing. Saya yang belakangan tidak sepenuhnya mengikuti skena Dota 2 pun sedikit kaget melihat ada tim seperti Yangon Galacticos yang berisi pemain-pemain Myanmar ataupun Lilgun yang berisi pemain-pemain asal Mongolia. Walaupun demikian, beberapa tim tersebut sempat menunjukkan performa yang cukup baik pada kualifikasi kemarin. Dengan lawan-lawan yang akan dihadapi, mampukah HOYO ataupun ZeroTwo mendapatkan kemenangan demi kemenangan guna melaju ke Upper Division nantinya?

Sumber Gambar - Twitter @wykrhm
Sumber Gambar – Twitter @wykrhm

Membicarakan hal tersebut, saya mewakili redaksi Hybrid.co.id pun berbincang dengan Gideon “ANONIM” Arief. ANONIM terbilang jadi salah satu dari beberapa sosok shoutcaster yang hingga saat ini masih sangat aktif mengamati dan juga mengomentari pertandingan-pertandingan Dota 2. Pada babak kualifikasi kemarin pun dirinya mengomentari pertandingan-pertandingan yang berlangsung di channel YouTube WxC Indonesia, salah satu channel YouTube yang belakangan menyeruak di tengah komunitas Dota 2 Indonesia.

Menanggapi pertanyaan saya seputar hal tersebut, ANONIM pun menyoroti soal kerja sama dari kedua tim tersebut. “Dari apa yang gue lihat, dua tim tersebut masih belum mendapatkan konsep kerja sama tim yang tepat sih. Terlihat masih saling eksplorasi untuk menyesuaikan keadaan dengan hero pool dari masing-masing pemain. Apabila mereka berhasil menjadi lebih klop, gue merasa kesempatan mereka akan jadi cukup besar untuk melaju ke Upper Division. Kenapa? Karena mereka sudah punya skill individu yang tajam. Cuma kalah dari sisi chemistry dan strat aja.” tutur ANONIM.

Bagi Anda yang terlewat dengan perkembangan skena kompetitif Dota 2, Valve baru-baru ini meluncurkan beberapa perubahan di Dota Pro Circuit 2021. Salah satu perubahan terbesar adalah kehadiran pertandingan liga berjenjang dengan durasi yang cukup panjang. Ada dua jenjang liga, Upper Division dan Lower Division. HOYO dan ZeroTwo saat ini berada di liga Lower Division. Ibarat liga sepak bola Italia, mereka seperti bertanding di liga Serie B. Berada di Upper Division sangat penting karena dari sana mereka bisa lolos ke turnamen Major. Tim yang menjadi juara Major akan mendapat kesempatan yang lebih besar melaju ke The International. Dua tim tersebut bisa lolos ke Upper Division asalkan mereka finish di peringkat top 2 Lower Division pada akhir Regional League Season 1.

Lalu siapa saja di antara 6 tim tersebut yang akan jadi tantangan terbesar bagi HOYO ataupun ZeroTwo. “Kalau lawan berat, menurut gue sih Galaxy Racer dan Omega Esports. Omega Esports kiprahnya sudah terlihat ketika masih menggunakan nama Adroit. Lalu kalau Galaxy Racer kelebihannya adalah karena mereka merupakan tim yang berasal satu negara (Malaysia). Ditambah lagi pemain-pemain Galaxy Racer juga berpengalaman dan sempat bermain bersama dalam beberapa momen.”

Sumber Gambar - MET Official Website
Gideon Arief atau ANONIM, sosok shoutcaster yang terkenal cukup analitis ketika membahas sebuah pertandingan. Sumber Gambar – MET Official Website

Melihat rosternya di Liquidpedia, saya memang cukup setuju dengan ANONIM bahwa Galaxy Racer jadi patut diwaspadai. Galaxy Racer menyertakan nama-nama yang sudah cukup lama malang melintang di kancah Dota seperti KyXy dan 343. Lalu bagaimana dengan tim lainnya? Saya sendiri cukup penasaran dengan tim seperti Yangon Galacticos ataupun Lilgun karena berasal dari negara yang terbilang cukup minim terdengar berkiprah di kancah esports.

“Dari 2 tim tersebut, yang secara mengejutkan bagus itu Yangon Galacticos menurut gue. Tapi mungkin memang karena faktor kelima roster tim tersebut yang berasal dari satu negara (Myanmar). Chemistry-nya jadi bagus sehingga strat mereka pun berjalan terbilang cukup mulus.” ANONIM menjelaskan.

Pertandingan Regional League DPC SEA 2021 sendiri akan dimulai tanggal 18 Januari 2021 mendatang secara online. Mengacu pada informasi resmi dari Valve, pertandingan Lower Division SEA dilakukan setiap hari senin sampai jumat. Mari kita dukung dan berikan doa yang terbaik untuk Jhocam, InYourDream, dan Dreamocel yang berjuang di pertandingan Lower Division Regional League DPC SEA 2021 mendatang!

Seputar PES E-League Thailand 2021 dan Persiapan Zeus Gaming

Sepanjang perjalanan skena kompetitif game Pro Evolution Soccer, Thailand memang terbilang menjadi salah satu pusat perkembangan di kawasan Asia Tenggara. Tahun lalu E-League Thailand bahkan berhasil menggaet liga sepak bola kasta utama di negara tersebut sehingga pertandingan berubah nama menjadi Toyota E-League 2020.

Mengingat perkembangan skena Pro Evolution Soccer yang begitu pesat di sana, tidak heran bila beberapa pemain terbaik Indonesia pun turut bertandang ke sana. Tahun 2020 lalu setidaknya ada tujuh pemain Indonesia yang bertanding di sana. Ada Rizal “Ivander” Danyarta, Adyatama “Qwa” Priady, Rizky Faidan, Rommy Hadi Wijaya, Elga Cahya Putra, Setia Widianto, dan Doni Pratama Sakti. Mereka semua bermain membela klub-klub liga sepak bola Thailand untuk Toyota E-League 2020.

Sumber Gambar - Liga1PES
Sumber Gambar – ELeague Thailand

Tahun 2021 ini E-League Thailand kembali hadir, namun terlihat memiliki format berbeda. Informasi terakhir dari akun media sosial resmi E-League Thailand menunjukkan bahwa akan ada 10 tim yang bertanding di dalam liga tersebut. Dari 10 tim tersebut kita dapat melihat bahwa 5 di antaranya yaitu Prachuap FC, Buriram United, Rayong FC, Suphanburi FC, dan Police Tero FC merupakan klub sepak bola liga Thailand. Sementara 5 lainnya merupakan organisasi esports yang sudah cukup ternama di Asia Tenggara seperti Xavier Esports, Purple Mood Esports, atau Box Gaming.

Terselip dari 5 organisasi esports tersebut adalah Zeus Gaming, salah satu organisasi yang cukup ternama di skena Pro Evolution Soccer lokal. Ingin mengetahui lebih lanjut soal perjalanan Zeus Gaming hingga mendapat kesempatan tersebut, saya mewakil redaksi Hybrid.co.id pun berbincang singkat dengan Putra Sutopo selaku President & Founder of Zeus Gaming.

Sumber: Dokumentasi resmi IFeL
Putra Sutopo yang merupakan President & Founder dari Zeus Gaming. Sumber Gambar – Dokumentasi resmi IFeL

Dalam hal format pertandingan, Putra pun mengatakan. “Memang sedikit beda jika dibanding tahun lalu. Tahun ini tetap melibatkan tim sepak bola namun dicampur dengan sebagian tim esports. Kalau alasan kenapa tim esports juga turut disertakan pada tahun ini, mungkin karena penyelenggara bertujuan untuk meningkatkan viewership liga dan tim esports mungkin punya daya tariknya tersendiri bagi para penonton. Menurut pendapat saya sih seperti itu.” Ucap Putra.

Jujur saya agak bingung ketika E-League Thailand tiba-tiba mengumumkan tim peserta saja tanpa ada informasi sebelumnya seputar seleksi ataupun persiapan menuju season 2021. Mungkin juga saya jadi ketinggalan informasi karena E-League Thailand hanya memiliki kanal informasi dengan bahasa lokal saja, setidaknya dari apa yang saya pantau. Putra lalu menjelaskan bagaimana Zeus Gaming bisa terpilih menjadi bagian dari e-League Thailand musim ini.

“Untuk musim ini penyelenggara liga Thailand memang mengundang organisasi esports yang ada di Asia dan memberikan kesempatan bergabung ke dalam liga melalui sebuah kualifikasi. Pada saat kualifikasi, kami menghadapi tim dari klub sepak bola Thailand serta organisasi esports asal Thailand, Malaysia, Vietnam dan Jepang. Alhamdulillah porsesnya berjalan lancar dan enggak ada kendala yang terlalu besar.” Putra Sutopo menjelaskan seputar perjalanan timnya menjadi bagian E-League Thailand di musim ini.

Lalu bagaimana dengan persiapan Zeus Gaming untuk liga tersebut? “Kalau soal persiapan, sejauh ini saya merasa persiapan kami sudah cukup matang karena jadwal latihan rutin yang telah kami lakukan belakangan ini.” Lalu bagaimana dengan roster? Musim lalu Rizky Faidan bermain untuk Buriram Esports. Dengan kehadiran Zeus Gaming dan Buriram Esports di musim ini tentu akan menciptakan kebingungan tersendiri bagi para fans.

“Roster Zeus Gaming untuk E-League Thailand yaitu Rizal ‘Ivander’, Elga Cahya Putra, Elul Wibowo, Ferry Gumilang, Rommy Hadiwijaya, dan Fiqri Rahardian. Lima roster Zeus tersebut adalah pemain berpengalaman dan turut bertanding di liga Indonesia Football e-League musim kemarin kecuali Fiqri Rahardian. Kalau soal Rizky Faidan, ada kemungkinan dia akan perpanjang kontrak dengan Buriram. Namun hal tersebut masih tentatif dan belum bisa dipastikan.” Putra menjelaskan.

Rizky Fadhian saat berlaga di Emirates Stadium. | Sumber: Facebook
Rizky Fadhian, wonderkid PES Indonesia yang merupakan pemain dari Zeus Gaming. | Sumber: Facebook

“Jadi apabila Rizky Faidan diperpanjang kontraknya dengan Buriram United, maka ia akan kembali bermain bersama tim tersebut dalam status pinjaman. Rizky akan tetap membela Zeus Gaming untuk kompetisi di luar E-League Thailand. Tapi apabila Buriram United tidak jadi memperpanjang peminjaman Rizky, maka ia akan bermain bersama Zeus Gaming untuk E-League Thailand nantinya.” Putra memperjelas lebih lanjut.

Lalu bagaimana dengan lawan-lawan yang akan dihadapi? “Saya merasa Buriram tentu akan jadi lawan terberat. Tim tersebut adalah juara 3 kali berturut-turut dari E-League Thailand. Belum lagi soal kemungkinan Rizky yang bermain dengan tim tersebut.” Ucap Putra.

Terkait soal jadwal dan metode pertandingan, Putra Sutopo menjelaskan bahwa pertandingan akan dilakukan mulai dari bulan Februari hingga bulan Agustus 2021 mendatang. Pertandingan E-League Thailand akan diselenggarakan secara online dengan format 1vs1 dan 3vs3. Putra juga menjelaskan bahwa ada kemungkinan pertandinga dilakukan secara offline di Thailand apabila pandemi COVID-19 sudah lebih dapat dikendalikan.

Menutup perbincangan Putra pun menyampaikan rasa bahagianya bisa turut bertanding E-League Thailand.

“Sangat bersyukur bisa mendapat kesempatan bersaing di liga profesional bersama klub serta tim esports dari berbagai negara. Target kami tentunya adalah menjadi juara dan menjadi yang terbaik di kompetisi manapun. Kami akan berjuang sekuat tenaga untuk dapat merebut piala dari sang juara bertahan. Insya Allah kami akan jadi juara di E-League Thailand 2021 dan mengharumkan nama bangsa Indonesia.” Tutup Putra.

Mari kita doakan segala yang terbaik dan agar Zeus Gaming sebagai organisasi esports yang mewakili Indonesia di kancah Pro Evolution Soccer bisa menunjukkan permainan terbaiknya di E-League Thailand 2021.

InYourDream Lolos Lower Division DPC 2021, PMCO Tidak Lagi Mainkan Map Vikendi

Ada banyak pengumuman menarik di pekan kedua bulan Januari tahun 2021 ini. Lolosnya Zero Two yang dipunggawai InYourDream dan Dreamocel ke Lower Division DPC SEA 2021 jadi salah satunya. Tapi selain itu ada juga pengumuman menarik lain seperti Vikendi yang tidak lagi dipertandingkan di PMCO Spring 2021 nanti dan Riot Games yang membeberkan rencana tahun 2021 mereka. Berikut rekap berita esports di pekan kedua Januari 2021 (5-11 Januari 2021).

Hasil DPC 2021 SEA – Closed Qualifier

Dota Pro Circuit SEA 2021 sudah melalui kualifikasi yang cukup panjang selama awal pekan Januari 2021 kemarin. Open Qualifier telah dilakukan, Closed Qualifier Stage 2 juga sudah hampir usai menyaring tim-tim terbaik yang akan berkesempatan untuk bertanding di Lower Division Regional League Season 1. Tujuh tim sudah dipastikan untuk bertanding di Lower Division.

Tujuh tim tersebut adalah Galaxy Racer, Omega Esports, HOYO, Assault, Cignal Ultra, Yangon Galacticos, dan Lilgun. Slot terakhir diperebutkan melalui Tiebreaker yang berlangsung hari ini antara dua tim Indonesia, Zero Two (IYD, Dreamocel, dan kawan-kawan) dan Army Geniuses (MamangDaya dan kawan-kawan). Setelah pertarungan sengit, Zero Two pun akhirnya berhasil merebut slot terakhir di Lower Division.

Zeus Esports Masuk E-League Thailand

Sumber Gambar - Liga1PES
Sumber Gambar – Liga1PES

Sampai saat ini, Thailand mungkin bisa dibilang sebagai salah satu negara yang punya skena esports Pro Evolution Soccer paling maju. Salah satu alasannya adalah berkat kehadiran E-League Thailand. Musim lalu E-League Thailand mempertandingkan tim-tim dari liga sepak bola Thailand. Liga tersebut menyertakan beberapa pemain Indonesia, termasuk sang wonderkid Rizky Faidan. Tahun ini E-League Thailand menyajikan format yang berbeda dan mempertandingkan klub-klub esports.

Menariknya, ada Zeus Esports asal Indonesia yang terselip di antara 10 tim yang diumumkan bertanding di E-League Thailand. Dilangsir dari Official Facebook Page Liga1PES, Zeus Esports akan bertanding dengan organisasi esports ternama Thailand seperti Purple Mood ataupun Buriram Esports. Zeus Esports sendiri merupakan tim dari Rizky Faidan. Masih dari Liga1PES, dikatakan juga bahwa ada beberapa pemain Indonesia bertanding membela tim dari Thailand.

PMCO Spring 2021 Tidak Akan Pertandingkan Vikendi

Sumber Gambar - Instagram @pubgmobile.esports.id
Sumber Gambar – Instagram @pubgmobile.esports.id

Tencent mengumumkan bahwa map Vikendi tidak akan digunakan untuk PMCO Spring 2021 mendatang. Tencent tidak menjelaskan alasan apapun terkait keputusan tersebut jika melihat dari postingan dari instagram resmi PUBG Mobile esports Indonesia. Sejauh ini kritik yang disuarakan secara umum adalah bahwa map Vikendi cenderung kurang balance untuk kompetisi. Ukuran map terbilang jadi salah satu alasannya, mengingat Vikendi adalah map terkecil kedua dengan ukuran 6×6 km (Erangel berukuran 8×8 km, Sanhok berukuran 4×4 km). Karena hal tersebut, maka pertandingan PMCO kini hanya mempertandingkan Erangel, Miramar, dan Sanhok saja.

Riot Games Umumkan Rencana Untuk 2021

Mengawali tahun Riot Games menggelar sebuah livestream yang berisikan berbagai rencana-rencana mereka untuk unverse Runeterra. Dalam video bertajuk Season 2021 Opening Day, Riot Games mengumumkan berbagai rencana pengembangan untuk 2021, termasuk dalam hal perkembangan game dan esports. Dari sisi League of Legends ada sosok Viego sang Ruined King yang diumumkan akan hadir. Dari sisi Wild Rift ada para Champion dari bangsa Yordle yang dipersiapkan untuk hadir. Region Shurima dan Aphelios juga akan hadir di Legends of Runeterra.Terakhir ada set baru yang hadir untuk Teamfight Tactics.

Dari segi esports, livestream tersebut juga mengumumkan rencana Riot Games untuk Wild Rift. Sayangnya Riot Games belum menjelaskan rencana tersebut secara terperinci. Diwakili oleh John Needham selaku Global Head of Esports, Riot Games hanya menjelaskan bahwa mereka sedang menggarap esports Wild Rift yang akan diumumkan lebih lanjut di tahun 2021 ini.

Yoru adalah Agent Ke-14 di VALORANT

Walaupun tidak diumumkan berbarengan dalam Season 2021 Opening Days, namun VALORANT juga akan menghadirkan beberapa konten baru di tahun 2021 ini.  Salah satu dari konten tersebut adalah kehadiran Agent terbaru bernama Yoru. Agent nomor 14 ini termasuk ke dalam kategori Duelist yang berarti diharapkan bisa membuka jalan dan membongkar formasi pertahanan musuh. Yoru dilengkapi dengan kemampuan menembus dimensi lain untuk melakukan tugasnya. Ia dapat membuat suara langkah palsu, kembali ke posisi awal dengan portal yang telah ia tempatkan, ataupun menembus ke dalam pertahanan lawan lewat dimensi lain.

Jimmy “DeMon” Ho Dilarang Ikut DPC NA 2021

Kontroversi terjadi di dalam Dota Pro Circuit 2021 North America. Sosok pemain kawakan, Jimmy Ho atau “DeMoN” terkena banned dan tidak diperbolehkan untuk mengikuti rangkaian kompetisi DPC. Mengutip dari DotEsports, DeMoN terkena banned karena kasus pelecehan seksual di kalangan pelaku esports yang sempat menyeruak di pertengahan tahun 2020 lalu. Menanggapi hal tersebut, DeMoN mengatakan bahwa dirinya akan berusaha membela diri dan akan mencari pengacara untuk bisa membersihkan namanya kembali.

Griffin Bubar dan Undur Diri Dari Liga LoL KorSel, LCK

Tanggal 5 Januari 2020 lalu, Griffin mengumumkan pembubaran tim League of Legends mereka. Griffin tidak menjelaskan soal apa yang jadi alasan pembubaran tim mereka di dalam twit resmi. Namun demikian, isu pembubaran Griffin memang sudah santer terdengar sejak bulan Juni 2020 lalu.

Mengutip pembahasan win.gg, Griffin dikabarkan telat menyerahkan aplikasi untuk masuk liga franchise LCK. Walau sempat menuai prestasi yang cukup meyakinkan di musim sebelumnya, Griffin menghadapi serentetan masalah bahkan turun kasta liga di musim 2020 Spring. LCK sendiri direncakan kick-off pada 13 Januari 2021 mendatang yang menyertakan 10 tim peserta yang merupakan bagian dari liga franchise.

TJ Sports Umumkan Sponsor Liga LoL Tiongkok, LPL

https://twitter.com/lplenglish/status/1347763146057015296

TJ Sports selaku penyelenggara liga LoL Tiongkok (LPL) mengumumkan beberapa sponsor mereka untuk musim 2021. Tercatat ada 15 lebih partner yang tergabung ke dalam liga tersebut dengan brand seperti Mercedes-Benz dan Nike menjadi beberapa dari yang terbesar. Selain dari itu, LPL juga memiliki empat sponsor baru yaitu Lenovo Legion, aplikasi chatting lokal bernama TT, aplikasi pencari kerja bernama Liepin dan Razer. Liga LPL sendiri sudah diumulai sejak tanggal 9 Januari 2021 lalu dan akan berlangsung hingga sekitar 3 bulan ke depan.

NRG Esports Buat Branding Baru yang Fokus Kepada Konten dan Gaya Hidup Gamers

Sumber Gambar - FSG Official.
Sumber Gambar – FSG Official.

Organisasi esports asal Amerika Serikat, NRG Esports, mengumumkan branding baru yang memiliki nama Full Squad Gaming. Branding tersebut merupakan sebuah casual gamer media brand yang memiliki fokus kepada konten-konten yang umum di lingkungan sosial para gamers. Full Squad Gaming memanfaatkan sosok selebriti serta platform media sosial populer seperti TikTok, Instagram, serta YouTube sebagai medan utama Full Squad Gaming.

Mengutip dari Esports Observer, Brett Lautenbach selaku presiden NRG Esports mengatakan bahwa nantinya FSG akan dimonetisasi melalui ads dan juga sponsorship. NRG Esports sendiri merupakan organisasi esports yang memiliki tim San Francisco Shock di Overwatch League, OpTic Chicago di Call of Duty League, dan lain sebagainya.

Klub Liga Sepak Bola Spanyol Bentuk Divisi RoV di Thailand

Sumber Gambar - Facebook Page Valencie CF Esports - Thailand
Sumber Gambar – Facebook Page Valencie CF Esports – Thailand

Valencia CF mengumumkan bahwa mereka membentuk sebuah divisi RoV (AoV versi Thailand) untuk bertanding di liga kasta utama yaitu RoV Pro League. Lewat sebuah postingan resmi yang diterbitkan 8 Januari 2021 lalu, Valencia mengumumkan roster yang berisikan 8 pemain. Pemain yang menjadi roster Valencia CF Esports adalah Felix, Hanagus, NorNun, Piper, Tnk, Pichu, Almond P, dan Myra.

Beberapa dari pemain Valencia CF sendiri merupakan mantan dari roster EVOS Debut di Thailand, seperti Pichu dan NorNun. Belum ada informasi lebih lanjut terkait jadwal pertandingan RoV Pro League jika mengutip dari Liquidpedia. Namun apabila mengikuti jadwal RPL Summer tahun lalu, maka pertandingan seharusnya dimulai pada akhir Januari dan berlangsung hingga bulan April.

DPC 2021 Dota 2 di Mata Tokoh-Tokoh Dota Indonesia, dari Melon sampai IYD

Musim baru DPC 2021 Dota 2 hadir dengan beberapa perubahan yang terbilang sudah cukup lama diinginkan oleh komunitas profesional Dota 2. Apakah perubahan tersebut berarti akan berdampak baik? Atau mungkin punya potensi menghadirkan masalah di masa depan? Dalam artikel ini saya menanyakan pendapat dari 3 sosok shoutcaster Dota ternama di Indonesia, ada Gisma “Melon”, Yudi “JustInCase”, dan Dimas “Dejet” seputar DPC 2021. Selain itu, saya juga bertanya kepada Gary Ongko Putera selaku owner dari BOOM Esports untuk mendapatkan opini dari sudut pandang praktisi, serta Muhammad “InYourDream” Rizky sebagai perwakilan pemain. Seperti apa jawaban-jawaban mereka? Mari kita simak.

 

Dota 2 Pro Circuit 2021: Kompetisi Dota Ala Liga Sepak Bola Inggris

DPC 2021 menampilkan perubahan format. Perubahan tersebut adalah kehadiran pertandingan liga yang terstruktur dan berdurasi lebih panjang. Liga Dota kini jadi layaknya liga sepak bola inggris. Ada divisi atas dan divisi bawah. Apabila tim divisi atas turun ke peringkat paling bawah, maka ia akan turun kasta ke divisi bawah dan sebaliknya (tim terbaik dari divisi bawah akan naik kasta ke divisi atas).

Selain itu, kesempatan masuk liga juga terbuka bagi siapapun yang mau berjuang lewat babak Open Qualifier. Bagaimana pendapat dari narasumber terkait hal tersebut? Apakah perubahan tersebut memberi angin segar kepada tim kelas amatir/semi-pro?

Dimas Surya Rizky yang dikenal dengan nama panggung "Dejet". Sumber Gambar - Instagram @papadejet
Dimas Surya Rizky yang dikenal dengan nama panggung “Dejet”. Sumber Gambar – Instagram @papadejet

Dejet: Menurut gue bagus banget, tim kecil akhirnya punya wadah untuk berpartisipasi di turnamen resmi Valve. Kalaupun tidak mendapat kemenangan, minimal banget tim-tim tersebut bisa mendapat experience. Jadwal kompetisi pun lebih jelas. Semisal tidak dapat kesempatan di Season 1 masih ada kesempatan di season berikutnya.

Melon: Dengan sistem Open Qualifier, tentunya kesempatan akan terbuka bagi tim-tim yang baru merintis. Walaupun demikian, semakin tinggi divisi maka kompetisi akan menjadi layaknya neraka. Terlepas dari hal tersebut, saya merasa kesempatan yang diberikan Valve sudah cukup bagus. Walau begitu, saya merasa Valve agak kurang mengedukasi seputar sistem kualifikasi tersebut karena saya melihat jumlah pendaftar Open Qualifier cenderung lebih sedikit.

JustInCase: DPC 2021 adalah langkah yang baik dari Valve. Mereka akhirnya sadar bahwa regenerasi pemain kompetitif Dota 2 sudah semakin menurun belakangan. Apalagi mereka juga telah menerima sumber daya finansial yang besar lewat Battle Pass. Karena itu gue rasa memang sudah semestinya Valve memutar otak untuk mengembangkan skena kompetitifnya.

Bicara soal format, gue merasa tim grassroot akan punya kesempatan sangat besar pada musim 2021 ini. Hal tersebut karena Valve menyediakan 4 kali Open Qualifier di dalam satu musim DPC. Karena itu, pemain papan bawah tentunya akan punya semangat lebih untuk berjuang mendaki ke tingkat selanjutnya.

Gary Ongko: Kalau dari sudut pandang manajemen BOOM Esports sebagai pelaku bisnis, jujur sih agak sedih karena prizepool di DPC 2021 cenderung menurun karena cuma ada 2 major saja. Tapi selain itu belum tahu kira-kira bagaimana dampak perubahan format DPC 2021 ini terhadap side-tournament seperti ESL One dan lainnya.

Kalau ditanya soal liga atau turnamen, saya juga belum bisa banyak bicara. Tapi dari apa yang saya lihat, salah satu kelebihan format liga ini adalah kemungkinan tim seperti BOOM Esports bertanding di panggung Major jadi lebih besar. Dari segi bisnis, hal tersebut jadi penting karena akan membuka peluang sponsor untuk bisa masuk. Kalau dari segi challenge, mungkin dari segi visa atau travel. Kalau diperhatikan, jeda tanggal dari akhir liga ke major terbilang cukup pendek. Namun ada info bahwa lokasi pertandingan major sudah dipastikan untuk mempermudah hal tersebut.

InYourDream: DPC 2021 ini bagus menurut gue. Supaya pemain jadi lebih berusaha, punya lebih banyak pertandingan, dan jadi konsisten selama liga berlangsung. Tim rintisan juga punya kesempatan lolos yang besar karena mereka bisa langsung bersaing dengan tim-tim yang lebih jago.

Kalau bicara jadwal pertandingannya, jujur memang padat. Tapi ya beginilah esports. If you want to be a successful player, if you want to win big tournament, then you gotta work for it.

 

Perbaikan Nasib Pemain di DPC 2021?

Muhammad "InYourDream" Rizky yang kini bermain bersama Dreamocel untuk DPC 2021.
Muhammad “InYourDream” Rizky yang kini bermain bersama Dreamocel untuk DPC 2021.

Anda yang sudah sejak lama mengikuti kancah kompetitif Dota 2 mungkin sudah tahu betapa mudahnya nasib pemain profesional jadi terombang-ambing. Satu kali kegagalan saja, maka pemain akan mendapat risiko dipecat oleh organisasi esports terkait. Salah satu perubahan di DPC 2021 adalah sebuah hukuman (berupa potongan poin yang didapat) bagi organisasi apabila mereka bertindak seenaknya kepada pemain. Bagaimana pendapat para narasumber terkait hal tersebut?

Gary Ongko: Bagaimana pengaruh peraturan ini terhadap tim? Menurut gue sih tergantung. Bagi BOOM Esports hal tersebut tidak pengaruh karena mindset manajemen adalah kerja dan komitmen bareng selama satu tahun. Tapi memang tidak bisa dipungkiri juga bahwa ada organisasi lain yang menerapkan cara kerja “kalah ganti lineup”. Bagi manajemen hal tersebut bisa berdampak baik, terutama dari persaingan mendapatkan pemain yang terjadi antar manajemen tim. Dampaknya kami jadi lebih terlindungi dari tindakan poaching. Bisa mengurangi tawaran tiba-tiba dari pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang membuat pemain jadi tidak fokus.

Dejet: Gue setuju banget sama peraturan tersebut. Benar-benar menjadi usaha Valve untuk meminimalisir “cabut colok pemain”. Harapannya tentu adalah supaya pemain jadi lebih komitmen. Supaya scene internasional tidak seperti scene grassroot yang mana kalah satu turnamen langsung bubar.

JustInCase: Gue merasa peraturan tersebut adalah cara Valve untuk meyakinkan para organisasi untuk terjun. Valve hanya memberi jalan dan kesempatan bagi pemain. Namun pada intinya tetap organisasi esports yang membuat mereka (para pemain) bisa terus memiliki bahan bakar. Dari apa yang gue lihat, Valve memang berusaha memenuhi keinginan berbagai pihak di DPC 2021 ini.

Kebanyakan pemain diuntungkan dengan sistem liga yang baru. Valve juga membuat peraturan roster yang menguntungkan organisasi. Hal tersebut tentunya akan lebih diterima oleh komunitas Dota. Bagaimanapun kita harus sadar bahwa Valve juga berusaha melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan dunia kompetitif Dota. Kita sebagai komunitas, pemain, dan peaku bisnis harus menerima dan bersikap dinamis.

Melon: Gue setuju dengan peraturan dari Valve tersebut. Karena kita coba lihat saja kasus T1 kemarin. Pemain baru masuk beberapa bulan, lalu di-kick, diganti oleh pemain baru. Berkat peraturan tersebut, organisasi-organisasi jadi lebih perhatian dengan masalah tersebut. Jadi mereka setidaknya bisa komitmen mempertahankan kontrak, minimal sampai The International selesai.

InYourDream: Peraturan pemain ini juga salah satu yang bagus. Pemain juga bisa jadi lebih profesional. Contohnya begini misal ada tim menang Major, lalu ada pemain mau keluar karena masalah kecil. Karena peraturan tersebut, pemain jadi enggak bisa keluar dengan seenak hati.

 

Major Tetap Jadi Jalur Utama Menuju The International

Walaupun sudah menghadirkan liga yang terstruktur dengan durasi yang panjang, namun Valve sepertinya masih tetap mengutamakan Major sebagai jalan untuk menuju kompetisi Dota 2 terakbar di dunia, The International. Mengutip laman resmi DPC 2021, dikatakan bahwa Major memiliki total sebesar 2700 poin yang akan didistribusikan sementara Regional League hanya memiliki total sebesar 1150 poin untuk didistribusikan. Apakah pembagian tersebut sudah cukup adil?

Yudi Anggi yang lebih dikenal dengan nama panggung "JustInCase" sebagai shoutcasters Dota 2.
Yudi Anggi yang lebih dikenal dengan nama panggung “JustInCase” sebagai shoutcasters Dota 2.

JustInCase: Pembagian poin ini tujuannya adalah untuk menghibur tim-tim yang berada di papan atas. Kenapa? Karena posisi mereka cenderung jadi lebih sulit karena format liga ini. Mereka harus mempertahankan kursi Upper Division guna melaju ke Major. Apabila mereka gagal di Upper Division, maka mereka harus melangkah dari Lower Division yang bisa berarti kehancuran bagi karir mereka.

Dejet: Pembagian poin ini masih terasa wajar sih kalau menurut gue. Valve pasti sudah memiliki pertimbangannya tersendiri ketika merumuskan hal tersebut. Ibaratnya Regional League jadi seperti Minor di DPC terdahulu. Karena hal tersebut, wajar saja kalau pembagian poinnya adalah seperti demikian.

Melon: Bagus jika pembagian poinnya seperti itu. Pembagian poin tersebut berfungsi untuk menghindari tim-tim yang masuk The International dengan modal poin regional saja. Poin di major dibuat lebih besar supaya mereka yang menang bisa langsung berkesempatan masuk The International. Jadi ibaratnya mereka yang usaha lebih keras juga dapat kemungkinan masuk The International yang lebih besar.

Lalu apakah dengan format seperti ini membuat tim seperti BOOM Esports jadi lebih mudah lolos ke The International atau jadi lebih sulit?

Gary Ongko: Menurut gue sih sama saja, intinya tim dari top 3 akan lolos ke major lewat regional SEA. Tapi kalau bicara dari sisi manajemen sendiri, gue merasa kesempatan BOOM Esports lolos di musim ini lebih besar karena kami konsisten dan tidak banyak berganti roster.

InYourDream: Soal poin enggak terlalu masalah sih. Sedari dulu turnamen Major memang menjadi tolak ukur pemain/tim di dalam DPC ini dan seberapa pantas mereka untuk bisa bertanding di The Internatinal.

 

Aspek Bisnis, Persaingan, dan Potensi Investasi di DPC 2021

Perubahan format tersebut mungkin bisa berdampak baik bagi tim maupun pemain. Namun bagaimana nasib ekosistem esports Dota secara keseluruhan? Dengan jadwal turnamen DPC 2021 yang cukup padat, apakah masih ada ladang bagi penyelenggara pihak ketiga? Apakah ekosistem Dota 2 lokal Indonesia masih bisa tumbuh dan bersemi kembali seperti dahulu?

Sumber Gambar - Acer Predator Official Website.
Sumber Gambar – Acer Predator Official Website.

Melon: Ladang bagi penyelenggara pihak ketiga akan jadi lebih sempit karena DPC 2021 ini. Sistem DPC 2021 membuat jasa EO cenderung akan lebih kesulitan untuk membuat turnamen tingkat regional APAC/SEA. Kenapa? Karena tentu saja tim-tim kelas semi-pro akan lebih memilih untuk bertanding di DPC. Jadwal pertandingan DPC 2021 juga tidak pandang bulu. Kadang-kadang bisa berada di weekdays dan di tengah hari bolong pukul 12 siang waktu Indonesia.

Tapi kalau bicara scene lokal Indonesia, menurut gue perkembangannya akan tetap melibatkan warnet-warnet daerah. Gue merasa cuma dari situ jalan yang paling memungkinkan untuk mengembangkan Dota 2 di Indonesia. Mau tidak mau, prasarana warnet tetaplah dibutuhkan (kesediaan PC dll) baik untuk event ataupun mengembangkan talenta pemain baru.

Dejet: Kalau ditanya menghidupkan scene kompetitif lokal, menurut gue sih pasti lah! Tapi kalau bicara aspek bisnis dari segi penyelenggara pihak ketiga, gue merasa masih ada lahan yang bisa diharap. Jumlah slot DPC kan sangat terbatas. Sementara tim masih amatlah banyak tetrutama dari sisi grassroot entah itu tim amatir, icafe, atau semi-pro. Jadi menurut gue penyelenggara pihak ketiga masih bisa menggarap lahan tersebut dan dapat berperan dalam ekosistem Dota 2 secara keseluruhan.

JustInCase: Menghidupkan scene lokal di Indonesia? Sepertinya cenderung tidak mungkin. Gue mengembangkan WxC Indonesia, memang bisa konstan mendapat pentonton sejumlah belasan sampai puluhan ribu di YouTube. Hal tersebut bisa terjadi karena kami selalu menyiarkan turnamen skala internasional, bukan nasional. Kalau turnamen lokal, viewership-nya jelas akan lebih sedikit. Mungkin maksimum 5 ribu penonton saja.

Jumlah tersebut tentu terhitung rendah apabila dibanding dengan penonton game mobile di scene lokal. Pada sisi lain, sponsor juga lebih tertarik berinvestasi ke game mobile karena melihat angka tersebut. Jadi kalau organizer lokal ingin mendapat jumlah viewership yang besar untuk Dota, mereka harus menyelenggarakan turnamen skala internasional seperti ONE Esports. Pokoknya go big or go home.

InYourDream: Bicara aspek ini sih gue enggak bisa ngomong banyak. Tapi harapan gue sih semoga bisa hidup lagi. Karena menurut gue sebenarnya masih banyak player dota 2 Indonesia yang punya potensi untuk menjadi seorang profesional.

Setelah bicara soal investasi pihak penyelenggara lokal, bagiamana dengan investasi bagi organisasi esports lokal terhadap ekosistem Dota 2? Apakah perubahan format membuat berinvestasi tim Dota 2 di DPC 2021 jadi memiliki potensi keuntungan?

Gary Ongko Putera, Owner dan CEO dari BOOM Esports. Sumber Gambar - YouTube Channel HybridIDN.
Gary Ongko Putera, Owner dan CEO dari BOOM Esports. Sumber Gambar – YouTube Channel HybridIDN.

Gary Ongko: Jujur saja, seperti yang gue bilang dari awal bahwa visi misi BOOM Esports sebagai sebuah tim adalah menembus kancah dunia. Kalau ditanya apakah kepingin ada tim lokal terjun lagi di Dota dan bertanding sama kita? It will be fun menurut gue. Mungkin seru juga kalau ada pertandingan derby lokal di DPC 2021 ini. Tapi balik lagi, organisasi lokal pasti ketinggalan kalau ibaratnya impian mereka cuma untuk kancah lokal saja. Karena apabilanya visi misinya beda, maka investasinya pun jadi berbeda.

Gue sampai akhir dunia akan berusaha mengejar kesuksesan tim-tim seperti Cloud 9, Team Secret, Team Liquid dan sebagainya. Bakal seru tentunya kalau ada kawan se-negara. Tapi jujur ya kita juga sudah biasa juga sih berjuang sendirian… Haha.

JustInCase: Liga yang diberikan Valve tidak seperti liga dari Riot Games atau Moonton yang punya sistem revenue sharing. Karena hal tersebut, sustainability mengikuti liga tersebut tentu menjadi tanda tanya tersendiri bagi organisasi esports. Kalau bicara organisasi lokal, kebanyakan mereka telah nyaman berada di dalam ekosistem Mobile Legends yang memang lebih menguntungkan secara finansial. Menurut gue mereka tidak akan berpikir untuk kembali terjun ke Dota 2 melihat kondisi liga yang disediakan oleh Valve, kecuali liga diubah untuk dapat lebih menguntungkan organisasi esports. Soalnya liga DPC sekarang cenderung lebih menguntungkan bagi pemain dibanding organisasi kalau menurut gue.

Dejet: Menurut gue tahun ini memang tahun yang tepat untuk kembali terjun ke Dota 2 bagi organisasi esports Indonesia. Tapi yang penting organisasi esports lebih jeli dalam mengambil tim dengan mengambil tim-tim yang jelas masuk DPC. Organisasi esports pasti ingin mendapat sorotan terbesar, jadi menurut gue ikut Regional League, Major, dan The International adalah tujuan besar yang perlu dikejar.

Melon: Balik lagi dari sisi edukasi informasinya sih. Kalau seandainya organisasi esports Indonesia tahu bahwa hadiah DPC 2021 ini cukup besar, mereka mungkin akan mempertimbangkan untuk investasi dan konsisten mengikuti Open Qualifier, Stage 1-2, Upper Division, dsb. Karena bagaimanapun hadiah kemenangan adalah salah satu sumber pemasukan bagi organisasi esports.

InYourDream: Yes, menurut gue tahun ini adalah tahun yang tepat. Beberapa alasannya adalah karena sistem DPC sekarang menjadi liga dan prizepool juga di-split dengan sedemikian rupa.

 

Mengharapkan Ekosistem Esports Dota 2 di Masa Depan

Menutup perbincangan ini, apa saja yang jadi harapan dari sosok-sosok tersebut terhadap ekosistem esports Dota 2?

Gary Ongko: Semoga pemain-pemain lokal yang berhasil lolos bisa diakuisisi sama organisasi. Semoga juga semakin banyak yang mau menghidupkan Dota di kancah lokal.

Menurut gue sayang sekali karena talenta Dota 2 Indonesia sebetulnya banyak, tapi malah jadi pemain untuk tim negara sebelah. Kalau secara internasional, semoga liga ini bisa berdampak baik bagi pemain dan tim. Again, format seperti ini sebetulnya perdana di DPC 2021, jadi ya kita lihat saja bakal bagaimana ke depannya. Harapan lain, semoga compendium The International ada lagi dan lebih banyak kosmetik lagi… Haha.

JustInCase: Gue berharap pemain Indonesia yang sebelumnya tidak bersinar bisa mendapatkan kesempatan mereka untuk bermain di kancah internasional lewat DPC 2021 ini. Bukan hanya di Open Qualifier saja, tapi semoga bisa lihat lebih banyak pemain/tim indonesia di Lower ataupun Upper Division. Harapan akhirnya tentu agar bisa melihat pemain Indonesia bermain di panggung The International tahun ini.

Melon: Dampak yang diharapkan tentunya livestream jadi makin meriah dan perhatian orang tentunya jadi tidak lagi hanya terpusat pada BOOM Esports saja. Harapan lainnya adalah semoga tim-tim Indonesia semoga semakin solid dan semakin tambah konsisten.

Dejet: Kalau gue harapannya sih semoga semakin banyak organisasi esports lokal mau terjun ke Dota 2 lagi. Ibaratnya seperti “nagih janji”. Dulu organisasi esports lokal enggak mau turun di Dota kan karena kompetisinya kurang jelas. Sekarang sudah jelas, jadi ayo dibikin timnya.

InYourDream: Kalau harapan gue buat scene Dota lokal indonesia adalah semoga pemain-pemain Indonesia lebih termotivasi lagi buat bersaing and play more Dota 2, that’s all. Buat scene internasional pun juga sama.

Guide Dota 2: Tips Offlaner Dari FBZ, Pemain Dota 2 BOOM Esports

Kita sudah mempelajari beberapa aspek permainan di Dota 2 dari BOOM Esports selama beberapa bulan belakangan ini. Jika Anda penggemar Dota 2 dan pembaca setia Hybrid.co.id, Anda mungkin sudah sempat membaca pembahasan tips warding dari Hyde dan tips bermain sebagai midlaner dari Mikoto.

Kembali menghadirkan tips bermain Dota 2, BOOM Esports kali ini mencoba memberi tips bermain offlane yang diberitahukan langsung oleh sang profesional yaitu FBZ. Kira-kira ada aspek apa saja yang penting untuk diketahui, diingat, dan dilakukan ketika bermain Offlaner? Berikut beberapa catatan dari FBZ.

Sadari Matchup yang Akan Dihadapi

Sumber Gambar - Instagram @boomesportsid
Sumber Gambar – Instagram @boomesportsid.

Berbeda dengan bermain midlaner, lawan Anda saat bermain offlaner adalah safe-laner musuh. Karena hal tersebut, maka artinya Anda akan bertemu dengan hero yang punya karakteristik agak berbeda dengan hero yang Anda mainkan. Berhubung dual-lane kembali menjadi tren saat ini (dan jadi contoh di dalam video), maka biasanya lawan Anda adalah seorang hard-carry yang ditemani oleh hard-support.

Anda mungkin akan lebih beruntung apabila carry yang Anda hadapi adalah hard-carry yang cenderung lebih lemah di awal. Tapi apabila lawan Anda adalah carry yang punya kemampuan bertarung di awal-awal, maka Anda harus lebih waspada. Maka dari itu matchup menentukan gaya main serta tips-tips berikutnya.

Dalam video guide yang diberikan BOOM Esports, matchup-nya adalah Tidehunter dan Leshrac sebagai offlaner bertemu dengan Morphling dan Elder Titan sebagai safe-laner. Dari matchup yang ada, dual lane offlaner cenderung lebih bisa agresif di awal-awal permainan. Maka dari itu, hal berikutnya yang perlu dilakukan oleh sang offlaner adalah menekan sang safe-laner agar jadi tidak bisa farming.

Ward Placement Untuk Memblokir Neutral Creep

Sumber Gambar - Instagram @boomesportsid
Sumber Gambar – Instagram @boomesportsid.

Dalam video yang dibagikan oleh BOOM Esports, Leshrac segera menempatkan sebuah Sentry Ward yang menjorok ke dalam teritori Radiant. Sentry Ward tersebut mungkin terlihat janggal pada awalnya. Tapi apabila diperhatikan secara seksama, ward tersebut berperan penting dalam membawa sang offlaner memenangkan fase laning.

Sentry Ward tersebut membuat neutral camp di dekatnya jadi tidak spawn karena diletakkan di area spawning box dari camp tersebut. Sekadar memblokir neutral camp mungkin terdengar biasa. Namun aksi pemblokiran tersebut jadi penting karena neutral camp tersebut adalah pull camp bagi safe-laner Radiant. Mungkin perlu satu artikel berbeda lagi untuk menjelaskan soal teknik pull camp. Tapi intinya adalah, tanpa neutral camp tersebut, titik temu creep dipaksa jadi lebih dekat ke arah teritori Dire. Karena hal tersebut, posisi safe-lane Radiant pun jadi dalam bahaya.

Tentukan Game Plan dan Positioning Hero

Sumber Gambar - Instagram @boomesportsid
Sumber Gambar – Instagram @boomesportsid.

Apabila Anda bermain dengan kawan, hal ini bisa dilakukan dengan cara komunikasi yang intensif. Dalam video yang disajikan, kita bisa mendengar penjelasan dari FBZ bahwa strategi offlaner Dire adalah untuk mendapatkan double-wave creep demi mendesak Morphling. Untuk itu, support dari sisi Dire pun sengaja berada di posisi yang berlawanan dengan support dari sisi Radiant.

Supaya apa? Supaya Leshrac bisa lebih leluasa untuk mendesak Morphling dari ataupun melakukan deny. Kenapa Leshrac harus berada di kanan? Hal tersebut kembali mengingat dari matchup hero di lane tersebut. Leshrac tentunya tidak akan merasa nyaman apabila harus trading HP dengan Elder Titan karena dirinya yang cenderung lebih squishy.

Setelah gameplan dan positioning awal direncanakan, hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah terus berkomunikasi untuk mencapai dominasi paripurna atas lane tersebut. Apa tandanya offlaner sudah mendominasi safe-laner musuh? Salah satunya adalah apabila safe-laner musuh sudah kesulitan untuk mendapatkan last-hit. Safe-laner musuh bisa jaid kesulitan mendapatkan last-hit karena beberapa hal. Bisa karena sang carry yang didesak habis-habisan oleh offlaner dan supportnya ataupun karena perkara lane equilibrium.

Buat Lane Equilibrium Menguntungkan Offlane

Istilah lane equilibrium mungkin terdengar sangat sulit dan janggal. Bahkan FBZ saja agak kesulitan menyebut kata “equilibrium” pada video penjelasan tersebut… Haha. Walau terdengar janggal, konsep tersebut sebenarnya punya arti sederhana yaitu titik temu Creep. Kalau Anda memperhatikan dengan seksama, titik temu Creep sebenarnya sudah ditentukan sejak awal. Sebagai offlaner, Apabila Anda tidak sediktipun menyentuh Creep, maka secara otomatis Creep Radiant dan Dire akan saling berjibaku di titik dekat tower Radiant.

Sumber: Instagram @boomesportsid
Lane equilibrium setelah 4 menit berjalan dengan segala usaha yang dilakukan sang offlaner. Sumber Gambar – Instagram @boomesportsid.

Namun titik temu Creep tersebut bisa dimanipulasi dengan beberapa tindakan. Tindakan yang saya maksud adalah creep blocking, denying, last-hitting, ataupun menyerang creep secara terus menerus. Dalam video, FBZ menjelaskan soal pentingnya membuat titik temu creep mundur ke wilayah Dire apabila Anda bermain sebagai offlaner. Kenapa membuat titik temu creep mundur menjadi penting? Apabila titik temu creep mundur, maka Anda jadi bisa farming dengan leluasa tanpa takut kena gank. Sementara pada sisi lain, safe-laner musuh jadi lebih waspada untuk farming yang membuat ia jadi ragu untuk melakukan last-hitting.

Itulah beberapa tips dalam bermain menjadi offlaner dari FBZ. Semoga beberapa tips tersebut bisa membantu Anda untuk terus meraih rank yang lebih tinggi dan menjadi pemain yang lebih baik di Dota 2.

Disclosure: Artikel ini merupakan hasil kolaborasi BOOM Esports dengan Hybrid.co.id.

Persiapan Bigetron RA Menghadapi Babak Final PMGC 2020

Pada November hingga Desember 2020 lalu, kita sudah melihat bagaimana Bigetron RA berjuang hingga berpeluh-peluh demi mendapat gelar juara liga PUBG Mobile Global Championship 2020. Dengan segala daya dan upayanya, sayang Bigetron RA harus puas finish di peringkat ke-2 saja. Permainan tim asal Tiongkok yaitu Four Angry Men yang begitu baik membuat Bigetron RA jadi sangat kesulitan untuk mengejar ketertinggalan poin mereka di pekan-pekan akhir. Walau demikian, Bigetron RA tetaplah lolos ke babak selanjutnya dari PMGC 2020.

Babak selanjutnya adalah babak final. Merupakan pertandingan PUBG Mobile paling bergengsi di dunia, PMGC 2020 mempertandingkan 16 tim terbaik. Mereka akan bertanding di Dubai selama 4 hari mulai dari tanggal 21 hingga 24 Januari 2021. Posisi Bigetron RA sebagai juara dunia bertahan tentu membuat banyak orang cukup penasaran dengan persiapan mereka menghadapi pertandingan ini. Kemarin (4 Januari 2021), Bigetron RA pun menggelar sebuah konfrensi pers yang diselenggarakan secara online untuk menjawab segala pertanyaan seputar persiapan-persiapan tersebut. Berikut beberapa poin pembeberan penting dari manajemen Bigetron Esports.

 

Bertanding di Luar Negeri Selama Masa Pandemi

Mengingat keadaan berkabung yang baru dialami komunitas esports Indonesia setelah meninggalnya Frans Volva karena COVID-19, situasi ini tentu menjadi kekhawatiran tersendiri yang patut kita sadari bersama-sama. Maka dari itu, keberangkatan punggawa Bigetron RA ke Dubai untuk bertanding di turnamen PMGC pastinya akan membutuhkan usaha ekstra untuk menangkal kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Isfan
Isfan Satria, Manajer tim Bigetron RA.

Terkait hal tersebut, Isfan Satria selaku manajer tim Bigetron RA pun menjelaskan beberapa persiapan yang dilakukan manajemen dan juga penyelenggara menanggapi hal tersebut. “Kalau bicara persiapan menghadapi situasi pandemi, kami melakukan karantina selama 6 hari sebelum menuju keberangkatan. Selain itu penyelenggara juga memberlakukan protokol isolasi mandiri selama bertanding di sana, satu pemain mendapat satu kamar hotel pribadi. Lalu kalau bicara dari manajemen, yang pasti kami selalu berusaha untuk menaati protokol yang sudah ada terkait pandemi COVID-19.”

 

Leander “Liquid” Deusfiel Bergabung ke dalam Roster Bigetron RA

Lama dinanti kepastiannya, Bigetron Esports akhirnya mengumumkan bergabungnya Liquid ke dalam roster Bigetron Red Aliens. Liquid akan berperan sebagai sub, menggantikan BTR.Alice yang tidak ikut terbang ke Dubai untuk pertandingan PMGC 2020 karena alasan kesehatan. Oktober 2020 lalu, Bigetron Esports sudah mengumumkan bergabungnya Liquid ke dalam organisasi. Namun ketika itu Liquid tidak diikutsertakan dalam pertandingan karena peraturan terkait transfer pemain.

S1nyo sang pelatih pun angkat bicara menjelaskan lebih lanjut membahas soal pergantian roster ini. “Seperti yang kalian ketahui, kondisi kesehatan BTR.Alice (pemain sub tim Bigetron RA sebelumnya) tidak memungkinkan untuk turut terbang ke Dubai. Kondisi tulang belakangnya membuat Alice jadi tidak bisa menghadapi tekanan fisik ataupun mental yang keras. Karena itu, pergantian roster ini dilakukan karena keharusan menyertakan satu pemain sub untuk pertandingan final PMGC 2020 di Dubai nanti.” Pertegas S1nyo.

Sumber: Instagram @bigetronesports
Sumber: Instagram @bigetronesports

Terkait kemungkinan Liquid untuk bermain, S1nyo pun menjelaskan bahwa dirinya tetap fokus pada 4 roster utama terlebih dahulu. “Kalau soal kemungkinan Liquid untuk bermain, saya hanya bisa bilang bahwa kemungkinan tentu saja ada. Tetapi seberapa besar kemungkinan tersebut tetap tergantung dari bagaimana kondisi pertandingan nantinya. Namun satu hal yang ingin saya tegaskan adalah bahwa kami akan tetap mengutamakan 4 pemain roster utama terlebih dahulu.

Setelah tanya jawab dengan sang pelatih, Liquid pun turut angkat bicara dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para awak media. Terkait dirinya yang bergabung ke dalam roster Bigetron Red Aliens, Liquid mengatakan, “jujur saya masuk roster Bigetron RA saja sudah cukup senang. Soal main/enggak main itu urusan belakangan saja. Hal terpenting untuk saat ini adalah saya ingin melihat Bigetron RA jadi juara di PMGC 2020 nantinya.”

Liquid mengemban tanggung jawab yang berat karena perannya. Sebagai pemain cadangan, Liquid dituntut untuk selalu siap kapanpun sang pelatih memanggilnya untuk turut serta di dalam pertandingan. Menanggapi hal ini, Liquid pun menceritakan persiapan dan kesiapan dirinya dalam menghadapi pertandingan.

Sumber: Instagram @bigetronesports
Sumber: Instagram @bigetronesports

“Kalau ditanya siap/enggak, jawabannya harus siap! Terlebih pertandingan final PMGC 2020 juga mirip seperti PMCO Shanghai, yaitu bertanding tanpa kehadiran penonton walau dilakukan secara offline. Jadi saya sendiri optimis bisa memberikan yang terbaik apabila dipanggil untuk bertanding.” Dalam hal persiapan Liquid pun mengatakan, “kalau ditanya persiapan khusus untuk bisa mengimbangi permainan Bigetron RA, bisa dibilang hampir tidak ada. Sejauh ini bentuk latihan saya sendiri adalah fokus untuk melatih kemampuan individu lewat scrim (latih tanding) yang diadakan. Saya merasa bahwa metode tersebut sudah cukup efektif untuk menjaga kemampuan bermain saya tetap bugar.”

Selain itu S1nyo pun turut menambahkan soal persiapan latihan yang dilakukan, “Tentunya kami juga ada sesi latihan berlima, dengan Liquid turut serta di dalam tim. Kalau ditanya dampak, menurut saya sih kehadiran Liquid ke dalam tim tentu menjadi motivasi tersendiri, juga memberi warna kepada taktik serta gameplay dari tim RA itu sendiri.”

Menutup perbincangan dan sesi tanya jawab, S1nyo lalu menjelaskan sedikit soal berbagai perbaikan yang akan dilakukan tim untuk menghadapi pertandingan tersebut. “Mengingat durasi pertandingan yang lebih pendek, kami akan mencoba bertanding layaknya lomba lari sprint. Kami akan mencoba memaksimalkan setiap ronde pertandingan tanpa membuang satu kalipun kesempatan. Kalau soal perbaikan, tentunya kami akan memperbaiki dari segi rotasi Circle dan memperbaiki cara memanfaatkan momen, mengingat hal tersebut adalah hal yang jadi sorotan pada pertandingan kami sebelumnya. Semua tim di PMGC ini kuat, kami akan melakukan usaha yang terbaik, dan kami berharap para penggemar bisa mendukung kami semaksimal mungkin.

BOOM Esports Diundang DPC SEA 2021, Tim Baru IYD dan Dreamocel.

Selamat tahun baru semuanya! Semoga tahun 2021 ini menjadi tahun yang lebih bagi kita semua dan tentunya bagi industri esports Indonesia. Mengawali tahun 2021 ini, ekosistem esports Indonesia harus menerima berita duka berupa meninggalnya sosok shoutcaster Frans Volva. Namun selain itu, ada juga beberapa kabar gembira yang akan membuat para penggemar esports lebih semangat mengahadapi tahun yang baru ini. Berikut rekap berita esports awal tahun 2021.

BOOM Esports diundang DPC SEA 2021 dan umumkan Drew Sebagai Pengganti Dreamocel

Sumber: BOOM Esports Official
Sumber: BOOM Esports Official

Seiring dengan pengumuman Dota 2 Pro Circuit 2021 pada tanggal 31 Desember 2020 kemarin, turut diumumkan juga bahwa BOOM Esports diundang langsung untuk mengisi Upper Division untuk region SEA. Selain itu, BOOM Esports juga mengumumkan pengganti Dreamocel untuk divisi Dota 2. Sosok tersebut adalah Drew, talenta muda yang sebelumnya bermain untuk Alter Ego dan juga Reality Rift.

Tim baru InYourDream dan Dreamocel

Sumber: Instagram @cingdoto
Sumber: Instagram @cingdoto

Pasca meninggalkan BOOM Esports, Dreamocel kini bermain bersama InYourDream untuk menghadapi open qualifier DPC 2021. Dalam tim yang diberinama sebagai Team Cow, Dreamocel bermain bersama sosok-sosok pemain Asia Tenggara seperti ChYuan, Poloson, dan Seri Peri. Mampukah tim ini bisa menembus Lower Division DPC SEA 2021 lewat open qualifier?

Kuku dan Whitemon Gabung Divisi Dota T1

Sumber: clutchpoints.com
Sumber: clutchpoints.com

Selain kabar Febby yang turun menjadi pemain, ada kabar lain dari tim T1 asal Korea Selatan. Baru-baru ini dikabarkan bahwa T1 merekrut Carlo “Kuku” Palad dan Matthew “Whitemon” Filemon untuk memenuhi roster mereka dalam menghadapi DPC SEA 2021. Untuk sementara waktu kabar tersebut baru bisa dikonfirmasi berdasarkan dari pendaftaran roster di laman resmi Dota 2. Melihat akun resmi T1 yang belum mengumumkan perekrutan tersebut, bisa jadi dua sosok tersebut masih dalam masa percobaan sampai pada masa waktu tertentu.

Frans Volva Meninggal Dunia

Komunitas esports Indonesia menerima kabar duka di akhir tahun 2020 kemarin. Frans Volva, sosok shoutcaster yang bertugas di MPL Indonesia Season 1 meninggal dunia pada 31 Desember 2020 kemarin. Kabar mengatakan penyebab meninggalnya Volva adalah karena virus COVID-19 yang memang sudah menjadi pandemi di Indonesia sejak sekitar bulan Maret 2020 lalu. Mari kita doakan agar Volva tenang di alam sana dan kita teruskan perjuangannya terhadap esports Indonesia.

Star8 Esports Vakum Sementara

Sumber: Star8 Official
Sumber: Star8 Official

Star8 Esports mengumumkan bahwa organisasi mereka akan vakum untuk sementara waktu sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Kabar tersebut bermula dari sebuah postingan sosial media akun resmi Star8 esports yang mengudara tanggal 28 Desember 2020 lalu. Postingan tersebut hanya berisikan gambar hitam dengan tulisan “Signing Out Star8 Esports”. Walau demikian, akun instagram Star8 Esports sendiri terlihat sedang mempersiapkan sesuatu yang mana dari salah satu postingan mengatakan bahwa Star8 Esports akan beralih menjadi esports organizer.

Liga LoL Korea Umumkan Branding baru

Seiring dengan perubahan model menjadi franchise, Liga LoL Korea juga menyambut musim baru dengan tampilan yang lebih segar. Akun twitter resmi LCK menunjukkan seperangkat penampilan dari LCK, termasuk logo baru dan aset-aset untuk tayangan langsung LCK yang juga diperbaharui.-

Febby Jadi Pemain Utama TNC

Sumber: clutchpoints.com
Sumber: clutchpoints.com

Selain BOOM Esports, tim lain juga terlihat sedang sibuk mempersiapkan diri menghadapi DPC 2021. Salah satunya ada tim asal Filipina yang baru saja mengumumkan sosok roster terbarunya, Kim “Febby” Yong-min. Febby merupakan pemain Dota 2 asal Korea Selatan yang membela Mineski pada 2019 lalu dan merupakan head coach untuk tim TNC sepanjang tahun 2020 lalu.

Newbee Terkena Banned Dari Valve dan Perfect World

Sumber Gambar - Liquidpedia Dota 2
Sumber Gambar – Liquidpedia Dota 2.

Kasus ini merupakan lanjutan dari bulan Mei 2020 lalu. Newbee sempat tersandung kasus matchfixing yang berakhir dengan banned dari Imba TV dan asosiasi Dota 2 Tiongkok (CDA). Kemarin, Valve pun menindaklanjuti hal tersebut sehingga kini Newbee terkena banned permanen dari Valve sendiri dan Perfect World. Karena banned tersebut, maka Newbee pun jadi tidak bisa mengikuti berbagai pertandingan Dota 2 yang resmi dari Valve dan Perfect World yang merupakan publisher resmi Dota 2 di Tiongkok.

Kolaborasi Free Fire dengan One Punch Man

Sumber Gambar - Garena Official
Sumber Gambar – Garena Official

Setelah kolaborasi dengan Christiano Ronaldo, kini Free Fire kembali memberi teaser untuk kolaborasi terbaru mereka. Sekarang giliran anime One-Punch Man yang akan menjadi bagian dari konten di dalam game Free Fire. Mengingat Saitama sang karakter utama yang begitu kuat, kira-kira akan bagaimana bentuk kolaborasi Free Fire dengan One-Punch Man nantinya?

Fall Guys Ungkap skin G2 Esports

Beberapa pekan lalu pengembang Fall Guys menunjukkan skin bertemakan sosok selebriti gamers, Ninja. Kini giliran skin G2 Esports yang diunjukkan oleh sang pengembang. Sekumpulan skin untuk sosok-sosok tersebut dibuat berdasarkan dari lelang yang dilakukan oleh Mediatonic sebelumnya. Dalam lelang tersebut, Mediatonic membuka kesempatan bagi penawar tertinggi untuk mendapatkan skin di dalam game Fall Guys.

Diskursus untuk Timnas Esports Indonesia di SEA Games 2021 dan Asian Games 2022

Menjelang akhir tahun 2020 lalu, para penggemar esports dihadapkan dengan dua berita gembira. Dua berita tersebut adalah kehadiran esports di dua festival olahraga besar Asia yaitu SEA Games 2021 (Asia Tenggara) dan Asian Games 2022. Memang belum ada kepastian soal game apa yang akan dipertandingkan pada cabang esports baik SEA Games ataupun Asian Games. Namun satu yang sudah dipastikan adalah posisi esports sebagai cabang bermedali.

Kehadiran medali dalam dua festival olahraga tersebut tentu bukan suatu hal yang bisa disepelekan. Para gamers kini akhirnya memiliki kesempatan untuk berkontribusi dan membanggakan negara Indonesia dengan kemampuan yang dimilikinya. Namun demikian, kunci kesuksesan Indonesia dalam jalan menuju SEA Games 2021/Asian Games 2022 tentunya akan tetap dipegang para pemangku kepentingan esports Indonesia. Yang paling utama mungkin adalah dua lembaga resmi esports Indonesia sejauh ini yaitu IESPA dan PB ESI. Tanpa bermaksud menggurui ataupun sok tahu, saya ingin mencoba mengajak Anda para pembaca berdiskusi soal apa saja hal-hal yang mungkin perlu dilakukan esports Indonesia agar dapat lebih sukses lagi di dua festival olahraga tersebut. Hal-hal yang perlu dilakukan tersebut adalah seperti berikut ini:

 

Belajar dari Asian Games 2018/SEA Games 2019

Panggung pertandingan esports di SEA Games 2019 - Sumber: Esports Observer
Panggung pertandingan esports di SEA Games 2019 – Sumber: Esports Observer

Esports Indonesia sudah cukup membuktikan bahwa kita mampu menorehkan prestasi yang baik ketika harus dipertandingkan di panggung besar. Indonesia berhasil mendapat 1 Emas dan 1 Perak, masing-masing dari Clash Royale dan Hearthstone di eksibisi esports Asian Games 2018. Lalu pada SEA Games 2020, esports Indonesia kembali menyumbangkan prestasi berupa 2 medali perak yang datang dari cabang esports Arena of Valor dan Mobile Legends: Bang-Bang.

Namun bukan berarti esports Indonesia sudah boleh puas dengan prestasi yang didapatkan tersebut. Sejauh ini, saya selaku jurnalis yang mengamati kerap kali melihat proses seleksi dan pelatnas esports untuk kedua festival olahraga tersebut masih belum bisa dikatakan rapih. Proses seleksi pun kadang berbeda-beda antar satu cabang game dengan yang lain. Soal seleksi tersebut akan saya jelaskan pada poin berikutnya. Namun demikian yang ingin saya soroti di sini adalah, soal prosesnya. Tanpa persiapan yang matang pun esports Indonesia sudah bisa mendapatkan prestasi cukup baik. Kini, dengan waktu persiapan yang cenderung lebih panjang, saya berharap esports Indonesia bisa melakukan persiapan yang lebih matang lagi. Harapan akhirnya tentu agar esports Indonesia bisa mendapat prestasi yang lebih baik di dua festival olahraga tersebut.

 

Standarisasi Proses Seleksi ataupun Proses Seleksi yang Lebih Transparan


Kehadiran esports di Asian Games 2018 dan SEA Games 2019 mungkin menjadi satu-satunya momen saya dan kebanyakan gamers yang notabene adalah anak muda jadi lebih peduli dengan prestasi negaranya. Karena hal tersebut, jadi tidak heran apabila anak muda yang lebih terpapar teknologi cenderung akan lebih aktif mencari informasi dan mengharapkan banyak kepada terhadap Indonesia untuk SEA Games ataupun Asian Games.

Seperti yang saya sebut pada poin sebelumnya, proses seleksi menjadi hal yang paling disorot dari proses jelang perhelatan tersebut. Polemik sempat terjadi pada SEA Games dan Asian Games sebelumnya. Banyak yang bingung, kenapa proses pemilihan timnas bisa berbeda-beda pada masing-masing cabang game? Ada yang melakukan seleksi terbuka, ada yang dipilih langsung, ada yang menggunakan gabungan dua metode tersebut. Belajar dari hal tersebut, lembaga terkait sepertinya perlu melakukan standarisasi terhadap metode seleksi. Standarisasi seleksi dengan metode seleksi terbuka mungkin jadi hal paling ideal untuk diterapkan dan banyak diharapkan oleh banyak gamers Indonesia. Namun, kalaupun memang tidak bisa distandarisasi, saya sendiri berharap tahun ini proses seleksi bisa lebih transparan. Dengan proses yang lebih transparan, evaluasi jadi bisa kita lakukan bersama-sama demi mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi apabila esports kembali hadir di festival-festival olahraga lainnya.

 

Talent Scouting yang Lebih Luas, Dalam, dan Menyeluruh

Ridel dan Richard
Ridel Yesaya Sumarandak dan Richard Permana | Sumber: IESPA

Masih berkutat pada proses, hal lain yang saya pikir perlu lebih dipersiapkan mungkin adalah proses talent scouting atau pencarian bakat. Asian Games 2018 lalu, mengingat prosesnya yang cukup dadakan, tidak heran emas yang didapatkan oleh Ridel Simanjuntak di cabang Clash Royale terbilang tidak terduga. Jelang SEA Games 2021 dan Asian Games 2022, akan lebih baik tentunya apabil instansi terkait bisa melakukan pencarian bakat hingga ke berbagai daerah di Indonesia dan untuk berbagai macam game yang mungkin dipertandingkan.

Karena siapa yang tahu, mungkin League of Legends akan kembali dipertandingkan lagi? Mungkin juga game yang tergolong lebih minoritas lagi seperti StarCraft atau Clash Royale akan kembali hadir? Mencari bakat untuk game yang cukup mainstream seperti MLBB mungkin akan jadi perkara yang cukup mudah. Tapi untuk game minoritas seperti yang saya sebut di atas. Tentunya akan butuh usaha lebih dari instansi terkait apabila memang tujuannya adalah untuk mendapatkan prestasi yang terbaik.

 

Memaksimalkan Talenta Muda yang Masih Hijau?


Pendapat saya yang satu ini mungkin akan kontroversial karena opini “mending-ini-mending-itu” yang sepertinya sudah mendarah daging di antara para netizen Indonesia. Jangankan memainkan talenta muda, mencampur talenta yang jelas-jelas berbakat untuk cabang MLBB di SEA Games 2019 saja sempat mengudang diskusi yang sengit di antara komunitas gamers MLBB. Namun demikian, saya merasa ada beberapa alasan memaksimalkan talenta esports yang masih muda dan baru akan membuahkan hasil yang lebih baik dibanding menggunakan talenta-talenta yang sudah ada.

Alasan yang paling utama menurut saya adalah soal kesibukan. Seperti yang sudah kita ketahui, talenta-talenta yang sudah ada di esports cenderung memiliki kesibukannya masing-masing. Pada MLBB di SEA Games 2019 kemarin misalnya, beberapa pemain punya jadwal latihan dengan timnya masing-masing, jadwal kewajiban streaming, jadwal bertanding di liga utama, yang bertabrakan dengan jadwal persiapan menuju SEA Games 2019. Dengan segala jadwal tersebut, untungnya tim Indonesia masih bisa mendapatkan medali perak pada kesempatan tersebut.

Berbeda dengan talenta muda. Talenta muda belum punya kesibukan-kesibukan tersebut sehingga mereka diharapkan bisa fokus berlatih dan mempersiapkan diri hanya untuk SEA Games ataupun Asian Games. Dengan persiapan yang lebih fokus, harapannya adalah pemain-pemain muda tersebut bisa lebih bersinar dan mendapat hasil yang lebih baik lagi. Namun tentunya ada juga risiko bahwa talenta baru ini malah mendapat prestasi yang buruk mengingat kondisi mental dan kemampuan mereka yang cenderung masih mentah.

 

Belajar dari Negara Lain yang Akan Jadi Lawan Indonesia

Sumber: IGN SEA
Sumber: IGN SEA

Selain fokus pada persiapan, mempelajari negara-negara lain tentunya juga jadi proses yang tak kalah penting untuk dilakukan. Pada SEA Games ada Filipina, Malaysia, dan Vietnam yang terbilang selalu jadi musuh berat bagi Indonesia. Sementara untuk Asian Games, Korea Selatan dan Tiongkok kemungkinan besar akan menjadi raksasa yang menghalangi jalan Indonesia untuk meraih medali. Mungkin hal yang paling bisa dipelajari adalah dari cara negara-negara tersebut mempersiapkan atlet-atletnya untuk menghadapi dua festival olahraga tersebut. Dalam kasus Asia Tenggara, Indonesia mungkin bisa belajar dari Filipina yang segitunya mempersiapkan esports untuk festival olahraga bahkan sampai membentuk branding Team Sibol.

Pada akhirnya saya tetap percaya instansi-instansi terkait sudah melakukan yang terbaik dalam mempersiapkan esports Indonesia menghadapi SEA Games 2021 ataupun Asian Games 2022. Semoga artikel ini bisa menjadi diskursus tersendiri bagi komunitas demi esports Indonesia yang lebih baik dan demi prestas terbaik di SEA Games ataupun Asian Games nantinya.

Review MSI Bravo 15: Performa Mumpuni AMD Ryzen 7 dan RX 5500M

Ada banyak pilihan laptop gaming di pasaran sana, terutama pada range harga Rp10 hingga Rp15 juta. Tetapi kebanyakan laptop yang ditawarkan pada range harga tersebut adalah laptop dengan GPU Nvidia yang dikombinasikan dengan CPU Intel ataupun AMD.

Pada kesempatan kali ini saya mendapatkan untuk melakukan review terhadap satu unit laptop MSI Bravo 15 yang bisa saya bilang cukup unik. Kenapa unik? Salah satunya adalah karena laptop ini menggunakan GPU Radeon FX5500 yang terbilang cukup jarang ditemukan pada laptop gaming kisaran harga tersebut. Dikombinasikan dengan Ryzen 7 4800H, bagaimana performa GPU besutan AMD tersebut? Mari kita simak ulasan berikut ini.

 

Desain, Harga, dan Unsur Produktivitas MSI Bravo 15 Series

Mengutip dari MSI Official Store, laptop tersebut dibanderol dengan harga Rp14.999.000. Dengan harga tersebut, apa saja yang ditawarkan oleh MSI Bravo 15 A4DDR?

Sumber: MSI Official Website
Sumber: MSI Official Website

Kita bisa melihat bagaimana MSI masih mempertahankan rancangan khas laptop gaming kelas mid-range, dari kulit luarnya. Kombinasi warna hitam dengan merah masih dipertahankan pada MSI Bravo 15 ini. Sebagian besar body laptop berbahan brushed alumunium berwarna hitam.

Sementara itu warna merah bisa Anda dapatkan dari backlight LED Keyboard yang hanya memiliki satu warna saja. Ya, ketidakhadiran RGB ataupun kustomisasi warna LED backlight terbilang jadi salah satu kekurangan laptop ini. Namun saya rasa hal tersebut cukup adil mengingat harga yang ditawarkan. Apalagi hitam-merah terbilang sebagai salah satu kombinasi warna yang berpadu dengan baik dan sedap dipandang.

Keseluruhan body laptop terasa sangat solid karena bahan brushed alumunium. Dari semua bagian, LCD hinge terbilang jadi satu-satunya bagian yang kurang solid di laptop ini. LCD hinge masih kurang solid karena bergoyang apabila terkena guncangan ataupun ketika kita memindah-mindahkan posisi laptop. Dengan warna hitam pada keseluruhan body, salah satu perbedaan terbesar dari laptop ini mungkin adalah logo yang ada di bagian body belakang laptop. Bravo series tidak menggunakan lambang naga khas dari MSI. Laptop ini menggunakan logo thunderbird berwarna perak yang memberikan kesan gagah berani nan bijaksana.

foto log1 review msi bravo 15 foto log2 review msi bravo 15

Dari unsur penunjang produktivitas, MSI Bravo 15 memberikan keyboard chiclet keyboard yang solid dan mantap digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan produktivitas. Saya mengetik artikel ini dengan menggunakan keyboard laptop tersebut dan saya merasa nyaman dengan sensasi yang diberikan. Ukuran tuts tombol juga besar-besar yang dilengkapi dengan full-size arrow key walau tanpa kehadiran numpad.

keyboard 01 review msi bravo 15 keyboard 02 review msi bravo 15

Penampakan led keyboard pada kondisi dalam ruangan.
Penampakan led keyboard pada kondisi dalam ruangan.

Namun entah kenapa saya merasa kurang nyaman menggunakan keyboard ini untuk gaming. Mungkin karena saya sudah terlalu terbiasa menggunakan keyboard mechanical yang punya tingkat kedalaman penekanan tuts lebih jauh. Karena itu, bermain dengan keyboard chiclet MSI Bravo 15 rasanya… Mirip seperti menekan haptic button yang ada pada iPhone generasi lama. Saya tahu referensi saya mungkin agak sulit dibayangkan. Intinya adalah, tingkat kedalaman penekanan tuts yang lebih pendek serta tingkat kekerasan penekanan tombol yang cukup terasa membuat keyboard ini jadi kurang nikmat ketika digunakan untuk bermain game.

I/O Ports sebelah kanan laptop.
I/O Ports sebelah kanan laptop.
I/O Ports sebelah kiri laptop.
I/O Ports sebelah kiri laptop.

Dari sisi I/O ports, jumlah USB ports mungkin terbilang minim apabila Anda adalah golongan konvensional yang lebih suka colokan USB type A. Berada di sisi kanan laptop, MSI Bravo 15 hanya menyediakan dua buah Type-A USB3.2 Gen1. Sebagai tambahan, ada 2 colokan Type-C USB3.2 Gen1. Selain ports USB, ada juga Mic-in/Headphone-out Combo Jack 3.5mm dan colokan RJ45 untuk konektivitas internet dengan kabel. Sementara di sisi kiri ada colokan HDMI yang dapat digunakan hingga resolusi 4K dengan refresh-rate 30Hz.

Kecerahan monitor dalam kondisi dalam-ruangan.
Kecerahan monitor dalam kondisi dalam-ruangan.
Kecerahan monitor dalam kondisi luar-ruangan.
Kecerahan monitor dalam kondisi luar-ruangan.

Terakhir dari sisi layar, MSI Bravo 15 memiliki layar dengan bentangan sebesar 15.6″ IPS Level, resolusi  FHD 1080p, 144Hz refresh-rate, dan sudah mendukung teknologi AMD FreeSync.

Salah satu kekurangan dari layar ini adalah tingkat kecerahannya. Ulasan teknis dari NotebookCheck.net menemukan bahwa tingkat kecerahan layar 144Hz MSI Bravo 15 adalah sekitar 300 nits lebih. Angka tersebut terbilang sedikit lebih tinggi dari rata-rata. Walau begitu saya merasa laptop ini cukup kesulitan memenangkan pertarungan dengan cerahnya cahaya matahari walau dengan pengaturan tingkat kecerahan tertinggi sekalipun. Namun, saya merasa tingkat kecerahan sudah lebih di atas rata-rata apabila digunakan dalam kondisi indoor. Dengan tingkat kecerahan tertinggi, yaa… Kecerahannya cukup untuk membuat saya berlinang air mata saat terkena flash dari Phoenix di game VALORANT.

 

Gaming Experience dan Hasil Benchmark

Dari segi gaming experience, saya merasa kombinasi Ryzen 7 4800H dan Radeon RX 5500M terbilang sudah cukup memenuhi kebutuhan dari segi gaming. Seberapa cukup? Bayangan saya sih cukup untuk gamers tingkat menengah yang hobi memainkan game-game Free to Play seperti Dota 2 ataupun VALORANT.

Tapi jangan banyak berharap pada laptop ini apabila Anda adalah golongan PC Master Race, pecinta game AAA, atau golongan mending-mending. Karena posisi laptop ini yang terbilang kelas menengah, jadi cukup wajar kalau MSI Bravo 15 bisa menjalankan game AAA dengan secukupnya saja.

Untuk gaming experience, saya membaginya menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah game-game F2P dengan Dota 2 dan VALORANT sebagai sampel. Bagian kedua adalah game berbayar dengan Assassin’s Creed: Odyssey dan World of Warcraft: Shadowlands sebagai sampel.

Dengan spesifikasi yang diberikan, MSI Bravo 15 terbilang sudah sangat mumpuni untuk menjalankan Dota 2 dan VALORANT. Seberapa mumpuni? Mumpuni untuk mencapai 100 fps ++ dengan pengaturan grafis tertinggi sekalipun. Catatan fps yang saya dapatkan setelah melakukan test play dapat Anda lihat pada grafik di bawah ini.

2_grafik dota valorant msi bravo 15

Seperti yang Anda lihat, baik Dota 2 ataupun VALORANT bisa mendapat max fps hingga 112 dan 191 fps. Walau memang turunnya fps terbilang cukup jauh dengan catatan min fps hingga 60 fps untuk Dota 2 dan 53 untuk VALORANT. Namun jika berdasarkan pengalaman bermain, saya hampir merasa tidak terganggu dengan fps drop yang ada. Mungkin karena angka drop masih cukup bisa ditoleransi yaitu di sekitaran 60 fps.

Untuk gaming AAA saya hanya melakukan test play pada World of Warcraft: Shadowlands saja. Saya mencatat dua skenario test play pada Shadowlands, yaitu skenario berjalan-jalan dan melakukan quest di open world dan skenario PvP Arena Battleground 10 vs 10. Keduanya saya lakukan dengan menggunakan pengaturan rata kanan atau tepatnya preset grafis tingkat 10. Catatan fps yang saya dapatkan setelah test play dapat Anda lihat pada grafik di bawah ini.

3_grafik world of warcraft msi bravo 15

Angka drop fps di Shadowlands memang cukup jauh, yaitu 29 fps dalam skenario open world dan 41 fps pada skenario Arena. Walaupun fps-nya drop, MSI Bravo 15 tetap menjalakan game dengan sangat mulus tanpa ada stutter. Karena hal tersebut, fps drop yang dialami hampir tidak terasa parah di mata saya… Yaa masih tolerable.

Fps drop pun sebenarnya terjadi pada momen-momen khas game MMORPG. Untuk skenario open world, fps drop terjadi di kota utama yang ramai oleh pemain dengan segala dekorasi karakter/mount yang mereka miliki. Lalu pada skenario Arena 10 vs 10, fps drop juga terjadi pada kondisi yang wajar yaitu ketika semua pemain saling beradu dan mengeluarkan segala skill yang mereka miliki. Tapi lagi-lagi, karena tidak ada stutte, fps drop pun jadi tidak mengurangi tingkat kelancaran game pada pengalaman bermain saya.

Untuk Assassin’s Creed Odyssey, saya menggunakan in-game benchmark saja. Catatan hasil benchmark-nya bisa Anda lihat sendiri pada grafis serta data detail yang disajikan oleh game itu sendiri.

4_AC Oddysey msi bravo 15

Seperti tadi saya bilang, posisi MSI Bravo 15 yang tergolong kelas menengah membuat saya tidak bisa berharap terlalu banyak jika bicara gaming AAA. Anda bisa lihat sendiri dari catatan fps yang didapatkan. Dengan preset grafis ultra, MSI Bravo 15 hanya bisa mencatatkan 33 avg fps . Memang dia bisa berjalan hingga 54 max fps, tapi hal tersebut hanya terjadi pada kondisi yang kurang lazim seperti menatap langit ketika di dalam game. Sementara itu drop fps juga terbilang cukup jomplang, sampai mencatatkan 10 min fps.

Jadi bisa dibilang bahwa laptop ini hanya cukup sekadar bisa main saja jika Anda gunakan untuk main game AAA. Cukup bagi siapa? Bagi saya yang gamer kere-hore sih cukup. Tapi buat yang terbiasa dengan desktop gaming kelas menengah ke atas mungkin akan geram dan gemas bermain game AAA jika performanya seperti itu.

Lalu bagaimana jika bicara dari segi teknis? Berikut rentetan tangkapan gambar hasil benchmark saya menggunakan tiga software yaitu Cinebench R15, 3D Mark, dan PC Mark 10.

5_Open GL Cinebench msi bravo 15

6_CPU Cinebench msi bravo 15

 

Perbandingan skor PC Mark 10 berdasarkan laman resmi 3D Mark.
Perbandingan skor PC Mark 10 berdasarkan laman resmi 3D Mark.

Dari catatan yang didapatkan di atas, poin yang bisa saya jelaskan mungkin adalah dari sisi perbandingan resmi skor 3D Mark dan PC Mark 10. Seperti kita lihat dengan 4599 poin pada 3D Mark Time Spy dan 11.465 poin pada 3D Mark Fire Strike, MSI Bravo 15 terbilang masih kalah dengan gaming laptop 2020 menurut situs resmi 3D Mark.

Gaming laptop yang dimaksud sendiri adalah laptop dengan prosesor Intel i7 generasi 9 dan GeForce RTX 2060. Walaupun kalah, tapi yang menurut saya perlu jadi sorotan adalah angkanya yang terpaut tidak terlalu jauh. Padahal, laptop yang jadi bandingan 3D Mark sendiri dibanderol dengan harga Rp20 juta++ di Indonesia. Jadi bisa dikatakan bahwa dengan harga yang cukup terjangkau, MSI Bravo 15 bisa memberikan performa yang mumpuni bahkan hampir bersaing dengan laptop yang punya harga jauh lebih tinggi.

 

Catatan Suhu Tinggi tanda Performa Thermal yang Mengkhawatikan?

Dengan segala performa tersebut, sayangnya ada sedikit masalah pada performa thermal MSI Bravo 15. Performa thermal jadi agak mengkhawatirkan karena suhu CPU laptop yang sempat menyentuh angka 100 derajat celsius lebih pada beberapa keadaan.

Saya mencatatkan performa thermal secara berbarengan saat melakukan test play pada game-game yang saya sebutkan di atas. Lebih lanjutnya, Anda bisa lihat hasil performa thermal MSI Bravo 15 dari catatan saya di bawah ini.

Seperti yang bisa Anda lihat, MSI Bravo 15 selalu menyentuh suhu CPU di atas 100 derajat celsius di sesi test play yang saya lakukan. Namun demikian, catatan tersebut mungkin hanya terjadi satu atau dua kali saja. Sisanya, laptop berjalan dengan suhu yang lumayan stabil di kisaran 80-90 derajat. Yaaa… 80-90 derajat sih tidak sebegitu mengagumkan, tapi setidaknya tidak stabil di angka 100 derajat.

Berdasarkan pengalaman saya, suhu panasnya memang tidak mengganggu area keyboard yang biasanya digunakan untuk gaming (WASD dan sekitarnya). Tapi jika Anda menggeser tangan Anda ke atas tombol F1-F12, Anda bisa merasakan panas yang lumayan terasa tajam di sisi kiri atas laptop.

Padahal bila kita melihat struktur body laptop ini, saya merasa desain thermal MSI Bravo 15 terlihat sudah cukup baik setidaknya dari perancangan body luar. Bagian bawah laptop memiliki rongga ventilasi yang banyak dan besar-besar. Dari sana, Anda juga bisa melihat rancangan heat pipes yang sepertinya memang terkonsentrasi di bagian tengah laptop. Lebih lanjut, Anda bisa lihat gambar yang saya ambil di bawah ini.

Penampakan desain thermal pada body laptop MSI Bravo 15.
Penampakan desain thermal pada body laptop MSI Bravo 15.
Tampak dekat desain thermal body laptop MSI Bravo 15.
Tampak dekat desain thermal body laptop MSI Bravo 15.

Jadi mungkin saja fps drop yang dihasilkan terjadi karena performa thermal tersebut. Walaupun begitu, performa gaming MSI Bravo 15 terbilang tidak turun drastis walau digunakan untuk sesi gaming yang panjang sekalipun. Selain itu suara kipas juga terbilang cukup bising walau memang suaranya tidak sampai menembus gendang telinga apabila Anda sedang menggunakan headset saat bermain game.

 

Kesimpulan

Dengan banderol harga Rp14.999.000 saya merasa MSI Bravo 15 telah memberikan perbandingan price-to-performance yang maksimal. Anda mungkin akan dipaksa menerima kompromi-kompromi tertentu apabila Anda membayar sejumlah angka yang sama untuk laptop gaming merk lainnya.

Dari segi performa, saya terbilang puas dengan duet CPU dan GPU dari AMD di laptop MSI Bravo 15 ini. Walau mencatatkan penurunan fps cukup jauh, namun saya merasa pengalaman bermain game berjalan dengan sangat mulus tanpa ada sedikitpun stutter.

Terakhir, satu-satunya kekurangan laptop ini mungkin hanya ada dari segi performa thermal. Dengan panas yang cukup terasa tersebut, saya tidak tahu apakah usia laptop bisa bertahan lama apabila terus-terusan digeber bermain game dalam durasi yang panjang. Karena hal tersebut, mungkin Anda jadi harus rajin membersihkan debu-debu di sekitar fan laptop serta mengganti thermal paste secara berkala agar performa laptop bisa terus bertahan seperti apayang Anda inginkan.

10 Mobile Games Terbaik Tahun 2020

Sebelumnya saya sudah sempat membahas turnamen esports terpopuler sepanjang tahun 2020 ini. Dalam daftar tersebut kita melihat mobile games mendominasi daftar turnamen populer selama masa pandemi di tahun 2020 ini. Memang tahun 2020 terbilang menjadi momen kebangkitan dari game mobile.

Bukan hanya dari segi esports, tetapi banyak juga aspek kesuksesan yang ditorehkan oleh game mobile di tahun 2020 ini. Maka dari itu, kali ini saya akan membahas 10 daftar game mobile terbaik di tahun 2020 ini. Tidak semua game yang ada di dalam daftar rilis di tahun 2020. Namun demikian, saya merasa game-game tersebut masih pantas masuk ke dalam daftar karena pencapaian yang mereka torehkan di dalam satu atau beberapa aspek sekaligus.

 

PUBG Mobile

Menurut saya, versi mobile dari Playerunknown’s Battleground masih tergolong sebagai salah satu game mobile terbaik juga tersukses di tahun 2020 ini. Ada beberapa alasan kenapa PUBG Mobile masuk ke dalam daftar ini. Kesuksesan PUBG Mobile sudah hampri tak tertampik lagi apabila kita melihat dari segi jumlah download ataupun total pendapatan yang mereka dapatkan.

Catatan terakhir dari Sensor Tower mengatakan bahwa PUBG Mobile sudah mengumpulkan pendapatan sebesar US$3 miliar dengan 734 juta download di seluruh dunia. Selain dari hal tersebut, PUBG Mobile juga terbilang memiliki kesuksesannya tersendiri dari segi esports ataupun terobosan secara teknologi. Dari segi esports, PUBG Mobile terbilang menjadi salah satu game esports paling populer di tingkat global saat ini. Salah satu buktinya terlihat dari betapa beragamnya perwakilan negara yang mengikuti pertandingan PMGC 2020. Secara teknologi, PUBG Mobile juga terbilang jadi salah satu game mobile pertama di dunia yang mencetuskan mode 90 fps di dalam gamenya. Dengan segala pencapaian tersebut, hampir tak terpungkiri bahwa PUBG Mobile adalah game mobile terbaik di tahun 2020 ini.

 

Mobile Legends: Bang-Bang

Masih bicara dalam hal kesuksesan dari segi esports, MLBB mungkin bisa dibilang menjadi game lain yang kesukesannya menyandingi PUBG Mobile. Secara lingkup kompetisi, MLBB terbilang kalah luas jika dibandingkan dengan PUBG Mobile. Sepanjang tahun 2020 ini MLBB hanya memiliki kompetisi setingkat Asia Tenggara, dengan kompetisi internasional bertajuk M2 World Championship direncanakan berjalan tahun 2021 mendatang. Namun demikian, kesuksesan dari segi viewership membuat MLBB menjadi salah satu game mobile yang patut diperhitungkan dan perlu masuk ke dalam daftar ini. Terakhir kali, gelaran esports MPL Indonesia bahkan sempat mencatatkan angka views yang bersaing dengan kompetisi internasional yaitu LoL Worlds 2020.

MLBB juga mencatatkan angka yang cukup fantastis secara kesuksesan bisnis. Menurut catatan Sensor Tower bulan Januari 2020 lalu, MLBB dikatakan sudah mengumpulkan pendapatan sebesar US$500 juta dengan 281 juta download. Terlepas dari segala kesuksesan tersebut, MLBB terbilang masih punya banyak PR yang harus dikerjakan agar game mereka bisa menjadi lebih baik lagi. Namun Moonton sendiri menunjukkan komitmennya dan mulai melakukan perbaikan dari segala aspek di dalam game, mulai dari tampilan, grafis, sampai sisi teknis server.

 

Genshin Impact

Walaupun baru rilis 28 September 2020 lalu, namun Genshin Impact berhasil menjadi salah satu sensasi terbesar tahun ini berkat sajian gameplay, grafis, serta story dari Mihoyo sang pengembang. Posisi game ini sebagai game tersukses dan game terbaik hampir tak tertampikkan lagi. Apalagi Genshin Impact juga terpilih sebagai Best Game of 2020 versi Google Play. Genshin Impact jadi luar biasa berkat mekanik gameplay yang menarik nan menantang. Audio-visual Genshin Impact juga terbilang luar biasa untuk ukuran mobile karena sajian grafis, voice-over karakter, serta BG music yang menawan. Terakhir, game ini juga menyajikan storyline serta obrolan antar karakter yang menarik dan menyenangkan untuk disimak.

Walau banyak yang mencibir soal kemiripannya dengan Zelda: Breath of the Wild, namun saya merasa bisa menyajikan suatu game sekelas Breath of the Wild di platform mobile adalah suatu kehebatan tersendiri. Dari segi bisnis, game ini juga mencatatkan angka pemasukan yang sangat memukau. Dua bulan pasca rilis, Sensor Tower melaporkan keuntungan yang diciptakan Genshin Impact hampir menyentuh US$400 juta dengan  10 juta lebih downloads di Google Play Store.

Among Us

Among Us terbilang menjadi satu fenomena unik tersendiri. Game tersebut sebenarnya sudah rilis sejak tahun 2018 lalu yang entah kenapa menjadi fenomena di tahun 2020 ini. Among Us bisa sukses di tahun 2020 karena beberapa hal.  Para streamer yang memainkan game ini mungkin jadi salah satu alasannya. Tapi selain itu, Among Us juga membawa gameplay familiar yang menyerupai permainan werewolf. Ditambah lagi, masa pandemi juga membuat minat main game banyak orang jadi meningkat. Alhasil, Among Us pun berhasil mencuat sebagai game ringan yang bisa dimainkan di mana saja (Mobile/PC) dan oleh berbagai kalangan.

Karena hal tersebut, jumlah download Among Us pun jadi meningkat drastis. Mengutip laporan dari Sensor Tower bulan September 2020 lalu, Among Us berhasil mencetak 86,6 juta downloads pada platform mobile. Dalam konteks lokal Indonesia, popularitas Among Us bahkan sampai berhasil menarik perhatian salah satu sosok jurnalis ternama yaitu Najwa Shihab.

 

League of Legends: Wild Rift

Ada beberapa alasan masuknya Wild Rift ke dalam daftar. Salah satu alasan terbesarnya adalah karena Riot Games yang ternyata benar-benar menciptakan Wild Rift dengan berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangan dari MOBA di mobile sebelumnya. Alhasil Wild Rift tampil dengan gameplay utama, kontrol, serta fitu-fitur baru yang membuat pengalaman bermain MOBA di mobile jadi lebih intuitif. Namun demikian, bukan berarti Wild Rift tampil dengan tanpa masalah.

Soal server yang cenderung laggy dan optimasi grafis masih jadi salah satu masalah besar yang banyak dihadapi komunitas ketika memainkan game yang satu ini. Belum lagi Wild Rift terbilang minim fitur-fitur menarik yang memperkaya pengalaman bermain Anda, entah itu fitur streaming di dalam game, fitur share hasil permainan, ataupun in-game event yang membuat permainan yang menarik. Pembahasan lebih lanjutnya bisa Anda baca sendiri pada ulasan saya terhadap Wild Rift pada masa awal-awal perilisan di bulan September 2020 lalu. Secara angka, Wild Rift sudah mencatatkan 10 juta download lebih di Google Play Store.

 

Call of Duty Mobile

Rilis tahun 2019 lalu, kesuksesan Call of Duty Mobile di Indonesia mungkin terbilang tidak seberapa jika kita membandingkannya dengan beberapa game shooter lain seperti Free Fire ataupun PUBG Mobile. Terlepas dari itu saya tetap merasa Call of Duty Mobile adalah iterasi game shooter terbaik, bahkan di tahun 2020 sekalipun. Saya merasa tidak mudah untuk bisa membuat game dengan genre First Person Shooter bisa dimainkan dengan nyaman pada perangkat mobile. Namun, TiMi Studios berhasil menembus batas tersebut dan menciptakan COD Mobile yang terbilang sebagai salah satu game FPS di mobile terbaik. Secara internasional, COD Mobile terbilang cukup sukses secara bisnis. Catatan bulan Oktober dari Sensor Tower mengatakan bahwa COD Mobile sudah mengumpulkan US$500 juta pendapatan dengan 270 juta total download.

 

Legends of Runeterra

Legends of Runeterra adalah satu dari dua mobile games yang dirilis oleh Riot Games di tahun 2020 ini. Sebagai developer game PC, saya merasa Riot Games berhasil menciptakan mobile games dengan cukup baik. LoR jadi salah satu contohnya. Merupakan game kartu dengan tema dunia League of Legends, LoR menyajikan kesegaran di tengah pasar genre CCG yang sudah ada. Kesegaran tersebut tampil lewat mekanik yang disajikan berupa kemampuan untuk menaikan level kartu berkategori Champion dan gaya main saling merespon terhadap pergerakan musuh.

Terlebih, Runeterra juga memberikan skema yang cenderung ramah bagi free players dan terbilang menjawab kejenuhan pemain game kartu yang kadang perlu mengeluarkan sejumlah uang demi mendapatkan kartu yang cocok. Dari segi angka, LoR dengan usianya yang cukup belia juga terbilang cukup sukses dan mencatatkan 5 juta lebih total downloads di Google Play Store.

 

Mario Kart Tour

Rilis September 2019 lalu, Mario Kart Tour masuk ke dalam daftar ini karena permainannya yang super casual dan cocok untuk semua kalangan. Pada tahun 2019, game seperti ini mungkin terlihat jadi biasa saja karena gameplay-nya yang cenderung santai. Tapi di tahun 2020 ini ketika pandemi menyerang, saya merasa game seperti Mario Kart Tour menjadi salah satu yang patut Anda mainkan untuk mengisi waktu sengang di tengah kepenatan bermain game kompetitif.

Mario Kart Tour terbilang cukup lengkap dari segala aspek. Punya skema kontrol yang mudah, gaya grafis menyenangkan khas Nintendo, dan gameplay yang sama persis dengan Mario Kart yang selama ini ada menjadi 3 aspek yang membuat saya berpikir bahwa game ini masih tergolong yang terbaik di tahun 2020 sekalipun. Catatan Sensor Tower di awal Januari mengatakan bahwa Mario Kart Tour telah mengumpulkan US$76 juta dengan 147 juta total downloads.

Dragon Raja

Ketika kita tidak bisa banyak pergi keluar rumah selama masa pandemi ini, game MMORPG terbilang bisa menjadi salah satu genre pilihan untuk dimainkan karena banyaknya ragam konten yang biasanya disediakan dalam game tersebut. Maka dari itu saya memasukkan Dragon Raja ke dalam daftar ini. Sebagai game MMORPG, Dragon Raja terbilang amat sangat lengkap. Dragon Raja punya berbagai macam aktivitas yang bisa Anda lakukan di dalam game. Mulai dari kegiatan-kegiatan seperti farming, grinding, atau questing yang jadi standar di MMORPG, sampai aktivitas-aktivitas nyeleneh seperti bermain mini game balapan sampai battle royale. Aktivitas yang beragam tersebut menjadi semakin lengkap dengan balutan grafis ciamik yang disajikan oleh Archosaur Games di dalam game Dragon Raja.

 

NBA 2K20


Berbeda dengan game-game sebelumnya yang bersifat free to play, NBA 2K20 adalah game premium yang mengharuskan Anda membayar sebelum bisa dimainkan. NBA 2K20 dijual seharga Rp83.000 di Google Play Store. Namun demikian, harga tersebut terbilang sebagai harga yang patut mengingat game NBA 2K20 yang terbilang cukup solid untuk mobile. Sebagai game olahraga, NBA 2K20 punya kombinasi lengkap yang membuatnya patut untuk dibeli. Game tersebut punya grafis yang detil mulai dari sisi pemain hinggi kondisi lapangan pertandingan. NBA 2K20 juga punya kontrol intuituif, dengan ragam mode gameplay yang menarik. Memang NBA 2K20 dirilis di tahun 2019 lalu. Namun saya merasa apabila Anda penggemar olahraga basket, NBA 2K20 mungkin bisa menjadi salah satu alternatif.