MailTarget Receives Seed Funding From Azure Ventures and Angel Investor

MailTarget, SaaS startup focused on email marketing automation announces two seed funding in 2017 with unspecified amount. First comes from Azure Ventures and the second one is from an undisclosed angel investor. The funding focuses on developing product and expanding team, sales and marketing in particular.

“The funding is necessary in developing Sales, Marketing and Customer Success team; and running our purpose, to ‘digitalize Indonesia’. It means a lot of education for Indonesian SMEs,” MailTarget’s Co-Founder and CEO Yopie Suryadi said.

MailTarget, established in late 2016 by Yopie Suryadi, Masas Dani and Johan Tahardi, is claimed to have good growth phase. Suryadi told DailySocial, they have 730 paid clients and capable to cover operations by its revenue.

Suryadi mentioned, “Enterprise indeed a big market, yet popular by its rocky steps, it also takes a numerous resources and funding to educate. Entering enterprise market needs certain strategy to survive.

“For technical team, [..] we will not add too many developers to help other features development,” he added.

Meanwhile, Azure Ventures is practically new in Indonesia’s startup industry. Without mentioning the amount of funding managed, they ensure focus on investing in SaaS sector.

Felix Setyomulyono, Azure Ventures’ Managing Partner, about this funding said, “SaaS startup will rise in one or two years in Indonesia due to their capability in solving business process problem to make an impact in company’s performance.”

Future plans

MailTarget founders
MailTarget founders

Suryadi said the team will continue to innovate in performance and has reached 300 mails per second delivery speed.

“Every landing page created can use own domain and be set to Google Analytics ID also Facebook Pixel for retargeting ads, as they are now currently trending,” he said.

In the future, MailTarget is said to be all-in-one device to help enterprises in digital marketing. Suryadi also mentions the use of machine learning technology for product development.

He said machine learning system will help users to measure its digital market performance. MailTarget will also develop digital personal assistant to recommend users and perform machine learning-based simple email activities.

Suryadi and team optimist in welcoming 2018. “We build MailTarget due to the developed business and products. In business, we will try to achieve BEP in 2018,” he finished.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

MailTarget Mengumumkan Perolehan Dana Awal dari Azure Ventures dan “Angel Investor”

Startup SaaS yang fokus di otomasi pemasaran email MailTarget mengumumkan dua kali perolehan dana di tahun 2017 yang tidak disebutkan jumlahnya. Perolehan pertama dari Azure Ventures, sementara yang kedua dari seorang angel investor yang tidak disebutkan namanya. Fokus pendanaan kali ini untuk mengembangkan produk dan mengembangkan tim, khususnya di segmen penjualan dan pemasaran.

“Kami membutuhkan pendanaan ini untuk mengembangkan team Sales, Marketing, dan Customer Success; dan menjalankan purpose kami, yaitu ‘mendigitalkan Indonesia’, yang artinya akan banyak porsi edukasi untuk para UKM Indonesia.”

MailTarget, yang didirikan akhir tahun 2016 oleh Yopie Suryadi, Masas Dani, dan Johan Tahardi, diklaim sedang dalam fase pertumbuhan yang bagus. Kepada DailySocial, CEO MailTarget Yopie Suryadi mengatakan mereka memiliki 730 klien berbayar dan sudah mampu membiayai operasional dari pendapatannya.

Yopie mengungkapkan, “UKM memang market yang besar, namun ini juga market yang terkenal sangat keras tantangannya, sebab butuh sumber daya dan dana yang tidak sedikit untuk mengedukasi. Memasuki pasar UKM butuh strategi tertentu, jika tidak ingin kehabisan napas di tengah jalan.”

“Untuk tim teknis, [..] kami akan menambah developer tidak terlalu banyak untuk membantu pengembangan fitur-fitur lainnya,” lanjutnya.

Azure Ventures bisa dibilang masih baru di kancah industri startup Indonesia. Meski tidak menyebutkan jumlah dana kelolaannya, mereka memastikan saat ini fokus berinvestasi di sektor SaaS.

Managing Partner Azure Ventures Felix Setyomulyono tentang pendanaan ini menyebutkan, “Startup SaaS akan naik daun dalam waktu 1 atau 2 tahun lagi di Indonesia karena mereka memecahkan masalah business process yang artinya membuat impact dalam performa perusahaan.”

Rencana ke depan

Para pendiri MailTarget
Para pendiri MailTarget

Yopie mengatakan secara performa pihaknya terus berinovasi dan kini telah mencapai kecepatan pengiriman hingga 300 email per detik.

“Setiap landing page yang sudah dibuat bisa menggunakan domain masing-masing UKM dan bisa ditaruh Google Analytics ID serta Facebook Pixel untuk keperluan retargeting ads yang sedang tren saat ini,” ungkapnya.

Ke depannya MailTarget disebutkan ingin menjadi suatu perangkat all-in-one yang bisa membantu UKM membantu kegiatan pemasaran digital. Yopie juga menyebutkan pemanfaatan teknologi machine learning untuk pengembangan produk.

Ia menyebutkan machine learning system akan membantu pengguna untuk mengukur performa pemasaran digital mereka. MailTarget juga akan mengembangkan asisten personal digital untuk memberikan rekomendasi bagi para pengguna, termasuk melakukan kegiatan email sederhana berdasarkan machine learning.

Yopie menyebutkan pihaknya optimis menyongsong tahun 2018.

“Kami membangun MailTarget karena produk dan bisnisnya sendiri sudah matang. Secara bisnis, kami akan berusaha untuk mencapai BEP di tahun 2018,” tutupnya.

Kejora Ventures dan InterVest Korea Selatan Siapkan Dana Awal 811 Miliar Rupiah untuk Membantu Startup Korea Berkembang di Asia Tenggara

Perusahaan investasi Indonesia Kejora Ventures dan mitranya, InterVest yang berasal dari Korea Selatan, mengumumkan pembentukan “InterVest Star Southeast Asia Growth Fund I” untuk membantu startup Korea Selatan berekspansi dipasar Asia Tenggara. Dengan target total dana hingga $100 juta (lebih dari 1,3 triliun Rupiah), mereka telah mengumpulkan $60 juta (lebih dari 811 miliar Rupiah) sebagai dana awal. Kebanyakan investor yang bergabung di dana ini berasal dari Korea Selatan.

Seperti dikutip dari Bloomberg, Kepala bagian Asia Tenggara Korea Venture Investment, sebuah badan investasi yang mendukung dana ini, Kim Sang-Soo, menyebutkan Asia Tenggara sebagai pasar yang menjanjikan bagi ventura Korea.

“Dana ini akan menjembatani mereka [investor Korea] dengan mitra lokal, sehingga mereka bisa berkembang dan berekspansi di kawasan [Asia Tenggara].”

Founding Partner Kejora Ventures Andy Zain, di sumber yang sama, menyebutkan, “Bagian strategi kami adalah membawa pendiri-pendiri dan teknologi berpengalaman ke sini [Asia Tenggara] dan membantu mereka, dengan dana dan jaringan kami, untuk dengan cepat menjadi no. 1 di sektornya.”

Kejora sendiri, di luar core business awalnya di Indonesia, sudah berekspansi ke berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk membuka kantor di Thailand, Singapura, dan Filipina. Sebelumnya, awal tahun ini, mereka juga telah menyiapkan dana sebesar $80 juta (lebih dari 1 triliun Rupiah) untuk berinvestasi di startup Asia Tenggara.

Bitcoin.co.id Receives Funding From East Ventures

Cryptocurrency exchange startup Bitcoin.co.id announces unspecified amount of funding from East Ventures. This funding is said will be used in continuing education for Indonesia’s market and exploring opportunities to expand in Southeast Asia.

Bitcoin.co.id, founded by Oscar Darmawan and William Sutanto in 2013, is initially setup as Indonesian version of bitcoin community. Later it transformed into exchange since 2014. They claim to be the biggest bitcoin exchange in Southeast Asia. Beside providing bitcoin transaction, Bitcoin.co.id is expanding its business in various popular cryptocurrency, such as: Ethereum, Ripple, and Litecoin.

Oscar Darmawan, Bitcoin.co.id’s CEO, said in the release, “I see the beginning of blockchain technology era, as bitcoin and ethereum is just started, there is still much potential. [..] I believe blockchain public technology is an answer to help financial inclusion getting more access.”

“Bitcoin.co.id will continue to educate and to work on Indonesian market and start our expansion to various countries in Southeast Asia,” he added.

There is only few players in this sector, one of them is Luno. Originally based on Singapore, Luno is now going global, but Southeast Asia region is still its priority.

Commented to this funding, Willson Cuaca, East Venture’s Managing Partner, said, “Oscar and team convince us with capacity to build product and market. We believe blockchain can overcome such problems in Indonesia, change business methods, reduce cost, maintain integrity, accelerate verification, and reduce single-point-of-failure with decentralization.”

“We’re hoping to innovate and invest more in this [blockchain] technology and paying attention on how blockchain changes our lives,” Cuaca said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

LINE Acquires “Social Carpooling” Startup TemanJalan

Global messaging platform, LINE, announces its acquisition over social carpooling startup TemanJalan. Settled on November 17th, this become LINE’s first acquisition for Indonesian startup. This move is said to support LINE on developing chatbot platform. There is no further information yet whether TemanJalan will still be an independent platform or will be an integral part of LINE products in Indonesia.

Two years ago, we reviewed TemanJalan, a platform to connect driver with travel companion to reduce cost. The concept is quite similar with standard carpool and hitch, but TemanJalan specifically aims for millennials.

Founded by Fauzan Helmi Sudaryanto, Caraka Nur Azmi, and Rasmunandar Rustam, TemanJalan was initially available on its own application. Its presence as LINE chatbot is said to increase usage, 70 times more than any other platform. TemanJalan is currently available in 50 universities with more than 100 thousands matches.

Fauzan Helmi Sudaryanto, TemanJalan’s CEO and Co-Founder, said in the release, “We are delighted to join LINE. This acquisition is a form of trust in products and developers in Indonesia and shows the seriousness of LINE in developing and supporting local communities.”

TemanJalan is acknowledged as successful example of native platform transformation into chatbot. We already asked LINE whether this continuous acquisition will be a strategy to strengthen its position in Indonesia.

Generally, among all big messaging platform, only LINE and BBM setup local representatives. Indonesia is one of LINE’s four most-important market with Japan, Taiwan, and Thailand.

Dale Kim, LINE Indonesia’s Managing Director, mentioned, “LINE will continue to commit in developing chatbot platform in Indonesia. TemanJalan acquisition is a form of our capacity building. Along with TemanJalan, we obtain new engineering team to improve our ability in developing chatbot platform, also gain deeper insight in Indonesian market.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

LINE Akuisisi Startup “Social Carpooling” TemanJalan

Platform messaging global LINE mengumumkan akuisisi terhadap startup social carpooling TemanJalan. Diresmikan 17 November lalu, ini menjadi akuisisi pertama LINE terhadap startup Indonesia. Akuisisi ini disebutkan mendukung rencana LINE mengembangkan platform chatbot. Belum ada informasi lebih lanjut apakah TemanJalan akan tetap menjadi platform independen atau layanan yang diberikan bakal menjadi bagian integral produk LINE di Indonesia.

Dua tahun yang lalu, kami mengulas soal layanan TemanJalan, sebuah platform yang mempertemukan pengguna dengan teman seperjalanan untuk menghemat ongkos transportasi bersama. Konsepnya serupa dengan carpool dan hitch yang tersedia di berbagai layanan, tetapi TemanJalan khusus membidik kalangan millennial.

Didirikan oleh Fauzan Helmi Sudaryanto, Caraka Nur Azmi dan Rasmunandar Rustam, awalnya TemanJalan tersedia di sebuah aplikasi tersendiri dan beberapa platform lainnya. Kehadiran TemanJalan dalam bentuk chatbot di LINE disebutkan mendorong lonjakan penggunaan, hingga 70 kali, dibanding platform lainnya. Kini TemanJalan disebutkan telah beroperasi di 50 kampus menghasilkan lebih dari 100 ribu match.

Co-Founder dan CEO TemanJalan Fauzan Helmi Sudaryanto dalam rilisnya mengatakan, “Kami sangat senang bisa bergabung dengan LINE. Akuisisi ini merupakan sebuah bentuk kepercayaan pada produk dan developer di Indonesia serta menunjukkan keseriusan LINE dalam membina dan mendukung komunitas lokal.”

TemanJalan sendiri dianggap menjadi contoh kesuksesan sebuah platform native yang diubah menjadi bentuk chatbot. Kami sudah meminta keterangan ke pihak LINE Indonesia tentang apakah akuisisi yang berkelanjutan akan menjadi strategi LINE untuk memperkuat positioning-nya di Indonesia, khususnya di kalangan generasi muda.

Secara umum, di antara platform-platform messaging besar yang ada di Indonesia, hanya LINE dan BBM yang memiliki perwakilan lokal. Indonesia termasuk di empat pasar utama LINE, bersama Jepang, Taiwan, dan Thailand.

Managing Director LINE Indonesia Dale Kim berkomentar, “LINE terus berkomitmen untuk mengembangkan chatbot platform di Indonesia, dan akuisisi atas TemanJalan merupakan salah satu bentuk pengembangan kapasitas kami disana. Bersama TemanJalan, kami mendapatkan tim engineering baru yang dapat meningkatkan kemampuan kami dalam mengembangkan platform chatbot, serta mendapatkan wawasan yang mendalam tentang pasar di Indonesia.”

Application Information Will Show Up Here

Bitcoin.co.id Peroleh Pendanaan dari East Ventures

Startup Cryptocurrency exchange Bitcoin.co.id mengumumkan perolehan pendanaan, yang tidak disebutkan jumlahnya, dari East Ventures. Pendanaan ini disebutkan akan digunakan untuk melanjutkan edukasi terhadap pasar Indonesia dan menjajaki peluang ekspansi ke negara-negara Asia Tenggara.

Bitcoin.co.id yang didirikan tahun 2013 oleh Oscar Darmawan dan William Sutanto awalnya merupakan media komunikasi tentang bitcoin dalam bahasa Indonesia, yang kemudian bertransformasi menjadi exchange sejak tahun 2014. Kini pihaknya mengklaim sebagai bitcoin exchange terbesar di Asia Tenggara. Selain melayani transaksi dengan bitcoin, Bitcoin.co.id juga mengembangkan pasarnya untuk berbagai cryptocurrency populer lainnya, seperti Ethereum, Ripple, dan Litecoin.

Dalam rilisnya, CEO Bitcoin.co.id Oscar Darmawan mengatakan, “Saya melihat era teknologi blockchain, seperti bitcoin dan ethereum ini baru dimulai, masih besar potensi yang bisa diraih. [..] Saya selalu percaya teknologi publik blockchain ini adalah salah satu jawaban untuk membantu inklusi keuangan mendapatkan akses ke dunia finansial.”

“Kami dari Bitcoin.co.id sendiri selain terus melakukan edukasi dan menggarap pasar Indonesia, akan memulai rencana ekspansi kami ke berbagai negara di Asia Tenggara,” lanjutnya.

Di Asia Tenggara sendiri pemain di sektor ini masih terbatas, salah satunya adalah Luno. Luno awalnya berbasis di Singapura, tapi kemudian sekarang sudah going global, meski tetap meletakkan kawasan ini sebagai salah satu pusat perhatiannya.

Terhadap pendanaan ini, Managing Partner East Ventures Willson Cuaca berkomentar, “Oscar dan team meyakinkan kami dengan kemampuan membangun produk dan pasar. Kami percaya blockchain dapat mengatasi berbagai masalah yang ada di Indonesia, mengubah cara kita berbisnis, mengurangi biaya transaksi, menjaga integritas, mempercepat verifikasi dan mengurangi single-point-of-failure dengan konsep desentralisasi.”

“Kami berharap dapat berinovasi dan berinvestasi lebih banyak di teknologi [blockchain] ini dan melihat bagaimana blockchain mengubah kehidupan kita,” tutup Willson.

Application Information Will Show Up Here

IDN Media Gains Series B Funding From East Ventures And Central Exchange

IDN Media, a media group company focusing on millennial and Gen Z, announces unspecified amount of Series B funding from East Ventures and Central Exchange. The latter is a Hong Kong Based venture capital company. Using this funding, IDN Media will expand its business into more cities and new vertical.

Founded in 2014 by Winston Utomo and William Utomo, IDN Media currently have 140 team members. They claims to have reached over 1 billion views for all platforms and 62 million views for video channels every month. They currently operate 8 different verticals and will launch a new media vertical for “millennial mama” called Popmama at the end of this year.

In its release, IDN Media’s Co-Founder and CEO, Winston Utomo, said, “IDN Media that we see and feel today is merely the surface of our vision. We are very pleased with this [result] B Series funding and working with new partners, as it will get us closer to our main goal: to be the millennial and Gen Z voice. Using this funding, we will focus on our mission to build a 360 multi-platform media company for millennial and Gen Z.”

Utomo told DailySocial, “We will launch local content to 10 cities in Indonesia and build some media verticals [in addition to Popmama] with further invest to create original content.”

Related to this funding, East Venture’s Co-Founder and Managing Partner Willson Cuaca commented, “They have built strong business fundamentals with significant revenue growth, which generate profitable quarters. We are very pleased to lead this round with new partner.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

IDN Media Rengkuh Pendanaan Seri B dari East Ventures dan Central Exchange

IDN Media, perusahaan yang menaungi IDN Times sebagai grup media yang fokus ke kalangan millennial dan Gen Z ,mengumumkan perolehan pendanaan Seri B, dalam jumlah yang tidak disebutkan, dari East Ventures dan Central Exchange. Yang terakhir adalah sebuah perusahaan modal ventura yang berbasis di Hong Kong. Dengan pendanaan ini, IDN Media akan memperluas ekspansinya dalam mencakup lebih banyak kota dan lebih banyak vertikal.

Didirikan tahun 2014 oleh Winston Utomo dan William Utomo, IDN Media kini memiliki 140 anggota tim. IDN Media mengklaim telah memperoleh lebih dari 1 miliar views untuk semua platform dan 62 juta views untuk kanal video setiap bulannya. Saat ini mereka mengoperasikan 8 vertikal bisnis yang berbeda dan bakal meluncurkan vertikal media baru untuk “millennial mama” yang bernama Popmama akhir tahun ini.

Dalam rilisnya, Co-Founder dan CEO IDN Media Winston Utomo mengatakan, “IDN Media yang kita lihat dan rasakan saat ini hanya sekedar permukaan visi kami. Kami sangat senang dengan [perolehan] pendanaan Seri B ini dan bekerja sama dengan mitra baru, karena membantu kami lebih dekat ke tujuan utama: menjadi suara kaum millennial dan Gen Z. Dengan pendanaan ini, kami akan fokus ke misi kami membangun perusahaan media multi-platform 360 yang lebih baik untuk kaum millennial dan Gen Z.”

Kepada DailySocial, Winston menambahkan, “Kami akan meluncurkan konten lokal di 10 kota di Indonesia dan membangun beberapa vertikal media [selain Popmama] dan berinvestasi lebih jauh untuk menciptakan konten-konten original.”

Tentang pendanaan ini, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca berkomentar, “Mereka telah membangun fundamental bisnis yang kuat dengan pertumbuhan pendapatan yang signifikan, yang bahkan menghasilkan kuartal yang memberi keuntungan. Kami sangat senang memimpin putaran kali ini bersama mitra baru.”

Application Information Will Show Up Here

Pemanfaatan Data Masif Alibaba Saat Pesta Belanja 11.11 Seharusnya Jadi Acuan Bagaimana Pesta Belanja Dilakukan

Ya, Alibaba memang mencatat rekor penjualan $25,3 miliar (lebih dari 340 triliun Rupiah) yang dibukukan saat Pesta Belanja 11.11 tahun ini. Meskipun demikian, tidak cuma angka penjualan yang dilaporkan raksasa e-commerce Tiongkok ini saat pesta belanja global tahun ini. Data-data pembeli menjadi “tambang emas” yang seharusnya diikuti sebagai basis pelaksanaan pesta belanja, khususnya yang berlangsung secara online, di tanah air.

DailySocial dan sejumlah rekan media mendapat kesempatan secara langsung memantau jalannya pesta belanja 11.11 Alibaba yang tahun ini dipusatkan di Shanghai, Tiongkok. Ketika countdown dilakukan, yang menjadi awal berlangsungnya kegiatan 11.11, Alibaba langsung menunjukkan data penjualan secara real time. Setelah angka penjualan 10 miliar Yuan ($1,5 miliar atau 20 triliun Rupiah) tercapai dalam waktu 3 menit, dengan 93% transaksi terjadi melalui perangkat mobile, layar lalu beralih ke data yang lebih dalam.

Alibaba kemudian menampilkan dua jenis data besar. Yang pertama adalah data penjualan secara global, yang kedua adalah data penjualan secara nasional. Keduanya diperbarui secara real time.

Di layar pertama, data penjualan global menampilkan negara-negara mana yang termasuk Top 5 berkontribusi di ajang ini dan barang-barang apa saja yang menjadi Top Seller.

Di layar kedua, datanya lebih intensif. Alibaba bisa men-track per kota dan per provinsi, hingga ke desa-desa, tentang pola konsumsi nasional. Alibaba menamai daerah-daerah ekonomi baru ini sebagai New Rural Economy. Peningkatan pendapatan per kapita Tiongkok yang bertambah 10 kali lipat dalam 17 tahun mendorong pola konsumsi yang makin menyebar dan tidak hanya terpusat di kota-kota besar. Shanghai, Beijing, Hangzhou, Guangzhou, dan Shenzhen memang masih mendominasi, tapi provinsi-provinsi lain telah menggeliat dan pola konsumsinya sangat terlihat di pesta belanja seperti ini.

Kepada DailySocial, pihak Alibaba menyebutkan, “Alibaba telah menyiapkan sistem OneData yang menjadi basis data utuk pengembangan teknologi data kami, termasuk data mining, yang telah membantu mendapatkan data secara real time. Dengan peluncuran OneID, yang dapat diakses konsumen melalui platform-platform ekosistem Alibaba, seperti Taobao, Alipay, dan Youku yang menggunakan single login, analisis data yang komprehensif dapat dilakukan secara cepat, yang mendorong ketersediaan insight konsumen yang sangat berharga.”

Pemanfaatan data serupa di Indonesia

Pesta belanja di Indonesia juga berlangsung di periode 11.11 dan 12.12. Sebelumnya pesta belanja seperti ini ditujukan untuk menggairahkan pola konsumsi online yang memang masih sangat kecil persentasenya di Indonesia. Meskipun demikian, data penjualan di pesta belanja tersebut bisa mulai menjadi indikator pola konsumsi masyarakat dan kehadiran kantong-kantong ekonomi baru.

Tentu saja, yang paling harga di sini adalah data-data konsumen. Zaman dulu, ketika semua transaksi dilakukan secara offline, tidak mudah untuk mengetahui pola konsumsi, barang-barang apa yang sering dibeli oleh masyarakat di area tertentu, dan bagaimana seharusnya inventori dioptimalkan. Kini data tersebut bisa diperoleh dengan lebih mudah dan membantu layanan digital menciptakan pengalaman belanja yang lebih baik.

Pihak Alibaba menyebutkan, “Dengan menganalisis data [yang diperoleh di kegiatan 11.11], kami dapat memperoleh insight konsumen dan pada akhirnya bisa melayani konsumen dengan lebih baik. Contohnya, melalui analisis data, kami bisa mengidentifikasi barang yang sering dibeli oleh masyarakat di area tertentu. Sebagai hasilnya, kami bisa menyiapkan barang tersebut terlebih dahulu melalui sistem logistik dan pergudangan pintar kami, sehingga konsumen yang membeli barang tersebut melalui platform e-commerce kami bisa mendapatkan barang secara lebih cepat karena berasal dari gudang yang terdekat.”

Lebih lanjut, data tersebut juga bisa digunakan untuk merekomendasikan barang-barang secara lebih akurat.

“Alibaba telah mengembangkan sistem, disebut Tmall Smart Choice, untuk membantu penjual mengidentifikasi produk yang memiliki potensi menjadi barang-barang yang laku dijual (best-selling). Sistem ini menggunakan permodelan yang memanfaatkan faktor seperti kebutuhan dan daya beli konsumen, kredibilitas dan reputasi layanan penjual, review dan rating produk, jangkauan harga, dan musim [tren], sehingga bisa memprediksikan barang mana yang bakal populer di antara konsumen yang ditargetkan,” tutup pihak Alibaba.