Marketplace Rekrutmen Ekrut Umumkan Perolehan Pendanaan Awal dari East Ventures

Marketplace rekrutmen berbasis kurasi Ekrut mengumumkan perolehan pendanaan awal dari East Ventures dengan nilai yang tidak disebutkan. Ini merupakan pengumuman pendanaan perdana East Ventures pasca penggalangan dana baru 365 miliar Rupiah ($27.5 juta). Ekrut berharap ke depannya bisa “mengganggu” industri headhunting di kawasan Asia Tenggara.

Ekrut adalah layanan HR yang fokus pada perekrutan, menawarkan proses headhunting yang lebih efisien, dari yang biasanya 8 minggu menjadi 4 minggu. Ekrut didirikan oleh mantan Entrepreneur-In-Residence East Ventures Steven Suliawan bersama Ardo Gozal dan Anthony Kusuma. Steven sebelumnya juga pernah membangun startup jebolan program Ideabox, Loyalbox.

Sebelum Ekrut, East Ventures juga telah berinvestasi di platform pembantu rekrutmen lain, Rekruta. Rekruta lebih fokus sebagai SaaS rekrutmen untuk perusahaan.

Co-Founder dan CEO Ekrut Steven Suliawan kepada DailySocial mengatakan, “Pendanaan difokuskan untuk membangun tim, mendapatkan traksi, dan mengembangan produk inti.”

Sejak peluncurannya bulan September 2016, Ekrut mengklaim telah membantu lebih dari 30 perusahaan berbasis teknologi, termasuk Tokopedia dan Go-Jek. Saat ini disebutkan mereka memiliki lebih dari 1000 talenta dalam basisdatanya.

Sepanjang tahun 2016 bermunculan startup-startup baru yang fokus di sektor HR, khususnya rekrutmen. Mereka mencoba menjangkau pasar yang mungkin belum menjadi fokus perusahaan headhunting tradisional atau layanan marketplace pekerjaan besar.

“Ada banyak engineer di Indonesia, tapi yang sangat baik jumlahnya terbatas. Hal ini mendorong terjadinya kompetisi ketat untuk [perekrutan] engineer berkemampuan tinggi. Hal ini merupakan alasan kami mengkurasi talent pool di Ekrut, untuk membantu klien menemukan kandidat berkualitas,” ujar Co-Founder dan COO Ekrut Ardo Gozal.

Deals@DS Minggu Ini (13 – 19 Januari 2017)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS kami terus perbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi member dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

Path Gandeng Adplus untuk Pemasaran Inventori Iklan

Layanan media sosial Path menggandeng Adplus sebagai mitra eksklusif untuk pemasaran inventori iklan di platform-nya. Penunjukkan ini disebutkan karena pengalaman Adplus di sektor periklanan digital. Yang menarik, Adplus dan Path kini sama-sama dimiliki perusahaan Korea Selatan. Path diakuisisi Kakao, sementara Adplus oleh Yello Mobile.

Tidak mudah memang bagi perusahaan media sosial untuk mendulang iklan di tengah dominasi Facebook dan Google. Twitter saja keteteran dalam persaingan ini. Path berusaha memanfaatkan keunggulannya di sisi engagement sebagai media sosial tertutup, khususnya untuk konsumen Indonesia. Indonesia kini memiliki jumlah pengguna Path terbesar di dunia dengan jumlah pengguna di Indonesia lebih dari 10 juta.

Sebelumnya Path meluncurkan platform periklanan Path Track, tapi kemitraan dengan Adplus menunjukkan mereka membutuhkan bantuan agensi digital di sektor ini.

Selain melalui iklan, sumber monetisasi Path adalah penjualan gimmick digital dalam bentuk filter foto dan stiker. Meskipun populer, pendapatan digital Path belum signifikan. Berdasarkan data Top Grossing App Store di Indonesia, Path hanya berada di posisi ke-99, sangat jauh jika dibandingkan LINE dan Bigo Live.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Bitcoin BitX Kini Bernama Luno (UPDATED)

Layanan bitcoin BitX mengumumkan perubahan namanya menjadi Luno. Kantornya pusatnya yang sebelumnya ada di Singapura kini pindah ke London. Meskipun demikian, tidak ada yang berbeda untuk layanan dan personelnya. Marcus Swanepoel menjadi CEO Luno dengan empat layanan utama yang diberikan, yaitu Luno Wallet, Luno Exchange, Luno Enterprise, dan Luno Capital. Di Indonesia sendiri layanan Luno tetap berjalan seperti biasa.

Luno sendiri, dalam bahasa Esperanto, berarti bulan. Istilah “ke bulan”, mengarah ke bagaimana bitcoin bisa digunakan oleh siapapun di muka bumi secara setara.

Dari sisi layanan, seperti disebutkan sebelumnya tidak mengalami perubahan. Konsumen Indonesia tetap bisa melakukan penyimpanan (dompet elektronik) penukaran, dan kegiatan membeli dan menjual. Pun demikian dengan aplikasi mobile untuk platform Android dan iOS.

Head of Business Development Luno untuk kawasan Asia Vijay Ayyar kepada DailySocial menyebutkan untuk tim Indonesia sendiri tahun ini  akan merekrut lebih banyak pegawai untuk mengekspansikan dukungan dan kemitraan dengan berbagai pihak terkait.

Vijay mengatakan bahwa fokus rebranding ini untuk menjadi perusahaan yang ramah terhadap konsumen (consumer friendly) ke dunia finansial yang baru.

Selain soal bisnis bitcoin, Luno juga berharap bisa mengedukasi pasar melalui Luno Learning Portal yang membantu masyarakat umum untuk memahami apa sebenarnya bitcoin dan bagaimana penggunaannya di dunia nyata.

Di Indonesia sendiri Luno bermitra dengan DOKU untuk kemudahan transaksi pembayaran secara online. Selain Naspers dan Digital Currency Group, Venturra Capital yang berbasis di Jakarta merupakan investor Luno.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures Siapkan Dana Baru 365 Miliar Rupiah untuk Startup Asia Tenggara

East Ventures mengumumkan ketersediaan dana baru sebesar $27,5 juta (365 miliar Rupiah) untuk berinvestasi di startup Asia Tenggara. Ini adalah pengumpulan dana kelima VC yang berbasis di Singapura ini dalam lebih dari enam tahun beroperasi. Saat ini East Ventures telah memiliki 80 portofolio aktif di Asia Tenggara dan lebih dari 70% di antaranya disebutkan telah mendapatkan pendanaan lanjutan.

East Ventures, menurut data DailySocial, adalah VC paling aktif mengucurkan dana untuk startup Indonesia di tahap awal. Salah satu sektor primadona yang menjadi pusat perhatian East Ventures di Indonesia tahun 2016 lalu adalah fintech. Hampir separuh pendanaan yang melibatkan startup fintech Indonesia tahun lalu melibatkan East Ventures. Meskipun demikian, East Ventures menyatakan pihaknya tetap selektif dan hanya memberikan pendanaan bagi 2,5% startup yang mengajukan pitching dalam setahun.

Termasuk dalam portofolio East Ventures adalah Tokopedia dan Traveloka, dua startup unggulan yang digadang-gadang menyusul Go-Jek menyandang status unicorn.

Co-Founder dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya dalam pernyataannya menyebutkan, “Loyalitas mereka [East Ventures] ke perusahaan portofolio telah membangun jaringan portofolio yang luas dan membantu membangun efek jaringan antar pengusaha di komunitas startup Asia Tenggara.”

 

Co-Founder dan CEO Traveloka Ferry Unardi menambahkan, “East Ventures telah menjadi mitra penting Traveloka dalam berekspansi di Asia Tenggara dalam empat tahun terakhir. Mereka kukuh dalam pendekatan yang ramah terhadap founder dan kami berterima kasih atas dukungan yang telah diberikan East Ventures.”

Sejumlah portofolio yang mendapat kisah sukses di antaranya adalah akuisisi Groupon terhadap Disdus, akuisisi Yello Mobile terhadap PriceArea, akuisisi Migme terhadap Shopdeca, dan akuisisi konglomerat media Kompas Gramedia terhadap SCOOP.

Selain berinvestasi di startup, East Ventures juga mengembangkan ekosistem dengan membangun coworking space EV Hive di Jakarta Selatan dan BSD City.

East Ventures, yang dipimpin Willson Cuaca, Batara Eto, dan Taiga Matsuyama, tahun ini berharap bisa menggandakan jumlah lead startup yang mengajukan permohonan pendanaan, meskipun jumlah yang disetujui tetap sama.

Perusahaan percaya tahun ini bakal lebih banyak kisah merger dan akuisisi yang melibatkan portofolionya, meskipun mereka juga memprediksikan bakal lebih sedikit startup yang mendapatkan pendanaan lanjutan (Seri B dan selanjutnya).

Deals@DS Minggu Ini (6 – 12 Januari 2017)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS kami terus perbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi member dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

Banopolis Ingin Penuhi Jalanan Bandung dengan Sepeda

Konsep penyewaan sepeda (bike sharing) modern ini sudah jamak kita jumpai di berbagai kota besar dunia. Di Indonesia, konsep bike sharing rata-rata terbatas di dalam kampus dan itu tidak bersifat berbayar. Banopolis mencoba menawarkan konsep bike sharing berbayar di kota Bandung dengan harapan membantu pemerintah mengurangi kepadatan lalu lintas.

Sistem bike sharing Banopolis, yang disebut Boseh, merupakan bentuk kerja sama Banopolis dan PT LEN Industri yang ditunjuk pemerintah kota Bandung untuk merealisasikan impian besar ini. Tentunya kita semua tahu bahwa Walikota Bandung saat ini, Ridwan Kamil, gemar bepergian dengan sepedanya. Jika sudah beroperasi, sistem ini menjadi yang pertama di Indonesia.

Cikal bakal Banopolis dimulai tahun 2012 ketika sejumlah anak muda merintis ide serupa dengan modal dana CSR dan bantuan Ikatan Alumni ITB. Sistem pendaftaran, sistem peminjaman, dan shelter masih bersifat manual.

Anugerah Nurrewa yang sempat terlibat kegiatan ini berusaha mendalami teknologi ini dengan mengambil topik transportasi non-motorized sebagai bahan studi pascasarjananya. Ia kemudian merintis Banopolis yang disebut memanfaatkan teknologi IoT, GIS, dan NFC.

Sistem ini akan diluncurkan awal 2017 dengan menghadirkan 30 stasiun/shelter dan 270 unit sepeda. Kepada DailySocial, disebutkan sistem pembayaran yang dikembangkan berupa smartcard berbasis NFC sebagai awalan. Berikutnya mereka berharap untuk bermitra dengan perbankan untuk memperluas kemudahan pembayaran.

Pihak Banopolis menyebutkan awal pendanaannya tidak sama dengan kebanyakan startup teknologi lainnya. Banopolis sendiri didanai dari hasil penerimaan mereka sebagai firma konsultan, sementara proyek bike sharing ini didanai pemerintah kota Bandung melalui APBD.

Saat ini proyek Boseh disebutkan sudah memasuki tahap produksi dan konstruksi stasiunnya sudah bisa dilihat di beberapa lokasi, misalnya perempatan antara Cihampelas dan Pasteur.

Tentu saja realisasi Boseh harus diapresiasi. Yang lebih penting adalah bagaimana pengurusan layanan ini agar tetap sasaran dan berkesinambungan, karena banyak “solusi transportasi umum” di Indonesia yang ternyata tak bertahan lama. Simak perkembangan Boseh dan kegiatan Banopolis di halaman Facebook-nya.

Gnews Tutup Layanan

Di penghujung tahun ini, kisah penutupan startup belum berakhir. Gnews, platform pencarian berita berbasis media sosial, menutup layanannya. Menurut informasi yang kami terima, perbedaan visi antara manajemen dan pemegang saham lainnya menjadi penyebab utama penutupan layanan ini. Semua karyawan Gnews sudah mengundurkan diri atau di-PHK.

Gnews didirikan hampir 2 tahun yang lalu sebagai bagian dari GDILab yang mengkhususkan diri menganalisis tren media sosial. Berbeda dengan GDILab yang sekarang menjadi platform analitik, Gnews mengarah menjadi aplikasi baca (reader app).

Sekitar setahun lalu, Gnews spin off menjadi perusahaan sendiri, dengan dua co-founder GDILab, Yopie Suryadi dan Masas Dani, exit dan masing-masing menjadi CEO dan CTO perusahaan baru.

Sempat berencana ekspansi ke Asia Tenggara, mimpi Gnews tersebut akhirnya kandas. GDILab sendiri tetap bertahan dan telah mengamankan beberapa pendanaan lanjutan.

Simak pandangan-pandangan Yopie tentang tren media sosial dan pemanfaatan machine learning untuk melihat perilaku konsumen dalam DScussion beberapa waktu yang lalu.

Deals@DS Minggu Ini (23 – 29 Desember 2016)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS kami terus perbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi member dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

Memahami Konsep “Post-App Store”

Akhir November lalu, Facebook meluncurkan Instant Games, sebuah usaha Facebook untuk memasuki ranah permainan dan aplikasi mobile yang kini, secara platform, dikuasai Google dan Apple. Di sini kita berkenalan dengan istilah “Post-App Store”, meskipun sementara ini Indonesia belum termasuk negara yang memiliki akses ke Instant Games yang bisa dimainkan melalui Facebook Messenger.

DailySocial berkesempatan bertemu langsung dengan tim Blackstorm yang merupakan salah satu mitra Facebook saat peluncuran Instant Games. Blackstorm, yang telah mendapatkan pendanaan sebesar $33,5 juta (lebih dari 450 miliar Rupiah), merupakan salah satu advokat Post-App Store dengan usahanya membangun platform dan perangkat bagi pengembang untuk membuat layanan di luar toko aplikasi yang selama ini kita kenal.

Karya Blackstorm sebagai showcase adalah EverWing, sebuah permainan kasual dengan kualitas tak kalah dengan yang dibangun menggunakan teknologi native.

Pemahaman Post-App Store

Post-App Store sendiri merupakan istilah digunakan untuk pengembangan layanan menggunakan platform di luar Google Play (Android) dan App Store (iOS). Dominasi, atau duopoli, dua platform ini membuat ketergantungan yang luar biasa dari para pengembang. Para pengusung gerakan Post-App Store berharap mereka bisa secara independen mengembangkan produk dan bertahan dengan model bisnis yang dipilihnya.

Teknologi utama yang digunakan adalah HTML5. Blackstorm percaya bahwa transisi teknologi ini didorong oleh para pengembang, termasuk para peneliti di lab-lab Ilmu Komputer Stanford University.

Sesungguhnya, dipercaya bahwa awalnya iOS sendiri mendukung kehadiran aplikasi berbasis web, namun kehadiran platform native yang lebih unggul dibanding mobile web membuat perkembangannya sempat terhambat.

Menurut Michael Piech dari Blackstorm, teknologi HTML5 yang membentuk ekosistem Post-App Store kini sudah semakin sempurna. Disebutkan sudah ada komponen HTTP2, offline access, push notification, shadow DOM, JITs versi terbaru, dan dukungan real time yang lebih baik menggunakan websocket dan WebRTC. Hal lain adalah perkembangan teknologi WebGL.

Blackstorm berharap teknologi yang diusungnya dapat mengeliminasi perbedaan antara aplikasi native dan yang berbasis HTML5.

HTML5 versus aplikasi native

Michael mengklaim aplikasi yang dibangun dengan teknologi HTML5 saat ini sudah serupa dengan 99% aplikasi native yang ada. Mereka optimis bahwa platform HTML5 memiliki kapabilitas untuk mengeliminasi kebutuhan banyak aplikasi native.

Dari sisi keunggulan, karena HTML5 berbasis di server, tidak diperlukan ruang yang besar untuk menginstalasi atau smartphone berspesifikasi sangat tinggi untuk menjalankan atau memainkan permainan yang dibangun di platform ini, apakah itu menggunakan perangkat iOS, Android, atau yang lainnya. Saat pembaruan pun, pengguna tidak mengalami kesusahan untuk mengunduh ulang.

Michael mengatakan pihaknya percaya bahwa aplikasi bakal secara penuh digantikan fungsinya oleh ekuivalensi HTML5 di masa mendatang.

Kondisi Post-App Store saat ini

Michael menyebutkan gerakan Post-App Store saat ini sudah melewati masa “bayi”. Peluncuran Facebook Instant Games merupakan bukti bahwa teknologi ini sudah siap untuk diadopsi oleh konsumen secara luas dan mudah di-scale.

Pengalaman yang diharapkan diperoleh konsumen adalah “app di dalam app”, seperti WeChat. Go-Jek merupakan contoh aplikasi lokal yang mendukung konsep ini.

Karena nilai konversinya yang bagus berdasarkan pengalaman pengguna, Blackstorm menganggap tidak ada halangan bagi para pengembang untuk tidak mengembangkan produknya menggunakan HTML5 dibandingkan sekedar aplikasi native.