UberMOTOR Ekspansi ke Bandung, Surabaya, dan Bali

UberMOTOR mengumumkan ketersediaan armadanya di Bandung, Surabaya, dan Bali. Langkah ini hanya berselang beberapa hari setelah Grab mengumumkan ketersediaan GrabBike dan GrabExpress di Bali. Go-Jek sendiri sudah cukup merajai di kota-kota tersebut dan kini mendapat tantangan baru di luar kawasan Jadetabek.

Sejauh ini belum ada data berapa banyak mitra pengemudi UberMOTOR secara nasional. Saya sendiri sempat melihat bagaimana UberMOTOR bergerilya ke kantong-kantong ojek pangkalan untuk merekrut mitra baru. Memang kalau dilihat di jalanan Jadetabek, jumlahnya masih kalah jauh jika Go-Jek dan GrabBike yang lebih dulu hadir. Langkahnya berekspansi ke Bandung, Surabaya, dan Bali diharapkan bisa membantu meningkatkan tingkat kompetisi di kota-kota lain.

UberMOTOR di Indonesia merupakan satu-satunya layanan Uber berbasis motor yang bertahan. Layanan serupa, dengan nama UberMOTO yang digelar di Thailand dan India, tak mampu bersaing dengan pemain lokal. Mengingat sebentar lagi Uber bakal menggelar layanan pemesanan makanan UberEATS, sebaiknya mereka sudah memiliki armada pengantaran yang cukup untuk bersaing dengan Go-Food.

Application Information Will Show Up Here

LINE dan Bank Mandiri Usung Platform E-Money LINE Pay e-Cash

LINE dan Bank Mandiri meluncurkan platform e-money dengan tajuk LINE Pay e-Cash. Produk ini adalah “perkawinan” antara LINE Pay dan Mandiri e-Cash. Bisa ditebak, berbeda dengan solusi LINE Pay di Jepang, Taiwan, dan Thailand yang berbasis kartu kredit, LINE Pay e-Cash menjadi layanan LINE Pay pertama di dunia yang menggandeng pihak ketiga menggunakan produk e-money milik Mandiri. Tak hanya bisa digunakan untuk bertransaksi di platform LINE, produk ini bisa digunakan untuk bertransaksi 300,000 online dan offline shop di seluruh Indonesia.

Kehadiran LINE Pay e-Cash menjadi penting karena masifnya pengguna layanan ini di Indonesia. Jumlahnya diklaim mencapai 72 juta pengguna aktif. Sebagaimana yang sudah saya bahas kemarin, e-money bisa menjadi solusi masa depan untuk menjembatani kemudahan transaksi di dua “dunia”, offline dan online. LINE Pay e-Cash sendiri sudah mendapat restu dari Bank Indonesia.

Angka pengguna LINE tersebut jauh lebih besar dibanding kombinasi jumlah nasabah Bank Mandiri dan BCA. Hal ini yang menjadi titik krusial apakah e-money, melalui LINE Pay e-Cash memang bakal diadopsi oleh masyarakat luas, khususnya kaum millennial yang menjadi pengguna LINE.

Memanfaatkan Mandiri e-Cash, LINE Pay e-Cash tidak perlu bekerja keras untuk mengembangkan jaringan merchant. Disebutkan sudah ada 300 ribu offline dan online shop yang menerima platform ini. Mandiri sendiri sudah menjadi yang terdepan di persaingan popularitas produk e-money.

LINE Pay e-Cash bisa berfungsi layaknya sebuah akun tabungan. Tanpa perlu datang ke bank, konsumen bisa menggunakan akun LINE yang terintegrasi untuk isi ulang dan ambil tunai di ATM Mandiri, Indomaret, dan Alfamart. Selain itu LINE Pay e-Cash juga bisa dilakukan untuk mentransfer dana ke sesama pengguna. Fungsi banking diambil alih tanpa perlu membuka rekening tabungan.

Application Information Will Show Up Here

E-money Mungkin adalah Kunci Pembayaran di Masa Depan

Salah satu perhatian media hari ini adalah soal kemungkinan akuisisi layanan e-money PonselPay, yang dimiliki MVCommerce, oleh layanan on-demand Go-Jek. Sebelumnya kami juga mengabarkan informasi yang menyebutkan akuisisi DOKU oleh EMTEK. Benang merahnya sama, mereka sama-sama memiliki lisensi e-money dari Bank Indonesia. Dengan masih terbatasnya lisensi e-money yang diberikan, sampai sekarang hanya untuk 21 perusahaan, perusahaan seperti ini memiliki bargaining yang menarik bagi perusahaan yang ingin terjun ke sektor pembayaran. Lalu mengapa e-money menjadi begitu penting?

Cerita penyedia layanan e-money

Lima hari yang lalu kami membahas soal TrueMoney Witami. TrueMoney Witami saat ini mengklaim sebagai layanan e-money terbesar ketiga, setelah Bank Mandiri dan BCA. Meskipun secara nilai masih kecil — sangat-sangat kecil — dibanding penggunaan uang, konsumen mulai menggunakan e-money untuk melakukan pembayaran berbagai tagihan, top-up pulsa ponsel, pengiriman uang (remiten), dan sebagai pengganti bank untuk tarik tunai dan transfer.

Berikutnya kita simak gencarnya Dompetku, produk e-money Indosat Ooredoo, bekerja sama dengan berbagai institusi finansial. Menggunakan Dompetku, konsumen bisa membayar KTA, membeli reksadana, mentransfer dan menerima dana dengan berbagai bank (termasuk dari mancanegara).

Dengan semangat pemerintah yang mengusung skema cashless, masih terbatasnya kepemilikan akun tabungan, dan tetap stagnannya penetrasi kartu kredit, diperlukan suatu perantara yang menjembatani kemudahan transaksi pembayaran yang mengakomodasi segmen offline dan online. Di sini e-money berperan. E-money bisa digunakan tanpa seorang konsumen membuka akun tabungan dan menjadi alat pembayaran transaksi online.

“Melegalkan” Go-Pay

Sekarang kita membahas Go-Pay. Skema alat pembayaran Go-Jek yang makin populer ini sudah menjadi pengganti uang untuk berbagai jenis transaksi. Dari memesan jasa transportasi, membeli makanan, membeli bahan kebutuhan sehari-hari, dan lain-lain. Saya bahkan membayangkan Go-Pay menjadi jawara mobile wallet di Indonesia, seperti halnya mobile wallet Starbucks di Amerika Serikat, mengalahkan pemain-pemain yang sudah ada.

Masalahnya, Go-Jek tidak memiliki lisensi e-money. Di sini akuisisi perusahaan yang sudah memiliki lisensi e-money menjadi masuk akal. Akuisisi terhadap MVCommerce akan membantu “melegalkan” Go-Pay sebagai produk e-money di mata regulator.

Masa depan

Bila kita lihat daftar Bank Indonesia tadi, DOKU, Espay, MVCommerce, dan Skye Sab adalah 4 perusahaan “independen” yang tidak terafiliasi dengan korporasi besar di sektor perbankan dan telekomunikasi. Kecuali Bank Indonesia mengeluarkan kembali lisensi e-money, dua perusahaan yang tersisa bakal menjadi “rebutan” dan headline media dalam waktu dekat. Buat saya, hal ini menjadi pertanda bahwa e-money memang dianggap pemain industri sebagai solusi terbaik untuk solusi pembayaran masa depan di Indonesia.

Yang menjadi permasalahan tersisa adalah tingkat adopsi masyarakat. Dengan penetrasi telekomunikasi lebih tinggi dibanding penetrasi layanan perbankan dan tingkat adopsi internet dan smartphone yang semakin tinggi, ada secercah optimisme bahwa tingkat adopsi masyarakat untuk penggunaan e-money akan bertumbuh cepat.

Mandiri Capital Luncurkan Konferensi untuk Meningkatkan Inovasi Fintech di Indonesia

Bank pemerintah Bank Mandiri memiliki mimpi besar untuk membangun negara sebagai hub regional untuk inovasi fintech.

Tahun lalu, Bank Mandiri meluncurkan dana ventura Mandiri Capital Indonesia (MCI) senilai $37 juta untuk berinvestasi ke startup-startup yang memiliki kekhususan di bidang pembayaran, peminjaman, dan solusi UKM. Di bulan Juni tahun ini, MCI meluncurkan program inkubator untuk membimbing perusahaan-perusahaan fintech tersebut.

Program yang berlangsung selama 6 bulan ini telah mengakomodasi 44 startup non-digital dan 14 startup digital, yang di antaranya adalah finalis sejumlah kompetisi bisnis, misalnya kategori digital program Wirausahawan Muda Mandiri (WMM), Mandiri Hackathon, dan mahasiswa anggota Asosiasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).

Peserta program ini tidak hanya menerima bantuan pendanaan, tetapi juga mendapatkan akses ke Mandiri Group Network dan basisdata nasabah Mandiri yang luas.

November ini, MCI meluncurkan FINSPIRE: Summit 2016 yang bertujuan merangkul semua komunitas fintech di kawasan. Program ini juga akan menampilkan FINSIPIRE: Frontrunners, sebuah program pitching yang akan menampilkan pitch startup fintech yang terbaru dan terpopuler di depan para investor dan mentor.

10 startup terpilih akan menjalani proses coaching saat workshop. Mereka akan dibimbing oleh Danie Yulia Manahera (Head of Investment MCI), Eddi Danusaputro (CEO MCI), Sam Hall (Program Director Startupbootcamp) dan masih banyak lagi.

Startup-startup ini kemudian mendapatkan kesempatan untuk melakukan pitching di semifinal dan final FINSPIRE: Summit 2016.

Startup terbaik berkesempatan membawa pulang hadiah uang senilai 125 juta Rupiah (US$ 9,500), mengikuti program inkubator MCI, dan eksibisi gratis di Echelon Asia Summit 2017.

Selain itu, peserta FINSPIRE: Summit 2016 juga mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dan berjejaring dengan para pemain di industri fintech.

Workshop akan diadakan tanggal 7 November 2016 di Mandiri Inkubator Bisnis, sedangkan puncak acara FINSPIRE akan diadakan di Soehanna Hall tanggal 9 November 2016.

Peminat dapat mendaftar di sini. Registrasi ditutup pada tanggal 6 November 2016.


Disclosure: Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan e27 yang disponsori MCI. Artikel aslinya bisa diakses di sini.

e27 adalah organizer FINSPIRE: Summit 2016

Deals@DS Minggu Ini (21 – 27 Oktober 2016)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS kami terus perbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi member dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

Garuda Indonesia Dikabarkan Memang “Boikot” Traveloka (UPDATED)

Sudah beberapa hari ini konsumen mengalami kesulitan untuk mengakses informasi dan membeli tiket Garuda Indonesia dan Citilink melalui Traveloka. Menariknya layanan sejenis justru berpromosi soal ketersediaan dua maskapai nasional ini di sistemnya. Menurut sumber yang terpercaya, memang ada masalah bisnis dan kepercayaan antara Garuda Indonesia dan Traveloka yang menyebabkan “tertutupnya” kanal penjualan antara kedua belah pihak.

Terhadap pertanyaan konsumen, yang tidak cuma 1-2 kali, pihak layanan pelanggan Traveloka menyebutkan ada gangguan antara sistemnya dengan Garuda Indonesia. Sesungguhnya, di balik layar, isunya lebih besar.

Menurut sumber kami, pelaksanaan Traveloka Online Travel Fair yang berbarengan dengan Garuda Indonesia Travel Fair fase 2 awal Oktober ini ternyata tidak berdampak baik bagi hubungan keduanya. Traveloka Online Travel Fair, selain berbarengan waktunya dan mengusung slogan “tak perlu antre”, justru menggandeng sejumlah maskapai asing yang artinya mengambil kue pendapatan Garuda Indonesia secara langsung.

Dampak hilangnya pendapatan karena travel fair yang berbarengan dan isu kepercayaan, karena Traveloka sendiri adalah mitra penjualan Garuda, membuat pihak manajemen Garuda Indonesia memutuskan, setidaknya untuk saat ini, menutup kanal penjualan dengan layanan yang didirikan tahun 2012 oleh Ferry Unardi, Derianto Kusuma, dan Albert ini. Belum ada informasi berapa lama “boikot” ini akan berlangsung.

Hilangnya akses ke Garuda Indonesia dan Citilink jelas berdampak besar bagi kedua belah pihak. Traveloka sendiri disebutkan saat ini adalah layanan OTA berbasis online terbesar di Indonesia dan termasuk yang digadang-gadang menjadi startup unicorn berikutnya mengikuti jejak Go-Jek.

Kami belum mendapatkan pernyataan resmi terkait hal ini dan bakal menginformasikan lebih lanjut jika mendapatkan pembaruan dari kedua belah pihak.

Update: Berdasarkan informasi lanjutan, penutupan ini hanya berlangsung selama sampai minggu ini dan minggu depan sudah kembali normal

Application Information Will Show Up Here

MatahariMall Umumkan Perolehan Dana 1,3 Triliun Rupiah

Layanan marketplace MatahariMall mengumumkan perolehan pendanaan senilai $100 juta atau sekitar 1,3 triliun Rupiah dari grup investor yang dipimpin konglomerat Jepang Mitsui & Co. Juga berpartisipasi sejumlah investor terdahulu. Tidak disebutkan berapa valuasi MatahariMall pasca perolehan pendanaan ini.

Pendanaan ini merupakan hasil pencarian MatahariMall untuk perolehan dana tambahan yang diajukan sejak April 2015 lalu. Waktu itu MatahariMall berharap bisa memperoleh pendanaan $200 juta sebagai tambahan modal. Sepanjang setahun terakhir, PT Matahari Putra Prima juga berangsur-angsur menggandakan kepemilikan sahamnya di MatahariMall menjadi 10%.

MatahariMall sendiri diinisiasi dengan klaim dana awal yang diinjeksi Lippo Group senilai $500 juta. Pendanaan ini diharapkan memvalidasi langkah MatahariMall untuk menguasai pasar Indonesia. Di ranah ini, MatahariMall bersaing ketat dengan Lazada, Tokopedia, Bukalapak, dan sejumlah pemain berdana besar lainnya. Diferensiasi MatahariMall adalah pemanfaatan skema O2O yang memanfaatkan jaringan ritel Matahari di seluruh Indonesia.

“Kerja sama ini adalah validasi kuat terhadap visi kami, dan kami berharap bisa terus bertumbuh ke tahap selanjutnya. Visi kami adalah menjadi perusahaan teknologi terkemuka di Indonesia dan menjadi mesin penggerak pertumbuhan industri e-commerce di kawasan ini,” kata Hadi Wenas, CEO MatahariMall.

Nobuaki Kitamori, COO ITC Mitsui & Co, dalam rilis pers yang kami terima menyebutkan, “Kami memiliki keyakinan pada Indonesia, terutama dalam peluang e-commerce di Indonesia. Kami telah mengikuti perkembangan MatahariMall.com yang begitu pesat sejak berdiri, dan sangat senang dapat berinvestasi di perusahaan ini. Mitsui berkomitmen terhadap visi jangka panjang MatahariMall.com dan berharap dapat membantu tim MatahariMall.com dalam merealisasikan rencana itu.”

Ini bukan pertama kalinya Mitsui berinvestasi dalam proyek-proyek teknologi informasi Lippo. Angka yang diinvestasikan dalam pendanaan kali ini bisa dibilang sangat kecil dibanding komitmen jangka panjang Mitsui dengan proyek Lippo yang lain. Secara total, menurut The Jakarta Globe, komitmen kerja sama Mitsui dan Lippo mencapai $5 miliar atau sebesar 65 triliun Rupiah dalam beberapa tahun ke depan. Mitsui juga memiliki investasi sebesar $550 juta untuk mengembangkan jaringan Bolt 4G.

Application Information Will Show Up Here

Deals@DS Minggu Ini (14 – 20 Oktober 2016)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS kami terus perbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi member dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

Zeemi Ganti Model Bisnis, Tutup Layanan Live Streaming Berbasis User Generated Content

Platform live sharing berbasis video Zeemi mengibarkan bendera putih di sektor ritel. Jika kita mengakses situs Zeemi sekarang, akan muncul pop up yang berisi pengumuman tentang “penutupan” fitur live streaming, termasuk akses melalui aplikasi. Meskipun demikian, pihak Zeemi seperti dikonfirmasi DailySocial menegaskan tidak sepenuhnya berhenti beroperasi.

Zeemi yang beroperasi sejak tahun 2014 merupakan salah satu pemain lokal di kancah platform hiburan berbasis streaming video. Ia menghadapi persaingan ketat dari para pemain regional, termasuk Cliponyu, Bigo, dan Nonolive yang makin ke sini semakin banyak menampilkan konten negatif. Dengan bermodalkan pendanaan awal sebesar $1 juta (atau sekitar 13 miliar Rupiah) dari 500 Startups dan DeNA yang diperoleh setahun yang lalu, Zeemi tampaknya tak mampu bersaing.

Dalam konfirmasinya yang singkat kepada DailySocial, Pendiri dan CEO Zeemi Tom Damek menyebutkan pihaknya mengubah model bisnis dan tetap beroperasi, meskipun tidak menyebutkan detil akan berubah ke mana. Belum ada informasi juga apakah ada karyawan yang dilepas (layoff) terkait perubahan ini.

Seperti disebutkan di pengumumannya, Zeemi berangsur-angsur mengurangi kemampuan pengguna untuk melakukan live streaming. Aplikasi Android-nya pun sudah tidak lagi terdaftar di Google Play. Zeemi mengisyaratkan akan menggunakan teknologi live video streaming yang dimiliki untuk membidik pasar korporasi dan pengembang.

Kita tunggu kiprah Zeemi selanjutnya.

EMTEK Dikabarkan Akuisisi Layanan Sistem Pembayaran DOKU

Berdasarkan informasi dari sumber terpercaya, EMTEK dikabarkan telah mengakuisisi layanan sistem pembayaran DOKU. Kami masih berusaha mengkonfirmasi informasi ini ke kedua belah pihak dan bakal memperbarui artikel ini.

Raksasa media EMTEK dalam beberapa tahun terakhir ini memang sangat aktif mengeksplorasi dunia digital, melalui KMK Online, dalam bentuk investasi dan pembuatan platform sendiri, dari sektor e-commerce (Bukalapak, Kudo, Bobobobo), messaging (BlackBerry Messenger), dan video (Vidio). Langkah berinvestasi (atau akuisisi) di layanan sistem pembayaran adalah langkah menarik yang melengkapi sinergi produk digital yang dimiliki.

DOKU didirikan tahun 2007 dan merupakan layanan sistem pembayaran digital terdepan Indonesia dan telah melengkapi layanannya dengan produk wallet dan marketplace Popazop.

Di tahun 2014, DOKU mengungkapkan total transaksi yang dikelola selama setahun sebesar 6,5 triliun Rupiah. Sejak akhir tahun 2015 DOKU mencatat jumlah pengguna Doku Wallet sudah mencapai 850 ribu pengguna, sementara jumlah merchant saat ini 17 ribu. Terakhir DOKU bekerja sama dengan PayEase Tiongkok untuk mengakomodasi pembayaran menggunakan UnionPay. DOKU dipimpin oleh Thong Sennelius, Budi Syahbudin, Nabilah Alsagoff, dan Himelda Renuat.