Has Google Chrome Passed IE as The Most Popular Browser? Not So Fast

Yesterday TheNextWeb reported that Google Chrome had surpassed Internet Explorer as the most popular web browser on the planet. The data is based on StatCounter’s Global Stats which was first discovered by Joey deVilla. deVilla later posted a follow up to the story with additional sources from W3Counter and Clicky which show that Chrome has yet to overtake IE. So what’s the deal?

Simply put, browser market share is not an exact science. You can throw a hundred surveys, research, and monitoring, and you’ll get a hundred different answers. On the other hand, if the sample sizes are large enough, you’ll get many similar results from which you can draw a conclusion.

Continue reading Has Google Chrome Passed IE as The Most Popular Browser? Not So Fast

Didiet Noor Bergabung ke RIM Sebagai Developer Relations/Evangelist untuk Indonesia

Muhammad Sumyandityo Noor atau yang lebih dikenal dengan nama Didiet, telah ditunjuk sebagai Developer Relations/Evangelist untuk RIM. Didiet sebelumnya adalah produser di Guava Games dan CTO Oneb1t yang berbasis di Yogyakarta. Peran yang akan dijalankan Didiet sebagai Developer Relations/Evangelist RIM adalah mengajak para developer mobile di Indonesia untuk bergabung dan mengembangkan aplikasi di platfrom terbaru RIM yang akan datang, BlackBerry 10. Walaupun Didiet masih menjadi pemegang saham di Guava Games dan Oneb1t Media, ia tidak lagi memegang peran aktif di dua perusahaan ini sejak ia mengundurkan diri untuk mengabdi secara penuh kepada RIM.

Pengembangan aplikasi BlackBerry terlihat cukup berkembang di Indonesia meskipun Android dan iOS bertumbuh sangat pesat di seluruh dunia. Angka terbaru yang dipublikasikan oleh Gartner menempatkan RIM pada posisi ke tujuh di antara produsen ponsel global dalam hal perangkat yang terjual, dengan kurang dari 10 juta unit di kuartal pertama tahun 2012. Setahun yang lalu, RIM menjual lebih dari 13 juta perangkat, yang berarti ada penurunan lebih dari 25 persen. Untung bagi RIM, developer Indonesia sepertinya tidak terpengaruh oleh laporan ini.

Continue reading Didiet Noor Bergabung ke RIM Sebagai Developer Relations/Evangelist untuk Indonesia

Didiet Noor Joins RIM As Developer Relations/Evangelist for Indonesia

Former producer at Jogjakarta based Guava Games and CTO of Oneb1t Media Muhammad Sumyandityo Noor, better known as Didiet, has been appointed RIM’s developer relations/evangelist for Indonesia. His responsibilities essentially is getting Indonesia’s mobile developers on board RIM’s upcoming platform, the BlackBerry 10. While he remains a shareholder at Guava Games and Oneb1t Media, he no longer holds an active role in either company as he has resigned to take up the full time role at RIM.

BlackBerry applications development has seen some serious uptake in Indonesia despite the platform’s growth being savaged across the world by the ever expanding Android and iOS. Recent figures published by Gartner placed RIM seventh among global phone makers in terms of units sold with less than 10 million units in the first quarter of 2012. A year ago RIM sold over 13 million devices which means it saw a drop of over 25 percent in sales. Fortunately for RIM, Indonesian developers seem immune to such reports.

Continue reading Didiet Noor Joins RIM As Developer Relations/Evangelist for Indonesia

Situs Diskon Restoran Lapar Berhenti Menjual Kupon Diskon

Sebuah newsletter email masuk ke inbox kami tadi malam dari Lapar.com yang mengumumkan penutupan bisnis daily deals mereka dan perubahan arahan situs. Lapar sebelumnya merupakan layanan yang cukup populer untuk kupon diskon restoran yang memberikan penawaran untuk para penikmat makanan di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Ketika diluncurkan bulan Desember tahun 2010, Lapar terjun ke pasar daily deals, berkompetisi dengan Disdus (sekarang Groupon) dan DealKeren (sekarang LivingSocial) namun berfokus hanya pada kupon diskon makanan saja. Bisnis berjalan cepat dan Lapar mendapatkan pengakuan yang baik dari Rama Mamuaya atas pembeda yang diberikannya serta fokus hanya pada satu kategori saja daripada menjual berbagai jenis kupon diskon. Kami menuliskan tentang Lapar beberapa kali sepanjang tahun 2011.

Lapar awalnya berfokus pada Jakarta dan Bandung, dan kemudian menyasar pengguna Surabaya dengan memperlebar cakupan pasar mereka awal tahun kemarin. Namun sejak minggu lalu, Lapar.com telah berubah menjadi situs gaya hidup yang memfokuskan pada makanan dan kesehatan. Layanan deals dan kupon hilang, digantikan dengan berita-berita pendek dan artikel tentang kesehatan personal serta tips kuliner.

Continue reading Situs Diskon Restoran Lapar Berhenti Menjual Kupon Diskon

Restaurant Discount Site Lapar Stops Selling Coupons, Turns Into a Messy Lifestyle Portal

An email newsletter came in to our inbox last night from Lapar.com which announced the close of business and the change in direction of the site. Lapar had been a popular restaurant discount coupon site offering deals to food lovers in Jakarta, Bandung, and Surabaya.

When it launched in December 2010, Lapar jumped into the burgeoning daily deals market, competing with the likes of disdus (now Groupon) and dealkeren (now livingsocial) but focusing only on discounts for food items. Business was brisk and it earned a vote of confidence from our own Rama Mamuaya for differentiating itself and focusing on just one category rather than selling discount coupons for everything under the sky. We wrote about Lapar a few times throughout 2011.

Continue reading Restaurant Discount Site Lapar Stops Selling Coupons, Turns Into a Messy Lifestyle Portal

Segera Hadir di Ubud: Hubud, Sebuah Community Working Space

Walaupun ruang kerja dengan sistem berbagi telah cukup populer di dunia, hal ini baru mulai menjadi populer di Indonesia beberapa waktu lalu, sejak teman-teman di FOWAB meluncurkan hackerspace pertama mereka, yang sekarang telah pindah ke tempat yang lebih besar dan lebih baik dari sisi lokasi. Jogjakarta kemudian juga menelurkan hackerspace mereka sendiri tidak lama setelahnya. Sejak saat itu muncul beberapa ruang berbagi lain di Indonesia dan akan terus bertambah karena perbincangan tentang ini semakin populer.

Pertumbuhan ruang seperti ini semakin banyak seiring dengan bertambahnya individu yang menekuni kegiatan freelance dan pengusaha yang mencari tempat dimana mereka bisa menjalankan bisnis tanpa harus mengeluarkan biaya yang mahal dan segala urusan sewa menyewa. Kafe sebenarnya cukup populer untuk para pekerja freelance dan founder startup sebagai tempat bekerja namun tempat-tempat seperti ini memiliki banyak keterbatasan yang bisa diatasi dengan ruang kerja bersama.

Continue reading Segera Hadir di Ubud: Hubud, Sebuah Community Working Space

Coming Soon to Ubud: Hubud, A Community Working Space

While shared working spaces have been popular around the world for quite some time, it’s only becoming popular in Indonesia in the last couple of years since the FOWAB folks in Bandung set up their fist hackerspace, which has since moved to a bigger and better location. Jogjakarta followed up by setting its own hackerspace not too long after. Since then there has been other shared spaces set up across the country and plans for more are being talked about with increasing frequency.

This increased take up of such a space is being spurred on by the rise in freelance and entrepreneurial individuals looking for places in which they can go about their businesses without having to incur expensive set up fees and deal with all sorts of leasing commitments. Coffee shops are popular spots for freelance workers and startup founders to work at but these places have various limitations which could be overcome by having shared working spaces instead.

More recently a community working space is being set up in Ubud, Bali. Cleverly named Hubud, short for Hub in Ubud, is the brainchild of three foreigners looking to set up a space of their own. Video editor Peter Wall, designer John Alderson, and United Nations consultant Steve Munroe who got together one day and decided to move forward with the idea of a shared space in Ubud.

Continue reading Coming Soon to Ubud: Hubud, A Community Working Space

Indonesia Menjadi yang Terburuk dan Terbaik Untuk Urusan Kekayaan Intelektual

Kekayaan intelektual adalah salah satu isu perdagangan yang selalu dihadapi oleh Indonesia dan orang Indonesia ketika berbicara tentang perdagangan komersil dengan negara lain, terutama Amerika Serikat. Laporan terakhir dari United States Trade Representative tentang perlindungan dan penegakkan kekayaan intelektual (USTR Special Annual Report 301) menempatkan Indonesia kembali dalam daftar prioritas waspada. Daftar ini digunakan sebagai hambatan perdagangan untuk memaksa negara-negara yang dianggap tidak patuh, untuk menerapkan langkah-langkah yang memadai menurut regulator AS, untuk mengurangi dan menghapus pelanggaran hak kekayaan intelektual.

Beberapa pihak berpendapat bahwa laporan ini dibuat sewenang-wenang dan menggelikan. Mike Masnick dari TechDirt menujukkan fakta bahwa Kanada, walaupun memiliki pertaturan kekayaan intelektual yang lebih ketat dari AS, dianggap sebagai salah satu negara terburuk dalam hal perlindungan kekayaan intelektual.

Continue reading Indonesia Menjadi yang Terburuk dan Terbaik Untuk Urusan Kekayaan Intelektual

Indonesia Among The Worst and The Best in Dealing With Intellectual Property

Intellectual property is one of the major trade issues that Indonesia and Indonesians seem to always stumble over when it comes to commercial trades with other nations, especially with the United States. The latest report by the United States Trade Representative on intellectual property protection and enforcement (USTR Special Annual Report 301) puts Indonesia on priority watch list again. This list is used against non-conforming nations as a trade barrier to force countries to implement measures deemed to be adequate, according to US regulators, to reduce and eliminate IP rights violations.

Some argue that the list is arbitrary and ridiculous. Mike Masnick of TechDirt points out the fact that Canada, despite having stricter IP laws than the US, is considered among the worst countries in the world in protecting intellectual property.

Continue reading Indonesia Among The Worst and The Best in Dealing With Intellectual Property

Paranoia Facebook Seharga Satu Miliar Dollar

Kesuksesan Silicon Valley tidak terlepas dari pola pikir yang mengusung sifat paranoia, bahkan mantan CEO Intel, Andry Grove menerbitkan sebuah buku tentang hal ini pada tahun 1996. Berbagai perusahaan sering kali membeli perusahaan lain bukan karena tujuan memajukan perusahaan mereaka sendiri atau untuk menambah aset tetapi untuk mencegah kompetitor mendapatkan keuntungan jika mereka yang mengakuisisinya. Kondisi ini memang terjadi diberbagai industri lain, tidak hanya di Silicon Valley tetapi tampaknya lebih terasa di dunia teknologi di mana inovasi jauh lebih cepat terjadi.

Ketika Mark Zuckerberg mengumumkan pembelian Instagram, dia mengatakan bahwa Facebook tidak akan mengubah hal-hal mendasar dari Instagram dan menjamin keberadaan apapun yang membuat Instagram populer. Tentu saja, Facebook masih mencoba untuk menemukan cara bagaimana bisa memonetisasi mobile sedangkan tim di Instagram telah bekerja secara eksklusif di platfom mobile, maka jelas masuk akal bagi Facebook untuk memiliki perusahaan ini, tetapi sejujurnya, satu miliar dollar dikeluarkan untuk membeli jejaring sosial berbasis foto yang sebenarnya bisa dikembangkan oleh Facebook sendiri tampak konyol bagaimana pun Anda memandangnya.

Apa yang membuatnya lebih masuk akal bagi saya waktu itu dan sekarang agak dikonfirmasi oleh Jennifer van Grove di Venture Beat adalah bahwa Facebook sama sekali tidak ingin Instagram jatuh ke tangan Twitter.

Continue reading Paranoia Facebook Seharga Satu Miliar Dollar