Marvel Gandeng Team Liquid untuk Rilis Merchandise Black Widow

Marvel harus menunda penayangan film Black Widow sampai bulan November karena virus corona. Namun, itu tidak menghentikan mereka untuk mempromosikan film superhero terbarunya. Marvel Entertainment baru saja mengumumkan kerja sama dengan Team Liquid untuk membuat koleksi merchandise Black Widow.

Salah satu merchandise tersebut adalah jersey. Berbeda dengan jersey standar Team Liquid yang didominasi warna biru, jersey Black Widow ini memiliki warna hitam dan merah. Pada bagian kanan, terdapat logo Team Liquid sementara pada sebelah kiri, terdapat ikon Black Widow. Jersey tersebut dijual dengan harga US$84 (sekitar Rp1,3 juta).

Melalui kerja sama ini, Team Liquid dan Marvel Entertainment juga mengeluarkan beberapa merchandise lain, seperti jaket hoodie, kaos dengan ilustrasi Black Widow, dan juga jaket. Kaos crop top dihargai US$30 (sekitar Rp468 ribu), kaos lengan panjang US$45 (sekitar Rp702 ribu), hoodie US$75 (sekitar Rp1,2 juta), sementara jaket dihargai US$94 (sekitar Rp1,5 juta).

Ini bukan kali pertama Team Liquid bekerja sama dengan Marvel Entertainment untuk membuat merchandise. Pada bulan Juni 2019, Liquid bekerja sama dengan Marvel untuk membuat jersey bertemakan anggota Avengers, seperti Captain America, Iron Man, dan Spider-Man. Tidak aneh jika Team Liquid bekerja sama dengan Marvel, mengingat COO Liquid, Mike Milanov mengatakan, mereka memang ingin menggabungkan “gaya hidup, gaming, dan komik”. menurut laporan Dot Esports. Tidak tertutup kemungkinan, ke depan, Liquid akan kembali menjalin kerja sama dengan Marvel.

Sementara itu, bagi Marvel, Team Liquid bukanlah satu-satunya organisasi esports yang mereka ajak kerja sama. Pada Februari 2020, Marvel mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama dengan Chiefs Esports Club, organisasi asal Oceania, untuk membuat merchandise.

Memang, industri esports kini tengah naik daun. Diperkirakan, industri esports akan memiliki pemasukan hingga US$1 miliar pada tahun ini. Salah satu alasan mengapa semakin banyak pihak yang tertarik untuk menjadi investor atau sponsor dari pelaku esports adalah karena esports dipercaya akan menjadi hiburan di masa depan.

ESPN Gelar Turnamen Valorant, TSM Cari Pemain Valorant Profesional

Game tactical shooter dari Riot Games, Valorant, masih dalam tahap closed beta. Meskipun begitu, telah muncul beberapa turnamen esports dari game itu. Salah satunya adalah ESPN Esports Valorant Invitational, yang diadakan pada 20 April sampai 22 April 2020. Turnamen Valorant ini akan menyertakan delapan tim. Menariknya, para pemain yang berlaga dalam turnamen itu merupakan pemain profesional dari game esports lainnya, mulai dari Overwatch, Rainbow Six Siege, Counter-Strike: Global Offensive, Fortnite, Apex Legends, sampai League of Legends.

Beberapa pemain yang akan ikut serta dalam ESPN Esports Valorant Invitational antara lain pemain Rainbow Six Siege Troy “Canadian” Jaroslawski, pemain CS:GO Tyler “Skadoodle” Latham, dan runner-up dari Fortnite World Cup Harrison “psalm” Chang. Turnamen Valorant tersebut akan disiarkan di channel Twitch dari ESPN Esports.

Inilah delapan tim yang akan berlaga dalam ESPN Esports Valorant Invitational, menurut pernyataan resmi dari ESPN.

Team Mirage: Brax, Ska, AZK, n0thing, Hiko, Skadoodle
Team Battlegrounds: Vegas, Venerated, Valliate, YaBoiDre, Sharky, 7Teen
Team Llama: Psalm, thwifo, joseph, highsky, Xxi
Team Six: Canadian, Rampy, Thinkingnade, Nvk, Necrox
Team Canyon: Aceu, Dizzy, Mendo, Kellar, Syncdez
Team Rift: Dyrus, Xmithie, Siphtur, Doublelift, Imaqtpie

ESPN Esports Valorant Invitational
ESPN Esports Valorant Invitational diikuti oleh 8 tim. | Sumber: ESPN

Sementara itu, Team SoloMid (TSM) mengumumkan bahwa mereka akan membentuk tim Valorant profesional. Selain itu, mereka juga akan kreator konten dari game buatan Riot tersebut. TSM bukanlah satu-satunya organisasi esports yang tertarik untuk membentuk tim Valorant. Sebelum ini, ada beberapa organisasi esports yang telah melakukan hal yang sama, termasuk Cloud9, Ninja in Pyjamas, dan T1, menurut laporan Inven Global.

T1, yang dikenal dengan tim League of Legends, bergerak cepat dalam merekrut pemain Valorant. Pada 9 Maret 2020, mereka menandatangani kontrak dengan pemain Valorant pertama mereka, yaitu Braxton “Brax” Pierce, mantan pemain CS:GO profesional. Pada 7 April 2020, T1 merekrut pemain Valorant kedua mereka, yaitu Keven “AZK” Larivière, yang merupakan mantan rekan Pierce. Tak berhenti sampai di situ, T1 juga telah mengadakan turnamen Valorant dengan tujuan memamerkan kemampuan tim profesional mereka.

Sementara itu, pada 8 April, Ninjas in Pyjamas memperbarui kontrak dengan tim Paladin mereka. Hanya saja, para pemain Paladin tersebut akan banting setir dan bermain Valorant. Satu-satunya perubahan adalah Erik “Bird” Sjösten akan mengundurkan diri sebagai pemain dan mengisi posisi sebagai Head Coach. Cloud9 menjadikan Tyson “TenZNgo sebagai pemain Valorant profesional pertama mereka pada 14 April 2020. Ngo adalah pemain profesional CS:GO yang telah mengundurkan diri pada tahun lalu. Dia lalu bergabung dengan Cloud9 sebagai kreator kreator. Namun, sekarang, dia kembali aktif sebagai pemain.

Switch Langka, Nintendo Mau Naikkan Jumlah Produksi

Nintendo berencana untuk meningkatkan jumlah produksi Switch, menurut laporan Nikkei Asian Review. Perusahaan asal Jepang itu dikabarkan akan menaikkan total produksi Switch hingga 10 persen pada 2020.

Memang, sejak Februari 2020, Nintendo Switch mulai langka dan konsumen mulai kesulitan untuk membeli konsol tersebut. Alasannya, semakin banyak pemerintah dari negara-negara Asia Tenggara dan Tiongkok yang menetapkan lockdown atau menyarankan warganya untuk melakukan karantina. Ini tidak hanya memengaruhi jaringan suplai Nintendo Switch, tapi juga membuat semakin banyak orang tertarik untuk membeli Switch. Pada Maret 2020, permintaan akan Switch masih terus berkat diluncurkannya Animal Crossing: New Horizon.

“Kami harap, para perusahaan penyuplai akan dapat meningkatkan jumlah produksi. Namun, ada beberapa komponen yang masih sulit didapatkan. Jadi, kami tidak bisa memberikan perkiraan berapa banyak unit Switch yang dapat kami sediakan,” kata Nintendo, seperti dikutip dari Games Industry. Sebelum ini, Nintendo memperkirakan, penjualan Switch dan Switch Lite akan mencapai 19,5 juta untuk tahun fiskal yang berakhir pada 31 Maret. Namun, masih belum diketahui apakah Nintendo telah sukses mencapai target tersebut.

Nintendo Switch langka
Peluncuran Animal Crossing pada Maret membuat Nintendo Switch menjadi langka.

Selain virus corona, alasan lain yang membuat Nintendo Switch langka adalah karena ada banyak reseller yang menggunakan bot untuk membeli konsol tersebut. Motherboard berhasil mengungkap komunitas reseller yang mengunakan software open-source untuk memindai situs e-commerce yang menjual Switch. Software tersebut akan secara otomatis membeli Switch ketika konsol itu tersedia. Menggunakan software itu, reseller tak perlu khawatir akan kehabisan stok karena terlambat membeli.

Tool yang digunakan untuk membuat bot tersebut adalah Bird Bot. Namun, juga ada bot lain bernama Scottbot, Swift, dan Phantom. Juru bicara Phamtom berkata bahwa software mereka telah digunakan untuk membeli lebih dari 500 Switch dalam waktu 24 jam pertama. Reseller yang membeli Switch dengan bantuan bot kemudian menjual kembali Switch yang mereka dapatkan. Inilah yang menyebabkan mengapa harga Switch menjadi meroket.

Di tengah karantina karena pandemik COVID-19, game memang menjadi salah satu hiburan utama. Selain bermain game, semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk menonton konten esports. Tidak heran, mengingat ada cukup banyak kompetisi olahraga tradisional yang beralih ke esports karena pertandingan harus dibatalkan.

Liga Inggris Gelar ePremier League Tournament

England Premier League (EPL) memutuskan untuk mengadakan turnamen esports FIFA 20 sebagai pengganti dari pertandingan sepak bola yang dibatalkan akibat vitus corona. Turnamen yang dinamai ePremier League Invitational ini akan diikuti oleh 20 klub yang berlaga di Liga Inggris. Turnamen tersebut akan diadakan mulai 21 April 2020 sampai 25 April 2020.

Dalam ePremier League Invitational, masing-masing klub akan diwakili oleh atlet sepak bola atau musisi. Misalnya, Raheem Sterling akan mewakili Manchester City, sementara Trent Alexander-Arnold akan mewakili Liverpool, dan Tottenham Hotspur akan diwakili oleh Moussa Sissoko. Manchenster United akan diwakili oleh musisi Tom Grennan, menurut laporan Polygon.

Masing-masing peserta turnamen akan bertanding dengan satu sama lain dalam pertandingan yang ditentukan secara acak. Format turnamen yang digunakan adalah single elimination. Untuk memastikan semua tim memiliki kesempatan menang yang sama, rating semua klub sepak bola dipukul rata menjadi 85.

“Kami sadar bahwa kami harus menemukan cara untuk menghibur para fans dan kami bangga karena dapat mengajak atlet sepak bola ternama untuk ikut serta dalam ePremier League Tournament,” kata CEO EPL, Richard Masters, menurut laporan The Next Web.

Di tengah pandemik virus corona, ada banyak pertandingan olahraga yang dibatalkan, termasuk liga sepak bola. Meskipun begitu, pertandingan esports masih bisa dijalankan secara online. Karena itu, pertandingan esports menjadi hiburan alternatif bagi para fans olahraga. Turnamen ePremier League Tournament akan disiarkan di channel YouTube dan Twitch dari Sky Sports serta channel YouTube, Facebook, dan Twitter dari Premier League. Tak hanya itu, babak semifinal dan final dari turnamen tersebut juga akan disiarkan di channel televisi, yaitu Sky Sports di Inggris serta NBC Sports Network untuk kawasan Amerika Serikat.

Liga Inggris bukan satu-satunya liga sepak bola yang menyelenggarakan turnamen esports sebagai pengganti pertandingan yang dibatalkan. Minggu lalu, Major League Soccer, liga sepak bola di Amerika Utara, juga melakukan hal yang sama. Selain itu, kreator FIFA 20, Electronic Arts juga membuat turnamen esports sepak bola bertajuk Stay and Play Cup.

Riot Tantang Hacker Cari Celah Keamanan di Software Anti-Cheat Valorant

Belum lama ini, Riot Games meluncurkan versi closed beta dari Valorant. Bersamaan dengan itu, mereka juga memperkenalkan software anti-cheat Valorant, yaitu Vanguard. Sayangnya, software anti-cheat ini menuai kontroversi. Salah satu alasannya adalah karena Vanguard langsung aktif ketika komputer dinyalakan, walau Anda tidak memainkan Valorant. Selain itu, Vanguard juga memiliki akses level kernel dari komputer.

Dalam blog, Riot menjelaskan, jika software anti-cheat Valorant hanya bisa mendapatkan akses ke level user, maka ia tidak akan bisa mendeteksi cheat yang mendapatkan akses lebih tinggi. Riot juga menegaskan bahwa mereka tidak mengumpulkan informasi pribadi para pengguna. Mereka mengatakan, Vanguard memiliki akses ke level kernel hanya untuk melakukan validasi sistem dan memastikan pemain tidak menggunakan cheat.

“Riot tidak mengumpulkan data pribadi yang tidak digunakan untuk memastikan integritas dari game yang Anda mainkan,” kata Riot, menurut laporan Euro Gamer. Meskipun begitu, Riot mengambil langkah ekstra untuk memastikan bahwa Vanguard aman. Mereka menawarkan hadiah uang hingga US$100 ribu (sekitar Rp1,5 miliar) bagi hacker yang dapat menemukan celah keamanan pada Vanguard. Mereka membuat tawaran ini di HackerOne, situs yang memungkinkan perusahaan menawarkan hadiah pada hacker yang melaporkan celah keamanan di softwawre mereka.

anti-cheat valorant
Software anti-cheat Valorant menimbulkan kontroversi. | Sumber: Riot Games

“Untuk menunjukkan komitmen kami dalam melindungi keamanan data para pemain, kami menawarkan hadiah uang hingga US$100 ribu (sekitar Rp1,5 miliar) bagi orang yang bisa mendemonstrasikan celah keamanan pada Vanguard,” ujar Riot. “Jika Anda bisa membantu kami melindungi para pemain kami dan data mereka dengan melaporkan celah keamanan yang ada, itu berarti Anda adalah orang hebat dan kami ingin memberikan apresiasi.”

Ini bukan kali pertama Riot memanfaatkan HackerOne untuk mencari kelemahan pada game dan software mereka. Namun, ini adalah kali pertama mereka membuat bug bounty khusus untuk Vanguard. Selain itu, hadiah yang mereka tawarkan kali ini juga lebih tinggi dari sebelumnya. Tampaknya, Riot memang serius untuk meyakinkan para pengguna mereka bahwa mereka tidak mengumpulkan data pengguna.

Meskipun masih belum diluncurkan secara resmi, Valorant memiliki hype yang sangat tinggi. Buktinya, game ini berhasil memecahkan rekor jumlah penonton conccurrent di Twitch. Selain itu, sudah muncul diskusi tentang ekosistem esports dari game tersebut. Salah satu organisasi esports ternama asal Korea Selatan, T1, bahkan telah mengadakan turnamen Valorant. Meskipun begitu, Riot mengungkap bahwa mereka tidak akan turun tangan langsung dalam pengembangan scene esports dari Valorant.

LAFC Adakan Turnamen Esports FIFA 20 Bersama Allied Esports

Pandemik virus corona menyebabkan banyak pertandingan olahraga dibatalkan, termasuk Major League Soccer (MLS), liga sepak bola di Amerika Utara. Dibatalkannya pertandingan menyebabkan sejumlah klub sepak bola mengalami masalah finansial. Pasalnya, mereka kehilangan pemasukan yang biasanya mereka dapatkan dari pertandingan. Untuk menggantikan pertandingan yang dibatalkan, Los Angeles Football Club (LAFC) berinisiatif membuat turnamen esports. Tujuannya adalah untuk berinteraksi dengan para fans mereka. Selain itu, mereka juga bisa mempromosikan sponsor mereka ketika mereka menyiarkan pertandingan esports.

LAFC bekerja sama dengan Allied esports untuk menyelenggarakan LAFC Gaming Charity Challenge Series. Turnamen FIFA 20 tersebut akan berisi 10 pertandingan dan disiarkan melalui platform streaming game Twitch. Seperti namanya, turnamen tersebut ditujukan untuk menggalang dana yang akan diberikan pada kegiatan amal terkait COVID-19.

“Musim MLS baru saja dimulai, jadi fans kami sangat haus akan kompetisi,” kata Alex Sale, LAFC Senior Manager of Business Development & Special Projects, seperti dikutip dari The Esports Observer. “Untuk kegiatan online pertama kami, kami mengadakan turnamen FIFA untuk amal.” Dia menjelaskan, proses transisi untuk melakukan kegiatan online dari membuat siaran pertandingan sepak bola offline bukanlah hal yang sulit.

eMLS Tournament Special
MLS menyelenggarakan turnamen esports untuk menggantikan pertandingan yang dibatalkan.

LAFC menyebutkan, siaran online pertama mereka mendapatkan sambutan yang hangat. Di Twitch, siaran tersebut memiliki 264 ribu unique viewers dan jumlah penonton concurrent rata-rata sebanyak 10,3 ribu orang. Melihat kesuksesan ini, mereka berencana untuk mengadakan lebih banyak kegiatan online. Mereka juga akan berusaha untuk menyesuaikan jadwal kegiatan online mereka dengan jadwal MLS.

Sebenarnya, MLS juga memiliki turnamen esports, yaitu eMLS. Turnamen eMLS diikuti oleh 25 peserta yang mewakili klub-klub di liga sepak bola Amerika Utara. LAFC baru saja bergabung dengan liga esports tersebut pada tahun ini. LAFC EVP and CBO Larry Freedman menjelaskan, alasan LAFC tidak langsung mengikuti eMLS ketika turnamen tersebut diselenggarakan adalah karena mereka ingin fokus pada MLS terlebih dulu. Memang, LAFC baru ikut dalam di MLS dalam tiga tahun terakhir.

“Para petinggi kami menganggap esports penting,” kata Freedman. “Esports memungkinkan kami untuk berinteraksi dengan fans dan membuka peluang kerja sama dengan rekan-rekan kami. Bagi kami, pertandingan eMLS sama pentingnya dengan pertandingan sepak bola tradisional, karena pertandingan tersebut memungkinkan kami untuk berinteraksi dengna para fans. Di beberapa kasus, pertandingan esports justru memiliki jangkauan audiens yang lebih luas.”

Freedman mengaku, pada awalnya, dia juga tidak percaya dengan hype atas esports. Dia berkata, “Jika Anda belum masuk ke industri esports, Anda mungkin tidak paham betapa besar dan menguntungkan indsutri tersebut.”

Menurut Freedman, salah satu keuntungan yang LAFC dapat dari keputusan mereka untuk membuat konten esports dan menyiarkannya di Twitch adalah mereka bisa menjangkau lebih banyak penonton. Berbeda dengan pertandingan sepak bola tradisional yang hanya bisa menjangkau penonton di satu negara karena disiarkan di channel televisi lokal, konten esports di Twitch memungkinkan LAFC untuk menjangkau penonton di luar Amerika Serikat. LAFC menyebutkan, konten yang mereka siarkan ditonton oleh masyarakat berbagai negara lain, seperti Kanada, Inggris, Jerman, dan Prancis.

Karena Corona, Viewership Esports Naik Drastis

Pandemik virus corona memaksa pemerintah dari berbagai negara untuk menerapkan lockdown atau menghimbau warganya agar tetap di rumah. Selain itu, pandemik ini juga menyebabkan banyak pertandingan olahraga dibatalkan, mulai dari liga sepak bola, balapan, sampai NBA. Ini membuat para fans olahraga beralih menonton pertandingan esports. Karena itu, tidak heran jika viewership esports menunjukkan kenaikan yang signifikan dalam beberapa waktu belakangan.

Pada 29 Maret – 4 April 2020, viewership dari platform streaming online seperti Twitch dan YouTube Gaming mengalami kenaikan 43 persen jika dibandingkan dengan awal tahun 2020, menurut data dari perusahaan analitik Stream Hatchet. Sementara itu, Twitch, yang masih menjadi platform streaming nomor satu, mengungkap bahwa viewership pada Maret 2020 naik 60 persen jika dibandingkan dengan viewership pada periode yang sama tahun lalu. Sepanjang Maret 2020, total durasi video ditonton Twitch mencapai 1,3 miliar juta jam, menurut data dari Nielsen.

“Kami melilhat adanya kenaikan viewership yang signifikan dari pertandingan esports,” kata Todd Sitrin, Senior Vice President, Competitive Gaming Division, EA, seperti dikutip dari Reuters. Dia menambahkan, viewership dari Apex Legends, game battle royale buatan EA, mengalami kenaikan sebesar dua sampai tiga kali lipat pada Q1 2020. “Semua olahraga tradisional harus menunda pertandingan. Jadi, kami melihat bahwa para fans olahraga berusaha untuk mencari konten hiburan lain.”

viewership esports
Viewership dari Apex Legends mengalami kenaikan yang cukup drastis. | Sumber: VentureBeat

Pertandingan esports biasanya disiarkan di platform streaming. Namun, belakangan, pertandingan esports juga disiarkan di channel televisi, seperti ESPN. Faktanya, Texas Motor Speedway, yang merupakan bagian dari eNASCAR iRacing, sukses menjadi acara esports dengan jumlah penonton terbanyak. Data dari Nielsen menyebutkan, balapan virtual tersebut ditonton oleh lebih dari 900 ribu orang.

Steve Hood, Presidet, Motorsports Games mengatakan, balapan virtual bisa menjadi wadah bagi para pembalap profesional untuk kembali beradu dengan satu sama lain tanpa harus keluar dari rumah. NASCAR bukan satu-satunya pihak yang menyelenggarakan balapan virtual sebagai pengganti balapan yang dibatalkan. Formula 1 dan Formula E juga melakukan hal yang sama.

Tidak berhenti sampai di situ, minggu lalu, ESPN mengungkap bahwa mereka juga akan menyiarkan League of Legends Championship Series, Spring Split Playoff. Charles Conroy, Vice President of Gaming, The Switch, menganggap hal ini menarik karena itu merupakan bukti bahwa channel televisi mulai tertarik untuk menyiarkan pertandingan esports yang memang ditujukan untuk fans hardcore.

Gandeng Paytm First Games, ESPL Masuki Pasar Esports India

Esports Players League (ESPL), perusahaan penyedia platform turnamen esports, mengumumkan perjanjian kerja samanya dengan Paytm First Games (PFG), platform gaming asal India. Dengan bantuan PFG, ESPL yang bermarkas di Singapura, akan dapat memasuki pasar esports India.

“India memiliki lebih dari 1,2 miliar mobile gamer dan akan menggelar jaringan 5G pada 2020. Ini menjadikan India sebagai salah satu negara yang ESPL incar, mengingat kami ingin mengembangkan jaringan esports amatir,” ujar CEO ESPL, Michael Broda dalam pernyataan resmi yang diterima oleh Hybrid.co.id. “Paytm adalah rekan ideal bagi kami dalam melakukan ekspansi ke pasar mobile game di India yang tengah berkembang pesat.”

PFG diklaim sebagai platform gaming dengan pertumbuhan paling besar di India. Pada bulan lalu, pertumbuhan jumlah pengguna PFG mencapai 200 persen. Setiap harinya, PFG mendapatkan 75 ribu pemain baru. Saat ini, mereka memiliki lebih dari 500 ribu pengguna aktif harian yang menghabiskan waktu sekitar 30-45 menit untuk bermain di platform PFG.

espl esports india
Paytm First Games menawarkan berbagai game di situsnya.

Melalui kerja sama ini, PFG akan memperkenalkan platform ESPL di India. PFG akan bertanggung jawab untuk menyelenggarakan turnamen esports, mengakuisisi pengguna, mencari sponsor, dan membuat konten. Sementara ESPL akan menyediakan teknologi, sponsorship di tingkat global, serta strategi terkait esports.

“Di tengah pandemik COVID-19, pusat perbelanjaan, bioskop, dan tempat berkumpul lainnya ditutup. Ini membuat banyak orang bermain game online sebagai hiburan,” kata COO Paytm First Games, Sudhanshu Gupta. “Fans esports di India juga terus bertambah. Kerja sama kami dengan ESPL fokus pada liga amatir dan juga esports mobile. Dengan kerja sama ini, kami akan dapat menyelenggarakan turnamen esports yang unik di India sehingga ekosistem game online lokal akan semakin berkembang.”

ESPL fokus untuk membuat liga esports amatir. Tujuannya untuk memudahkan pemain esports amatir menjadi pemain profesional. Saat ini, fokus mereka adalah pada mobile game. Bulan lalu, mereka baru saja mendapatkan investasi dari 500 Startups. Pendanaan tersebut akan mereka gunakan untuk menyelenggarakan turnamen esports pertama mereka. Rencananya, turnamen esports ini akan diadakan pada April sampai November 2020.

Sumber header: The Esports Observer

Gaet 5 Organisasi Esports, BMW Bakal Fokuskan Marketing ke Esports

BMW menandatangani kontrak kerja sama dengan lima organisasi esports ternama, yaitu Cloud9, Fnatic, FunPlus Phoenix, G2 Esports, dan T1 Entertainment & Sports. Melalui kerja sama ini, perusahaan pembuat mobil asal Jerman itu akan menyediakan kendaraan untuk mengantarkan tim dari dan ke tempat pertandingan. Mobil-mobil ini akan menampilkan logo dari masing-masing tim.

Sementara itu, logo BMW akan disematkan di jersey anggota tim esports. Bersama dengan lima organisasi esports ini, BMW juga akan membuat kampanye di media sosial. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai kerja sama antara BMW dengan lima organsiasi esports tersebut. Menurut perkiraan Forbes, kerja sama BMW dengan masing-masing tim bisa mencapai jutaan dollar.

Cloud9, Fnatic, FunPlus Phoneix, G2 Esports, dan T1, kelimanya memiliki tim yang berlaga di berbagai game, seperti Dota 2, Hearthstone, Super Smash Bros, dan League of Legends. Menariknya, kelima organisasi esports ini merupakan rival di League of Legends, walau kelimanya bertanding di kawasan yang berbeda-beda. T1 berlaga di liga Korea Selatan, sementara Cloud9 di Amerika Utara, dan Fnatic serta G2 merupakan tim asal Eropa, lapor The Esports Observer.

bmw esports
BMW akan menyediakan mobil untuk tim yang menjadi rekan mereka. | Sumber: BMW

“Kami tidak akan bekerja sama,” kata CEO dan Co-owner G2 Esports, Carlos “Ocelote” Rodriguez, seperti yang dikutip dari Forbes. “Kami justru  akan melawan satu sama lain.” Memang, dalam kampanye marketing yang BMW lakukan dengan lima organisasi esports ini, mereka akan menggunakan tagar #UnitedinRivalry.

Ini bukan kali pertama BMW masuk ke dunia esports. Mereka pertama kali menjadi sponsor esports pada 2017. Ketika itu, mereka menjadi sponsor dari babak final liga League of Legends Eropa. Selain itu, mereka juga pernah menjadi title sponsor dari turnamen balapan virtual BMW SIM LIVE pada 2019. Meskipun begitu, keputusan BMW untuk bekerja sama dengan lima organisasi esports sekaligus menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam dunia competitive gaming.

“Dalam jangka panjang, esports akan menjadi prioritas utama kami,” kata Stefan Ponikva, Head of BMW Brand Experience Shows & Events, menurut laporan Forbes. Dia menjelaskan, pada akhirnya, dana yang BMW alokasikan untuk esports akan melebihi biaya sponsorship untuk olahraga tradisional, seperti golf dan balapan. “Sebagai generasi digital, anak-anak muda jarang menonton TV dan tidak terlalu peduli pada model marketing tradisional. Esports akan menjadi alat kami untuk mendekatkan diri dengan mereka.”

BMW Esports
T1 menjadi rekan BMW di Korea Selatan. | Sumber: T1 Entertainment & Sports

Memang, esports kini tengah naik daun, terutama di tengah pandemik virus corona. Newzoo memperkirakan, jumlah penonton esports mencapai 454 juta orang. Dalam waktu tiga tahun, jumlah itu akan bertambah 190 juta orang lagi. Sementara dari segi bisnis, industri esports diperkirakan akan bernilai US$1 miliar pada 2020. Selain jumlah penonton yang banyak dan terus bertambah, hal lain yang membuat esports menarik adalah fakta bahwa sebagian besar dari penonton esports merupakan generasi milenial atau gen Z. Audiens esports biasanya lebih sering menonton siaran langsung di platform streaming seperti YouTube dan Twitch daripada televisi.

Ponikva juga mengungkap, dana yang BMW gunakan dalam kerja sama dengan lima organisasi esports ini tidak diambil dari biaya marketing lainnya. Sebagai gantinya, BMW berencana untuk mengurangi biaya yang mereka keluarkan untuk mengadakan kegiatan offline seperti trade show. Meskipun begitu, Ponikva sadar, audiens esports tidak akan membeli mobil dalam waktu dekat. Karena itu, dia mengaku, investasi BMW di esports ini mungkin tidak akan berbuah manis dalam waktu dekat.

“Saat waktunya tiba, kami akan tahu bahwa kami telah membuat para fans esports mencintai BMW,” ujar Ponikva. “Dan kami akan menjadi merek mobil pertama yang mereka ingat.”

Riot tak Tangani Turnamen Esports Valorant Sendiri

Riot Games adalah salah satu developer pertama yang sadar pentingnya menyelenggarakan turnamen esports dari game yang mereka buat. Pada 2013, mereka membuat League Championship Series (LCS), turnamen esports untuk kawasan Amerika Utara. Empat tahun kemudian, pada 2017, Riot mengumumkan bahwa mereka akan mulai menerapkan sistem franchise pada LCS. Dengan begitu, Riot bisa menentukan tim yang dapat berlaga di LCS. Sementara para tim tak perlu khawatir mereka akan terdelegasi jika performa mereka tidak baik.

Keputusan Riot untuk langsung turun tangan dalam pengembangan esports League of Legends berbuah manis. Saat ini, League of Legends berhasil menjadi salah satu game esports paling populer dan paling lama di dunia, walau game tersebut tak terlalu dikenal di Indonesia. Faktanya, Blizzard juga mulai meniru cara Riot. Mereka kini aktif mengembangkan scene esports dari Overwatch dan Call of Duty. Namun, Riot tampaknya tidak akan mengembangkan scene esports dari Valorant, game tactical shooter terbaru mereka, dengan cara yang sama, lapor Polygon.

esports valorant
Saat ini, Valorant masih dalam tahap beta.

Memang, sekarang Valorant masih dalam tahap beta. Meskipun begitu, game tersebut telah menarik perhatian banyak orang. Buktinya, Valorant berhasil memecahkan rekor jumlah penonton di Twitch. Karena itu, tidak heran jika muncul pertanyaan tentang rencana Riot dalam pengembangan ekosistem esports Valorant. Riot menyebutkan, mereka tidak akan langsung turun tangan untuk menyelenggarakan turnamen Valorant. Sebagai gantinya, mereka akan membiarkan pihak ketiga yang bertanggung jawab atas kompetisi dari game shooter tersebut.

Riot menyebutkan, kompetisi esports Valorant akan terbagi dalam tiga tier, berdasarkan besar hadiah dan pihak yang menyelenggarakan turnamen. Tier pertama adalah turnamen kecil, yang biasanya diadakan oleh warung internet atau komunitas lokal. Tier kedua merupakan turnamen kelas menengah, biasanya diadakan oleh sebuah merek atau organisasi esports, seperti yang T1 lakukan pada minggu ini. Tier terakhir adalah turnamen besar, yang biasanya diadakan oleh penyelenggara turnamen esports ternama, seperti ESL dan DreamHack.

Meskipun Riot tidak turun tangan langsung pada penyelenggaraan turnamen esports Valorant, mereka menetapkan beberapa peraturan yang harus dipatuhi oleh pihak penyelenggara. Salah satu aturan dari Riot adalah dalam siaran pertandingan Valorant, opsi “Show Blood” harus dinonaktifkan. Tujuannya agar konten dapat dimonetisasi dengan lebih mudah.