3 Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Memilih Email Marketing Tools

Salah satu pilihan saluran pemasaran yang saat ini banyak digunakan para pebisnis digital adalah email marketing. Banyak yang dapat dilakukan lewat email marketing. Kita dapat menjangkau audiens atau pengguna dengan menghadirkan informasi terbaru, menawarkan berbagai promosi, menyampaikan reminder atau pengingat akan acara tertentu, dan masih banyak lagi.

Dengan kepopulerannya yang semakin meningkat, maka banyak pula hadir penyedia layanan email marketing tools dengan menawarkan berbagai macam keunggulan fitur serta harga yang variatif pula. Namun dengan banyaknya email marketing tools yang tersedia, maka kita sebagai marketer perlu lebih selektif lagi ketika memilih tools tersebut agar sesuai dengan kebutuhan serta budget yang dimiliki oleh perusahaan. Nah, lewat artikel kali ini kami sajikan 3 hal yang sebaiknya diperhatikan ketika memilih email marketing tools.

1. Kemudahan penggunaan Email Marketing Tools

Banyak hal yang perlu dilakukan ketika mulai menjalankan email marketing. Mulai dari menyusun daftar kontak email, mengelompokkan kontak-kontak tersebut sesuai kategori, membuat desain dan layout tampilan email. Hal tersebut membuat saluran ini memang terasa cukup kompleks. Makanya, sebagai pengguna tentu Anda harus dapat memilih email marketing tools dengan sistem serta cara penggunaan yang sederhana dan mudah untuk digunakan, meski oleh orang awam sekalipun.

Dengan sistem yang sederhana, maka kegiatan marketing lewat email ini dapat segera kita lakukan tanpa menghabiskan waktu terlalu banyak hanya untuk mempelajari rumitnya cara kerja tools tersebut. Contoh fitur-fitur yang mempermudah kita antara lain adalah dapat mengimport daftar kontak secara langsung dari dokumen berformat .csv atau .xls, dan sebaliknya mengekspor daftar kontak  menjadi dokumen yang dapat kita gunakan untuk berbagai kebutuhan.

Selain itu, fitur drag-n-drop saat membuat desain layout tampilan teks dan gambar dalam email yang akan kita kirim juga menjadi salah satu fitur favorit. Hal ini sangat memudahkan kita sebagai email marketer karena tidak perlu berkutat dengan kode html yang rumit.

2. Kecepatan

Bukan hanya mudah digunakan, Anda perlu mempertimbangkan pula soal kecepatan dari email marketing tools yang akan dipilih. Tools yang memiliki banyak kendala dapat menghambat pekerjaan Anda, serta dapat menyebabkan keterlambatan pengiriman email kepada penerima. Pilihlah tools yang memiliki kecepatan pengiriman email terbaik untuk memaksimalkan performa campaign Anda.

3. Kesesuaian harga dengan budget Email Marketing Tools

Selain fitur yang mudah digunakan dan kecepatan pengiriman email, harga tentunya menjadi salah satu yang perlu dipertimbangkan ketika memilih email marketing tools yang akan kita gunakan. Sesuaikan harga yang ditawarkan oleh para penyedia layanan email marketing tools dengan budget yang dimiliki dan dialokasikan oleh perusahaan untuk hal tersebut.

Pemilihan harga ini bukan tentang murah atau mahalnya. Namun justru yang menjadi pertimbangan adalah kesesuaian antara harga yang harus dibayar dengan tersedianya fitur yang kita butuhkan. Ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan dan biasanya menjadi pembeda antara paket-paket yang ditawarkan dalam sebuah email marketing tools, antara lain jumlah kontak yang dapat kita simpan, jumlah email yang dapat kita kirimkan dalam satu hari atau satu bulan, serta tersedianya fitur-fitur pelengkap seperti A/B testing, email automation, dan sebagainya.

Pilihlah email marketing tools yang sesuai dengan kebutuhan dan jumlah kontak yang kita miliki. Perlu diingat bahwa harga mahal tak selalu lebih bagus, atau harga murah selalu sudah pasti buruk. Cara terbaik yang dapat dilakukan adalah memilih dan membandingkan beberapa email marketing tools, serta jika memungkinkan, cobalah sendiri dengan memanfaatkan layanan free trial atau demo yang tersedia.

Tiga hal tersebut merupakan aspek yang perlu diperhatikan ketika kita akan memilih sebuah email marketing tools yang baik bagi kegiatan marketing kita. Dengan memilih tools email marketing yang tepat tentu dapat membantu dan mempermudah pekerjaan seorang email marketing specialist dalam membuat konten yang tepat dengan tampilan yang menarik pula.

Selain itu, dengan memilih tools dengan harga yang sesuai tentunya dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengeluaran anggaran biaya perusahaan, sehingga dapat dialokasikan untuk kebutuhan perusahaan Anda yang lain.

Secara tidak langsung, tools yang tepat juga dapat meningkatkan kepercayaan para subscriber yang menerima email dari perusahaan kita. Sebab, tools email marketing yang bagus tentu dapat menyajikan email dengan tampilan yang baik dan terkirim dalam waktu yang tepat sesuai dengan yang kita jadwalkan. Hal ini dapat membuat informasi yang kita kirimkan dapat tersampaikan dengan baik kepada para subscriber.

Itulah beberapa tips memilih email marketing tools yang tepat sebelum mulai melakukan kegiatan marketing lewat email. Salah satu email marketing tools asal Indonesia yang dapat menjadi pertimbangan adalah MTarget yang menawarkan kemudahan penggunaan, harga cukup terjangkau, fitur Email Automation, serta kecepatan pengiriman 1000 email/detik.

Disclosure: Artikel tamu ini adalah hasil kerja sama DailySocial dengan layanan email marketing dan marketing automation MTARGET.

7 Tips Agar Email Tidak Masuk Folder Spam

Email saat ini menjadi salah satu saluran pemasaran yang cukup efektif dalam menjangkau konsumen. Email marketing telah menjadi salah satu strategi yang digunakan berbagai perusahaan untuk berkomunikasi dengan pengguna, mulai dari mengirimkan berbagai informasi, promosi, hingga sekedar menyapa atau menjadi pengingat akan informasi yang dikirimkan sebelumnya. Namun, dalam email marketing, salah satu kekhawatiran sang pengirim adalah apabila email yang dikirimkan masuk ke folder Spam.

Spam diartikan sebagai pesan yang dikirim oleh seseorang tanpa dikehendaki oleh penerimanya. Sebenarnya terdapat beberapa penyebab mengapa sebuah email marketing dianggap sebagai spam. Mulai dari isi konten email yang berisi scam, tidak menambahkan opsi unsubscribe, membeli daftar kontak, dan sebagainya. Ada pula kondisi ketika sang penerima email menandai sebuah email sebagai spam. Hal ini tentu sangat merugikan bagi pengirim. Sebab, ketika email yang dikirim masuk dalam folder spam, maka reputasi pengiriman semakin menurun. Kemudian yang terjadi adalah email-email berikutnya yang dikirim memiliki kemungkinan besar dianggap pula sebagai pesan spam.

Untuk menghindari hal tersebut, berikut beberapa tips agar email tidak masuk folder spam.

1. Mintalah persetujuan subscriber

Sebelum mulai mengirimkan email secara rutin seperti newsletter, ada baiknya untuk meminta persetujuan penerima untuk berlangganan layanan email tersebut. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan konfirmasi bahwa sang penerima tersebut memang ingin mendapatkan dan menerima email dari Anda. Melakukan langkah tersebut dapat  menghindarkan terjadinya email dianggap sebagai spam.

2. Kirim welcome email secepat mungkin

Ketika seseorang telah menjadi subscriber layanan email marketing Anda, segeralah mengirim welcome email. Akan lebih baik untuk menggunakan fitur email automation dalam melakukan langkah ini untuk memastikan welcome email dapat dikirim kurang dari 24 jam setelah sign up. Sebab, menunggu terlalu lama untuk mengirim welcome email kepada subscriber baru dapat memberikan kesan pertama yang kurang baik.

3. Hindari spam word

Spam word merupakan kumpulan kata-kata yang dapat secara otomatis membuat email yang Anda kirimkan masuk ke dalam folder spam. Hal ini merupakan salah satu fungsi dari spam filter yang terdapat dalam penyedia layanan email. Beberapa daftar kata-kata tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

  • Commerce: clearence, amazing stuff, buy direct, shopper, order status, sale, claim, no fees.
  • Finance: benefit, cash, credit, money, lowest price, money back, bargain, best price, bonus, save up to, profit, get paid.
  • Income: earn money, make money, expect to earn, double your, extra cash, extra income, insurance, guarantee, earn per week, million dollars.
  • Marketing: click, click to remove, click below, subscribe, search engines, don’t delete, marketing solution.
  • Numbers and offers: #1, 100% free, 50%, 100% satisfied, thousand, being a member, deal, give away, prize, you are winner!, you have been selected, month trial offer, $$$.
  • Free: free gift, free installation, free grant money, free membership, free trial, free offer, free sample.
  • Call to action: visit our website, click here, give it away, sign up free today, see first, compare.
  • Sense of urgency: only today, time limited, act now, get it now, urgent, for only, apply now, order now, last chance, instant.
  • Food: lose weight, stay in shape, hungry.

4. Hindari link yang dipendekkan (shortened link)

Memendekkan link menggunakan bit.ly sepertinya merupakan praktik yang biasa, namun ternyata hal semacam ini membuat email mudah terbaca sebagai spam. Jadi sebaiknya gunakan url secara full dalam mengirim email agar email tidak masuk folder spam.

5. Tambahkan link unsubscribe

Dalam email marketing, pelanggan alias subscriber memiliki hak untuk berhenti berlangganan atau melakukan unsubscribe. Oleh karena itu, link untuk melakukan proses unsubscribe juga merupakan bagian penting dari sebuah email. Jika bagian ini dihilangkan, maka fitur spam filter yang dimiliki penyedia layanan email akan secara otomatis menganggap pesan tersebut sebagai spam.

6. Kirim konten sesuai ekspektasi subscriber

Salah satu cara yang paling baik untuk menghindari komplain, sekaligus menghindarkan email agar tidak masuk folder spam adalah dengan mengirim konten sesuai dengan keinginan subscriber. Jadi, usahakan untuk tidak mengirim informasi secara random atau tidak sesuai dengan segmentasi penerima yang kita tuju.

7. Gunakan domain perusahaan

Jika Anda mengirim email mewakili perusahaan, gunakanlah email dengan domain perusahaan sebagai sender, bukan dengan alamat email pribadi. Sebab, penggunaan domain email perusahaan akan dianggap lebih meyakinkan dan lebih sulit dipalsukan dibandingkan dengan domain email gratis seperti Gmail atau Yahoo.

Jika terlanjur melakukan sebuah hal yang membuat email dianggap sebagai spam, langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan melihat seberapa besar kesalahan yang dibuat. Perbaiki kesalahan jika memungkinkan (seperti mengirim follow up email), kemudian pastikan kesalahan yang sama tidak terulang.

Disclosure: Artikel tamu ini adalah hasil kerja sama DailySocial dengan layanan email marketing dan marketing automation MTARGET.

Pandangan tentang Adtech di Indonesia Tahun 2019

Industri periklanan digital di Indonesia bertumbuh dengan sangat cepat. Laporan “2019 Global Digital Ad Trends” tidak hanya memprediksikan dana pengeluaran periklanan digital Indonesia akan mencapai $2,6 miliar di tahun 2019, tetapi juga menyatakan akan ada pertumbuhan yang pesat mencapai 26%. Angka tersebut mengalahkan pertumbuhan di negara-negara ASEAN lainnya, termasuk Thailand.

Dalam istilah programmatic advertising, kategori yang “unggul” di dunia adtech, pasar Indonesia sudah menunjukkan performa yang luar biasa baik dan pertumbuhanya sudah sesuai dengan alur tren global. Di laporan tadi diperkirakan tingkat pertumbuhan total pengeluaran periklanan segmen programmatic advertising di Indonesia akan mencapai 89% dibandingkan tahun lalu. Hal ini menjadikan negara kepulauan ini sebagai negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

Meskipun statistik yang dipaparkan di atas terdengar sangat luar biasa, kenyataannya tidak cukup menarik dan optimal. Setelah kami mengalami langsung periklanan digital di Indonesia selama bertahun-tahun, tim Tagtoo menyimpulkan tiga poin terhadap pandangan aktual adtech di Indonesia tahun 2019.

Sudut pandang tentang adtech di Indonesia masih terfragmentasi

Di Indonesia belum terlihat adanya pemain adtech utama dalam bidang programmatic advertising yang mendapatkan pangsa pasar yang signifikan karena Indonesia mengalihkan fokus pertumbuhannya ke arah ekonomi digital. Persaingan perusahaan adtech asing dan lokal membuat sudut pandang atau gambaran industri adtech masih akan terus terpecah-pecah.

Gambaran yang terpecah nyatanya beralasan. Para perusahaan asing merasa kesulitan untuk mendapatkan posisi yang kuat dan stabil di Indonesia karena adanya budaya bisnis under the table di Indonesia dan ketatnya peraturan dari pemerintah bagi kepemilikan perusahaan asing. Sementara itu, perusahaan lokal masih berjuang untuk mengimbangi perusahaan asing dengan mengembangkan teknologi terkemuka.

Besarnya perbedaan ilmu pengetahuan tentang pemasaran digital

Ketika Indonesia bergerak menuju era digital baru, pemilik bisnis dan wirausahawan menjadi lebih paham dan terbuka terhadap teknologi baru. Kekuatan adtech yang berorientasi pada performa akan sangat diperlukan karena memainkan peran yang sangat penting dalam pengembangan ekonomi digital.

Maka itu Indonesia akan menghadapi kesenjangan yang cukup besar dalam bidang ilmu pengetahuan pemasaran digital. Perusahaan besar dan startup unicorn lokal akan terus dapat mengadopsi produk-produk dan layanan adtech terbaru berkat cadangan modal yang kuat.

Sebaliknya, perusahaan kecil dan menengah masih berjuang untuk bertahan sehingga tidak memiliki kesempatan untuk menguasai pemasaran iklan digital. Mereka akan terus tertinggal dari hari ke hari.

Infrastruktur yang belum matang menahan kemajuan industri

Walaupun Indonesia memiliki 171 juta penduduk yang menggunakan internet pada tahun 2018, menurut Asosiasi Penyedia Layanan Internet di Indonesia, infrastruktur internet yang tidak sempurna akan terus menjadi penghalang utama bagi adtech untuk berkembang dengan performa maksimal.

Contohnya metrik conversion rate, suatu metrik umum yang mengambil tingkat persentase pengunjung website untuk mengukur performa iklan pemasaran digital. Waktu pemuatan halaman yang lambat terkadang menjadi faktor pendorong jatuhnya penilaian conversion rate, alih-alih salah menargetkan pasar.

Masalahnya bukan hanya di seberapa efektifnya adtech dapat membantu mentargetkan pasar, tapi konversi tidak akan terjadi jika user kehilangan kesabaran dan meninggalkan halaman website sebelum kontennya tampil dengan lengkap.

Kesimpulan

Sudut pandang periklanan digital akan terus berubah di Indonesia. Dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan dan startup yang berusaha memperkuat jaringan online dan meningkatkan penjualan online mereka, permintaan akan iklan digital tentu akan jauh lebih besar lagi di tahun-tahun mendatang.

Yang terpenting, setelah mengikuti tren iklan digital, komunitas adtech Indonesia akan menjadi permainan yang menarik untuk disaksikan; siapakah yang akan mampu bertahan sampai akhir dan memenangkan posisi teratas?


Artikel ini ditulis oleh Edison Chen di blog Tagtoo. Diterjemahkan oleh Sherly Venesha

Aspek Legalitas dalam Pendirian Startup

Startup di Indonesia sedang mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan yang pesat di ekosistem teknologi digital. Tidak dapat dipungkiri produk dan kultur Silicon Valley akhirnya merambah ke berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.

Siapa yang tidak kenal dengan Google, si raksasa mesin pencari. Juga kalau ingin terhubung jaringan pertemanan, Facebook adalah tempatnya. Suka berkomentar atau menanggapi komentar orang lain, timeline di Twitter selalu ramai dengan hal itu. Ingin narsis dan pamer foto keren, Instagram selalu penuh warna dengan bermacam foto dari seluruh dunia.

Ingin menjalin relasi profesional dan memperoleh insight baru untuk memperkaya pengetahuan kerja profesional, Linkedin dipenuhi bermacam profesional dari berbagai kategori pekerjaan. Bagi para backpacker, atau traveler yang mempunyai dana terbatas atau ingin mencari tempat menginap yang berbeda dari suasana hotel, airbnb menyediakan bermacam tempatnya di berbagai lokasi di seluruh dunia.

Di Indonesia, Gojek menjadi andalan untuk menembus jalan-jalan perkotaan dan memesan makanan. Suka dengan berita startup teknologi, DailySocial punya segudang beritanya. Agan-agan yang suka nongkrong online bisa berbagi “cendol” di Kaskus. Ingin belanja tapi mager (malas gerak) tinggal klik Tokopedia. Agate Studio tempatnya game creator untuk menuntaskan imajinasi dan skill mereka. Ketika ingin beli tiket, pesan hotel, dan memperoleh info tempat liburan, Traveloka mempermudah urusannya.

Teknologi digital dibuat untuk mempermudah kehidupan, akan tetapi di sisi lain tidak mudah bagi pelaku startup untuk menjalaninya. Mereka mesti growth dan scaling, lalu berinovasi agar bisa terus hidup, karena sebagian lainnya mengalami kegagalan. Sebagian lainnya tetap menumbuhkan harapan untuk mencapai status unicorn atau decacorn.

Sebagai suatu bisnis, tentu saja startup mesti melengkapi instrumen operasionalnya bertahap. Aspek legal and compliance mesti disiapkan dengan baik, karena nantinya akan menjadi mature startup hingga bergerak dalam skala corporate startup.

Proses pendirian yang dilakukan founder dan co-founder bisa dilakukan dalam bentuk yang paling sederhana. Mereka bisa mulai dengan bentuk usaha dagang, lalu bertahap meningkat setelah mencapai growth and scaling bisa membentuk badan hukum Perseroan Terbatas. Bentuk usaha dagang dimulai karena founder dan co-founder tidak perlu rumit dengan urusan pajak untuk bisnisnya.

Tentu saja di awalnya founder dan co-founder adalah para “techminator”. Mereka bisa saja hustler dan hacker seperti Steve Jobs dan Steve Wozniak atau berwujud pasangan hacker seperti Bill Gates dan Paul Allen, di mana mereka juga satu tipikal dengan Sergey Brin dan Larry Page. Meskipun demikian, ada juga startup yang memerlukan kehadiran hipster untuk melengkapinya.

Soal pendirian perusahaan di awal bukan menjadi prioritas utama dalam startup, karena yang utama adalah produk lalu bagaimana produk itu bisa memberikan value kepada user di ekosistem. Setelah produk digemari, maka akan memunculkan habitus untuk intention to consume atau intention to buy.

Ketika startup itu akan menjadi populer, di saat itulah mereka akan mulai mencari seed fund dari investor seperti venture capital. Sebelumnya mereka bisa saja memperoleh pendanaan dari angel investor atau menjalankan startup-nya secara bootstrapping.

Urusan legalitas menjadi penting kemudian saat berhadapan dengan investor venture capital. Jika startup sudah mempunyai bentuk badan hukum Perseroan Terbatas, ketika investment term sheet disodorkan kepada startup, mereka akan menegosiasikan jumlah porsi saham yang sesuai dengan nilai investasi di startup.

Di Indonesia, tidak ada pembagian saham Seri A, Seri B, Seri C dan seterusnya dalam hukum perusahaan. Maka jangan disamakan bentuk saham itu dengan investment round yang dilakukan startup ketika memperoleh investment round Seri A, Seri B, Seri C dan seterusnya.

Startup dengan bentuk Perseroan Terbatas masuk dalam klasifikasi perusahaan tertutup, hingga kemudian startup mencapai valuasi tertentu lalu mereka memutuskan untuk memperoleh pendanaan dengan skema Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Setelah IPO startup akan memperoleh status menjadi Perseroan Terbatas Terbuka dan diberi tambahan “tbk” di belakang nama entitas bisnisnya.

Dalam operasional startup sehari hari, tentu saja mesti memenuhi legal and compliance yang berlaku di Indonesia, mulai dari aspek perizinan, ketenagakerjaan, dan perpajakan. Lalu kemudian yang penting diperhatikan adalah aspek hak kekayaan intelektual, seperti merek, hak cipta, dan paten, karena produk-produk yang dibuat mesti memperoleh perlindungan hak kekayaan intelektual.

Seperti halnya suatu ekosistem, tidak ada yang langsung menjadi sempurna. Orang mesti memahami nature of business dan culture dari startup. Pergerakan dan pertumbuhannya memerlukan kolaborasi dari banyak pihak. Di Indonesia masih memerlukan banyak pembenahan untuk menjadikannya kemudian bisa setara dengan ekosistem di Silicon Valley pada khususnya atau di Amerika Serikat pada umumnya.

Maka dari itu, soal regulasi mesti diperhatikan dan dipahami dengan baik, seperti halnya penerbitan regulasi ride hailing, kemudian soal perpajakan e-commerce, atau juga mesti ada yang mulai membahas soal bentuk crowdfunding dengan definisi meluas untuk mendanai startup. Jadi bukan hanya sekedar crowdfunding by project.

Passion, Purpose dan Journey setiap orang berbeda beda. Demikian juga startup yang meramaikan ekosistem bisnis di Indonesia. Tentu saja startup punya value masing masing dan itu kemudian bisa memberikan impact ke ekosistem.

Ekosistem semakain ramai dan maju, orang semakin banyak terlibat, pengetahuan dan keahlian semakin merata, penghasilan makin meningkat, lalu kemudian akan menumbuhkan daya saing perekonomian yang lebih baik. Saya lebih suka menyebutnya secara kasual sebagai “startup: it means start to the up“.


Disclosure: Tulisan tamu ini dibuat oleh Doni Wijayanto. Ia saat ini menekuni bidang hukum, bisnis, dan teknologi. Bisa dikontak via email ke [email protected]

Tulisan ini merupakan rangkaian perkenalan buku “Legal in Startup Business”.

Bagaimana Bertumbuh dan Sukses Bekerja di Startup

Kehidupan startup penuh dengan lika-liku yang tak terduga. Di satu sisi startup mungkin akan membuat sebuah terobosan besar, tetapi di sisi lain tim anda bisa saja mengalami kegagalan karena beberapa penyebab seperti sistem manajemen yang salah, konflik dengan investor, dan masih banyak lagi.

Bertahan di startup selama beberapa tahun juga tidak mudah, terutama di zaman ini anak-anak muda lebih disarankan untuk mengambil pekerjaan di perusahaan besar yang gajinya lebih tinggi dan perjalanan kariernya pun tidak terlalu berisiko.

Empat tahun lalu saya menerima tawaran bekerja di Tagtoo dan saya sadari ini keputusan yang terbaik dan tepat. Saya dapat mengamati bagaimana CEO mengelola sebuah organisasi dan saya pun di beri kepercayaan dan kesempatan untuk mengambil banyak tanggung jawab dalam pekerjaan.

Bekerja di startup itu sangatlah menantang. Sebagai karyawan senior, saya ingin membagikan beberapa tips yang telah saya pelajari dan lakukan untuk menjalani kesulitan dan tantangan sehingga berhasil dalam setiap tugas-tugas yang diberikan.

Berikut ini tiga tips yang dapat membantu anda bekerja di startup:

1. Beradaptasi dan Kolaboratif

Dalam kebanyakan kasus, biasanya tidak ada struktur yang jelas di dalam organisasi startup. Di satu waktu anda akan bertemu klien sebagai tenaga penjual, di lain waktu anda akan merancang promosi musiman berikutnya sebagai tim tenaga pemasar. Beginilah persisnya kehidupan di startup.

Menjadi ahli dalam suatu bidang tertentu untuk dapat berhasil dalam tugas tersebut tidaklah diperlukan. Faktanya, mampu beradaptasi dan kolaboratif adalah kuncinya. Karyawan pemula harus bisa terbuka dalam mendukung proyek-proyek yang dijalani dan berkolaborasi bekerja sama dengan kolega dari berbagai tim untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

Sejauh yang saya ketahui, pekerjaan saya sebelumnya itu mengelola akun iklan klien dan memaksimalkan iklan-iklan digital untuk mencapai target ROI. Namun, saya terkadang juga diharuskan untuk dapat menangani masalah layanan pelanggan dikarenakan masih minimnya tenaga pekerja.

Tapi itu tidak membuat saya berpikir bahwa perusahaan saya tidak menghargai spesialisasi bidang kerja saya. Sebaliknya, saya merasa sangat senang untuk sebisa mungkin mendukung tim lain. Saya sangat setuju dengan misi perusahaan dan sangat menghargai kebersamaan yang terbentuk di dalam organisasi.

Bekerja di startup tidaklah semewah yang dipikirkan orang, dan ya, kadang-kadang agak berantakan. Maka dari itu untuk menjadi karyawan startup yang ideal, anda harus bisa mentolerir dan beradaptasi bila ada kekacauan, dapat menggunakan segala kemampuan, dan bekerja sama dengan tim lain untuk memastikan proyek berhasil.

2. Mandiri dan otodidak

Dalam startup, manajer anda mungkin tidak dapat memberikan instruksi yang jelas setiap saat. Kemungkinan dia sedang menjalani beberapa proyek dan mendukung tim fungsional yang berbeda-beda.

Dalam situasi seperti ini, menjadi mandiri dan otodidak sangat penting bagi karyawan pemula agar bisa tetap di jalur yang benar. Anda tidak dapat mengharapkan orang lain datang membantu anda setiap kali anda mendapat kesulitan.

Contoh pengalaman saya. Saat itu tidak ada orang yang memiliki keahlian riset pasar di Tagtoo, saya pun mencoba mengambil posisi sebagai analis pasar. Alhasil, laporan riset saya tidak pernah memenuhi harapan CEO. Selama tiga bulan pertama saya hampir merasa gagal dan tak tahu harus bagaimana melangkah ke depannya.

Untungnya, saya bangkit kembali setelah menyadari bahwa perasaan gagal sama sekali tidak membantu kinerja saya. Maka saya mengubah sikap kerja saya dan mulai memanfaatkan sumber daya online yang tersedia, seperti eMarketer dan SimilarWeb, untuk membuat laporan saya terlihat lebih profesional. Saya mempelajari bahwa saya harus melihat hambatan sebagai peluang untuk meningkatkan kemampuan saya menyelesaikan permasalahan dan berusaha untuk menjadi karyawan yang dapat diandalkan untuk tanggung jawab yang lebih besar.

Proses tersebut memampukan saya menjadi lebih mandiri dan mengasah kemampuan saya untuk otodidak. Saya membutuhkan waktu 3 bulan untuk memulihkan kinerja kerja dengan lebih baik.

3. Percaya diri dan Ambisius

Startup tidak seperti perusahaan besar yang memiliki sumber daya berlimpah. Sangatlah penting untuk memanfaatkan setiap peluang seperti strategi partnership, yang memungkinkan perusahaan startup anda untuk bertumbuh.

Untuk membantu anda memulai mendapatkan pijakan yang kuat di pasar, menjadi percaya diri dan ambisius adalah kunci suksesnya. Yang memungkinkan anda untuk mengambil lebih banyak tantangan dan tanggung jawab lalu membantu anda untuk melihat gambaran yang lebih besar tentang pengembangan startup ke depannya.

Dalam kasus saya, saya diberi banyak kesempatan bertemu langsung dengan eksekutif senior dan meyakinkan mereka untuk menggunakan layanan dari bisnis kami ketika saya dipromosikan untuk mengelola pengembangan bisnis di Jakarta. Namun, saya merasa kesulitan untuk menghilangkan rasa takut saya pada saat memberikan presentasi penjualan di hadapan orang-orang berpengalaman dalam bisnis ini, sehingga saya gagal untuk closing.

Suatu ketika saya bertemu dengan beberapa mahasiswa wirausaha yang tampak naif tetapi dengan penuh percaya diri mendekati saya, barulah saya mengetahui bahwa tingkat kepercayaan seseorang dapat ditingkatkan melalui latihan dan praktik terus menerus. Ketika kepercayaan diri meningkat, maka cara anda melihat sesuatu akan berubah drastis dan saat itulah ambisi anda mulai mengikuti.

Hal ini mungkin cukup sulit untuk dipraktikkan, karena ini mengharuskan anda untuk keluar dari zona nyaman dan mengatasi kecanggungan untuk lebih memiliki kepercayaan diri bahwa anda dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Ini tidak mudah, tapi saya cukup yakin itu akan bermanfaat.


Artikel ini ditulis oleh Edison Chen di blog Tagtoo. Diterjemahkan oleh Sherly Venesha

How US Investors Can Bet on Tech in Emerging Asia

Southeast Asia is becoming a powerhouse for tech investments. Similar to the trend we see coming from China, high net-worth individuals and institutions from the US are putting fresh boots and new analysts on the ground every quarter in countries like Singapore and Indonesia. It’s all in an effort to understand the regional market and identify smart ways to allocate capital.

The problem for many western investors is that Southeast Asia has never been celebrated for its ironclad rule of law or accommodating regulatory environment. As such, the region has many deceptive sharks and small fish amateurs who pass themselves off as serious fund managers. To them, American institutional capital often looks more like a piñata full of candy — ready to be drained.

This can make it hard for western backers to know who to trust and partner with for the best deals in Southeast Asia. It often makes sense for them to explore getting money into corporate venture capital (CVC) funds. Often in the eyes of US backers, VC firms under large conglomerates — where compliance is the name of the game — represent a warm blanket of security in an otherwise hostile market full of booby traps.

Smart global investors know that North American deal share for CVC is falling, while in Asia the industry is just heating up. Asia attracted 38 percent of all CVC deals in 2018, up from 31 percent in 2017. In the third quarter of 2018, Asia overtook North American deal share for the first time. Some of the most notable spaces for CVC investments included artificial intelligence, cyber-security, and digital health.

Southeast Asia in particular is one of the fastest growing markets in the world for scalable tech and new internet ventures. The good news for western players is that prior to funnelling capital into the region, they have the added benefit of hindsight. They can ask themselves:

Did this concept work in the US? Can it work in emerging Asia? Why or why not?

While it may sound like blasphemy to fund managers who position themselves as new-age cowboys, the venture capital game in emerging Asia is less about looking for moonshot opportunities than it is about simply mitigating risk.

Here are a few tips for US investors seeking to wisely inject capital into Southeast Asia’s CVC game.

Know your ideal partner

In Southeast Asia, the nature of CVC is a bit different from markets like China or the US, where the most prominent CVC funds tend to spring from established tech giants. For example, you’ve got names like Google Ventures, Intel Capital, Baidu Ventures, and M12 (formerly Microsoft Ventures) already deploying capital around the world.

In emerging markets like Indonesia, however, CVC will usually still come in the form of funds born from big family offices, large corporates seeking a foothold for digital transformation, diversified telecoms conglomerates, and others.

In our case, potential limited partners enjoy the fact that we’re backed by the largest state-owned telecoms company in Indonesia. It means that we already have our thumb on the pulse of adjacent verticals to the internet business, and can therefore provide unfair benefits to our portfolio of startups.

Depending on what kind of investor you consider yourself to be, different CVC profiles are bound to be more attractive than others. The important part is to know what sorts of traits you’re seeking. Apart from just bringing cash to the table, CVC firms should offer startups strategic cards that truly can’t be found elsewhere.

For example, the largest mobile carrier in the nation (Telkomsel) could potentially become a robust user acquisition apparatus for mobile adtech companies. Likewise, a corporate bridge to the nation’s state-owned banks can have sweeping implications for the potential success of a new fintech startup.

Buy into a thesis-driven track record

It is important to make sure the CVC fund you’re vetting is able to show not just a successful track record, but also that its leadership makes decisions based on a clear hypothesis. The best CVC players are undoubtedly the ones who recognize that to win the future, fund managers must aim to disrupt their corporate benefactor’s core business model, before someone else does.

Our firm’s thesis is that startup growth in Indonesia hasn’t been distributed evenly across all market segments and channels so far. For more startups to scale, corporate involvement is crucial to develop go-to-market strategies and build out more avenues for success.

For us, this underlying belief is at the core of every move me make. Each company we invest in should ideally have some kind of potential to grow fast via Telkom’s existing business units, and — with any luck — open up new revenue streams for them.

If you encounter a CVC firm in Southeast Asia that is not able to convey a coherent thesis that revolves around anything other than financial returns, consider walking away. It shows that the leadership hasn’t put enough thought into what they’re doing with the fund in the first place.

Understand the exit scenarios

While IPOs are starting to happen here, virtually all startup exits in Southeast Asia will be via M&A for the foreseeable future. Any worthwhile CVC player should come equipped with built-in pathways for portfolio companies to exit via corporate acquisition. If a CVC firm is unable to speak to this, consider it a red flag.

In the end, CVC provides a safe and viable pathway for western investors to capitalize on tech in emerging Asia. CVC limited partners gain peace-of-mind that their capital is in the game and being deployed responsibly by a team of experienced professionals who must comply with all regulations. When it comes to legal hoops, they also get the upside of mitigating a mountain of legal red-tape that might otherwise slow things down with traditional VC funds.


Disclosure: this guest post is written by Nicko Widjaja, MDI Ventures’ CEO, a Telkom Group’s corporate venture capital arm. Initially published on Island Cap, it’s republished with permission.

Tiga Strategi Pemasaran Jitu Agar Perusahaan “Game” Asia Tenggara Bisa Bersaing dengan Kompetitor Asing

Perkembangan industri game di Asia Tenggara merupakan yang tercepat di dunia. Faktanya, meningkatnya penggunaan internet serta pendapatan rata-rata masyarakat merupakan dua faktor utama meningkatnya pertumbuhan industri game di kawasan ini.

Namun, hampir seluruh industri game di Asia Tenggara didominasi oleh perusahaan internasional. Hal ini disebabkan karena sebagian besar perusahaan game internasional memiliki pengalaman ekspansi yang lebih matang dan cadangan modal yang kuat.

Kerasnya persaingan di lingkungan ini membuat perusahaan game di Asia Tenggara sulit bertahan. Oleh karena itu, tim Tagtoo telah melakukan analisis mendalam dan menemukan tiga poin penting yang harus dilakukan perusahaan game lokal agar dapat bersaing dengan perusahaan asing.

Memenuhi keinginan gamer

Tren game dapat sewaktu-waktu berubah. Inilah mengapa perusahaan pengembang game terus berlomba-lomba untuk menyajikan game yang dapat memenuhi dan menarik perhatian para gamers. Mulai dari membuat konsep yang unik sampai memilih judul yang catchy, namun semua ini tidak dapat menjamin kesuksesan sebuah game.

Sesungguhnya, tidak ada konten game yang bisa memenuhi keinginan para gamer di seluruh dunia. Bahkan, game yang sedang booming sekalipun juga dapat ditinggalkan para pemainnya secara perlahan. Alasan mengapa hal ini terjadi adalah karena pengembang menargetkan kontennya kepada semua orang.

Perilaku pengguna dari setiap pangsa pasar pastinya memiliki ketertarikan dan perilaku yang berbeda terhadap suatu game. Jika pengembang game tidak membuat konten yang sesuai dengan minat di setiap pasar, maka gamer akan cepat bosan dan beralih ke game lain dengan fitur yang lebih menarik.

Sebagai contoh, pengembang game dapat membuat game eksklusif terhadap setiap segmen yang berbeda daripada menargetkan sebuah game kepada pangsa pasar yang sangat luas.

“Salah satu metrik yang tidak kalah penting tetapi juga sering diabaikan oleh developer game adalah tingkat retensi,” kata Edison Chen, Tagtoo Business Development Manager. “Banyak gamers mengunduh sebuah game secara tidak sengaja dan bukan karena mereka menyukai game tersebut.”

Inilah alasan mengapa developer game sebaiknya mengembangkan konten yang sesuai dengan pangsa pasar yang lebih spesifik. Penargetan pasar yang akurat tidak hanya meningkatkan daya saing game di pasar, namun juga dapat mendorong peningkatan pendapatan game melalui pembelian konten-konten eksklusif (in-app purchase) oleh para gamer.

Menambahkan elemen esport

Esport gaming (pertandingan game online) kini semakin menunjukkan potensinya di dunia. Dengan popularitas esport yang tumbuh pesat, banyak perusahaan game mengalami perkembangan yang cukup signifikan.

Contohnya Free Fire, sebuah game seluler yang dikembangkan oleh Garena pada tahun 2017. Free Fire diyakini dapat melanjutkan momentum pertumbuhannya di Asia Tenggara dengan menggelar kompetisi esport di Free Fire World Cup 2019 di Thailand, sebuah acara yang berhasil menarik hampir 300 ribu peserta.

Kualitas sebuah game adalah kunci penting dari mengembangkan esport yang sukses. Pengembang game juga harus dapat menjamin desain antarmuka yang user friendly, desain game yang netral dan bebas bug. Selain itu, misi game yang mudah dipelajari tetapi sulit untuk dikuasai tentunya akan lebih menarik perhatian para gamer.

Selain memasang iklan digital, menyelenggarakan acara esport adalah salah satu pendekatan pemasaran yang efektif. Investasi seperti ini dapat meningkatkan kinerja penjualan dan jumlah pengguna.

Mengembangkan model berlangganan

Banyak pengembang game yang ingin mengambil bagian dari pasar game yang sedang bertumbuh dengan pesat. Namun, memonetisasi game tidaklah mudah.

Meskipun populasi gamer terus meningkat secara pesat di Asia Tenggara (terkecuali Singapura), namun pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU / average revenue per user) secara keseluruhan tidak memuaskan.

Sebagai contoh, menurut laporan perusahaan analisa pasar Newzoo, Indonesia berada di posisi kedua terendah dengan nilai ARPU hanya $8,28 atau setara dengan Rp 117,572 (asumsi Rp 14.199 per US$), sedangkan Singapura memiliki ARPU yang relatif tinggi yakni $78,15. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia harus berusaha keras untuk dapat mencapai tingkat kematangan yang sama dengan pasar game di Singapura.

Dengan rendahnya nilai ARPU ini, maka konten dengan basis berlangganan akan semakin mudah ditemukan di Asia Tenggara.

Layaknya Netflix dan Spotify yang berhasil mempertahankan posisinya di kawasan Asia Tenggara, jenis konten berbasis langganan akan semakin diminati oleh masyarakat. Pengguna akan bersedia membayar sejumlah uang untuk mendapatkan konten yang lebih berkualitas. Hal ini tak terkecuali dapat diterapkan juga di bidang industri game.

Pendapatan yang berasal dari model langganan ini dapat membantu perusahaan game untuk memperoleh aliran pendapatan yang lebih mudah diprediksi. Secara signifikan, cara ini tidak hanya menurunkan resiko peluncuran dan penerbitan game, tetapi juga memungkinkan perusahaan game untuk lebih fokus pada pengembangan produk tanpa mengorbankan kualitas game.


Artikel ini ditulis oleh Edison Chen di blog Tagtoo dan diterjemahkan oleh Cindy Irawan.

Kumpulan 17 Perusahaan E-commerce Indonesia yang Gagal Eksis Sejak Era 2000-an

Menurut data Google-Temasek, penduduk “internet” di Indonesia berjumlah sekitar 150 juta orang. Infrastruktur internet juga sudah menjangkau daerah-daerah yang jauh dari perkotaan. Banyak perusahaan bisnis melihat dua hal ini sebagai bekal untuk menumbuhkan industri e-commerce.

Kemudian mereka dengan percaya diri ambil bagian di dalam industri. Tapi panggang ternyata jauh dari api. Peruntungan sejumlah perusahaan tidak sebaik yang dibayangkan hingga kemudian terpaksa menghentikan kegiatannya.

Baru-baru ini platform e-marketplace khusus kerajinan tangan bernama Qlapa menutup layanan operasinya setelah aktif hampir 4 tahun di industri e-commerce tanah air. Qlapa bukanlah yang pertama keluar dari industri jual beli berbasis internet ini. Sejatinya ada banyak perusahaan yang lebih dulu gugur di ranah e-commerce Indonesia. Melalui artikel ini, tim iPrice merangkum perusahaan e-commerce yang gagal bersinar sejak era 2000-an hingga saat ini.

Multiply

Di periode 2008-2010, Multiply mampu menjadi jejaring media sosial yang sangat populer di Indonesia. Dengan aktivitas pengguna yang cukup intens itu, Multiply mencoba mengaplikasikan strategi bisnis e-commerce dalam situsnya. Terlebih, Naspers yang menjadi investor utama Multiply ingin mengembangkan industri e-commerce di Indonesia.

Platform marketplace bernama Multiply Commerce pun dirilis pada tahun 2011. Untuk menunjukkan komitmen pada pengembangan e-commerce, Multiply turut memindahkan kantornya dari Florida ke Jakarta. Sayangnya, perubahan strategi bisnis menjadi platform marketplace ini tidak membawa keuntungan berarti.

Salah satu penyebabnya karena pihak Multiply tidak mampu merespons masalah-masalah yang muncul di kalangan pengguna dalam transisi model bisnis jejaring sosial ke e-commerce. Hingga kemudian Naspers menghentikan keseluruhan investasi di Multiply dan beralih ke Tokobagus. Multiply mau tak mau menutup operasionalnya pada tahun 2013.

Tokobagus

Tokobagus adalah situs jual beli yang awalnya menggunakan konsep iklan baris jenis consumer to consumer (C2C). Artinya, setiap pengguna bisa dengan langsung mengunggah postingan jualan ataupun pencarian barang. Mulai beroperasi pada tahun 2005, situs jual beli online ini merupakan salah satu pionir industri e-commerce di Indonesia.

Tahun 2010 situs ini mendapat investasi dari Naspers yang pada saat bersamaan memiliki situs jual beli di pasar global bernama OLX. Tahun 2013 menjadi momen keemasan Tokobagus. Dilansir dari e27.co ada 1 miliar pengunjung per hari di situs itu. Pencapaian ini membuat Tokobagus masuk sebagai salah satu dari lima situs iklan baris terbesar di dunia.

Karena pencapaian gemilang ini pula, Tokobagus akhirnya diakusisi sepenuhnya oleh Naspers dan berganti nama menjadi OLX Indonesia pada tahun 2014. Namun kepopuleran OLX di Indonesia tidak seperti ketika bernama Tokobagus. Situs ini kalah saing dengan platform e-commerce lokal yang muncul belakangan, seperti Bukalapak, Tokopedia, ataupun Blibli.

Rakuten

Rakuten resmi hadir di industri e-commerce Indonesia pada tahun 2011 dengan menggandeng MNC Group sebagai mitra bisnis lokal alias joint venture. Menurut catatan DailySocial, Rakuten memiliki 51% saham, sedangkan MNC Group mendapat 49% saham. Total investasi awal kedua belah pihak adalah sekitar Rp60 miliar.

Aktivitas Rakuten di industri e-commerce lokal ternyata hanya berlangsung 5 tahun. Perusahaan asal Jepang ini menghentikan aktivitasnya di Indonesia pada tahun 2016. Dilansir dari Reuters, penarikan diri Rakuten dari pasar lokal tanah air karena adanya pergeseran model bisnis yang tidak sesuai dengan konsep awal. Perusahaan e-commerce itu ingin lebih fokus pada model bisnis C2C.

Plasa.com

Plasa.com mulai fokus dalam bidang e-commerce sejak tahun 2010 setelah sebelumnya beroperasi sebagai layanan webmail. Pendanaan portal belanja ini diinisiasi pemerintah melalui perusahaan BUMN Telkom. Setahun kemudian, Plasa.com mengumumkan kerjasamanya dengan eBay. Dengan kerjasama ini, produk yang dijual di Plasa.com dapat muncul di situs eBay untuk kemudian bisa dikenal lebih luas oleh konsumen global. Tapi di tahun 2014 eBay membeli 40% saham Plasa.com dan diikuti perubahan nama menjadi Blanja.com.

Shopo

Shopo adalah perusahaan e-commerce yang memfokuskan bisnis pada produk kerajinan. Perusahaan ini memulai aktivitas pada tahun 2013 dengan dukungan pendanaan dari perusahaan besar India bernama Snapdeal.

Dilansir dari Okezone, Snapdeal sempat menyuntikkan dana US$100 juta pada Shopo tahun 2015. Namun investasi ini tidak berbuah signifikan karena model bisnis C2C yang diusung Shopo kurang mendapat respons positif dari pasar. Akhirnya perusahaan ini menghentikan sepenuhnya aktivitas di industri e-commerce pada tahun 2017.

Valadoo

Valadoo adalah situs e-commerce khusus perjalanan wisata yang didirikan pada tahun 2010. Ketika perusahaan ini muncul, industri e-commerce khusus travel masih sepi pemain. Dua tahun berlalu, Valadoo berhasil mendapat pendanaan tahap awal dari perusahaan serupa asal Singapura yang bernama Wego.

Meski sudah mendapat seed funding, Valadoo ternyata belum mampu membuat arah bisnis yang jelas. Karena itu, perusahaan ini akhirnya memutuskan meleburkan diri dengan Burufly yang juga mendapat pendanaan dari Wego. Tapi akhirnya pada tahun 2015, Valadoo menyatakan menutup seluruh layanannya karena perbedaan kultur dan model bisnis.

Scallope

Scallope adalah portal e-commerce yang menyediakan beragam produk fashion dari desainer muda ternama Indonesia. Dilansir DailySocial, perusahaan ini berdiri pada tahun 2012 dan dimodali oleh Suitmedia Group. Pada masa itu, Suitmedia Group juga membawahi Bukalapak dan Hijup.

Namun, pada perkembangannya Scallope kalah saing dengan perusahaan e-commerce lain yang juga fokus di bidang fashion. Terlebih, Suitmedia Group melihat posisi Hijup lebih potensial dibandingkan Scallope. Akhirnya Suitmedia Group melakukan perampingan dengan menutup Scallope pada tahun 2016.

Paraplou

Paraplou adalah situs e-commerce khusus fashion yang didirikan pada tahun 2011. Perusahaan ini sempat mendapat investasi Seri A sebesar US$1,5 dari Majuven, sebuah venture capital asal Singapura.

Pada tahun 2015 Paraplou mengumumkan bahwa perusahaan itu tutup. Dalam catatan Tech in Asia, faktor seperti pasar yang belum terbentuk, kondisi keuangan yang tidak menentu, dan kesulitan mendapat dana berkesinambungan membuat Paraplou terpaksa keluar dari bisnis e-commerce.

Cipika

Cipika dibesut oleh Indosat Ooredo sejak tahun 2014. Situs e-commerce ini menganut model bisnis business to consumer (B2C) dengan produk unggulan pada kategori elektronik dan makanan.

Namun Cipika tidak bertahan lama karena perkembangan model B2C yang kala itu dianggap lambat. Indosat Ooredo resmi menutup layanan Cipika pada tahun 2017.

Lolalola

Lolalola diluncurkan pada tahun 2015 sebagai situs e-commerce yang menyasar produk pakaian dalam khusus perempuan. Pendanaan Lolalola didapat dari Ardent Ventures yang berasal dari Thailand. Sayangnya, perusahaan yang hadir untuk pangsa pasar spesifik ini terpaksa berhenti beroperasi pada tahun 2017.

Kleora

Awalnya Kleora hadir untuk mengakomodir kebutuhan belanja produk khusus wanita. Perusahaan ini sempat mendapatkan pendanaan dari Rebright Partner dan angle investor. Tapi karena tidak mampu menggaet antusiasme pasar, Kleora akhirnya bertransformasi menjadi e-commerce khusus jual beli barang bekas yang dinamai Prelo sejak tahun 2015.

Beautytreats

Beautytreats adalah situs jualan daring produk kecantikan yang beroperasi sejak tahun 2013. Dalam catatan DailySocial, perusahaan ini mampu mengirimkan 3000 produk kecantikan dalam kurun 6 bulan sejak beroperasi. Beautytreats juga berhasil menjaring 8000 anggota dari berbagai wilayah di Indonesia. Namun perusahaan ini tidak berumur panjang. Pada tahun 2015 Beautytreats resmi berhenti beroperasi.

Lamido

Lamido didirikan pada tahun 2013 oleh perusahaan inkubator Rocket Internet yang juga membesarkan Lazada. Situs e-commerce tipe customer to customer (C2C) ini berfokus kepada penjual menengah ke bawah yang mendistribusikan barang dagangan melalu jejaring media sosial seperti Facebook atau Instagram.

Jenis produk yang umum ada di Lamido meliputi kategori elektronik dan fashion. Tapi pada realitanya, wadah marketplace dihadirkan Lamido kalah populer dibandingkan perusahaan e-commerce lokal seperti Bukalapak dan Tokopedia yang sama-sama berkonsep C2C kala itu. Terlebih Rocket Internet melihat posisi Lamido dan Lazada saling tumpeng tindih di market lokal. Karenanya, Rocket Internet memilih meleburkan Lamido dengan Lazada pada tahun 2015.

Berniaga.com

Berniaga.com adalah situs iklan baris yang fokus melakukan bisnis customer to customer (C2C). Dalam catatan Kompas.com, situs ini beroperasi pertama kali pada tahun 2009 dengan dukungan pendanaan dari 701 Search Pte Ltd yang dimiliki oleh perusahaan hasil kolaborasi antara Singapore Press Holdings (SPH) dan Schibsted Classified Media (SCM). Berniaga.com pada tahun 2014 nyatanya diakusisi OLX Indonesia karena konsep bisnis yang sama. Dilansir CNN Indonesia, saat itu perusahan induk OLX ingin mereknya menjadi penguasa tunggal di pasar Indonesia.

Sedapur

Sedapur adalah platform marketplace yang berfokus pada produk-produk kuliner. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2011 dan disokong oleh incubator Nokia Enterpreneurship dengan modal Rp200 juta. Namun Sedapur tidak mampu beroperasi lama. Pada tahun 2013 perusahaan ini menutup operasionalnya karena strategi bisnis yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Soegianto Widjaja yang kala itu menjabat sebagai CEO Sedapur mengakui bahwa strategi perusahaannya hanya berfokus pada merchant dan tidak memprioritaskan pembeli. Di samping itu, kegagalan mendapat pendanaan baru turut mempersulit Sedapur untuk bertahan di industri e-commerce.

MatahariMall.com

MatahariMall.com resmi beroperasi pada tahun 2015 sebagai anak perusahaan Lippo Group. Investasi sekitar US$500 juta menjadi modal awal operasionalnya. Situs e-commerce ini mengadopsi model bisnis online to online dan offline to offline (O2O) yang memungkinkan pembeli untuk bertransaksi di berbagai cabang toko fisik Matahari Departement Store. Konsep bisnis ini terinspirasi dari Walmart yang juga lebih dulu menggunakan O2O.

Namun pada tahun 2018, MatahariMall.com meleburkan diri ke dalam unit bisnis daring utama Matahari Departement Store, yakni Matahari.com. Dilansir dari Bisnis.com, langkah peleburan ini bertujuan untuk menjadikan Matahari.com sebagai kanal tunggal belanja daring dari perusahaan Matahari.

Qlapa

Qlapa adalah platform daring untuk berjualan produk kerajinan tangan yang mulai beroperasi sejak tahun 2015. Perusahaan ini sempat mendapat investasi Seri A dari perusahaan bernama Aavishkaar asal India.

Namun pada awal tahun 2019, Qlapa mengumumkan penghentian operasionalnya secara menyeluruh. Dalam keterangan pers Qlapa, perusahaan ini berhenti beroperasi karena alasan bisnis yang dinilai tidak menguntungkan dan berkelanjutan.

***

Artikel ini digarap oleh tim iPrice Indonesia. Secara berkala, iPrice merilis laporan mendalam mengenai e-commerce, startup, dan topik terkait lain di industri ini.

Yang “Marketer” dapat Lakukan Ketika “Traffic” Berbayar Semakin Mahal

Dominasi traffic online kini tidak lagi menguntungkan seperti dulu. Kepercayaan bahwa traffic online yang tinggi akan membawa keuntungan yang sebanding semakin sulit untuk direalisasikan pada jaman sekarang. Traffic online bahkan dipercaya akan mencapai batas stagnan cepat atau lambat.

Sementara itu, perusahaan-perusahaan internet besar di Indonesia, seperti Tokopedia dan Shopee, telah melakukan investasi dan dominasi terhadap sebagian besar sumber traffic di pasar. Kini persaingan dan perebutan traffic online akan semakin ketat dan mahal.

Untuk mengatasi kompetisi traffic tersebut, Tagtoo merangkum beberapa solusi yang kami anggap dapat membantu para marketer mengatasi harga traffic yang melambung tinggi serta mengelola pembelian traffic yang efektif.

Mematangkan kekuatan branding

Branding merupakan salah satu cara terefektif untuk meningkatkan traffic online secara alami. Meskipun dibutuhkan waktu untuk membangun reputasi dan popularitas brand dalam pasar, namun setelah brand Anda dapat diterima oleh pelanggan, efek pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth) memungkinkan sebuah brand memperoleh traffic yang lebih banyak dan stabil. Semakin kuat branding yang Anda miliki, maka akan semakin kompetitif brand Anda dalam mengatasi situasi-situasi kritis.

Memperbaiki branding juga merupakan salah satu solusi apabila traffic online anda terus menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu. Di bawah ini merupakan tiga hal yang harus dievaluasi para marketer untuk memastikan apakah brand mereka cukup kuat di pasaran atau tidak.

a. Posisi brand dalam pasar

Posisi brand dalam pasar secara umum dapat dibagi dalam tiga jenis pemosisian terutama untuk pebisnis online, yaitu tipe kompetitif (competitive type), tipe proposisi penjualan unik (unique selling proposition–UPS type) , dan tipe penciptaan kebutuhan (demand-created type).

Tipe kompetitif (competitive type) mengacu pada positioning yang berorientasi pada kompetisi yang ada dalam pasar. Jenis ini akan menargetkan posisi pemimpin pasar dengan menekankan diferensiasi superior yang dimiliki sebuah brand. Misalnya, sebuah bisnis transportasi online dapat memosisikan diri mereka sebagai penyedia jasa kendaraan yang paling aman dibanding pesaing lain di pasar.

Jenis kedua merupakan tipe proposisi penjualan unik (UPS) yaitu penempatan brand sebagai penyedia produk atau jasa yang unik dan khas untuk pelanggan. Misalnya, salah satu fitur terbaru produk luncuran OPPO yaitu “Charge 5 menit untuk berbicara 2 jam”.

Tipe yang terakhir merupakan yaitu tipe penciptaan kebutuhan (demand-created type). Tipe ini bertujuan untuk menciptakan produk dan juga permintaan yang baru dalam pasar. Produk dan jasa yang ditawarkan merupakan sebuah inovasi dan tidak banyak pesaing yang bisa masuk dalam kompetisi di industri yang sama. Pemosisian tipe ini sangat cocok untuk peluncuran produk baru. Sebagai contoh, Xiaomi mendefinisikan lini produk barunya sebagai TV berbasis Internet ketika memasuki industri TV tradisional.

b. Elemen semiotik brand

Elemen semiotik brand berpusat pada elemen-elemen nonverbal yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dengan pelanggan, contohnya logo, slogan, dan lain-lain. Detail-detail yang jarang kita perhatikan ini justru membawa dampak besar bagi kesadaran pelanggan akan brand kita.

Elemen semiotik dapat menjadi kunci sebagai pengingat dan pengidentifikasi sebuah brand. Sebuah elemen semiotik yang baik akan membantu brand untuk tumbuh lebih cepat dan melekat dalam ingatan pelanggan kita. Elemen-elemen ini menyediakan koneksi yang kuat ketika pelanggan memikirkan sebuah brand tertentu. Sebagai contoh, seseorang akan teringat akan Starbucks ketika melihat cangkir kopi putih dengan ikon berwarna hijau.

c. Konsistensi antara produk dan brand

Pengembangan produk harus dilakukan searah dengan posisi brand tersebut dipasar. Sebuah produk itu sendiri harus selaras dengan pesan yang ingin dibawahkan oleh brand tersebut. Pemasaran dari mulut ke mulut (word-of-mouth effect) hanya akan terjadi apabila pelanggan mengalami experience yang konsisten antara produk dan brand yang bersangkutan. Jika tidak, akan ada kesan buruk yang timbul dalam pikiran pelanggan dan akan menolak untuk melakukan interaksi lebih jauh dengan brand Anda.

Penggunaan viral marketing

Adanya keterbatasan budget yang dimiliki setiap pebisnis online semakin mempesulit marketer dalam mengatasi akusisi traffic online yang semakin mahal dari hari ke hari. Aplikasi viral marketing menjadi salah satu solusi efektif yang sering digunakan beberapa pebisnis online akhir-akhir ini.

Berbeda dengan marketing tradisional, viral marketing mendorong terjadinya penyebaran informasi atau sharing melalui media sosial dengan memberikan “hadiah”, baik kepada yang mengundang maupun yang diundang. Berbagai contoh viral marketing yang sering kita lihat dapat berupa giveaway yang diberikan dengan cara men-tag atau men-share informasi yang berkaitan di media sosial Anda. Hal ini memungkinkan brand untuk mengakuisisi pelanggan baru dengan biaya yang relatif rendah dalam waktu yang singkat. Model marketing seperti ini memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan membeli traffic berbayar yang harus dibayar di awal.

Namun, menjalankan viral marketing tidak semudah membalikkan telapak tangan.Berikut ini merupakan tiga faktor penentu suksesnya sebuah kampanye viral marketing:

a) Akuisisi benih pelanggan baru

Benih pelanggan baru tak harus berarti pelanggan pertama. Sebaliknya, mereka adalah pelanggan setia yang aktif menggunakan produk atau jasa Anda. Pelanggan setia ini akan membantu memberikan feedback yang berharga untuk brand anda dan juga bersedia untuk merekomendasikannya pada orang lain. Kualitas benih pelanggan seperti ini jauh lebih penting daripada kuantitas pelanggan yang Anda miliki.

b) Pemberian insentif

Pemberian promo merupakan bentuk insentif yang paling umum. Hal ini dapat berupa pengiriman gratis, sampel produk gratis, maupun diskon khusus. Selain itu, konten kreatif dan skenario inovatif juga memainkan peran penting dalam memicu insentif. Misalnya, tantangan Ice Bucket Challenge yang menjadi viral di jejaring sosial selama Juli – Agustus 2014 kerap dijadikan bahan marketing di media sosial. Kampanye yang menarik memberikan insentif yang kuat bagi peserta untuk bergabung dan mengundang orang lain untuk ikut terlibat.

c) Desain kompetisi dan penghargaan

Jika akuisisi benih pelanggan dan pemberian insentif adalah pilar viral marketing, maka desain kompetisi dan penghargaan akan bertindak sebagai bahan bakar untuk mempertahankan kelangsungan pertumbuhan brand Anda.

Pengumpulan poin, medali, dan urutan ranking adalah beberapa metode yang kerap efektif untuk membuat konsumen tetap aktif. Berbagai desain kompetisi secara tidak langsung dapat dijadikan ajang membangun status sosial dan pengembangan personal image. Sebagai contoh, sebuah startup motor elektronik asal Taiwan, Gogoro, menggunakan kampanye pengumpulan badge. Semakin tinggi badge yang diakumulasi menandakan senioritas mereka dalam menjadi pengemudi yang ramah lingkungan.

Beralih pada performance advertising

Performance advertising di sini berarti sebuah periklanan berbayar yang hanya dikenakan biaya apabila telah mencapai hasil tertentu. Model terbaru dari periklanan ini telah mengubah cara penjualan traffic berbayar yang tradisional dan mengurangi kerugian dari periklanan yang kurang efektif.

Performance advertising kini dapat menggunakan strategi analisis data dan penggunaan teknologi untuk menargetkan audiens secara akurat demi mencari pelanggan potensial. Model periklanan seperti ini berguna untuk menjaga pengelolaan budget dan efektifitas periklanan digital di saat traffic berbayar semakin mahal untuk didapatkan.

Berikut ini merupakan tiga kunci yang harus dipersiapkan terlebih dahulu agar performance marketing yang dijalankan dapat berhasil lebih maksimal:

a. Search Engine Optimization (SEO)

SEO yang telah hadir sejak dulu ini masih memiliki kepentingan yang sama. SEO yang baik akan menjadi fondasi dalam menjalankan periklanan digital apapun dengan usaha minimal namun hasil yang maksimal.

SEO memungkinkan sebuah bisnis mendapatkan traffic alami dan menarik lebih banyak pengunjung website baru akibat ranking mereka yang cukup tinggi dalam mesin pencari. Namun sekali lagi, hanya tiga hasil teratas dalam mesin pencari yang mungkin memiliki peluang terbesar untuk diklik pengunjung baru. Untuk mencapai ranking di halaman pertama hingga tiga ranking teratas tersebut, brand harus mengoptimasi website mereka secara berkala demi memberikan konten yang relevan dan mudah ditelusuri oleh pengunjung.

Seiring perkembangan periklanan digital saat ini, tips pengembangan SEO bukan lagi sebuah rahasia yang sulit untuk diketahui, namun terkadang masih sering diabaikan dan dianggap ketinggalan jaman oleh sebagian marketer.

b. Search Engine Marketing (SEM)

Meskipun memiliki biaya yang cukup tinggi, SEM merupakan salah satu bentuk investasi yang dapat dicoba. SEM dapat membantu memunculkan website Anda dalam hasil teratas mesin pencari dengan penargetan beberapa keyword spesifik yang awalnya tidak ter-ranking dalam optimasi SEO. Pentingnya lagi, penggunaan SEO dan SEM memiliki sinergi yang lebih kuat jika digabungkan.

c. Cost per Acquisition Model (CPA Model)

CPA merupakan sebuah model permbayaran periklanan digital ketika pengiklan hanya membayar apabila terjadi akusisi tertentu seperti sebuah penjualan, sebuah pengumpulan form, atau sebuah peng-install-an aplikasi. Model berbayar seperti ini akan fokus pada konversi final yang lebih signifikan dibandingkan berdasarkan jumlah klik atau traffic semata.

Untuk pebisnis yang baru mulai menjajaki periklanan digital, harga periklanan model CPA akan terbilang sangat tinggi. Ditambah lagi, beberapa agensi periklanan digital terkemuka pun terkadang tidak dapat menjanjikan model periklanan berdasarkan akusisi seperti ini. Oleh karena itu, brand dapat mulai melakukan investasi traffic melalui SEO dan SEM. Setelah kualitas website dan traffic sudah meningkat, maka penggunaan CPA pun akan menjadi lebih terjangkau dan efektif.

Kesimpulan

Ketika traffic berbayar semakin mahal untuk didapatkan, marketer sebaiknya mengevaluasi lagi brand dan kegiatan marketing yang mereka jalankan sebelum memutuskan untuk mengeluarkan lebih banyak budget dalam hal ini. Di samping traffic berbayar, masih terdapat banyak cara untuk meningkatkan website dan bisnis anda.

“Dengan kondisi pasar yang semakin kompetitif, para pebisnis online seharusnya mulai menyadari akibat yang akan timbul apabila mereka hanya bergantung pada traffic berbayar. Harga traffic hanya akan terus melambung tinggi,” ujar Edison Chen, Business Development Manager Tagtoo.


Disclosure: artikel tamu ini ditulis oleh Edison Chen, diterjemahkan dan diperbarui oleh Sisylia Angkirawan.

Pernah dimuat di blog Tagtoo.

Tiga Alasan Mengapa Startupmu Harus Ikut Echelon TOP100

Yakin kamu bisa memenangkan kompetisi tahun ini? Daftarkan startupmu sekarang juga!

Kamu mungkin sudah pernah mendengar tentang Echelon TOP100, sebuah kompetisi startup yang menjadi bagian dari konferensi Echelon Asia Summit 2019, yang akan diadakan oleh e27 pada 23-24 Mei 2019 di Singapore Expo, Singapura.

TOP100 bertujuan untuk menemukan, mempertunjukkan, dan mengakselerasi bibit-bibit unggul di komunitas startup Asia Tenggara. Proses penjurian TOP100 melibatkan juri dari berbagai perusahaan modal ventura ternama seperti 500 Startups, SparkLabs, Cocoon Capital, Cradle Fund, dan Monk’s Hill Ventures.

Proses penjurian akan diadakan secara tertutup di enam kota di seluruh Asia Tenggara, yang akan diakhiri dengan acara networking Echelon Roadshow. Indonesia sendiri akan mendapatkan gilirannya pada 4 April 2019. Startup yang berhasil lolos tahap ini berhak mewakili negara asalnya di Singapura pada bulan Mei nanti.

Tahun lalu, salah satu startup yang mewakili Indonesia di Echelon Asia Summit 2018 adalah MyClinicalPro, sebuah startup kesehatan yang dipimpin oleh co-founder William Suryawan.

Menurut William, hal paling menarik dari mengikuti TOP100 adalah kita tidak pernah tahu siapa yang sedang menyimak presentasi kita. Bisa jadi mereka adalah calon investor, partner, atau pelanggan kita yang berikutnya.

Masih belum yakin mengapa startupmu harus ikut kompetisi ini? Berikut ini tiga alasan utama yang bisa dijadikan pertimbangan:

  1. Tahun ini, TOP100 akan memberikan hadiah senilai lebih dari Rp1 miliar (US$75,000). Selain hadiah tunai, startupmu juga berkesempatan mendapatkan fasilitas coworking space gratis, slot eksibisi di Echelon Asia Summit 2019, dan berbagai hadiah lainnya yang bisa kamu gunakan untuk menunjang operasi startupmu.
  2. Bergabung dengan TOP100 berarti membuka diri untuk bertemu dengan banyak pihak yang nantinya dapat menunjang keberhasilan startupmu, mulai dari investor sampai calon karyawan. Selain itu, kamu juga bisa bergabung dengan jaringan alumni TOP100 yang meliputi nama-nama besar seperti Carousell, 99.co, dan HotelQuickly.
  3. Dengan mengikuti TOP100, kamu berkesempatan untuk mewakili Indonesia di ajang startup internasional –dan membuktikan bahwa #IndonesiaBisa. Dari tujuh startup unicorn yang ada di Asia Tenggara, empat di antaranya berasal dari Indonesia. Keempat perusahaan ini telah mengharumkan nama Indonesia di komunitas startup internasional —dan startupmu pun punya kesempatan untuk menjadi seperti mereka.

Jadi daftarkan startupmu hari ini juga dan sampai ketemu di Echelon Roadshow!


Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan e27