Yongnuo Umumkan Lensa Autofocus 50mm F1.8 Untuk Sony E Mount

Sebelumnya saya telah membahas rekomendasi tiga lensa portrait untuk Sony E Mount. Meliputi Sony E 50mm F1.8 OSS, 7Artisans 55mm F1.4, dan Sigma 56mm F1.4 DC DN. Kini pilihannya bertambah satu lagi, karena Yongnuo telah mengumumkan YN50mm F1.8S DA DSM.

Yongnuo YN50mm F1.8S DA DSM adalah lensa autofocus yang dirancang untuk kamera mirrorles Sony dengan sensor APS-C seperti jajaran A6xxx series. Sebut saja A6000, A6100, A6300, A6400, A6500, dan A6600.

Focal length 50mm di APS-C Sony berarti ekuivalen 75mm di full frame. Aperture besar F1.8 tentu akan menyuguhkan foto dengan background bokeh yang indah dan membuatnya dapat diandalkan dalam kondisi low light.

Lensa ini terdiri dari 8 elemen dalam 7 grup, termasuk satu elemen low-dispersion untuk meminimalkan aberasi. Punya bilah aperture 7-blade, minimum focusing distance 45cm, ukuran filter 49mm, dan berdimensi ringkas 64x58mm dengan bobot 146 gram.

Autofokus internal pada lensa ini digerakkan oleh digital stepping motor (DSM) yang tak hanya bekerja cepat tapi juga tenang sehingga cocok untuk digunakan merekam video. Ring focus elektroniknya juga menawarkan pengalaman menggunakan manual fokus yang halus dengan presisi tinggi.

Pada body Yongnuo YN50mm F1.8S DA DSM juga memiliki port micro USB yang berfungsi untuk update firmware yang bisa diunduh melalui website resmi Yongnou. Soal harga, lensa ini dibanderol sekitar 699 Yuan.

Sumber: DPreview

OnePlus 8 dan 8 Pro Diumumkan, Dengan Chipset Snapdragon 865 dan Fluid AMOLED 120Hz

OnePlus telah mengumumkan smartphone flagship terbaru mereka, OnePlus 8 beserta varian Pro-nya. Diotaki chipset teranyar Qualcomm Snapdragon 865, keduanya pun mendukung konektivitas 5G dan WiFi 6.

Dari desain, tampilan OnePlus 8 dan 8 Pro terlihat identik. Bagian muka mengemas Fluid AMOLED dengan panel 10-bit dan dukungan HDR+. Tak ada pop up camera, digantikan dengan punch hole yang terletak di pojok kiri atas untuk kamera depan 16MP. Kabar baiknya, perubahan tersebut membuat body OnePlus 8 Pro tahan air dengan sertifikasi IP68.

OnePlus-8-1
OnePlus 8
OnePlus-8-Pro-1
OnePlus 8 Pro

Perbedaan kedua terletak pada panel OnePlus 8 memiliki refresh rate 90Hz dan berukuran 6,55 inci dengan resolusi 1080×2400 piksel. Sementara, varian Pro mengusung panel 120Hz dan touch sampling rate 240Hz yang lebih ideal untuk aktivitas gaming. Ukurannya 6,78 inci beresolusi 1440×3168 piksel.

Sistem operasi yang dijalankan adalah Android 10 dengan user interface OxygenOS versi 10.0. Untuk sistem keamanannya mengandalkan fingerprint under display. Dapur pacunya Snapdragon 865 yang dibuat pada 7nm+ delapan inti. Meliputi 1x 2,84 GHz Kryo 585, 3x 2,42 GHz Kryo 585, dan 4x 1,8 GHz Kryo 585, serta GPU Adreno 650.

Keduanya punya dua varian, RAM 8GB dengan penyimpanan UFS 3.0 128GB dan RAM 12GB dengan storage UFS 3.0 256GB. Sebagai catatan, jenis RAM pada OnePlus 8 adalah LPDDR4X dan OnePlus 8 Pro LPDDR5. Soal baterai, OnePlus 8 berkapasitas 4.300 mAh dan 8 Pro 4.510 mAh dengan teknologi fast charging 30W yang sanggup mengisi 50 persen dalam 22 menit atau 23 menit untuk versi Pro.

OnePlus-8
OnePlus 8

Pada sektor kamera, OnePlus 8 membawa setup triple camera. Kamera utamanya menggunakan sensor Sony IMX586 beresolusi 48MP (0.8µm, f/1.8) dan sensornya berukuran 1/2.0 inci. Kamera sekunder 16MP f/2.2 dengan lensa ultra wide 13mm yang memberikan bidang pandang 116 derajat, dan satu lagi 2MP f/2.4 dengan lensa macro.

OnePlus-8-Pro-3
OnePlus 8 Pro

Setup camera OnePlus 8 Pro lebih powerful dengan empat kamera. Kamera utamanya menggunakan sensor Sony sensor IMX689 beresolusi 48MP f/1.8 dan memiliki ukuran sensor lebih besar 1/1.4 inci, ukuran tiap pikselnya pun menjadi 1.12µm.

Lalu, kamera dengan lensa ultra wide 13mm juga beresolusi 48MP f/2.2 yang menyuguhkan bidang pandan 120 derajat dan juga berfungsi ganda sebagai lensa macro pada jarak 3cm. Selanjutnya, 8MP f/2.4 dengan lensa telephoto yang memberikan kemampuan 3x optical zoom. Satu lagi, 5MP f/2.4 sebagai depth sensor.

Perekaman videonya mendukung sampai 4K pada 30/60 fps dan 1080p pada 30/60/240 fps. Lengkap dengan fitur Single Shot 3-HDR, serta punya paduan image stabilization berbasis optical dan electronic. Sementara, kamera depan 16MP hanya mendukung perekaman video 1080p 30 fps.

Mengenai harga dan ketersediaannya, keduanya akan tersedia mulai tanggal 24 April di AS. OnePlus 8 varian RAM 8GB dibanderol US$700 dan US$800 untuk RAM 12GB dalam warna Interstellar Glow dan Glacial Green. Sedangkan, OnePlus 8 Pro dibanderol US$899 untuk RAM 8GB dan US$999 untuk RAM 12GB dan penyimpanan 256GB, serta tersedia dalam warna Ultramarine Blue, Glacial Green, dan Onyx Black.

Sumber: GSMArena

Samsung Umumkan Tiga Produk Digital Appliances di Indonesia

Samsung telah meluncurkan tiga produk digital appliances terbaru mereka di Indonesia. Meliputi Samsung Air Dresser, Air Purifier dan Wind-Free AC yang seluruhnya memiliki label health and safety. Di tengah pandemi covid-19 ini memang penting menciptakan suasana nyaman di dalam rumah, sehingga kita bisa bekerja, belajar, dan melakukan banyak aktivitas di rumah dengan nyaman.

Samsung Air Dresser adalah clothing care system untuk menjaga higienitas pakaian dengan harga Rp36 juta. Rangkaian Samsung Air Purifier untuk menjaga kualitas udara tetap bersih di dalam rumah dengan harga Rp2.549.000 – Rp4.199.000. Serta, Samsung Wind-Free AC (Air Conditioner) dengan teknologi AI Auto Cooling secara otomatis mengoptimalkan berbagai mode dengan menganalisis kondisi ruangan dan pola penggunaan dengan harga mulai Rp6.799.000 – Rp10.699.000.

Situasi yang saat ini dihadapi seluruh masyarakat Indonesia mendorong pemerintah mengeluarkan anjuran Work From Home, sekolah berbasis online, di mana kebanyakan aktivitas dilakukan di rumah saja. Karenanya sangat penting untuk dapat menciptakan rasa nyaman, aman dan tetap bahagia di dalam rumah selama berkegiatan. Membantu mewujudkannya, Samsung menawarkan solusi teknologi terbaru melalui rangkaian produk Digital Appliances unggulan”, ungkap Michael Adisuhanto, Head of Home Appliances Business, Samsung Electronics Indonesia menyampaikan.

Samsung Air Dresser

Samsung-Air-Dresser---Image-4

Samsung Air Dresser merupakan sebuah clothing care system untuk merawat pakaian dengan menggunakan udara dan uap yang kuat untuk membersihkan, menghilangkan bau tidak sedap, mensterilkan dan mengeringkan sambil menjaga kualitas pakaian. Samsung Air Dresser dilengkapi dengan dengan kemampuan:

  • Jet Air dan Jet Hanger berkemampuan menghilangkan debu dan bau dari sisi dalam dan luar pakaian dengan cepat dan senyap.
  • Jet Steam yang meniupkan hembusan udara yang kuat untuk memasukkan uap bersuhu tinggi ke dalam pakaian, berfungsi menghilangkan bakteri, virus dan allergen.
  • Heat Pump Drying menawarkan pengeringan pakaian yang lembut dan lebih hemat biaya, serta mengurangi kerusakan dan penyusutan kain melalui pengeringan suhu rendah.
  • Deodorizing Filter menangkap dan menghilangkan partikel penyebab bau hingga 99%, mulai dari bau makanan, tembakau hingga aroma keringat, menjaga pakaian tetap fresh.

Samsung Air Purifier dan Samsung Wind-Free Air Conditioner

Debu dengan ukuran tak kasat mata masih berpotensi menjadi gangguan kesehatan. Untuk menjaga kebersihan dan kesegaran udara di dalam rumah, Samsung Air Purifier bisa menjadi solusi. Dengan 3 langkah penyaringan, Samsung Air Purifier mampu menghilangkan 99.97% debu berukuran 0.3㎛ dan gas berbahaya, mengalirkan udara bersih dari 3 arah unit (atas, kanan dan kiri) ke area yang luas hingga sudut-sudut ruangan.

Demikian halnya dengan Samsung Wind-Free Air Conditioner, teknologi Wind-Free akan meminimalisir perasaan tidak nyaman karena tiupan angin yang terlalu kencang. Lengkap dengan fitur Tri Care Filter untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruangan.

Ketiga produk Samsung digital appliances dapat diperoleh melalui samsung.com/id, dan saat ini tersedia dengan promo cashback langsung hingga 33%. Anda bisa memesannya secara online dan barang akan dikirim ke rumah.

 

 

 

Perlengkapan Untuk Memulai Macro Still Life Photography

Buat yang hobi fotografi tak melulu harus street hunting atau traveling, apalagi kondisi saat ini sedang pandemi covid-19. Di rumah atau sekitar rumah, kita tetap dapat memotret misalnya foto macro atau macro still life. Pertanyaannya perlengkapan macro apa saja yang dibutuhkan untuk menggeluti dunia macro photography?

1. Lensa Macro

Sony-FE-90mm-F2.8-Macro-G-OSS

Mari mulai dari lensa macro, tiap sistem kamera punya andalan lensa macro yang berbeda. Sebagai contoh Sony punya Sony FE 90mm F2.8 Macro G OSS, Fujifilm dengan Fujifilm XF 80mm F2.8 R LM OIS WR Macro, dan lainnya termasuk lensa macro buatan pihak ketiga. Bagi pengguna kamera mirrorless Sony, saya merekomendasikan lima lensa macro ini.

Hal yang perlu diperhatikan adalah focal length dan harus memiliki rasio perbesaran setidaknya 1:1. Untuk foto still life, 30 atau 50mm masih cukup memadai. Namun untuk foto macro seperti binatang-binatang kecil atau serangga maka sebaiknya memilih focal length di atas 50mm.

Semakin panjang focal length, artinya kita tidak perlu terlalu dekat dengan objek foto. Namun ketajaman/fokus pada foto yang dihasilkan semakin sempit, sehingga perlu menggunakan aperture lebih kecil misalnya F5.6-F8 yang artinya bakal butuh lebih banyak cahaya.

2. Flash Eksternal

Godox-V350s

Penggunaan rentang aperture F5.6-F8 lebih kecil dan rasio pembesaran 1:1 membuat cahaya yang masuk ke sensor berkurang drastis. Sebagai informasi, saya menggunakan kombinasi Sony A6400 dan 7Artisans 60mm F2.8 Macro, bahkan saat matahari bersinar terang saya tetap perlu menggunakan ISO cukup tinggi antara 800-1600. Saya tidak bisa menggunakan shutter speed terlalu rendah karena lensa 7Artisans tidak mendukung SteadyShot.

Maka peran flash eksternal memang sangat dibutuhkan. Sebab macro berkaitan erat dengan detail dan untuk mendapatkan detail yang ideal perlu bantuan cahaya tambahan. Namun bagi yang belum punya flash eksternal, bisa menggunakan flash internal dengan diffuser buatan seperti tisu untuk memperlembut cahaya.

3. Tripod + Macro Focus Rail Slider

Macro-Focus-Rail-Slider

Tripod sangat membantu untuk foto macro atau macro still life, namun jangan bergantung sepenuhnya dengan tripod. Sebab, kita juga harus bereksperimen memotret dengan berbagai sudut dan angle yang berbeda.

Saat menggunakan tripod, kadang kita perlu maju dan mundurkan tripod untuk mendapatkan fokus yang tepat. Hal tersebut tentu sangat merepotkan, solusinya kita bisa menggunakan aksesori tambahan bernama macro focus rail slider, jadi tak perlu menggeser tripod.

4. Bikin Studio Mini + Background 

Studio-Mini

Foto macro still life di rumah juga sangat menantang, still life sendiri objek yang difoto adalah benda mati atau tidak bergerak. Di mana kita bisa membuat konsep, mengatur posisi objek sedemikian rupa, menetapkan background, hingga pencahayaannya secara bebas.

Nah kita juga bisa membuat studio mini sederhana sendiri, misalnya dari kardus bekas. Tutorialnya bisa ditemukan di internet atau membeli studio mini yang sudah jadi pun harganya relatif terjangkau. Lalu, bisa menggunakan kertas A4 sebagai background.

Objeknya sendiri sangat banyak, kalau saya membuat ilustrasi yang masih berhubungan dengan gadget. Namun, saya juga sedang mencoba foto berbagai bahan makanan, cemilan, dan banyak lagi. Itu dia perlengkapan macro yang dibutuhkan dan tetaplah berkarya.

[Battle] Aplikasi Kamera dari Sony, Canon, dan Fujifilm

Kamera mirrorless masa kini telah dilengkapi dengan konektivitas nirkabel seperti WiFi dan Bluetooth. Yang berguna untuk menghubungkan kamera dengan smartphone, baik mengirim hasil foto dan video secara instan, atau menggunakan fasilitas remote shooting.

Fitur tersebut bisa diakses melalui aplikasi yang disediakan oleh brand kamera masing-masing. Sony menyediakan aplikasi bernama Imaging Edge Mobile, Canon dengan Camera Connect, dan Fujifilm lewat Camera Remote.

Kebetulan saya sedang memegang Sony A6400, Canon EOS M200, dan Fujifilm X-A7. Jadi, saya bakal compare dan adu ketiga aplikasi kamera tersebut. Tiga aspek yang saya tekankan adalah kemudahan pairing, dukungan jenis file yang bisa dikirim, dan fasilitas remote shooting-nya.

Sony Imaging Edge Mobile

Sony-Imaging-Edge-Mobile

Untuk menghubungkan kamera untuk pertama kali dengan smartphone sangat mudah di aplikasi Imaging Edge Mobile, bisa lewat QR code, NFC, atau camera SSD/password.  Proses selanjutnya, tinggal pilih menu start di Imaging Edge Mobile.

Secara default foto yang ditransfer kamera beresolusi 2MP, tapi kita bisa mengubahnya menjadi original atau ukuran aslinya di pengaturan aplikasi. Sementara untuk file video, kita bisa memindahkan rekaman video 4K 24fps dengan bitrate 100Mbps dengan mudah ke smartphone. Tentu saja, sebaiknya hanya clip berdurasi singkat misalnya 10-30 detik.

Sekarang kita akan bahas antarmuka dan fitur remote shooting-nya. Buat saya tampilannya simpel dan mudah dimengerti. Pada mode foto manual, kita bisa menyesuaikan pengaturan seperti shutter speed, aperture, ISO, white balance, mode single/cont shooting, timer, dan opsi untuk zoom in dan zoom out meskipun sangat lambat.

Bila kita menggunakan ISO auto, maka akan muncul fitur exposure compensation. Lalu, di pengaturan remote shooting terdapat fitur mirror mode dan grip line yang terdiri dari rule of 3rds grid, square grid, dan diag.+ square grid. Sedangkan, pada mode video kita bisa mengatur file format dan record setting.

Kekurangan aplikasi Sony Imaging Edge Mobile adalah kita tidak bisa mengirim foto dalam format Raw. Saat memotret di mode Raw only, hanya preview dalam format jpeg 2MP yang dikirim.

Sementara, untuk remote shooting ini akan keluar bila kita membuka aplikasi lain atau multitasking. Lalu, tidak ada opsi untuk mengatur fokus secara manual atau touch focus.

Canon Camera Connect

Canon-Camera-Connect

Proses untuk menghubungkan kamera ke smartphone saat pertama kali di aplikasi Camera Connect sangat membingungkan. Yang saya tahu, saya harus pergi ke pengaturan network di kamera Canon EOS M200, lalu pilih menu WiFi/Bluetooth connection, terus pilih connect to smartphone, lalu add a device to, dan pilih Android atau iOS.

Kita bisa menghubungkan kamera dengan koneksi Bluetooth sekaligus WiFi atau salah satunya. Bila memilih WiFi, kita perlu pergi ke pengaturan WiFi di smartphone dan hubungkan secara manual ke kamera. Setelah itu buka aplikasi dan pilih kamera Canon EOS M200.

Setelah terhubung, fitur-fiturnya antara lain images on camera – kita bisa mengintip isi yang ada SD card. Lalu ada remote live shooting, dan auto transfer foto dengan opsi ukuran penuh.

Sayangnya, saat mengirim foto Raw yang akan diterima format jpg di smartphone. Lalu, untuk file video hanya mendukung sampai resolusi 1080p. Jadi, misalnya mengirim video 4K yang diterima di smartphone hanya 1080p.

Sekarang kita bahas fitur remote live shooting, Canon menyediakan mode foto dan video secara terpisah. Pada mode foto, kita dapat menyesuaikan shutter speed, aperture, exposure compensation bila menggunakan ISO auto, ISO, white balance, metode AF, dan drive mode.

Hal yang paling mengesankan pada aplikasi Camera Connect Canon ialah dukungan touch focus di mode foto maupun video, di mana kita bisa memilih fokus lewat smartphone.

Sementara, pada mode video kita bisa mengatur shutter speed, aperture, exposure compensation, ISO, white balance, metode AF, timer, video resolution, dan sound recording. Fitur lainnya yang tersedia pada kedua mode adalah lock screen orientation, live view ratation, mirror live view display, live view magnification, dan touch AF.

Menurut saya yang kurang dari aplikasi Canon Camera Connect adalah proses pairing ke smartphone agak membingungkan. Karena Canon EOS M200 tidak ada shortcut khusus, maka kita harus pergi ke pengaturan kamera tiap kali ingin menghubungkan kamera ke smartphone.

Fujifilm Camera Remote

Fujifilm-Camera-Remote

Setiap kali ingin menghubungkan Fujifilm X-A7 ke aplikasi Camera Remote, kita harus pergi ke menu shooting setting dan pilih Camera Remote. Fitur utama yang tersedia ialah single image transfer untuk mengirim satu foto yang dipilih lewat kamera, live view shooting, import image, dan remote release dengan koneksi Bluetooth.

Lewat fitur import image kita bisa mengirim beberapa foto sekaligus dan video 4K langsung ke smartphone. Namun, hanya foto dalam format jpg yang bisa dikirim.

Untuk fitur live view shooting, di sini kita bisa menyesuaikan shutter speed, aperture, exposure compensation, ISO, mode film simulation, white balance, flash, timer, dan mendukung touch AF di mode foto.

Menariknya ialah kita juga bisa dengan mudah beralih ke mode video. Sayang, saat live view shooting aktif kontrol kamera akan sepenuhnya beralih ke smartphone dan layar kamera akan gelap.

Hal yang menyebalkan di Camera Remote adalah setiap kali kita memilih salah satu fitur dan setelah selesai kamera akan disconnect dari smartphone. Artinya kita perlu lagi ke pengaturan kamera dan menghubungkan ulang. Solusi terbaiknya, kita harus menjadikan fungsi wireless communication menjadi shortcut di kamera kita.

Verdict

Sekarang mari kita tarik kesimpulan, aplikasi kamera yang menawarkan kemudahan pairing ialah Sony Imaging Edge. Sementara, kemampuan mengirim hasil foto dan video, Sony Imaging Edge dan Fujifilm Camera Remote bisa dibilang setara, keduanya sanggup mengirim rekaman video 4K langsung ke smartphone.

Sementara, untuk fitur remote shooting jawaranya adalah Canon Camera Connect karena mendukung touch focus di mode foto dan video yang tentu sangat berguna bagi para solo photografer/videografer. Satu hal yang sangat disayangkan dari ketiga aplikasi kamera ini adalah tidak ada dukungan untuk mentransfer foto Raw, padahal rekaman video 4K yang ukuran filenya lebih besar didukung.

Huawei Umumkan TV OLED Premium Vision X65, Punya Refresh Rate 120Hz dan Pop Up Camera

Bicara soal TV premium, maka merek Sony, Samsung, dan LG berada diurutan teratas. Huawei baru saja bergabung dan telah mengumumkan TV OLED pertamanya, diberi nama Vision X65. Sesuai namanya, televisi premium ini mengusung panel OLED berukuran 65 inci dan yang membuatnya istimewa ialah ia punya kecepatan refresh rate 120Hz.

TV Vision X65 ini juga sudah mendukung HDR, punya tingkat kecerahan maksimum 1.000 nits, dan telah mengantongi sertifikasi TUV Rheinland untuk perlindungan pengguna dari emisi cahaya biru. Guna menyuguhkan ultimate viewing experience, TV ini membawa 14 speaker yang memiliki daya maksimal 75W.

Hal menarik lainnya dari Vision X65 ini adalah ia dibekali mekanisme pop up kamera yang akan muncul di bagian sisi atas TV. Kamera ini beresolusi 24MP dengan lensa ultra wide angle yang dapat digunakan untuk video call, dengan chip HiSilicon Hi3559C yang mampu melakukan komputasi AI menggunakan neural processing unit (NPU).

Kamera tersebut juga bisa digunakan untuk mengenali gesture dari penggunanya untuk mengontrol fungsi audio dan video. Lalu, terdapat chip Hongshu 898 yang dirancang untuk mengoptimasi panel OLED dan meningkatkan kualitas gambar menggunakan algoritma AI khusus.

Rencananya TV Vision X65 dengan RAM 6GB dan penyimpanan internal 128GB ini bisa dipesan di Tiongkok dengan harga sekitar US$3.500 dan mulai dikapalkan pada tanggal 26 April 2020 mendatang.

Sumber: GSMArena

[Rekomendasi] 3 Lensa Portrait (50mm) Terjangkau untuk Sony APS-C

Bagi yang baru membeli kamera dan punya minat serius untuk belajar fotografi. Setelah bisa mengoptimalkan lensa kit, rekomendasi lensa kedua yang cocok bagi pemula untuk membantu meningkatkan kemampuannya ialah lensa fix dengan focal length 50mm atau sekitarnya.

Kenapa? Sebab lensa fix atau prime ini memiliki aperture besar yang sanggup menghasilkan foto bokeh yang cantik dan dapat diandalkan dalam kondisi low light. Kualitas fotonya juga relatif lebih tajam dibanding lensa kit dan harganya cukup terjangkau.

Bagi pengguna kamera mirrorless Sony dengan sensor APS-C seperti A5xxx dan A6xxx series, berikut tiga rekomendasi lensa portrait dengan focal length sekitar 50mm untuk Sony E mount.

1. Sony E 50mm F1.8 OSS Rp3 – 3,5 Jutaan

Sony

Saat itu saya menggunakan Sony A5000 dengan lensa kit dan kebetulan ada teman yang menawarkan lensa Sony E 50mm F1.8 OSS second. Lalu, tak lama kemudian saya memutuskan upgrade kamera ke Sony A6000 dan Sony E 50mm F1.8 OSS menjadi satu-satunya lensa yang cukup lama saya gunakan.

Kelebihan lensa ini adalah memiliki stabilisasi OSS atau Optical SteadyShot yang cukup membatu menstabilkan kamera saat menggunakan shutter speed rendah dan rekaman video yang lebih mulus secara handheld. Kekurangannya menurut saya adalah manual fokusnya yang kurang presisi, butuh usaha ekstra saat menggunakan mode manual fokus.

2. 7Artisans 55mm F1.4 Rp1,5-1,7 Jutaan

7arisans

Yang satu ini opsi yang lebih terjangkau, tapi kualitasnya juga tajam dengan build quality lensa yang solid dari bahan aluminium untuk look exterior-nya dan bobotnya 272 gram. Desainnya juga tampil klasik, serta memiliki ring aperture dan fokus.

Keistimewaan lensa 7Artisans ini adalah ia memiliki 14-blade aperture. Namun, sebagai lensa dengan fokus manual yang terus terang bakal cukup merepotkan tapi sangat cocok untuk yang sedang belajar mendalami dunia fotografi.

3. Sigma 56mm F1.4 DC DN – Rp6,8 Juta

Sigma

Opsi terbaik yang bisa didapat di kamera Sony APS-C menurut saya adalah Sigma 56mm F1.4 DC DN. Lensa ini mampu menghasilkan foto yang sangat tajam dengan bokeh yang halus.

Saya menggunakan lensa ini dengan Sony A6400, sebagai lensa kedua berdampingan dengan Sony E 18-105mm F4 OSS. Namun ukuran body lensa yang lebih compact, saya lebih sering membawa Sigma 56mm F1.4 DC DN saat bepergian.

Harga barunya memang cukup tinggi, tapi second-nya bisa didapat sekitar Rp4,5-5 jutaan. Selain focal length 56mm, Sigma juga menawarkan 30mm, dan 16mm F1.4. Trio lensa fix premium ini tersedia untuk Canon EF-M, Micro Four Thirds, dan Sony E Mount.

Verdict

Itu adalah rekomendasi tiga lensa 50mm atau sekitarnya untuk Sony E Mount. Ketiganya sanggup menghasilkan efek bokeh yang cantik, tapi kekurangannya adalah cakupan bidikan kita cukup sempit. Ingat sensor Sony APS-C punya crop factor 1,5x yang artinya 50mm adalah ekuivalen 75mm.

 

Tamron 70-180mm F2.8 Di III VXD, Lensa Telephoto Ringkas Untuk Sony E Mount Hadir Bulan Mei

Lensa telephoto terutama untuk kamera dengan sensor berukuran full frame, kebanyakan memiliki dimensi bongsor, panjang, dan bobotnya cukup berat. Nah bagi para pengguna kamera mirrorless Sony A7 series dan mencari alternatif lensa telephoto yang lebih compact, maka lensa terbaru Tamron bisa menjawab kebutuhan tersebut.

Adalah Tamron 70-180mm F2.8 Di III VXD untuk Sony E Mount. Lensa telephoto generasi ketiga dari Tamron yang pertama kali diungkap pada bulan Oktober 2019 dan rencananya akan dikirim pada pertengahan bulan Mei 2020.

Lensa ini menawarkan rentang zoom sedikit lebih pendek dari pada lensa telephoto klasik 70-200mm. Justru hal ini yang membuat Tamron berhasil memperkecil 45 persen ukuran lensanya, panjangnya 149mm di focal length 70mm dengan bobot 810 gram.

Lensa ini mengadopsi mekanisme VXD (Voice-coil eXtreme-torque Drive) linear motor focus yang tak hanya cepat tapi juga tenang. Serta, sepenuhnya kompatibel dengan berbagai fitur spesifik dari Sony termasuk Fast Hybrid AF dan Eye AF.

Lens_Construction

Tamron 70-180mm F2.8 Di III VXD mengusung konstruksi optik 19 elemen dalam 14 grup dengan diameter filter 67mm. Fokus minimumnya saat menggunakan autofocus adalah 0,85mm. Namun bila beralih ke manual fokus akan berkurang menjadi hanya 0,27mm dan menawarkan perbesaran 1:2 untuk foto closeup yang cukup ekstrem. Soal harga, Tamron 70-180mm F/2.8 Di III VXD dibanderol US$1.199.

Sumber: DPreview

Cara Membuat Typogram dan Microblog untuk Instagram dengan Phonto

Bagi yang kerap mantengin Instagram, tentu kalian tidak asing lagi dengan jenis feed seperti typogram dan microblog. Sentuhan typography dan caption yang menarik menghasilkan konten kreatif dan enak dipandang.

Lalu, bisakah kita membuatnya di smartphone meski tak punya background desain grafis? Jawabannya bisa, misalnya lewat aplikasi seperti Phonto yang tersedia di platform Android dan iOS. Berikut langkah-langkahnya.

Edit Background

cara-membuat-typogram-dan-microblog-untuk-instagram-4

Pertama tentu kita siapkan dulu background-nya, bisa berupa foto atau gambar. Misalnya foto sebaiknya kita edit dulu di aplikasi edit foto seperti Lightroom atau VSCO dan beri efek filter atau preset bila diperlukan. Khusus bagi yang menggunakan iPhone, fitur preset tersedia di aplikasi Phonto versi iOS.

Nah yang perlu diperhatikan saat menerapkan preset adalah tone warna harus senada agar feed tidak terlihat berantakan. Bila pun ingin mengubahnya perlu memperhatikan tata letaknya, misalnya setelah membuat tiga postingan.

Menyusun Teks di Phonto

cara-membuat-typogram-dan-microblog-untuk-instagram-3

Bila background sudah siap, selanjutnya kita akan bermain dengan aplikasi Phonto. Menurut saya tahap ini bagian yang paling menantang, membuat caption dan menyusun teks menjadi satu kesatuan. Meski kelihatannya sepele, tapi proses ini mungkin bakal menyita banyak waktu.

Saya menggunakan smartphone Android dan fitur-fitur versi Phonto di Android ini tidak selengkap di versi iOS yang punya fasilitas jauh lebih banyak. Meski begitu, fitur Phonto Android sudah mencukupi untuk berkreasi.

Setelah mengetik teks, selanjutnya pemilihan font. Ada banyak sekali jenis font dan sebetulnya suka-suka kita memilih yang mana. Atau kalian bisa mencari rekomendasi jenis font yang bagus untuk typogram, yang minimalis dan rapi agar audiens kita nyaman membacanya.

cara-membuat-typogram-dan-microblog-untuk-instagram-2

Bila perlu, font yang dipilih bisa disesuaikan lagi seperti warna, bayangan, jarak antar kata, dan background font. Terus sesuaikan ukurannya dan menyusun tata letak teksnya, ada tool khusus untuk mengatur layout secara presisi.

Lalu, kita bisa menambahkan gambar lain bila ingin dan terakhir jangan lupa untuk simpan project yang telah dibuat. Jadi, bisa diedit lagi dan menambahkan yang kurang nantinya.

cara-membuat-typogram-dan-microblog-untuk-instagram-1

Itu adalah dasar untuk membuat konten typogram dan microblog di Instagram menggunakan aplikasi Phonto di smartphone. Tentu saja, kalian bisa meningkatkan skill desain dengan mempelajari software seperti Adobe Illustrator dan Photoshop untuk membuat elemen-elemen pendukung lebih baik lagi.

Memotret Foto Raw di Smartphone dengan Lightroom Mobile

Bicara soal kamera di smartphone, kualitasnya terus membaik seiring waktu. Kini didukung setup multi kamera dengan lensa berbeda untuk fasilitas wide angle hingga zoom dan fitur-fitur berbasis kecerdasan buatan.

Meski begitu, masih ada satu fitur yang kurang dan belum tersedia di kebanyakan aplikasi kamera bawaan i saat ini yakni opsi untuk menyimpan foto dalam format Raw untuk fleksibilitas lebih saat post processing. Yang saya tahu, hanya smartphone Huawei dan OPPO Find X2 series yang menawarkan fitur Raw.

Alternatifnya kita bisa menggunakan aplikasi kamera pihak ketiga seperti Lightroom Mobile. Sebelumnya, saya telah membahas 5 fitur premium di Adobe Photoshop Lightroom Mobile dan menekankan pentingnya memotret di Raw, sekarang mari bahas fitur aplikasi kameranya.

Antarmuka Aplikasi Kamera Lightroom Mobile

DSC02724

Tampilan antarmuka aplikasi kamera Lightroom Mobile sangat sederhana dan minim fitur, hanya ada dua mode automatic atau proffesional dengan fitur utama auto exposure lock/unlock dan filter. Fitur pendukung lain yang tersedia antara lain crop ratio, timer, dan grip + level.

Sementara, pada mode proffesional kita bisa mengatur shutter speed, ISO, dan white balance. Tentu saja, suguhan utama pada aplikasi kamera Lightroom Mobile ada opsi untuk menyimpan foto dalam format Raw DNG dan foto tersebut bisa diedit langsung tanpa perlu berlangganan.

Ya, foto jpeg yang dihasilkan kebanyakan smartphone saat ini bisa dibilang sudah bagus tapi tidak bisa diedit sangat jauh. Sayangnya selain opsi foto Raw, fitur lain yang ditawarkan memang sangat dasar. Kita juga tidak bisa memilih kamera mana yang digunakan, sebagai contoh pada Huawei Nova 5T yang digunakan adalah kamera sekunder wide angle 16MP dan bukan kamera utama 48MP.

Sementara, pada ASUS Zenfone 6 yang digunakan adalah kamera utama 48MP dan hasilnya menggunakan resolusi penuh 48MP. Semoga saja, Adobe bisa memperbarui dengan fitur-fitur kamera Lightroom Mobile secara lebih lengkap.