5 Fitur Premium Adobe Photoshop Lightroom Mobile

Bagi pecinta fotografi, tentu menyadari pentingnya memotret dalam format Raw. Sebab file Raw tidak mengalami proses kompresi dan menyimpan semua detail informasi yang diperoleh kamera. Hal ini memberikan keuntungan lebih saat post processing guna meningkatkan kualitas foto.

Selain ukuran file yang lebih besar dari format jpeg, kekurangan Raw adalah perlu diproses lagi. Awalnya saya mengedit di software Adobe Photoshop Lightroom versi desktop, namun waktu yang saya miliki di depan laptop sangat terbatas dan habis untuk bekerja.

Lalu, akhirnya saya mencoba aplikasi Lightroom versi mobile, siapa sangka saya bisa menjadi lebih produktif mengedit foto lewat smartphone. Di mana saya bisa melakukannya saat dalam perjalanan berangkat dan pulang kerja menggunakan KRL atau saat menunggu.

Menurut saya, Adobe berhasil membawa Lightroom desktop ke mobile dengan sangat baik. Namun untuk mengakses semua fitur dalam Lightroom Mobile ini kita perlu berlangganan Rp67.000 per bulan. Berikut adalah sejumlah fitur premium di Lightroom Mobile.

1. Edit Foto Raw

Adobe Lightroom Edit Raw

Ya, salah satu fitur premium Lightroom Mobile ialah bisa mengedit foto Raw dari beragam brand kamera berbeda. Tool dan fitur yang disediakan terbilang lengkap dan terus meningkat seiring waktu, menurut saya Lightroom Mobile cukup powerful seperti versi desktop-nya.

Kelebihan mengedit foto Raw antara lain file ini memiliki bit depth dan color depth lebih banyak, dan mengoptimalkan dynamic range sehingga memungkinkan kita memulihkan detail dari bagian paling terang dan gelap yang sanggup dilakukan sensor. Berikut saya bandingkan perbedaannya, misal white balance-nya.

Pergi ke tab Color, bisa dilihat saat edit foto Raw kita bisa memilih ulang pengaturan white balance seperti daylight, cloudy, shade, tungsten, fluorescent, flash, dan custom. Serta, memiliki rentang temp dari 2000K sampai 50000K. Sementara, file jpeg tidak memungkinkan mengubah white balance dan rentang temp yang bisa disesuaikan hanya sebatas -100 sampai 100 saja.

2. Cloud Storage 100GB

Cloud Storage 100GB

Salah satu kekurangan mengedit foto di smartphone ialah keterbatasan ukuran layar yang kecil. Kita perlu sering-sering memperbesar untuk memastikan fokusnya tepat. Hal yang cukup sulit adalah saat mengedit foto low light, di mana kadang noise yang muncul tidak terlihat di layar smartphone.

Saat mengedit project penting, kita tetap bisa memulai di smartphone dan melakukan finishing di tablet atau di laptop. Sebab, setiap foto yang di import bisa otomatis di upload ke cloud storage berkapasitas 100GB dan bisa diedit di perangkat lain.

3. Selective Adjustment

Selective Adjustment

Beberapa foto cukup kompleks bila diedit secara menyeluruh, di Lightroom Mobile kita bisa mengedit sebagian area dan membiarkan sisanya tak tersentuh. Misalnya Anda bisa mengedit hanya background-nya saja, subjek, atau bagian tertentu.

Terdapat tiga cara untuk menyeleksi area yang ingin dipilih. Brush tinggal coret bagian tertentu, gradien radial berupa lingkaran, dan gradien linier berupa garis yang misalnya bisa digunakan untuk menyeimbangkan langit yang cerah.

4. Healing Brush

Healing Brush

Saat hunting, kadang kita mendapatkan foto yang bagus tapi ada elemen mengganggu di dalamnya. Di sini peran fitur Healing Brush, di mana memungkinkan kita menghilangkan elemen tidak perlu baik itu orang atau benda lainnya. Namun, perlu akurasi yang tinggi saat mengedit untuk mendapatkan hasil yang optimal.

5. Perspective

Perspective

Saat memotret foto arsitektur, penggunaan lensa wide angle mudah menampilkan efek distorsi atau pergerakan kamera yang membuat foto agak miring. Di Lightroom Mobile kita bisa memperbaiki perpektif, seperti distorsi, meluruskan garis baik secara vertikal maupun horizontal, memutar, dan skalanya.

Verdict

Nah itu dia lima fitur premium di Adobe Photoshop Lightroom Mobile dan masih banyak lagi fitur-fitur menarik untuk menyempurnakan foto. Tentu saja, kita bisa mengakses tutorial, copy paste preset, sampai membuat preset sendiri. Nah yang terpenting kita bisa import banyak foto sekaligus, memilih banyak foto yang ingin diedit dan bisa paste pengaturannya, kita bisa mengedit dengan sangat cepat.

 

4 Fitur Kamera Smartphone yang Penting & Cara Mengoptimalkannya

Memotret menggunakan smartphone memiliki banyak keuntungan. Sebagai contoh, banyak tempat yang melarang keras penggunaan kamera DSLR atau mirrorless, namun masih dipersilahkan bila menggunakan smartphone.

Apapun perangkatnya dan dimana pun kamera menempel, kamera tetaplah sebuah alat yang memungkinkan kita memproduksi konten. Di artikel ini saya ingin membahas fitur kamera penting yang ada di kamera smartphone dan cara mengoptimalkannya.

1. AI Camera

Smartphone OPPO punya AI Scene Recognition
Smartphone OPPO punya AI Scene Recognition

AI Camera, AI Scene Recognition, AI Scene Recognition, atau apa pun sebutan lainnya. Fitur berbasis artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan ini turut berkontribusi meningkatkan kemampuan kamera smartphone secara signifikan.

Ibaratnya seperti mode foto auto plus yang ditingkatkan dengan AI. Cara kerjanya kamera akan mengenali berbagai jenis pemandangan (scene) dan skenario, lalu menyesuaikan pengaturan yang paling ideal dengan kondisi pemotretan saat itu.

2. Mode Pro

Mode Pro di Huawei P30 Pro
Mode Pro di Huawei P30 Pro

Kebalikan dari mode AI Camera, mode Pro atau sistem kontrol manual memungkinkan kita mengulik pengaturan kamera dan memberi sentuhan lebih personal pada foto. Misalnya white balance, alih-alih tampak natural seperti aslinya kita bisa membuat foto lebih dramatis.

Kita memiliki kendali atas shutter speed, ISO, dan sejumlah fitur kamera lain seperti mode autofocus, metering focus, dan exposure compensation. Bila smartphone menyediakan fitur untuk menyimpan foto dalam format raw, maka aktifkan karena akan memberikan keleluasaan saat editing.

Lewat mode ini, kita juga bisa memotret di malam hari dengan teknik long exposure. Menggunakan shutter speed yang lambat untuk mendapatkan efek pergerakan atau jejak dari benda yang bergerak, tentunya dengan bantuan tripod.

3. Mode Wide Angle dan Zoom

Fitur 10x hybrid zoom OPPO Reno 10x Zoom
Fitur 10x hybrid zoom OPPO Reno 10x Zoom

Memotret dengan kamera utama akan memberikan kualitas foto terbaik. Namun kuantitas juga penting, maka bereksplorasi dengan mode wide angle dan zoom (diutamakan optical zoom) akan memberikan lebih banyak variasi.

Lewat fasilitas zoom, memungkinkan kita mendapatkan detail atau closeup. Sementara, pada mode wide angle kita bisa memasukkan lebih banyak elemen dan informasi. Sudut pengambilan gambar juga sanggup menyuguhkan perspektif yang berbeda, misalnya kalau kita memotret dari bawah akan menimbulkan kesan megah atau mewah.

4. Perekam Video 4K 30/60 fps

Merekam video dengan Samsung Galaxy A80
Merekam video dengan Samsung Galaxy A80

Bicara soal kamera smartphone tak melulu soal foto, karena kualitas videonya juga turut meningkat. Banyak smartphone kelas menengah sanggup merekam video 4K 30fps dan 60fps pada smartphone flagship, bahkan ada yang sanggup merekam video 8K.

Hal ini berarti bahwa smartphone adalah sebuah alat atau mesin powerful untuk membuat konten video dan setiap orang punya kesempatan untuk menjadi content creator misalnya di YouTube. Opsi lain kita bisa berburu stock footage dan di-monitize dengan melisensikannya.

Saat memilih smartphone untuk merekam video, hal yang perlu dipastikan adalah ketersediaan fitur video stabilization seperti kelengkapan sensor OIS, EIS, atau kombinasi keduanya. Hal ini cukup penting untuk mendapatkan pergerakan yang lebih mulus, kita juga mungkin akan membutuhkan bantuan tripod atau gimbal.

Itu sejumlah fitur kamera penting di smartphone, masih banyak lagi fasilitas yang bisa dioptimalkan seperti assistive grid, timer, dan audio control. Serta, beragam mode pengambilan gambar lain seperti portrait, night, panorama, AR sticker, dan lainnya. Mode video seperti time lapse dan slow motion juga harus dioptimalkan.

 

5 Jenis Lensa Kamera di Smartphone, Wide Angle Sampai Telephoto

Saat tren smartphone dengan konfigurasi dual camera muncul ke permukaan, kebanyakan lensa sekunder digunakan untuk menghasilkan kedalaman ruang. Ya, foto portrait dengan efek bokeh ala menggunakan kamera DSLR atau mirrorless dengan lensa ber-aperture besar.

Walaupun hasilnya dulu bisa dibilang mengerikan, maksud saya tidak rapi terutama di sekitar pinggiran subjek tapi bagi saya saat itu sudah sangat mengesankan. Lalu, tak lama lensa wide angle tiba di smartphone, meskipun punya karakteristik efek distorsi yang agak berlebihan.

Bagaimana sekarang? Saat ini kebanyakan smartphone telah dilengkapi dengan dukungan multi kamera dengan berbagai lensa yang berbeda. Mari bahas satu per satu lensa kamera di smartphone.

1. Lensa Wide Standar

Samsung-Galaxy-A71
Samsung Galaxy A71 punya kamera utama 64MP dengan sensor Samsung ISOCELL GW1

Opsi untuk mendapatkan foto dengan kualitas terbaik tentunya melalui kamera utama yang menggunakan lensa wide standar. Karena ukuran sensor gambarnya dan ukuran per pikselnya lebih besar dari kamera sekunder.

Kebanyakan di dominasi sensor besutan Samsung atau Sony beresolusi 48MP dengan teknologi Quad Bayer. Hasil foto optimalnya adalah 12MP dengan piksel 1.6µm atau 48MP jika semua piksel digunakan dengan per piksel 0.8µm. Lalu, ada sensor Samsung dengan resolusi 64MP hingga 108MP, untuk mengetahui lebih lengkap saya sudah membahasnya di artikel berikut; 3 sensor kamera utama di smartphone.

2. Lensa Wide Angle

ASUS-Zenfone-6
ASUS Zenfone 6 memiliki kamera 13MP dengan lensa ultra wide angle

Fasilitas mode wide angle atau ultra wide angle ini sudah banyak ditemukan di smartphone kelas menengah ke atas. Lensa ini memang banyak manfaatnya, tapi penggunaannya juga cukup menantang.

Kita bisa memasukkan lebih banyak elemen atau orang dalam satu frame. Memuat lebih banyak informasi untuk menyampaikan cerita, dan tentunya sangat ideal untuk memotret foto landscape dan foto arsitektur.

Nah tantangan utama mode wide angle di smartphone adalah efek distorsi, di sini kita dipaksa untuk lebih kreatif dalam menempatkan sudut pandang dan mengatur ulang komposisi. Namun jangan sampai memasukkan elemen lebih banyak daripada yang dibutuhkan yang membuat subjek utama terlihat kurang menonjol.

Resolusi dari kamera dengan lensa wide angle yang ada di smartphone ini cukup beragam. Dari sebatas 5MP, 8MP, 12 atau 13MP, hingga 40MP seperti yang terdapat pada Huawei Mate 30 Pro. Bagi yang mencari kualitas, maka sebaiknya pilih smartphone di kelas flagship.

3. Depth Sensor

Vivo-S1-Pro
Vivo S1 Pro mengusung kamera 2MP sebagai depth sensor

Sekarang untuk mendapatkan foto dengan efek bokeh yang cukup rapi terbilang mudah. Hampir semua smartphone dengan multi kamera menawarkan kamera sekunder dengan lensa khusus ini sebagai depth sensor.

Meski resolusinya hanya sebatas 2MP atau 5MP saja, namun dukungan kecerdasan buatan membuat hasilnya jauh lebih baik. Bahkan, kita bisa mengatur intensitas bokehnya saat mengambil foto dan sesudahnya memotret. Serta, dilengkapi dengan sejumlah efek ala pencahayaan studio.

4. Lensa Telephoto

OPPO-Reno-10x-Zoom
OPPO Reno 10x Zoom punya kamera Periscope 13 MP dengan kemampuan 10x hybrid zoom

Belakangan ini kamera dengan lensa telephoto banyak tertanam pada perangkat flagship. Lensa khusus ini menyuguhkan kemampuan pembesaran dari optical zoom sebanyak 2x, 3x, dan 5x hingga hybrid zoom 10x bahkan digital zoom sampai 50x dan 100x.

Kedengarannya mengesankan bukan? Namun, sebaiknya hindari penggunaan digital zoom karena akan mengurangi kualitas foto secara signifikan. Cukup gunakan fasilitas optical zoom yang disediakan 2x atau 3x untuk memotret secara closeup, misalnya portrait dan foto produk.

Beberapa perangkat yang punya kemampuan zoom banyak antara lain OPPO Reno 10x Zoom, Huawei P30 Pro (penerusnya Huawei P40 series juga sudah dirilis), Huawei Mate 30 Pro, dan Samsung Galaxy S20 Ultra.

5. Macro dan Monokrom

OPPO-Reno3
OPPO Reno3 punya kamera 2MP dengan lensa monokrom

Biasanya untuk foto closeup yang ekstrem membutuhkan aksesori lensa macro tambahan. Namun belakangan banyak smartphone kelas menengah dibekali dengan kamera dengan lensa macro. Meski sejauh ini hasilnya masih belum memuaskan, cenderung kurang tajam karena resolusinya juga sebatas 2MP sampai 5MP saja.

Selain itu, beberapa smartphone juga dibekali kamera dengan lensa monokrom. Huawei pernah menggunakan pada smartphone P series mereka untuk meningkatkan kualitas foto, sementara OPPO menggunakan di sebagian smartphone-nya untuk mendapatkan efek hitam putih yang lebih artistik.

3 Sensor Kamera Utama di Smartphone, Dari Resolusi 48MP Sampai 108MP

Teknologi kamera smartphone terus berkembang secara pesat. Tak hanya resolusi kameranya yang meningkat sampai 108MP, tapi juga didukung fitur-fitur berbasis kecerdasan buatan dan multi kamera dengan berbagai lensa yang berbeda.

Kali ini saya akan membuat artikel series dengan tema utama “tips mobile photography“. Saya akan mulai dengan jenis sensor kamera utama yang paling banyak digunakan pada smartphone saat ini.

Sensor Samsung 108MP

Xiaomi Mi Note 10 Pro
Xiaomi Mi Note 10 Pro | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Beberapa smartphone saat ini sudah dibekali kamera dengan resolusi mencapai 108MP. Xiaomi Mi Note 10 Pro menjadi smartphone pertama dengan kamera 108MP di Indonesia, ia menggunakan sensor Samsung ISOCELL Bright HMX.

Sensor ini mengadopsi teknologi TetraCell 2×2 piksel atau Quad Bayer. Di mana secara default menghasilkan foto dengan resolusi 27MP dengan ukuran per piksel 1.6µm atau 108MP jika semua piksel digunakan dengan per piksel 0.8µm.

Berikutnya Samsung Galaxy S20 Ultra yang menggunakan kamera utama 108MP dengan sensor Samsung ISOCELL Bright HM1. Berbeda yang digunakan pada Xiaomi Mi Note 10 Pro, sensor ini tidak mengandalkan TetraCell, melainkan teknologi Nonacell 3×3.

Hasilnya secara default, Galaxy S20 Ultra menghasilkan foto beresolusi 12MP dengan ukuran tiap piksel jauh lebih besar yakni 2.4µm atau 108MP 0.8µm. Semakin besar ukuran piksel, makin banyak cahaya yang masuk ke sensor sehingga meningkatkan kualitas foto terutama di kondisi cahaya rendah.

Sensor Samsung 64MP

Realme X2 Pro
Realme X2 Pro | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Selanjutnya, beberapa smartphone juga menggunakan kamera utama 64MP menggunakan sensor Samsung ISOCELL GW1. Sensor ini mengadopsi teknologi TetraCell 2×2 piksel, di mana hasilnya adalah foto beresolusi 64MP dengan piksel 0.8µm atau 16MP 1.6µm.

Samsung ISOCELL GW1 terdapat di hampir semua smartphone flagship Realme dan kelas menengahnya. Termasuk yang terbaru Realme 6 dan Realme 6 Pro, flagship Realme X2 Pro, dan Realme XT. Serta, bisa dijumpai pada Xiaomi Redmi Note 8 Pro, Samsung Galaxy M31, dan Samsung Galaxy A71.

Samsung/Sony 48MP

ASUS Zenfone 6
ASUS Zenfone 6| Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Nah sensor gambar yang paling mainstream dan terbenam pada kebanyakan smartphone saat ini ialah kamera utama dengan resolusi 48MP. Baik itu menggunakan sensor besutan Samsung, yakni ISOCELL GM1 dengan teknologi TetraCell 2×2 piksel atau dari Sony yakni IMX586 dengan Quad Bayer 2×2 piksel.

Ya, bagi Anda yang mencari smartphone dan mengedepankan kemampuan kameranya, sebaiknya setidaknya pilihlah smartphone dengan kamera utama 48MP. Di mana hasil foto optimalnya adalah 12MP dengan piksel 1.6µm atau 48MP 0.8µm. Daftar smartphone-nya sebagai berikut:

  • Asus ROG Phone II
  • Asus Zenfone 6
  • Huawei nova 5T
  • Oppo Reno3
  • Oppo Find X2 Pro
  • Oppo Find X2
  • Oppo A91
  • Oppo Reno2
  • Oppo Reno2 F
  • Oppo Reno 10x zoom
  • Oppo Reno
  • Realme 5s
  • Realme 5 Pro
  • Realme X
  • Samsung Galaxy A31
  • Samsung Galaxy M21
  • Samsung Galaxy S10 Lite
  • Samsung Galaxy A51
  • Vivo V17
  • Vivo V17 Pro
  • Vivo S1 Pro
  • Xiaomi Redmi Note 8

 

[Review] Lensa 7Artisans 60mm F2.8 Macro, Berkreasi Saat Work From Home

Pandemi virus Corona atau Covid-19 memaksa kita untuk beraktivitas di rumah, termasuk bekerja atau work from home. Serta, membatasi interaksi sosial atau social distancing guna menekan penyebaran Covid-19.

Perubahan rutinitas hidup ini tentunya mempengaruhi para pecinta fotografi, terkhusus pehobi street photography. Yang biasanya bisa berburu foto saat berangkat dan pulang kerja, sekarang kesempatannya terbatas. Lalu, adakah jenis fotografi yang bisa dilakukan di sekitar rumah saja?

Ya, ada – kalian harus mencoba macro photography dan yang kita butuhkan adalah kamera dengan lensa yang tepat. Sekalian bahas sedikit tips macro photography, saya mau review lensa macro terjangkau dari 7Artisans.

Adalah 7Artisans 60mm F2.8 Macro versi Sony E Mount yang saya pasangkan dengan Sony A6400. Lensa manual ini juga tersedia untuk Canon EOS M, Canon EOS RF, Fujifilm X, MFT Olympus dan Panasonic Lumix, Nikon Z, serta Leica L mount. Dibanderol sekitar Rp2,3 jutaan, berikut review 7Artisans 60mm F2.8 Macro selengkapnya.

Desain dan Body Lensa

Saat pertama kali mengeluarkan lensa ini dari kotaknya, saya agak terkejut karena bobotnya cukup berat mencapai 550 gram. Kontruksi body-nya terasa sangat solid karena sebagian besar materialnya terbuat dari logam.

Dimensinya 66x100mm saat tidak digunakan dengan diameter filter 39mm. Ukuran optiknya cukup kecil dan pendek di dalam body lensa yang panjang. Lensa ini punya dua ring untuk fokus dan aperture yang terasa mantap saat diputar.

Dimensinya akan bertambah saat menyesuaikan fokus dan puncak terpanjangnya saat menggunakan rasio perbesaran 1:1. Pada saat menggunakan jarak fokus terdekat tersebut, tabung yang memanjang di bagian depan lensa ini bisa dilepas. 7Artisans 60mm F2.8 Macro mengusung delapan elemen dalam tujuh grup. Memiliki minimum focusing distance 26cm dan rentang aperture f2.8 sampai f16.

Saat terpasang pada Sony A6400, kombinasi keduanya tampak seimbang dan punya kesan profesional. Focal length 60mm sendiri berarti setara 90mm di full frame, ingat sensor APS-C pada kamera mirrorless Sony punya crop factor 1,5x.

Nah ekuivalen 90mm di full frame ini cukup ideal untuk memotret macro. Meski saat menggunakan rasio 1:1 tetap harus maju sangat dekat dengan subjek. Semakin panjang focal length memungkinkan memotret subyek foto yang sensitif seperti kupu-kupu, lebah, dan binatang kecil lainnya dari jarak yang lebih jauh. Namun, akan mempersempit ruang tajamnya atau Depth of Field (DOF).

User Experience

Foto konsep terutama gadget dan street photography adalah dua genre fotografi favorit saya. Pandemi covid-19 terpaksa harus menghentikan kegiatan street hunting dan work from home.

Lalu, apa yang bisa saya foto di rumah? Ya, saya pikir ini saat yang tepat untuk terjun ke macro photography. Setelah melakukan riset, ketemulah 7Artisans 60mm F2.8 Macro.

Faktor seperti harga yang relatif cukup terjangkau. Serta, focal length telephoto menengah (ekuivalen 90mm di full frame) yang ideal untuk foto macro dengan kemampuan rasio perbesaran 1:1 adalah beberapa alasan utama saya memilih lensa ini.

Sebagai lensa dengan fokus manual, artinya kita tidak bisa menghasilkan foto macro secara instan karena tiap-tiap foto perlu sentuhan lebih. Butuh upaya ekstra untuk mendapatkan fokus secara tepat terutama di jarak fokus terdekat, kita perlu maju mundur dan menahan nafas sejenak agar bidikan lebih stabil.

Hampir setiap pagi bila kondisinya cerah saya memulai hari dengan berburu foto makro di taman dekat rumah. Kondisi favorit saya adalah saat malamnya hujan sehingga menyisakan banyak embun di pagi hari dengan matahari bersinar terang.

Saya bisa menghabiskan waktu satu sampai dua jam dan hasil foto dari 7Artisans 60mm F2.8 Macro ini menurut saya sangat fantastis. Bila beberapa aspek berikut ini terpenuhi, kita bisa menangkap banyak detail dan sangat tajam bila fokusnya tepat.

Aspek utama berkaitan dengan cahaya dan aperture. Pada focal length 60mm ini area ruang tajamnya atau Depth of Field (DOF) terbilang sempit terutama pada rasio perbesaran 1:1. Untuk memperoleh detail dan tekstur elemen yang disorot, kita perlu menggunakan aperture setidaknya f5.6 – f8 atau lebih.

Artinya foto macro ini butuh banyak cahaya untuk mendapatkan foto yang tajam dengan ISO kecil. Bantuan cahaya buatan seperti flash akan sangat membantu di sini dan saya menggunakan internal flash tapi dengan diffuser untuk memperlembut cahaya.

Karena lensa ini tanpa dibekali fitur stabilisasi, kita juga tidak bisa menggunakan shutter speed terlalu rendah. Maka bantuan tripod juga dibutuhkan, namun jangan sepenuhnya bergantung pada tripod untuk mendapatkan angle yang lebih bervariasi, kecuali bila ingin merekam video.

Setelah memilih objek yang ingin difoto, kita tentukan dulu rasio pembesarannya dan kita lah yang bergerak maju mundur untuk menangkap fokus dengan memanfaatkan fitur focus peaking. Lalu, ambillah gambar beberapa kali untuk mendapatkan hasil terbaik.

Verdict

Saya telah memotret ratusan foto dengan 7Artisans 60mm F2.8 Macro, tentunya tidak semua hasil tangkapannya bagus, kebanyakan kurang fokus atau kabur. Namun, saya juga mendapatkan cukup banyak foto yang menakjubkan dengan ketajaman yang baik dan bokeh yang mulus.

Menurut saya, lensa ini powerful dan sangat recommended bagi Anda yang ingin mencoba atau serius belajar mendalami macro photography. Mungkin bisa menjadi “batu loncatan” sebelum beralih ke lensa macro yang lebih mahal.

Memotret macro dengan 7Artisans 60mm F2.8 ini terasa mudah dan menyenangkan. Saya akan terus memotret dengan lensa ini selama pandemi Covid-19 untuk menemukan kelebihan dan kurangan lainnya lewat penggunaan yang intensif dan menyuguhkan hasil foto yang lebih beragam.

Sparks

  • Memiliki 1:1 Magnification
  • Build quality solid
  • Hasilnya tajam dan detail bila fokusnya benar
  • Harga relatif terjangkau

Slacks

  • Tidak praktis karena fokus manual
  • Tanpa fitur stabilisasi
  • Bobot cukup berat

[Speed Review] OPPO A91 Andalkan Desain Stylish dan Quad Camera 48MP

Bagi yang ingin membeli smartphone merek OPPO, namun punya budget yang terbatas maka lini A series OPPO adalah jawabannya. Nah yang terbaru ada OPPO A31 yang dibanderol Rp2,8 juta di kelas entry level dan OPPO A91 yang belum lama ini dirilis dengan harga Rp4 juta di kelas menengah.

Desain stylish dengan opsi warna lightening black dan unicorn white. Serta, kemampuan kamera dengan konfigurasi quad camera dan kamera utama beresolusi 48MP merupakan suguhan utama dari OPPO A91. Lalu, apa lagi kelebihan dan kekurangannya? Berikut speed review OPPO A91 selengkapnya.

Desain

Review-OPPO-A91-8

OPPO A91 mengusung layar seluas 6,4 inci yang dikemas dalam desain water-drop screen dengan notch kecil di atas layar. Istimewanya, panelnya sudah menggunakan AMOLED dengan resolusi 1080×2400 piksel pada aspek rasio 20:9 dan telah diproteksi Corning Gorilla Glass 5.

Beralih ke belakang, akan dijumpai setup quad camera dalam posisi vertikal. Di sampingnya ada keterangan “Designed for A-Series” dan LED flash, serta tulisan OPPO di pojok kiri bawah. Body-nya sendiri terbilang tipis meski menampung baterai berkapasitas 4.000 mAh, ketebalannya hanya 7.9mm dengan bobot 172 gram.

Review-OPPO-A91-1

Anda tidak akan menemukan sensor fingerprint di back cover karena perangkat ini memiliki sistem pemindai sidik jari di bawah layar atau hidden fingerprint unlock versi 3.0 yang ditingkatkan kecepatannya. Di mana respon untuk membuka smartphone hanya butuh waktu 0,32 detik, naik 45 persen lebih cepat dari generasi sebelumnya.

Soal kelengkapan atributnya, tombol power terletak di sisi kanan yang mudah digapai oleh jempol dan tombol volume berada di sisi sebrangnya. Bagian atas bisa dijumpai mikrofon sekunder dan sisanya di bawah, ada jack audio 3,5mm, mikrofon, port USB Type-C, dan speaker.

Kamera

Review-OPPO-A91-2

Kemampuan kamera merupakan salah satu fitur penting yang diunggulkan oleh OPPO A91. Di bagian belakang terdapat empat unit kamera dengan kamera utama beresolusi 48MP dan aperture f/1.8.

Sensor 48MP ini menerapkan teknologi Quad Bayer 2×2, di mana hasil fotonya menjadi 12MP dengan ukuran per piksel lebih besar yakni 1.6µm sehingga lebih dapat diandalkan saat memotret di kondisi cahaya rendah. Sementara, mode foto 48MP dengan piksel 0.8µm bisa ditemukan di pengaturan aspek rasio.

Selanjutnya, kamera 8MP dengan lensa ultra wide angle untuk menangkap lebih banyak informasi dan menguatkan cerita di balik foto yang diambil. Lalu, ada kamera 2MP dengan lensa monokrom yang bisa dirasakan manfaatnya di filter hitam putih. Satu lagi, 2MP juga sebagai depth sensor dan foto portrait dengan efek bokeh.

Untuk keperluan face unlock, video call, selfie, hingga nge-vlog, OPPO A91 mengandalkan kamera depan beresolusi 16MP dengan aperture f/2.2. Baik kamera depan maupun belakangnya mendukung perekaman video hingga 1080p 30fps, lengkap dengan fitur AI Video Beautification. Terkhusus kamera belakang perekaman videonya dilengkapi dengan Electronic Image Stabilization (EIS) guna meredam getaran sehingga pergerakan video terlihat lebih mulus.

Hardware

Review-OPPO-A91-6

Sebagai smartphone baru yang dirilis pada tahun 2020, cukup disayangkan bahwa OPPO A91 memiliki dalaman lawas. Sistem operasinya masih berjalan di atas Android 9 Pie dengan ColorOS 6.1 dan menggunakan chipset MediaTek Helio P70 seperti yang tertanam pada smartphone OPPO F11 series tahun lalu.

Semoga saja, OPPO segera merilis update Android 10 ke OPPO A91 dalam waktu dekat. Kalau soal performa, Helio P70 sendiri sudah cukup memadai untuk menangani beragam tugas ber-smartphone harian, termasuk untuk gaming. SoC ini mengemas CPU octa-core yang terdiri dari quad-core 2.1 GHz Cortex-A73 dan quad-core 2.0 GHz Cortex-A53, serta GPU Mali-G72 MP3.

Performanya juga ditopang oleh besaran RAM mencapai 8GB dan penyimpanan internal 128GB. Tanki baterai 4.000mAh juga didukung pengisian daya cepat 20W VOOC Flash Charge 3.0 yang 26 persen lebih cepat dari VOOC generasi sebelumnya. Di mana memungkinkan untuk mengisi ulang daya 50 persen dalam 30 menit.

Verdict

Review-OPPO-A91-7

OPPO A91 adalah smartphone kelas menengah yang membawa keunggulan desain stylish, serta kemampuan foto lewat setup quad-camera dengan kamera utama beresolusi 48MP. Sudah menggunakan panel AMOLED dalam desain water-drop screen yang kekinian, lengkap dengan fitur hidden fingerprint unlock 3.0.

Adapun untuk kekurangannya, OPPO A91 ini masih menjalankan OS Android 9 Pie dan belum ada informasi kapan update Android 10 akan bergulir. Kemudian dapur pacunya agak lawas, meski performanya sudah mencukupi untuk semua kebutuhan dasar ber-smartphone dan sebagian orang tidak membutuhkan performa tinggi. Terakhir soal harga, OPPO A91 cukup kompetitif direntang Rp4 juta, meskipun kompetitornya sangat banyak.

Sparks

  • Setup quad camera dengan kamera utama 48MP
  • Panel AMOLED water-drop screen beresolusi Full HD+
  • Hidden fingerprint unlock 3.0 yang cepat
  • VOOC Flash Charge 3.0

Slacks

  • Masih menjalanakan OS Android 9 Pie
  • Chipset lawas seperti yang didapat OPPO F11 series tahun lalu

Disclosure: Artikel ini adalah sponsored konten yang di dukung oleh OPPO. 

Huawei P40 Series Resmi Diumumkan, Tawarkan Optical Zoom 10x dan 100x Digital

Huawei telah mengumumkan smartphone flagship P40 series secara global, meliputi P40, P40 Pro, dan P40 Pro+. Ketiga smartphone ini sudah dibekali konektivitas 5G dengan chipset Kirin 990 5G, kamera dengan optik Leica, dan nasibnya sama seperti Huawei Mate 30 yakni smartphone Android 10 tanpa Google Mobile Service melainkan dengan Huawei Mobile Services.

Khusus untuk P40 Pro dan P40 Pro+, keduanya mengusung Quad-Curve Overflow Display dengan tepi melengkung di empat sudutnya. Desain ini tak hanya membuatnya lebih nyaman dalam genggaman tangan, tetapi juga meningkatkan user experience sistem berbasis gesture-nya.

Layarnya menggunakan panel Flex OLED 6,58 inci 90Hz dengan resolusi 1200×2640 piksel (441 ppi) dalam aspek rasio 19.8:9, serta mendukung DCI-P3 dan HDR10. Sementara, P40 tidak punya Quad Curve Display melainkan dengan panel OLED biasa 6,1 inci beresolusi 1080×2340 piksel dalam rasio 19.5:9.

Ketiganya sudah dibekali fitur In-Screen Fingerprint generasi baru yang 30 persen lebih cepat. Body-nya juga sudah tahan air, P40 menerima sertifikasi IP53, sementara P40 Pro dan P40 Pro+ IP68. Khusus untuk P40 Pro+, material body-nya terbuat dari bahan keramik.

Untuk pilihan warnanya, P40 dan P40 Pro tersedia dalam Silver Frost, Blush Gold, Deep Sea Blue, Ice White, dan Black. Sementara, P40 Pro+ tersedia dalam balutan warna White Ceramic dan Black Ceramic.

Screenshot_20200326-201747437

Tentu saja, aspek kamera menjadi keunggulan utama dari P40, P40 Pro, dan P40 Pro+. Masing-masing dibekali, triple, quad, dan penta camera. Serta, punya kemampuan zoom masing-masing 3x optical zoom, 5x optical zoom, serta 10x optical zoom pada P40 Pro+ dan 100x digital zoom.

Kamera utama pada P40 disebut Ultra Vision Wide beresolusi 50MP 23MM dengan filter warna RYYB dan aperture f/1.9. Lalu, ada 3x Optical Telephoto 8MP 80mm dengan aperture f/2.4 dan OIS. Serta, satu lagi kamera 16MP dengan lensa ultra wide 17mm f/2.2.

Screenshot_20200326-201842454

Huawei P40 Pro juga memiliki kamera utama Ultra Vision Wide 50MP 23MM dengan filter warna RYYB, aperture f/1.9, dan OIS. Lalu, Ultra Wide Cine beresolusi 40MP 18mm dengan aperture f/1.8. Serta, 5x Optical Telephoto 12MP dengan desain periscope 125mm, filter warna RYYB, aperture f/3.4, dan OIS. Satu lagi ToF camera sebagai depth sensor.

Sementara, Huawei P40 Pro+ memiliki Ultra Vision Wide 50MP RYYB (23mm) f/1.9 OIS, Ultra Wide Cine 40mm (18mm), f/1.8. Lalu, ada dua kamera dengan lensa telephoto yaitu 10x Optical Telephoto 8MP Periscope (240mm) f/4.4 OIS dan 3x Optical Telephoto 8MP (80mm) f/2.4 OIS, serta satu lagi ToF Camera.

Sensor kamera utama Ultra Vision Wide pada P40 series ini sendiri berukuran 1/1.28 inci yang merupakan terbesar di kelas smartphone. Sebagai pembanding, pesaing terdekatnya flagship Samsung Galaxy S20 Ultra ukuran sensor kamera utamanya 1/1.33 inci. Hasil dari kamera utamanya adalah 12,5MP dengan ukuran per piksel sebesar 2,44um yang secara teori punya kemampuan low light lebih baik.

Kemampuan perekam video Huawei P40 series juga mewarisi semua yang dimiliki Mate 30 Pro. Sanggup merekam video 4K 60fps, 4K HDR+ time-lapse, dan ultra slow motion 7680 fps. Serta, beragam fitur lain seperti directional audio zoom, long distance video dengan lensa telephoto, dual OIS + AIS, real-time video bokeh, dan lainnya.

Sekarang bicara harga, Huawei P40 dibanderol 799 euro atau sekitar Rp14,2 juta dengan RAM 8GB dan storage 128GB. Sementara, Huawei P40 Pro dibanderol 999 euro atau setara Rp17,7 juta dengan RAM 8GB dan storage 256GB. Lalu, Huawei P40 Pro+ dibanderol 1399 euro atau sekitar Rp24,8 juta dengan RAM 8GB dan storage 512GB.

[Review] ASUS VivoBook Pro F571, Laptop Ngantor Bisa Buat Gaming

Bekerja dan bermain game merupakan dua kebutuhan yang berbeda. Laptop kerja meskipun dibekali prosesor yang kencang, biasanya tanpa ditopang chip grafis yang memadai. Sebaliknya laptop gaming bisa digunakan untuk bekerja, tapi lebih condong sebagai desktop replacement sebab dimensi dan bobotnya merepotkan bila harus dibawa-bawa setiap hari.

Lewat laptop VivoBook series yang baru, ASUS mencoba menawarkan solusi perangkat gaming selain ROG atau TuF series. Adalah VivoBook Pro F571, sebuah laptop mainstream berlayar lapang 15,6 inci yang nyaman untuk bekerja maupun bermain game dengan opsi spesifikasi hingga prosesor Intel Core i7-9750H dan chip grafis NVIDIA GeForce GTX 1650.

Yang menarik harga ASUS VivoBook Pro F571 pun cukup terjangkau, mulai dari Rp12.299.000 dengan prosesor Intel Core i5-9300H, NVIDIA GeForce GTX 1050_v4GB, RAM 8GB, dan penyimpanan SSD PCIe 512GB. Lalu, Rp14.299.000 dengan Intel Core i7-9750H dan ditambah memori Optane 32GB. Serta, varian tertinggi Rp15.299.000 dengan NVIDIA GeForce GTX 1650_v4GB.

Berikut review ASUS VivoBook Pro F571 selengkapnya. Video hands-on laptop ini bisa dilihat di bawah ini:

Desain Low Profile

Desain ASUS VivoBook Pro F571
Desain ASUS VivoBook Pro F571 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Perangkat ini memiliki dimensi 35,9×24,8×2,19 cm dan bobot 2,14 kg. Sebagai laptop 15,6 inci, body laptop ini memang tidak bisa dibilang kecil meski cukup ringkas untuk seukurannya, namun setidaknya masih memungkinkan untuk dibawa bepergian.

Layar 15,6 inci tersebut dikemas dalam desain NanoEdge display, di mana bezel samping layar kanan dan kirinya sangat tipis hanya 7,4 mm saja yang menyuguhkan kesan luas. Meskipun bagian dahi dan dagunya masih cukup tebal, ASUS menyebut screen-to-body ratio-nya mencapai 80,2 persen.

Panel LED-backlit Anti-Glare 60Hz ini beresolusi FHD (1920×1080 piksel) dengan dukungan color space NTSC 72 persen dan memiliki wide angle view sebesar 178 derajat. Harus diakui, layar 15,6 inci merupakan ukuran yang ideal untuk bekerja dengan nyaman terutama yang harus multitasking dan menampilkan lebih dari satu aplikasi di layar.

Desainnya sendiri seperti laptop VivoBook series lainnya, tetap tampil low profile dan minimalis. Saat tutup dibuka, terhampar keyboard berukuran penuh, lengkap dengan numeric pad dan backlight. Hanya saja, tombol navigasi panahnya ini ukurannya kecil dan penempatannya juga agak canggung. Lalu, pada area touchpad terdapat sensor fingerprint di pojok kanan atas yang terintegrasi dengan sistem Windows Hello di Windows 10.

Dirancang sebagai laptop untuk bekerja sekaligus bermain game, VivoBook Pro F571 ini telah dibekali dengan sistem pendingin khusus agar performanya tetap stabil. ASUS pun melengkapinya dengan IceCool Technology agar panas dapat diredam dan tidak menjalar hingga ke bagian palmrest serta keyboard.

Dua kipas dan heatpipe khusus juga disematkan di bagian dalam VivoBook Pro F571. Keduanya bekerja untuk memastikan suhu komponen tetap terjaga dan mencegah terjadinya overheat. Udara panas akan dikeluarkan melalui dua ventilasi khusus di bagian belakang laptop ini sehingga pengguna tidak akan terganggu oleh udara panasnya.

Konektivitas ASUS VivoBook Pro F571
Konektivitas ASUS VivoBook Pro F571 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Soal konektivitas, VivoBook Pro F571 hadir dengan modul dual-band WiFi 5 (802.11ac) dan Bluetooth 4.2. Sedangkan konektivitas non-wireless dan atributnya, di sisi kanan laptop terdapat slot Kensington, dua port USB 2.0, indikator baterai dan daya, serta slot SD card reader. Sementara, di sisi kiri laptop dapat dijumpai port pengisian daya, ethernet, HDMI, USB 3.0 Type A, USB Type-C, dan combo audio jack.

Hardware & Performa

Performa ASUS VivoBook Pro F571
Performa ASUS VivoBook Pro F571 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Unit review ASUS VivoBook Pro F571 yang saya gunakan merupakan varian dasar dengan prosesor Intel Core i5-9300H generasi ke-9, memiliki CPU 4 core 8 thread dan thermal design power 45 Watt. Di samping unit integrated graphics Intel HD Graphics 630, varian ini tiba dengan discrete graphics card NVIDIA GeForce GTX 1050 dengan VRAM 4 GB GDDR5.

Versi yang satu ini lebih cocok dijadikan sebagai laptop kerja saja atau sekedar bermain game casual ringan. Untuk bermain game kelas AAA dengan cukup baik, sebaiknya ambil varian tertinggi dengan prosesor Intel Core i7-9750H dan chip grafis hingga NVIDIA GeForce GTX 1650. Pada konfigurasi ini, bisa bermain game dengan pengaturan grafis medium dengan frame rate yang stabil di laptop mainstream tentunya sudah cukup menyenangkan.

Khusus untuk yang menggunakan prosesor Intel Core i7-9750H, kedua varian telah didukung penyimpanan M.2 PCIe SSD berkapasitas 512GB ditambah dukungan Intel Optane Memory hingga 32GB. Ruang penyimpanan SSD ini tidak hanya cukup lega, tetapi juga kencang dan SSD kencang berarti waktu loading game menjadi lebih singkat. Kemudian besaran RAM-nya 8GB LPDDR4 menggunakan mode dual channel guna mengoptimalkan kinerja dari spesifikasi tersebut.

Verdict

ASUS mendesain VivoBook Pro F571 untuk generasi milenial yang sudah bekerja kantoran, mereka yang membutuhkan perangkat untuk bekerja tapi di sisi lain punya hobi gaming. Jadi sudah jelas, keyword dari VivoBook Pro F571 ialah laptop kerja yang bisa untuk bermain game, dengan catatan kalian harus memilih varian paling tinggi.

Keterangan lain sebagai laptop berlayar 15,6 inci, maka lebih cocok digunakan bagi yang bekerja stay di kantor. Meski ukurannya cukup ringkas untuk seukurannya, dimensi laptop 15,6 inci tetap kurang cocok untuk mereka yang punya mobilitas tinggi dan dituntut bisa bekerja kapan pun di mana pun, saya akan merekomendasikan ASUS ZenBook 13 UX334.

Sparks

  • Layar 15,6 inci yang nyaman untuk bekerja dan bermain game
  • Harga relatif terjangkau, terutama varian dasarnya
  • Ketersediaan varian dengan spesifikasi lebih tinggi

Slacks

  • Varian tertinggi Rp15.299.000, terlalu dekat dengan laptop ROG
  • Sebagai laptop 15,6 inci, dimensinya masih merepotkan untuk dibawa bepergian tiap hari

OPPO A91 Resmi Dijual di Indonesia, Harga Rp3.999.000

Setelah OPPO A31, OPPO kembali meluncurkan smartphone A series terbaru mereka di Indonesia. Adalah OPPO A91 yang dijual dengan harga Rp3.999.000 dalam warna stylish lightening black dan unicorn white.

Perangkat hanya dijual secara online, dimulai pada 24 Maret 2020 melalui e-commerce Shopee. Khusus hari ini, OPPO A91 bisa diperoleh dengan harga Rp3.699.000 dengan promo bundling kartu perdana Smartfren, free unlimited internet selama 3 bulan dan bonus kuota 360GB selama 2 tahun dengan mengaktifkannya melalui pengisian pulsa minimum Rp50.000 per bulannya.

Aspek unggulan utama pada OPPO A91 ialah kemampuan kameranya yang mengusung konfigurasi quad camera dengan kamera utama beresolusi 48MP. Kemudian ada 8MP dengan lensa ultra-wide angle, serta 2MP dengan macro yang memiliki jarak fokus minimal 3cm dan 2MP dengan lensa monokrom, serta tak lupa kamera depannya 16MP.

OPPO A91 Black White

Lini seri A telah dikenal sebagai perangkat smartphone yang hadir dengan mengkombinasikan teknologi dan tren terkini. Teknologi perangkat ini hadir melalui 48MP quad camera yang memberikan kebebasan sudut pandang dan memberikan kebebasan anak muda untuk berekspresi melalui konten media sosial. Sedangkan, tren terkini dapat dilihat melalui desain perangkat yang tipis dengan pilihan warna yang membuatnya tampil stylish” ujar Aryo Meidianto A, PR Manager OPPO Indonesia.

Fitur-fitur kamera yang diusung oleh OPPO A91 antara lain night portrait mode untuk foto dalam kondisi minim cahaya atau malam hari. Berikutnya, portrait HDR dengan efek bokeh pada latar belakang. Terus AI Video Beautification pada kamera depan dan belakang dan perekaman videonya sudah dilengkapi fitur Electronic Image Stabilization (EIS) guna meredam getaran.

Beralih pada desainnya, OPPO A91 mengusung AMOLED water-drop screen 6,4 inci FHD+ dalam aspek rasio 20:9 dan berlapis Gorilla Glass 5. Body-nya memang cukup tipis dengan ketebalan 7.9mm dan berat 172 gram, OPPO menyebut A91 lebih tipis 5 persen dan 9 persen lebih ringan dari generasi sebelumnya yakni A9 2020.

Selain itu, OPPO A91 sistem pemindaian sidik jari bawah layar atau hidden fingerprint unclock versi 3.0 yang ditingkatkan kecepatannya. Di mana respon untuk membuka layar hanya 0,32 detik, 45 persen lebih cepat dari generasi sebelumnya.

Adapun soal performa, OPPO A91 ditenagai chipset Mediatek Helio P70 ditunjang konfigurasi RAM 8GB dan storage 128GB. Tanki baterai 4000mAh juga didukung pengisian daya cepat 20W VOOC Flash Charge 3.0, memungkinkan pengguna untuk mengisi ulang daya 50 persen dalam 30 menit dan ini 26 persen lebih cepat dari VOOC generasi sebelumnya.

 

[Review] ASUS Zenfone 6 Twilight Silver, Masih Recommended di 2020?

Belum lama ini ASUS telah merilis varian warna baru untuk Zenfone 6, bernama twilight silver. Sebelumnya, smartphone Android flagship ASUS ini tersedia dalam warna midnight black. Sebetulnya ASUS Zenfone 6 perdana dirilis pada bulan Mei 2019, namun tiba di Indonesia pada November 2019. Jadi, baru beredar di Tanah Air sekitar 4-5 bulan.

Dibanderol seharga Rp6.999.000, dengan aspek unggulan diantaranya flip camera, chipset Snapdragon 855, dan baterai besar 5.000 mAh lengkap dengan fast charging. Perangkat ini jelas masih sangat recommended di tahun 2020 dan berikut review ASUS Zenfone 6 selengkapnya. Sesi hands-on-nya bisa dilihat video di bawah ini:

Desain

Layar ASUS Zenfone 6
Layar ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Klasik dan minimalis, dua kata ini menurut saya tepat untuk menggambarkan desain Zenfone 6. Bagian muka didominasi oleh layar 6,4 inci tanpa gangguan notch maupun punch hole, namun masih punya sensor fingerprint konvensional di punggungnya.

Panel yang digunakan masih berjenis IPS dengan resolusi 1080×2340 piksel dalam rasio 19.5:9. Mendukung color gamut DCI-P3 100 persen dan HDR10, serta diproteksi Corning Gorilla Glass 6.

Bezel sekeliling layarnya sangat tipis, namun ASUS berhasil menyematkan earpiece yang juga berfungsi ganda sebagai speaker sekunder dan LED notifikasi di bagian atas layar sebelah kanan. Dengan tingkat kecerahan maksimum 600 nit, membuat layarnya agak sulit dibaca di bawah sinar matahari langsung.

Flip camera ASUS Zenfone 6
Flip camera ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Hal yang membuat smartphone ini sangat unik adalah mekenisme flip dual camera-nya. Di mana Zenfone 6 hanya punya satu set kamera dengan tugas ganda yakni bisa jadi kamera belakang dan depan. Modul kamera ini dikemas menggunakan material liquid metal untuk ketahanan yang baik.

Selain itu, perangkat ini memiliki satu tombol ekstra yang disebut smart key di sebelah kanan atas yang secara default berfungsi untuk memanggil Google Assistant. Fungsi tombol ini bisa disesuaikan sesuai kebutuhan, misalnya tekan sekali untuk mengubah sound mode, tekan dua kali untuk mengaktifkan flashlight, dan tahan untuk screenshot.

Cover belakang ASUS Zenfone 6
Cover belakang ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Hadir dengan dimensi 159.1×75.4×9.2 mm, bobot 190 gram, dan kerangka dari aluminium, Zenfone 6 terasa penuh dan cukup premium di tangan. Berkat cover belakang berteknologi 3D-curved dan sudut yang agak membulat membuatnya nyaman digenggam.

Untuk kelengkapan atributnya, di sisi kanan terdapat tombol power, tombol volume, dan tombol pintar (smart key). SIM tray dengan dua slot nano SIM dan satu slot microSD di sisi kiri. Flip camera dan mikrofon sekunder di sisi atas dan sisi bawah terdapat jack audio 3,5mm, port USB Type-C, mikrofon utama, dan speaker.

Android 10 dengan ZenUI 6

ZenUI 6
ZenUI 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Begitu mengambil ASUS Zenfone 6, pengguna akan langsung mendapatkan update sistem operasi ke Android 10 dengan sentuhan ZenUI 6 yang telah dirombak besar-besaran. Antarmuka berjalan lebih ringan, bersih tanpa banyak bloatware, dan kini lebih simpel menyerupai pure Android.

Secara default, launcher ZenUI 6 terdiri dua lapis atau memiliki home screen dan app drawer. Serta, sudah dilengkapi dengan sistem navigasi berbasis gesture yang baru dan system color scheme dark atau dark mode.

Terkait kinerja dan daya tahan baterai, ASUS menyediakan beberapa tool seperti AI Boost bila Anda membutuhkan performa penuh. Kemudian ada mobile manager untuk mengontrol penggunaan RAM dan PowerMaster bagi yang ingin memperpanjang daya tahan baterai.

Selain mengandalkan sensor fingerprint yang terletak di punggung, Zenfone 6 tetap menyediakan metode face recognition. Namun cara kerjanya kurang praktis, pertama tekan tombol power untuk membangunkan smartphone, usap layar, dan kemudian kamera akan berputar untuk mengenali penggunanya.

Flip Camera

Kamera ASUS Zenfone 6
Kamera ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

ASUS Zenfone 6 mengandalkan satu set kamera yang sayangnya masih terdiri dari dua kamera saja. Setup kamera ini akan berputar 180 derajat ke muka untuk menjalankan tugas sebagai kamera depan. Artinya tidak ada perbedaan kualitas, Anda akan mendapatkan foto selfie dan kualitas video kamera belakang saat nge-vlog karena menggunakan set kamera yang sama.

Kamera utamanya 48MP f/1.8 Quad Bayer menggunakan sensor Sony IMX586 dan kamera kedua 13MP f/2.4 dengan lensa wide angle 11mm. Secara default, pada mode photo kamera utama menghasilkan resolusi 12MP dengan ukuran per piksel lebh besar 1.6µm sehingga dapat diandalkan dalam berbagai kondisi cahaya.

Pada mode 12MP ini kita difasilitasi optical zoom 2x untuk mengubah perspektif, didukung fitur HDR++ untuk meningkatkan dynamic range, serta fitur beauty dan efek. Sementara, pada mode 48MP ukuran per piksel 0.8µm dan tanpa dukungan fasilitas yang saya sebutkan di atas. Idealnya digunakan dalam kondisi pencahayaan yang baik, misalnya saat landscape meski sayangnya tanpa dukungan format Raw.

Review-ASUS-Zenfone-6

Beberapa mode pengambilan gambar yang tersedia ada time lapse, slo-mo, motion tracking, video, photo, portrait, pano, night, dan Pro. Kabar baiknya, hampir semua fitur kamera yang ada tersedia baik saat menjadi kamera belakang maupun depan.

Review-ASUS-Zenfone-6

Lompat ke mode Pro, di sini kita bisa leluasa menyetel pengaturan layaknya menggunakan kamera mirrorless misalnya. Mulai dari meyesuaikan white balance (2750K-7500K), exposure compensation (-2 sampai 2+), ISO (25-3200), shutter speed (1/3200-32s), dan manual focus. Lengkap dengan bantuan fitur gradienter dan juga histogram, sayang tanpa opsi penyimpanan format Raw.

Sekarang beralih ke perekam videonya, dengan kamera utama Zenfone 6 mampu merekam video 4K 60fps dan 4K 30fps bila menggunakan kamera wide angle. Fitur video stabilization tetap bekerja di resolusi 4K dengan kompensasi crop.

Hal yang cukup menarik ialah mode motion tracking, di mana kita bisa mengunci subjek yang bergerak dan kamera akan berputar mengikutinya. Pada mode photo maupun video, kita juga bisa menggerakkan kamera secara manual dengan menggunakan tombol volume yang bisa digunakan untuk mengambil footage dengan gerakan yang mulus.

Berikut hasil foto ASUS Zenfone 6:

Hardware

Performa ASUS Zenfone 6
Performa ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Selain keunikan flip camera, aspek performa yang super powerful menjadi daya tarik lainnya. Smartphone ini sudah ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 855 dan unit review ASUS Zenfone 6 yang saya gunakan varian RAM 6GB dengan penyimpanan 128GB.

Lewat konfigurasi ini, berbagai skenario penggunaan smartphone berat seperti kegiatan gaming, multitasking atau membuka banyak aplikasi sekaligus, hingga editing foto Raw dan video bisa ditangani dengan sangat baik. Saat butuh performa lebih, mode AI Boost bisa dinyalakan tapi dengan konsumsi daya lebih besar sebagai gantinya.

Kapasitas baterai Zenfone 6 sendiri terbilang besar; 5.000 mAh dan dilengkapi dengan fitur PowerMaster untuk memastikan daya tahan baterainya bisa lebih awet. Pengisian dayanya didukung fast charging dengan Quick Charge 4.0 18W dan sebagai informasi smartphone ini tidak mendukung wireless charging.

Verdict

Flip camera ASUS Zenfone 6
Flip camera ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Mempertimbangkan semua fitur dan harganya, ASUS Zenfone 6 cocoknya buat siapa? Menurut saya buat kalian para pengguna smartphone kelas menengah yang ingin merasakan smartphone dengan performa flagship tanpa perlu mengeluarkan uang lebih. Bisa juga untuk kalian yang secara intens memanfaatkan kamera depan misalnya untuk vlogging atau live streaming dan ingin meningkatkan hasilnya.

Meski begitu perlu diingat bahwa Zenfone 6 tidak mengandung semua elemen kekinian yang ada pada tahun 2020. Sebut layar OLED, konfigurasi triple atau bahkan quad camera, dan belum mengadopsi sensor sidik jari di bawah layar. Bila Anda bisa menerima hal tersebut, Rp6.999.000 dengan chipset Snapdragon 855 dan mekanisme flip camera jelas masih sangat optimal untuk dijadikan daily driver di tahun 2020.

Sparks

  • Flip camera
  • SoC Snapdragon 855 yang powerful
  • Memori internal 128GB dan masih dapat diperluas
  • Harga relatif terjangkau
  • Jack audio 3,5mm
  • Warna baru twilight silver yang cantik
  • Video 4K 60fps
  • Tombol ekstra ‘smart key’

Slacks

  • Konfigurasi masih dual camera
  • Sensor fingerprint konvensional
  • Layar kurang cerah maksimum 600 nit
  • Body sedikit bongsor