[Review] Canon EOS M200, Mirrorless Ringkas dan Mudah Digunakan

Setelah sebelumnya me-review Canon EOS M6 Mark II dan Canon PowerShot G7 X Mark III, kali ini saya akan me-review Canon EOS M200. Kamera mirrorless entry-level penerus EOS M100 ini dibanderol seharga Rp7.975.000.

Dibanding pendahulunya, Canon EOS M200 sanggup merekam video hingga resolusi 4K dan mendukung perekaman video secara vertikal. EOS M200 masih mengandalkan sensor APS-C CMOS 24,1MP, namun kinerja sistem AF Dual Pixel-nya meningkat, punya titik fokus lebih banyak (143 area AF), dilengkapi Eye Detection AF, dan ditenagai prosesor gambar terbaru Digic 8. Berikut cerita review Canon EOS M200 selengkapnya.

Desain dan Build Quality

Desain Canon EOS M200
Desain Canon EOS M200 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Wujud dari Canon EOS M200 serupa dengan pendahulunya, dengan layar 3 inci yang bisa dilipat 180 derajat ke atas dan flash dengan mekanisme pop up. Sangat simpel dengan body ringkas dan kontrol yang mudah.

Kamera ini masih tanpa viewfinder, tak punya hot shoe, maupun port microphone eksternal. Canon hanya sedikit melakukan perubahan, yaitu menata ulang tombol perekam video. Pada M100, tadinya terletak di bagian atas dan kini dipindahkan ke belakang kamera menggantikan tombol WiFi yang berada persis di samping tombol menu.

Bagian Belakang Canon EOS M200
Bagian Belakang Canon EOS M200 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Body-nya yang sangat ringkas dengan dimensi 108x67x35 mm dan berbobot 299 gram, bahkan berpasangan dengan lensa kit 15-45mm F3.5-6.3, tampilan EOS M200 masih terlihat agak ‘kebanting’. Mungkin akan cocok bila dipasangkan dengan lensa pancake EF-M 22mm f/2 STM.

Build quality-nya sendiri sangat baik, kontruksi body utamanya dari logam dengan plastik polikarbonat di beberapa bagian dan terasa sangat solid di genggaman tangan. Sayangnya, EOS M200 ini memang tak memiliki grip sama sekali untuk tangan kita mencengkram kamera.

Untuk atributnya, di sisi atas ada tombol rana bersama satu-satunya dial atau roda kontrol. Lalu, ada tombol power bersama tombol mode pengambilan gambar yang opsinya cuma ada tiga, yaitu mode auto, mode foto, dan video. Serta, flash dengan mekanisme pop up di kiri atas.

Bagian belakang, layar 3 incinya hanya bisa ditarik ke atas sampai 180 derajat yang berguna untuk pemoretan low-angle dan vlogging. Lalu, terdapat tombol menu, tombol perekam video, navigasi empat arah di mana tombol atas untuk exposure compensation atau hapus, bawah untuk info, sisi kanan untuk pengaturan flash, dan kiri untuk AE lock atau FE lock. Di tengahnya ada tombol Quick Controll dan di bawahnya lagi ada tombol playback.

Bagian kanan kosong, port microUSB belum Type-C, micro HDMI, dan sebuah slot SD card berada di sisi kiri. Slot baterai di area bawah, menggunakan jenis LP-E12 yang menurut rating CIPA sanggup menyuguhkan 315 jepretan. Pengisian dayanya masih menggunakan adaptor charger khusus bawaannya.

Sistem Kontrol

Sistem Kontrol Canon EOS M200
Sistem Kontrol Canon EOS M200 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Ya, Canon EOS M200 hanya memiliki satu roda kontrol putar yang secara default berfungsi untuk mengatur shutter speed. Roda ini juga bisa digunakan untuk menyesuaikan aperture dan ISO, opsi tersebut harus dipilih dulu lewat layar sentuhnya.

Di pojok kiri atas, tersedia beragam mode foto. Dari yang standar seperti manual exposure, aperture priority AE, shutter priority AE, dan program AE. Serta, opsi mode otomatis sesuai kondisi tertentu seperti self portrait, smooth skin, landscape, sports, close-up, food, night portrait, dan banyak lagi.

Sistem menu kameranya memang agak ramai, namun Canon telah melengkapi quick menu yang bisa diakses di pojok kanan atas. Di sini kita bisa mendapatkan akses cepat ke sejumlah fitur penting seperti white balance, picture style, creative filters, aspect ratio, AF method, AF operation, metering mode, drive mode, image quality, dan movie rec. size.

Kemampuan Foto

Sensor Kamera Canon EOS M200
Sensor Kamera Canon EOS M200 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Canon EOS M200 mengusung sensor CMOS APS-C 24MP dengan sistem autofocus Dual Pixel dan memiliki titik fokus lebih banyak dari 49 menjadi 143. Lengkap dengan fitur face dan eye detection yang bekerja secara gesit dan konsisten mengunci objek bergerak.

Kamera ini mengandalkan prosesor gambar terbaru Digic 8 yang mengangkat kinerja kamera secara keseluruhan. Sanggup memotret beruntun 6.1fps (4fps dengan AF) dan mendukung perekaman video sampai resolusi 4K.

Terlepas dari desainnya yang simpel dan posisinya sebagai kamera entry-level, tetapi kualitas gambarnya tak perlu diragukan lagi. Hasil bidikan dapat disimpan dalam format JPEG, Raw, atau CRaw dalam pilihan aspek rasio 3:2, 4:3, 16:9, dan 1:1.

Lensa EF-M 55-200mm f/4.5-6.3 IS STM
Lensa EF-M 55-200mm f/4.5-6.3 IS STM | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Untuk awal penggunaan, menurut pengalaman saya lensa kit EF-M 15-45mm F3.5-6.3 IS STM yang setara dengan 24-72mm di 35mm ini sudah cukup mumpuni dan mencakup banyak skenario penggunaan. Pada kesempatan review Canon EOS M200 kali ini saya juga menggunakan lensa EF-M 55-200mm f/4.5-6.3 IS STM yang setara dengan 88-320mm di 35mm, perlu diingat sensor APS-C yang digunakan oleh Canon memiliki crop factor 1,6x.

Lensa zoom telephoto ini memungkinkan kita menangkap objek yang sangat jauh. Namun, saya lebih merekemendasikan Anda memiliki lensa kedua dengan focal lenght tetap (fix lens) seperti Canon EF-M 32mm F1.4 STM, Canon EF-M 28mm F3.5 Macro IS STM, atau trio lensa 16mm, 30mm, dan 56mm F1.4 dari Sigma untuk penggunaan di kondisi low light dan mendapat bokeh cantik.

Kamera ini sudah dilengkapi dengan konektivitas WiFi dan Bluetooth, jadi hasil jepretannya bisa dengan mudah ditransfer ke smartphone lewat aplikasi Canon Camera Connect. Uniknya koneksi Bluetooth pada EOS M200 ini dapat mempertahankan koneksi dengan smartphone bahkan saat kamera dimatikan. Jadi, tidak perlu menghubungkan ulang setiap kali membuka aplikasi.

Kemampuan Video

Kemampuan Video Canon EOS M200
Kemampuan Video Canon EOS M200 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Sistem autofocus Dual Pixel yang dapat diandalkan, lengkap dengan Eye Detection AF dan layar 3 inci yang bisa dilipat 180 derajat menghadap ke depan, tentunya kita bisa membuat setup vlogging yang ringkas dengan Canon EOS M200. Kamera ini juga sudah mendukung video dalam posisi vertikal.

Pasang tripod mini dan untuk audio-nya kita bisa menggunakan clip-on yang terhubung ke aplikasi recorder di smartphone. Apakah repot menggunakan audio terpisah? Tidak sama sekali, bila hasilnya video tersebut diedit menggunakan Adobe Premiere Pro, ada fitur synchronize yang akan otomatis menyamakan ritme suara.

Pada sistem NTSC, kamera dapat merekam video 4K 23,98fps, FHD 29,97fps, FHD 59,94fps, HD 59,94fps, dan slow motion HD 119,9fps. Sementara di sistem PAL, EOS M200 dapat merekam video 4K 25fps, FHD 25fps, FHD 50fps, HD 50fps, dan HD 100fps.

Sayangnya adalah kita harus kompromi dengan crop sebanyak 1,7x saat menggunakan video 4K. Sehingga sulit untuk mendapatkan wide-angle dengan lensa kit. Untuk A-Roll biasanya resolusi FHD memang sudah cukup, opsi lain bisa berinvestasi membeli lensa Canon EF-M 11-22mm f/4-5.6 IS STM.

Verdict

Kemudahan penggunaan merupakan salah satu elemen utama yang ditawarkan oleh Canon EOS M200. Kamera ini memiliki sistem kontrol yang user-friendly dan body ringkas yang sangat mudah untuk dibawa-bawa.

Kamera yang sederhana dan tampil low profile. Namun, sensor CMOS APS-C 24MP di dalamnya memastikan Anda dapat memperoleh foto berkualitas, lengkap dengan kemampuan perekama video 4K.

Kisaran harganya yang hampir mencapai Rp8 juta, membuat posisinya cukup sulit sebagai kamera entry-level. Canon EOS M200 cocok buat Anda yang benar-benar mencari kamera kecil dan kasual, bukan untuk dijadikan sebagai mesin utama untuk membuat konten.

Sparks

  • Sistem kontrol yang mudah
  • Peningkatan sistem AF Dual Pixel dengan Eye Detection 
  • Perekam video 4K
  • Mendukung video vertikal

Slacks

  • Video 4K dengan kompromi crop sebesar 1,7x
  • Belum memiliki port USB Type-C
  • Harga hampir Rp8 juta, posisinya yang sulit sebagai kamera entry-level

 

Fujifilm X-T4 Hadir di Indonesia, Usung IBIS & Layar Vari-angle

Setelah X-T200 dan X100V, Fujifilm kini telah resmi menghadirkan X-T4 di Indonesia. Kamera mirrorless flagship penerus X-T3 ini dibanderol dengan harga Rp26.999.000 untuk body only dan Rp32.999.000 dengan lensa kit XF 18-55mm F2.8-4 LM OIS. Rencananya penjualan Fujifilm X-T4 akan dimulai pada bulan April 2020.

Dari pantauan saya, saat ini X-T3 bisa didapat seharga Rp19.499.000 untuk body only dan kamera ini diakui memiliki kemampuan foto dan juga video yang mumpuni. Lalu, peningkatan apa saja yang dibawa oleh Fujifilm X-T4 dibanding pendahulunya?

fujifilm x-t4

Salah satu fitur utamanya adalah in-body image stabilization atau IBIS yang mampu mengurangi guncangan hingga 6,5 stop ketika menggunakan 18 dari total 29 lensa XF/XC Fujifilm dan sisanya mendukung 5 stop. Singkatnya untuk foto, keberadaan IBIS ini memungkinkan kita menekan nilai ISO dengan menggunakan shutter speed lebih rendah. Sementara, untuk video membantu kita memperoleh footage dengan pergerakan lebih stabil saat handheld.

Lebih lanjut, 5-axis image stabilization pada Fujifilm X-T4 ini menggunakan gaya magnet daripada pegas. Di mana ukurannya 30 persen lebih kecil, 20 persen lebih ringan, dan akurasinya diklaim 8 kali lebih baik dari IBIS milik X-H1.

Fujifilm X-T4 menggunakan sensor dan prosesor yang sama seperti X-T3 yang juga terdapat pada X-T30, X-Pro3, dan X100V. Adalah sensor gambar generasi keempat, BSI X-Trans CMOS 4 APS-C dengan resolusi 26MP dan X-Processor 4. Namun, X-T4 dilengkapi dengan mekanisme rana baru.

Fujifilm menyebutnya ‘ultra-fast focal plane shutter’. Singkatnya memberi kemampuan burst shooting 15fps dengan full autofocus dan auto exposure. Bila menggunakan electronic shutter akan mendapatkan 20fps atau 30fps dengan crop 1.25x. Rana baru tersebut juga memiliki memiliki daya tahan dua kali lipat dengan 300.000 gerakan dan 30 persen lebih tenang dibanding X-T3.

DSC02104

Dari segi fisik, tampilan X-T4 tampak identik seperti X-T3. Bedanya kini X-T4 memiliki mekanisme layar yang fully articulated yang sangat berguna untuk memastikan framing dan autofocus-nya tepat saat syuting seorang diri. Yang menarik, X-T4 tuas khusus untuk beralih ke mode still dan video.

Lalu, grip-nya kini sedikit lebih dalam sehingga lebih nyaman bila menggunakan lensa yang ukurannya besar. Serta, ada beberapa lagi penyesuaian lainnya seperti hilangnya port headphone. Sebagai gantinya bisa menggunakan port USB Type-C dengan dongle yang terdapat dalam paket penjualan.

DSC02102

Kamera ini menggunakan jenis baterai baru NP-W235 yang memiliki kapasitas sekitar 1,5 kali lebih besar dibanding NP-W126S. Sehingga sanggup menjepret hingga 500 sekali charge, bahkan 600 jepretan bila menggunakan mode ‘economy‘.

Buat pecinta mode film simulation, ada yang baru di X-T4 yakni Eterna Bleach Bypass. Alternatif untuk F-Log untuk mendapatkan footage cinematic langsung dari kameranya dengan saturasi rendah kontras tinggi. Kemudian yang baru lagi adalah dukungan perekam video slow motion 1080p pada 240fps.

Masih banyak lagi peningkatan dan fitur menarik pada Fujifilm X-T4 dan semoga saya bisa mendapatkan unit review-nya segera untuk mengulas secara lebih detail. Dalam acara ini, Fujifilm juga turut menampilkan X100V – kamera compact premium ini dibanderol Rp21.999.000.

 

Kamera DSLR Full Frame Canon EOS 1D X Mark III Masuk Indonesia

Kamera DSLR flagship paling mutakhir dari Canon telah masuk Indonesia. PT Datascrip sebagai distributor tunggal produk pencitraan digital Canon di Tanah Air memasarkan Canon EOS 1D X Mark III (body only) dengan harga Rp110.000.000. Seperti apa kemampuannya?

PSX_20200223_064750

Hands-on Canon EOS 1D X Mark III

PSX_20200223_064947

Pertama ialah kapabilitas burst shooting-nya yang mencapai 20fps dengan autofocus dan auto exposure di live view. Serta, 16fps menggunakan OVF dengan buffer hingga 1.000 gambar lebih dalam format Raw atau Raw + JPEG.

Saat saya coba, suara rana yang dihasilkan sangat ‘mengerikan’ seperti memberondong menggunakan senjata berat (senapan mesin) yang ada di film action. Jadi, lupakan perhitungan shutter count, siklus kerja rana dan cerminnya sendiri sanggup bertahan hingga 500.000.

PSX_20200223_064855

Itu satu dan masih banyak fitur-fitur andalannya, sebelum itu mari berkenalan dulu. Canon EOS 1D X series adalah jajaran kamera DSLR flagship dengan sensor full frame yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan para fotografer profesional seperti fotografi olahraga, satwa liar, jurnalistik, hingga fotografi ekstrem. Generasi pertama dirilis tahun 2011 dan 2016 untuk generasi kedua.

Pada generasi ketiga, intinya adalah sensor CMOS full frame 20.1MP dengan sistem autofocus Dual Pixel dan didukung oleh prosesor Digic X. Prosesor baru ini diklaim mampu menawarkan pemrosesan gambar 3,1x lebih cepat dan kinerja komputasi 380x lebih cepat dibandingkan dengan prosesor dual Digic 6+ yang tertanam pada generasi sebelumnya.

Canon melapisi sensor tersebut dengan lowpass filter 16-point guna memerangi efek moiré, serta untuk latar belakang buram atau bokeh yang lebih alami, dan meningkatkan ketajaman pada area yang fokus. Nilai ISO native maksimumnya mencapai 102.400 dan bisa diperluas hingga 819.200.

PSX_20200223_064921

Saat peluncuran, fitur yang juga ditonjolkan oleh kamera ini ialah sistem tracking AF-nya. Selain ketersediaan face detection dan eye detection, Canon mempersembahkan head detection AF. Bila fitur ini aktif, bahkan bila subjek bergerak cepat, berpaling, dan bahkan mengenakan topi atau helm pun kamera tetap bisa mengunci bagian kepalanya.

Berikutnya kamera ini mendukung format penyimpanan gambar baru 10bit yaitu standar HDR PQ HEIF. Lalu, mendukung perekam video 5,5K Raw 60fps secara internal, video 4K 60fps tanpa crop, slow motion 1080p 120fps, dan dilengkapi Canon C-Log.

Body Tangguh

PSX_20200223_064917

Desain EOS 1D X Mark III ini memang terlihat masih identik dengan pendahulunya. Kamera ini punya double grip dan bobotnya cukup berat mencapai 1.530 gram. Kontruksi body-nya sendiri terbuat dari magnesium alloy yang didesain tahan terhadap debu dan cipratan air.

Baterai yang digunakan berjenis LP-E19 yang menurut rating CIPA mampu menyuguhkan 2.850 foto dengan viewfinder dan 610 dengan mode live view. Kemudian, kamera ini juga dilengkapi dengan dual slot kartu penyimpanan baru disebut CFexpress.

Lalu, terakhir yang tak kalah penting sebagai kamera modern ialah konektivitasnya sudah didukung teknologi SuperSpeed Plus USB (USB 3.1 Gen 2). Lengkap dengan WiFi dengan fungsi FTP untuk kemudahan mentransfer gambar dengan cepat.

Samsung Umumkan Smartphone Foldable Galaxy Z Flip, Buat Bold Generation Indonesia

Dulu pernah nggak pakai ponsel lipat atau clamshell yang sempat populer di tahun 2000-an? Diprediksi smartphone foldable juga bakal jadi tren baru dalam beberapa tahun mendatang. Samsung sendiri sudah punya Galaxy Fold – tablet yang bertransformasi menjadi smartphone atau sebaliknya dan sekarang mereka baru saja mengumumkan Galaxy Z Flip di Indonesia.

Samsung Galaxy Z Flip adalah smartphone foldable yang layarnya terlipat secara horizontal. Pertama kali diperkenalkan di ajang Global Unpacked di San Fransisco bersama Galaxy S20 series.

Kata perwakilan Samsung Electronics Indonesia, Galaxy Z Flip diciptakan untuk mendukung gaya hidup dan kebutuhan para bold generation. Mereka yang menjadikan fashion dan kecanggihan teknologi sebagai bentuk ekspresi diri.

PSX_20200221_105433

Di Samsung, kami terus berupaya untuk menghadirkan inovasi yang bukan hanya mampu menjawab kebutuhan masyarakat hari ini, tapi juga menciptakan tren berteknologi untuk masa depan. Inilah mengapa, kami menghadirkan pengalaman ponsel layar lipat yang bukan hanya canggih, tapi juga stylish,” ungkap Denny Galant, Head of Product Marketing, IT & Mobile, Samsung Electronics Indonesia.

Hands-on Samsung Galaxy Z Flip

Samsung Galaxy Z Flip saat terlipat | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Samsung Galaxy Z Flip saat terlipat | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Satu hal yang terlintas dipikiran saya ketika melihat langsung Galaxy Z Flip ialah bisa disimpan di saku depan kemeja. Sebab, dalam posisi terlipat ukurannya sangat ringkas.

Saat dibuka, akan disuguhkan Infinity Flex Display berbekal panel Dynamic AMOLED 6,7 inci beresolusi 2636×1080 piksel dalam aspek rasio 21,9:9 yang asyik buat nonton film. Di pucuk layar ada punch hole, tempat kamera depan 10MP (f/2.4) bersemayam.

Samsung Galaxy Z Flip saat dibuka | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Samsung Galaxy Z Flip saat dibuka | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Layar ini tidak mengandalkan bahan polimer fleksibel seperti sebelumnya, melainkan Ultra Thin Glass (UTG) – kaca tipis hasil rancangan Samsung sendiri. Bezel sekeliling layarnya semacam ada kawat agak tebal dan terlihat agak kaku, karena kompleksitasnya Galaxy Z Flip sendiri masih diracik di Korea.

Yang unik lagi ialah engselnya, “Freestop Hinge” begitu Samsung mengucapnya, dirancang agar Galaxy Z Flip bisa ditekuk secara leluasa, tidak harus terkunci pada sudut-sudut tertentu. Engselnya diklaim mampu bertahan hingga 200.000 kali. Jadi, bila sehari buka tutup smartphone sebanyak 100 kali – artinya bisa bertahan sampai 5 tahun.

Engsel Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Engsel Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Sistem engsel tersembunyi tersebut didukung mekanisme dual CAM untuk memastikan setiap proses membuka dan menutup berlangsung lancar dan stabil. Juga dilengkapi teknologi pembersih terbaru dari Samsung, menggunakan serat nilon yang dibuat dengan teknologi pemotongan mikro untuk membersihkan berbagai kotoran dan debu.

Android 10; One UI 2

Antarmuka Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Antarmuka Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Samsung Galaxy Z Flip sudah menjalankan sistem operasi Android terbaru, Android 10 dengan One UI versi 2.1 dengan UX yang diciptakan secara khusus guna memberikan pengalaman baru. Dalam hal ini, Samsung bekerja sama dengan Google untuk merancang mode Flex – user experience yang dirancang khusus untuk smartphone foldable.

Ketika smartphone dibuka dengan posisi 90 derajat, mode Flex secara otomatis membagi layar Galaxy Z Flip menjadi dua layar 4 inci, sehingga pengguna dengan mudah dapat melihat konten pada layar bagian atas dan mengaturnya melalui layar bagian bawah.

Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Soal spesifikasi, Galaxy Z Flip ditenagai oleh SoC Snapdragon 855 Plus, RAM 8 GB dan penyimpanan 256 GB tanpa slot microSD. Kapasitas baterainya 3.300 mAh dan memiliki sistem baterai ganda. Pengisian baterai dapat dilakukan dengan kabel atau nirkabel dan terdapat fitur Wireless PowerShare yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pengisian daya terhadap Galaxy Buds, Galaxy Watch atau perangkat kompatibel lainnya secara nirkabel.

Model sedang memegang Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Model sedang memegang Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Bila tertarik, Samsung Galaxy Z Flip tersedia dalam jumlah terbatas dengan pilihan warna Mirror Purple dan Mirror Black. Kalian dapat langsung pre-oder mulai tanggal 12 -23 Februari 2020 dengan harga Rp21.888.000.

[Review] Fujifilm X-A7, Asyik Buat Foto Maupun Ngevlog

Setelah sebelumnya me-review kamera mirrorless flagship foto sentris rasa analog Fujifilm X-Pro3, kali ini saya me-review kamera mirrorless X-A series terbaru; Fujifilm X-A7. Dua kamera ini jelas berbeda, dari desain, antarmuka, sampai pengalaman pengguna. Sebab yang satu ditujukan untuk fotografer pengalaman, satu lagi menyasar video content creator pemula.

Terus terang awalnya saya agak underestimate, tapi setelah mencoba dan sesi pertama saya memotret ‘my little girl‘ bermain. Satu hal yang saya sadari ialah kamera ini jelas tidak bisa diremehkan. Sebab sistem autofocus-nya kencang dan fitur eye/face detection cekatan dalam mengunci objek bergerak.

Harga Fujifilm X-A7 di Indonesia dibanderol sekitar Rp10-11 juta dengan lensa kit XC 15-45mm f3.5-5.6 OIS PZ. Berikut cerita review Fujifilm X-A7 selengkapnya.

Sensor 24MP Bayer Bukan X-Trans

Fujifilm X-A7 dengan sensor APS-C | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Fujifilm X-A7 dengan sensor APS-C | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Saya sangat menikmati warna yang disajikan oleh film simulation pada Fujifilm X-Pro3 yang menggunakan sensor X-Trans. Di mana mampu menghasilkan foto dalam format JPEG yang matang sehingga secara signifikan mengurangi tahapan editing.

Pada Fujifilm X-A7, kamera mirrorless ini masih menggunakan sensor konvensional berdesain Bayer 24MP. Lalu, mode film simulation X-A7 tidak selengkap yang dimiliki X-Pro3 dan yang menjadi concern saya ialah apakah efeknya tetap bakal ‘seistimewa’ seperti yang disuguhkan sensor X-Trans?

Setelah rutin melakukan street hunting, hasil bidikan Fujifilm X-A7 mampu membuat saya tersenyum lebar. Meski tidak menggunakan sensor X-Tans, efek film simulation-nya masih cukup terasa. Foto yang ditampilkan sudah saya kurasi dan diambil menggunakan lensa kit XC 15-45mm f3.5-5.6 OIS PZ.

Mode film simulation yang tersedia ialah Provia, Velvia, Astia, Classic Chrome, PRO Neg. Hi, PRO Neg. Std, Monochrome (+ Y, R, dan G), serta Sepia. Efek film simulation terbaru seperti Acros, Classic Negative, dan Eterna tidak tersedia pada X-A7.

Desain & Sistem Kontrol

Beralih ke body-nya, Fujifilm X-A7 mengalami banyak perubahan desain dibanding pendahulunya seperti mekanisme layar baru dan penyesuaian tombol kontrol fisiknya. X-A7 mengemas layar 3,5 inci dengan mekanisme fully articulated, artinya harus ditarik terlebih dahulu ke sisi kiri sebelum bisa memutar layarnya sesuai kebutuhan.

Selain ukuran layar yang sedikit lebih besar, resolusinya juga meningkat menjadi 2,76 juta dot. Sebelumnya X-A5 memiliki layar 3 inci 1,04 juta dot yang bisa dilipat langsung 180 derajat ke atas. Dengan tingkat kecerahan maksimum 1.000 nit, memungkinkan memotret di bawah terik matahari tanpa kesulitan.

Bagian belakang Fujifilm X-A7 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Bagian belakang Fujifilm X-A7 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Seperti kamera Fujifilm anyar lainnya, X-A7 dibekali focus stick atau joystick menggantikan tombol d-pad navigasi empat arah. Ruang kosong tersebutlah yang memungkinkan Fujifilm menyematkan panel LCD lebih besar tanpa banyak memengaruhi dimensinya.

Ukuran body-nya masih cukup compact, punya dimensi 119x38x41 mm dengan bobot 320 gram dan 455 gram dengan lensa kit. Secara keseluruhan, desain X-A7 masih senada dengan X-A series lain, tanpa viewfinder electronic, punya hot shoe dan flash dengan mekanisme pop up.

Untuk sistem kontrol kameranya, Fujifilm X-A7 memiliki dua roda kontrol putar di bagian atas untuk mengatur shutter speed dan aperture. Pas awal otak-atik kamera ini saya sempat bingung bagaimana caranya mengatur ISO dengan cepat.

Setelah menelusuri lebih jauh, kamera ini memiliki satu tombol Fn fisik yang secara default fungsinya untuk merekam video dan dua tombol Fn virtual untuk mengatur white balance dan film simulation. Untuk kenyamanan memotret, saya mengganti fungsi tombol Fn fisik untuk mengatur ISO. Lalu untuk merekam video, bisa beralih ke mode video yang tersedia secara terpisah di menu drive.

Selain soal pengaturan ISO, sebetulnya salah satu aspek utama yang ditawarkan oleh Fujifilm X-A7 adalah kepraktisan penggunaan. Di mana X-A7 memiliki antarmuka kamera berbasis sentuhan yang simpel agar lebih mudah dikuasai oleh pengguna baru.

Antarmuka kamera Fujifilm X-A7 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Antarmuka kamera Fujifilm X-A7 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Smart menu disebutnya, Fujifilm merancang ulang tampilan menunya dan menyediakan shortcut ke sejumlah fitur essential. Seperti tap autofocus/area/shot, white balance, mode film simulation lengkap dengan preview-nya, focus mode (AF-S, AF-C, dan MF), portrait enhancer, exposure compensation, depth control, aspek rasio foto, dan quick menu.

Build quality-nya sudah cukup baik, body-nya terbuat dari paduan material metal dan plastik polikarbonat dengan lapisan kulit sintetis di sekelilingnya. Ukuran grip-nya memang tidak besar, tapi masih bisa ditoleransi.

Kelengkapan atributnya, bagian belakang didominasi oleh layar 3,5 inci dan hanya menyisakan sedikit ruang di sebelah kanannya untuk sepasang tombol (menu/ok dan disp/back) beserta joystick.

Bagian atas Fujifilm X-A7 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Bagian atas Fujifilm X-A7 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Bagian atas terdapat roda kontrol bersama tombol Fn di tengahnya, yang secara default untuk mengatur shutter speed. Lalu, ada tombol on/off, mode pengambilan gambar, roda kontrol bersama tombol rana untuk mengatur aperture, shot shoe, dan pop up flash. Port micro HDMI dan USB Type C berada di sisi kanan, serta tuas untuk membuka flash dan port microphone 2,5mm di kiri.

Baterai yang digunakan berjenis NP-W126S, slot-nya berada di bawah bersama kartu SD. Bagian terbaiknya, X-A7 bisa diisi ulang menggunakan charger Type-C smartphone dan menurut CIPA mampu memberikan 270 jepretan sekali charge.

Kemampuan Foto & Video

Bagian depan Fujifilm X-A7 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Bagian depan Fujifilm X-A7 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Fujifilm X-A7 mengandalkan sensor CMOS APS-C 24MP berdesain Bayer. Sensor yang diusung X-A7 memiliki jumlah titik phase-detection autofocus 8,5 kali lebih banyak daripada sensor milik X-A5 yakni 425 titik.

Unit yang saya review punya rentang ISO 200-12800 yang bisa diperluas hingga 25600. Foto bisa disimpan dalam format JPEG kualitas fine atau normal dan Raw dalam opsi aspek rasio 4:3, 3:2, 16:9, dan 1:1.

Selain mode film simulation yang khas, X-A7 dijejali beberapa mode pengambilan gambar. Selain mode manual, aperture priority, shutter priority, dan program AE, terdapat juga mode motion panorama, night, sport, landscape, portrait, portrait enhancer, advanced filter, dan advance sr auto.

Kamera ini didukung kapabilitas memotret beruntun 6 fps dengan continuous autofocus. Bisa dibilang agak pelan dan buffer-nya juga terasa =pendek. Beberapa kali saya kehilangan momen, karena kamera tak mampu lagi memoret.

Lensa kit Fujifilm X-A7 | Photo by Lukman Azis
Lensa kit Fujifilm X-A7 | Photo by Lukman Azis

Lensa Fujinon XC 15-45mm F3.5- 5.6 OIS PZ akan memanjang saat digunakan, meskipun terbuat dari plastik tapi kualitas hasil fotonya dapat diandalkan. Tentu saja, Anda bisa memasangkan X-A7 dengan lensa fix Fujifilm yang cukup beragam pilihan focal length dan harganya.

Kamera dapat disambungkan ke smartphone melalui aplikasi Camera Remote menggunakan konektivitas Bluetooth dan WiFi. Bahkan mendukung fitur auto transfer sehingga otomatis mengirim foto-foto yang diambil.

Mekanisme layar yang fully articulated, serta ukuran lebih besar dan resolusi lebih tinggi – membuat X-A7 menjadi kamera yang ideal untuk bikin konten video. Benar saja, kemampuan perekaman videonya sanggup merekam 1080p hingga 120fps dan mencapai 4K 30fps tanpa crop dengan bit rate 200Mbps, bukan lagi 4K 15 fps seperti pada X-A5.

Perlu dicatat, durasi rekaman 4K dibatasi sampai 15 menit dan tidak didukung fitur F-Log untuk fleksibilitas editing warna. Lalu, port microphone eksternal 2,5mm – artinya bakal butuh adapter ke 3,5mm.

Verdict

Fujifilm X-A7 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Fujifilm X-A7 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Sebagai kamera foto, Fujifilm X-A7 sangat dapat diandalkan. Mode film simulation yang kece dan menawarkan kemudahan kontrol lewat tombol fisik dan layar sentuhnya. Menurut saya, Anda tinggal membeli lensa fix Fujifilm sebagai pelengkap experience dan focal length-nya sesuaikan dengan kebutuhan.

Untuk keperluan video, buat content creator awal jelas sangat mencukupi. Namun buat yang channel-nya sudah jalan dan fokusnya ingin meningkatkan kualitas konten, maka saya lebih merekomendasikan Fujifilm X-T30. Bila terpaksa butuh layar yang bisa ditarik ke depan, X-T200 juga telah tiba di harga Rp13 juta.

Sparks

  • Layar 3,5 inci dengan mekanisme fully articulated
  • Kinerja AF cepat dengan 425 titik
  • Perekam video 4K 30fps dan 1080p hingga 120fps

Slacks

  • Burst shooting hanya 6fps
  • Mode film simulation terbatas
  • Kena tanggung, posisinya terlalu dekat dengan X-T200

Bose Buka Store ke-9 di Mall Pasific Place Jakarta, Tawarkan Bose Experience

Perusahaan teknologi audio Bose baru saja membuka store terbaru mereka di Mall Pasific Place lantai 2, Jakarta pada Senin 17 Februari 2020. Kehadiran Bose di Pasific Place menandai peresmian gerai Bose yang ke-9 di Indonesia dan sekaligus merayakan genap 30 tahun kehadiran Bose di Indonesia sejak tahun 1990.

Saat ini store Bose sudah berada di wilayah Jabodetabek, Surabaya, dan Bali. Selain di Pasific Place, di Jakarta sendiri store Bose bisa dijumpai di Plaza Senayan, Grand Indonesia, Central Park, PIK Evenue, dan Summarecon Serpong. Rencananya tahun 2020 ini, Bose akan melakukan ekspansi gerai di kota-kota besar lainnya di Indonesia, kemungkinan besar akan dibuka di luar Jakarta bahkan di luar pulau Jawa.

Andre Gunawan, CEO/Director PT Prima Audio Indonesia
Andre Gunawan, CEO/Director PT Prima Audio Indonesia

Penambahan gerai baru Bose ini merupakan wujud komitmen Bose dalam menyediakan perangkat audio berkualitas kepada masyarakat yang lebih luas dan mempermudah customer kami di wilayah Jakarta Pusat dan Selatan, khususnya di kawanan SCBD untuk mendapatkan Bose Experience,” ungkap Andre Gunawan, CEO/Director PT Prima Audio Indonesia selaku distributor tunggal Bose di Indonesia.

Secara demografis, Pasific Place sendiri merupakan mall kelas A yang sesuai dengan target customer Bose di Indonesia. Selain menyasar target konsumen kelas A dan A Plus, mereka juga mengatakan mulai menyasar generasi millennial. Bisa terlihat dari produknya yang berwarna-warni dan Bose juga turut membidik pasar dalam kategori olahraga.

Tentu saja, harga perangkat Dose yang tergolong cukup premium – sangat wajar bila masyarakat Indonesia cenderung menginginkan experience terlebih dahulu sebelum membeli teknologi berkualitas tinggi. Nah hal yang istimewa dari store Bose di Mall Pasific Place, selain menampilkan produk-produk unggulan Bose yang bisa langsung dicoba – juga terdapat “demo room“. Di mana calon pembeli dapat menikmati home theater bertajuk “Bose Experience“.

DSCF1804

Tidak ada perangkat yang benar-benar baru yang diluncurkan oleh Bose pada pembukaan store di Mall Pasific Place. Namun kalian bisa coba produk-produk Bose unggulan antara lain Bose Noise Cancelling Headphones 700, Bose Portable Home Speaker yang nantinya terintegrasi dengan Google Assistant, 650 Home Entertainment System, Bose Soundbar 700, hingga audio sunglasses.

Target konsumen Bose sendiri adalah para pecinta audio berkualitas tinggi. Sebagai informasi, Bose merupakan salah satu market leader dalam teknologi noise cancelling untuk headphone, memiliki smart speaker atau wireless speaker serta juga teknologi soundbar dan 5.1 speaker-nya diklaim merupakan salah satu yang terbaik di dunia.

Untuk di Indonesia, pasar offline akan mendominasi di Indonesia karena karateristik customer Bose biasanya mereka sebelum beli ingin diyakinkan dulu dengan produknya. Itu sebabnya Bose akan terus menghadirkan toko dan terus melakukan ekspansi membuka toko lainnya di Indonesia. Meski begitu, bagi yang ingin membelinya secara online – toko Bose official store juga tersedia disejumlah e-commerce.

 

Tingkatkan Jaringan, Koneksi Internet 3 Indonesia 8x Lebih Cepat

Saat ini ada sekitar 66 juta anak muda yang berusia 10-24 tahun di Indonesia, peran mereka sangat penting sebagai kunci utama untuk memajukan bangsa. Namun tidak semua anak muda memiliki kesempatan yang sama, terutama mereka yang tinggal di kota kecil dibanding yang tinggal di kota-kota besar.

Operator telekomunikasi 3 Indonesia siap menghubungkan anak muda kepada peluang dan kesempatan yang luas di internet. Mereka telah meningkatkan jaringan yang lebih kuat, cepat, dan luas, serta produk relevan bagi anak muda dan terjangkau untuk mewujudkan Indonesia maju.

Jangkau 200 Juta Pengguna

3 Indonesia telah meningkatkan kemampuan jaringannya dengan menggunakan teknologi 4,5G Pro yaitu Massive MIMO 32T32R. Berdasarkan hasil percobaannya, 3 mampu menghasilkan koneksi internet hingga 8x lipat lebih cepat bila dibandingkan saat jaringan 4G pertama diperkenalkan pada tahun 2016.

Selain peningkatan kecepatan, pada tahun 2019 mereka sudah memperluas jaringannya dengan membangun lebih dari 9.000 Base Transceiver Station (BTS) yang tersebar di wilayah Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Sampai akhir tahun 2019, totalnya 3 Indonesia memiliki 27.000 BTS.

“Upaya kami yang terus berlanjut didorong oleh satu misi, yaitu untuk turut berkontribusi bagi kemajuan Indonesia dengan cara membantu menyamaratakan akses internet bagi anak muda Indonesia,” kata Wakil Presiden Direktur 3 Indonesia, M. Danny Buldansyah. Dengan ini jaringan 3 Indonesia sekarang sudah mampu menjangkau 200 juta pengguna di 300 kabupaten, 3.000 kecamatan, dan 33.000 desa di seluruh Indonesia.

Soal persiapan Indonesia menuju ke 5G, 3 Indonesia mengatakan sudah melakukan fiberisasi, equipment dan jaringannya sudah siap untuk penerapan 5G. Begitu peraturan dan keputusan pemerintah sudah jelas, 3 dapat segera menggelar teknologi 5G lebih cepat di masa depan.

Selain itu, 3 Indonesia memasang sumber daya listrik cadangan (back-up power supply) di semua BTS dan memasang teknologi pemindahan jalur yang disebut ASON pada jaringan fiber. Sehingga jaringan 3 Indonesia dapat beroperasi lebih lama pada saat terjadi bencana alam atau situasi darurat lainnya seperti mati listrik atau gempa bumi.

Produk Relevan untuk Anak Muda

Chief Commercial Officer 3 Indonesia, Dolly Susanto
Chief Commercial Officer 3 Indonesia, Dolly Susanto

3 Indonesia memiliki rangkaian produk yang relevan untuk anak muda, seperti AlwaysOn menawarkan kuota internet dengan masa aktif selamanya. Dengan ini memungkinkan anak muda Indonesia untuk terhubung ke internet tanpa khawatir kuotanya hangus karena kuota AlwaysOn akan tetap aktif mengikuti masa aktif kartu.

Selain itu, 3 Indonesia juga menawarkan paket bundel kuota internet dengan penyedia konten Amazon Prime Video melalui produk KeepOn. KeepOn + Amazon Prime Video menawarkan ribuan konten berkualitas dengan harga yang sangat terjangkau bahkan jika dibandingkan dengan laman Amazon sendiri.

“3 akan selalu mendukung peran anak muda Indonesia dalam memajukan bangsa. Kami akan terus berinovasi, memberikan yang terbaik dalam bentuk jaringan dan produk untuk mewujudkan Indonesia maju,” kata Chief Commercial Officer 3 Indonesia, Dolly Susanto.

Semuanya dapat dinikmati tanpa kartu kredit, sebab kita bisa membayar memakai pusal 3. Saat ini, 3 Indonesia masih satu-satunya yang memungkinkan pengguna untuk berlangganan Amazon Prime Video dengan menggunakan pulsa.

[Review] Samsung Galaxy A71, Versi Plus dari Galaxy A51

Setelah me-review Samsung Galaxy A51, kali ini Dailysocial telah didatangi smartphone Galaxy A series kedua Samsung di tahun 2020. Adalah Samsung Galaxy A71, saudara tua atau versi ‘Plus’-nya dari Galaxy A51 yang juga merupakan penerus Galaxy A70 yang dirilis tahun lalu.

Keduanya dibalut dalam desain serupa, mengemas Inifinity O display atau punch hole seperti yang terdapat pada Galaxy S10 dan Note10 series. Serta, desain kamera baru yang dibingkai kotak persegi panjang yang juga dapat ditemukan pada Galaxy Note10 Lite dan S10 Lite yang belum lama ini dirilis oleh Samsung Indonesia.

Lalu, apa perbedaan antara Galaxy A51 dan A71? Smartphone terbaru Samsung ini masing-masing dijual seharga Rp4.099.000 dan Rp6.099.000. Jadi, ada selisih uang sebesar Rp2 juta dan berikut cerita review Samsung Galaxy A71 selengkapnya.

Samsung Galaxy A51 Vs Galaxy A71

Dari aspek layar, Galaxy A71 menawarkan ukuran layar sedikit lebih luas yakni 6,7 inci dengan panel Super AMOLED Plus. Sementara, Galaxy A51 menggunakan Super AMOLED saja 6,5 inci dengan tingkat resolusi FHD+ (1080×2400 piksel) dan aspek rasio 20:9 yang sama.

Super AMOLED Plus ini juga diadopsi oleh Galaxy S10 Lite, di mana panel layarnya lebih tipis dan ringan memakai teknologi flexible OLED guna membuat desain smartphone menjadi lebih ergonomis. Imbasnya meski Galaxy A71 membawa tangki baterai 4.500 mAh (A51 4.000 mAh), tapi ketebalan body-nya lebih tipis yakni 7,7 mm (A51 7,9 mm).

Perbedaan besar lainnya terletak pada kemampuan foto dengan kamera utama kini 64MP. Lalu, memiliki dapur pacu lebih kencang dengan chipset Snapdragon 730G berpadu RAM 8GB.

Hal ini membuat Galaxy A71 menjadi smartphone yang cukup ideal untuk kegiatan gaming. Ditambah lagi, kapasitas baterainya lebih besar dan dilengkapi dengan pengisian daya lebih cepat.

Mengenai desain, tampilan Galaxy A71 kembaran sama A51 dengan profil sedikit lebih tinggi. Bagian depan sama-sama menyajikan Infinity O display berlapis Corning Gorilla Glass 3.

Bagian belakangnya memiliki bentuk kamera baru yang dibingkai kotak persegi panjang dengan posisi kamera seperti huruf L. Tak ketinggalan ada pola unik yang bentuknya sedikit berbeda dengan yang dimiliki A51 dan tetap menyuguhkan efek bias pelangi bila dipandang pada sudut tertentu.

Hadir dengan dimensi 163,6×76 mm dengan ketebalan 7,7 mm dan bobot 179 gram. Sesungguhnya saya masih dapat menggenggam smartphone ini dengan nyaman, meskipun jempol saya hanya bisa menjangkau setengah area layar 6,7 incinya.

Layout atributnya, tombol power dan volume ditempatkan di sisi kanan dan SIM tray di sisi sebrangnya. Ada tiga slot, dua nano SIM dan satu slot microSD. Bagian atas ada mikrofon sekunder, sisanya seperti jack audio 3.5mm, port USB type-C, mikrofon utama, dan speaker bertempat di sisi bawah.

Android 10; One UI 2

PSX_20200211_170600

Samsung Galaxy A71 sudah menjalankan sistem operasi Android 10 dengan One UI versi 2. Antarmuka anyar ini memiliki visual yang disederhanakan sehingga mudah dioperasikan dan membantu para penggunanya fokus pada hal terpenting.

Samsung mengintegrasikan dengan Edge Screen yang memberikan akses cepat ke aplikasi favorit. Kemudian ada asisten Bixby yang mempelajari hal yang sering dilakukan oleh penggunanya, sistem gesture baru untuk mengontrol smartphone, dan sejumlah aplikasi bawaan Samsung lainnya.

Fitur andalan yang ada pada Galaxy A51 seperti dark mode, NFC, serta sistem biometrik seperti on-screen fingerprint scanner dan face recognition juga tersedia pada Galaxy A71.

Quad Camera dengan Kamera Utama 64MP

Konfigurasi empat kamera belakang dengan kamera utama menggunakan sensor ISOCELL Bright GW1 64MP (f1.8) menjadi salah satu unique selling point dari Samsung Galaxy A71. Menggunakan teknologi penggabungan piksel Tetracell, di mana empat piksel bergabung menjadi satu.

Secara default foto bidikannya beresolusi 16MP dengan ukuran per piksel 1,6 μm. Sementara, mode foto 64MP dengan piksel 0,8 μm bisa dipilih dengan mengganti aspek rasio ke 4:3H yang sebaiknya hanya digunakan pada kondisi pencahayaan yang benar-benar terang.

Mode 64MP tersebut tetap didukung oleh fitur Scene Optimizer yang secara otomatis akan mengenali subjek atau adegan dan sistem akan menyesuaikan pengaturan sesuai situasi. Namun, fitur HDR tidak bekerja pada mode 64MP.

Adapun kamera keduanya 12MP (f/2.2) dengan lensa ultrawide 12mm yang memberikan bidang pandang seluas 123 derajat. Kamera ultrawide ini juga dapat bekerja di mode panorama dan mode video, serta digunakan untuk fitur video super steady untuk mengkompensasi gerakan kamera dengan crop signifikan.

Berikutnya kamera 5MP dengan aperture f/2.2 sebagai depth sensor dan manfaatnya bisa langsung dirasakan pada mode foto live focus. Di kondisi cahaya ideal, secara mengejutkan mampu menghasilkan foto dengan latar belakang bokeh yang cukup rapi dan intensitas bokehnya bisa diatur lagi setelah memotret.

Lalu yang terakhir, pendatang baru kamera 5MP (f/2.4) dengan lensa macro. Kebanyakan smartphone dengan quad camera saat ini hanya mengandalkan kamera macro 2MP saja. Pemotretan jarak dekat ini tersedia dalam mode macro yang terpisah dari mode foto utama.

Saat berangkat kerja, saya mencoba foto bunga yang dihinggapi oleh lebah dengan hembusan angin lembut yang membuat bunga tersebut menjadi labil. Dengan percobaan berkali-kali, akhirnya saya mendapatkan beberapa foto macro dengan fokus yang cukup tajam meski kebanyakan foto lainnya out of focus.

Untuk aktivitas seperti selfie atau vlog, video call, dan metode pengaman smartphone face unlock, Galaxy A71 mengandalkan kamera depan 32MP (f/2.2) mengunakan sensor gambar Samsung S5KGD1. Di mana secara default menghasilkan foto 8MP dengan piksel berukuran 1,6 μm dan mode 32MP dengan ukuran per piksel 0,8 μm.

Untuk perekaman video, kamera utamanya mampu merekam video 1080p dan 4K 30fps. Serta resolusi 1080p bila menggunakan kamera ultrawide, termasuk saat menggunakan fitur super steady. Sedangkan, kamera depannya juga mendukung perekaman 4K 30fps. Namun, fitur filter dan beauty hanya bisa digunakan pada resolusi 1080p.

Video dapat direkam dalam aspek rasio 16:9, full (20:9), dan 1:1. Serta, mendukung teknologi video codec format HEVC yang bisa diaktifkan bila ingin menghemat penggunaan memori.

Fitur kamera lain yang tersedia ialah Bixby vision, AR emoji, night, panorama, PRO, super slow-mo, slow motion, hyperlapse, dan food. Mode PRO bisa digunakan pada resolusi 16MP dan 64MP, pengaturan yang bisa disesuikan ialah ISO, white balance, exposure compensation, dan metering focus.

Snapdragon 730G Mobile Platform

Mari bahas jeroan Samsung Galaxy A71, SoC Snapdragon 730G ini dirancang untuk menyuguhkan powerful gaming experience. Kemampuan olah grafisnya disebut 15 persen lebih baik dibanding Snapdragon 730 versi standar dan Qualcomm menambahkan fitur gaming yang disebut Jank Reducer yang secara signifikan mencegah terjadinya lag.

Dari segi spesifikasi, keduanya tidak berbeda dan sama-sama diproduksi menggunakan proses 8nm. Dengan CPU octa-core yang terdiri dari dual-core 2.2 GHz Kryo 470 Gold dan hexa-core 1.8 GHz Kryo 470 Silver. Berpadu dengan GPU Adreno 618, ditunjang RAM 8G dan penyimpanan internal 128GB yang bisa ditambah dengan menyisipkan microSD.

Sedikit informasi, Samsung Galaxy A series dan utamanya Galaxy A71 adalah official smartphone di kompetisi esports Piala Presiden Esports 2020. Layar luas, baterai tahan lama, dan yang fitur AI Gaming Booster memperkaya pengalaman live gaming para penggunanya.

Semua hal terkait ‘gaming‘ telah dikumpulkan pada satu tempat bernama game launcher. Pusat kontrol permainan ini terintegrasi dengan Discord dan memiliki pengaturan mode game performance.

Lewat game launcher ini kita bisa menemukan game-game yang diinstal ke smartphone, lengkap dengan statistik, history, dan tips bermain dengan suguhan video Youtube. Sayangnya, saya tidak menemukan fitur untuk merekam gameplay dari game yang sedang dimainkan. Padahal fitur tersebut hadir pada game launcher di Galaxy A51.

Screenshot_20200211-183754_NxB-NV

Kapasitas baterai 4.500 mAh memastikan bahwa smartphone ini dapat mengakomodasi waktu bermain cukup lama. Untuk penggunaan normal kegiatan sehari-hari, bisa bertahan dari pagi sampai sore. Hal yang penting lagi, smartphone ini sudah didukung fast charging 25W yang mempersingkat waktu pengisian daya.

Verdict

Performa cukup powerful dan kemampuan kamera untuk foto maupun video memadai ialah dua aspek unggulan Samsung Galaxy A71. Smartphone ini menjadi ‘opsi’ bagi yang merasa kurang dengan yang ditawarkan oleh Galaxy A51 tapi budgetnya juga belum sampai untuk memperoleh smartphone flagship.

Harus diakui harganya yang mencapai Rp6.099.000, posisinya cukup sulit karena berada diantara batas atas smartphone kelas menengah dan tak jauh dari smartphone flagship atau kita bisa menyebutnya sebagai smartphone premium.

Sebagai informasi, Samsung baru-baru ini telah merilis Galaxy S10 Lite dengan chipset Snapdragon 855 dan Galaxy Note10 Lite dengan Exynos 9810 yang masing-masing dibanderol Rp8.999.000 dan Rp8.199.000. Keduanya merupakan turunan smartphone flagship, tapi mereka bukanlah flagship yang sebenarnya atau mungkin kita bisa menyebutnya sebagai smartphone high-end.

Sparks

  • Super AMOLED Plus 6,7 inci
  • Quad camera dengan kamera utama 64MP
  • SoC Snapdragon 730G Mobile Platform
  • RAM 8GB + ROM 128 + slot microSD
  • Baterai 4.500 mAh dengan fast charging 25W

Slacks

  • Harga Rp6 jutaan, posisinya sulit – terlalu dekat dengan smartphone flagship
  • Build quality baik, namun material yang digunakan kurang premium

 

 

[Review] Canon PowerShot G7 X Mark III, Usung Fitur Video Berlimpah

Harus diakui bahwa hasil foto dan video dari kamera smartphone kualitasnya cukup baik. Namun bagi yang butuh lebih dari kualitas smartphone, tapi juga keberatan dengan dimensi kamera mirrorless apalagi DSLR dan tak mau repot gonta-ganti lensa. Maka kamera compact premium ialah jawabannya, satu diantaranya Canon PowerShot G7 X Mark III.

Saya sudah memotret menggunakan Canon PowerShot G7 X III selama dua minggu. Kamera pocket dengan sensor tipe 1 inci ini juga dikenal luas sebagai kamera vlogging dan punya layar yang bisa di-flip 180 derajat ke atas.

Mengemas lensa zoom 24-100mm (equivalent full frame) dengan aperture lebar F1.8 – 2.8. Secara mengejutkan kamera ini mampu menghasilkan foto bokeh yang cantik dengan warna khas Canon yang cemerlang. Dijual seharga Rp9,9 juta, berikut cerita review Canon PowerShot G7 X Mark III selengkapnya.

Lensa 24-100mm F1.8 – 2.8

review-canon-powershot-g7-x-mark-iii-1
Lensa Canon PowerShot G7 X Mark III | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Canon PowerShot G7 X Mark III mengusung sensor CMOS stacked tipe 1 inci dengan resolusi 20MP. Berpadu dengan prosesor Digic 8 yang mengangkat kinerja kamera secara keseluruhan.

Seperti pendahulunya, G7 X Mark III mengemas lensa zoom 24-100mm. Satu lensa praktis yang mencakup focal length dari wide sampai tele untuk segala jenis fotografi.

Dengan aperture maksimum F1.8 pada focal length 24mm dan F2.8 di 100mm. Tak hanya membuatnya cukup dapat diandalkan dalam situasi kurang cahaya, tapi juga mampu menciptakan foto dengan latar belakang bokeh cantik.

Triknya dengan menggunakan focal length paling panjang (100mm), aperture paling besar (F2.8), dan ISO paling kecil (125). Meskipun bicara soal ketajaman tidak bisa dibandingkan dengan lensa fix pada kamera mirrorless, tapi untuk hasil kamera compact sungguh menyenangkan.

Canon PowerShot G7 X Mark III | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Canon PowerShot G7 X Mark III | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Ring kontrol pada lensa berfungsi untuk mengatur nilai aperture dan ‘clicky‘ saat diputar. Fungsi zoom bisa diakses melalui tuas khusus yang menempel pada tombol shutter di sisi atas kamera. Lalu, untuk metode manual fokus bisa diakses pada tombol navigasi sebelah kiri, akan muncul slider virtual untuk mengatur fokus dan tersedia juga mode macro.

Kamera Vlogging

Canon PowerShot G7 X series telah dikenal sebagai kamera vlogger, sebab memiliki layar 3 inci beresolusi 1.04 juta dot yang dapat ditarik ke atas sampai 180 derajat untuk vlogging atau sekedar selfie dan berguna saat pengambilan foto low angle. Layarnya juga bisa ditarik turun 45 derajat guna membantu framing saat pemotretan high angle.

Port microphone Canon PowerShot G7 X Mark III | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Port microphone Canon PowerShot G7 X Mark III | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Bedanya dengan generasi sebelumnya, kini Canon telah menyediakan port microphone 3.5mm. Namun karena tidak memiliki hot shoe, untuk menempatkan microphone eskternal Anda akan membutuhkan aksesori tambahan seperti cold shoe yang dipasang melalui soket tripod yang berada di bawah kamera.

Selain adanya port microphone, fitur video baru lainnya ialah perekaman video vertikal. Artinya kita bisa menghasilkan video vertikal berkualitas dan bisa langsung diedit di smartphone atau langsung share ke media sosial seperti platform IGTV.

Tidak semua kamera digital dan mirrorless memiliki fasilitas ini. Biasanya saat merekam video dalam posisi vertikal maka hasil videonya tetap horizontal dan dibutuhkan penanganan khusus dengan mengeditnya di software editing video PC seperti Adobe Premiere Pro.

Tombol WiFi Canon PowerShot G7 X Mark III | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Tombol WiFi Canon PowerShot G7 X Mark III | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Selain video vertikal, satu lagi yang akan memanjakan para vlogger ialah fitur live streaming YouTube dalam resolusi 1080p 30 fps. Caranya dengan menekan tombol WiFi yang berada di sebelah kanan body kamera dan hubungkan ke WiFi. Pastikan telah memiliki akun Canon Image Gateway (CIG), melakukan pengaturan di akun YouTube, dan tentu saja harus punya koneksi internet yang kencang.

Desain & Sistem Kontrol

Secara garis besar, tampilan Canon PowerShot G7 X Mark III masih identik seperti pendahulunya. Tanpa hot shoe, tanpa viewfinder electronic, tapi memiliki flash dengan mekanisme pop up.

Bila diperhatikan, di bawah tombol shutter dan roda kontrol mode pengambilan gambarnya (drive dial) ada aksen berwarna merah yang menandakan bahwa kamera ini punya kemampuan video cukup baik.

Sistem kontrol Canon PowerShot G7 X Mark III | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Sistem kontrol Canon PowerShot G7 X Mark III | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Sebagai kamera compact, sistem kontrol manual pada G7 X Mark III terbilang memadai untuk pemotretan cepat. Aperture bisa diatur melalui ring lensa, shutter speed diatur melalui ring tombol navigasi di depan. Untuk pengaturan ISO dan sisanya bisa mengandalkan quick menu di layar sentuh.

Untuk kelengkapan atributnya, bagian kanan terdapat port micro HDMI dan port USB 3.1 Gen 1 Type C yang dilengkapi dengan Power Delivery. Namun kebanyakan kabel USB Type-C bawaan smartphone mungkin tidak bekerja, jadi pastikan charger tersebut mendukung USB Power Delivery.

Lanjut ke sisi kiri ada port microphone eksternal 3.5mm dan tuas untuk memunculkan yang tersembunyi. Sisi atas ada flash, tombol on/off, tombol shutter bersama tuas zoom, serta roda exposure compensation dan roda mode pengambilan gambar.

Lalu, di depan selain layar sentuh 3 inci terdapat juga tombol AE lock, tombol perekaman video, roda putar navigasi yang di dalamnya termasuk untuk fungsi manual fokus, drive mode, flash, dan info.

Canon PowerShot G7 X Mark III | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Canon PowerShot G7 X Mark III | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Di bagian bawah ada soket tripod, slot baterai, dan slot SD card yang mendukung media UHS-I. G7 X III menggunakan jenis baterai NB-13L yang menurut CIPA mampu memberikan 235 jepretan sekali charge dan pengisian dayanya masih menggunakan charger eksternal bawaan.

Saat pengujian saya memotret dalam format Raw dan JPEG, serta sesekali menggunakan mode burst. Dalam hunting foto singkat yang saya lakukan dalam beberapa kesempatan, kamera masih menyisakan satu indikator baterai. Namun lain cerita bila digunakan untuk pengambilan video, sebaiknya memiliki baterai cadangan.

Kemampuan Foto & Video

Sensor 20MP baru dan prosesor Digic 8 menawarkan kinerja kamera yang serba cepat. Canon PowerShot G7 X Mark III ini mampu memotret dalam Raw berturut-turut (Raw burst mode) hingga 30fps dan mendukung perekaman video 4K 30fps.

Hasil membidik bisa disimpan dalam format JPEG, Raw, dan CRaw dalam pilihan aspek rasio 3:2, 4:3, 16:9, dan 1:1. Ada tiga mode area autofocus yang bisa dipilih yakni Face + Tracking, Spot, dan 1-point.

Untuk perekaman videonya, kamera saku ini mampu merekam video 4K UHD 30fps tanpa crop dengan batasan durasi 10 menit dan video high frame rate 1080p 120fps. Pemberlakuan batasan durasi tersebut sangat wajar, mengingat body kamera ini sangat kecil.

Benar saja, saat saya berburu footage 4K dan 1080p 120fps – kamera ini overheat. Padahal clip yang saya ambil rata-rata berdurasi sekitar 1 menit saja. Ketika body panas, akan muncul peringatan di menu kamera dan kita tidak bisa melakukan rekaman sementara waktu, matikan kamera dan tunggu beberapa menit.

Update 24 Februari 2020: Untuk merekam video 4K, kecepatan baca tulis SD card juga akan mempengaruhi kinerja kamera. Rekomendasinya gunakan SD card class 10 dengan video class 30 (V30). Bila kecepatan SD card yang digunakan kurang memadai, kamera akan bekerja ekstra yang berujung salah satunya overheat.

Selain opsi video 4K 30fps, resolusi rekaman video lainnya antara lain 1080p 30fps, 1080p 60fps, dan 720p 60fps. Untuk aktivitas vlogging, mungkin bila di reolusi 1080p – kamera bisa merekam video dalam durasi lama.

Satu lagi, ftur video menarik ialah kelengkapan ND filter 3-stop bawaan. Dengan ini, kita tetap bisa menggunakan aperture besar dengan shutter speed 2x frame rate di kondisi pencahayaan yang agak cerah. Sayangnya, tak ada fitur zebra maupun Log output.

Selain mengemas in-lens stabilization, Canon juga menyediakan mode IS digital dari level low, standard, dan high. Tidak ada crop bila kita menggunakan di level low, sementara untuk standard dan high masing-masing dikenakan crop sebesar 1,11x dan 1,43x. Berikut hasil foto dari Canon PowerShot G7 X Mark III:

Verdict

Canon PowerShot G7 X Mark III | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Canon PowerShot G7 X Mark III | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Awalnya saya agak skeptis, apakah kamera compact premium seperti Canon PowerShot G7 X Mark III ini masih mampu memenuhi kebutuhan para penggunanya seiring dengan perkembangan teknologi kamera smartphone dan kamera mirrorless. Secara mengejutkan kamera ini ternyata memang mampu menyuguhkan kualitas yang jauh lebih baik dari kamera smartphone flagship sekalipun.

Fleksibilitas lensa zoom dan aperture besar, membuatnya dapat diandalkan untuk memotret dalam berbagai skenario. Ciri khas warna Canon juga dapat kita jumpai, sangat sedap dipandang mata. Jelas bisa menjadi opsi bagi yang membutuhkan kamera yang lebih ringkas dari kamera mirrorless sebagai pendamping aktivitas sehari-hari.

Canon PowerShot G7 X Mark III | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Canon PowerShot G7 X Mark III | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Tentu saja, G7 X Mark II memang pantas membawa label kamera vlogging. Canon melengkapinya dengan sederet fitur yang memanjakan para content creator. Dari mulai keberadaan port microphone, fitur live streaming YouTube, video vertikal, resolusi mencapai 4K, hingga ND filter bawaan. Meski mungkin akan sedikit kewalahan bila menjadikannya sebagai alat utama produksi video.

Dibanderol mencapai Rp9,9 juta, memang tidak murah tapi bila melihat fitur-fitur yang ditawarkan saya yakin sepadan. Opsi lain, di rentang harga yang sama kita bisa dapat kamera mirrorless entry-level Canon EOS M50 atau EOS M6 Mark II di kelas menengah.

Sparks

  • Lensa zoom powerful 24-100mm F1.8-2.8
  • Raw burst mode 30 fps
  • Layar 3 inci yang bisa ditarik 180 derajat ke depan untuk vlog
  • Perekaman video 4K 30fps dan 1080p 120fps
  • Dilengkapi ND filter bawaan
  • Live streaming YouTube
  • Port microphone eksternal

Slacks

  • Batasan video 4K 10 menit
  • Isu overheat saat merekam video 4K
  • Daya tahan baterai sangat standar
  • Masih menggunakan charger bawaan khusus
  • Tanpa viewfinder elecronic

[Review] Samsung Galaxy A51, Desain Baru & Kamera Meningkat

Samsung Electronics Indonesia mengawali tahun 2020 dengan menghadirkan dua smartphone Galaxy A series yang baru. Diawali dengan Galaxy A51 yang dibanderol dengan harga Rp4.099.000 dan diikuti Galaxy A71 dengan harga Rp6.099.000.

Samsung Galaxy A51 adalah smartphone kelas menengah dan penerus dari Galaxy A50s. Dibanding pendahulunya, aspek kamera dengan quad camera dan desain Infinity-O Display atau punch hole menjadi sajian utama Galaxy A51. Namun, masih diperkuat dengan chipset yang sama. Langsung saja, berikut ini review Samsung Galaxy A51 selengkapnya.

Super AMOLED Infinity-O Display

Selamat tinggal Infinity U display atau notch, Galaxy A51 ini sudah mengemas Infinity O display atau punch hole seperti yang terdapat pada flagship Galaxy Note 10 dan Galaxy S10 series. Jadi, sudah tidak ada lagi area hitam yang mengganggu di sekitar kamera depannya.

Panel Super AMOLED-nya membentang 6,5 inci dengan resolusi Full HD+ (1080×2400 piksel) dalam aspek rasio 20:9 yang sedikit lebih panjang dari 19.5:9. Perubahan aspek rasio ini tidak membuat A51 lebih panjang, tingginya masih sama persis 158.5mm seperti A50s. Hal ini bisa dicapai karena Samsung telah memperkecil bezel layar di sisi bawah atau dagu smartphone.

Perubahan mencolok lain ialah desain kamera belakangnya tampil kekinian dengan bingkai kotak persegi panjang. Namun yang lebih penting, Samsung menambahkan satu kamera ekstra 5MP dengan lensa macro dan kamera dengan lensa wide-angle ditingkatkan dari 8MP menjadi 12MP.

Secara garis besar rancangan utamanya masih identik seperti smartphone Galaxy A series lainnya. Desainnya simple dan slim dengan pola dan efek pelangi di bagian punggungnya, meski material yang digunakan masih plastik polikarbonat dan bagian mukanya berlapis Corning Gorilla Glass 3.

Untuk penempatan atributnya, tombol power dan volume berada di sisi kanan. SIM card ada di sisi seberangnya, dengan dua slot nano SIM dan satu slot microSD. Sementara, jack audio 3.5mm, port USB Type-C, mikrofon utama, dan speaker di sisi bawah dan disi atas hanya ada mikrofon sekunder.

On-Screen Fingerprint scanner & NFC

PSX_20200203_172540

Samsung Galaxy A51 telah mengoperasikan OS Android 10 dengan antarmuka One UI versi 2.0. Dari visual memang tidak begitu tampak perubahannya, tapi Samsung terus berupaya agar One UI bisa digunakan lebih mudah bahkan dengan satu tangan. Misalnya sistem gesture baru dan folder aplikasi di mana letak daftar aplikasinya agak ke bawah sehingga mudah dijangkau oleh jempol. Selain itu, fitur dark mode kini terintegrasi dengan lebih baik dengan sistem dan bekerja di lebih banyak aplikasi.

Untuk sistem keamanan biometrik, Galaxy A51 mengandalkan metode on-screen fingerprint scanner dan face recognition yang praktis dan cepat dalam mengenali pemiliknya. Perangkat ini juga dilengkapi dengan platform keamanan Samsung Knox.

Satu lagi, fitur yang bagi sebagian orang sangat berguna terutama bagi mereka yang tinggal di Ibu Kota dan menggunakan transportasi umum untuk aktivitas sehari-hari. NFC, dengan fitur ini kita tak perlu khawatir kehabisan saldo e-money – karena kita mengisi ulang uang elekronik langsung lewat smartphone.

Quad Camera with Super Steady

PSX_20200203_172606

Peningkatan paling besar yang terjadi pada Samsung Galaxy A51 dibanding pendahulunya adalah kemampuan kameranya. Di mana Samsung menambah satu kamera ekstra, 5MP (f/2.4) dengan lensa macro 40mm. Kebanyakan smartphone lain hanya punya kamera macro sebatas 2MP saja. Pemotretan jarak dekat ini tersedia secara terpisah dari mode foto, idealnya jarak objeknya sekitar 3-5 cm.

Kamera utamanya masih sama, 48 MP (f/2.0) Quad Bayer dengan ukuran per piksel 0.8µm dan secara default menghasilkan foto 12MP (1.6µm). Mode foto 48MP bisa dipilih dengan mengganti aspek rasio foto menjadi 4:3H.

Peningkatan lainnya, kamera dengan lensa ultrawide ditingkatkan dari yang sebelumnya 8MP menjadi 12MP (f/2.2) dan menyuguhkan bidang pandang 123 derajat. Fitur wide-angle ini tersedia di mode foto maupun video, caranya dengan mengklik ikon tiga pohon yang berada tepat di atas tombol rana.

Satu lagi, 5MP (f/2.2) sebagai depth sensor yang digunakan pada mode foto live focus untuk menghasilkan efek bokeh dramatis. Intensitas bokeh-nya bisa diatur dari level 1 sampai 7. Mode lain yang tersedia ialah panorama, food, night, super slow-mo, slow motion, hyperlapse, dan Pro.

Sayangnya, di mode Pro kita hanya bisa mengatur ISO dari 100-800, white balance, dan exposure compensation. Tak ada opsi untuk mengatur shutter speed dan manual fokus. Tak lupa, Galaxy A51 dilengkapi fitur scene optimizer dan HDR otomatis. Berikut hasil foto dari Samsung Galaxy A51:

Buat keperluan selfie, Galaxy A51 juga sangat memadai dengan kamera depan 32 MP (f/2.2). Lengkap dengan dukungan filter, mode beauty, mode wide-angle, live focus, dan AR emoji.

Perekaman videonya, kamera belakangnya mampu merekam video 4K UHD 30fps dan 1080p 30fps pada kamera depan. Fitur yang Samsung tonjolkan ialah Super Steady, berguna untuk meredam goyangan saat merekam video. Namun fitur ini hanya bekerja pada resolusi 1080p, video 4K tidak didukung.

Hardware & Performance

PSX_20200203_172700

Bagian yang satu ini tidak ada perubahan, Galaxy A51 masih digerakkan oleh chipset Exynos 9611 (10nm) yang sama seperti pada A50s. SoC ini berisi CPU octa-core yang terdiri dari quad-core 2.3 GHz Cortex-A73 dan quad-core 1.7 GHz Cortex-A53. Serta GPU Mali-G72 MP3 dan konfigurasi memori RAM 6GB dengan penyimpanan 128GB.

Kabar baiknya, SoC ini terbilang cukup kuat untuk menangani multitasking tugas-tugas harian. Namun bakal sedikit megap-megap bila Anda berniat menjadikannya sebagai mesin gaming, Galaxy A71 dengan Snapdragon 730 lebih ideal untuk kebutuhan gaming.

Meski begitu, game launcher sudah tersemat di Galaxy A51 yang mengumpulkan game diinstall dan pengaturan gaming. Seperti profil ‘focus on performance‘ untuk memastikan smartphone mengeluarkan potensi terbaiknya dan Anda bisa merekam aksi dalam permainan hingga resolusi 1080p.

Satu lagi, sebagai smartphone yang dirancang untuk live generation – daya tahan baterai menjadi aspek yang diperhatikan dengan baik. Galaxy A51 hadir dengan baterai berkapasitas cukup besar, 4.000 mAh. Lengkap dengan kemampuan pengisian daya fast charging 15W.

Verdict

PSX_20200203_172731

Saat artikel review Samsung Galaxy A51 diterbitkan, tercatat Samsung sudah mengeluarkan tiga smartphone baru di tahun 2020. Galaxy A51 di segmen Rp4 jutaan, Galaxy A71 di rentang Rp6 jutaan, dan Galaxy Note 10 Lite di kelas Rp8 jutaan. Kemungkinan Samsung masih akan meluncurkan penerus dari Galaxy A10s, A20s, dan A30s untuk mengisi semua segmen tanpa celah.

Galaxy A51 merupakan awal yang sangat baik, hadir dengan desain baru Infinity O display atau punch hole. Serta, kemampuan kamera lebih baik dengan konfigurasi quad camera belakang yang dibingkai apik. Dua perubahan ini kemungkinan juga akan menjadi elemen desain utama Galaxy A series baru lainnya.

Sparks

  • Kamera dengan lensa ultrawide meningkat menjadi 12MP dari 8MP
  • Tambah satu kamera dengan lensa macro 5MP
  • Desain baru Infinity O display atau punch hole seperti flagship Samsung
  • NFC, on screen fingerprint scanner, dan Android 10
  • Baterai 4.000 mAh dengan fast charging 15W

Slacks

  • Masih ditenagai SoC Exynos 9611 yang sama seperti pendahulunya
  • Fitur Steady On tidak bekerja di video 4K dan mode wide-angle